Anda di halaman 1dari 37

PENANGANAN PELANGGARAN

DALAM
PEMILU 2024
DAN MEKANISME PELAPORAN
DUGAAN PELANGGARAN PEMILU

kebumen, 21 Desember 2023


IMAM KHAMDANI
Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran dan Data
Informasi
Bawaslu Kabupaten kebumen
DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum sebagaimana telah


diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

2. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2018 tentang


Pencegahan Pelanggaran dan Sengketa Proses Pemilihan Umum.

3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2022 tentang


Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

4. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang


Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum.
5. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2022 tentang
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum.
6. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2022 tentang Tata
Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
7. Peraturan Bawaslu Nomor 11 Tahun 2023 Tentang Pengawasan Kampanye
Pemilihan Umum
8. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan
Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum
9. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2023 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2023 tentang Kampanye
Pemilihan Umum
Pengertian Penanganan Pelanggaran ialah "serangkaian proses
penanganan pelanggaran yang berasal dari temuan dan laporan
untuk ditindak lanjuti oleh instansi yang berwenang , serangkai
proses dengan cara temuan / laporan, pengumpulan alat bukti,
klarifikasi, serta penerusan hasil kajian laporan/temuan kepada
instansi berwenang, kajian dan/atau pemberian rekomendasi
PRINSIP PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU

❑ Berorientasi pada perlindungan hak politik: hak untuk memilih (right to vote) dan hak
untuk dipilih (right to be candidate).

❑ Menjamin kepastian hukum.

❑ Memberikan kemudahan bagi kandidat dan masyarakat dalam menyampaikan laporan


(aksesibilitas).

❑ Transparan, di mana proses dan hasilnya mudah diketahui.

❑ Proses penanganan pelanggaran yang cepat dan efektif.


❑ Penanganan pelanggaran berbasis teknologi
TUGAS DAN WEWENANG
PENGAWAS PEMILU
DALAM PENANGANAN PELANGGARAN

Melakukan Menindak
pencegahan Menerima
lanjuti Menyelesaikan
terjadinya Laporan Sengketa Proses
Temuan
dugaan Dugaan Pemilu
dan
pelanggaran dan Pelanggaran
Laporan
sengketa proses
8
Bawaslu Kabupaten/Kota berwenang:
a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan
pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Pemilu;
b. memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota
serta merekomendasikan hasil pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-
pihak yang diatur dalam Undang-Undang ini;
c. menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan memutus
penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota;
d. merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil
pengawasan di wilayah kabupaten/kota terhadap netralitas semua pihak yang
dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini;
e. mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Panwaslu Kecamatan
setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu Provinsi apabila Panwaslu Kecamatan
berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam rangka
pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu dan sengketa proses Pemilu di
wilayah
kabupaten/kota;
g. membentuk Panwaslu Kecamatan dan mengangkat serta memberhentikan anggota
Panwaslu Kecamatan dengan memperhatikan masukan Bawaslu Provinsi; dan
h. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Panwaslu Kecamatan berwenang:
a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan
pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai Pemilu;
b. memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah kecamatan serta
merekomendasikan hasil pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-pihak
yang diatur dalam Undang-Undang ini;
c. merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan melalui Bawaslu
Kabupaten/Kota mengenai hasil pengawasan di wilayah kecamatan terhadap
netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini;
Panwaslu Kelurahan/Desa berwenang:
a. menerima dan menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran
terhadap pelaksanaan peraturan perundang- undangan yang mengatur
mengenai Pemilu kepada Panwaslu Kecamatan;
b. membantu meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak
terkait dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu; dan
c. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dilakukan oleh
PENYELENGGARA
DKPP
PEMILU
KODE ETIK ( KPU dan BAWASLU
beserta jajarannya )
PELANGGARAN

Dilakukan oleh DITERUSKAN


PESERTA PEMILU KEPADA INSTANSI
ADMINISTRASI PENYELENGGARA TERKAIT
PEMILU

PEMILU

Dilakukan oleh
PENYELENGGARA
PIDANA PEMILU GAKKUMDU
PESERTA PEMILU (Bawaslu, Kepolisian, Kejaksaan)

ORANG PERORANG

Netralitas ASN, TNI, Polri,


Peraturan Kades, Perangkat Desa, REKOMENDASI
PerUU Lainnya BPD, dan pihak2 lain yg
harus netral.
Kepada Instansi yg berwenang

10
MEKANISME
PENANGANAN LAPORAN
DAN TEMUAN

Perbawaslu Nomor 7 TH 2022


Tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum
PENYAMPAIAN DAN PENERIMAAN LAPORAN
• Laporan disampaikan pada hari dan jam kerja, kecuali pada
masa tenang dan pemungutan suara yang bisa dilakukan
dalam waktu 1x24 jam (Pasal 11 ayat 1-4)
Laporan • Pelapor menyerahkan dokumen fotokopi KTP dan bukti
(Pasal 11 ayat 5 huruf d)
• Bukti dalam bentuk surat dirangkap 3 (tiga) dan bukti
adalah dugaan pelanggaran elektronik disampaikan melalui media penyimpanan (Pasal
Pemilu yang disampaikan secara 13 ayat 1-2)
resmi kepada Pengawas Pemilu • Dalam hal laporan merupakan dugaan pelanggaran
Administratif Pemilu TSM, maka bukti harus menunjukan
terjadinya pelanggaran di 50% dari wilayah atau daerah
oleh WNI yang mempunyai hak pemilihan (Pasal 13 ayat 3)
pilih, Peserta Pemilu, dan • Laporan yang diterima oleh PKD atau Pengawas TPS
Pemantau Pemilu diteruskan ke Panwaslu Kecamatan (mengarahkan atau
(Pasal 1 angka 30) menemani pelapor datang ke Panwascam), jika Pelapor tidak
bersedia ke Panwascam, maka laporan tersebut menjadi
informasi awal (Pasal 9)
SYARAT FORMAL DAN MATERIEL LAPORAN
FORMAL MATERIEL
1. Nama dan Alamat Pelapor; 1. Waktu dan Tempat kejadian
2. Pihak Terlapor; dan dugaan pelanggaran Pemilu
3. Waktu penyampaian tidak 2. Uraian kejadian dugaan
melebihi jangka waktu pelanggaran Pemilu; dan
(Pasal 15 ayat 3) 3. Bukti
(Pasal 15 ayat 4)
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, dan Panwaslu LN
menerima, memeriksa, mengkaji, dan
KEWENANG memutus dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu sesuai dengan tempat terjadinya
AN pelanggaran.
Obyek Pelanggaran Administrasi Pemilu
Perbuatan atau tindakan yang melanggar tata cara,
prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi Pemilu dalam setiap tahapan
penyelenggara Pemilu.
Tahapan dilaksanakannya Pemeriksaan dengan
Acara Cepat

Pelanggaran Pelanggaran
Pelanggaran Administratif yang Administratif yang
Administratif dalam diketahui dalam Rapat diketahui pada
Tahapan Kampanye Rekapitulasi hasil pemungutan dan
penghitungan suara penghitungan suara di
peserta pemilu TPS Luar Negeri
SUMBER PENANAGANAN PELANGGARAN
Temuan :
peristiwa dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang ditemukan
pada saat anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu LN melaksanakan tugas pengawasan
terhadap pelaksanaan kampanye di tempat kejadian
PENEMU, Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kab/Kota

Laporan :
peristiwa dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang dilaporkan
pada saat anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu LN melaksanakan tugas pengawasan
terhadap pelaksanaan kampanye di tempat kejadian
 PELAPOR, WNI yang punya hak pilih, Peserta Pemilu, dan
Pemantau Pemilu
 TERLAPOR, Partai Politik Peserta Pemilu, Calon Anggota DPR,
Calon Anggota DPD, Calon Anggota DPRD Provinsi, Calon Anggota
DPRD Kabupaten/Kota, Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden, Tim Kampanye serta Penyelenggara Pemilu di jajaran KPU
Syarat Pemeriksaan Adm Cepat

1
Pemeriksaan dengan acara cepat bisa dilakukan
sepanjang Anggota Bawaslu berada di lokasi
terjadinya pelanggaran administrasi Pemilu (Pada
saat Anggota melakukan Pengawasan).

2
Penyelesaian dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
melalui pemeriksaan acara cepat dilakukan oleh
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota
atau Panwaslu LN pada hari yang sama saat terjadinya
Pelanggaran Pemilu.
Ketentuan Pemeriksaan Acara Cepat

Temuan Laporan
Penemu mencatatkan hasil Meminta keterangan Pelapor dan
pengawasan dan meminta Terlapor
keterangan Terlapor

Menguraikan Peristiwa
dan Analisa Hukum Memutus
OUTPUT PENANGANAN ADM CEPAT

 Hasil Pemeriksaan dituangkan sebagain Putusan dalam


Formulir Model ADM.Acara Cepat.
 Putusan ditandatangani oleh anggota Bawaslu yang melakukan
penyelesaian di tempat kejadian.
 Putusan dibuat rangkap 3 (tiga) dan diserahkan masing-masing
1 (satu) rangkap untuk Pelapor, 1 (satu) rangkap untuk Terlapor
dan 1 (satu) rangkap untuk arsip.
 Putusan ditetapkan dalam rapat pleno.
PLENO
1. Putusan Penanganan Dugaan Pelanggaran
Administrasi dengan pemeriksaan cepat
ditetapkan dalam rapat Pleno
2. Rapat Pleno dapat dilaksanakan melalui media
komunikasi dalam hal terjadi kejadian penting
dan membutuhkan keputusan segera, dengan
ketentuan :
● Perlu dilakukan keputusan yang bersifat
segera dalam jangka waktu kurang dari 24
Jam; dan
● Jumlah anggota tidak memenuhi syarat sah
pelaksanaan Rapat Pleno.
Temuan dan Laporan Pelanggaran Administratif Pemilu setelah Penetapan Hasil Perolehan Suara Peserta
Pemilu
Secara Nasional
Pasal 12
(1) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara Peserta Pemilu secara nasional terdapat hasil
pengawasan
Pengawas Pemilu yang mengandung dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang berpotensi
mengubah hasil perolehan suara Peserta Pemilu serta terdapat permohonan perselisihan hasil Pemilu yang
diajukan oleh Peserta Pemilu kepada Mahkamah Konstitusi, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota menyampaikan hasil pengawasannya melalui keterangan tertulis kepada Mahkamah
Konstitusi dalam sidang perselisihan hasil Pemilu.
(2) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara peserta Pemilu secara nasional terdapat hasil
pengawasan
Pengawas Pemilu yang mengandung dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang berpotensi
mengubah hasil perolehan suara Peserta Pemilu tetapi tidak terdapat permohonan perselisihan hasil
Pemilu yang diajukan oleh Peserta Pemilu kepada Mahkamah Konstitusi, hasil pengawasan tersebut dapat
dijadikan Temuan oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota dan disampaikan kepada
Pengawas Pemilu 1 (satu) Tingkat diatasnya untuk diperiksa, dikaji, dan diputus .
3) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara Peserta Pemilu secara nasional
terdapat Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang disampaikan kepada
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota yang berpotensi mengubah
hasil perolehan suara Peserta Pemilu dan terdapat permohonan perselisihan hasil
Pemilu yang diajukan oleh Peserta Pemilu kepada Mahkamah Konstitusi, Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota menghentikan Laporan melalui kajian
awal dan menyampaikan Laporan kepada Mahkamah Konstitusi dalam sidang
perselisihan hasil Pemilu melalui keterangan tertulis.
(4) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara Peserta Pemilu secara nasional
terdapat Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu yang disampaikan kepada Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota yang berpotensi mengubah hasil perolehan
suara Peserta Pemilu secara nasional tetapi tidak terdapat permohonan perselisihan
hasil Pemilu yang diajukan oleh Peserta Pemilu kepada Mahkamah Konstitusi, maka
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota memeriksa, mengkaji, dan
memutus terhadap Laporan tersebut.
KETENTUAN HUKUM PIDANA
TAHAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN
SUARA
Pasal 500

Setiap orang yang membantu Pemilih yang dengan sengaja memberitahukan pilihan Pemilih
kepada orang lain seb"geimana dimaksud dalam Pasal 364 ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah).

Pasal 501

Setiap anggota KPPS yang dengan sengaja tidak melaksanakan keputusan KPU
Kabupaten/Kota untuk pemungutan suara ulang di TPS dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.0O0.000,00 (dua belas juta rupiah).
Pasal 502

Ketua dan anggota KPPS yang dengan sengaja tidak melaksanakan ketetapan KPU Kabupaten/Kota
untuk melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS, dipidana dengan pidana penjara paling lama I
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Pasal 503

Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja tidak membuat dan menandatangani berita
acara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 354 ayat (3) dan Pasal 362 ayat (3) dan/atau tidak
menandatangani berita acara pemungutan dan penghitungan suara serta sertifikat hasil penghitungan
suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Pasal 504

Setiap orang yang karena kelalaiannya menyebabkan rusak atau hilangnya berita acara pemungutan dan
penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389 ayat
(4) dipidana dengan pidana kurungan paling lama I (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00
(dua belas juta rupiah).

Pasal 508

Setiap anggota PPS yang tidak mengumumkan salinan sertifrkat hasil penghitungan suara dari seluruh TPS di
wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 391, dipidana dengan pidana kurungan paling lama I
(satu) tahun dan denda paling banyak
Rp12.OOO.O0O,O0 (dua belas juta rupiah).
Pasal 514

Ketua KPU yang dengan sengaja menetapkan jumlah surat suara yang dicetak melebihi jumlah yang
ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 344 ayat (21, ayat (3), dan ayat (4), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp240.000.000,00 (dua ratus empat
puluh juta rupiah).

Pasal 515

Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau
materi lainnya kepada Pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu
tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00
(tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 516

Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu pemungutan suara memberikan suaranya lebih dari
satu kali di satu TPS/TPSLN atau lebih, dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan
belas) bulan dan denda paling banyak Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah).

Pasal 517

Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkan pemungutan suara, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp60.00O.OOO,OO (enam puluh juta rupiah).
Pasal 523 ayat (3)

Setiap orang yang dengan sensaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang
atau materi lainnya kepada Pemilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta
Pemilu tertentu dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah)

Pasal 531

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan,


dan/atau menghalangi seseorang yang akan melakukan haknya untuk memilih, melakukan kegiatan
yang menimbulkan gangguan ketertiban dan ketenteraman pelaksanaan pemungutan suara, atau
menggagalkan pemungutan suara dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling
banyak Rp24.0OO.OO0,0O (dua puluh empat juta rupiah).
Pasal 533

Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara mengaku dirinya sebagai orang lain
dan/atau memberikan suaranya lebih dari 1 (satu) kali di 1 (satu) TPS atau lebih dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp18.000.000,00 (delapan
belas juta rupiah).
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
BERSAMA RAKYAT AWASI PEMILU
BERSAMA BAWASLU TEGAKKAN KEADILAN PEMILU

Anda mungkin juga menyukai