Anda di halaman 1dari 57

TAHAPAN & LANGKAH

PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU


OLEH:
YASRIF YAKUB TAMBUSAI, SH, MH
KORDIV PENANGANAN PELANGGARAN & DATIN
BAWASLU KOTA PEKANBARU
DISAMPAIKAN PADA:
RAPAT KERJA TEKNIS PENANGANAN PELANGGARAN
BAGI BAWASLU KOTA PEKANBARU DAN PANWASLU KECAMATAN
SE KOTA PEKANBARU

HOTEL GRAND ELITE PEKANBARU, 4-5 APRIL 2023


DASAR HUKUM

 UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum


(Lembaran Negara RI Tahun 2017 No. 182)
 Perbawaslu No. 7 Tahun 2022 tentang Penanganan
Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum
(Berita Negara RI Tahun 2022 No. 1073)
DEFINISI/KETENTUAN
DALAM PENANGANAN PELANGGARAN
(PERBAWASLU 7 PASAL 1)
Temuan : dugaan pelanggaran Pemilu yang ditemukan dari hasil
pengawasan Pengawas Pemilu pada setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu atau hasil investigasi Bawaslu dan
jajarannya.
Laporan : dugaan pelanggaran Pemilu yang disampaikan secara resmi
kepada Pengawas Pemilu oleh WNI yang mempunyai hak pilih,
Peserta Pemilu, dan Pemantau Pemilu.
Pelapor : pihak yang berhak melaporkan dugaan pelanggaran Pemilu
Terlapor : pihak yang diduga melakukan pelanggaran Pemilu
Penemu : Pengawas Pemilu yang menemukan dugaan pelanggaran Pemilu
LANJUTAN…..
Gakkumdu : singkatan dari Sentra Penegakan Hukum Terpadu yaitu
pusat aktifitas penegakan hukum tindak pidana Pemilu yang
terdiri dari tiga unsur: Bawaslu, Kepolisian RI, dan Kejaksaan.
Investigasi : serangkaian tindakan Pengawas Pemilu untuk mencari,
menemukan, dan mengumpulkan bukti dan fakta guna
membuat terang dugaan pelanggaran Pemilu.
SigapLapor : singkatan dari Sistim Informasi Penanganan Pelanggaran
Pemilu dan Pelaporan yang merupakan sarana teknologi
informasi pelaporan dan penanganan pelanggaran Pemilu
Hari : adalah hari kerja.
APA ITU PELANGGARAN PEMILU ??

PELANGGARAN PEMILU
APA ITU ??
BANGGA JADI PENGAWAS
AKU BANGGA JADI PENGAWAS
PENGAWAS ITU TUGAS MULIA
BERPARTISIPASI MEMAJUKAN BANGSA
JADI PENGAWAS AKUPUN BANGGA

MENGAWASI SETIAP TAHAPAN


MENCEGAH TINDAK PELANGGARAN
AWASI PEMILU BERSAMA RAKYAT
JADI PENGAWAS AKU TERHORMAT
BETUL BETUL BETUL ………
Y E S…!!!
By: YYT, 2018
APA ITU PELANGGARAN PEMILU?
Pelanggaran Pemilu merupakan tindakan yang
bertentangan, melanggar, atau tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
Pemilu, yaitu:
 pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu
 pelanggaran Administratif Pemilu
 Tindak Pidana Pemilu.
 pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan lainnya
LANJUTAN…………….
 Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu adalah pelanggaran terhadap
etika Penyelenggara Pemilu yang berdasarkan sumpah dan/atau janji sebelum
menjalankan tugas sebagai Penyelenggara Pemilu.
 Pelanggaran Administratif Pemilu merupakan pelanggaran terhadap tata cara,
prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan Administratif pelaksanaan
Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
 Tindak Pidana Pemilu ialah tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan
terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam UU
tentang Pemilu.
 Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang bukan
pelanggaran Pemilu yang diproses oleh Bawaslu dan jajarannya sesuai dengan
kewenangan masing-masing, dan/atau diteruskan kepada instansi atau pihak
yang berwenang.
ASAL PELANGGARAN PEMILU
Pelanggaran Pemilu berasal dari:
1. TEMUAN
2. LAPORAN

Ketentuan Pasal 454 ayat (7) UU Pemilu:


“Temuan dan laporan pelanggaran Pemilu sebagaimana pada ayat (5)
dan ayat (6) yang telah dikaji dan terbukti kebenarannya wajib
ditindaklanjuti oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan
Pengawas TPS ….”.
APA ITU TEMUAN ?
(Perbawaslu 7 Pasal 2, 3 & 4)

Temuan sebagai dugaan pelanggaran Pemilu yang ditemukan


berdasarkan laporan hasil pengawasan Pengawas Pemilu
atau hasil investigasi yang penanganannya dilakukan oleh
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu
Kecamatan, dan Panwaslu LN (luar negeri).
Laporan Hasil Pengawasan diperoleh dari dua sumber, yaitu:
a) pengawasan Pengawas Pemilu dan/atau
b) b) hasil penelusuran informasi awal.
SUMBER INFORMASI AWAL
1. informasi lisan yang disampaikan secara langsung atau melalui telepon
resmi ke sekretariat/kantor Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota,
Panwaslu Kecamatan, atau Panwaslu LN.
2. informasi tulisan yang disampaikan melalui surat elektronik resmi atau
melalui jasa ekspedisi ke sekretariat/kantor Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, atau Panwaslu LN.
3. Informasi dugaan pelanggaran Pemilu yang berasal dari Laporan yang tidak
diregistrasi karena dinyatakan tidak memenuhi syarat formil tetapi
memenuhi syarat materiel.
4. Informasi dugaan pelanggaran Pemilu yang berasal dari Laporan yang
dicabut oleh Pelapor.
 Terhadap informasi awal, dicatatkan dalam Formulir Model B.8
kemudian apabila diputuskan dalam rapat pleno maka
ditindaklanjuti dengan mekanisme penelusuran sesuai dengan
ketentuan Perbawaslu yang mengatur mengenai pengawasan
Pemilu (Perbawaslu 5/2022).

 Adapun laporan hasil investigasi bersumber dari informasi dugaan


pelanggaran Pemilu yang diperoleh dalam proses penanganan
pelanggaran, dicatatkan dalam Formulir Model B.8 juga, untuk
selanjutnya ditindaklanjuti dengan mekanisme Investigasi apabila
diputuskan dalam rapat pleno.

 Mengenai Investigasi akan diatur dalam Perbawaslu tersendiri.


STATUS SEBAGAI TEMUAN
(Perbawaslu 7 Pasal 5)
 Laporan hasil pengawasan dan/atau hasil Investigasi diputuskan dalam rapat pleno Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan Panwaslu LN sebagai Temuan dalam hal minimal
telah memenuhi persyaratan: a) identitas Penemu dugaan pelanggaran Pemilu; b) waktu penetapan
Temuan tidak melebihi ketentuan batas waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak laporan dibuat; c) identitas
pelaku; d) uraian kejadian; dan e) bukti.

 Temuan tersebut dituangkan dalam Formulir Model B.2 dan dicatatkan dalam buku register Temuan serta
diberikan nomor register Temuan paling lama 2 (dua) Hari setelah Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan Panwaslu LN menetapkan laporan hasil pengawasan menjadi
Temuan.
LAPORAN DAN PENETAPAN
DUGAAN PELANGGARAN DI TINGKAT AD HOC
(Perbawaslu 7 Pasal 6 & 7)
 Apabila laporan hasil pengawasan Panwaslu Kelurahan/Desa
(PKD) terdapat dugaan pelanggaran Pemilu, maka
disampaikan kepada Panwaslu Kecamatan.

 Apabila terdapat dugaan tindak pidana Pemilu dan/atau


pelanggaran kode etik oleh Pengawas TPS, maka PKD
menyampaikannya kepada Bawaslu Kab/Kota melalui
Panwaslu Kecamatan.
 Apabila laporan hasil pengawasan Pengawas TPS terdapat dugaan
pelanggaran Pemilu, disampaikan kepada Panwascam melalui PKD.

 Apabila laporan pengawasan Pengawas TPS terdapat dugaan tindak


pidana Pemilu, Pengawas TPS menyampaikannya kepada Bawaslu
Kab/Kota melalui PKD dan Panwascam secara berjenjang.

 Panwascam melalui rapat pleno dapat menetapkan laporan hasil


pengawasan diatas menjadi Temuan.

 Begitu juga Bawaslu Kab/Kota dapat menetapkan laporan hasil


pengawasan yang diterimanya sebagaimana diatas menjadi Temuan
melalui rapat pleno.
PRIHAL LAPORAN
(Perbawaslu 7 Pasal 8 & 9)
 Laporan merupakan dugaan pelanggaran Pemilu yang disampaikan secara resmi kepada Pengawas Pemilu
oleh Pelapor yang dapat dilakukan pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.

 Laporan disampaikan paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diketahui terjadinya dugaan pelanggaran Pemilu oleh
WNI, peserta Pemilu atau pemantau Pemilu.

 Apabila Laporan tersebut masuk dalam kategori dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi
secara terstruktur, sistimatis, dan masif (TSM), maka masa waktu penyampaiannya terhitung sejak tahapan
penetapan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kab/Kota atau penetapan Pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden sampai dengan hari pemungutan dan penghitungan suara.
 Pelapor dalam menyampaikan Laporannya dapat diwakili oleh pihak
yang ditunjuk berdasarkan surat kuasa khusus.

 Apabila Laporan disampaikan kepada PKD, maka Laporan diteruskan


ke Panwascam paling lama 1 (satu) Hari setelah Laporan diterima
untuk diproses dan ditindaklanjuti.

 Apabila Laporan disampaikan kepada Pengawas TPS, maka


diteruskan ke Panwascam melalui PKD paling lama 1 (satu) Hari
setelah Laporan diterima untuk diproses dan ditindaklanjuti.

 Penyampaian Laporan ke PKD atau Pengawas TPS tersebut diatas


dapat dilakukan melalui media elektronik.
PENYAMPAIAN LAPORAN
(Perbawaslu 7 Pasal 10, 11 & 12)

Laporan dugaan pelanggaran Pemilu disampaikan dengan cara:


a) Langsung ke kantor sekretariat Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, atau sekretariat
Panwaslu LN sesuai dengan tempat terjadinya dugaan
pelanggaran.

b) SigapLapor, yaitu menyampaikan Laporan melalui sarana


teknologi informasi pelaporan dan penanganan pelanggaran
Pemilu (SigapLapor), yang tata cara penggunaannya akan diatur
dalam petunjuk teknis.
Waktu dan Cara Laporan Langsung
Waktu:
 Mulai pukul 08.00 sd pukul 16.00 waktu setempat pada hari kerja (Senin – Kamis).
 Pada hari Jum’at mulai pukul 08.00 sd pukul 16.30 waktu setempat.
 Pada Masa Tenang dan hari pemungutan suara, penyampaian Laporan dapat dilaksanakan dalam waktu 1x24
(satu kali dua puluh empat) jam.
Cara:
a. Pelapor menyampaikan Laporan kepada petugas penerima Laporan;
b. Petugas penerima Laporan menuangkan Laporan yang disampaikan Pelapor ke dalam SigapLapor atau Formulir
Model B.1;
c. Pelapor atau kuasanya dan petugas penerima Laporan menandatangani formulir Laporan; dan
d. Pelapor atau kuasanya menyerahkan dokumen berupa: (1) fotokopi KTP-e atau surat keterangan kependudukan
lainnya milik Pelapor; dan (2) bukti.
Laporan melalui SigapLapor
a. Pelapor mengisi data pendaftaran akun pada laman SigapLapor
untuk mendapatkan akses penyampaian Laporan;
b. Pelapor menyampaikan Laporan melalui laman SigapLapor dengan
menggunakan akses yang telah dikirimkan melalui surat elektronik
Pelapor yang didaftarkan dalam laman SigapLapor; dan
c. Pelapor menyerahkan bukti penyampaian Laporan dan dokumen
identitas diri dan bukti secara langsung ke kantor sekretariat
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kab/Kota paling lama 2
(dua) Hari (kerja) setelah Pelapor menyampaikan Laporannya
melaului laman SigapLapor.
PENYAMPAIAN BUKTI LAPORAN
(Perbawaslu 7 Pasal 13)

 Bukti Laporan yang berbentuk surat disampaikan sebanyak 3 (tiga)


rangkap.
 Bukti Laporan yang berbentuk elektronik disampaikan dalam media
penyimpanan data elektronik.
 Petugas penerima Laporan membuat tanda bukti penyampaian Laporan
sebanyak 2 (dua) rangkap, untuk Pelapor dan arsip sesuai dengan
Formulir Model B.3 dan diserahkan pada Hari yang sama pada saat
Pelapor menyampaikan Laporannya.
 Dalam hal Laporan yang disampaikan merupakan dugaan Pelanggaran
Administratif yang terjadi secara TSM (terstruktur, sistimatis dan masif),
bukti Laporannya harus memenuhi ketentuan: BERIKUT ………..
Bukti Laporan Dugaan Pelanggaran TSM
a. Untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, terdapat bukti yang menunjukkan
terjadinya pelanggaran paling rendah di 50% lima puluh persen) provinsi;
b. Untuk Pemilu DPD, terdapat bukti yang menunjukkan terjadinya pelanggaran
paling rendah di 50% (lima puluh persen) kab/kota dalam satu provinsi;
c. Untuk Pemilu DPR, terdapat bukti yang menunjukkan terjadinya pelanggaran
paling rendah di 50% (lima puluh persen) kab/kota dalam satu dapil;
d. Untuk Pemilu DPRD Provinsi, terdapat bukti yang menunjukkan terjadinya
pelanggaran paling rendah di 50% (lima puluhpersen) kecamatan dalam satu
dapil; atau
e. Untuk Pemilu DPRD Kab/Kota terdapat bukti yang menunjukkan pelanggaran
paling rendah di 50% (lima puluh persen) kelurahan dalam satu dapil.
PENCABUTAN LAPORAN
(Perbawaslu 7 Pasal 14)
 Pelapor dapat mencabut Laporannya sebelum dilakukan registrasi
yang dilakukan secara tertulis dengan memuat alasan pencabutan
sesuai dengan Formulir Model B.4.
 Pencabutan Laporan disampaikan Pelapor kepada Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, atau Panwaslu LN
yang telah menerima penyampaian Laporan.
 Dalam hal Laporan yang dicabut mengandung dugaan pelanggaran,
Pengawas Pemilu sesuai tingkatannya menjadikannya sebagai
informasi awal.
KAJIAN AWAL
(Perbawaslu 7 Pasal 15)

 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu


Kecamatan, atau Panwaslu LN menyusun kajian awal
terhadap Laporan
 Waktunya: paling lama 2 (dua) Hari setelah Laporan
disampaikan
 Tujuan: guna untuk meneliti keterpenuhan syarat formil
dan syarat materiel Laporan dan jenis dugaan
pelanggaran.
Syarat Formil Laporan
Syarat formil Laporan meliputi:
(a) nama dan alamat Pelapor;
(b) pihak Terlapor; dan
(c) waktu penyampaian pelaporan tidak melebihi jangka waktu 7
(tujuh) Hari kerja sejak diketahui terjadinya dugaan pelanggaran.

Syarat Materiel Laporan:


(d) waktu dan tempat kejadian dugaan pelanggaran Pemilu;
(e) uraian kejadian dugaan pelanggaran; dan
(f) bukti.
HASIL KAJIAN AWAL
(Perbawaslu 7 Pasal 16 & 17)
Hasil kajian awal suatu Laporan berupa kesimpulan dalam bentuk;
(a) Laporan memenuhi syarat formal dan materiel serta jenis dugaan pelanggaran
merupakan dugaan pelanggaran Pemilu; atau
(b) Laporan tidak memenuhi syarat formil dan/atau materiel atau jenis dugaan
pelanggaran merupakan dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan lain.
 Hasil kajian awal diputuskan melalui rapat pleno dan dituangkan dalam Formulir Model
B.7, ditandatangani oleh Ketua Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu
Kecamatan, atau Panwaslu LN.
 Hasil kajian awal dicatatkan dalam buku register Laporan dan diberi nomor registrasi.
 Laporan dinyatakan diterima setelah dicatatkan dalam buku register.
 Apabila setelah dilakukan register, terdapat pencabutan Laporan oleh Pelapor, maka
proses penanganan pelanggaran tetap dilanjutkan.
TINDAK LANJUT HASIL KAJIAN AWAL
(Perbawaslu 7 Pasal18 s.d 23)

1. Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu atau dugaan Pelanggaran


Adminsitratif Pemilu secara TSM, Laporan diregistrasi dan ditangani
sesuai dengan ketentuan dalam Perbawaslu yang mengatur
mengenai penanganan Pelanggaran Administratif Pemilu (Perbawaslu
No. 8/2022).

2. Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang diterima oleh


Panwascam, Laporan diregister dan ditangani sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Perbawaslu ini.
Lanjutan…..
3. Dugaan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu yang dilakukan oleh
Panwaslu Kecamatan, PKD, dan Pengawas TPS, Laporan diregistrasi dan
ditangani oleh Bawaslu Kab/Kota, termasuk hasil kajian awal dugaan
Pelanggaran Kode Etik yang berasal dari Bawaslu dan Bawaslu Provinsi maka
dilakukan pelimpahan ke Bawaslu Kab/Kota, dan jika berasal dari Panwaslu
Kecamatan, maka dilakukan pengambialihan oleh Bawaslu Kab/Kota.
4. Dugaan Tindak Pidana Pemilu, Laporan diregistrasi dan ditangani sesuai
dengan Perbawaslu ini dan Perbawaslu yang mengatur mengenai Gakkumdu.
5. Dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan lain, Laporan diteruskan
kepada instansi yang berwenang.
6. Dugaan pelanggaran Pemilu yang telah ditangani dan diselesaikan oleh
Pengawas Pemilu pada tingkatan tertentu atau Laporan dicabut oleh Pelapor,
maka Laporan tidak diregistrasi.
PROSEDUR PEMENUHAN SYARAT LAPORAN
(Perbawaslu 7 Pasal 24 ayat 1, 2, 4, 5 & 6)
 Apabila hasil kajian awal Laporan tidak memenuhi syarat formil dan/atau syarat
materiel, Pengawas Pemilu memberitahukan kepada Pelapor untuk melengkapi
syarat formil dan/atau syarat materiel Laporan paling lama 1 (satu) Hari (kerja)
setelah kajian awal selesai.
 Pemberitahuan disampaikan kepada Pelapor melalui surat resmi, SigapLapor,
atau melalui media telekomunikasi lainnya.
 Pelapor harus melengkapi syarat formil dan/atau syarat materiel Laporan
paling lama 2 (dua) hari (kerja) setelah pemberitahuan disampaikan.
 Apabila Pelapor melengkapi syarat formil dan/atau syarat materiel, petugas
penerima Laporan memberikan tanda bukti perbaikan Laporan sesuai dengan
Formulir Model B.3.1, dengan penomorannya sama dengan tanda bukti
penyampaian Laporan sebelumnya pada Formulir Model B.3.
LAPORAN TIDAK DIREGISTRASI
(Perbawaslu 7 Pasal 24 ayat 3, 7, 8, & 9)
Laporan Pelapor tidak diregistrasi apabila:
1. Pelapor tidak melengkapi Laporannya sesuai dengan batas waktu, maka
Pengawas Pemilu menyatakan Laporan tidak diregistrasi.
2. Syarat formil Laporan berupa jangka waktu tidak terpenuhi (lebih dari 7 hari
kerja), maka Laporan tidak diregistrasi.
3. Laporan tidak memenuhi syarat formil namun memenuhi syarat materiel, maka
Pengawas Pemilu menjadikannya sebagai informasi awal adanya dugaan
pelanggaran Pemilu.
 Terhadap Status Laporan yang tidak diregistrasi diumumkan di papan
pengumuman dan disampaikan kepada Pelapor melalui surat resmi,
SigapLapor, atau melalui media telekomunikasi sesuai dengan Formulir Model
B.18.
PENANGANAN PELANGGARAN
(Perbawaslu 7 Pasal 25 & 26)
 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu
Kecamatan, dan Panwaslu LN (Pengawas Pemilu) melakukan
penanganan atas Temuan dan Laporan.
 Penanganannya dapat menunjuk petugas sekretariat yang
ditetapkan dalam keputusan Ketua Pengawas Pemilu sesuai
tingkatannya.
 Hasil penanganan dugaan pelanggaran yang ditangani oleh
petugas sekretariat disampaikan kepada Ketua Pengawas Pemilu
sesuai tingkatannya melalui anggota yang membidangi
penanganan pelanggaran Pemilu.
Lanjutan……

 Pengawas Pemilu menangani Temuan atau Laporan dugaan


pelanggaran Pemilu paling lama 7 (tujuh) Hari (kerja) setelah
Temuan atau Laporan diterima dan diregistrasi guna untuk
memutuskan apakah Temuan atau Laporan dimaksud dapat
ditindaklanjuti atau tidak.

 Apabila Pengawas Pemilu masih memerlukan keterangan


tambahan mengenai tindak lanjut, maka keterangan tambahan
dan kajian dilakukan paling lama 14 (empat belas) Hari (kerja)
setelah Temuan dan Laporan diterima dan diregistrasi.
KAJIAN TEMUAN DAN LAPORAN
(Perbawaslu 7 Pasal 27 & 28)

 Penanganan Temuan dan Laporan dugaan pelanggaran Pemilu


dilakukan dengan kajian dan klarifikasi melalui tim klarifikasi yang
dibentuk oleh Pengawas Pemilu.
 Klarifikasi dilakukan untuk memperoleh keterangan dengan
meminta kehadiran Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli yang
dilaksanakan dengan tatap muka atau melalui media daring
apabila terdapat masalah geografis, keamanan, ketersediaan
sarana dan prasarana, serta bencana alam atau bencana nonalam.
 Untuk pelaksanaan klarifikasi, Pengawas Pemilu dapat
menugaskan Pengawas Pemilu di tingkat bawahnya.
KAJIAN TEMUAN DAN LAPORAN
(Perbawaslu 7 Pasal 29 & 32)

 Pengawas Pemilu membuat surat undangan klarifikasi sesuai dengan Formulir


Model B.9 yang disampaikan secara langsung, melalui SigapLapor, atau media
telekomunikasi kepada Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli paling lambat 1
(satu) Hari (kerja) sebelum pelaksanaan klarifikasi, dan memastikan undangan
klarifikasi telah diterima oleh pihak yang akan diklarifikasi.
 Dalam hal klarifikasi dilakukan melalui media daring, surat undangannya
memuat ketentuan klarifikasi dilaksanakan secara daring dan dilakukan
perekaman secara audio visual.
 Apabila Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli tidak menghadiri klarifikasi
setelah disampaikan undangan klarifikasi, Pengawas Pemilu melanjutkan
kajian tanpa klarifikasi Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli.
 Pihak Terlapor, Pelapor, atau saksi dalam klarifikasi dapat didampingi oleh
pihak yang ditunjuk berdasarkan surat kuasa khusus.
KLARIFIKASI TATAP MUKA
(Perbawaslu 7 Pasal 30)
Klarifikasi secara tatap muka dilakukan dengan ketentuan:
a. Memastikan identitas Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
b. Meminta kesediaan Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli untuk diambil sumpah/janji sebelum klarifikasi;
c. Melakukan tanya jawab kepada Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
d. Mencatat proses klarifikasi dalam berita acara sesuai dengan Formulir Model B.12;
e. Membacakan hasil berita acara dan meminta konfirmasi Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli; dan
f. Menandatangani berita acara klarifikasi.

 Dalam hal Pelapor, Terlapor, atau saksi bersedia untuk diambil sumpah/janji, maka yang bersangkutan
menandatangani berita acara sumpah/janji sesuai dengan Formulir B.10.
 Apabila yang bersangkutan tidak bersedia untuk diambil sumpah/janji, maka klarifikasi tetap dilaksanakan
tanpa pengambilan sumpah/janji.
 Untuk ahli menandatangani berita acara sumpah/janji sesuai dengan Formulir B.11.
KLARIFIKASI MEDIA DARING
(Perbawaslu 7 Pasal 31)
Klarifikasi melalui media daring dilakukan dengan ketentuan:
a. Merekam pelaksanaan klarifikasi terhadap Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
b. Memastikan identitas Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
c. Meminta kesediaan Terlapor, Pelapor, saksi, dan/atau ahli untuk diambil sumpah/janji sebelum
klarifikasi;
d. Melakukan tanya jawab kepada Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli;
e. Mencatat proses klarifikasi dalam berita acara sesuai dengan Formulir Model B.12;
f. Membacakan atau meminta Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli membaca hasil berita acara dan
meminta konfirmasi kepada yang bersangkutan; dan
g. Menandatangani berita acara klarifikasi.
 Dalam hal Pelapor, Terlapor, atau saksi bersedia untuk diambil sumpah/janji, maka yang
bersangkutan mengikuti lafaz sumpah/janji yang dibacakan oleh Pengawas Pemilu.
 Apabila yang bersangkutan tidak bersedia untuk diambil sumpah/janji, maka klarifikasi tetap
dilaksanakan tanpa pengambilan sumpah/janji.
BERITA ACARA KLARIFIKASI
(Perbawaslu 7 Pasal 33)
 Berita acara klarifikasi dibubuhi paraf pada setiap halaman oleh Pelapor,
Terlapor, saksi, dan/atau ahli dan pihak yang melakukan klarifikasi serta
ditandatangani.
 Apabila yang bersangkutan tidak bersedia menandatangani berita acara
klarifikasi, maka Pengawas Pemilu menyatakan ketidaksediaan dalam berita
acara tersebut dan ditandatangani oleh pihak yang melakukan klarifikasi.
 Berita acara klarifikasi melalui media daring, dibubuhi paraf pada setiap
halaman oleh pihak yang melakukan klarifikasi dan tidak ditandatangani.
 Berita acara klarifikasi dibuat 1 (satu) rangkap untuk menjadi bahan
pemberkasan Pengawas Pemilu.
 Salinannya dapat diberikan kepada Pelapor, Terlapor, saksi, dan/atau ahli
setelah status penanganan pelanggaran Pemilu diumumkan.
PENDAMPINGAN
(Perbawaslu 7 Pasal 34)
 Dalam hal Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota,
Panwascam Kecamatan, atau Panwaslu LN melakukan klarifikasi
melalui media daring, maka Pelapor, Terlapor, saksi, dan atau/ahli
dapat diklarifikasi di kantor sekretariat Pengawas Pemilu terdekat.

 Apabila tidak dilakukan di kantor sekretariat terdekat, maka


Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, atau
Panwaslu LN dapat mendampingi Pelapor, Terlapor, saksi,
dan/atau ahli.
TIM KLARIFIKASI
(Perbawaslu 7 Pasal 35)

 Pembentukan tim klarifikasi ditetapkan dengan keputusan Ketua


Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu
Kecamatan, atau Ketua Panwaslu LN sesuai tingkatannya.
 Tim klarifikasi terdiri atas:
a. Ketua dan/atau Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, atau Panwaslu LN; dan
b. Pejabat dan/atau pegawai pada sekretariat Pengawas
Pemilu sesuai tingkatannya.
PENYUSUNAN KAJIAN
(Perbawaslu 7 Pasal 36)
 Penyusunan hasil kajian dugaan pelanggaran memuat:
(a) kasus posisi; (b) identitas Penemu/Pelapor dan Terlapor; (c) daftar bukti;
(d) fakta dan analisis; (e) kesimpulan; dan (f) rekomendasi,
 dituangkan dalam Formulir Model B.13 dengan penomorannya sama dengan
nomor dalam Formulir Model B.1 untuk Laporan atau Formulir Model B.2
untuk Temuan.
 Kajian diputuskan dalam rapat pleno dan ditandatangani oleh Ketua
Pengawas Pemilu sesuai tingkatannya.
 Kajian bersifat rahasia selama belum diputuskan dalam rapat pleno
Pengawas Pemilu.
KATEGORI HASIL KAJIAN
(Perbawaslu 7 Pasal 37)
Kategori hasil kajian dugaan pelanggaran Pemilu ada 2 (dua), yaitu:
1. Pelanggaran Pemilu
2. bukan Pelanggaran Pemilu.
Untuk kategori pelanggaran Pemilu terbagi 3 (tiga):
a. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu;
b. Pelanggaran Administratif Pemilu; dan/atau
c. Tindak Pidana Pemilu.
Untuk kategori bukan Pelanggaran Pemilu:
 Temuan atau Laporan tidak terbukti sebagai Pelanggaran Pemilu; atau
 Temuan atau Laporan merupakan dugaan pelanggaran peraturan
perundang-undangan lainnya.
PELIMPAHAN LAPORAN
(Perbawaslu 7 Pasal 38 & 39)
 Laporan yang telah memenuhi syarat formal dan materiel berdasarkan kajian awal
Bawaslu dapat dilimpahkan kepada Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, atau
Panwaslu LN.
 Laporan yang telah memenuhi syarat formal dan materiel berdasarkan kajian awal
Bawaslu Provinsi dapat dilimpahkan kepada Bawaslu Kab/Kota.
 Hasil kajian awal Bawaslu Kab/Kota dapat dilimpahkan kepada Panwaslu Kecamatan.
 Pelimpahan Laporan terlebih dahulu diputuskan dalam rapat pleno dengan jangka
waktu paling lama 1 (satu) Hari (kerja) setelah kajian awal selesai atau setelah
perbaikan Laporan.
 Pelimpahan Laporan menggunakan Formulir Model B.5 dan dapat disampaikan
melalui surat elektronik dengan melampirkan hasil pindai bukti.
 Laporan yang dilimpahkan diregistrasi dan ditangani oleh Pengawas Pemilu yang
menerima pelimpahan.
PENGAMBILALIHAN LAPORAN
(Perbawaslu 7 Pasal 40, 41 & 42)

 Sebaliknya Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kab/Kota


dapat mengambilalih Laporan dari Pengawas Pemilu 1 (satu)
tingkat dibawahnya dengan alasan keadaan tertentu.

 Pengambilalihan dilakukan berdasarkan:


 permintaan pengambilalihan dari Pengawas Pemilu 1
(satu) tingkat di bawahnya, atau
 inisiatif dari Pengawas Pemilu 1 (satu) tingkat di atasnya.
Yang dimaksud dengan keadaan tertentu dapat berupa:
a. tempat dan kejadian dugaan pelanggaran Pemilu terjadi di wilayah lintas
daerah provinsi, lintas daerah kab/kota, lintas kecamatan, atau lintas
kelurahan/desa;
b. Ketua atau Anggota Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu
Kecamatan atau Panwaslu LN dinonaktifkan, diberhentikan sementara, atau
diberhentikan tetap dari jabatannya;
c. Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, atau Panwaslu
LN tidak dapat menjalankan tugas, wewenang, dan kewajiban;
d. Keterbatasan sarana dan prasarana dalam menangani dugaan pelanggaran
bagi Pengawas Pemilu yang bersangkutan; atau
e. Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu
Kecamatan atau Panwaslu LN setempat sebagai pihak Terlapor dalam
Laporan.
Terhadap Laporan yang diambil alih diregister dan
ditangani oleh Pengawas Pemilu yang mengambilalih
Laporan sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan, yaitu paling lama 7 (tujuh) Hari kerja atau
dapat ditambah 14 (empat belas) Hari (kerja) jika masih
memerlukan keterangan tambahan sejak Laporan
diterima dan diregistrasi sebagaimana ketentuan
Perbawaslu 7 Pasal 26.
TINDAKLANJUT
PENANGANAN PELANGGARAN

 Pelanggaran Kode Etik


 Pelanggaran Administrasi Pemilu
 Tindak Pidana Pemilu
 Bukan Pelanggaran Pemilu
 Dugaan Pelanggaran Peraturan Perundang-
undangan Lainnya
TINDAKLANJUT PELANGGARAN KODE ETIK
(Perbawaslu 7 Pasal 44 & 45)

 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kab/Kota


merekomendasikan Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan
oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kab/Kota, Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan/atau Bawaslu Kab/Kota kepada DKPP.

 Bawaslu atau Bawaslu Provinsi merekomendasikan


Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh PPK, PPS, dan/atau
KPPS kepada KPU Kab/Kota melalui Bawaslu Kab/Kota.
 Bawaslu Kab/Kota merekomendasikan Pelanggaran Kode Etik PPK, PPS,
dan/atau KPPS kepada KPU Kab/Kota.
 Rekomendasi menggunakan Formulir Model B.14 dengan Salinan berkas
pelanggaran yang memuat paling sedikit:
a. Formulir Temuan atau Laporan
b. Kajian; dan
c. Bukti.

 Bawaslu Kab/Kota menyelesaikan Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh


Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kel/Desa, dan atau Pengawas TPS, dengan
kewenangan memberikan sanksi administratif berupa:
 peringatan; atau
 pemberhentian tetap.
TINDAKLANJUT PELANGGARAN ADMINISTRATIF
(Perbawaslu 7 Pasal 46)

 Panwaslu Kecamatan merekomendasikan Pelanggaran Administratif


Pemilu kepada Bawaslu Kab/Kota (dalam Formulir Model B.15) dan
meneruskannya kepada KPU Kab/Kota.

 Rekomendasi melampirkan Salinan berkas pelanggaran, yang memuat:


 Formulir Temuan atau Laporan;
 Kajian; dan
 Bukti
TINDAKLANJUT TINDAK PIDANA PEMILU
(Perbawaslu 7 Pasal 47)

 Temuan atau Laporan dugaan Tindak Pidana Pemilu


diteruskan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kab/Kota kepada Penyidik Polri dalam Gakkumdu sesuai
tingkatannya.

 Penerusan Temuan atau Laporan dimaksud menggunakan


Formulir Model B.16
TINDAKLANJUT BUKAN PELANGGARAN PEMILU
(Perbawaslu 7 Pasal 48)

Dalam hal hasil kajian dugaan Pelanggaran


Pemilu dikategorikan bukan pelanggaran,
maka Temuan atau Laporan dihentikan yang
diputuskan melalui rapat pleno.
TINDAKLANJUT DUGAAN PELANGGARAN PER-UU-AN LAINNYA
(Perbawaslu 7 Pasal 49)

 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, atau Panwaslu Kecamatan


merekomendasikan dugaan pelanggaran per-UU-an Lainnya kepada
instansi atau pihak berwenang sesuai kewenangan masing-masing
(Formulir Model B.17).
 Rekomendasi dugaan pelanggaran tsb diputuskan dalam rapat pleno.
 Rekomendasi disampaikan dengan salinan berkas pelanggaran yang
memuat:
 Formulir Temuan atau Laporan;
 Kajian; dan
 Bukti.
STATUS PENANGANAN PELANGGARAN
(Perbawaslu 7 Pasal 50)
 Status penanganan pelanggaran diumumkan di sekretariat
Pengawas Pemilu sesuai tingkatan menggunakan formulir
Model B.18.
 Pengumuman ditempatkan di papan pengumuman.
 Pemberitahuan status Temuan atau Laporan juga
disampaikan kepada Pelapor melalui surat resmi,
SigapLapor, atau media telekomunikasi.
PENDAMPINGAN & SUPRVISI
(Perbawaslu 7 Pasal 59)

 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota


dapat melakukan pendampingan kepada
Pengawas Pemilu di tingkat bawas dalam
menangani Temuan dan Laporan.
 Selain pendampingan dapat pula melakukan
supervisi.
PENGAWASAN TINDAK LANJUT
(Perbawaslu 7 Pasal 60)

Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu


Kab/Kota, dan Panwaslu Kecamatan
mengawasi pelaksanaan tindak lanjut
rekomendasi penanganan pelanggaran
oleh instansi yang berwenang.
BANGGA JADI PENGAWAS
AKU BANGGA JADI PENGAWAS
PENGAWAS ITU TUGAS MULIA
BERPARTISIPASI MEMAJUKAN BANGSA
JADI PENGAWAS AKUPUN BANGGA

MENGAWASI SETIAP TAHAPAN


MENCEGAH TINDAK PELANGGARAN
AWASI PEMILU BERSAMA RAKYAT
JADI PENGAWAS AKU TERHORMAT
BETUL BETUL BETUL ………
Y E S…!!!
By: YYT, 2018
Sungguh Enak
Sirup Selasih
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai