Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENGAWASAN KAMPANYE

DAN

MASA TENANG PADA PEMILIHAN UMUM


TAHUN 2024

PANWASLU KECAMATAN PANGATIKAN

Jalan Sukarasa No. 49 Rt/Rw 02/02 Desa Sukarasa


Kecamatan Pangatikan

Email: panwaspangatikan2017@gmail.com
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji dan syukur kami


panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat
menyelesaikan laporan akhir penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa (P3S).
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan curahkan kehadirat Nabi
Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta orang-orang yang
mengakuinya yang telah membimbing umat manusia kejalan yang benar untuk menuju
kehidupan kebahagian dunia dan akhirat.
Laporan akhir penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa (P3S) ini
merupakan laporan dalam pengawasan kampanye dan masa tenang pemilihan umum
tahun 2024. Mengingat laporan ini yang menjadi tugas kami untuk menggali lebih luas
dan mendalam, namun kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan penyusun, baik tentang pengetahuan dan literature
yang kami miliki.
Maka dari itu, adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi ketercapainya laporan yang lebih baik dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Garut, Maret 2024

Tim Penyusun

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum
Pemilihan umum (disingkat Pemilu) adalah proses pemilihan untuk
memilih sebagian besar atau seluruh anggota suatu badan terpilih badan
legislatif dan presiden yang dipilih secara langsung oleh masyarakat.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara
persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan
publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi
dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye
pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh
para kandidat atau politikus selaku komunikator politik.
Untuk menjaga persatuan masyarakat meskipun terdapat perbedaan
pandangan politik serta menghindari kritik terhadap teknik agitasi dan
propaganda yang harus dilakukan kandidat, komunikator politik menggunakan
cara tatap muka, memberikan informasi yang jelas, menggunakan komunikasi
verbal, aktif mendengarkan masukan positif dari masyarakat, bertanya,
mengendalikan emosi dan diplomasi. Dalam Pemilu, para pemilih dalam pemilu
juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta pemilu menawarkan
janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye.
Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang
hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses
penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau
sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui
oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.
Pemilihan umum bukan akhir dari sebuah proses menentukan pilihan,
tapi awal dari membentuk masa depan. Perebutan kekuasaan melalui proses
elektoral menjadi pijakan awal menentukan jalannya pemerintahan.
Pemerintahan yang baik dimulai dari seleksi yang baik. Keikutsertaan perebutan
kekuasaan dengan cara yang buruk, akan mengurangi kualitas pemerintahan
yang baik. Semakin buruk proses perebutan kekuasaan, semakin membutuhkan
kekuatan bersama melakukan penolakan.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 3
Pemilihan umum adalah cara memilih pemimpin yang paling beradab.
Prinsip demokrasi dengan memuliakan suara pemilih sekaligus menghormati
hak asasi. Integritas pemilihan umum dibuktikan dengan pelaksanaannya yang
terbuka, kemandirian para penyelenggara, kebebasan dan penghormatan
terhadap pilihan pribadi, memurnikan suara pemilih dan menghukum
kecurangan. Itulah marwah pemilu. Menjadikan pemilihan umum seumum
mungkin yang bersih dari segala intervensi, memilih tanpa ancaman dan
intimidasi. Pihak yang memiliki kewenangan tidak menggunakannya untuk
bertindak curang. Tidak melakukan politisasi SARA dan ujaran kebencian.
Menjaga marwah demokrasi adalah mempertahankan kehormatan pemilu
dengan menjaga harga diri setiap yang terlibat didalamnya, terutama
penyelenggara, peserta dan pemerintah. Seluruh tindakan pribadi dan kebijakan
kelembagaan wajib menjunjung tinggi nama baik individu dan instansi.
Oleh karena itu, kami panwaslu kecamatan pangatikan dalam proses
tahapan pemilu baik itu tahapan masa kampanye dan masa tenang sesuai dengan
perundang – undangan yang berlaku, aman, lancar dan kondusif.

B. Dasar Hukum
 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum
 PKPU Nomor 15 Tahun 2023 tentang kampanye pemilihan umum
 Pedoman teknis pelaksanaan kampanye pemlihan umum pasal 82 PKPU
15/2023
 Perbawaslu Nomor 11 Tahun 2023 tentang pengawasan masa kampanye
 Perbawaslu Nomor 7 Tahun 2022 tentang penanganan temuan dan
laporan pelanggaran pemilihan umum
 Perbawaslu Nomor 8 Tahun 2022 tentang penyeselesaian pelanggaran
pada pemilihan umum

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 4
C. Maksud dan Tujuan
 Melaporkan kegiatan kampanye pertemuan terbatas, pertemuan tatap
muka, penyebaran bahan kampanye, pemasangan alat peraga baik di
media sosial maupun alat peraga kampanye di tempat umum, kegiatan
lainnya
 Agar kita semuanya senantiasa mengetahui tentang kegiatan tahapan
kampanye dari tanggal 28 November 2023 – 10 Februari 2024.
 Melaporkan kegiatan dimasa tenang pemilu 2024, berdasarkan pasal 1
angka 10 peraturan KPU nomor 3 Tahun 2022.
 Masa tenang diteteapkan selama 3(tiga) hari, pada masa tenang peserta
pemilu 2024 dilarang melakukan kampanye sesuai dengan pasal 275 ayat
1 UU Nomor 7 Tahun 2017.
 Membersihkan alat peraga kampanye (APK) dan alat peraga sosialisasi
(APS)
 Peserta pemilu ketika dalam masa tenang pemilu 2024, agar mengetahui
dan masyarakat senantiasa melaporkan bila terjadi hal yang mengganggu
di masa tenang pemilu 2024.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 5
BAB II

PENGAWASAN KAMPANYE DAN MASA TENANG

A. Penyusunan Program Kerja

Kampanye Anggota DPD, DPR, DPRD Propinsi dan DPRD Kab/Kota, serta
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden
 Pertemuan terbatas
 Pertemuan tatap muka
 Penyebaran bahan kampanye
28 November 2023-10 Februari 2024
 Pemasangan alat peraga
 Media Sosial
 Kegiatan lain
 Kampanye rapat umum
 Di ikuti oleh partai peserta pemilu
yang dilakuka sesuai jadwal yang
21 Januari – 10 Februari 2024
telah diatur dengan pembagian zona
 Iklan media massa, cetak, media
elektronik, dan internet.
 Penertiban Alat Peraga Kampanye
11 – 13 Februari 2024
(APK)

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 6
B. Pelaksanaan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang
B.1 Pengawasan Kampanye
Jadwal Metode Hasil Pengawasan Tindak lanjut
Kampanye
Kamis, Pertemuan Pada hari Kamis, 30 Nopember 2023, bertempat Menindaklanjuti
30/11/2023 Terbatas wisata binar alam view Citangtu Pangatikan, dan menekankan
melaksanakan patroli pengawasan melekat pengawasan
(waskat) pada deklarasi dukungan yang diadakan melekat serta
oleh paguyuban pangkas rambut kepada paslon LHP, ALKER
nomor urut 2 (prabowo-gibran), dengan jumlah dan Laporan
peserta ±100 orang. Tidak ada indikasi dugaan cepatnya agar
pelanggaran baik kode etik, pidana atau yang bisa di kerjakan
lainnya. dan di laporkan
kepada
panwascam
untuk
dilanjutkan
kembali ke
Bawaslu
Kabupaten
Sabtu, Pertemuan Melaksanakan pengawasan kampanye yang Menindaklanjuti
2/12/2023 Tatap dilaksanakan oleh caleg dari partai PPP no urut 1 dan menekankan
Muka dapil 3 Garut (Suherlan,S.HI) yang mana dalam pengawasan
kegiatan pelaksanaan kampanye tersebut tidak melekat serta
ada unsur pelanggaran. Kampanye tersebut LHP, ALKER
dengan metode tatap muka dengan peserta ± 90 dan Laporan
orang, dengan membagikan APK kalender, cepatnya agar
kampanye dimulai dari pukul 13.00 – 15.00 bisa di kerjakan
WIB. dan di laporkan
kepada
panwascam
untuk

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 7
dilanjutkan
kembali ke
Bawaslu
Kabupaten
Kamis, Reses PKD Sukamulya telah melaksanakan Menindaklanjuti
7/12/2023 (Non pengawasan Reses di Kp. Panyaweyan RW.06 dan menekankan
Tahapan) Desa Sukamulya yang dilaksanakan oleh dewan pengawasan
partai PKS Dapil 3 DPRD Kab.Garut, (Dede melekat serta
Salahuddin) yang mana dalam pelaksanaan LHP, ALKER
Reses tersebut tidak ada unsur kampanye dan Laporan
Reses tersebut dimulai dari jam 16.30 s/d 17.3 cepatnya agar
bisa di kerjakan
dan di laporkan
kepada
panwascam
untuk
dilanjutkan
kembali ke
Bawaslu
Kabupaten
Sabtu, Reses PKD Cimaragas telah melaksanakan Menindaklanjuti
9/12/2023 (Non pengawasan non tahapan (Reses) di Kp. Pinggir dan menekankan
Tahapan) Sari RT.01 RW.05 Desa Cimaragas Kecamatan pengawasan
Pangatikan. Pada hari Sabtu, 09 Desember 2023 melekat serta
pukul 15.30 s/d 17.00 WIB. LHP, ALKER
Kegiatan Reses tersebut dilaksanakan oleh dan Laporan
anggota DPRD Kab Garut dari Fraksi Gerindra cepatnya agar
(Lulu Gandi). Dalam Reses tersebut Bapak Lulu bisa di kerjakan
Gandi menyampaikan perencanaan dan di laporkan
pembangunan di Kabupaten Garut dan menerima kepada
usulan/aspirasi serta harapan dari masyarakat panwascam
yang hadir. Setelah saya awasi dan kegiatan untuk

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 8
tersebut dipastikan tidak ada unsur kampanye. dilanjutkan
Diakhir acara tersebut ada pembagian nasi kotak, kembali ke
Snack dan uang transportasi sebesar Rp.25.000 Bawaslu
kepada peserta yang hadir. Tidak ada pembagian Kabupaten
bahan kampanye bentuk apapun. Reses tersebut
dihadiri oleh ±60 Orang dari berbagai unsur,
tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda
dan masyarakat sekitar.
Minggu, Pertemuan PKD Desa Karangsari telah melaksanakan Menindaklanjuti
10/12/2023 tatap muka pengawasan di Kp. Pangatikan RT.01/RW.01 dan menekankan
Desa Karangsari. Pada hari Minggu, 10 pengawasan
Desember 2023 pukul 10.00 s/d 11.00 WIB. melekat serta
Kampanye tersebut dilaksanakan oleh caleg LHP, ALKER
DPRD Kab Garut Dapil 3 atas nama Ramlan dan Laporan
Gumilar, S.H dan caleg DPRD Provinsi Jabar cepatnya agar
XIV atas nama Deddy Arijanto dari PSI. Dalam bisa di kerjakan
kampanye tersebut, menyampaikan program dan di laporkan
bantuan pembuatan akta Yayasan dan kepada
membagikan snack konsumsi serta bahan panwascam
kampanye berupa stiker dan kalender. Dalam untuk
kampanye tersebut dihadiri oleh peserta dilanjutkan
kampanye ±75 orang dan tidak ada unsur kembali ke
pelanggaran kampanye. Bawaslu
Kabupaten
Sabtu, Pertemuan Pada hari Sabtu, 16 Desember 2023 yang Menindaklanjuti
16/12/2023 terbatas bertempat di Villa Bapak Opang (Sofwan Salaf) dan menekankan
Kp. Cilulumpang Rt/Rw 01/03 Desa Babakanloa pengawasan
Kecamatan Pangatikan pukul 09.00 s.d 12.00 melekat serta
WIB. Kegiatan acara deklarasi relawan pemanis LHP, ALKER
paslon nomor urut 1 (Anies & Muhaimin). Turut dan Laporan
hadir dalam acara tersebut KH. Nonof Hanafi cepatnya agar
sebagai penggagas dan penanggung jawab acara bisa di kerjakan

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 9
dan KH. Cecep Abdul Halim sebagai dewan dan di laporkan
penasehat. Peserta kampanye yang hadir sekitar kepada
200 orang lebih meliputi dari 17 kecamatan yang panwascam
ada di Kabupaten Garut. Acara tersebut telah untuk
berkoordinasi dengan pihak keamanan terkait dilanjutkan
acara tersebut, baik kepada polsek setempat kembali ke
maupun unsur dalmas polres garut. Diakhir acara Bawaslu
deklarasi dilanjut dengan acara pengukuhan Kabupaten
pengurus relawan pemanis paslon capres urut 1
yang di ketuai oleh KH. Aceng Gandi dan Zam-
Zam Zomantara sebagai Sekretaris tim relawan
pemanis paslon nomor urut 1.
Minggu, Pertemuan Pada hari ini Minggu, 31 Desember 2023 salah Menindaklanjuti
31/12/2023 tatap muka satu calon legislatif DPR RI DAPIL 11 dari dan menekankan
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) atas nama pengawasan
H. Marlan melaksanakan kegiatan kampanye di melekat serta
Kp. Cipari Rt 01 Rw 06 Desa Sukarasa LHP, ALKER
kecamatan Pangatikan. Pada pelaksanaan nya dan Laporan
Calon anggota legislatif dan tim sukses tersebut cepatnya agar
mengumpulkan para tokoh masyarakat di bisa di kerjakan
wilayah kampung Cipari, dalam kegiatan dan di laporkan
tersebut calon anggota legislatif menyampaikan kepada
visi dan misi serta mendengarkan dan mejawab panwascam
aspirasi yang disampaikan oleh para tokoh tidak untuk
memberikan APK ataupun bahan kampanye. dilanjutkan
kembali ke
Bawaslu
Kabupaten
Kamis, Pertemuan Pada hari Kamis, 4 Januari 2024 salah satu Menindaklanjuti
4/1/2024 terbatas pasangan Calon Presiden no urut 1 yang diwakili dan menekankan
oleh Dr. (H.C) H. Abdul Muhaimin Iskandar, pengawasan
M.Si yang merupakan calon wakil Presiden no melekat serta

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 10
urut 1 melaksanakan kegiatan kampanye dengan LHP, ALKER
mengadakan pertemuan terbatas di lingkungan dan Laporan
Pondok Pesantren Cipari Kp Cipari RT 01 RW cepatnya agar
06 Desa Sukarasa Kecamatan Pangatikan bisa di kerjakan
Kabupaten Garut. Bersama tokoh dan keluarga dan di laporkan
besar Pondok Pesantren Cipari Pangatikan. kepada
Peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut panwascam
berjumlah ± 400 orang terdiri dari simpatisan, untuk
kader, partai pengusung, tokoh parpol, tokoh dilanjutkan
agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat luas. kembali ke
Dalam pelaksanaan kegiatan kampanye tersebut, Bawaslu
diawali dengan pembukaan, sambutan, sholawat Kabupaten
yang dilaksanakan oleh TKD Anis-Muhaimin
yang diwakili oleh KH. Abdul Gani, KH. Cecep
Abdul Halim, KH. Zamzam Zomantara, dan
perwakilan alumnus Pondok Pesantren Cipari
sambil menunggu kedatangan Dr. (H.C) H.
Abdul Muhaimin Iskandar, M.Si.
Pada pukul 16.00 Dr. (H.C) H. Abdul Muhaimin
Iskandar, M.Si, sebagai calon wakil Presiden no
1 hadir di lokasi serta menyampaikan Visi dan
Misi serta janji kampanye. Dalam orasinya
cawapres nomor 1 menyampaikan program
perubahan, baik perubahan dalam ekonomi,
perubahan politik, UMKM, perubahan
masyarakat kecil dari segi bidang petani,
nelayan, guru/guru agama, pengangkatan
honorer/sukwan serta menjadikan garut bebas
dari stunting, karena garut merupakan terbesar
pertama penyakit stunting di Jawa Barat. Maka
dari itu cawapres nomor 1 mengajak kepada
semua elemen masyarakat untuk melakukan

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 11
perubahan. Serta di lanjutkan pembacaan
deklarasi dukungan yang di sampaikan TKD
Anis-Muhaimin yang di pimpin oleh Hilman arif
salaf. Dari hasil pengawasan PKD Sukarasa
dalam kegiatan kampanye ini tidak di temukan
unsure pelanggaran dalam kegiatan kampanye
tersebut.
Senin, Reses Pada hari Senin, 15 Januari 2024 pukul 16.00- Menindaklanjuti
15/1/2024 (Non 17.30 tempat Kp. Babakanloa RT/RW 02/08 dan menekankan
Tahapan) Desa Babakanloa Kecamatan Pangatikan pengawasan
Kabupaten Garut. Melakukan pengawasan melekat serta
melekat anggota DPRD Kabupaten Garut Fraksi LHP, ALKER
PKS H. Dede Salahudin, dan merupakan calon dan Laporan
legislatif PKS dapil 3. Peserta yang hadir tokoh cepatnya agar
agama, tokoh masyarakat ±20 Orang. Dalam bisa di kerjakan
pelaksanaan kegiatan anggota dewan tersebut dan di laporkan
menyampaikan prakata dan mengadakan sesi kepada
tanya jawab khususnya terkait aspirasi untuk panwascam
masyarakat yang ada di wilayah Babakanloa untuk
Pangatikan. Acara selesai pada pukul 17.30 dilanjutkan
WIB, tidak terjadi pelanggaran di karenakan kembali ke
acara tersebut terfokus pada reses tanpa ada Bawaslu
kegiatan kampanye. Kabupaten
Senin, Pertemuan Pada hari Senin, 15 Januari 2024 pukul 10.00- Menindaklanjuti
15/1/2023 terbatas 11.00 tempat Lapang Setra Bakti Cihuni Desa dan menekankan
Cimaragas Kecamatan Pangatikan Kabupaten pengawasan
Garut. Calon legislatif partai ummat dapil. melekat serta
Melaksanakan silaturahmi, konsolidasi dan LHP, ALKER
transit kendaraan di lapang setra bakti cihuni, dan Laporan
dan dihadiri 50 orang anggota, kader, simpatisan cepatnya agar
dari partai ummat Dalam pelaksanaan kegiatan bisa di kerjakan
tersebut tidak ada orasi menyampaikan visi, misi dan di laporkan

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 12
dari semua anggota, kader, simpatisan partai kepada
ummat. Hanya transit untuk kemudian panwascam
dilanjutkan lagi berangkat ke Kecamatan Cibatu. untuk
dilanjutkan
kembali ke
Bawaslu
Kabupaten
Senin, Pertemuan Pada hari Senin, 15 Januari 2024 pukul 09.00- Menindaklanjuti
15/1/2023 tatap muka 12.00 tempat di Villa Palinggihan RT/RW dan menekankan
01/06 Desa Sukarasa Kecamatan Pangatikan pengawasan
Kabupaten Garut. Calon legislatif DPR RI melekat serta
DAPIL Jawa Barat XI dari Partai GOLKAR no LHP, ALKER
urut 5 atas nama Giofedi Rauf, S.H., M.H. dan Laporan
Melaksanakan kegiatan kampanye tatap muka cepatnya agar
yang dilaksanakan oleh tim pemenangan dengan bisa di kerjakan
mengadakan pertemuan tatap muka di Villa dan di laporkan
Palinggihan Jl. Sawahlega Kp Cipari RT 01 RW kepada
06 Desa Sukarasa Kecamatan Pangatikan panwascam
Kabupaten Garut dan dihadiri 20 orang peserta. untuk
Dalam pelaksanaan kegiatan kampanye tersebut, dilanjutkan
pada pukul 10.00 diawali dengan pembukaan kembali ke
yang dilaksanakan oleh tim pemenangan dengan Bawaslu
menyampaikan visi misi dan rencana kedepan Kabupaten
dari calon legislatif tersebut yang di wakili oleh
tim pemenangan. Dengan harapan dengan
adanya silaturahmi ini kami atas nama tim
pemenangan dari caleg tersebut mempunyai visi
untuk membangun Kabupaten Garut umumnya
dan Kecamatan Pangatikan khususnya. Pada
pukul 12.00 WIB acara selesai dilaksanakan dan
di akhiri dengan pembagian stiker dan banner
alat peraga kampanye (APK) kepada para

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 13
audiens yang hadir.
Minggu, Pertemuan Pada hari Minggu,4 februari 2024 salah satu Menindaklanjuti
4/2/2023 tatap muka salah satu calon legislatif DPRD DAPIL III dan menekankan
Kabupaten Garut dari Partai NASDEM No. Urut pengawasan
1 atas nama Hj. Diah Melaksanakan kegiatan melekat serta
kampanye yang dilaksanakan di Kp. Sukamulya LHP, ALKER
RT 01/03 Desa Kabupaten Garut dan dihadiri dan Laporan
±50 orang peserta. Dalam pelaksanaan kegiatan cepatnya agar
kampanye tersebut Calon anggota legislative bisa di kerjakan
tersebut mengemukakan visi dan misinya dan di laporkan
sebagai calon anggota legislatif dan di teruskan kepada
membagikan APK berupa kalender dan sembako panwascam
berupa minyak goreng yang kumulatif harganya untuk
tidak melebihi Rp.100.000,. Dari hasil dilanjutkan
pengawasan PKD Sukarasa dalam kegiatan kembali ke
kampanye ini tidak di temukan pelanggaran dan Bawaslu
acara tidak menimbulkan sengketa pemilu. Kabupaten

B.II Pengawasan Masa Tenang


Jadwal Informasi Hasil Pencegahan di Kendala Yang Dialami dan
Pengawasan masa tenang Tindak Lanjut
Minggu, Patroli pengawasan di Patroli Kendala dialami cuaca yang
11/2/2024 masa tenang pengawasan di tidak menentu,sehingga patroli
masa tenang pengawasan berhenti dahulu
dengan ketika cuaca hujan.
berkeliling
sekitaran
kecamatan dan
jalan-jalan desa
bersama
steakholder
forkopimcam

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 14
agar dimasa
tenang ini tidak
ada kegiatan
aktifitas
kampanye
Senin, Penertiban alat kampanye Telah Kendala dialami,kurang
12/2/2024 (APK) dilaksanakannya tersedianya alat-alat unuk
pengawasan mebersihkan
penertiban alat apk,alakadarnya,tapi bisa
peraga kampanye teratasi bersama-sma, calon
(APK) bersama yang memasang apk
forkopimcam kebanyakan melanggar k3 serta
kecamatan di di pasang tinggi di tiang listrik
masa tenang atau pohon. Himbauan kepada
pemilu 2024. PAC agar senantiasa
memberikan pemberitauan dan
edukasi kepada para calon akan
pemasang alat peraga sesuai
aturan.
Selasa, Patroli Pegawasan Selain patroli Kendala yang dialami yaitu
13/2/2024 Logistik pengawasan di kurangnya armada kendaraan
masa tenang serta logistik dari PPK ke PPS, serta
patroli armada PPS ke KPPS,apalagi
pengawasan alat jangkauan desa terjauh seperti
peraga kampanye sukahurip, dengan keterbatasan
(apk) kami juga tersebut kami memberikan
melakukan himbauan kepada PPK dan PPS
pengawasan agar senantiasa bekerjasama
melekat (waskat) semuanya baik
patroli kesekretariatannya atau tenaga
pengawasan dan pendukung.
pendistribusian

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 15
logistik dari
gudang PPK ke
PPS dilanjut dari
PPS ke KPPS.

C. Proses dan Upaya Pencegahan


Pemilihan Umum adalah proses suksesi kepemimpinan sebagai wujud
tumbuhnya demokrasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga dengan
adanya UU No. 7 Tahun 2017 tersebut dimaksudkan untuk mengawal proses
demokrasi tersebut berlangsung secara jujur (fair play), tertib, dan aman
sehingga menciptakan Pemilihan Umum yang berintegritas (integrity
electorale) oleh karenanya penegakan hukum (law enforcement) dalam setiap
terjadinya tindak pidana pemilu adalah merupakan keniscayaan untuk
mewujudkan pemilihan umum tahun 2024 subtansial dan berintegritas.
Proses pengawalan demokrasi tidak terlepas dari peran serta rakyat
dalam menentukan sikap untuk memilih pemimpin yang berkualitas melalui
mekanisme pemilihan umum yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan pemilu yang secara jelas melindungi segenap hak konstitusional
warga negaranya untuk menentukan pilihannya sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”. Makna dari ‘kedaulatan berada di tangan
rakyat’ yaitu bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan
kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk
pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta
memilih wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan.
Perwujudan kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui pemilu sebagai
sarana bagi rakyat, untuk memilih pemimpin melalui pemilihan Presiden dan
wakil Presiden yang dipilih dalam satu pasangan secara langsung serta memilih
wakilnya.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 16
Pengawasan pemilu yang dilakukan oleh kami merupakan kegiatan
mengamati, mengkaji, memeriksa, dan menilai proses penyelenggaraan pemilu
sesuai peraturan perundang-undangan. Pengertian pengawasan pemilu tersebut
merupakan pengertian baku yang berlaku dalam mendefinisikan tugas
pengawasan pemilu oleh pengawas pemilu, yang pada dasarnya mencakup 4
aspek penting:
1. Mengamati; seluruh penyelenggaraan terhadap pemilu baik oleh penyelenggara
pemilu, peserta pemilu, maupun pihak lain seperti pemerintah, media massa, dan
lain-lain;
2. Mengkaji; yakni kegiatan menganalisa kejadian-kejadian tertentu dalam proses
penyelenggaraan pemilu yang patut diduga merupakan bentuk pelanggaran
pemilu;
3. Memeriksa; yakni kegiatan melihat dan mencermati bukti-bukti awal yang
didapatkan terkait dengan dugaan pelanggaran yang terjadi, sebagai pendukung
dalam proses pengkajian; dan
4. Menilai; yakni kegiatan untuk menilai dan menyimpulkan hasil kegiatan
pengawasan.
Undang-undang nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum
memberikan tugas yang tidak ringan kepada Bawaslu, selain melakukan
pencegahan Bawaslu juga dituntut untuk melakukan penindakan terhadap
pelanggaran Pemilu dan sengketa proses Pemilu. Dua aspek yang diamanahkan
undang-undang tersebut diramu dalam definisi pengawasan Pemilu yaitu
kegiatan pengamatan, pengkajian, pemeriksaan dan penilaian penyelenggaraan
Pemilu sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pasal 94 undang-undang 7
tahun 2017 menyatakan bahwa Tugas untuk melakukan pencegahan dilakukan
dengan berbagai macam mekanisme, yaitu (1) mengindentifikasi dan
memetakan potensi kerawanan serta pelanggaran Pemilu; (2) mengoordinasi,
menyupervisi, ,membimbing, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
Pemilu; (3) berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait; dan (4)
meningkatkan partisifasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 17
Dalam penjabarannya keempat proses pencegahan tersebut dapat
dijelasan sebagai berikut yaitu:
1. Mengindentifikasi dan memetakan potensi kerawanan serta pelanggaran Pemilu.
Sebelum melakukan pengawasan Pemilu, Bawaslu melakukan
pengindentifikasian dan memetakan potensi kerawanan. Disini merupakan
tantangan bagi Panwaslu, Bawaslu bagaimana pengawas Pemilu lebih awal
mengurai potensi kerawanan dan pelanggaran dalam setiap tahapan Pemilu, agar
potensi tersebut dapat dicegah lebih awal oleh pengawas Pemilu. Jika sudah
dilakukan upaya pencegahan, maka Panwaslu, Bawaslu dapat segera melakukan
penindakan yang dapat memberikan efek jera terhadap pelaku pelanggaran
Pemilu, hal ini penting dilakukan agar Bawaslu mempunyai formulasi dan
Teknik dalam melakukan tindakan pengawasan;
2. Mengoordinasi, mensupervisi, membimbing, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan Pemilu. Tugas tersebut sangat penting dalam rangka
memastikan bahwa pengawas Pemilu di semua tingkatan taat asas dan taat
aturan dalan menjalankan tugas, sehingga setiap saat harus berkoordinasi antar
pihak, serta harus melakukan pembinaan dan bimbingan kepada semua pihak
yang tersandung perkara hukum Pemilu, dan terus memantau penyelenggaraan
Pemilu serta melakukan evaluasi hasil pengawasan Pemilu;
3. Berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait; berkoordinasi dengan
pemerintah dalam hal memastikan netralitas aparatur sipil Negara (ASN), ASN
tidak boleh ikut serta dalam setiap sosialisasi maupun kampanye peserta Pemilu,
karena setiap aspek tahapan kampanye sangat rentan disusupi ASN yang ingin
cari muka terhadap incumbent atau calon lain dengan harapan imbalan jabatan
ketika terpilih nanti, maupun ASN yang bersangkutan ada hubungan
kekerabatan dengan pasangan calon yang menjadi peserta Pemilu; dan
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu. Dalam
undang- undang Pemilu partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara seperti sosialisasi Pemilu, pendidikan politik bagi pemilih, serta
survei atau jejak pendapat tentang Pemilu dan penghitungan cepat hasil Pemilu.
Selain itu pula partisipasi masyarakat dalam kepengawasan bisa di praktekkan
masyarakat dalam laporan pelanggaran Pemilu. Jadi, masyarakat bisa

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 18
menyampaikan laporan langsung kepada pengawas Pemilu terdekat jika ada
pelanggaran Pemilu. Semakin banyak laporan masyarakat berarti semakin baik
pula tingkat partisipasi masyarakat dalam pengawasan partisipatif,yang artinya
juga sosialisasi yang dilakukan Bawaslu bisa dikatakan sukses. Tetapi semakin
sedikit laporan dari masyarakat yang diterima maka bisa dikatakan semakin
buruk pula cara dan Teknik Panwaslu, Bawaslu mendorong pengawasan
partisipatif. Walaupun laporan masyarakat bukan satu-satunya indikator
suksesnya pengawasan partisipatif tetapi sebagai Lembaga pengawas Pemilu
Bawaslu satu-satu pintu masuk laporan, maka Bawaslu harus mempunyai
strategi jitu dalam medorong pemilih untuk menyampaikan laporan jika terjadi
pelanggaran atau kecurangan. Dalam konteks pengawasan partisipatif, Bawaslu
seharusnya berupaya mendorong partisipasi masyarakat dengan berbagai macam
agenda yang didesain sebagai penyulut semangat masyarakat dalam ikut serta
untu melakukan pengawasan partisipatif, tujuannya utamanya adalah agar
Bawaslu punya partner dalam bekerja, karena Bawaslu tidak bisa berperan
sendiri dalam melakukan pengawasan.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 19
BAB III
PENANGANAN PELANGGARAN

A. Data Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu


Pelanggaran Pemilu adalah tindakan yang bertentangan atau tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan terkait Pemilu.
Berbicara mengenai penanganan pelanggaran Pemilu, pada pelaksanaan
Pemilu tahun 2024 terdapat sejumlah pelanggaran Pemilu yang ditangani oleh
pengawas Pemilu. Dari beberapa varian jenis pelanggaran Pemilu yang
ditangani oleh pengawas Pemilu, jenis pelanggaran tindak pidana Pemilu
memiliki problematika tersendiri didalam penanganannya. Kita ketahui bersama
bahwa dalam konstruksi undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
pemilihan umum (UU Pemilu) mengatur bahwa penanganan pelanggaran tindak
pidana Pemilu ditangani oleh pengawas Pemilu dengan membentuk sentra
penegakan hukum terpadu (Sentra Gakkmudu).
Keberadaan Sentra Gakkumdu dalam penanganan pelanggaran tindak
pidana Pemilu dihadirkan untuk mengoptimalkan penanganan pelanggaran
tindak pidana Pemilu dalam pelaksanaan pemilihan umum, mengingat salah satu
tahapan dalam penanganan pelanggaran tindak pidana Pemilu yakni proses
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Proses penyelidikan, penyidikan dan
penuntut tidak dapat dilakukan oleh pengawas Pemilu karena undang-undang
tidak memberikan kewenangan tersebut. Keberadaan penyidik kepolisian dan
jaksa penuntut umum dalam sentra Gakkumdu mampu memberikan kontribusi
yang maksimal didalam proses penanganan pelanggaran tindak pidana Pemilu.
Dalam praktik pelaksanaanya terdapat beberapa problemtika yang cukup
mendasar yakin menyangkut perubahan atau penggatian anggota Gakkumdu dari
unsur kepolisian maupun kejaksaan, sehingga membuat proses penanganan
pelanggaran menjadi tidak maksimal. Selain itu pula, subtansi UU Pemilu yang
mengatur tindak pidana Pemilu juga memiliki unsur yang sangat sulit untuk
dipenuhi dan tidak dapat dilakukan penindakan. Di antara pasal pasal tersebut
yakni Pasal Pasal 492, Pasal 515, Pasal 523 ayat (1), dan Pasal 547 UU Pemilu.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 20
UU Pemilu mengatur kurang lebih 67 pasal yang berkaitan dengan
tindak pidana Pemilu, yang mana ketentuan tersebut jauh lebih banyak dari
ketentuan tindak pidana dalam penyelenggara pemilihan gubernur dan wakil
gubernur. Dari 67 jumlah ketentuan tersebut, terdapat beberapa pengaturan
mengenai tindak pidana Pemilu yang memiliki unsur delik sulit untuk
dibuktikan. Hal ini terkonfirmasi dari proses penanganan pelanggaran tindak
pidana Pemilu pada tahun 2019. Ketentuan delik pasal tersebut memberikan
konstribusi secara subtantif didalam lemahnya penanganan pelanggaran tindak
pidana Pemilu. Adapun pasal-pasal yang dimaksud meliputi : Pasal 492, Pasal
494, Pasal 495 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 513, Pasal 515, Pasal 518, dan Pasal
545. Pasal diatas, memberikan gambaran bahwa terdapat beberapa pasal
ketentuan pidana dalam UU Pemilu yang memiliki unsur pasal sulit untuk
diterapkan dalam penanganan pelanggaran tindak pidana Pemilu tahun 2024.
Disamping itupula, ketentuan beberapa pasal diatas lebih tepat masuk
kedalam ketentuan pelanggaran administratif Pemilu bukan tindak pidana
Pemilu, mengingat dalam praktik penyelenggaraan Pemilu perbuatan tersebut
murni perbuatan administratif dan pelanggaran administratif. Penanganan
pelanggaran tindak pidana Pemilu diatur secara tegas dalam UU Pemilu, dan
secara teknis diatur dalam Peraturan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tentang
Sentra Gakkumdu. Secara kelembagaan penanganan pelanggaran tindak pidana
Pemilu melibatkan beberapa kelembagaan yang terdiri dari Kepolisian,
Kejaksaaan dan pengawas Pemilu yang tergabung dalam Sentra Gakkumdu. 20
Berdasarkan ketentuan Pasal 486 UU Pemilu, bertujuan untuk memberikan
kesemaan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana Pemilu. Secara
kelembagaan, Sentra Gakkumdu berada pada tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota yang diberikan kewenangan berdasarkan ketentuan UU Pemilu,
meskipun secara kelembagaan memiliki tingkatan yang berbeda akan tetapi pola
penanganan tindak pidana Pemilu dapat dilakukan dengan melibatkan semua
unsur.
Penanganan tindak pidana Pemilu memiliki karakteristik yang berbeda
dengan pelanggaran Pemilu lainnya, penanganan pelanggaran Pemilu tidak saja
melibatkan aparatur penegak hukum dalam sistem peradilan pidana biasa,

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 21
melainkan juga melibatkan institusi penyelenggara Pemilu, dalam hal ini
Bawaslu dan jajarannya. Penanganan pelanggaran Pemilu dalam konstruksi UU
Pemilu diawali dengan adanya laporan dugaan pelanggaran Pemilu kemudian
dibahas dalam sentra penegakan hukum terpadu. UU Pemilu maupun Peraturan
Bawaslu terkait dengan Sentra Gakkumdu mengatur bahwa proses penanganan
pelanggaran tindak pidana Pemilu dilakukan dengan empat tahapan
pembahasan. Akan tetapi sebelum adanya proses pembahasan, dugaan
pelanggaran Pemilu terlebih dahulu harus melalui kajian Bawaslu beserta
jajaran. Di mana, apabila hasil kajian pengawas Pemilu berkesimpulan adanya
dugaan tindak pidana Pemilu, maka hasil kajian beserta rekomendasi pengawas
Pemilu diteruskan kepada penyidik kepolisian.
Oleh karena melibatkan sejumlah institusi dalam penanganan tindak
pidana Pemilu, maka untuk tujuan menyamakan pemahaman dan pola
penanganan tindak pidana Pemilu oleh Bawaslu, Kepolisian dan Kejaksaan,
diatur dan dibentuklah sebuah sentra penegakan hukum terpadu (Sentra
Gakumdu). Dimana, institusi ini berkedudukan sebagai tempat untuk
menyamakan pandangan antar institusi yang terlibat dalam menangani tindak
pidana Pemilu. Hanya saja, dalam pengaturan teknis dan praktiknya, Gakkumdu
justru ditempatkan sebagai institusi yang bertugas menyelenggarakan
penanganan tindak pidana Pemilu secara terpadu. Sistem penanganan
pelanggaran tindak pidana Pemilu yang diatur dalam UU Pemilu, juga
melibatkan Bawaslu dan jajaran, terlebih dahulu akan digambarkan proses
penanganan pelanggaran Pemilu oleh pengawas Pemilu. Sebab, penanganan
perkara pelanggaran Pemilu (termasuk pidana) oleh Bawaslu dan jajaran
merupakan pintu awal untuk seluruh proses penegakan hukum Pemilu yang
lainnya.
Oleh karena itu, secara berturut-turut akan ditampilkan bagan sistem
penyelesaian pelanggaran Pemilu oleh Bawaslu dan bagan sistem penanganan
tindak pidana Pemilu yang melibatkan Bawaslu, kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan. Jangka waktu penanganan tindak pidana Pemilu yang amat singkat,
birokrasi penanganan tindak pidana Pemilu mesti didesain lebih sederhana. Di
mana, keterlibatan polisi dan jaksa lagi ditempatkan secara terpisah dari proses

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 22
pengawasan Pemilu yang dilakukan pengawas Pemilu. Polisi dan jaksa harus
didesain berada dalam satu kesatuan lembaga pengawas Pemilu dalam
menegakkan hukum pidana Pemilu. Dalam konteks ini, mengubah desain
kelembagaan pengawas Pemilu dengan memasukkan unsur polisi dan jaksa
secara ex officio merupakan salah satu cara untuk memotong panjangnya
rangkaian birokrasi penangan perkara tindak pidana Pemilu. Dengan cara itu,
semua tindakan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana Pemilu
akan berada di bawah satu komanda. Sehingga penegakan hukum pidana Pemilu
dalam waktu yang sangat singkat tentunya akan berjalan lebih baik.
Alur Penanganan Tindak Pidana Pemilu Registrasi (Temuan/Laporan)
Pembahasan Pertama Klarifikasi/ Penyidikan Pembuatan Kajian/ Laporan Hasil
Penyelidikan Pembahasan Kedua Rapat Pleno Pengawas Pemilu Dihentikan
Diteruskan Ke Penyidikan Pembahasan Ketiga Pelimpahan Ke Penuntut Umum
Dihentikan Pelimpahan Ke Pengadilan Negeri Dihentikan Prapenuntutan
Pembahasan Keempat Upaya Banding Ke Pengadilan Tinggi Dihentikan
Eksekusi Eksekusi.
B. Data Penanganan Pelanggaran Administrasi
Pelanggaran Administrasi Pemilu adalah pelanggaran terhadap tata cara,
prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan
Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar tindak pidana
Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu.
Pelanggaran pemilu dapat diartikan sebagai tindakan yang bertentangan
atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait pemilu. Jenis
pelanggaran pemilu ini melibatkan sejumlah aspek, mulai dari pelanggaran
administrasi pemilu, pelanggaran etika penyelenggara, hingga tindak pidana
pemilu.
Contoh pelanggaran administrasi pemilu berkaitan dengan pelanggaran
terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilu.
Hal ini di luar pelanggaran tindak pidana pemilu dan pelanggaran kode etik
penyelenggara pemilu.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 23
Contoh pelanggaran administrasi pemilu dapat dilihat pada Pasal 460
ayat (l) UU Pemilu. Pasal 460 ayat (l) UU Pemilu mengatur bahwa pelanggaran
administratif Pemilu meliputi pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, atau
mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam
setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu. Jadi, contoh pelanggaran administrasi
pemilu dibedakan menjadi tiga berdasarkan sifat-sifatnya. Contoh pelanggaran
administrasi pemilu yang pertama berkaitan dengan tata cara administrasi
pelaksanaan Pemilu, yang kedua berhubungan dengan prosedur administrasi
pelaksanaan Pemilu, dan terakhir terkait dengan pelanggaran terhadap
mekanisme administrasi pelaksanaan Pemilu.
Beberapa contoh pelanggaran administrasi pemilu di antaranya:
a. penggunaan dana kampanye yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
b. penyalahgunaan fasilitas negara untuk kepentingan kampanye, dan
c. pelanggaran terhadap aturan prosedur dalam tahapan pemilu.
d. pelanggaran terhadap peraturan-peraturan pemilu, seperti penyelenggaraan
kampanye di luar waktu yang ditentukan,
e. tidak melaporkan kampanye secara benar.
Contoh pelanggaran administrasi pemilu tentunya juga perlu diikuti
dengan pemahaman tentang proses penanganannya. Pelanggaran pemilu adalah
tindakan yang melanggar Undang-Undang Pemilu. Terdapat beberapa jenis
pelanggaran pemilu yang diatur dalam UU Pemilu, antara lain pelanggaran
dalam kampanye, pemungutan suara, rekapitulasi hasil suara, hingga
pemilihan. Proses penanganan pelanggaran pemilu yaitu sebagai berikut:
a. Penanganan pelanggaran pemilu dimulai dengan adanya laporan atau pengaduan
terkait pelanggaran tersebut.
b. Kemudian, penegak hukum seperti KPU, Bawaslu, dan kepolisian akan
melakukan penyelidikan terhadap laporan tersebut.
c. Jika terbukti ada pelanggaran, maka pelaku akan dikenai sanksi sesuai dengan
UU Pemilu, seperti diskualifikasi atau pencabutan hak politik. Pemilu
merupakan salah satu momen penting dalam demokrasi di Indonesia. Untuk
menjaga kejujuran dan keadilan dalam pelaksanaannya, terdapat Undang-

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 24
Undang yang mengatur tentang jenis pelanggaran pemilu beserta bentuk
pelanggarannya.
Analisis Hukum Aspek-Aspek Penanganan PelanggaranAdministrasi
Pemilu/Pemilihan.
1. Faktor Substansi/Regulasi
a. Perbedaan Tindaklanjut Laporan dan Temuan Dugaan Pelanggaran
Adminsitratif.
Bahwa perbedaan tindaklanjut laporan dan temuan dugaan pelanggaran
administratif Pemilu dan Pemilihan pada intinya terdapat pada pengaturan Pasal
455 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 dengan Pasal 135
ayat (1) huruf b UU Nomor 10 Tahun 2016 yang pada pokoknya dari perbedaan
pengaturan tersebut dapat diketahui tidak ada mekanisme ajudikasi dalam
penanganan dugaan pelanggaran adminsitratif di Pemilihan dan output
tindaklanjut hanya berupa penerusan/rekomendasi bukan putusan. Dalam rezim
Pemilihan, berdasarkan ketentuan Pasal 139 s.d Pasal 140 UU Nomor 10 Tahun
2016; ketika Bawaslu mendapatkan Laporan/temuan dugaan pelanggaran
administrasi Pemilihan. Bawaslu hanya berwenang membuat rekomendasi atas
hasil kajiannya serta KPU wajib menindaklanjuti rekomendasi tersebut dan
menyelesaikan pelanggaran administrasi Pemilihan berdasarkan rekomendasi
Bawaslu. Meskipun rekomendasi merupakan usul atau saran perbaikan yang
menganjurkan, membenarkan, atau menguatkan serta mengikat secara moral dan
hukum (morally and legal binding), namun pada realitasnya dengan ketentuan
Pasal 140 UU Nomor 10 Tahun 2016 dimana KPU Provinsi/Kab/Kota yang
memutus pelanggaran administrasi sehingga penentu decision maker adalah
lembaga KPU, maka besar potensi rekomendasi Bawaslu tidak dihiraukan atau
tidak dilaksanakan.
Hal tersebut berkaca pada fenomena “berbalas pantun PSU” sebagai
pengalaman berharga di Pemilu 2019. Dimana beberapa Bawaslu Kab/Kota di
Provinsi Jawa Barat berdasarkan Laporan Hasil Pengawasan dan Penelitian
dinyatakan bahwa terdapat beberapa TPS di Kabupaten/Kota yang membuka
kotak suara yan tidak sesuai dengan tata cara, mekanisme prosedur perundang-
undangan, serta pemilih yang tidak memiliki KTP dan tidak terdaftar dalam

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 25
DPTdan DPTb menggunakan hak pilih sehingga dinyatakan telah memenuhi
persyaratan dan wajib dilakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU) sebagaimana
diatur dalam Pasal 372 ayat (2) UU Nomor 7 Tahun 2017. Selanjutnya 9
(Sembilan) Bawaslu Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat merekomendasikan
kepada KPU Kab/Kota untuk dilaksanakan PSU, Namun KPU Kab/Kota
memberikan balasan surat perihal tindak lanjut rekomendasi yang pada
pokoknya menyatakan belum terpenuhi persyaratan PSU. Salah satu alasan KPU
Kab/kota menyatakan bahwa belum terpenuhi persyaratan PSU karena beralasan
KPU belum menerima berkas/formulir penangan pelanggaran dari Bawaslu serta
KPU berdalih bahwa berdasarkan Penjelasan Pasal 58 huruf e Undang-Undang
Nomor 7 tahun 2017 bahwa menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu dapat
dengan memberhentikan temuan atau laporan yang tidak terbukti atau
meneruskan temuan dan Laporan yang terbukti. Hal tersebut berpotensi terjadi
kembali pada Pemilihan serentak tahun 2020 dengan dasar bahwa format surat
Penerusan Pelanggaran Administrasi Pemilihan yang tertuang pada Formulir
Model A.10 sebagaimana diatur dalam Perbawaslu 14 Tahun 2017 tentang
Penanganan Pelanggaran Pemilihan hanya mencantumkan Nomor
Laporan/Temuan dan dinyatakan merupakan pelangaran administrasi Pemilihan,
hal tersebut tidak disertai dengan alasan (legal reason) yangmelatar belakangi
atau dokumen kajian dugaan pelanggaran. Terlebih dalam rezim Pemilihan,
ketika KPU Provinsi/Kab/Kota tidak menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu
berdasarkan Pasal 141 UUNomor 10 tahun 2016, Bawaslu hanya memberikan
sanksi peringatan lisan atau teguran tertulis. Sebagaimana diketahui bahwa
implementasi sanksi tersebut tidak sama sekali memberikan efek jera.
b. Perbedaan durasi waktu Penanganan Pelanggaran
Bahwa pada dasarnya terdapat hal yang paling elementer dalam
penanganan pelanggaran administrasi Pemilu dan Pemilihan yakni terkait
perbedaan durasi waktu Penanganan Pelanggaran. Dalam Pasal 454 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 yang menyebutkan bahwa Temuan dan
laporan pelanggaran Pemilu seagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6)
yang telah dikaji dan terbukti kebenarannya wajib ditindaklanjuti oleh Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 26
Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS paling lama 7 (tujuh) hari
setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi. Serta dalam hal dibutuhkan
keterangan tambahan paling lama dilaksanakan 14 hari kerja sejak diregistrasi.
Sementara dalam pengaturan Pemilihan Kepala Daerah Pasal 134 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 menyebutkan bahwa Dalam hal laporan
pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dikaji dan
terbukti kebenarannya, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota,
Panwas Kecamatan, PPL, dan Pengawas tps wajib menindaklanjuti laporan
paling lama 3 (tiga) hari setelah laporan diterima. sementara dalam hal
menangani dugaan pelanggaran adminitasi Pemilihan yang Terstruktur,
Sistematis dan Masif berdasarkan Pasal 135A ayat (2) Bawaslu menerima,
memeriksa dan memutus paling lama 14 hari kerja sejak diregistrasi. Bahwa
dalam penyelesaian pelanggaran sejatinya dalam hukum dikenal prinsip speed
trial sehingga proses penyelesaian pelanggaran dilaksanakan secepat mungkin
bahkan dengan biaya yang murah. Namun dalam Rezim Pemilu, Bawaslu dapat
menangani dugaan pelanggaran Administratif Pemilu melalui sidang
administrasi terbuka yang ditangani maksimal 14 hari kerja dan sidang
administrasi pemeriksaan acara cepat yang ditangani maksimal 2 hari sejak di
registrasi. Sedangkan dalam Rezim Pemilihan Pengawas Pemilu wajib menindak
lanjuti paling lama 3 (tiga) hari setelah laporan diterima, serta dalam hal
dibutuhkan keterangan tambahan diberikan tambahan waktu 2 hari. Sedangkan
terkait dugaan pelanggan TSM dilakukan penangan maksimal 14 hari kerja.
Berdasarkan regulasi tersebut diketahui bahwa dalam rezim pemilu penanganan
pelanggaran administrasi baik TSM maupun pelanggaran administrasi lainnya
diberikan keleluasaan untuk memeriksa dan menggali nilai-nilai kebenaran dan
keadilan yang hidup. Sehingga kualitas putusan yang dikeluarkan tentu lebih
utuh, sempurna dan berbobot. sedangkan terhadap perkara pelanggaran
administrasi yang perlu diselesaikan dengan segera dapat ditempuh dalam
sidang administrasi acara cepat yang selesai dalam 2 hari sejak registrasi.
Berbeda dalam rezim pemilihan yang mana waktu pemeriksaan 3 (tiga) hari
setelah laporan diterima. dan penangan pelanggaran TSM dilakukan maksimal
14 hari kerja. Terlihat bawha concern dalam rezim Pemilihan hanya dilakukan

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 27
pada penanganan pelanggaran adminitrasi TSM. Mengacu pada komparasi
durasi pelaksaan pemilu dan pemilihan pada hakikatnya dilaksaakan dalam
tempo waktu yang sama-sama cukup. Fokus utama penanganan dugaan
pelanggaran administrasi sejatinya bukan hanya pada durasi waktu, melainkan
pada substansi/kualitas penanganan pelanggaran administrasi. Dengan waktu
yang cukup tentu output/putusan lebih berkualitas dibandingkan dengan waktu
yang terbatas.
c. Output/Hasil Penanganan Pelanggaran Adminsitrasi
Dalam kerangka Pemilu berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat (1)
Perbawaslu 8 Tahun 2018 bahwa dalam hal putusan Bawaslu/Bawaslu
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota menyatakan laporan Pelanggaran
Administratif Pemilu terbukti, amar putusan berbunyi, “Memutuskan”, serta:
menyatakan terlapor, terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
Pelanggaran Administratif Pemilu; memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi,
tau KPU Kabupaten/Kota untuk melakukan perbaikan administrasi terhadap tata
cara, prosedur, atau mekanisme pada tahapan Pemilu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; memberikan teguran tertulis kepada terlapor;
memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota agar
terlapor untuk tidak diikutkan pada tahapan Pemilu dalam penyelenggaraan
Pemilu; dan/atau memberikan sanksi administratif lainnya kepada terlapor
sesuai dengan ketentuan undang-undang mengenai Pemilu. Sedangkan dalam
kerangka Pemilihan bahwa Bawaslu memberikan rekomendasi atashasil
kajiannya.
Berdasarkan paparan di atas, meskipun dalam kerangkaPemilubunyi
amar putusan penanganan administrasi pemilu berbentuk rigid dan kaku yang
kecil membuka peluang Majelis memberikan putusan seadil-adilnya berdasarkan
nilainilai yang hidup (ex aequo et bono), tetap menunjukan bahwa output dari
penanganan pelanggaran administrasi yang dilakukan bawaslu mengikat dan
memaksa sehingga wajib ditindaklanjuti. Berbeda dengan kerangka yang diatur
dalam rezim Pemilihan yang sebatas pemberian rekomendasi. Begitupula dalam
hal rekomendasi a quo tidak dilaksakan KPU, maka bawaslu memberikan
peringatan/teguran tertulis. Berkaca pada pengalaman pada Pemilu 2019, bahwa

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 28
Bawaslu Provinsi Jawa Barat dalam menangani dugaan pelanggaran
administrasi pemilu dengan pemeriksaan acara cepat maupun terbuka telah
beberapa kali memutuskan memberikan teguran/peringatan tertulis kepada
terlapor yang diantaranya adalah Penyelenggara Pemilu. Namun realitasnya
teguran tertulis hanya menjadi “singa tulisan” yang tidak berimplikasi khusus
atau membuat jera. Secara teoritis sebagaimana dimaksud oleh Philipus M.
Hadjon yang pada pokoknya menyebutkan bahwa peringatan tertulis merupakan
suatu hal mendahului pelaksanaan nyata, dalam arti suatu peringatan tertulis
harus demikian juga memuat penetapan yang bila perlu mengadakan tindakan
nyata. Sehingga peringatan tertulis harus memuat perintah yang jelas, harus
ditetapkan apa yang seharusnya dilakukan oleh subjek yang mendapatkan
peringatan tertulis tersebut.(Philipus M. Hadjon, 1994) Dengan adanya perintah
jelas yang mengikuti setelah peringatan tertulis baik perintah koreksi atau
lainnya tentu hal tersebut akan memberikan efek jera.
2. Faktor Struktur/Aparat Hukum
Perbedaan Jumlah Keanggotaan Bawaslu Provinsi dan Bawaslu
Kab/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 92 Undang Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum. Bahwa Jumlah Anggota: a. Bawaslu sebanyak 5
(lima) orang; b. Bawaslu Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang; c.
Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 5 (lima) orang; dan d. Panwaslu
Kecamatan sebanyak 3 (tiga) orang. Sedangkan dalam Pasal 23 ayat (4) Undang
Undang Nomor 10 Tahun 2016, bahwa Bawaslu Provinsi, Panwas
Kabupaten/Kota, dan Panwas Kecamatan masing-masing beranggotakan 3 (tiga)
orang. Hal tersebut berpengaruh terhadap proses penangan pelanggaran
administrasi, sebagaimana berkaca pada penyelenggaraan pemilu 2019 bahwa
penyampaian laporan dugaan pelanggaran administrasi pemilu ke Bawaslu
Provinsi Jawa Barat pada tahapan rekapitulasi penghitungan perolehan suara
sangat membludak, tercatat terdapat 36 laporan dugaan pelanggaran administrasi
pemilu. Selanjutnya 22 perkara ditangani oleh Bawaslu Provinsi Jawa Barat(9
perkara melalui sidang administrasi terbuka, dan 13 perkara dilakukan
penanganan melalui sidang administrasi pemeriksaan cepat) sedangkan 14
perkara dilimpahkan penanganannya ke BawasluKab/Kota. Realitas di atas,

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 29
merupakan gambaran nyata yang dalam sehari Bawaslu Provinsi Jawa Barat
dapat bersidang sampai dengan 3 kali. Tentu dengan keterbatasan jumlah
kuantitas pengawas pemilu dan terbatasnya waktu penanganan pelanggaran
administrasi yang singkat dengan beban tekanan dan kualitas SDM yang
terbataspulamenjaditantanganbagiBawasluProvinsiJawaBaratuntukdapat
memberikan putusan yang sesuai dengan keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Tantangan demikian tentu berpotensi lebih berat dalam menangani
pelanggaran administrasi dalam rezim Pemilihan, dengan kuantitas pengawas
pemilu yang terbatas dan waktu penanganan pelanggaran adminitrasi yang
relative lebih singkat akan sangat berpengaruh pada kualitas output/hasil
penanganan pelanggaran adminitrasi yang dikeluarkan Bawaslu.
3. Faktor Sarana atau Fasilitas
Ketersediaan ruang sidang dan peralatan yang terbatas, sementara dalam
tahapan rekapitulasi terdapat banyak laporan yang harus disidangkan; (Terutama
terkait keterbatasan ruang sidang di Bawaslu Kabupaten/Kota) tentu menjadi
hambatan utama dalam penanganan pelanggaran administrasi, terlebih dukungan
anggaran yang dinilai masih belum maksimal dalam mendukung.
4. Faktor Masyarakat
Dalam pemegang kedaulatan dalam negara demokrasi adalah rakyat
dalam masyarakat. Sehingga dukungan faktor masyarakat dalam penegakan
hukum sangat penting dan berpengaruh. Berkaca pada penyelenggaraan Pemilu
2019, bahwa laporan masyakat diluar Tim Kampanye/Tim Sukses Peserta
Pemilu terkait dugaan pelanggaran administrasi masih dinilai kurang
dibandingkan dengan dugaan pelanggaran tindak pidana Pemilu dan
pelanggaran lainnya. Hal ini didasarkan pada prosedur penyampaian laporan
dugaan pelanggaran administrasi yang cukup rumit. Sedangkan kendala di
masyarakat diantarannya adalah :(Soekanto, 1983) 1. Tidak mengetahui atau
tidak menyadari apabila hak-hak masyaraka telah dilanggar atau terganggu; 2.
Tidak mengetahuiakan adanya upaya-upaya hukum untuk melindungi
kepentingan-kepentingannya; 3. Tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-
upaya hukum karena faktor keuangan, psikis (tekanan), social dan politik; Oleh
karena itu, dalam penanganan pelanggaran administrasi

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 30
diperlukansuatuedukasimasyarakat serta mempermudah akses penyampaian
laporan dari masyarakat dan jika dipandang perlu adanya kerjasama dengan
Lembaga perlindungan saksi dan korban.
C. Data Penanganan Pelanggaran Etik
Etika merupakan ilmu dan termasuk cabang dari filsafat yang paling tua
sejak zaman Yunani Kuno.
Etika adalah refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku
manusia yang berkaitan dengan norma-norma atau tentang tingkah laku manusia
dari sudut kebaikannya.
Hal yang dibicarakan dan dianalisis dalam etika, adalah tema-tema
sentral mengenai hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, norma, hak dan
kewajiban, serta nilai-nilai kebaikan. Lazimnya pengertian etika dirumuskan
sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya, yang
bertujuan untuk menciptakan hubungan antar manusia dalam masyarakat secara
harmonis, dan oleh sebab itu “etika” selalu menuntun orang agar bersungguh-
sungguh menjadi baik, agar memiliki sikap etis.
Terkait dengan Kode Etik Penyelenggara Pemilu, maka terhadap istilah
“Kode Etik”, diartikan sebagai satu kesatuan landasan norma moral, etis dan
filosofis yang menjadi pedoman bagi perilaku penyelenggara pemilihan umum
yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dilakukan dalam semua
tindakan dan ucapan.
Adapun tujuan kode etik ini adalah untuk menjaga kemandirian,
integritas, dan kredibilitas Penyelenggara Pemilu, yang sesuai dengan asas
Penyelenggaraan Pemilu, yaitu: (1) mandiri; (2) jujur; (3) adil; (4) kepastian
hukum; (5) tertib; (6) kepentingan umum; (7) keterbukaan; (8) proporsionalitas;
(9) profesionalitas; (10) akuntabilitas; (11) efisiensi; dan (12) efektivitas.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bersama Komisi Pemilihan
Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum, dan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012 Nomor 11 Tahun 6
2012 Nomor 1 Tahun 2012 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum
(selanjutnya disebut saja Peraturan Kode Etik Pemilu), telah ditentukan bahwa

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 31
bahwa Kode Etik Pemilu ini berlandaskan pada: (1) Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan UndangUndang; (3) sumpah/janji jabatan sebagai
Penyelenggara Pemilu; dan (4) asas Penyelenggara Pemilu.
Dalam Peraturan Kode Etik Pemilu, disebutkan ada 21 prinsip dasar
yang merupakan kewajiban Penyelenggara Pemilu, yaitu:
1. Menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan peraturan perundang-undangan;
2. Menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
3. Menunjukkan penghargaan dan kerjasama dengan seluruh lembaga dan
aparatur negara untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
4. Menjaga dan memelihara nama baik Negara Kesatuan Republik Indonesia;
5. Memelihara dan menjaga kehormatan lembaga Penyelenggara Pemilu;
6. Menjalankan tugas sesuai visi, misi, tujuan, dan program lembaga
Penyelenggara Pemilu;
7. Menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil rapat yang
dinyatakan sebagai rahasia sampai batas waktu yang telah ditentukan atau
sampai masalah tersebut sudah dinyatakan untuk umum sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundangundangan;
8. Menghargai dan menghormati sesama lembaga Penyelenggara Pemilu dan
pemangku kepentingan Pemilu;
9. melakukan segala upaya yang dibenarkan etika sepanjang tidak bertentangan
dengan perundang-undangan sehingga memungkinkan bagi setiap penduduk
yang berhak memilih terdaftar sebagai pemilih dan dapat menggunakan hak
memilihnya;
10. Menjaga dan memelihara tertib sosial dalam penyelenggaraan Pemilu;
11. Mengindahkan norma dalam penyelenggaraan Pemilu;
12. Menghormati kebhinnekaan masyarakat Indonesia.
13. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 32
14. Menjunjung tinggi sumpah/janji jabatan dalam melaksanakan tugas,
wewenang, kewajiban, dan tanggungjawabnya;
15. Menjaga dan memelihara netralitas, imparsialitas, dan asas-asas
penyelenggaraan Pemilu yang jujur, adil, dan demokratis;
16. Tidak mengikutsertakan atau melibatkan kepentingan pribadi maupun
keluarga dalam seluruh pelaksanaan tugas, wewenang, kewajibannya;
17. Melaksanakan tugas-tugas sesuai jabatan dan kewenangan yang didasarkan
pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, undang-
undang, peraturan perundang-undangan, dan keputusan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan Pemilu;
18. Mencegah segala bentuk dan jenis penyalahgunaan tugas, wewenang, dan
jabatan, baik langsung maupun tidak langsung;
19. Menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau jasa atau pemberian
lainnya yang apabila dikonversi melebihi standar biaya umum dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) jam, dalam kegiatan tertentu secara langsung maupun
tidak langsung dari calon peserta Pemilu, peserta Pemilu, calon anggota DPR
dan DPRD, dan tim kampanye;
20. Mencegah atau melarang suami/istri, anak, dan setiap individu yang
memiliki pertalian darah/semenda sampai derajat ketiga atau hubungan
suami/istri yang sudah bercerai di bawah pengaruh, petunjuk, atau kewenangan
yang bersangkutan, untuk meminta atau menerima janji, hadiah, hibah,
pemberian, penghargaan, dan pinjaman atau bantuan apapun dari pihak yang
berkepentingan dengan penyelenggaraan Pemilu;
21. Menyatakan secara terbuka dalam rapat apabila memiliki hubungan keluarga
atau sanak saudara dengan calon, peserta Pemilu, atau tim kampanye.
Dalam Peraturan Kode Etik Pemilu diatur pula tentang pelaksanaan
Prinsip Dasar Etika dan Perilaku bagi penyelenggara Pemilu, yaitu:
1. Dalam melaksanakan asas mandiri dan adil, Penyelenggara Pemilu
berkewajiban:
a. bertindak netral dan tidak memihak terhadap partai politik tertentu,
calon, peserta pemilu, dan media massa tertentu;

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 33
b. memperlakukan secara sama setiap calon, peserta Pemilu, calon pemilih, dan
pihak lain yang terlibat dalam proses Pemilu;
c. menolak segala sesuatu yang dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap
pelaksanaan tugas dan menghindari dari intervensi pihak lain;
d. tidak mengeluarkan pendapat atau pernyataan yang bersifat partisan atas
masalah atau isu yang sedang terjadi dalam proses Pemilu;
e. tidak mempengaruhi atau melakukan komunikasi yang bersifat partisan
dengan pemilih;
f. tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau atribut
yang secara jelas menunjukkan sikap partisan pada partai politik atau peserta
Pemilu tertentu;
g. tidak memberitahukan pilihan politiknya secara terbuka dan tidak
menanyakan pilihan politik kepada orang lain;
h. memberitahukan kepada seseorang atau peserta Pemilu selengkap dan
secermat mungkin akan dugaan yang diajukan atau keputusan yang
dikenakannya;
i. menjamin kesempatan yang sama kepada setiap peserta Pemilu yang dituduh
untuk menyampaikan pendapat tentang kasus yang dihadapinya atau keputusan
yang dikenakannya;
j. mendengarkan semua pihak yang berkepentingan dengan kasus yang terjadi
dan mempertimbangkan semua alasan yang diajukan secara adil;
k. tidak menerima hadiah dalam bentuk apapun dari peserta Pemilu, calon
peserta Pemilu, perusahaan atau individu yang dapat menimbulkan keuntungan
dari keputusan lembaga penyelenggara Pemilu.
Dalam melaksanakan asas kepastian hukum, Penyelenggara Pemilu
berkewajiban:
a. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang secara tegas
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan;
b. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang sesuai
dengan yurisdiksinya;
c. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu, menaati prosedur
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 34
d. menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
Pemilu sepenuhnya diterapkan secara tidak berpihak dan adil.
3. Dalam melaksanakan asas jujur, keterbukaan, dan akuntabilitas,
Penyelenggara Pemilu berkewajiban:
a. menjelaskan keputusan yang diambil berdasarkan peraturan
perundangundangan, tata tertib, dan prosedur yang ditetapkan;
b. membuka akses publik mengenai informasi dan data yang berkaitan dengan
keputusan yang telah diambil sesuai peraturan perundang-undangan;
c. menata akses publik secara efektif dan masuk akal serta efisien terhadap
dokumen dan informasi yang relevan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. menjelaskan kepada publik apabila terjadi penyimpangan dalam proses kerja
lembaga penyelenggara Pemilu serta upaya perbaikannya;
e. menjelaskan alasan setiap penggunaan kewenangan publik;
f. memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai
keputusan yang telah diambil terkait proses Pemilu; dan
g. memberikan respon secara arif dan bijaksana terhadap kritik dan pertanyaan
publik.
4. Dalam melaksanakan asas kepentingan umum, Penyelenggara Pemilu
berkewajiban:
a. memberikan informasi dan pendidikan pemilih yang mencerahkan pikiran
dan kesadaran pemilih;
b. memastikan pemilih memahami secara tepat mengenai proses Pemilu;
c. membuka akses yang luas bagi pemilih dan media untuk berpartisipasi dalam
proses penyelenggaraan Pemilu;
d. menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemilih untuk menggunakan hak
pilihnya atau memberikan suaranya; dan
e. memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung bagi pemilih yang
membutuhkan perlakuan khusus dalam menggunakan dan menyampaikan hak
pilihnya.
5. Dalam melaksanakan asas proporsionalitas, Penyelenggara Pemilu
berkewajiban:

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 35
a. mengumumkan adanya hubungan atau keterkaitan pribadi yang dapat
menimbulkan situasi konflik kepentingan dalam pelaksanaan tugas
penyelenggara Pemilu;
b. menjamin tidak adanya penyelenggara Pemilu yang menjadi penentu
keputusan yang menyangkut kepentingan sendiri secara langsung maupun tidak
langsung;dan
c. tidak terlibat dalam setiap bentuk kegiatan resmi maupun tidak resmi yang
dapat menimbulkan konflik kepentingan.
6. Dalam melaksanakan asas profesionalitas, efisiensi, dan efektivitas,
Penyelenggara Pemilu berkewajiban:
a. menjamin kualitas pelayanan kepada pemilih dan peserta sesuai dengan
standar profesional administrasi penyelenggaraan Pemilu;
b. bertindak berdasarkan standar operasional prosedur dan substansi profesi
administrasi Pemilu;
c. bertindak hati-hati dalam melakukan perencanaan dan penggunaan anggaran
agar tidak berakibat pemborosan dan penyimpangan;
d. melaksanakan tugas sebagai penyelenggara Pemilu dengan komitmen tinggi;
e. menggunakan waktu secara efektif sesuai alokasi waktu yang ditetapkan oleh
penyelenggara Pemilu;
f. tidak melalaikan pelaksanaan tugas yang diatur dalam organisasi
penyelenggara Pemilu; dan
g. menggunakan keuangan yang bersumber dari APBN dan APBD atau yang
diselenggarakan atas tanggungjawab Pemerintah dalam melaksanakan seluruh
kegiatan penyelenggaraan Pemilu.
7. Dalam melaksanakan asas tertib, Penyelenggara Pemilu berkewajiban:
a. memastikan seluruh informasi yang disampaikan kepada publik berdasarkan
data dan/atau fakta;
b. memastikan informasi yang dikumpulkan, disusun, dan disebarluaskan
dengan cara sistematis, jelas, dan akurat;
c. memberikan informasi mengenai Pemilu kepada publik secara lengkap,
periodik dan dapat dipertanggungjawabkan; dan

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 36
d. memberitahu kepada publik mengenai bagian tertentu dari informasi yang
belum sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan berupa informasi sementara.
Sanksi-sanksi dalam Pelanggaran Kode Etik Pemilu
Sebelumnya perlu pula dipahami bahwa antara sanksi pelanggaran
hukum dengan sanksi pelanggaran etika adalah berbeda, karena menurut
American Speech Language Hearing Assocation (ASHA) sebagaimana dikutip
Jimly Asshiddiqie, bahwa dalam sistem sanksi etika, bentuk sanksi yang dapat
diterapkan adalah:
1. Reprimand atau teguran;
2. Cencure atau pernyataan atau mosi tidak percaya yang dinyatakan
secara terbuka dan dipublikasikan di media asosiasi untuk diketahui oleh
sesama anggota dan masyarakat luas;
3. Revocation atau pencabutan status keanggotaan untuk waktu tertentu,
yaitu selama 5 (lima) tahun atau dapat pula dijatuhkan untuk seumur
hidup (sampai meninggal dunia);
4. Suspension atau penangguhan keanggotaan untuk sementara waktu;
5. Withholding atau sanksi penangguhan proses registrasi keanggotaan;
dan
6. Cease and desist orders atau sebagai tambahan bentuk sanksi lain.
Sehubungan dengan bentuk sanksi yang disebutkan di atas, Jimly
Asshiddiqie juga mengatakan bahwa fungsi sanksi etika lebih bersifat
pencegahan, selain juga penindakan. Sanksi etika biasanya ditentukan
berupa teguran atau peringatan yang bertingkat, mulai dari teguran lisan,
teguran tertulis atau teguran ringan dan teguran keras. Bahkan
kadangkadang ditentukan pula bahwa teguran itu dapat dijatuhkan secara
bertahap atau bertingkat, misalnya teguran pertama, teguran kedua dan
teguran tingkat terakhir.
Bentuk sanksi yang paling keras karena tingkat keseriusan atau
beratnya pelanggaran etik yang dilakukan oleh seorang aparat atau
pemegang jabatan publik (ambts-dragger), adalah sanksi pemberhentian
atau pemecatan seseorang dari jabatan publik yang bersangkutan,4 tetapi
khusus terhadap pelanggaran kode etik Pemilu, maka dalam Peraturan

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 37
Kode Etik Pemilu, telah ditentukan bahwa sanksi pelanggaran Kode Etik
Pemilu, terdiri dari: (1) teguran tertulis; (2) pemberhentian sementara;
atau (3) pemberhentian tetap.
D. Data Penanganan Pelanggaran Hukum Lainnya
Tentang pelanggaran Pemilu telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu). Dan secara teknis terkait
pencegahan dan penanganannya diatur pula dalam Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum (PerBawaslu) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pencegahan
Pelanggaran dan Sengketa Proses Pemilihan Umum.
Secara umum, konsep negara hukum didasari suatu pemahaman bahwa
hukum ditentukan oleh rakyat yang tidak lain merupakan pengaturan hubungan
sesama rakyat, konsep hubungan antara negara hukum dan kerakyatan, muncul
dengan sebutan negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat).
Seperti yang diungkap Scheltema dalam karyanya De Rechtsstaat, mensyaratkan
demokrasi sebagai salah satu asas negara hukum, disamping asas kepastian
hukum, persamaan, dan pemerintah yang melayani kepentingan umum.
Indonesia merupakan Negara hukum yang demokratis, terimplementasi
dengan terselenggaranya pemilu/pemilihan sesuai dengan hukum positif
Indonesia. Dalam penerapannya mengalami kendala dalam penegakan hukum
tindak pidana pemilu/pemilihan.
Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H Penegakan hukum adalah
proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma
hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari
sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas
dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti
yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang
menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku,
berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 38
Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya
diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan
memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya.
Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak
hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa. Dalam mewujudkan
penegakan hukum, tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya terutama, substansi hukumnya sendiri, aparat penegakan
hukum dan masyarakat tempat di mana hukum tersebut dilaksanakan atau
lingkungan tempat penegakan hukum dilaksanakan, dari system ekonomi, sosial
dan budaya. Penegakan hukum pada pelaksanaan pemilu/pemilihan dapat
dikatakan sebagai suatu proses, artinya apa yang diharapkan belum tentu seperti
yang di inginkan, namun dalam proses tersebut tentu selalu diupayakan
peningkatan, sehingga tantangan dan hambatan dalam penegakan hukum dapat
diminimalisir. Tindak pidana pemilu/pemilihan dapat dirumuskan sebagai setiap
tindakan/perbuatan (aktif/pasif) yang melanggar ketentuan dalam tahapan-
tahapan penyelenggaraan pemilu/pemilihan dan diancam dengan sanksi pidana.
Untuk mewujudkan penegakan hukum pemilu/pemilihan yang
berkeadilan maka selain teori system hukum, konsep Electoral Justice System20
perlu di terapkan yaitu sebuah konsep yang berbicara mengenai: (1) kepastian
bahwa setiap tindakan, prosedur dan keputusan yang terkait dengan proses
pemilu/pemilihan sejalan dengan hukum (konstitusi dan UU), (2) perlindungan
terhadap hak-hak yang terdapat dalam Pemilu.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 39
BAB IV

PENUTUP

A. Evaluasi
Pemilihan umum merupakan salah satu sarana bagi partisipasi
masyarakat, karena masyarakat diberikan kesempatan untuk menentukan
siapa yang akan mereka pilih dalam lembaga legislatif dan eksekutif,
baik ditingkat daerah maupun tingkat nasional. Dalam pemilihan umum,
calon yang akan dipilih oleh masyarakat berasal dari partai politik. Partai
politik merupakan salah satu ciri pada sebuah negara demokrasi, selain
ciri lainnya, yakni pemilihan umum yang langsung, umum, bebas dan
rahasia serta jujur dan adil. Melalui partai politik, aspirasi rakyat
diformulasikan secara sistematis dan diartikulasikan untuk menjadi
keputusan-keputusan politik yang mempengaruhi penyelenggaraan
negara atau kebijakan publik lainnya.
 Sebagai dasar hukum laporan tahapan kampanye dan masa tenang yaitu
berpedoman pada : Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
pemilihan umum
 PKPU Nomor 15 Tahun 2023 tentang kampanye pemilihan umum
 Pedoman teknis pelaksanaan kampanye pemlihan umum pasal 82 PKPU
15/2023
 Perbawaslu Nomor 11 Tahun 2023 tentang pengawasan masa kampanye
 Perbawaslu Nomor 7 Tahun 2022 tentang penanganan temuan dan
laporan pelanggaran pemilihan umum
 Perbawaslu Nomor 8 Tahun 2022 tentang penyeselesaian pelanggaran
pada pemilihan umum
B. Rekomendasi
Pemilihan umum adalah cara memilih pemimpin yang paling
beradab. Prinsip demokrasi dengan memuliakan suara pemilih sekaligus
menghormati hak asasi. Integritas pemilihan umum dibuktikan dengan
pelaksanaannya yang terbuka, kemandirian para penyelenggara,
kebebasan dan penghormatan terhadap pilihan pribadi, memurnikan

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 40
suara pemilih dan menghukum kecurangan. Itulah marwah pemilu.
Menjadikan pemilihan umum seumum mungkin yang bersih dari segala
intervensi, memilih tanpa ancaman dan intimidasi. Pihak yang memiliki
kewenangan tidak menggunakannya untuk bertindak curang. Tidak
melakukan politisasi SARA dan ujaran kebencian. Menjaga marwah
demokrasi adalah mempertahankan kehormatan pemilu dengan menjaga
harga diri setiap yang terlibat didalamnya, terutama penyelenggara,
peserta dan pemerintah. Seluruh tindakan pribadi dan kebijakan
kelembagaan wajib menjunjung tinggi nama baik individu dan instansi.
Oleh karena itu, kami panwaslu kecamatan pangatikan dalam
proses tahapan pemilu baik itu tahapan masa kampanye dan masa tenang
sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku, aman, lancar dan
kondusif.
Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan,
menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan,
proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan
main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan
dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.
Sebelum hari pencoblosan tiba, ada hari terlarang bagi para
kontestan dari setiap partai politik melakukan kampanye. Jeda waktu ini
disebut dengan masa tenang pemilu. Masa tenang bertujuan memberi
kesempatan bagi para pemilih berpikir secara tenang dan objektif.
Pesta demokrasi pemilu 5 tahunan ini menjadikan ajang pesta
demokrasi, supaya kedepannya pemilu di Indonesia berjalan dengan baik
dan mudah-mudahan format serta sistem pemilu di Indonesia dapat
mengubah sistem kepemiluan dengan baik, kami berharap pemerintah,
DPR, KPU, Bawaslu, DKPP duduk bersama dalam menyelenggarakan
pemilu pesta demokrasi yang akuntabel, profesional dan profosional
sesuai dengan perundang-undangan. Tidak ada lagi korban jiwa akibat
kelelahan dalam melaksanakan pesta demokrasi pemilihan umum.

Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024


Page 41
Laporan Pengawasan Kampanye dan Masa Tenang Pemilu 2024
Page 42

Anda mungkin juga menyukai