Anda di halaman 1dari 5

Apakah pemasangan Alat Peraga Kampanye sudah berjalan sesuai dengan regulasi

yang berlaku?

Momentum pemilihan umum adalah suatu kesempatan dalam hal ini untuk
menentukan nasib suatu negara atau bangsa untuk lima tahun mendatang. Pemilihan umum
merupakan wujud sistem politik yang demokratis serta ajang bagi masyarakat untuk
menentukan wakil rakyat di pemerintahan yang sesuai dengan keinginan dan dapat
diharapkan membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi mereka. Menjelang pemilu
(Pemilihan Umum), kampanye dapat dikatakan suatu hal yang niscaya dilakukan oleh para
peserta pemilu. Kendatipun terkadang beberapa orang belum memahami terkait pengertian
dari kampanye itu sendiri yang kerap terjadi. Menurut PKPU (Peraturan Komisi Pemilihan
Umum) No. 15 Tahun 2023 pengertian kampanye adalah kegiatan peserta pemilu atau pihak
lain yang ditunjuk oleh peserta pemilu untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi,
misi, program, dan/atau citra diri peserta pemilu. Adapun salah satu media untuk
menyampaikan gagasan kampanye adalah alat peraga kampanye atau yang disingkat APK.

Alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi,
program, dan/atau sebagai sarana informasi dari para peserta pemilu, simbol atau tanda
gambar peserta pemilu yang dipasang untuk keperluan kampanye yang bertujuan untuk
mengajak orang dalam memilih peserta pemilu, adapun alat peraga kampanye yang
dimaksudkan dalam PKPU yaitu reklame, spanduk, dan umbul-umbul. Sementara yang
dimaksud bahan kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi,
program dan/atau informasi lainnya dari peserta pemilu, simbol, atau tanda gambar yang
disebar untuk keperluan kampanye.

Maraknya alat peraga kampanye pemilu, menjelang pemilu pada tanggal 14 februari
2024 pemasangan alat peraga kampanye bertebaran di setiap sudut kota dan kabupaten.
Pemasangan alat peraga kampanye pun harus sesuai dengan regulasi yang berlaku peserta
pemilu dapat menyebarkan bahan kampanye kepada umum yang berupa selebaran, brosur,
pamflet, poster, stiker, pakaian, penutup kepala, tempat makan/minum, kalender, pin, alat
tulis, dan kartu nama. Pasal 33 ayat (4) PKPU No. 15 tahun 2023 menjelaskan bahwa ukuran
bahan kampanye pemilu ditetapkan sebagai berikut:

 Selebaran paling besar berukuran 8,25 cm x 21 cm.


 Brosur paling besar ukuran posisi terbuka 21 cm x 29,7 cm. Dalam posisi terlipat
21 x 10 cm.
 Pamflet paling besar ukuran 21 cm x 29,7 cm.
 Poster paling besar ukuran 40 cm x 60 cm.
 Stiker paling besar ukuran 10 cm x 5 cm.

Memasang alat peraga kampanye (APK) harus sesuai aturan yang berlaku. Menurut
PKPU, alat peraga kampanye wajib dipasang di lokasi yang tidak dilarang berdasarkan
peraturan perundang-undangan terkait. Jika pemasangan APK dilakukan di tempat milik
perseorangan atau badan swasta, harus mendapatkan izin dari pemilik setempat. Pada hari
tenang, APK harus dilepaskan paling lambat satu hari sebelum pemungutan suara.
Pemasangan APK telah diatur dalam PKPU Nomor 10 dan Peraturan KPU Nomor 11 Tahun
2020. Adapun aturan untuk pencetakan baliho, umbul-umbul, atau spanduk, dan/atau
pemasangan billboard atau penayangan videotron, meliputi:

 Baliho paling besar ukuran 4 x 7 meter, paling banyak 5 buah setiap pasangan
calon untuk setiap kabupaten/kota.
 Billboard atau videotron paling besar ukuran 4 x 8 meter, paling banyak 5 buah
setiap pasangan calon untuk setiap kabupaten/kota.
 Umbul-umbul paling besar ukuran 5 x 1,15 meter, paling banyak 20 buah setiap
pasangan calon untuk setiap kecamatan.
 Spanduk paling besar ukuran 1,5 x 7 meter, paling banyak 2 buah setiap pasangan
calon untuk setiap desa/kelurahan.

Menurut peraturan itu, pemasangan alat peraga kampanye tersebut dilakukan di lokasi
yang ditentukan oleh KPU provinsi/kabupaten/kota berkoordinasi dengan pemerintah daerah,
perangkat kecamatan, dan perangkat desa/kelurahan. Untuk memperluas ruang berkampanye
dan memberikan pendidikan politik, kini diperbolehkan berkampanye di fasilitas pemerintah
dan pendidikan. Dalam Peraturan KPU (PKPU) No. 15 Tahun 2023 tentang Kampanye
Pemilu dalam Pasal 280 UU No. 7 Tahun 2017 melarang penggunaan fasilitas pemerintah,
tempat ibadah, dan tempat pendidikan sebagai tempat kampanye. Sebagai informasi, jadwal
kampanye Pemilu 2024 akan bergulir mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Hal
ini tertuang dalam regulasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 15 Tahun
2023.

Dalam Pasal 70 ayat (1) PKPU 15 Tahun 2023 tentang Kampanye. Dalam aturan
itu dijelaskan, sebagai berikut:
Diatur dalam peraturan KPU

Bahan Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 yang dapat


ditempel dilarang ditempelkan di tempat umum sebagai berikut:

a. Tempat ibadah;
b. Rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan;
c. Tempat pendidikan, meliputi gedung dan/atau halaman sekolah dan/atau
perguruan tinggi;
d. Gedung atau fasilitas milik pemerintah;
e. Jalan-jalan protokol;
f. Jalan bebas hambatan;
g. Sarana dan prasarana publik; dan atau
h. Taman dan pepohonan.

Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto melarang pemasangan alat
peraga kampanye (APK) pada 12 titik jalan Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) selama
Pemilu 2024. KPU Makassar pun akan menindaklanjuti kebijakan dari pemerintah. Larangan
tersebut tertuang dalam surat bernomor: 970/2333//Bapenda/XI/2023 tanggal 22 November
2023. Surat tersebut ditekan oleh Danny Pomanto pada 22 November 2023.

Adapun 12 titik jalan di Kota Makassar yang dilarang pemasangan APK, sebagai
berikut:

 Jalan Jenderal Sudirman;


 Jalan Jenderal Ahmad Yani
 Jalan Penghibur;
 Jalan Haji Bau;
 Jalan Somba Opu;
 Jalan Pasar Ikan;
 Jalan Ujung Pandang;
 Jalan Balai Kota;
 Jalan Gunung Bawakaraeng;
 Jalan Dr Sam Ratulangi;
 Jalan Urip Sumoharjo;
 Jalan AP Pettarani.
Kerap ditemukan pada saat kampanye di alat peraga kampanye terdapat Partai X dan
Y menjalin koalisi untuk mengusung kandidat dalam pemilu serta memberikan dukungan
kepada kandidat guna untuk memenangkan pemilu. Namun terkadang regulasi yang berlaku
itu tidak diindahkan oleh para peserta pemilu karena pada sepanjang jalan masih terdapat alat
peraga kampanye yang terpasang pada pepohonan yang seharusnya sudah menjadi larangan
namun tetap ada pemasangan pada titik itu. Selain merusak keindahan kota, atribut yang
terpasang pada pohon apalagi sampai dipaku bisa berdampak terhadap kesehatan. Pohon yang
dirusak dengan paku lama-lama bisa mengalami kematian jika dibiarkan. Dari beberapa
literatur ilmiah bahwa pemasangan paku pada pohon dapat merusak jaringan kayu salah
satunya adalah Kambium kayu, yang akan menghambat sirkulasi air dan nutrisi. Hal Ini bisa
menyebabkan kematian sebagian atau seluruh bagian pohon. Selain itu, memaku pohon dapat
menjadi jalur masuk bagi penyakit atau patogen dan meningkatkan risiko infeksi. Manfaat
pohon yaitu manfaat estetika yaitu hijaunya hutan memberi pemandangan menyejukkan dan
manfaat klimatologis terciptanya iklim mikro, seperti kelembaban udara, suhu, dan curah
hujan sehingga terciptanya iklim yang stabil dan sehat.

Contoh kasus seperti di Jl. AP Pettarani misalnya, masih terdapat baliho dan spanduk
dari Calon Legislatif (Caleg) dan Calon Presiden-Wakil Presiden (Capres-Cawapres)
bertebaran. Dimulai dari pertigaan antara Jl Boulevard-AP Pettarani, terpantau sejumlah
spanduk caleg maupun ketua parpol masih terpasang. Mulai dari baliho yang berukuran
sedang hingga ukuran besar. Berdasarkan kasus tersebut seolah kita abai atau menganggap
hal itu adalah hal-hal yang biasa saja terjadi apalagi pada saat kampanye padahal tidak
seharusnya seperti itu terjadi ketika kita menyadari regulasi yang sudah diuraikan diatas
apalagi seorang yang mengemban gelar sebagai orang-orang terpelajar dalam hal ini sebagai
seorang mahasiswa/i. Dalam Pemilu 2024 nantinya, generasi muda memiliki peran penting
dalam menentukan nasib bangsa Indonesia dalam lima tahun ke depan. Para pemilih muda
diharapkan dapat teliti dalam memilih calon yang akan dipilih. Serta partai politik dan calon
pemimpin dapat lebih mendengarkan aspirasi generasi muda demi kemajuan dan proses
demokrasi di Indonesia.

Sebagai seorang yang merasa dirinya mahasiswa/i marilah kembali yaitu mencari
kebenaran yang kemudian diharapkan mampu menyampaikan kebenaran tersebut serta
senantiasa bertanya-tanya akan tindakan dan perubahan apa yang telah dilakukan untuk hal
yang bermanfaat selama menjadi mahasiswa/i. Pun solusi yang dapat dilakukan salah satunya
yaitu dengan metode legal action yaitu melaporkan kasus itu kepada pihak yang memiliki
wewenang dalam hal ini Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk menindaklanjuti hal
tersebut. Sama halnya seperti Juris quidem ignorantium cuique nocere, facti verum
ignorantiam non nocere adalah pengabaian terhadap hukum akan merugikan semua orang,
tetapi pengabaian terhadap fakta tidak. Maka kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan
kasus terkait pelanggaran yakni penulis mengecam tindakan pelanggaran terhadap
pemasangan alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan regulasi. Oleh karena itu,
penulis berharap kepada pihak yang berwenang agar kiranya sesegera mungkin untuk
menindaklanjuti hal tersebut guna untuk mengindahkan regulasi atau aturan-aturan yang
berlaku di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai