Anda di halaman 1dari 121

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

BAB III
SAJIAN DAN ANALISIS DATA

Pada Bab III ini akan dipaparkan sejumlah data yang berkaitan dengan strategi
komunikasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Surakarta dalam
mensosialisasikan Pemilu Legislatif 2014. Data yang diperoleh berasal dari proses
wawancara mendalam (in depth interview) dan studi pustaka. Informan dalam
penelitian ini dianggap sudah memenuhi prinsip keterwakilan data, di antaranya
adalah:
1. Komisioner dan anggota KPU Kota Surakarta
2. Relawan demokrasi yang dibentuk oleh KPU Kota Surakarta
3. Kepanitiaan ad hoc dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kota Surakarta
4. Masyarakat sasaran sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 di Kota Surakarta

A. Tahap Persiapan / Perencanaan


1. Latar Belakang Penyusunan Strategi
Sebagai penyelenggara Pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memiliki
tanggungjawab untuk mendorong partisipasi masyarakat. Kewajiban tersebut
secara jelas telah tercantum pada PKPU No. 23 tahun 2013 tentang Partisipasi
Masyarakat dalam Pemilihan Umum Pasal 5, yang berbunyi sebagai berikut:

commit to user
69

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
70

(1) Dalam penyelenggaraan Partisipasi Masyarakat, KPU, KPU Provinsi/KIP


Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota mempunyai tanggung jawab:
a. memberikan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. memberikan kesempatan yang setara kepada setiap orang/pihak untuk
berpartisipasi dalam Pemilu; dan
c. mendorong Partisipasi Masyarakat.
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota sesuai dengan
lingkup tugas dan fungsi masing-masing.1

Pada poin c, disebutkan bahwa KPU memiliki tugas untuk mendorong


partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat yang dimaksud dimaknai sebagai
keterlibatan masyarakat dalam setiap proses penyelenggaraan Pemilu 2014, baik
itu dalam Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden 2014. Lebih jelasnya, pada
pasal 8 diperinci apa saja jenis kegiatan yang dimaksudkan sebagai partisipasi
masyarakat, yakni:
(1) Partisipasi masyarakat pada Pemilu dapat dilakukan dalam bentuk:
a. keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan Pemilu;
b. sosialisasi Pemilu;
c. pendidikan politik bagi Pemilih;
d. survei atau jajak pendapat;
e. penghitungan cepat hasil Pemilu; dan
f. pemantauan Pemilu.

PKPU No. 23 tahun 2013 tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
71

(2) Partisipasi Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dilakukan oleh perseorangan maupun organisasi/kelompok masyarakat pada
setiap
tahapan
Pemilu
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
2
perundangundangan.

Dalam kerangka mensukseskan peningkatan partisipasi masyarakat dalam


penyelenggaraan Pemilu, salah satu cara yang ditempuh KPU adalah dengan
melakukan sosialisasi dengan lebih intensif lagi kepada masyarakat. Bentuk dan
cara sosialisasi secara garis besar telah diatur dalam PKPU No. 23 tahun 2013
pada pasal 13 sampai dengan 15, seperti berikut:
Pasal 13
(1) KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU Kabupaten/Kota/KIP
Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b kepada Pemilih.
(2) Sosialisasi Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
tujuan:
a. penyebarluasan informasi tahapan, jadwal dan program Pemilu;
b. meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat
tentang kepemiluan;
c. mendorong peningkatan partisipasi Pemilih.
Pasal 14
(1) Setiap warga negara dan/atau kelompok, organisasi kemasyarakatan,
Lembaga Swadaya Masyarakat, badan hukum, serta media massa
elektronik/cetak dapat melaksanakan sosialisasi Pemilu.
(2) KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota dapat
bekerja sama dengan kelompok maupun organisasi kemasyarakatan,
komunitas masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, badan hukum,

Ibid.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
72

lembaga pendidikan dan media massa elektronik/cetak dalam melaksanakan


sosialisasi.
Pasal 15
Sosialisasi Pemilu dilakukan kepada masyarakat melalui mobilisasi sosial,
media massa (cetak dan elektronik), pengadaan bahan sosialisasi, serta
pemanfaatan budaya lokal/tradisional, dan bentuk-bentuk lain sosialisasi yang
memudahkan masyarakat dapat menerima informasi kepemiluan dengan
baik.3

Berdasarkan PKPU No. 23 tahun 2013 telah dengan jelas diberikan


gambaran, baik dari segi pesan yang harus disampaikan, sampai dengan saluran
saluran yang dapat digunakan sebagai alternatif. Posisi KPU Kota Surakarta yang
berada di bawah KPU Provinsi Jawa Tengah dan KPU RI membuat KPU Kota
Surakarta wajib untuk mengikuti segala peraturan dan keputusan yang
dikeluarkan oleh jajaran di atasnya. Termasuk dalam hal strategi komunikasi
dalam sosialisasi Pemilu Legislatif 2014. Sehingga semua strategi yang sudah
dirancang dan dipilih tetap didasarkan pada aturan dari KPU RI. Seperti yang
diungkapkan oleh Komisioner KPU Kota Surakarta, Kajad Pamudji Joko Warsito
sebagai berikut
Kami dasarnya dari peraturan KPU. Sudah ada juknisnya bahwa sosialisasi
itu harus melalui berbagai tahapan. Baik dengan menggunakan relawan
demokrasi, kemudian sosialisasi dengan menggunakan media dan juga
melalui RT/RW atau kepanitiaan ad hoc.4

Ibid.
Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.
4

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
73

Namun diluar pedoman tersebut, diharapkan jajaran KPU di tiap kabupaten /


kota mampu menerjemahkan sendiri dan mengimplementasikan sesuai dengan
kondisi riil masyarakat di kabupaten / kota yang bersangkutan. Pernyataan
tersebut dikemukakan oleh Ketua KPU Kota Surakarta, Agus Sulistyo yang
menyatakan bahwa:
Kalau substansinya dibuat secara nasional, tetapi bagaimana ini membuat
pilahan-pilahan ini, barangkali cuma di Solo. Kalau penentuan segmen ini
secara nasional penentuannya. Tetapi bagaimana ini membuat konsep,
strategi ini kita yang format sendiri. Untuk mempermudah, untuk menjangkau
segmen itu.5

Selain itu, juga terdapat target partisipasi pemilih yang telah ditentukan
sebelumnya oleh KPU RI. Salah satu cara untuk meningkatkan angka partisipasi
pemilih tentu dilakukan dengan sosialisasi. Sehingga keberadaan sosialisasi
menjadi sangat vital sebelum pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014. Besaran target
partisipasi pemilih diungkapkan oleh Setyo Budiarto, Kasubag Teknis dan
Hubmas KPU Kota Surakarta melalui pernyataan di bawah ini:
Memang sudah menjadi program nasional dari KPU. Target nasional tingkat
partisipasi pemilih adalah 75%. Jadi ya harus tercapai angka 75% itu.6

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

13:00
13:00

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
74

2. Strategi yang Direncanakan


Berdasarkan Undang Undang dan Petunjuk Pelaksanaan dari KPU, ada
beberapa pembagian yang dirancang oleh KPU Kota Surakarta untuk
memudahkan pelaksanaan sosialisasi. Pembagian tersebut dilakukan dengan
memetakan dan mengelompokkan masyarakat yang menjadi sasaran dalam
sosialisasi. Secara garis besar, dalam melakukan sosialisasi mengenai Pemilu
Legislatif 2014, KPU Kota Surakarta memetakan strategi yang terbagi menjadi
tiga garis besar, yaitu:
a. Strategi Komunikasi Interpersonal
Strategi komunikasi interpersonal adalah jenis strategi komunikasi yang
memanfaatkan sarana komunikasi interpersonal dan komunikasi tatap muka
kepada masyarakat. Baik KPU maupun komunikator lainnya yang ditunjuk
hadir secara langsung di tengah tengah masyarakat untuk memberikan
sosialisasi dan berbagai penjelasan lainnya. Beberapa strategi komunikasi
interpersonal yang digunakan adalah:
(i)

Sosialisasi terhadap struktur birokrasi pemerintah kota Surakarta

(ii)

Sosialisasi terhadap struktur penyelenggara Pemilu

(iii)

Sosialisasi kepada masyarakat di lokasi keramaian dan ruang


publik

(iv)

Sosialisasi kepada kelompok kelompok masyarakat dengan


menggunakan program relawan demokrasi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
75

b. Strategi Komunikasi Media


Jenis

strategi

komunikasi

lain

yang

diterapkan

adalah

dengan

menggunakan media sebagai sarana untuk menyampaikan pesan. Dengan


memanfaatkan media, maka didapatkan manfaat pesan yang disampaikan akan
dapat menjangkau kelompok masyarakat yang lebih luas. Media yang
digunakan baik melalui media cetak, elektronik, media luar ruang dan tidak
ketinggalan juga memanfaatkan keberadaan internet.
c. Strategi Komunikasi Budaya
Strategi komunikasi dengan memanfaatkan budaya merupakan salah satu
pengembangan

yang

dilakukan

oleh

KPU

Kota

Surakarta

untuk

menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. Mengingat Surakarta adalah kota


yang terkenal dengan kebudayaannya, penggunaan budaya sebagai sarana
sosialisasi diharapkan mampu dapat lebih lagi menarik perhatian masyarakat.
Salah satu strategi yang merupakan instruksi langsung dari pusat adalah
pembentukan Relawan Demokrasi. Dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)
Relawan Demokrasi, dijelaskan bahwa program Relawan Demokrasi adalah
sebuah gerakan sosial yang dicanangkan oleh KPU dalam rangka meningkatkan
partisipasi masyarakat dan kualitas pemilih. Program Relawan Demokrasi muncul
akibat menurunnya angka partisipasi politik masyarakat pada Pemilu sebelumnya.
Selain itu, KPU menilai terjadi penurunan kualitas Pemilu, dikarenakan dalam
menggunakan hak pilihnya masyarakat seringkali tidak mengacu pada kualitas
dan kapabilitas calon. Melainkan berdasarkan kepada perhitungan untung dan
rugi, atau dengan kata lain sangat mudah terpengaruh oleh money politic.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
76

Program Relawan Demokrasi menyasar pada lima kelompok sasaran yang


dirasa paling strategis dan mampu mencakup semua lapisan masyarakat.
Berdasarkan Juklak Relawan Demokrasi, KPU membagi lima kelompok sasaran
sebagai berikut:
a. Kelompok keagamaan
b. Kelompok perempuan
c. Pemilih pemula
d. Penyandang disabilitas
e. Kelompok marginal
Program relawan demokrasi sendiri memiliki tujuan untuk:
a. Meningkatkan kualitas proses Pemilu
b. Meningkatkan partisipasi pemilih
c. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi
d. Membangkitkan kesukarelaan masyarakat sipil dalam agenda pemilu dan
demokratisasi.
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Program Relawan Demokrasi, KPU
sebagai pelaksana memiliki tugas sebagai berikut:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
77

Tabel 3.1
Tugas KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten / Kota Dalam Pelaksanaan
Program Relawan Demokrasi
PELAKSANA

TUGAS

KPU
1. Menentukan norma dan standar
kegiatan Program Relawan Demokrasi.
2. Melakukan supervisi pelaksanaan
Program Relawan Demokrasi.
3. Melakukan rekapitulasi dan evaluasi
nasional.
KPU PROVINSI

1. Mengkoordinasikan pelaksanaan
Program Relawan Demokrasi di
Kabupaten/Kota dalam lingkup provinsi.
2. Melakukan supervisi pelaksanaan
Program Relawan Demokrasi di kab/kota
wilayah provinsi terkait.
3. Melaporkan rekap pelaksanaan
kegiatan Program relawan demokrasi di
tingkat provinsi ybs kepada KPU.

KPU KAB/KOTA

1. Melakukan rekruitmen.
2. Memberikan pembekalan.
3. Mengkoordinir relawan demokrasi di
setiap segmen
4. Melakukan supervisi terhadap
pelaksanaan kegiatan relawan demokrasi.
5. Membuat laporan bulanan pelaksanaan
relawan demokrasi di wilayahnya.
6. Melaporkan kepada KPU provinsi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
78

Untuk lebih jelasnya mengenai pemetaan dan pembagian strategi komunikasi


dalam sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Gambar 3.1
Pembagian Strategi dalam Sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 Oleh KPU Kota
Surakarta

Strategi
Komunikasi
Interpersonal

Strategi
Komunikasi
Media

Sosialisasi kepada birokrasi


Pemerintah Kota Surakarta

Media cetak

Sosialisasi kepada struktur


penyelenggara Pemilu

Media elektronik

Strategi
Komunikasi
Budaya

Kirab Budaya
Sosialisasi kepada masyarakat
kota Surakarta di lokasi
keramaian

Media luar ruang

Sosialisasi kepada komunitas komunitas dengan


menggunakan Relawan
Demiokrasi

Internet

Diakui oleh Komisioner KPU Kota Surakarta, Kajad Pamudji Joko Waskito
bahwa titik berat sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 ini terdapat pada sosialisasi
melalui jaringan penyelenggara pemilu dan sosialisasi melalui lima segmen atau
komunitas. Yang dinyatakan sebagai berikut:
Sosialisasi lebih mengedepankan sosialisasi kepada kelompok sektoral
(sosialisasi kepada lima segmen masyarakat dengan menggunakan relawan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
79

demokrasi) dan sosialisasi


penyelenggara Pemilu).7

kepada

kelompok

teritorial

(jaringan

Pernyataan tersebut sama dengan yang dikemukakan oleh Ketua Panitia


Pemilihan Kecamatan (PPK) Jebres, Sumarmo seperti berikut:
Untuk Pemilu Legislatif ini sebagian besar sosialisasi kan dipegang oleh
KPU. Artinya dalam anggaran itu banyak yang di KPU. Sementara untuk
sosialisasi di tingkat PPK dan PPS relatif kecil sekali. 8

Budi Cahyono, Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Sewu juga
mengeluarkan pernyataan yang senada.
Sosialisasi untuk Pemilu Legislatif tahun ini relatif berbeda dengan tahun
tahun sebelumnya. Karena sekarang sudah ada relawan demokrasi, jadi yang
lebih banyak bergerak adalah relawan demokrasi itu. Ditambah dengan
sosialisasi melalui media massa dan KPU sendiri.9

3. Tujuan Penerapan Strategi


Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh KPU Kota Surakarta dari
tahapan tahapan sosialisasi yang dilakukan. Tujuan tersebut diantaranya adalah:
a. Memberikan pendidikan Pemilu kepada masyarakat
Dengan melakukan sosialisasi, KPU Kota Surakarta berharap mampu
memberikan

pendidikan

tentang

kepemiluan

yang

lengkap

kepada

masyarakat. Tujuan ini juga telah tercantum pada PKPU No. 23 tahun 2013
pasal 13 ayat 1 poin b, dimana sosialisasi yang dilakukan harus mampu
7

Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.
8
Wawancara dengan Sumarmo di Kantor Kecamatan Jebres tanggal 28 Mei 2014 pukul
10:00.
9
Wawancara dengan Budi Cahyono tanggal 4 Juni 2014

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
80

meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan kemampuan masyarakat


mengenai kepemiluan.
b.

Membangkitkan kesadaran masyarakat

mengenai Pemilu sebagai

kepentingan demokrasi
Keberadaan Pemilu akhir akhir ini sering disepelekan oleh masyarakat.
Tidak

sedikit

warga

Indonesia

yang

mulai

memandang

apatis

penyelenggaraan Pemilu. Padahal sejatinya Pemilu adalah esensi dari sebuah


negara demokrasi. KPU Kota Surakarta berharap masyarakat mulai
menyadari kemabali pentingnya Pemilu melalui tahapan sosialisasi yang
dilakukan dan tidak lagi memilih untuk golput. Tujuan tersebut sesuai dengan
pernyataan Kasubag Teknis Pemilu dan Hupmas KPU Kota Surakarta, Setyo
Budiarto seperti berikut:
Masyarakat sekarang memandang apatis Pemilu. Maka kita berusaha
untuk membangkitkan kembali kesadaran mengenai Pemilu untuk
kepentingan demokrasi itu. Kalau tidak melalui Pemilu, memang mau
memilih pemimpin lewat apa? 10
Pernyataan yang sama juga dikeluarkan oleh salah seorang Relawan
Demokrasi dari segmen perempuan, Atiek Supriyati.
Tujuan kita sosialisasi untuk membangun kepercayaan masyarakat.
Mengajarkan bagaimana cara mencoblos itu. Serta mengajak untuk jangan
jadi golput. 11

10
11

Wawancara dengan Setyo Budiarto tanggal 16 Mei 2014


Wawancara dengan Atiek Supriyati di Purwosari tanggal 19 Mei 2014 pukul 19:00

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
81

Setali tiga uang dengan dua pernyataan sebelumnya, Hindun Zulaikha,


Relawan Demokrasi segmen agama juga memiliki pandangan yang sama.
Tujuannya agar merubah mereka dari yang sebelumnya apatis untuk
menjadi pemilih. 12

c. Masyarakat bisa menggunakan hak pilih yang mereka miliki dengan benar
Pelaksanaan Pemilu, utamanya Pemilu Legislatif di masa sekarang
seringkali menimbulkan kebingungan. Masyarakat sekarang memiliki
kesempatan untuk memilih calon legislatif yang mereka inginkan secara
langsung. Masyarakat berkesempatan untuk menentukan siapa siapa saja
yang berhak untuk duduk di pemerintahan, baik itu di tingkat DPRD
Kabupaten / Kota, DPRD Provinsi, DPD dan DPR RI. Jumlah surat suara
yang lebih dari 1 dan banyaknya partai serta calon tidak jarang membuat
masyarakat menjadi kebingungan untuk menyalurkan hak pilihnya. Sehingga
keberadaan sosialisasi menjadi sangat penting untuk mencegah rusaknya
suara masyarakat. Seperti yang dinyatakan oleh Panitia Pemungutan Suara
(PPS) Kelurahan Jebres, Sutardi di bawah ini:
Tujuannya kita berharap masyarakat tahu, bahwa ketika menggunakan hak
pilih itu seperti apa. Misalnya ketika setelah diberi surat suara dari KPPS
kadang kadang masyarakat tidak tahu ini harus diapakan. Intinya hanya
itu kalau masyarakat. Mereka bisa menggunakan hak pilih dengan benar
dan tepat. Lepas dari siapa yang mereka pilih. Itu terserah mereka.13

12
Wawancara dengan Hindun Zulaikha di Kantor Aisyiyah Surakarta tanggal 20 Mei
2014 pukul 09:00.
13
Wawancara dengan Sutardi di Ngoresan tanggal 4 Juni 2014 pukul 11:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
82

d. Menjadikan pemilih pemula menjadi pemilih yang cerdas dan rasional


Pada pelaksanaan Pemilu 2014, KPU turut juga memberikan perhatian
kepada kelompok pemilih pemula. Pemilih pemula sebelumnya seringkali
diabaikan dalam sosialisasi Pemilu. Padahal sejatinya jumlah pemilih pemula
cukup signifikan dalam setiap penyelenggaraan Pemilu. Pemilih pemula
merupakan golongan pemilih yang baru pertama kali mempunyai hak pilih
dalam pelaksanaan Pemilu. Biasanya pemilih pemula berusia pada kisaran 17
21 tahun dan masih duduk di bangku SMA atau mahasiswa tingkat awal.
Pengetahuan mereka yang minim mengenai Pemilu menjadi salah satu faktor
pemicu tingkat golput yang tinggi pada pemilih pemula. Sehingga sosialisasi
terhadap golongan pemilih pemula dinilai sangat penting. Terutama
sosialisasi dilakukan agar pemilih pemula dapat dibentuk menjadi pemilih
yang cerdas dan rasional.
Salah satu Relawan Demokrasi dari segmen pemilih pemula, Nasichun
Aviv Aluwi juga memiliki pemikiran yang sama.
Untuk pemilih pemula targetnya adalah bagaimana mereka bisa menjadi
pemilih yang cerdas. Bisa menentukan pilihan sesuai dengan hal hal
yang bersifat rasional. Jadi ketika mereka memilih itu sudah melalui
proses panjang. Sudah benar benar dilihat track recordnya, kemudian
bagaimana program kerjanya, visi misinya. Ketika memilih tidak hanya
berdasarkan figur, desakan orang tua, atau karena iklannya yang bagus.14

Senada dengan rekannya, Bintang Aji Permana, Relawan Demokrasi darI


segemen pemilih pemula turut mengungkapkan hal yang serupa.

14

12:00

Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
83

Kalau teman teman pemilih pemula nggak disosialisasi, mereka hanya


akan tahu partai politik yang ada di media saja. Yang lainnya mereka
nggak akan tahu. Sehingga ujungnya nanti mereka hanya memilih yang
mereka tahu. Pemilih pemula juga belum pernah nyoblos, jadi mereka
juga belum tahu caranya. Tujuannya supaya mereka tahu tentang Pemilu
dan kemudian tidak golput.15
4. Identifikasi Khalayak
Dalam proses penyusunan strategi komunikasi, terdapat beberapa tahapan
yang dilalui agar strategi yang direncanakan dapat mengenai sasaran dengan
efektif. Salah satu langkah awal yang biasa dilakukan adalah dengan mengenal
terlebih dahulu siapa siapa saja masyarakat yang menjadi sasaran. Ketua KPU
Kota Surakarta, Agus Sulistyo mengakui dalam penetuan masyarakat yang
menjadi sasaran dalam sosialisasi tidak didahului dengan riset terlebih dahulu.
Nggak ada. Nggak ada riset. Hanya kemampuan otodidak, feelling saja. Kita
lihat cocoknya pendekatannya seperti ini. Begitu saja. 16

Serupa dengan yang diungkapkan oleh Kajad Pamudji Joko Warsito,


Komisioner KPU Kota Surakarta seperti berikut:
Tidak ada riset. Hanya sudah diberikan panduan melalui peraturan KPU.
Sosialisasi untuk kelompok sektoral lebih terpilahkan, karena ada susunan
kelompok tersebut. Baik dari marginal, pemula, keagamaan, difabel,
perempuan, sudah ada struktur sendiri sendiri. Ketika kita sosialisasi juga
menggunakan relawan demokrasi, yang relatif sudah lebih lama bergerak di
sektoral, sehingga mereka sudah memahami karakteristiknya. Untuk
kelompok teritorial kaitannya dengan masyarakat di RT/RW. Tidak ada
riset.17
15

Wawancara dengan Bintang Aji Permana di IAIN Surakarta tanggal 18 Mei 2014 pukul

16

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

10:00.
13:00.
17

Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
84

Meskipun KPU Kota Surakarta tidak melakukan riset untuk mengidentifikasi


masyarakat sasaran, namun komunikator yang ditunjuk untuk melakukan
sosialisasi sudah dianggap mampu dan menguasai khalayak yang mereka hadapi.
KPU Kota Surakarta beranggapan pengetahuan yang terdahulu tersebut sudah
cukup untuk menguasai khalayak yang akan dihadapi. Kondisi tersebut terutama
berlaku untuk sosialisasi dengan menggunakan relawan demokrasi. Sementara
untuk sosialisasi dengan menggunakan jaringan birokrasi dan penyelenggara,
KPU Kota Surakarta relatif sudah mengetahui karakteristik masyarakat yang akan
dihadapi, karena memang sudah sering bersentuhan secara langsung.
Berikut adalah gambaran karakteristik dari setiap kelompok masyarakat yang
termasuk dalam tataran strategi komunikasi KPU Kota Surakarta untuk sosialisasi
Pemilu Legislatif 2014.
a. Kelompok struktur birokrasi
Lapisan yang termasuk ke dalam kelompok struktur birokrasi adalah
mereka yang bekeraja atau duduk di pemerintahan. Mengingat lingkup kerja
KPU Kota Surakarta adalah wilayah kota Surakarta, maka birokrasi yang
dimaksud tentunya adalah orang orang yang duduk di pemerintah kota
Surakarta. Struktur birokrasi meliputi seluruh jajaran Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di kota Surakarta. Masyarakat dalam kelompok struktur birokrasi
biasanya memiliki karakteristik tingkat pendidikan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sektor lainnya. Pengetahuan dan pemahaman mengenai
politik dan kepemiluan juga lebih baik apabila dibandingkan dengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
85

kelompok kelompok sebelumnya. Kondisi tersebut diperjelas dengan


pernyataan Ketua KPU Kota Surakarta, Agus Sulistyo sebagai berikut:
Kalau birokrasi biasanya dia orang yang sibuk. Pendidikan politik itu
pasti sudah belajar dan mengetahui sendiri, karena mereka kan orang yang
terdidik. 18
b. Kelompok struktur penyelenggara
Sosialisasi yang dilakukan melalui struktur penyelenggara adalah bentuk
sosialisasi yang dilakukan KPU dengan menggunakan kepanitiaan ad hoc
yang telah dibentuk sebelumnya di kecamatan dan kelurahan. Baik PPK, PPS
maupun juga pada akhirnya KPPS menjadi ujung tombak KPU untuk
mendekati dan memberikan informasi yang selengkap mungkin mengenai
Pemilu kepada masyarakat di sektor pemerintahan terkecil, seperti RT dan
RW.
Sosialisasi yang dilakukan melalui struktur penyelenggara relatif lebih
sederhana apabila dibandingkan dengan sosialisasi melalui lima segmen
pemilih dan program Relawan Demokrasi. Karakteristik masyarakat yang
hampir mirip satu dengan yang lainnya memudahkan sosialisasi yang
dilakukan oleh PPK dan PPS dari KPU Kota Surakarta. Selain itu faktor
pendidikan yang tidak jarang lebih tinggi, serta pengalaman pengalaman
mengikuti Pemilu

terdahulu juga

menjadi salah satu

faktor

yang

mempermudah sosialisasi. PPS Kecamatan Jebres, Sutardi menyatakan


sebagai berikut:
18

13:00.

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
86

Masyarakat saya katakan sebetulnya sangat kondusif sekali. Enak diajak


bicara. Masyarakat juga sangat toleran dan partisipasinya cukup tinggi.19
Komisioner KPU, Kajad Pamudji Joko Waskito memiliki penilaian yang
serupa mengenai karakteristik kelompok struktur penyelenggara ini.
Mereka secara sosial ekonomi juga lebih mapan. Kebanyakan lebih
cerdas juga kelihatannya. Mereka juga sudah sering mendapatkan
sosialisasi sebelumnya. 20
c. Pemilih pemula
Menurut Relawan Demokrasi segmen pemilih pemula, kelompok pemilih
pemula memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan kelompok
lainnya. Menurut Nasichun Aviv Aluwi, Relawan Demokrasi segmen pemilih
pemula, salah satunya adalah jumlah mereka yang cukup banyak.
Pemilih pemula adalah salah satu kelompok yang potensial dalam
Pemilu. Kalau ditotal, di Surakarta sendiri jumlah pemilih pemula berkisar
antara 8.000 sampai 15.000 pemilih. 21
Selain itu, karena usia yang relatif masih muda, para pemilih pemula
biasanya belum mempunyai pilihan atau preferensi sendiri. Sehingga mereka
lebih mudah untuk dipengaruhi atau memilih karena ikut ikutan orang di
sekitar. Pengetahuan yang dimiliki mengenai Pemilu juga masih sangat
minim apabila dibandingkan dengan segmen masyarakat lainnya. Pernyataan

19

Wawancara dengan Sutardi di Ngoresan tanggal 4 Juni 2014 pukul 11:00


Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.
21
Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul
12:00.
20

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
87

tersebut dikemukakan oleh Bintang Aji Permana, salah satu Relawan


Demokrasi dari segmen pemilih pemula.
Pengetahuan tentang Pemilu mereka itu belum terlalu tahu. Selain itu
mereka biasanya memilih karena diarahkan atau dipengaruhi oleh orang
tua.22
Nasichun

Aviv

Aluwi

melengkapi

pernyataan

tersebut

dengan

menambahkan istilah jikalau pemilih pemula adalah golongan yang belum


stabil, dari segi psikologis.
Pemilih pemula biasanya berusia antara 17 21 tahun. Kebanyakan masih
siswa SMA atau mahasiswa semester 1 atau 2. Pendidikan politik yang
mereka miliki masih sangat rendah. Sementara akses informasi sekarang
sangat besar. Di satu sisi dia belum mendapatkan pengetahuan politik yang
kuat tapi dibanjiri dengan arus informasi yang besar. Padahal kalau kita
memandang media, sekarang media juga sudah tidak begitu netral. Secara
psikologis ini menjadi tidak stabil. Kondisi ini bisa menjadi potensial,
karena mereka nanti bisa menjadi pemilih yang dapat menentukan
kesuksesan Pemilu. Tapi bisa juga menjadi hal yang sangat rawan, karena
rentan untuk diselewengkan. 23
d. Perempuan
Segmen perempuan adalah kelompok yang juga jarang mendapatkan
perhatian dari KPU. Pada pelaksanaan sosialisasi Pemilu Legislatif 2014,
segmen perempuan juga beroleh perhatian khusus yang disasar dalam
sosialisasi. Mengingat dalam pelaksanaan Pemilu sebelumnya kelompok ini
kurang diperhatikan, pengetahuan mereka tentang politik dan kepemiluan
juga masih kecil. Walaupun biasanya anggota dari segmen perempuan sudah
22

Wawancara dengan Bintang Aji Permana di IAIN Surakarta tanggal 18 Mei 2014 pukul

23

Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul

10:00.
12:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
88

pernah menggunakan hak pilih dalam Pemilu sebelumnya. Pernyataan Atiek


Supriyati,

Relawan

Demokrasi

segmen

perempuan

sedikit

banyak

memberikan gambaran mengenai segmen tersebut.


Orang orang di segmen perempuan itu minim pengetahuan politik.
Ketika dilakukan sosialisasi kadang ada yang tahu, ada yang tidak dan
kadang ada yang ngeyel. Ada juga yang tidak mau memilih. Mungkin
karena pengalaman dari dulunya sehingga menjadi kecewa. Merasa kalau
nyoblos nggak nyoblos kondisinya tetap sama saja.24
Komisioner KPU Kota Surakarta, Kajad Pamudji Joko Waskito
menambahkan

pemilih

perempuan

seringkali

tidak

berani

untuk

mengungkapkan pilihan mereka. Mereka lebih sering memilih karena


mengikuti pilihan suami. Menurutnya kondisi seperti ini juga menjadi
perhatian sendiri dari KPU.
Perempuan sekarang lebih dikedepankan. Dalam Pemilu sendiri calon
legislatif juga lebih diproritaskan 30% calonnya adalah perempuan.
Sehingga diharapkan bisa menghilangkan kebiasaan paternalistik dalam
masyarakat.25
e. Kelompok Agama
Kelompok agama merupakan salah satu segmen yang rentan dengan
golput. Kondisi tersebut salah satunya diakibatkan karena kekecewaan
mereka dengan pemimpin yang terpilih dari Pemilu sebelumnya. Hindun
Zulaikha, Relawan Demokrasi segmen kelompok agama sering mendapati
pernyataan semacam itu ketika melakukan sosialisasi Pemilu pada kelompok
agama.

24

Wawancara dengan Atiek Supriyati di Purwosari tanggal 19 Mei 2014 pukul 19:00.
Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00
25

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
89

Di kelompok agama banyak orang yang karena kejadian akhir akhir ini
banyak para pemimpin, wakil rakyat yang dipilih dulu akhirnya tidak
amanah, tidak jujur menjadi ingin golput.26
Selain golput yang disebabkan karena kekecewaaan, beberapa golongan
dari kelompok agama juga memilih untuk golput karena tidak menyetujui
sistem yang digunakan di Indonesia. Iwan Warseno, Relawan Demokrasi
kelompok agama memberikan pernyataan yang mendukung fakta tersebut.
Kemarin kita sempat berencana memberikan sosialisasi kepada jamaah
Hizbut Tahrir Indonesia. Tetapi sebelum kita sosialisasi kita diberitahu
dulu oleh komisioner kalau jamaah HTI itu menolak. Memang tidak secara
langsung menyatakan menolak, tapi informasinya mereka memang tidak
setuju dengan sistem pemerintahan di Indonesia. Akhirnya kita mundur
dan tidak jadi melakukan sosialisasi kesana.27
f. Penyandang disabilitas (difabel)
Selama ini kaum difabel sering dipinggirkan dan tidak dianggap mampu
untuk berpartisipasi dalam Pemilu. Padahal sejatinya kaum difabel juga
merupakan warga negara Indonesia, yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam Pemilu seperti warga negara yang lainnya. Keterbatasan
yang mereka miliki tidak jarang membuat hak mereka diabaikan. Oleh karena
itu pada pelaksanaa Pemilu 2014, KPU berusaha merangkul kaum difabel
untuk mau dan mampu berpartisipasi dalam Pemilu. Sehingga secara khusus,
KPU membuat segmen tersendiri untuk melakukan sosialisasi kepada mereka
penyandang disabilitas. Kondisi mereka yang berbeda dengan masyarakat

26
Wawancara dengan Hindun Zulaikha di Kantor Aisyiyah Surakarta tanggal 20 Mei
2014 pukul 09:00.
27
Wawancara dengan Iwan Warseno di Ngoresan tanggal 17 Mei 2014 pukul 11:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
90

kebanyakan membuat kaum difabel memiliki karakteristik dan keunikan


tersendiri.
Salah satu yang paling menonjol dari kaum difabel adalah sikap yang
pemalu dan kurang bisa menunjukkan dirinya. Angga, Relawan Demokrasi
untuk kelompok difabel menilai kondisi semacam ini juga dipengaruhi oleh
bagaimana masyarakat umum memandang keberadaan kaum difabel, dan cara
memperlakukan mereka.
Secara umum kelompok difabel memiliki mental yang pemalu. Tidak mau
menunjukkan dirinya. Mereka juga sangat terpinggirkan, baik itu sosialnya
yang terpinggirkan maupun juga dari segi komunikasi terpinggirkan.
Selain itu diskriminasi terhadap difabel juga masih banyak.
Aksesbilitasnya pun sangat kecil sekali. Sehingga membuat difabel
menjadi sulit untuk berkomunikasi dan memahami sekitarnya.28
Estiono, Relawan Demokrasi segmen kelompok difabel juga menilai
kondisi lingkungan dan masyarakat yang banyak membatasi berpengaruh
kepada sikap dan kepribadian mereka.
Tergantung oleh bentuk lingkungan, kemudian bagaimana ia bergaul.
Keluarga juga sangat berpengaruh sekali. Secara umum mereka punya
karakter yang sangat kuat untuk berkembang, tetapi kurang begitu percaya
diri. Terutama dipegaruhi proses pendidikan di lingkungan keluarga. Jika
sering dibatasi, maka dia juga akan membatasi diri.29
Latar belakang kelompok difabel yang demikian membawa implikasi
terhadap pengetahuan mereka mengenai politik dan kepemiluan. Pengetahuan
dan pemahaman mereka masih sangat rendah. Bahkan tidak jarang yang

19:00.

28

Wawancara dengan Angga Kusuma Dawami di Ngoresan tanggal 20 Mei 2014 pukul

29

Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
91

merasa kalau Pemilu bukanlah suatu hal yang penting, karena tidak
berdampak pada kondisi mereka.
Jangankan pengetahuan politik, pengetahuan untuk dirinya sendiri untuk
bisa bergaul dengan masyarakat saja tidak bisa.30
Pernyataan Angga di atas, sejalan dengan pandangan Estiono mengenai
pengetahuan politik yang dimiliki oleh kelompok difabel seperti berikut:
Informasi, pengetahuan itu sangat dipengaruhi oleh difabilitasnya. Kalau
teman teman tuli itu akan sangat minim referensi, karena tidak semua
akses informasi dapat ia tangkap. Kalau teman teman daksa, teman
teman netra sebenarnya mereka untuk mendapatkan informasi tidak sulit.
Tetapi terkadang masih banyak informasi yang didapat itu cenderung
mentah. Tidak ada upaya untuk mengolah lebih dalam.31
Salah satu kelompok disabilitas yang menjadi sasaran sosialisasi KPU
Kota Surakarta adalah kelompok slow learner. Sosialisasi yang ditujukan
kepada kelompok slow learner dapat dikatakan sebagai rintisan baru yang
dilaksanakan pada Pemilu 2014 ini.
Kalau yang slow learner itu lebih awal. Sebelumnya walaupun tidak
optimal, paling tidak teman teman difabel sudah mengenal, tapi belum
paham, tentang Pemilu dan politik. Kalau slow learner tidak ada di sekolah
yang memberikan pendidikan tentang politik, hak kewarganegaraan dan
sebagainya. 32
Estiono menyatakan ada beberapa hambatan yang harus dilalui ketika
ingin melakukan sosialisasi kepada kelompok slow learner. Hambatan yang
paling besar dirasakan datang dari sekolah dan orang orang yang ada di
sekitar anak slow learner itu sendiri.
30

Wawancara dengan Angga Kusuma Dawami di Ngoresan tanggal 20 Mei 2014 pukul

31

Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.
Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.

19:00.
32

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
92

Pendidikan untuk anak luar biasa itu masih menganggap hal hal itu
belum penting. Walaupun pada akhirnya kami bisa meluruskan pola pikir
beliau yang bertanggungjawab di sana, tetapi diawal itu hampir semua
pihak apakah guru, pembimbing atau kepala sekolah, bukan menolak, tapi
juga bukan menyambut dengan aktif. Sempat beberapa kalimat muncul
Mas, untungnya pemerintah, untungnya KPU, untungnya partai politik
memberikan pendidikan kepemiluan itu apa? Untungnya mereka ikut
Pemilu itu apa? Padahal kita melakukan ini bukan karena untungnya apa,
tapi karena itu memang hak mereka.33
g. Kelompok Marginal
Kelompok marginal adalah kelompok yang seringkali terpinggirkan dan
terabaikan. Mayoritas kelompok marginal berasal dari masyarakat dengan
ekonomi menengah ke bawah. Menurut Marbandi, Relawan Demokrasi
kelompok marginal, ada beberapa kriteria sehingga seseorang dapat disebut
sebagai kaum marginal.
Yang dipandang marginal itu terutama orang-orang yang sekiranya bekerja
hanya mencukupi keluarga itu. hanya cukup untuk keluarga saja, itupun
kadang dapet kadang tidak.Kemudian marginal itu dibedakan ada
beberapa kelompok. Kelompok difabel, kelompok PKL, becak, asongan,
PRT,anak jalanan, pengamen, semua itu dikatakan marginal.34
Karakteristik kelompok marginal yang mayoritas rendah secara ekonomi
membuat kelompok ini menjadi rentan terhadap praktek money politic.
Marbandi mengakui posisi kelompok marginal yang rendah secara
pendidikan dan ekonomi sangat rawan untuk dimanfaatkan oleh calon yang
biasa menghalalkan segala cara untuk menang.
SDM nya tidak tinggi. Hanya sedang-sedang saja, kadang malah rendah.
Kalau pengetahuan politik itu bermacam-macam. Ada yang lebih tahu,
ada yang Halah pokoke nyoblos angger dikei duit nyoblos yen ora yo ra
33
34

Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.
Wawancara dengan Marbandi di Manahan tanggal 21 Mei 2014 pukul 10:00

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
93

nyoblos. Jadi ada yang tahu ada yang tidak tahu, ada yang sedang-sedang.
Kemudian ada yang sak karepe itu ya ada.35

5. Penyusunan Pesan
Tahap kedua dalam penyusunan strategi komunikasi, adalah menyusun pesan
yang akan disampaikan kepada masyarakat. Setelah mengetahui masyarakat
sasaran dan karakteristiknya, maka penyusunan pesan dapat menjadi lebih tepat
sasaran dan efektif. Sebelumnya KPU Kota Surakarta tidak secara langsung
melakukan riset mengenai masyarakat sasaran. Akan tetapi KPU Kota Surakarta
menggarap secara serius pesan yang akan disampaikan. Tidak hanya pesan secara
umum yang harus disampaikan kepada seluruh lapisan, juga termasuk pesan yang
hanya dikhususkan kepada segmen segmen tertentu.
Secara umum, terdapat lima poin utama pesan yang wajib disampaikan oleh
komunikator yang telah ditunjuk KPU kepada masyarakat sasaran. Pesan utama
ini wajib disampaikan kepada seluruh lapisan dan seluruh masyarakat sasaran
tanpa terkecuali. Lima pesan utama tersebut adalah:
a. Slogan Pemilihan Umum 2014, Pemilih Cerdas, Pemilu Berkualitas
Dalam pelaksanaan Pemilu 2014, KPU mengusung sebuah slogan yakni
Pemilih Cerdas, Pemilu Berkualitas. Slogan ini dimaksudkan sebagai
wujud gambaran Pemilu yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia pada tahun
2014. Terhitung sudah 10 kali bangsa Indonesia melaksankan Pemilu. Tak
ayal banyak hal yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan Pemilu
sebelumnya dapat dijadikan koreksi bersama agar membawa Pemilu

35

Wawancara dengan Marbandi di Manahan tanggal 21 Mei 2014 pukul 10:00

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
94

Indonesia ke arah yang lebih baik. Adapun, Kajad Pamudji Joko Waskito
menjelaskan, slogan Pemilih Cerdas, Pemilu Berkualitas juga merupakan
ajakan kepada masyarakat untuk memilih dengan menggunakan rasio. Bukan
lagi memilih karena imbalan atau iming iming tertentu.
Maksud dari Pemilih Cerdas, Pemilu Berkualitas itu adalah bahwa
dalam Pemilu ini masyarakat tidak hanya sekedar berbondong bondong
menggunakan hak pilih. Tapi juga harus berpikir dalam menggunakan hak
pilihnya. Tapi itu tetap diserahkan pada pemilih itu sendiri. Kita tidak
boleh memberikan gambaran partai mana yang bagus atau caleg mana
yang bagus. 36
Setyo Budiarto menambahkan, dengan terwujudnya generasi pemilih yang
cerdas maka Pemilu akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam
artian orang orang yang nantinya terpilih untuk menduduki jabatan sebagai
anggota dewan adalah mereka yang benar benar kompeten di bidangnya.
b. Tanggal pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014
Sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 tidak akan ada artinya jikalau KPU
Kota

Surakarta

tidak

menyampaikan mengenai tanggal dan waktu

pemungutan suara. Sehingga pesan mengenai tanggal pemungutan suara (9


April 2014) adalah pesan yang wajib untuk diberitahukan kepada setiap
lapisan masyarakat sasaran.
c. Syarat syarat untuk menjadi pemilih
Permasalahan utama yang selalu muncul dalam setiap penyelenggaraan
Pemilu adalah mengenai data pemilih. Proses pemuktahiran data seringkali
berjalan tidak maksimal. Sehingga tidak menutup kemungkinan banyaknya
36

Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tangal 14 Mei
2014 pukul 13:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
95

warga negara yang sudah memiliki hak namun tidak terdaftar dalam DPT.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, KPU lebih memberikan
kelonggaran

kepada

masyarakat

untuk

memastikan

dirinya

dapat

menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Legislatif 2014. Terdapat 4 jenis


daftar pemilih yang diakui keabsahannya oleh KPU, yaitu DPT, DPT B,
DPK, dan DPKTB. Masyarakat banyak yang belum paham mengenai
perbedaan setiap daftar pemilih tersebut, sehingga tentunya sosialisasi wajib
dilakukan oleh KPU dan jajarannya. Selain itu sosialisasi juga meliputi cara
cara yang harus mereka lakukan untuk memastikan bahwa namanya sudah
benar benar terdaftar dalam daftar pemilih.
d. Kriteria suara sah dan tidak sah
Salah satu poin yang sering membingungkan masyarakat dalam Pemilu
adalah cara menggunakan hak pilih. Terutama dalam pelaksanaan Pemilu
Legislatif, terdapat banyak kolom, baik itu nama partai, nomor, nama caleg
dan nomor urut caleg. Isi surat suara yang demikian tidak jarang membuat
masyarakat bingung bagaimana cara yang tepat untuk memilih. Total jenis
suara sah dan tidak sah yang diakui oleh KPU dalam Pemilu Legislatif 2014
ini ada 15 variasi coblosan. Bentuk bentuk suara sah dan tidak sah yang
demikian harus menjadi pesan yang disampaikan kepada masyarakat.
Sosialisasi tersebut bertujuan agar hak pilih yang digunakan masyarakat tidak
menjadi sia sia hanya karena kesalahan dalam memberikan suara yang
mengakibatkan suara menjadi tidak sah. Eka Rochmawati, Koordinator
Relawan Demokrasi mengakui pentingnya pesan tersebut untuk disampaikan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
96

Yang penting untuk disampaikan itu tanggal jangan lupa. Lalu spesimen
surat suara. Ada 4 suara untuk Pileg besok, DPR, DPRD Provinsi, DPD
dan DPRD Kabupaten / Kota. Masing masing surat suara memiliki
keunikan tersendiri. Terus ada juga tata cara pencoblosan yang benar.
Karena untuk Pemilu yang sekarang dengan Pemilu yang kemarin agak
berbeda. 37
Sedikitnya terdapat 15 variasi suara sah yang diakui oleh KPU dan 4
variasi suara tidak sah, yakni sebagai berikut:
Suara Sah
(i) Tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut, tanda gambar dan
nama partai politik, suara dinyatakan sah 1 suara untuk partai politik.
(ii) Tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut dan nama calon
anggota, suara dinyatakan sah 1 suara untuk calon yang bersangkutan.
(iii) Tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut, tanda gambar dan
nama partai politik serta tanda coblos pada kolom yang memuat nomor
urut dan nama calon dari partai politik yang bersangkutan, suara
dinyatakan sah 1 suara untuk calon yang bersangkutan.
(iv) Tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut, tanda gambar dan
nama partai politik serta tanda coblos lebih dari 1 calon pada kolom
yang memuat nomor urut dan nama calon dari partai politik yang sama,
suaranya dinyatakan sah 1 suara untuk partai politik.
(v) Tanda coblos pada kolom yang memuat lebih dari 1 calon pada kolom
yang memuat nomor urut dan nama calon dari partai politik yang sama,
suaranya dinyatakan sah 1 suara untuk calon.

37

Wawancara dengan Eka Rochmawati di Unisri tanggal 19 Mei 2014 pukul 10:30.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
97

(vi) Tanda coblos terletak diantara 2 calon pada kolom yang memuat
nomor urut dan nama calon dari partai politik yang sama, suara sah 1
suara untuk partai politik.
(vii) Tanda coblos terletak pada garis kolom yang memuat nomor urut dan
nama calon dari partai politik yang sama, suara sah 1 suara untuk partai
politik.
(viii) Tanda coblos terletak selain di kolom yang memuat nomor urut,
tanda gambar dan nama partai politik dan nomor urut calon dan nama
calon, namun masih satu tempat dengan kotak tersebut (berwarna abu
abu) suaranya sah 1 suara untuk partai politik.
(ix) Tanda coblos terletak pada nomor urut calon tanpa nama, suara sah 1
suara untuk partai politik.
(x) Tanda coblos lebih dari satu pada kolom yang memuat nomor urut,
tannda gambar dan nama partai politik, suara dinyatakan sah 1 suara
untuk partai politik.
(xi) Tanda coblos tepat pada garis di kiri atau di kanan satu kolom yang
memuat nomor urut dan nama calon, suaranya dinyatakan sah 1 suara
untuk calon.
(xii) Tanda coblos pada satu kolom yang memuat nomor urut dan nama
calon serta tanda coblos pada kolom abu abu, suaranya dinyatakan
sah 1 suara untuk calon.
(xiii) Tanda coblos pada satu kolom yang memuat nomor urut dan tanpa
nama calon yang disebabkan calon tersebut meninggal dunia atau tidak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
98

lagi memenuhi syarat, dan tanda coblos pada satu kolom yang memuat
nomor urut dan nama calon dari satu partai politik yang sama, suaranya
dinyatakan sah 1 suara untuk calon yang masih memenuhi syarat.
(xiv) Tanda coblos pada lebih dari satu calon pada masing masing kolom
yang memuat nomor urut dan nama calon dari partai politik yang sama,
suaranya dinyatakan sah 1 suara untuk partai politik.
(xv) Tanda coblos pada satu kolom yang memuat nomor urtu, nama dan
tanda gambar partai politik yang tidak mempunyai daftar calon,
suaranya dinyatakan sah 1 suara untuk partai politik.
Suara Tidak Sah
(i) Tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut, tanda gambar, dan
nama partai politik, sedangkan tanda coblos calon terletak pada partai
politik yang berbeda, suaranya dinyatakan tidak sah.
(ii) Tanda coblos terletak hampir mengenai garis / di luar kolom pada
kolom yang memuat nomor urut, tanda gambar, dan nama partai politik,
suaranya dinyatakan tidak sah.
(iii) Tanda coblos terletak diantara kolom partai politik, suaranya
dinyatakan tidak sah.
(iv) Tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut, tanda gambar dan
nama partai politik, dan tanda coblos pada kolom yang memuat nomor
urut dan nama calon, serta ada tanda coblos di luar kolom, suaranya
dinyatakan tidak sah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
99

e. Ajakan untuk menggunakan hak pilih


Tujuan utama KPU Kota Surakarta merancang beragam program dan
pesan untuk sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 adalah peningkatan partisipasi
politik masyarakat. Jika mengacu pada target nasional, partisipasi politik
masyarakat pada Pileg 2014 harus menyentuh angka 75%. Selain
memberikan pesan informatif dan edukatif mengenai pelaksanaan Pemilu
2014, KPU Kota Surakarta juga menambahkan pesan persuasif. Salah satu
pesan persuasif yang wajib untuk dibicarakan pada setiap kelompok adalah
ajakan untuk menggunakan hak pilih pada Pileg 2014. Setyo Budiarto
mengakui pesan persuasif adalah salah satu instruksi dari pusat untuk
disampaikan kepada masyarakat di daerah.
Pesan yang disampaikan kita mengacu Surat Edaran (SE) dari pusat saja.
Intinya ya 9 April itu ada Pemilu, ajakan untuk datang ke TPS.38
Relawan Demokrasi kelompok agama, Hindun Zulaikha menambahkan
KPU Kota Surakarta memang sudah menitipkan pesan pesan apa saja yang
harus disampaikan kepada masyarakat.
Sebetulnya yang utama dan pokok adalah bagaimana para pemilih nanti
tidak golput. Itu pesannya. Pokoknya mengajak semua berpartisipasi pada
Pemilu.39

Di samping lima pesan utama tersebut, segmen dan lapisan masyarakat yang
berbeda juga menambahkan penekanan tertentu kepada masing masing
38

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

13:00.
39

Wawancara dengan Hindun Zulaikha di Kantor Aisyiyah Surakarta tanggal 20 Mei


2014 pukul 09:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
100

kelompok sasaran. Tentu saja ini berarti berbeda kelompok sasaran maka akan
terdapat beberapa perbedaan pesan yang disampaikan. Mayoritas pesan khusus
yang disampaikan ini merupakan inisiatif sendiri dari komunikator di masing
masing lapisan. Komunikator yang sudah lebih memahami kondisi masyarakat
sebelumnya merencanakan beberapa pesan yang dirasa mampu membuat
kelompok sasaran mereka terdorong untuk memilih pada Pemilu Legislatif 2014.
Pesan pesan tersebut berbeda antara kelompok yang satu dan lainnya, walaupun
pada prakteknya tidak semua kelompok memperoleh pesan khusus tersebut.
Kelompok yang mendapatkan pesan pesan khusus diantaranya adalah:
a. Struktur penyelenggara Pemilu
Sosialisasi yang dilakukan melalui struktur penyelenggara, memanfaatkan
jaringan KPU Kota Surakarta ke bawah. Baik itu melalui Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK) di tingkat kecamatan, Panitia Pemungutan Suara (PPS) di
tingkat kelurahan dan Kelompok Penyelenggara dan Pemungutan Suara
(KPPS) di tingkat RT/RW. Pesan yang menjadi penekanan ketika sosialisasi
melalui

struktur

penyelenggara

adalah

mengenai

peraturan

pemilu.

Mengingat posisi PPK, PPS dan KPPS yang merupakan panitia ad hoc dalam
penyelenggaran Pemilu. Sehingga pengetahuan tentang peraturan dan undang
undang adalah hal yang utama. Sehingga dapat dikatakan untuk sosialisasi
dengan memanfaatkan struktur penyelenggara tidak secara langsung berbicara
mengenai peningkatan partisipasi politik. Ketua PPK Jebres, Sumarmo
mengakui adanya penekanan tersebut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
101

... (sosialisasi) kebanyakan tentang teknisnya. Misalkan kalau mulai


tentang pendaftaran pemilih itu, ya pasti pemilih pendatang bagaimana
caranya, pemilih yang pindah bagaimana caranya. Terutama kalau
mahasiswa yang dari luar Jawa atau rumahnya jauh juga mungkin
diijinkan. 40
Namun, Ketua KPU Kota Surakarta, Agus Sulistyo meyakini dengan
mendapatkan pembekalan dan melakukan sosialisasi yang berkaitan dengan
peraturan pemilu, secara tidak langsung juga akan berimplikasi pada
peningkatan partisipasi politik masyarakat.
Kalau penyelenggara memang sudah benar, penekanannya adalah teknis,
teknis penyelenggaraan. Tapi itu berimplikasi secara tidak langsung pada
peningkatan partisipasi. 41
Masih berkaitan dengan pesan khusus peraturan pemilu melalui struktur
penyelenggara, KPU Kota Surakarta melakukan sosialisasi peraturan sesuai
dengan tahapan yang sedang berjalan. Baik PPK, PPS dan KPPS telah
menerima timeline atau jadwal dari KPU, sehingga sosialisasi yang dilakukan
tinggal menyesuaikan. Anggota PPS Kelurahan Jebres, Sutardi menjelaskan
sedikitnya ada tiga tahap sosialisasi yang dilakukan oleh kelompok struktur
penyelenggara.
Tahapan awal menyangkut tanggal, pelaksanaan kemudian mekanismenya.
Kemudian yang mendekati pemilu itu sosialisasinya mengenai proses cara
pencoblosan. Bagaimana mencoblos yang sah, kemudian bagaimana yang

40

Wawancara dengan Sumarmo di Kantor Kecamatan Jebres tanggal 28 Mei 2014 pukul

41

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

10:00.
13:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
102

tidak sah seperti apa. Lalu ada sosialisasi kepada tokoh masyarakat
mengenai kebutuhan KPPS.42
Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa KPU Kota
Surakarta berusaha mengemas setiap tahapan dalam Pemilu dalam kerangka
sosialisasi. Ketua KPU Kota Surakarta menginginkan sosialisasi tidak semata
dimaknai memberitahukan kepada masyarakat tanggal pelaksanaan Pemilu
semata, melainkan juga memperkenalkan tahapan Pemilu kepada masyarakat.
Otomatis pesan yang disampaikan juga akan bervariasi.
Kita tidak memaknai sosialisasi sebagai sebuah kegiatan yang terkotak.
Hanya kapan nyoblos, kemudian tanggal berapa, jam berapa itu nggak.
Tapi bagaimana kita memformat sebuah sosialisasi yang mencerdaskan
masyarakat. Jadi masyarakat juga ada informasi lain.43
b. Pemilih Pemula
Selain lima hal pokok yang harus disampaikan, ketika melakukan
sosialisasi juga dimasukkan unsur pendidikan menganai Pemilu sebagai salah
satu materi. Pendidikan Pemilu dimaksudkan agar masyarakat semakin
mengenal apa itu Pemilu dan pentingnya Pemilu di Indonesia. Pendidikan dan
pengetahuan tentang Pemilu ini terutama ditekankan kepada kelompok
kelompok sasaran yang sebelumnya tidak mempunyai hak pilih, seperti
kelompok pemilih pemula dan difabel.
Kelompok pemilih pemula adalah mereka yang baru mempunyai hak pilih
dalam Pemilu 2014 ini, sehingga pengetahuan tentang Pemilu boleh
dikatakan kurang apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya.
42
43

13:00.

Wawancara dengan Sutardi di Ngoresan tanggal 4 Juni 2014 pukul 10:00.


Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
103

Di samping penekanan terhadap pentingnya Pemilu, terutama terhadap


kelompok pemilih pemula sangat perlu diperkenalkan tentang apa itu Pemilu.
Nasichun Aviv Aluwi, relawan demokrasi untuk pemilih pemula menyatakan
yang paling mendasar untuk disampaikan kepada pemilih pemula adalah
pengetahuan tentang Pemilu itu.
Pesan lain yang disampaikan adalah tentang teknis penyelenggaraan
Pemilu dengan memanfaatkan simulasi proses pemungutan suara. diharapkan
nantinya kelompok pemilih pemula dan difabel sudah tidak lagi bingung
ketika datang ke TPS. Setyo Budiarto menjelaskan konsep simulasi yang
dilakukan sebagai berikut:
Kalau pemula kan belum pernah memilih. Jadi kita jelaskan sampai detail,
misal caranya membuka surat suara, masuk ke bilik itu bagaimana. Kita
lakukan dengan simulasi. Kalau difabel lebih detail lagi. Didampingi
berkali kali sampai bisa benar. Lebih banyak prakteknya kalau difabel. 44
Akan tetapi, penggunaan simulasi tidak selalu mutlak menjadi satu
satunya metode yang digunakan untuk kelompok pemilih pemula. Nasichun
Aviv Aluwi menyatakan tidak semua sekolah yang menjadi sasaran
sosialisasi mendapatkan kesempatan untuk melakukan simulasi. Kondisi
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Simulasi kadang dilakukan, tapi kalau simulasi itu nggak semua dapat
simulasi. Karena kan ada juga itu tadi masalah waktu dan audiens yang
terlalu banyak. Kemudian kita sesuaikan juga dengan kondisi yang ada di
masing masing SMA.45
44

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

45

Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNSI tanggal 20 Mei 2014 pukul

13:00.
12:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
104

Bintang Aji Permana menambahkan simulasi untuk kelompok pemilih


pemula juga terkendala dengan jumlah relawan demokrasi yang hari itu siap
melakukan sosialisasi. Mengingat ketika simulasi tidak sedikit alat peraga
yang harus dibawa, baik itu bilik suara, spesimen surat suara sampai tinta
tanda sudah memilih. Karena simulasi yang dilakukan harus benar benar
menyerupai kondisi asli di TPS pada hari pemungutan suara.
Ada simulasinya di sekolah ketika personelnya (relawan demokrasi)
banyak. Kalau personelnya sedikit kan nggak mungkin juga bawa
peralatan peralatan itu. 46
c. Difabel
Berdasarkan karakteristiknya yang tidak dapat dengan mudah memperoleh
informasi, kelompok difabel juga belum banyak memiliki pengetahuan
Pemilu. Angga menjelaskan terutama untuk kelompok difabel sangat perlu
ditekankan masalah pentingnya Pemilu ini agar mereka dapat tergerak
menggunakan hak pilih yanng mereka miliki.
Kalau dari Relasi (difabel) saya dan mas Tio konsen bener bener kta
semaksimal mungkin fokus untuk menyapaikan pesan kenapa Pemilu itu
penting. Caranya kita mulai dari penyadaran mereka. Kehidupan mereka
juga dipengaruhi oleh kebijakan. Kebijakan tentunya juga dipengaruhi
Pemilu. Tidak bisa tidak. Karena sebenarnya ini penting. Cuma mereka
nggak sadar akan hal itu.47

46

Wawancara dengan Bintang Aji Permana di IAIN Surakarta tanggal 18 Mei 2014 pukul

47

Wawancara dengan Angga Kusuma Dawami di Ngoresan tanggal 20 Mei 2014 pukul

10:00.
19:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
105

Salah satu pesan khusus lainnya yang disosialisasikan oleh KPU adalah
mengenai cara dan teknis dalam menggunakan hak pilih. Yang dimaksud
adalah bagaimana alur dan proses masyarakat untuk dapat menggunakan hak
pilih yang mereka miliki. Keseriusan KPU dalam merancang pesan ini adalah
merancang model sosialisasi dengan menggunakan simulasi. Terutama
simulasi digunakan untuk sosialisasi terhadap kelompok difabel dan pemilih
pemula, yang notabene masih awam dengan proses Pemilu. Simulasi yang
dilakukan adalah dengan melibatkan peserta sosialisasi untuk memperagakan
situasi yang akan dihadapi di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Sehingga
diharapkan nantinya kelompok pemilih pemula dan difabel sudah tidak lagi
bingung ketika datang ke TPS. Setyo Budiarto menjelaskan konsep simulasi
yang dilakukan sebagai berikut:
Kalau pemula kan belum pernah memilih. Jadi kita jelaskan sampai detail,
misal caranya membuka surat suara, masuk ke bilik itu bagaimana. Kita
lakukan dengan simulasi. Kalau difabel lebih detail lagi. Didampingi
berkali kali sampai bisa benar. Lebih banyak prakteknya kalau difabel. 48

Estiono, Relawan Demokrasi kelompok difabel juga mengakui pentingnya


dilakukan simulasi ketika melakukan sosialisasi kepada sasaran. Dengan
diadakan simulasi, pemahaman kelompok difabel mengenai proses pemberian
suara dalam Pemilu bisa menjadi lebih dalam. Terutama apabila berkaitan
dengan sosialisasi kepada kelompok slow learner.

48

13:00.

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
106

Karena kalau nggak praktek, terutama teman-teman yang slow learner dan
tuna netra kan tidak paham. Terutama kalau dari temen-temen slow learner
kemarin kita minta back up full dari KPU untuk membawa alat alat
peraga lengkap. 49
Estiono menambahkan, kelompok difabel juga sangat perlu untuk
diberikan penyadaran mengenai pentingnya hak pilih yang mereka miliki.
Kami berikan yang utama itu terkait membangun pemahaman mengenai
apa pentingnya Pemilu. Dalam artian mengapa kita harus memilih itu, tapi
kita kondisikan, kita kaitkan dengan kehidupan mereka. Misalnya kalau
untuk teman teman yang masih sekolah terkait apabila memilih
pemimpin yang tidak tepat dalam Pemilu maka tidak akan ada sekolah,
tidak ada penganggaran, tidak ada sistem dan sebagainya. Supaya mereka
tahu manfaatnya yang bersinggungan langsung dengan mereka.50

d. Kelompok Agama
Salah satu tujuan utama dilakukan sosialisasi Pemilu Legislatif 2014
adalah agar masyarakat dapat menggunakan hak pilih yang mereka miliki.
Akan tetapi tidak semua lapisan masyarakat menyadari hak tersebut.
Beberapa malah mengabaikan hak pilih yang mereka miliki. Sehingga dirasa
perlu bagi KPU dan jajaran yang ditunjuk untuk melakukan sosialisasi
dengan memberikan pesan yang mampu berkaitan dengan membangkitkan
kesadaran mengenai hak pilih. Walaupun cara cara yang digunakan untuk
membangkitkan kesadaran berbeda antara satu kelompok dengan kelompok
yang lainnya.

49
50

Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.
Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
107

Dalam melakukan sosialisasi pada beberapa kelompok, KPU beserta


jajarannya juga sering mengalami kendala. Sehingga untuk meyakinkan
masyarakat mengenai pentingnya hak pilih dilakukan dengan cara sedikit
represif. Salah satunya adalah untuk menghadapi beberapa kelompok agama.
Tidak dapat dipungkiri ada beberapa kelompok agama yang mendukung
gerakan untuk golput. Sehingga untuk mengantisipasinya, KPU mengutip
salah satu fatwa MUI yang menyatakan bahwa golput itu haram. Dengan
diberikan pesan tersebut, diharapkan masyarakat mampu menyadari
pentingnya Pemilu dan kemudian menggunakan hak pilih yang mereka
miliki. Setyo Budiarto, dalam wawancaranya juga memberikan pernyataan
yang senada.
Kalau agama diberikan pesan ya bahwa golput itu haram. Apatis soalnya.
Ketika dibekali oleh MUI kalau golput itu haram kan mereka langsung
tersentuh. 51
Untuk mendukung pesan tersebut, salah satu relawan demokrasi untuk
kelompok agama, Hindun Zulaikha melengkapi sosialisasinya kepada sasaran
dengan mengutip beberapa ayat Al-Quran.
Karena saya dari keagamaan, saya berikan motivasi kepada mereka
dengan menggunakan ayat ayat AlQuran. 52

51

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakaera tanggal 16 Mei 2014 pukul

13:00.
52

Wawancara dengan Hindun Zulaikha di Kantor Aisyiyah Surakarta tanggal 20 Mei


2014 pukul 09:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
108

e. Kelompok Perempuan
Pesan khusus yang diberikan kepada kelompok pemilih perempuan adalah
untuk meningkatkan kesadaran mengenai hak pilih yang mereka miliki. Cara
yang digunakan untuk dapat meningkatkan kesadaran adalah dengan
menunjukkan bahwa pilihan seseorang dalam Pemilu itu merupakan
keputusan pribadi dan tidak boleh dipengaruhi oleh orang lain. KPU
menginginkan masyarakat menyadari bahwa dalam menggunakan hak
pilihnya, mereka tidak perlu memilih karena ikut ikut orang lain. Setiap
orang berhak untuk memberikan suara sesuai dengan pendapat masing
masing. Komisioner KPU Kota Surakarta, Kajad Pamudji Joko Waskito
menilai permasalahan tersebut sering dihadapi oleh kelompok perempuan.
Untuk yang perempuan lebih kita beri kebebasan bagi perempuan untuk
memilih. Tidak memilih karena ikut ikutan suaminya atau paternalistik.
Diberi kebebasan dan keterbukaan berpikir.53
f. Kelompok Marginal
Kesadaran mengenai hak pilih dapat dipancing melalui menunjukkan
manfaat ketika kita menggunakan hak pilih yang kita miliki. Pola pesan
seperti ini dirancang digunakan untuk menyasar pada kelompok marginal.
Mengingat berdasarkan karakteristiknya kelompok marginal masih belum
menganggap Pemilu itu penting. Bahkan tidak jarang enggan datang untuk
menggunakan hak pilih karena mengganggu waktu mereka untuk bekerja.

53

Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
109

Sehingga perlu ditanamkan bahwa keberadaan Pemilu itu juga penting


terlebih hak pilih yang mereka miliki. Pendapat tersebut dikemukakan oleh
Setyo Budiarto sebagai berikut:
Kelompok marginal penekanannya adalah untuk meluangkan waktu.
Karena ini kepentingan nasional dan suara mereka menentukan. 54
Kajad Pamudji Joko Waskito melengkapi sebagai berikut:
Kaum marginal lebih cenderung kita berikan manfaat. Manfaat dalam
memberikan hak pilih. Misalnya kalau tidak memilih berarti tidak bisa
menentukan calon yang mampu menampung aspirasi mereka. 55
Salah satu relawan demokrasi untuk kelompok marginal, Marbandi juga
memberikan pesan ini ketika melakukan sosialisasi kepada kelompok sasaran.
Salah satu cara untuk membujuknya adalah kita kasih tahu. Bahwa kalau
mereka menggunakan hak pilih, dengan memilih dan berpartisipasi itu
akibatnya seperti ini. Kalau tidak memilih itu akibatnya seperti ini.
Sehingga mereka bisa berpikir. 56

6. Metode Penyampaian Pesan


Salah satu yang harus menjadi perhatian setelah proses penyusunan pesan
adalah cara atau metode yang dipakai untuk menyampaikan pesan. Tahap ini tidak
kalah pentingnya dengan proses penyusunan pesan itu sendiri. Sebuah pesan yang
54

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

13:00.
55
Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.
56
Wawancara dengan Marbandi di Manahan tanggal 21 Mei 2014 pukul 10:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
110

telah disusun dengan baik bisa menjadi sia sia jika tidak diikuti dengan metode
penyampaian yang baik pula. Metode penyampaian pesan yang digunakan boleh
jadi berbeda beda, menyesuaikan dengan karakteristik khalayak yang dihadapi.
Metode penyampaian pesan yang sering digunakan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yakni redundancy dan canalizing. Mengingat kondisi khalayak yang
dihadapi oleh KPU Kota Surakarta sebagai sasaran sosialisasi sangat variatif,
maka kedua metode tersebut diaplikasikan untuk menyampaikan pesan. Tentunya
penggunaannya juga disesuaikan dengan kondisi khalayak yang dihadapi.
a. Redundancy (pengulangan)
Metode redundancy adalah salah satu metode untuk menyampaikan pesan
dengan cara memanfaatkan pengulangan. Pengulangan dimaksudkan agar
masyarakat semakin memahami pesan yang disampaikan. Redundancy
tergolong tepat untuk diaplikasikan apabila strategi komunikasi atau
sosialisasi yang dilakukan memiliki tujuan untuk mempengaruhi khalayak.
Akan tetapi tidak jarang ketika terlalu banyak dilakukan pengulangan
masyarakat cenderung menjadi bosan dan tidak menghiraukan apa yang
disampaikan oleh komunikator. KPU Kota Surakarta juga menggunakan
metode redundancy pada beberapa kelompok tertentu, salah satunya adalah
sosialisasi pada kelompok difabel, khususnya tuna grahita atau slow learner.
Salah satu kekurangan penyandang tuna grahita adalah mereka memiliki
IQ dibawah rata rata IQ anak normal seusia mereka. Sehingga otomatis
daya ingat dan penerimaan penyandang tuna grahita juga relatif lemah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
111

Kondisi tersebut membuat metode penyampaian yang digunakan harus


melalui pengulangan pengulangan, sehingga pesan yang disampaikan dapat
sepenuhnya ditangkap. Estiono, Relawan Demokrasi untuk kelompok difabel
menyatakan sebagai berikut:
Slow learner memang harus mengulang ulang. Mengulangnya juga
jangan dengan cara yang monoton. Harus dengan gaya yang atraktif. 57
Selain dilakukan untuk kelompok slow learner sosialisasi dengan cara
pengulangan juga dilakukan ketika KPU Kota Surakarta melakukan
sosialisasi melalui jarinagn struktur penyelenggara. Terutama apabila poin
yang

disosialisasikan berkaitan dengan

peraturan Pemilu.

Beberapa

perubahan peraturan membuat KPU harus memastikan seluruh anggota


kepanitiaan ad hoc mengetahui aturan yang baru. Sehingga tidak
menimbulkan masalah nantinya.
Kita tinggal langsung ke pengulangan pengulangan peraturan, PKPU
yang ada. Supaya lebih paham. Termasuk ke teknis nanti untuk
memberikan hak pilih. 58
b. Canalizing
Alternatif metode penyampaian pesan lain adalah canalizing. Berbeda
dengan sebelumnya, canalizing lebih menekankan pada penyesuaian dengan
motif dan kondisi khalayak. Dengan kata lain komunikator menganalisa
57

Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.
Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.
58

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
112

terlebih dahulu bagaimana kondisi khalayak yang dihadapi. Kemudian


memanfaatkan kondisi tersebut untuk menarik perhatian khalayak baru
kemudian perlahan lahan disisipi dengan tujuan yang diinginkan oleh
komunikator. Terdapat setidaknya dua jenis metode canalizing yang
dilakukan oleh KPU Kota Surakarta. Yang pertama adalah menyesuaikan
dengan pengetahuan masyarakat yang dihadapi. Dengan menyesuaikan pesan
yang disampaikan dengan tingkat pengetahuan masyarakat akan membuat
masyarakat lebih mudah dalam menerima pesan.
Penyesuaian yang dilakukan tidak hanya berupa penyesuaian isi pesan,
melainkan termasuk juga penyesuaian terhadap pilihan kata yang digunakan
untuk menyampaikan pesan. Masyarakat awam tentunya akan sulit
memahami isi pesan apabila menggunakan pilihan kata yang sulit. Begitu
juga sebaliknya. Begitu juga dengan prioritas pesan yang disampaikan.
Tingkat pengetahuan masyarakat menjadi tolok ukur prioritas. Apabila
masyarakat yang dihaapi sudah memiliki pengetahuan lebih mengenai Pemilu
maka isi pesan akan lebih dprioritaskan pada penekanan pentingnya
menggunakan hak pilih. Akan tetapi jika masyarakat yang dihadapi sama
sekali belum memahami tentang Pemilu maka yang menjadi prioritas adalah
menjelaskan mengenai Pemilu kepada masyarakat. Metode semacam ini salah
satunya diterapkan pada sosialisasi kepada pemilih pemula. Seperti yang
diungkapkan oleh salah satu Relawan Demokrasi untuk pemilih pemula
sebagai berikut:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
113

Saya lebih melihat ke konteks kondisi teman teman (sasaran) yang ada.
Kita lihat dulu kondisi waktu di forum seperti apa. Kalau sudah ada
kecerdasan lebih nanti penekanannya beda. Jadi menyesuaikan dengan
kondisi dan forum yang ada. 59
Selain menyesuaikan dengan pengetahuan masyarakat, salah satu
penyesuaian yang juga dilakukan adalah menyesuaikan dengan kondisi
masyarakat. Penyesuaian lain yang dilakukan adalah dengan menyesuaikan
pada kondisi masyarakat yang dihadapi. Yang dimaksud dengan kondisi
masyarakat adalah, komunikator harus peka membaca situasi ketika
melakukan sosialisasi. Ada kalanya masyarakat menjadi bosan ketika kita
melakukan pemaparan dan menjadi tidak memperhatikan pesan yang
disampaikan. Sebagai komunikator harus mampu menyesuaikan dengan
kondisi tersebut dan mencari cara agar masyarakat kembali memperhatikan
dan memahami pesan yang disampaikan. Penyesuaian ini salah satunya
dilakukan oleh Hindun Zulaikha, Relawan Demokrasi dari kelompok agama.
Saya metode ceramahnya mengambil latar belakang saya sebagai seorang
mubaligh. Saya gunakan itu bagaimana menghadapi masyarakat agar tidak
jenuh. Saya melihat kondisi dan situasi. Kalau sudah tidak tertarik, saya
alihkan ke materi lain.60

c. Diskusi
Metode yang juga sering dipakai untuk menyampaikan pesan adalah
dengan cara melakukan diskusi. Metode diskusi digunakan agar masyarakat

59

Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul

12:00.
60

Wawancara dengan Hindun Zulaikha di Kantor Aisyiyah Surakarta tanggal 20 Mei


2014 pukul 09:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
114

terlibat dalam proses sosialisasi secara aktif. Baik itu dengan mendiskusikan
masalah masalah yang sering mereka alami berkaitan dengan Pemilu. Atau
dengan melakukan tanya jawab usai komunikator melakukan sosialisasi.
Metode ini banyak dipakai oleh komunikator, karena dinilai lebih mudah dan
dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan penerimaan
masyarakat atas pesan yang baru saja disampaikan.
Di samping dua metode penyampaian tersebut, perbedaan jenis pesan yang
disampaikan juga memberikan pengaruh. Jenis pesan yang biasa diterapkan dalam
merancang strategi komunikasi ada empat macam, yakni pesan informatif,
persuasif, edukatif dan kursif. Empat jenis pesan ini memiliki ciri khas tersendiri.
Dalam penerapannya, KPU Kota Surakarta tidak hanya menggunakan satu jenis
pesan saja, melainkan campuran empat jenis pesan tersebut.
Sebenarnya semua masuk. Hanya prosentase yang disampaikan apakah
informatif, persuasif ataukah edukatif dan kursif itu kan bergantung pada
audiens yang kita hadapi. Informatif perlu bahwa kita harus
menginformasikan segala hal yang kita terima dari atas untuk diterima
langsung oleh audiens. Edukatif jelas kita sudah bicara soal motto kita,
pemilih cerdas untuk pemilu berkualitas. Kalau kursif itu lebih
cenderung pada sosialisasi di tingkat teman teman ad hoc yang
kaitannya dengan pembuatan berita acara.61

7. Instrumen (Alat Peraga) yang digunakan


Untuk mendukung implementasi strategi komunikasi, salah satu materi
pendukung yang tidak dapat ditinggalkan adalah media. Media merupakan

61

Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito tanggal 14 Mei 2014

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
115

sarana yang dapat digunakan oleh komunikator untuk mendukung proses


penyampaian pesan. KPU Kota Surakarta telah menyiapkan beberapa alat
peraga yang digunakan ketika sosialisasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Leaflet
Leaflet adalah salah satu alat yang digunakan oleh KPU Kota Surakarta
ketika melakukan sosialisasi. Leaflet tersebut dibagi bagikan kepada
masyarakat ketika KPU tengah melakukan sosialisasi. Leaflet tersebut berisi
beragam informasi yang diperlukan masyarakat mengenai pelaksanaan
Pemilu Legislatif 2014, baik itu partai yang berpartisipasi, visi misi parpol
dan tanggal pelaksanaan pemungutan suara.
Kita menyiapkan leaflet. Leaflet ada gambarnya partai politik itu, 12.
Mengapa langsung ke nomor 14 dan 15 karena ada partai Aceh. Itu juga
kita sampaikan. Kemudian visi dan misi parpol juga kita sampaikan, itu
ada. Kemudian tanggal pemilihan juga, 9 April. 62

b. Spesimen surat suara


Dalam sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kota Surakarta, salah satu
materi yang diberikan dalam untuk mengenalkan Pemilu Legislatif 2014
adalah pengenalan surat suara. Pengenalan surat suara dimaksudkan agar
pemilih mengetahui bentuk surat suara yang akan mereka terima besok dan
terutama bagaimana mereka membuka dan kembali melipat surat sura usai
mencoblos. Akan tetapi, untuk menghindari persepsi negatif masyarakat,
62

13:00.

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
116

maka surat suara yang digunakan bukanlah surat suara asli, melainkan hanya
spesimen. Terdapat dua jenis spesimen surat suara yang digunakan, spesimen
pertama adalah contoh surat suara dengan menggunakan gambar buah
buahan sebagai pengganti parpol. Spesimen yang kedua merupakan contoh
surat suara yang mirip dengan surat suara sebenaranya, hanya pada kolom
nama calon tidak tercantum nama calon yang diusung dari partai yang
bersangkutan. Kedua spesimen surat suara ini memiliki bentuk dan ukuran
yang sama dengan surat suara asli yang akan digunakan pada hari H
pemungutan suara.
Gambar 3.2
Spesimen Surat Suara dengan Gambar Partai Politik

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
117

Gambar 3.3
Spesimen Surat Suara dengan Gambar Buah

c. Poster
Untuk mendukung sosialisasi yang disampaikan, KPU Kota Surakarta juga
menyediakan berbagai desain poster untuk menarik perhatian masyarakat.
Poster tersebut berisi beragam pesan yang intinya untuk mengingatkan dan
mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilih pada 9 April 2014. Serta
tidak ketinggalan, poster yang berisi himbauan kepada masyarakat untuk
meneliti kembali latar belakang calon pilihan mereka sebelum memutuskan
untuk memilih calon tersebut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
118

Gambar 3.4
Jenis Jenis Poster Sosialisasi

d. Alat Peraga Simulasi

d. Kelengkapan Pemilu
Salah satu metode sosialisasi yang digunakan oleh KPU Kota Surakarta
adalah dengan mengadakan simulasi Pemilu. Simulasi terutama dilakukan
jika masyarakat yang menjadi sasaran sosialisasi adalah pemilih pemula dan
difabel. Penggunaan simulasi dimaksudkan agar dua kelompok masyarakat
tersebut mempunyai gambaran tentang apa yang harus dilakukan di TPS pada
hari H pemungutan suara. Simulasi dirancang sehingga kondisinya sangat

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
119

mendekati kondisi di TPS. Sehingga diperlukan berbagai perlengkapan agar


proses simulasi berjalan lancar. Eka Rochmawati, Koordinator Relawan
Demokrasi mengungkapkan ketika simulasi mereka wajib untuk membawa
bilik suara, kotak suara, alat coblos dan bahkan tinta Pemilu sebagai tanda
seseorang telah menggunakan hak pilihnya. Angga Kusuma Dawami
mengakui perlengkapan semacam ini memang sangat diperlukan.
Menggunakan media yang menyerupai Pemilu yang sesungguhnya. Kita
harus membawa kotak suara, bilik suara, surat suara, ya seperti asli lah.
Kalau yang lain biasanya hanya brosur dibagi bagikan, kalau difabel
tidak bisa. Harus selengkap lengkapnya, mendekati Pemilu yang asli.
Karena itu yang bisa kita lakukan. Kalau nggak gitu, apalagi yang teman
teman slow learner, mereka akan salah terus menerus.63

e. Video
Sosialisasi yang menyasar pada pemilih pemula seringkali meminimalisir
penggunaan metode ceramah dan lebih banyak menggunakan video sebagai
gantinya. Oleh karena itu keberadaan video video yang berkaitan dengan
Pemilu menjadi salah satu perhatian. Selain video mars dan jingle Pemilu,
terdapat juga beberapa video lain yang sering digunakan oleh Relawan
Demokrasi dari pemilih pemula ketika melakukan sosialisasi. Bintang Aji
Permana, Relawan Demokrasi pemilih pemula menyatakan pemutaran video
lain berkaitan dengan Pemilu dapat dikatakan adalah inisiatif dari Relawan
sendiri.

63

19:00.

Wawanacara dengan Angga Kusuma Dawami di Ngoresan tanggal 20 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
120

Kalau video kebanyakan cari sendiri. Ya cari di youtube seperti itu. Kalau
yang dari KPU lagu itu aja ya. 64
Gambar 3.5
Video Jingle Pemilu

Gambar 3.6
Video Mars Pemilu

64

Wawancara dengan Bintang Aji Permana tanggal 18 Mei 2014

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
121

Gambar 3.7
Video Komentar Public Figure Mengenai Pemilu

8. Persiapan Komunikator
Dalam melaksanakan berbagai program dan strategi yang telah direncanakan
untuk sosialisasi Pemilu Legislatif 2014, KPU Kota Surakarta tidak bekerja
sendiri. Keterbatasan staff dan komisioner membuat kerjasama dengan pihak luar
menjadi sangat penting. Untuk sosialisasi melalui struktur birokrasi, KPU Kota
Surakarta bisa dikatakan tidak mengalami kesulitan yang berarti. Akan tetapi
untuk menjangkau kalangan masyarakat lainnya dibutuhkan perpanjangan tangan
dari KPU Kota Surakarta. Sehingga KPU Kota Surakarta menunjuk beberapa
orang yang sudah dilatih dan dibekali untuk melakukan sosialisasi. Komunikator
yang ditunjuk terutama ditugaskan untuk melakukan sosialisasi pada kelompok
struktur penyelenggara dan komunitas. Pada sosialisasi untuk kelompok struktur

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
122

penyelenggara, KPU Kota Surakarta memanfaatkan kepanitiaan ad hoc Pemilu


untuk menjadi komunikator. Sementara, sosialisasi yang menyasar pada kelompok
komunitas menggunakan peran Relawan Demokrasi sebagai komunikator.
a. Kepanitiaan ad hoc
Kepanitiaan ad hoc adalah bagian dari setiap penyelenggaraan Pemilu.
Tugas kepanitiaan ad hoc dapat dikatakan hampir mirip dengan KPU, hanya
dengan lingkup tugas yang jauh lebih kecil. Jajaran kepanitiaan ad hoc dalam
penyelenggaraan Pemilu meliputi : Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK),
Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara dan
Pemungutan Suara (KPPS). PPK, PPS dan KPPS biasanya merupakan tokoh
masyarakat di daerah masing masing yang dianggap mampu untuk
mengkoordinir penyelenggaran pemungutan suara di daerah masing
masing. Jumlah anggota PPK adalah 5 orang untuk tiap kecamatan, anggota
PPS adalah 3 orang untuk tiap desa / kelurahan dan KPPS adalah 7 orang
untuk tiap TPS. Berdasarkan UU Nomor 15 tahun 2011 ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi ketika seseorang mencalonkan / dicalonkan menjadi
PPK, PPS maupun KPPS, yakni:
Pasal 53
Syarat untuk menjadi anggota PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN
meliputi:
a. warga negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun;

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
123

c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945;
d. mempunyai integritas, pribadi yang kuat, jujur, dan adil;
e. tidak menjadi anggota partai politik yang dinyatakan dengan surat
pernyataan yang sah atau sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 5
(lima) tahun tidak lagi menjadi anggota partai politik yang dibuktikan
dengan surat keterangan dari pengurus partai politik yang bersangkutan;
f. berdomisili dalam wilayah kerja PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN;
g. mampu secara jasmani dan rohani;
h. berpendidikan paling rendah SLTA atau sederajat untuk PPK, PPS, dan
PPLN; dan
i. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.65

Selain harus memenuhi persyaratan tersebut, calon anggota PPK, PPS


maupun KPPS juga diharuskan untuk mengikuti seleksi dengan komisioner
KPU Kota Surakarta sebelum diangkat menjadi bagian dari kepanitiaan ad
hoc Pemilu.
Kita juga harus mengikuti seleksi. Seleksi yang diselenggarakan oleh
KPU. Ditanya tentang wawasan penyelenggaran Pemilu. Jadi sesuai
dengan UU No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan
Umum. Khususnya untuk Pemilu Legislatif itu juga harus memahami UU
No. 8 tahun 2013 tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD.66

65
66

10:00.

UU Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum


Wawancara dengan Sumarmo di Kantor Kecamatan Jebres tanggal 28 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
124

Mengacu pada UU Nomor 15 tahun 2011 mengenai Penyelenggara


Pemilihan Umum, salah satu tugas yang harus dilakukan oleh PPK dan PPS
adalah melakukan sosialisasi Pemilu. Agar dapat menjalankan sosialisasi dan
tugas lain sesuai dengan konstitusi, maka perlu diadakan pelatihan terhadap
semua anggota PPK dan PPS. Ketua PPK Jebres, Sumarmo menyatakan
pelatihan atau biasa disebut sebagai bimbingan teknis, dilakukan oleh KPU
Kota Surakarta sesuai dengan tahapan yang tengah berlangsung.
Bimbingan teknis itu tinggal tahapannya nanti. Misalnya tahapan yang
harus dilakukan oleh PPK apa, nanti kan mesti disosialisasikan ke bawah.
Misalnya tentang susunan daftar pemilih, setelah itu nanti mengarahkan
kepada PPS untuk membentuk Pantarlih, Panitia Pendaftar Pemilih. Ya
seperti itu.67

Ketua PPS Kelurahan Sewu, Budi Susanto menambahkan sebagai berikut:


Otamatis ada pelatihan. Pelatihan untuk pendataan pemilih yang pertama
waktu itu. Kemudian bimbingan teknis untuk pemuktahiran data dan juga
penghitungan untuk hari pemungutan suaranya. Setelah kita mendapat
bimtek, kita juga memberikan bimtek pada petugas KPPS.68

b. Relawan Demokrasi
Relawan Demokrasi adalah sekelompok orang yang ditunjuk oleh KPU
Kota

Surakarta

sebagai

komunikator

untuk

melakukan

sosialisasi

penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014 kepada lima kelompok masyarakat,


yaitu pemilih pemula, perempuan, kelompok agama, marginal dan difabel.

10:00.

67

Wawancara dengan Sumarmo di Kantor Kecamatan Jebres tanggal 28 Mei 2014 pukul

68

Wawancara dengan Budi Susanto tanggal 4 Juni 2014

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
125

Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan program Relawan Demokrasi, setiap KPU


Kabupaten / Kota wajib untuk mengangkat 25 Relawan Demokrasi untuk
menjalankan program tersebut di daerah mereka. Untuk dapat menjadi
Relawan Demokrasi ada beberapa syarat yang wajib untuk dipenuhi
pendaftar, yakni:
(i) Warga Negara Indonesia.
(ii) Berusia minimal 17 tahun pada saat mendaftar, khusus untuk relawan
pemilih pemula maksimal berusia 25 tahun.
(iii) Pendidikan minimal SLTA atau sederajat.
(iv) Berdomisili di wilayah setempat.
(v) Non-partisan, sekurang-kurangnya dalam 5 (lima) tahun terakhir.
(vi) Memiliki komitmen menjadi relawan pemilu
(vii) Terdaftar sebagai pemilih
(viii) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
(ix) Bertanggungjawab dan berakhlak baik
(x) Bukan bagian dari penyelenggara pemilu
(xi) Memiliki pengalaman terkait kegiatan penyuluhan atau aktif dalam
organisasi kemasyarakatan/kemahasiswaan.
(xii) Tidak pernah terlibat tindak pidana atau tidak sedang menjalani
proses hukum atas tindak pidana.69

Di samping persyaratan tersebut, calon Relawan Demokrasi yang sudah


lolos dalam tahap seleksi berkas juga harus mengikuti seleksi tahap
selanjutnya, yakni wawancara dengan KPU Kota Surakarta. Melalui proses

69

Petunjuk Pelaksanaan Program Relawan Demokrasi (Relasi) Pemilu tahun 2014

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
126

wawancara akan digali pengetahuan calon mengenai Pemilu dan kemampuan


untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh
Kasubag Teknis dan Hubmas KPU Kota Surakarta berikut ini.
Wawancaranya ya seputar pengetahuan umum. Misalnya Kecamatan
Laweyan kelurahannya mana saja. Kan mereka mau ke lapangan masa
tidak tahu. Jadi wilayahnya dikuasai dan juga bisa ngomong
(menyampaikan sosialisasi).70

KPU Kota Surakarta pada mulanya sempat menghadapi kesulitan untuk


merekrut 25 orang sebagai Relawan Demokrasi. Kurangnya sosialisasi
mengenai program Relawan Demokrasi diyakini menjadi penyebab
sedikitnya pendaftar yang masuk. Sehingga KPU Kota Surakarta kemudian
melakukan

pendekatan

kepada

komunitas,

LSM

dan ormas

untuk

mengirimkan delegasi sebagai Relawan Demokrasi. Walaupun demikian


semua tahap proses seleksi tetap dilakukan agar Relawan Demokrasi yang
terpilih memang berkualitas.
Saya dari organisasi gerakan di HIPMI. Waktu itu ada pemberitahuan dari
KPU bagi gerakan organisasi untuk ikut berpartisipasi dalam peningkatan
partisipasi pemilih dengan kebijakan Relawan Demokrasi. Lewatnya dari
organisasi, tapi tetap ada proses administratif dan wawancara.71

70

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakara tanggal 16 Mei 2014 pukul

71

Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul

13:00.
12:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
127

Sebelumnya saya sudah aktif di Kelurahan dari PKK. Kebetulan disuruh


teman ikut mencoba jadi Relawan Demokrasi. Kemudian di tes juga. 72
Dari lembaga Aisyiyah mendapat edaran dari KPU, dijatah untuk menjadi
relawan sebanyak tiga orang. Diseleksi juga dengan wawancara. Ditanya
tujuan dan sebagainya. Yang diwakilkan ke sana kan ketua majelis, jadi
sudah biasa ngomong, biasa dakwah, biasa ngisi.73

Koordinator Relawan Demokrasi, Eka Rochmawati mengakui, Relawan


Demokrasi yang dipilih oleh KPU Kota Surakarta adalah orang orang yang
sudah mempunyai jaringan luas di komunitas mereka. Sehingga akan sangat
memudahkan pelaksanaan sosialisasi pada komunitas masing masing.
Yang bisa masuk Relawan Demokrasi itu memang orang orang yang
punya kemampuan pertama. Kedua mempunyai jaringan, dan ketiga
mempunyai jiwa relawan. Misalnya ada satu relawan yang dia itu sudah
punya massa 1000 lebih. Jadi benar benar mereka yang sudah punya
massa yang dipilih. 74

KPU Kota Surakarta juga mengadakan bimbingan teknis (bimtek) untuk


membekali para Relawan Demokrasi yang terpilih. Materi bimbingan teknis
yang diberikan berbeda dengan bimbingan teknis untuk kepanitiaan ad hoc
(PPK dan PPS) karena terdapat perbedaan tugas dan lingkup kerja. PPK dan
PPS merupakan perpanjangan tangan KPU di wilayah masing masing,
dengan tugas yang hampir sama dengan tugas KPU Kota Surakarta.
Sementara Relawan Demokrasi hanya bertugas untuk memberikan sosialisasi
72

Wawancara dengan Atiek Supriyati di Purwosari tanggal 19 Mei 2014 pukul 19:00.
Wawancara dengan Hindun Zulaikha di Kantor Aisyiyah Surakarta tanggal 20 Mei
2014 pukul 09:00
74
Wawancara dengan Eka Rochmawati di UNISRI tanggal 19 Mei 2014 pukul 11:00.
73

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
128

mengenai Pemilu Legislatif 2014 pada kelompok sasaran masing masing.


Bimbingan teknis untuk Relawan Demokrasi dilakukan dua kali. Bimbingan
teknis pertama dilaksanakan di Pose In Hotel dengan materi pengenalan
modul untuk Relawan demokrasi dan pembagian relawan untuk masuk ke
kelompok sasaran masing masing.
Awalnya ada pengenalan modul semua relawan, baik yang marginal,
kelompok agama semua lima elemen itu di hotel Pose In. Kegiatannya ya
dibagi menjadi lima segmen, kita kasih tahu tata cara pencoblosan, tata
cara penghitungan, terus soal sejarah juga.75

Usai penyelenggaran bimbingan teknis tahap pertama, KPU Kota


Surakarta melanjutkan dengan bimbingan teknis tahap kedua untuk relawan
pada tanggal 17 19 Januari di Tawangmangu. Pada bimbingan teknis kedua
ini, relawan dibekali dengan lebih mendetail lagi sehingga mampu terlatih
untuk berbicara dan memberikan sosialisasi di depan umum.
Setelah terpilih, ada bimtek juga di Tawangmangu. Nginep 2 malam 3
hari. Ada materi tentang Pemilu, jadi penjelasan soal Pemilu. Juga modul
yang harus disampaikan. Pembawaan diri juga diberikan, harus bersikap
rendah hati dan sopan misalnya. Cara berpakaian yang rapi juga dan
terutama jangan sampai ketika sosialisasi menyuruh untuk mencoblos
partai tertentu.76

75
76

13:00.

Wawancara dengan Eka Rochmawati di UNISRI tanggal 19 Mei 2014 pukul 11:00.
Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
129

B. Tahap Pelaksanaan / Implementasi


1. Strategi komunikasi yang dilaksanakan
Pada sub bab sebelumnya telah disajikan pembahasan mengenai macam
macam strategi komunikasi yang akan dijalankan oleh KPU Kota Surakarta.
Rangkaian strategi komunikasi tersebut dimaksudkan untuk mensosialisasikan
penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014 kepada masyarakat, khususnya mereka
yang telah mempunyai hak pilih. Dalam perencanaannya, banyak pihak dilibatkan
oleh KPU Kota Surakarta agar sosialisasi yang dilakukan dapat berjalan secara
maksimal. Strategi yang direncanakan oleh KPU Kota Surakarta juga sudah
berusaha mencakup semua sisi dan lapisan masyarakat, baik itu elit birokrasi dan
masyarakat pada umumnya. Bahkan lapisan lapisan yang belum dapat
terjangkau pada sosialisasi Pemilu sebelumnya juga sudah dimasukkan dalam
tataran strategi komunikasi KPU Kota Surakarta. Berangkat dari kerangka strategi
yang telah direncanakan, maka berikut ini akan disajikan data mengenai strategi
komunikasi yang telah dijalankan oleh KPU Kota Surakarta dan jajaran
pendukungnya :
a. Strategi Komunikasi Interpersonal Sosialisasi kepada Birokrasi Pemkot
Surakarta
KPU Kota Surakarta memanfaatkan relasi dengan struktur birokrasi
Pemerintah Kota Surakarta sebagai saluran sosialisasi. Dalam perencanaan
strategi yang dibuat, sosialisasi dengan memanfaatkan struktur birokrasi akan
menyasar kepada pegawai pemerintahan yang bekerja di wilayah Pemkot

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
130

Surakarta. Ketua KPU Kota Surakarta, Agus Sulistyo menyatakan bahwa


metode sosialisasi melalui struktur birokrasi telah dilaksanakan oleh KPU
Kota Surakarta.
Yang jelas dengan birokrasi itu kita membangun kesepahaman. Di
birokrasi itu ada yang namanya desk. Desk Pemilu itu dalam kerangka
untuk memberikan, memfasilitasi dan mensukseskan Pemilu. Bisa
bentuknya sosialisasi, bisa pemantauan dan bisa yang lainnya.77

Selain itu, berdasarkan karakteristik masyarakat dari struktur birokrasi


yang relatif lebih sibuk daripada kelompok lainnya, sosialisasi melalui
pertemuan tatap muka antara KPU Kota Surakarta dengan sasaran sedikit
sulit untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, agar kelompok sasaran ini dapat
memperoleh sosialisasi mengenai Pemilu, KPU Kota Surakarta kemudian
menjalin kerjasama dengan pemegang jabatan di lingkungan Pemkot
Surakarta.
Kita membangun sebuah komunikasi dengan pemerintah kota, misalnya
pak walikota dan sekda. Jadi setiap event atau kegiatan pemerintah kota
baik pak walikota, wawali, sekda selalu mengingatkan ke bawah, ke
kepala dinas dan sebagainya tentang tanggal 9 (9 April 2014 - tanggal
pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014). Juga menekankan suksesnya Pemilu
di Kota Solo adalah sukses kita semua. Itu melalui jalur birokrasi.78

77

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

78

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

13:00.
13:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
131

Gambar 3.8
Jajaran Muspida Melakukan Komitmen Anti Golput (Salah satu bentuk
kerjasama dengan struktur birokrasi Pemkot Surakarta)

Sumber : Joglosemar Maret 2014


b. Strategi Komunikasi Interpersonal Sosialisasi kepada struktur
penyelenggara Pemilu
Sosialisasi melalui jaringan struktur penyelenggara adalah sosialisasi yang
dilakukan oleh KPU Kota Surakarta dengan memanfaatkan keberadaan
kepanitiaan ad hoc. Kepanitiaan ad hoc yang dimaksud meliputi baik itu PP K
maupun PPS yang berada di wilayah masing masing. Sosialisasi melalui
struktur penyelenggara terutama menyasar kepada tokoh masyarakat di
wilayah kerja PPK dan PPS tersebut. Selain itu sosialisasi juga dilakukan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
132

untuk membekali jajaran penyelenggara terkecil (KPPS) agar dapat


melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Minimnya dana yang dialokasikan untuk sosialisasi melalui struktur
penyelenggara membuat sebagian besar sosialisasi tidak ditujukan secara
langsung kepada masyarakat.
Kalau PPS memang kebanyakan (sosialisasi) ke tokoh masyarakat. Tapi
kalau misalnya LPMK, pak lurah ini kan bisa langsung terjun ke
masyarakat.79
Namun, dengan melakukan sosialisasi kepada tokoh masyarakat pesan
yang disampaikan dimaksudkan untuk dapat diteruskan kepada masyarakat.
Walaupun pada prakteknya tidak menutup kemungkinan petugas PPK dan
PPS mendatangi masyarakat ketika ada jadwal jadwal pertemuan wilayah.
Setelah memberikan sosialisasi kepada tokoh masyarakat di wilayah
masing masing, kepanitiaan ad hoc juga perlu menjalin kerjasama dengan
struktur pemerintahan di wilayah kerja yang bersangkutan. Kerjasama
dimaksudkan untuk memastikan sosialisasi yang sudah disampaikan oleh
kepanitiaan ad hoc benar benar telah diterima oleh masyarakat. Sutardi,
salah satu anggota PPS Kelurahan Jebres mengakui perlunya PPS menjalin
kerjasama dengan perangkat Kelurahan lainnya demi mensukseskan
sosialisasi mengenai Pemilu Legislatif 2014.

79

Wawancara dengan Sutardi di Ngoresan tanggal 4 Juni 2014 pukul 10:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
133

PPS itu harus bisa bekerjasama dengan LPMK, harus bisa bekerjasama
dengan pemerintah Kelurahan. Apabila yang hadir di situ (pertemuan
dengan warga) LPMK, LPMK mempunyai kewajiban untuk melakukan
sosialisasi kepada warga. Kalau yang hadir pak lurah atau perangkatnya,
pak lurah mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan kepada warga.80

Tugas kepanitiaan ad hoc dalam melakukan sosialisasi tidak berfokus pada


sosialisasi untuk peningkatan partisipasi politik masyarakat. Materi yang
disampaikan lebih luas dan variatif. Terutama yang menjadi fokus adalah
sosialisasi mengenai peraturan pada Pemilu Legislatif tahun 2014. Meskipun
demikian, ketua KPU Kota Surakarta, Agus Sulistyo meyakini sosialisasi
yang dilakukan akan memberikan dampak secara tidak langsung pada
peningkatan partisipasi politik masyarakat.
Itu berimplikasi secara tidak langsung pada peningkatan partisipasi.
Misalnya secara teknis sah dan tidak sah tidak kita sampaikan. Lalu satu
suara itu dicoblos dua. Satu coblos partai yang satu calon. Nah, bagi yang
tidak tahu kan dianggap tidak sah. Akhirnya KPPS menulis sebagai suara
rusak. Kalau suara rusak kan berarti tidak berpartisipasi. Ini masalah
persepsi, kalau tidak disosialisasikan akan mengurangi kualiras. Kemudian
kalau KPPS tidak tahu boleh memilih dengan KTP setempat kalau belum
terdaftar. Ditanya undangan, tidak bisa menunjukkan kan ditolak. Kalau
ditolak tidak berpartisipasi. 81

80
81

13:00.

Wawancara dengan Sutardi di Ngoresan tanggal 4 Juni 2014 pukul 10:00.


Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
134

c. Strategi Komunikasi Interpersonal Sosialisasi terhadap komunitas


komunitas dengan memanfaatkan Relawan Demokrasi
Sosialisasi melalui komunitas digunakan oleh KPU Kota Surakarta untuk
menjangkau

kelompok

masyarakat

yang

jarang

diperhatikan

dalam

pelaksanaan Pemilu sebelumnya. KPU Kota Surakarta sesuai dengan


Petunjuk Pelaksanaan Program Relawan Demokrasi, telah mengangkat 25
orang sebagai anggota Relawan Demokrasi. 25 orang yang terpilih menjadi
Relawan Demokrasi tersebut dibagi untuk ditempatkan dalam lima kelompok
masyarakat, antara lain : pemilih pemula, difabel, agama, perempuan dan
marginal. Usai memperoleh bimbingan teknis dari KPU Kota Surakarta,
maka seluruh anggota Relawan Demokrasi ditugaskan untuk melakukan
sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 dalam kurun waktu Januari April 2014
Kita merekrut relawan, terdiri dari 25 orang yang kebetulan 12 putri yang
13 putra. Itu dari 5 segmen. Pemilih pemula, perempuan, segmen
keagamaan, segmen disabilitas atau difabel yang terakhir segmen marginal
atau pinggiran. Lima segmen itu saling kolaborasi, saling bantu. Karena
kan di lima segmen itu kan misalnya ada perempuan yang juga masuk
disabilitas, pemilih pemula juga ada yang masuk kelompok agama. Jadi
lima segmen itu saling bantu.82

Berikut adalah daftar 25 Relawan Demokrasi yang telah direkrut oleh


KPU Kota Surakarta:

82

Wawancara dengan Setyo Budiarto tanggal 16 Mei 2014

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
135

Tabel 3.2
Relawan Demokrasi KPU Kota Surakarta
No

Nama

1.

Okky Meidia Fajar

2.

Siti Maesaroh, S.Ag

Kelompok

Agama
3.

Hindun Zulaikhah

4.

Vincencia Widiastuti

5.

Iwan Warseno

6.

Masruchan

7.

Sechah Wal Afiah

8.

Atiek Supriyati

9.

Roch kustati

10.

Diyah Ayu Wetjaningsih

11.

Hj. Rodhiyah Hadirin

12

Dwi Miyarni Sri Subekti

13.

MM. Nunung Purwanti

14.

Noor Fijriyah Happy

15.

Irwan Sehabudin

16.

Nasichun Aviv Aluwi

17.

Tohar Muchlasin

18.

Hilya Malihah Nur Himmati

19.

Bintang Aji Permana Caromalela

Agama

Perempuan

Pemilih Pemula

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
136

20.

Eka Rohmawati

21.

Wagino

22.

Marbandi

23.

Muhammad Burhanuddin Noor

24.

Angga Kusuma Dawami

25.

Estiono

Marginal

Difabel

Sumber : KPU Kota Surakarta


Tabel 3.3
Sosialisasi Oleh Relawan Demokrasi Kelompok Pemilih Pemula
No

Tanggal

Tempat

1.

29 Januari 2014

SMA Muhammadiyah 6 Surakarta

2.

30 Januari 2014

SMA Al-Muayyad Surakarta

3.

31 Januari 2014

MA Al-Muayyad Surakarta

4.

13 Februari 2014

SMKN 9 Surakarta

5.

17 Februari 2014

SMKN 8 Surakarta

6.

20 Februari 2014

SMA St. Yosef Surakarta

7.

23 Februari 2014

Pengurus Kuliah Subuh Pemuda Muhammadiyah


Surakarta

8.

28 Februari 2014

SMK 2 Muhammadiyah Surakarta

9.

4 Maret 2014

BEM Universitas Surakarta

10.

5 Maret 2014

Krida Satria Muda Surakarta

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
137

11.

7 Maret 2014

Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Indonesia

12

10 Maret 2014

DPC GMNI Kota Surakarta

13.

11 Maret 2014

Forum Remaja Tipes

14.

13 Maret 2014

SMKN 3 Surakarta

15.

14 Maret 2014

MAN 1 Surakarta

16.

15 Maret 2014

SMK Sahid Surakarta

17.

16 Maret 2014

MA Al-Islam Surakarta

18.

19 Maret 2014

SMK Bina Mandiri Indonesia Surakarta

19.

23 Maret 2014

SMEA N 1 Surakarta

20.

28 Maret 2014

SMA Muhammadiyah 2 Surakarta

21.

30 Maret 2014

Karang Taruna RW VI, Bratan, Pajang, Surakarta

22.

1 April 2014

Karang Taruna Randusari

23.

2 April 2014

SMAN 7 Surakarta

24.

3 April 2014

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

25.

3 April 2014

Ikatan Pelajar NU Cabang Surakarta


Sumber: KPU Kota Surakarta
Tabel 3.4

Sosialisasi Oleh Relawan Demokrasi Kelompok Difabel


No

Tanggal

Tempat

1.

7 Februari 2014

SLB B (YRTRW) Surakarta

2.

7 Februari 2014

Asosiasi Penyandang Cacat Marginal Surakarta

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
138

3.

9 Februari 2014

Self Help Group (SHG) Surakarta

4.

16 Februari 2014

Gerkatin Surakarta

5.

16 Februari 2014

Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia DPC


Surakarta

6.

22 Februari 2014

SLB C (YSSD) Surakarta

7.

1 Maret 2014

SLB C (YSSD) Surakarta

8.

7 Maret 2014

Badan Rehabilitasi Sosial Bhakti Chandrasa

9.

8 Maret 2014

SLBN Surakarta

10.

9 Maret 2014

Forum

Solidaritas

Cacat

Marjinal

Surakarta

(FCMS)
11.

12 Maret 2014

Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta

12.

22 Maret 2014

SLB C (YPSLB)
Sumber : KPU Kota Surakarta
Tabel 3.5

Sosialisasi Oleh Relawan Demokrasi Kelompok Agama


No

Tanggal

Tempat

1.

20 Januari 2014

Jamaah Al-Rochili Purwosari, Laweyan, Surakarta

2.

22 Januari 2014

Pimpinan Ranting Aisyiyah Keprabon

3.

23 Januari 2014

Umat Katholik Lingkungan St. Thomas, Purwosari

4.

23 Januari 2014

Masjid Al-Huda, Tapen RT 01/V, Nusukan

5.

24 Januari 2014

Kantor PPAI Banjarsari, Surakarta

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
139

6.

25 Januari 2014

Pimpinan Ranting Aisyiyah Joho

7.

26 Januari 2014

Masjid Al-Amin, RT 07/II, Kadipiro

8.

27 Januari 2014

Pimpinan Ranting Aisyiyah Jayengan

9.

28 Januari 2014

Pimpinan Ranting Muhammadiyah Gandekan

10.

28 Januari 2014

Umat Katholik Lingkungan St. Marcus

11.

28 Januari 2014

Umat Katholik Lingkungan Evangelista

12

29 Januari 2014

PimpinanRanting Aisyiyah Banyuanyar

13.

29 Januari 2014

Forum Perekat Bangsa (FPB) Surakarta

14.

30 Januari 2014

Masjid Al-Amien Gandekan

15.

31 Januari 2014

Pimpinan Ranting Aisyiyah Jagalan

16.

31 Januari 2014

Asrama Haji Donohudan

17.

31 Januari 2014

Umat Katholik Wilayah St. Matheus

18.

31 Januari 2014

PC NU Surakarta

19.

31 Januari 2014

Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Surakarta

20.

31 Januari 2014

Lakpesdam Surakarta

21.

2 Februari 2014

Masjid Subulussalam Komplang

22.

2 Februari 2014

Balai Muhammadiyah Surakarta

23.

3 Februari 2014

Wanita Katholik RI Ranting Kecamatan Jebres

24.

4 Februari 2014

Wanita Katholik RI Ranting Kecamatan Banjarsari

25.

4 Februari 2014

Masjid Al-Amin Bibis Luhur

26.

4 Februari 2014

Wanita Katholik RI Ranting Kecamatan Serengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
140

27.

6 Februari 2014

Wanita

Katholik

RI

Anak

Ranting

Perum

Mojosongo
28.

8 Februari 2014

Kelompok Getsemane GKJ RW XXVI, Kadipiro

29.

8 Februari 2014

Wanita Katholik RI Ranting Kecamatan Laweyan

30.

10 Februari 2014

Wanita Katholik RI Anak Ranting Joyosuran

31.

13 Februari 2014

Pengurus Ranting NU

32.

16 Februari 2014

Majelis Tafsir Al-Quran Surakarta

33.

17 Februari 2014

Pimpinan Cabang Aisyiyah Solo Utara

34.

18 Februari 2014

Gereja St. Paulus Kleco, Surakarta

35.

24 Februari 2014

Fatayat Nahdlatul Ulama Cabang Surakarta

36.

26 Februari 2014

Lingkungan St. Maria Regina Purbowardayan

37.

2 Maret 2014

Harlah Nahdlatul Ulama Ke 88

38.

3 Maret 2014

Wanita Katholik RI Ranting Pasar Kliwon

39.

3 Maret 2014

Masjid Al-Mumin Kleco

40.

4 Maret 2014

Pimpinan Ranting Aisyiyah Timuran

41.

4 Maret 2014

Pengajian Fatayat NU Kota Surakarta

42.

5 Maret 2014

Wanita Katholik RI Gereja Purbayan

43.

6 Maret 2014

PCNU Kota Surakarta

44.

7 Maret 2014

Pimpinan Ranting Aisyiyah Kratonan

45.

8 Maret 2014

Pimpinan Ranting Aisyiyah Tipes

46.

13 Maret 2014

Pengajian Asmaul Husna, Semanggi

47.

14 Maret 2014

Pimpinan Ranting Aisyiyah Banyuanyar

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
141

48.

16 Maret 2014

Pimpinan Ranting Aisyiyah Serengan

49.

19 Maret 2014

Wanita Katholik RI Mangkubumen

50.

20 Maret 2014

Lingkungan St. Marcus Purwosari Utara

51.

21 Maret 2014

Masjid Al-Ikhlas, Bayan Krajan

52.

18 Maret 2014

Pimpinan Cabang Aisyiyah Majelis Dikdasmen


Solo Selatan

53.

22 Maret 2014

Masjid Al-Munir, Jebres

54.

23 Maret 2014

Kelompok

Bimbingan

Haji

Amal

Syuhada,

Yayasan Al-Ikhwan
55.

25 Maret 2014

Pimpinan Cabang Muhammadiyah Solo Selatan

56.

26 Maret 2014

Pimpinan Ranting Muhammadiyah Serengan

57.

31 Maret 2014

Masjid Al-Huda, Griyan, Pajang

58.

1 April 2014

Pengurus Masjid Kelurahan Purwosari

59.

2 April 2014

PKU Muhammadiyah

60.

3 April 2014

PKU Muhammadiyah

61.

3 April 2014

Masjid Syuhada

62.

2 April 2014

Forsap Surakarta
Sumber : KPU Kota Surakarta

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
142

Tabel 3.6
Sosialisasi Oleh Relawan Demokrasi Kelompok Perempuan
No

Tanggal

Tempat

1.

8 Januari 2014

Kelompok Belajar Usaha Kelurahan Sewu

2.

18 Januari 2014

Pagutri Pasar Kliwon

3.

10 Januari 2014

Kaukus Perempuan Surakarta

4.

13 Januari 2014

Forum Komunikasi Kader Posyandu Surakarta

5.

15 Januari 2014

LKM Pajang Sejahtera

6.

21 Januari 2014

PKK RT 01/XIII, Purwosari

7.

23 Januari 2014

Forum

Komunikasi

Pembantu

Pembina

Kedunglumbu
8.

25 Januari 2014

Warga RT 04/III, Kedunglumbu

9.

25 Januari 2014

Warga RT 03/VII, Cinderejo

10.

25 Januari 2014

Warga RT 05/VIII, Cinderejo

11.

26 Januari 2014

Warga RT 04/VIII, Cinderejo

12.

26 Januari 2014

PKK RT 03/XIII, Purwosari

13.

29 Januari 2014

Paguyuban RT/RW Kelurahan Jayengan

14.

4 Februari 2014

Warga RT 03/VII, Karangasem

15.

7 Februari 2014

Ibu Ibu Arisan Sekar Wangi

16.

8 Februari 2014

PKK RT 01/I, Jajar

17.

10 Februari 2014

LKM Purwo Kuncoro

18.

12 Februari 2014

Kelompok Ibu Ibu Jayanti

commit to user

KB,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
143

19.

12 Februari 2014

Jaringan Perempuan Usaha Kecil

20.

14 Februari 2014

PKK RW VII, Pajang

21.

15 Februari 2014

LKM Bengawan Sewu Makmur

22.

15 Februari 2014

Warga RT 04/II, Kadipiro

23.

16 Februari 2014

Kelurahan Kadipiro

24.

2 Februari 2014

Warga RT 05/VIII, Karangasem

25.

23 Februari 2014

Warga RW XXV, Kadipiro

26.

23 Februari 2014

Warga RT 01/XII, Sumber Trangkilan

27.

25 Februari 2014

Yayasan Dharma Ibu Cabang Surakarta

28.

28 Februari 2014

Warga RT 06/XX, Kadipiro

29.

9 Maret 2014

PKK Kelurahan Jebres

30.

16 Maret 2014

Warga RW VI, Kadipiro

31.

16 Maret 2014

Pengajian Ibu Ibu Banyuagung

32.

4 Maret 2014

Warga RT 04/XVI, Pajang

33.

20 Maret 2014

Warga RW XV, Semanggi

34.

24 Maret 2014

Warga RT 06/II, Karangasem

35.

5 Maret 2014

Paguyuban RW VIII, Panularan

36.

5 Maret 2014

Forum Komunikasi Kader Posyandu Jebres

37.

7 Maret 2014

Warga RT 08/XIII, Gilingan

38.

10 Maret 2014

Posyandu RW VI, Pajang

39.

5 Maret 2014

Dharma Wanita Kota Surakarta

40.

10 Maret 2014

PKK Kecamatan Banjarsari

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
144

41.

12 Maret 2014

KB Mawar, Kedunglumbu

42.

15 Maret 2014

Sanggar Kegiatan Belajar Kota Surakarta

43.

8 Maret 2014

Posyandu Lansia Wredha Utama, Purwosari

44.

9 Maret 2014

Warga RT 02/IV, Purwosari

45.

13 Maret 2014

Kelurahan Kerten

46.

14 Maret 2014

Warga RT 03/XI, Purwosari

47.

16 Maret 2014

PKK Kelurahan Laweyan

48.

16 Maret 2014

PKK RW VIII, Jayengan

49.

9 Maret 2014

Warga RT 02/IV, Purwosari

50.

11 Maret 2014

Kelurahan Kerten

51.

14 Maret 2014

Warga RT 03/XI, Purwosari

52

15 Maret 2014

Posyandu Lansia RW VI, Pajang

53.

16 Maret 2014

Kaukus Perempuan Surakarta

54.

11 Maret 2014

Kelurahan Mangkubumen

55.

13 Maret 2014

Dharma Wanita Dinas Dikpora

56.

14 Maret 2014

PKK RW I, Tegalsari

57.

15 Maret 2014

PKK RW XI, Semanggi

58.

16 Maret 2014

PKK RW VI, Semanggi

59.

16 Maret 2014

Warga RT 01/II, Kerten

60.

17 Maret 2014

Warga RT 02/II, Kerten

61.

18 Maret 2014

Paguyuban Ibu Ibu Purwotomo

62.

21 Maret 2014

LPMK Jayengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
145

63.

20 Maret 2014

Warga RT 01/VII, Sangkrah

64.

28 Maret 2014

Pertemuan Biro Perempuan Perjuangan

65.

29 Maret 2014

Gerakan Sayang Ibu

66.

1 April 2014

Himpaudi Kota Surakarta

67.

29 Maret 2014

Warga RT 01/VII, Purwosari

68.

3 April 2014

Yayasan Krida Paramita Surakarta

69.

4 April 2014

Warga RW V, Gilingan

70.

4 April 2014

Kelurahan Purwosari
Sumber : KPU Kota Surakarta
Tabel 3.7

Sosialisasi Oleh Relawan Demokrasi Kelompok Marginal


No

Tanggal

Tempat

1.

23 Januari 2014

Sanggar Kegiatan Belajar Semanggi

2.

29 Januari 2014

Paguyuban Pedagang Kaki Lima

3.

8 Februari 2014

Solidaritas Masyarakat Pinggiran Surakarta

4.

11 Februari 2014

Himpunan Seniman Jalanan Surakarta

5.

12 Februari 2014

Asosiasi Pedagang & PKL Hasanudin

6.

18 Februari 2014

Solidaritas Masyarakat Pinggiran Surakarta

7.

27 Februari 2014

Paguyuban Asongan Semangat Kerja Surakarta

8.

3 Maret 2014

Pengajian Paguyuban Tukang Becak Tegalsari

9.

17 Maret 2014

Pedagang Pasar Mojosongo

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
146

10.

18 Maret 2014

Yayasan LSK Bina Bakat

11.

26 Maret 2014

Kelompok Usaha Bersama Surakarta

12.

31 Maret 2014

DPD APKLI Kota Surakarta

13.

22 Maret 2014

Bakso & Mie Ayam OO

14.

1 April 2014

UPTD Sanggar Kegiatan Belajar


Sumber : KPU Kota Surakarta

d. Strategi Komunikasi Interpersonal - Sosialisasi di Ruang Publik


Metode sosialisasi tatap muka yang dilakukan oleh KPU Kota Surakarta di
samping memberikan pengarahan di komunitas, juga dilakukan melalui
memberikan informasi kepada masyarakat di ruang ruang publik. KPU
Kota Surakarta mendatangi pusat keramaian seperti pasar, terminal, stasiun
dan Solo Car Free Day dimana masyarakat banyak melakukan aktifitas di
sana. Sosialisasi melalui ruang publik dilakukan oleh KPU Kota Surakarta
dengan membagikan leaflet, stiker, dan memperkenalkan kertas suara juga
mengingatkan tanggal pemungutan suara.
Di Car Free Day itu kita bekerjasama dengan Diskominfo Kota Surakarta.
Kita buka stand di depan Sriwedari, menyajikan informasi tentang Pemilu
9 April sambil membagikan leaflet dan menunjukkan contoh surat suara.
Kemudian di Solo Grand Mall kita dua kali kesana, menginformasikan
kalau 9 April ada Pemilu. Juga di Solo Balapan dan Teminal Tirtonadi.83

83

13:00.

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
147

Salah satu Relawan Demokrasi untuk kelompok marginal, Marbandi


adalah salah seorang yang selalu ikut dalam rangkaian sosialisasi Pemilu di
pasar pasar tradisional. Menurutnya ketika blusukan di pasar, sosialisasi
dilakukan dengan membagi bagikan leaflet dan stiker kepada para pedagang
pasar.
Kalau di pasar pasar itu sekadar memberi brosur, memberi stiker.
Mengingatkan jangan lupa bu, tanggal 9 nanti nyoblos. Misalkan ada
pertanyaan lalu nanti kita menjelaskan. 84
Sosialisasi melalui ruang publik ini adalah salah satu bentuk inovasi dari
KPU Kota Surakarta. Melihat kinerja beberapa Relawan Demokrasi yang
kurang maksimal, kemudian dibuat program sosialisasi yang baru agar kinerja
Relawan Demokrasi dapat terpacu menjadi lebih baik.
Berikut adalah data sosialisasi di ruang publik yang telah dilakukan oleh
KPU Kota Surakarta:

84

Wawancara dengan Marbandi di Manahan tanggal 21 Mei 2014 pukul 10:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
148

Tabel 3.8
Sosialisasi di Ruang Publik

NO
HARI/TANGGAL
1. Minggu, 9 Februari 2014
2.

Minggu, 16 Februari 2014

3.

Minggu, 23 Februari 2014

4.

Minggu, 2 Maret 2014

5.

Minggu, 9 Maret 2014

6.

Minggu, 23 Maret 2014

7.

Minggu, 30 Maret 2014

8.

Jumat, 4 April 2014

LOKASI

Solo Car Free Day, Jl.


Slamet Riyadi

Selama Solo Car Free

(Bekerjasama dengan

Day

Diskominfo)

Pasar Nangka

06.15 sd 07.00 WIB

Pasar Legi

07.15 sd. 08.00 WIB

Solo Balapan

16.30 & 18.30 WIB

Terminal Tirtonadi

9.

Sabtu, 5 April 2014

WAKTU

14.30 WIB

Pasar Nusukan

06.15 sd 07.00 WIB

Pasar Mojosongo

07.15 sd. 08.00 WIB

Komunitas motor di Jl.

Malam hari

Slamet Riyadi
10.

11.

12.

Pasar Ledoksari

06.15 sd 07.00 WIB

Pasar Gede

07.15 sd. 08.00 WIB.

Pasar Harjodaksino

06.15 sd 07.00 WIB

Pasar Kadipolo

07.15 sd. 08.00 WIB

Pasar Gading

06.15 sd 07.00 WIB

Pasar Notoharjo

07.15 sd. 08.00 WIB

Minggu, 6 April 2014

Senin, 7 April 2014

Selasa, 8 April 2013


Sumber : KPU Kota Surakarta

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
149

e. Strategi Komunikasi Media - Sosialisasi Media Cetak


Salah satu sarana sosialisasi yang tidak dapat ditinggalkan adalah
sosialisasi melalui media massa. Media massa dapat dibagi menjadi beberapa
bagian lagi, salah satunya adalah media cetak. KPU Kota Surakarta juga
memanfaatkan media cetak lokal seperti koran Joglosemar dan Solopos untuk
memberitakan perkembangan persiapan Pemilu Legislatif 2014 maupun
sosialisasi yang telah dilakukan. Ketua KPU Kota Surakarta, Agus Sulistyo
menyatakan bahwa sosialisasi melalui media cetak tidak hanya dimaknai
ketika KPU Kota Surakarta memasang iklan di media tersebut. Melainkan
segala jenis pemberitaan yang berkaitan dengan KPU Kota Surakarta juga
menjadi sebuah bentuk sosialisasi tersendiri, walaupun tidak secara langsung.
Setiap tahapan, setiap masuk koran itu adalah strategi. Ada wartawan
datang kesini, ingin ambil foto kegiatan, berita yang lagi heboh kemudian
melakukan wawancara. Barangkali ada juga yang kita bayar. Misalnya
mengumumkan Dafrar Calon Tetap DPRD Surakarta.85

Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui koran Joglosemar dan


Solopos, dalam kurun waktu Januari 2014 sampai dengan April 2014
ditemukan 45 berita yang terkait dengan KPU Kota Surakarta di Joglosemar.
Sementara di koran Solopos, ditemukan 35 berita yang berkaitan dengan
KPU Kota Surakarta. Daftar lengkap berita tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:

85

13:00.

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
150

Tabel 3.9
Berita Mengenai KPU Kota Surakarta di Koran Joglosemar (Januari April 2014)
No

Tanggal

Berita

1.

Sabtu, 18 Januari 2014

Daftar Pemilih Tetap Berkurang 738 Orang

2.

Selasa, 21 Januari 2014

Parpol Tunggu Aturan Pemberian Suara

3.

Selasa,4 Februari 2014

KPU Terima 2.742 Botol Tinta Pemilu

4.

Rabu,5 Februari 2014

Aturan B aru KPU. Coblos Dua Caleg Dihitung Sah

5.

Jumat,21 Februari 2014

834.260 Surat Suara Tiba di KPU

6.

Senin,24 Februari 2014

Suara di TPS Bisa Langsung Diakses

7.

Rabu,26 Februari 2014

PKPU Dinilai Ganjal Industri Kreaftif

8.

Jumat,29 Februari 2014

9.

Minggu,2 Maret 2014

PPK dan PPS Banjarsari Pertanyakan Macetnya


Anggaran
Siswa Tunagrahita Kesulitan Beri Hak Pilih

10.

Senin,3 Maret 2014

Tekan Angka Golput, Mahasiswa Berorasi di CFD

11.

Selasa,4 Maret 2014

Lima Parpol Harus Perbaiki Laporan

12.

Rabu,5 Maret 2014

Kampanye Pileg Dimulai 16 Maret

13.

Rabu,5 Maret 2014

14.

Rabu,5 Maret 2014

Jadwal Kampanye Rapat Umum Parpol/DPD Pileg


2014 Surakarta
Rusak, 30 Ton Surat Suara Akan Dimusnahkan

15.

Jumat,7 Maret 2014

PDIP Terkuat,PPP Terkecil

16.

Sabtu,8 Maret 2014

Panwascam Terima 10 Aduan Pelanggaran Pemilu

17.

Minggu,9 Maret 2014

Minim Anggaran, KPPS Terpilih Tanpa Dilantik

18.

Senin,10 Maret 2014

8.000 Pemilih Rawan Golput

19.

Selasa,11 Maret 2014

Pasien Diminta Nyoblos ke TPS Terdekat

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
151

20.

Kamis,13 Maret 2014

21.

Jumat,14 Maret 2014

Jelang Kampanye Bersama Akhir Pekan,Parpol


Kompak Usung Budaya
Warga Golput Bakal Dicatat

22.

Jumat,14 Maret 2014

Ingat, 27 Hari Lagi Coblosan!

23.

Sabtu,15 Maret 2014

Golput Bakal Ditandai. Warga Merasa Disudutkan

24.

Sabtu,15 Maret 2014

Kampanye Bersama, 32 Jalan Ditutup

25.

Rabu,19 Maret 2014

PKS Solo Pilih Pawai

26.

Selasa,25 Maret 2014

Kampanye Simpatik, PDIP Bagikan Bunga

27.

Rabu,26 Maret 2014

PPK Jebres Diganjar Surat Peringatan

28.

Rabu,26 Maret 2014

29.

Rabu,26 Maret 2014

Kampanye Dengan Fasilitas Negara. Panwaslu


Serahkan Keputusan ke Gakkumdu
Golkar Yakin Taklukan Jateng

30.

Kamis,27 Maret 2014

31.

Kamis,27 Maret 2014

Bedah Rumah Dari Golkar Terindikasi Money


Politic
KPU Tegur Empat Parpol

32.

Kamis,27 Maret 2014

Anak Harusnya Bermain, Bukan Kampanye

33.

Kamis,27 Maret 2014

Kampanye, PPP Pilih Ziarah

34.

Jumat, 28 Maret 2014

35.

Jumat, 28 Maret 2014

Panwaslu Pantau Reses di Masa Kampanye.


Anggota Dewan Dijatah Rp17 Juta
5.738 Surat Suara Rusak

36.

Sabtu, 29 Maret 2014

37.

Sabtu, 29 Maret 2014

KPU Tetapkan Jadwal Baru. Kampanye Terbuka


Bisa Rawan Gesekan
Caleg Golkar Tolak Politik Uang

38.

Selasa, 1 April 2014

TPS Harus Ramah Difabel

39.

Kamis, 3 April 2014

Solo Kekurangan 8000-an Undangan Pemilih

40.

Jumat, 4 April 2014

Relawan Difabel Dilibatkan Awasi Pemilu 2014

41.

Sabtu, 5 April 2014

H-5 Pemilu KPU Gencarkan Sosialisasi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
152

42.

Minggu, 6 April 2014

109 Warga Tercecer Pendataan Pemilu

43.

Selasa, 8 April 2014

Logistik Siap Masuk ke TPS

Tabel 3.10
Berita Mengenai KPU Kota Surakarta di Koran Solopos (Januari April 2014)
No

Tanggal

Berita

1.

Jumat, 7 Februari 2014

Logistik KPU Solo Belum Lengkap

2.

834.260 Surat Suara Tiba di KPU

3.

Minggu, 23 Februari
2014
Rabu, 26 Februari 2014

4.

Minggu, 2 Maret 2014

Ruang Gerak Dibatasi, Asppro Solo Protes


Peraturan KPU
20 Siswa SLB Simulasi Nyoblos

5.

Selasa, 4 Maret 2014

Parpol Mendapat Kesempatan 3 Kali Kampanye

6.

Rabu, 5 Maret 2014

Pelipat Kertas Suara Pun Dilarang Bawa Tas

7.

Kamis, 6 Maret 2014

Pelipatan dan Penyortiran Surat Suara Salahi SOP

8.

Kamis, 6 Maret 2014

KPU Terima 839.260 Surat Suara

9.

Jumat, 7 Maret 2014

KPU Solo Temukan 766 Surat Suara Rusak

10.

Minggu, 9 Maret 2014

8000 Pemilih Pemula Rentan Golput

11.

Senin, 10 Maret 2014

KPU "Kampanye" Lewat Jalan Sehat

12.

Selasa, 11 Maret 2014

KPU Kekurangan 3000 Surat Suara

13.

Rabu, 12 Maret 2014

14.

Kamis, 13 Maret 2014

15.

Kamis, 13 Maret 2014

Pelipatan Kertas Suara, KPU Pakai Gelanggang


Pemuda
KPU Ingatkan Parpol Serahkan Nama Jurkam
Maksimal H-3
KPU Pertanyakan Keamanan Logistik

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
153

16.

Jumat, 14 Maret 2014

17.

Sabtu, 15 Maret 2014

Panwascam Menyoal Kertas Sosialisasi Mirip Surat


Suara
12 Parpol Beratraksi

18.

Sabtu, 15 Maret 2014

Kertas Mirip Surat Suara Tidak Digunakan

19.

Minggu, 16 Maret 2014

Parpol Janji Pemilu Damai

20.

Selasa, 18 Maret 2014

Pejabat Kedubes AS Pelajari Demokrasi di Solo

21.

Rabu, 19 Maret 2014

PPK Jebres Menata 1.436 Kotak Suara

22.

Jumat, 21 Maret 2014

KPU Cari Lokasi Pengepakan Logistik TPS

23.

Jumat, 21 Maret 2014

KPU Minta Klarifikasi PPK dan PPS

24.

Selasa, 25 Maret 2014

KPU Beri Sanksi Kepada Anggota PPK dan PPS

25.

Sabtu, 29 Maret 2014

KPU Ubah Jadwal Kampanye, Parpol Kecele

26.

Rabu, 2 April 2014

Petugas TPS Diminta Memindai Formulir C1

27.

Kamis, 3 April 2014

Logistik Pemilu Belum Beres

28.

Kamis, 3 April 2014

2.742 Petugas Linmas Dapat Honor

29.

Kamis, 3 April 2014

KPU Sosialisasikan Pemilu di Rutan

30.

Jumat, 4 April 2014

2 Anggota KPPS Terancam Dipecat

31.

Jumat, 4 April 2014

DPTb Susut menjadi 516 Pemilih

32.

Sabtu, 5 April 2014

Partisipasi Pemilih Pengaruhi BPP

33.

Sabtu, 5 April 2014

Rela Lembur Hingga Dini Hari Demi Logistik

34.

Sabtu, 5 April 2014

KPU Blusukan ke Pasar Tradisional

35.

Minggu, 6 April 2014

Hari Ini, Logistik Pemilu Mulai Didistribusikan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
154

f. Strategi Komunikasi Media - Sosialisasi Media Elektronik


Selain media cetak, media lain yang digunakan sebagai sarana sosialisasi
adalah media elektronik. Sosialisasi dilakukan oleh KPU Kota Surakarta
melalui pemasangan iklan di radio, talkshow di radio dan tv serta pemasangan
iklan memanfaatkan jasa TV iklan dan website situs berita. Untuk sosialisasi
melalu pemasangan iklan radio, KPU Kota Surakarta menjalin kerjasama
dengan 10 stasiun radio lokal Surakarta. Pernyataan tersebut diungkapkan
oleh Ketua KPU Kota Surakarta, Agus Sulistyo sebagai berikut:
Media elektronik kita menggunakan beberapa strategi. Yang pertama
radio. Kita ada di 10 stasiun radio, baik yang swasta maupun pemerintah.
Satu hari 5 10 kali diputar (iklan) di 10 stasiun radio.86
Kasubag Teknis dan Hubmas, Setyo Budiarto melengkapi pernyataan
tersebut sebagai berikut:
Kalau di radio itu juga misalnya di Solopos FM, JPI dan RRI. Seperti
iklan satu menit itu. Kemudian setiap dua hari sekali saya sendiri ditelpon
oleh JPI. Jadi tanya perkembangannya dan disiarkan secara langsung.87
Selain melakukan sosialisasi dalam bentuk pemasangan iklan, KPU Kota
Surakarta juga memanfaatkan undangan untuk talkshow dari beberapa stasiun
radio dan TV lokal sebagai sarana sosialisasi.

86

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

87

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

13:00.
13:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
155

Untuk media kami juga menjadi narasumber. Misalnya dalam dialog


interaktif atau debat publik.88
Akan tetapi, karena kebanyakan undangan untuk menjadi narasumber
dalam acara di stasiun TV atau radio diterima secara informal (via telepon
atau SMS), maka KPU Kota Surakarta mengalami kesulitan untuk mendata
secara lengkap talkshow yang sudah diisi baik oleh Ketua maupun
Komisioner KPU Kota Surakarta.
Kalau diundang, selama ini kita selalu siap. Kalau saya itu gampang
tinggal di SMS dan dijadwalkan. Temanya apa urusan belakangan, asal
masih berhubungan dengan Pemilu. Di RRI, di TATV itu banyak
(talkshow) tidak terhitung. Belum kalau setiap ada event, selalu ngabari
wartawan. Itu salah satu strategi kami. Kami nggak ada anggaran tapi
bagaimana kegiatan KPU Surakarta bisa kelihatan.89
Berikut adalah data talkshow melalui stasiun TV dan radio lokal yang
berhasil ditelusuri oleh KPU Kota Surakarta:
Tabel 3.11
Talkshow di Stasiun TV dan Radio Lokal
No
1.

Tanggal
8 April 2014

Tempat
Studio 1 TATV

Tema
Masih

Perlukah

Kuota

Perempuan Dipertahankan

88

Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.
89
Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul
13:00.

commit to user

30%

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
156

2.

21 Februari 2014

Studio RRI

Upaya

KPU Menaikkan Jumlah

Partisipasi Pemilih
3.

4.

10 Maret 2014

13 Maret 2014

Kampus

Politeknik RRI Goes to Campus Nyoblos Itu

Indonusa

Keren

Kampus Unisri

RRI Goes to Campus Nyoblos Itu


Keren

5.

22 Maret 2014

Studio RRI

Dialog Interaktif Aspirasi Merah


Putih Pemilu Untuk Difabilitas

Sumber : KPU Kota Surakarta


Metode lain yang ditempuh oleh KPU Kota Surakarta untuk melakukan
sosialisasi adalah melalui pemasangan iklan lewat Wall-TV. Wall-TV adalah
salah satu metode untuk beriklan menggunakan media televisi yang diletakan
di tempat tempat keramaian di Surakarta seperti restoran dan rumah sakit.
Melalui Wall-TV,

KPU

Kota

Surakarta

menayangkan iklan untuk

mengingatkan kepada masyarakat tanggal 9 April 2014 adalah hari


pemungutan suara untuk Pemilu Legislatif 2014
Media lain kita menggunakan Wall-TV. Wall-TV itu hanya ada di
beberapa titik. Misalnya di Mbok Giyem, ruang tunggu RS, dan stasiun.
Hanya ada 32 titik di Surakarta, ada di pusat pusat kerumunan. Kita
mengingatkan tanggal 9, jadi cuma 1 menit. Secara tidak langsung, misal
menunggu orang sakit bisa lihat. Wall-TV itu sehari ditayangkan 60 kali
selama 1 bulan. Entah itu masuk atau tidak ya kita coba.90

90

Wawancara dengan Agus Sulistyo tanggal 27 Juni 2014

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
157

Salah satu metode sosialisasi yang tergolong baru dan diterapkan oleh
KPU Kota Surakarta adalah memasang iklan pada website timlo.net. Jikalau
masyarakat mengakses timlo.net, maka dalam tampilan website tersebut
terdapat iklan sosialisasi oleh KPU di bagian pojok situs. Sosialisasi
dilakukan selama 1 bulan sebelum pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014. Ketua
KPU Kota Surakarta menyatakan strategi strategi ini merupakan
pengembangan dan kreativitas dari yang sudah ditetapkan oleh KPU RI.
Setiap buka (timlo.net) sudah ada sosialisasi. Di situ sudah ada, di bagian
pojok. Selama 1 bulan itu. pengunjungnay menurut versi timlo ada 15.000
orang selama 1 bulan. Cuma itu barangkali kan tidak menyasar wilayah
Surakarta saja. Kalau pasang iklan di TATV, misalnya 5 juta itu untuk 1
jam. Padahal kalau streaming bisa 1 bulan. Bayar TATV juga belum
tentu masyarakat nonton semua. Sama sama belum tentu nonton, ya
mending yang 1 bulan.91

g. Strategi Komunikasi Media - Sosialisasi Media Luar Ruang


Metode sosialisasi yang juga selalu ada dalam setiap pelaksanaan Pemilu
adalah sosialisasi dengan memanfaatkan media luar ruang. KPU Kota
Surakarta melakukan pemasangan baliho dan spanduk di beberapa titik
strategis di Kota Surakarta. Titik titik pemasangan baliho dan spanduk
sejatinya sudah diatur dalam surat edaran dari KPU Provinsi Jawa Tengah.
Baliho dan spanduk harus terpasang di setiap kantor Kecamatan dan
Kelurahan serta tempat keramaian atau berkumpulnya masyarakat. KPU Kota
Surakarta selain melakukan pemasangan baliho dan spanduk di lokasi
91

13:00.

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
158

tersebut, juga memasang baliho di hampir semua persimpangan jalan di


Surakarta, terutama yang ramai dan sering dilalui oleh masyarakat. Baliho
dan spanduk yang dipasang mayoritas berisi ajakan untuk menggunakan hak
pilih pada tanggal 9 April 2014 disertai dengan gambar maskot Pemilu.
Namun terdapat juga beberapa spanduk yang memuat nama dan foto daftar
calon wakil rakyat pada Pemilu Legislatif 2014
Gambar 3.9
Baliho Sosialisasi di Kota Surakarta

Sumber : Joglosemar dan Solopos April 2014

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
159

h. Strategi Komunikasi Budaya Kirab Budaya Pemilu


Sosialisasi melalui jalur budaya salah satunya ditempuh KPU Kota
Surakarta melalui acara kirab budaya. Sejatinya, acara kirab budaya
merupakan kemasan lain dari deklarasi Pemilu damai, yang dibuat
menyesuaikan dengan budaya dan kearifan lokal Kota Surakarta. Ketua KPU
Kota Surakarta mengakui, keberadaan Surakarta yang terkenal sebagai kota
budaya harus dimanfaatkan sebagai salah satu sarana sosialisasi kepada
masyarakat. Sehingga untuk memperkenalkan Pemilu dan partai politik
peserta Pemilu 2014, pada tanggal 15 Maret 2014 KPU Kota Surakarta
mengadakan gelaran kirab budaya. Acara kirab budaya dikemas menyerupai
karnaval dengan rute dari Stadion Manahan hingga Balaikota Surakarta,
melalui Jalan Slamet Riyadi. Dalam kirab budaya tersebut, baik partai politik
maupun perangkat Pemilu lainnya menampilkan berbagai aktrasi kebudayaan
untuk menghibur masyarakat yang menyaksikan.
Kirab budaya itu sebenarnya dalam kerangka deklarasi Pemilu damai.
Namun kemudian kita keas sebagai sebuah acara kirab budaya. Jadi 12
parpol kita ajak semua, mengeluarkan maksimal 150 massa dan
menampilkan 3 kesenian daerah.92

92

13:00.

Wawancara dengan Agus Sulistyo di KPU Kota Surakarta tanggal 27 Juni 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
160

Gambar 3.10
Sosialisasi Melalui Kirab Budaya

Sumber : Dokumentasi KPU Kota Surakarta

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
161

2. Pendekatan kepada sasaran


Berdasarkan tahap perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya, pendekatan
terhadap sasaran untuk komunikasi tatap muka dibagi dalam dua garis besar.
Yakni pendekatan secara formal melalui birokrasi dan pendekatan secara
informal. Pada pelaksanaannya, kedua pendekatan tersebut diterapkan oleh KPU
Kota Surakarta beserta jajarannya untuk menjangkau masyarakat yang menjadi
sasaran.
a. Pendekatan secara formal
Pendekatan

secara

formal

dilakukan

melalui

meminta

izin dan

memberikan surat secara resmi kepada instansi atau kelompok yang menjadi
sasaran sosialisasi. Metode pendekatan formal digunakan oleh kelompok
pemilih pemula dan difabel dengan lokasi sosialisasi di sekolah sekolah.
Pendekatan secara formal selain memberikan surat tertulis dari KPU, juga
dengan menjalin kerjasama dengan Dikpora agar mendapat kemudahan ketika
melakukan sosialisasi. Kerjasama dengan Dikpora perlu dilakukan, karena
sosialisasi yang menyasar ke sekolah sekolah sempat ditolak oleh pihak
sekolah yang bersangkutan.
Semula kita kesulitan lho meminta waktu untuk sosialisasi. Selanjutnya
kita beri pengertian, kita tembusi surat, kepala sekolahnya kemudian
malah meminta.93

93

13:00.

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
162

Pendekatan secara birokrasi itu kan yang di sekolah sekolah. KPU


Surakarta sudah ada pendekatan juga dengan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga. Terus dengan SMA di Surakarta kita lewat itu. Jadi
mengirim surat ke sekolah sekolah untuk mengadakan sosialisasi di
sana. Itu untuk yang formal.94

b. Pendekatan secara informal


Metode pendekatan secara informal dilakukan kepada hampir semua
jenis komunikasi tatap muka. Baik itu komunikasi melalui struktur
birokrasi, struktur

penyelenggara maupun komunitas. Bahkan untuk

pemilih pemula dan difabel, selain menggunakan proses pendekatan


formal juga menggunakan metode pendekatan secara informal. Umumnya
pendekatan secara informal digunakan ketika memberikan sosialisasi di
komunitas pemuda dan komunitas difabel di luar lingkup sekolah.
Pendekatan informal dilakukan tanpa memberikan surat resmi terlebih
dahulu pada komunitas yang akan didatangi. Komunikator hanya membuat
janji dengan kelompok sasaran untuk datang dan memberikan sosialisasi
di acara rutin yang digelar komunitas tersebut. Mengingat komunikator
yang dipilih oleh KPU Kota Surakarta adalah tokoh masyarakat dan aktif
di komunitas komunitas, maka pendekatan informal relatif sangat mudah
untuk dilakukan. Seperti yang dialami oleh Atiek Supriyati sebagai berikut
ini:
Saya kan jadi sekretaris PKK di Kelurahan, jadi mau ngisi kemana
mana yo udah tinggal tanya bu, PKKmu tanggal berapa? Opo meh tak
94

12:00.

Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
163

isi?, terus dipersilahkan mengisi. Malah dikasih waktu, dikasih


kesempatan nggak hanya diberi 15 menit. Tapi monggo mau 30 menit
atau 45 menit, monggo.95

Marbandi, Relawan Demokrasi kelompok marginal juga

tidak

mengalami kesulitan untuk melakukan sosialisasi terhadap masyarakat,


walau hanya dengan menggunakan pendekatan secara informal.
Sompis itu kan Solidaritas Masyarakat Pinggiran Surakarta, itu punya
11 komunitas. Jadi PKL, becak, asongan, pemulung, PRT, PSK, anak
jalanan dan sebagainya. Jadi mengumpulkan kaum marginal itu kalau
bagi saya tidak sulit. Karena tinggal kontak saja.96

3. Pesan yang disampaikan


Dalam tahap pelaksanaan, pesan yang disampaikan sama dengan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Terdapat lima pesan utama yang disosialisasikan
kepada seluruh lapisan dan lima pesan khusus yang disosialisasikan kepada
kelompok masyarakat tertentu. Pesan utama yang disampaikan adalah:
a. Slogan Pemilu, Pemilih Cerdas Pemilu Berkualitas
b. Tanggal pelaksanaan Pemilu Legislatif, 9 April 2014
c. Syarat menjadi pemilih
d. Kriteria suara sah dan tidak sah
e. Ajakan untuk menggunakan hak pilih, tidak golput
95
96

Wawancara dengan Atiek Supriyati di Purwosari tanggal 19 Mei 2014 pukul 19:00.
Wawancara dengan Marbandi di Manahan tanggal 21 Mei 2014 pukul 10:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
164

Lima pesan khusus yang disampaikan adalah:


a. Pengetahuan tentang Pemilu : menjelaskan menganai keberadaan Pemilu,
pesan ini digunakan untuk menyasar pada kelompok pemilih pemula.
b. Kesadaran mengenai hak pilih : menjelaskan mengenai pentingnya hak
pilih, pesan ini digunakan untuk menyasar pada kelompok pemilih pemula.
c. Teknis menggunakan hak pilih dan simulasi Pemilu : menjelaskan
mengenai cara untuk memberikan suara dalam Pemilu dengan menggunakan
simulasi. Digunakan untuk menjelaskan kepada kelompok difabel.
d. Peraturan Pemilu : menjelaskan mengenai aturan yang berlaku dalam
pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014. Digunakan untuk melakukan sosialisasi
kepada jaringan struktur penyelenggara.
e. Teknis sesuai tahapan : menjelaskan mengenai tahapan dan proses yang
harus dilalui sebelum pelaksanaan Pemilu. Digunakan untuk melakukan
sosialisasi kepada jaringan struktur penyelenggara.

4. Metode penyampaian pesan


Dalam pelaksanaan sosialisasi, metode yang digunakan untuk menyampaikan
pesan tidak berbeda dengan apa yang telah direncanakan oleh KPU Kota
Surakarta. KPU beserta jajarannya menggunakan metode redundancy dan
canalizing untuk memaksimalkan proses penyampaian pesan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
165

a. Redundancy
Metode redundancy dalam perencanaan banyak digunakan sebagai salah
satu cara untuk menyampaikan pesan kepada anak difabel. Pada prakteknya,
metode ini telah digunakan dalam melakukan sosialisasi, salah satunya
kepada anak tuna grahita di SLB-C YSSD. KPU Kota Surakarta beserta
Relawan Demokrasi terjun melakukan sosialisasi kepada siswa SLB-C YSSD
sebanyak dua kali. Dengan mengulang materi yang sudah disampaikan
sebelumnya, agar anak anak dengan tuna grahita dapat benar benar
memahami pesan yang disampaikan.
Selain digunakan pada kelompok difabel, sosialisasi dengan metode ini
juga

dirancang

penyelenggara.

untuk
Akan

mensosialisasikan
tetapi

mengingat

peraturan
sosialisasi

melalui
melalui

stuktur
struktur

penyelenggara terkendala oleh satu dan lain hal, maka untuk memaksimalkan
pengulangan peraturan, PPS Kecamatan Jebres membagikan CD sosialisasi
kepada jajaran di bawahnya. CD sosialisasi tersebut berisi kriteria dan variasi
suara sah dalam Pemilu. Dengan adanya CD tersebut sosialisasi menjadi lebih
efektif.
b. Canalizing
Metode penyesuaian atau canalizing adalah metode yang sering dipakai
ketika melakukan sosialisasi. Pada pelaksanaannya, penyesuaian yang
dilakukan dapat berdasarkan pada dua faktor, yakni penyesuaian pesan
dengan tingkat pengetahuan masyarakat dan penyesuaian pesan dengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
166

kondisi masyarakat. Penyesuaian dengan pengetahuan masyarakat dilakukan


dengan membedakan pesan yang disampaikan kepada audiens.
Kalau sudah ada kesadaran nanti penekanannya beda. Misalnya adalah
menjadi pemilih yang aktif dan cerdas. Kalau audiensnya masih blank
dijelaskan tentang pengetahuan kepemiluan dan pentingnya kenapa
memilih.97

Jenis penyesuaian kedua yang dilakukan adalah dengan menyesuaikan


kondisi audiens saat itu. Ketika audiens sudah terlihat tidak antusisas,
komunikator harus memiliki cara agar audiens menjadi segar dan tertarik
kembali.
Saya melihat kondisi dan situasi. Kalau mereka sudah tidak tertarik, saya
alihkan ke materi lain yang terkini biar mereka semangat lagi, fresh
lagi. 98
c. Diskusi
Sama seperti dalam proses perencanaan, metode diskusi juga digunakan
dalam proses penyampaian pesan. Seusai melakukan sosialisasi, komunikator
menggunakan metode diskusi untuk menggali pertanyaan dan pengetahuan
dari audiens yang mereka hadapi.
Yang jelas ketika sosialisasi itu menyampaikan lebih dulu bagaimana
pengertian Pemilu. Menyampaikan materi sekitar 10 15 menit.
97

Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul

12:00.
98

Wawancara dengan Hindun Zulaikha di Kantor Aisyiyah Surakarta tanggal 20 Mei


2014 pukul 09:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
167

Kemudian saya ajak tanya jawab. Apa saja yang tidak paham, apa saja
yang ditanyakan saya jawab. 99
Kalau kita sosialisasi ya cuma sekali ya secara garis besar. Kemudian
saya buka tanya jawab. Lebih enak begitu, mending langsung saja terus
banyak diskusinya. 100

5. Mengatasi berbagai tipe audiens


Dalam melaksanakan sosialisasi, seorang komunikator akan menemukan
banyak tipe audiens. Tidak jarang ekspektasi kita terhadap audiens berbanding
terbalik dengan kenyataan yang dihadapi. Agar sosialisasi dapat berjalan dengan
baik, dan gagasan yang disampaikan diterima, komunikator diharuskan mampu
berimprovisasi dalam membawakan pesan yang disampaikan. Tipe audiens dapat
diklasifikasikan dalam tiga jenis, yakni audiens yang recpetive, neutral dan
unreceptive. Audiens dengan tipe receptive adalah mereka yang sudah memiliki
pemahaman yang sama dengan gagasan yang akan disampaikan. Sementara
audiens dengan tipe neutral adalah mereka yang belum memiliki keputusan
apakah menerima atau menolak ide dan gagasan yang hendak disampaikan.
Terakhir, audiens dengan tipe unreceptive adalah audiens yang sedari awal sudah
memiliki pendirian yang berseberangan dengan gagasan komunikator. KPU
Surakarta dalam melakukan sosialisasi tentu berhadapan dengan beragam tipe

99

Wawancara dengan Marbandi di Manahan tanggal 21 Mei 2014 pukul 10:00


Wawancara dengan Budi Susanto di Kantor Kelurahan Sewu tanggal 4 Juni 2014
pukul 16:00.
100

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
168

audiens tersebut. Terdapat beberapa cara agar audiens yang berbeda dapat
menerima dengan baik gagasan yang disampaikan dalam sosialisasi, yakni:
a. Receptive
Audiens dengan tipe receptive adalah audiens yang sangat diharapkan oleh
komunikator. Karena sudah memiliki prinsip dan gagasan yang sama
membuat proses sosialisasi dan penanaman ide kepada audiens ini menjadi
relatif mudah. Komunikator juga tidak perlu khawatir mengalami penolakan
ketika hendak melakukan sosialisasi.
Tentunya lebih mudah. Jadi biasanya langsung pada apa yang mau
disampaikan . Langsung pada pesannya kita mau mengajak untuk apa.101
Namun bukan berarti sosialisasi kepada audiens receptive dapat
disepelekan begitu saja. Persiapan dan pesan yang kurang matang dapat
membuat audiens meragukan apa yang disampaikan dan berujung pada
penolakan. Ditambah apabila yang disampaikan oleh komunikator adalah hal
hal umum yang juga sudah mereka pahami dan ketahui, bukan tidak
mungkin audiens menjadi bosan dan tidak berfokus pada komunikator ketika
menyampaikan pesan. Kondisi tersebut dapat membuat pesan yang
disampaikan tidak tertangkap dengan sempurna oleh audiens.
KPU Kota Surakarta menyiasati tipe audiens ini dengan melakukan
sosialisasi yang lebih berkaitan dengan permasalahan permasalahan teknis

101

Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
169

Pemilu Legislatif 2014, salah satu contohnya adalah melakukan sosialisasi


yang terkait dengan tahapan dan peraturan yang berlaku.
Audiens yang terbuka kita pasti lebih enak. Kita tinggal sosialisasi
peraturan yang ada. Kita sosialisasikan tahapan tersebut agar dapat
berjalan dengan baik. Bagaimana menjadi pemilih, bagaimana proses
pemungutan dan penghitungan suara dan bagaimana menggunakan hak
pilih. 102

Selain itu, sosialisasi dapat dilakukan dengan membentuk pola pikir


masyarakat untuk dapat menjadi pemilih yang aktif dan cerdas. Dalam artian
tidak hanya tahu kalau tanggal 9 April ada pemungutan suara, namun juga
terdapat keinginan lebih untuk lebih aktif mencari informasi yang berkaitan
dengan Pemilu.
Kalau sudah ada kesadaran lebih, lebih pada menjadi pemilih yang aktif.
Pemilih yang tidak hanya menunggu. Misalnya yang sering kita sampaikan
adalah sudah mengecek masuk ke DPT apa belum. Itu yang penting. Itu
yang ditekankan, cara ngecek bagaimana. Lalu kalau belum masuk DPT
apa yang harus dilakukan. 103

b. Neutral
Dalam menghadapi audiens yang memiliki sikap netral, komunikator
harus lebih memiliki kemampuan persuasif. Dalam artian harus dapat
mempengaruhi masyarakat agar bertindak sesuai dengan gagasan yang akan
ditanamkan. Dengan kata lain komunikator harus mampu mempromosikan
102

Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 12:00.
103
Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul
12:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
170

keberadaan Pemilu sebagai sesuatu yang penting. Salah satu cara yang
dilakukan adalah dengan menjelaskan apa saja manfaat yang dapat diperoleh
masyarakat ketika mereka memutuskan untuk berpartisipasi dalam Pemilu.
Cenderung memberikan pesan informatif edukatif. Jadi bagaimana kalau
bapak bapak audiens ini kalau menggunakan hak pilih apa
keuntungannya. Kalau tidak menggunakan hak pilih seperti apa.104

Kita mendekonstruksi pemikiran. Jadi seperti ini lho, ngapain harus


memilih. Kenapa memilih itu penting. Akhirnya timbul kesadaran dan
kemudian ketertarikan. Kita tekankan bahwa waktu memilih yang cuma
lima menit akan menentukan lima tahun ke depan. Jadi nggak mungkin
nggak berpengaruh.105

c. Unreceptive
Audiens yang termasuk dalam tipe unreceptive adalah audiens yang
memerlukan kerja ekstra dari komunikator. Walaupun jumlahnya tidak
banyak, tapi salah satu tanggung jawab komunikator adalah minimal
membuat audiens mau mendengarkan apa yang dipaparkan. Tidak mudah
memang menghadapi audiens dengan tipe semacam ini. Salah satu cara untuk
menghadapinya adalah tidak serta merta langsung menyampaikan gagasan
yang kita bawa, melainkan dengan melakukan berbagai manuver di awal
terlebih dahulu.

104

Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.
105
Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul
12:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
171

Untuk yang apatis biasanya saya pakai beberapa manuver. Berusaha


mengotak atik, membolak balik pesannya. Walaupun tujuan kami
untuk menginformasikan, menyadarkan, tapi dengan manuver dulu. Nggak
langsung kamu itu nggak boleh kaya gitu., itu tentu akan membuat
mereka lebih apatis106

Setelah

komunikator

mampu

memasuki audiens,

baru

kemudian

disampaikan pesan dan gagasan utama yang dibawa oleh komunikator. Hanya
memang penyampaian kepada kelompok yang apatis sebatas mengenalkan
hal hal yang mendasar seputar penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014.
Ditekankan untuk jangan golput. Datanglah ke TPS. Jangan sampai tidak
datang. Misalkan tidak suka sama calonnya, mungkin bisa dicoblo s
partainya saja.107
Hanya saja, jikalau audiens tetap berkeras untuk berseberangan pendapat
dengan komunikator, maka komunikator tidak akan terlalu bersikeras
memaksakan gagasan kepada mereka.
Kita dekati sebisa kita mendekati. Dia kemudian mau percaya atau tidak,
yang penting kita sudah menyampaikan. Sebenarnya kalau nggak percaya
kan juga susah. Negara mau jadi apa.108
Meskipun demikian, prosentase audiens yang termasuk dalam kategori
unreceptive relatif paling kecil. Sehingga tidak terlalu mempengaruhi

106

Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.
Wawancara dengan Eka Rochmawati di UNISRI tanggal 19 Mei 2014 pukul 10:00.
108
Wawancara dengan Atiek Supriyati di Purwosari tanggal 19 Mei 2014 pukul 19:00.
107

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
172

keseluruhan jalannya proses sosialisasi yang dijalankan oleh KPU Kota


Surakarta.

C. Evaluasi
1. Hambatan yang dihadapi dan cara mengatasinya
Meskipun strategi komunikasi sudah direncanakan dan diimplementasikan
sedemikian rupa, bukan berarti tidak ditemukan kekurangan sama sekali. Dalam
pelaksanaanya terdapat beberapa hambatan yang harus dihadapi oleh KPU Kota
Surakarta dan jajarannya. Terutama berkaitan dengan sosialisasi dengan
menggunakan media pertemuan tatap muka dengan masyarakat. Hambatan yang
sempat dihadapi di tengah pelaksanaan sosialisasi diantaranya adalah:
a. Waktu
Kendala yang sering dihadapi ketika melaksanakan sosialisasi adalah
waktu. Mengingat jumlah masyarakat sasaran yang ditetapkan untuk
menerima sosialisasi cukup besar dengan waktu yang sangat mepet. Kondisi
ini membuat KPU Kota Surakarta beserta jajaran yang ditunjuk untuk
melakukan sosialisasi harus bekerja ekstra agar dapat mencapai seluruh target
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hambatan yang paling banyak ya terlalu banyaknya target yang harus kita
capai, dibandingkan dengan waktu yang diberikan. Itu kita nggak bisa
mencapai semua target itu. Padahal permintaannya bahkan hampir semua

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
173

SMA / SMK itu kemudian sangan interest untuk mendapatkan pendidikan


pemilih pemula. 109

Selain itu, sosialisasi yang menyasar pada pemilih pemula terkendala oleh
jadwal ujian. Sehingga baik KPU Kota Surakarta maupun relawan sedikit
menghadapi kendala ketika melakukan penjadwalan untuk sosialisasi di
sekolah sekolah.
Yang agak ribet itu menyesuaikan waktu dan tanggal. Karena memang
ngepasi dengan ujian sekolah waktu itu. Pemilih pemula kan dari SMA itu
kelas 3 semua. Jadi mereka bentrok dengan ujian sekolah dan ujian yang
lain lain kan. Memang harus cari waktu yang bener bener luang ketika
mereka nggak ujian atau setelah mereka selesai ujian.110

Kesulitan menjadwalkan waktu untuk sosialisasi tak hanya dihadapi oleh


Relawan Demokrasi untuk pemilih pemula saja. Marbandi, Relawan
Demokrasi kelompok marginal juga menghadapi kendala yang serupa.
Masalah hambatan, yang utama ya waktu. Kita harus mencari waktu di
komunitas. Waktunya kadang sulit untuk menemukan. Kadang pas di sini
ada pertemuan saya nggak bisa. Waktu saya bisa hadir, jadwal tidak ada.
Jadi hambatannya adalah waktu.111

Salah satu faktor lain yang menyebabkan jadwal sosialisasi di sektor


penyelenggara menjadi mepet adalah PKPU tentang teknis pemungutan suara

109

Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul

12:00.
110
Wawancara dengan Bintang Aji Permana di IAIN Surakarta tanggal 18 Mei 2014
pukul 10:00.
111
Wawancara dengan Marbandi di Manahan tanggal 21 Mei 2014 pukul 10:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
174

yang sedikit terlambat datang. PKPU tersebut menjadi sangat penting, karena
merupakan salah satu esensi pesan yang disampaikan.
Walaupun untuk waktu dan tempat pemungutan suara sudah lama
diberitahukan, namun untuk teknis memang waktu sangat mepet. Karena
PKPU datangnya mepet juga. 112
Kendala tersebut kemudian diatasi dengan menjalin komunikasi seintensif
mungkin dengan masyarakat sasaran, sehingga dapat menemukan tanggal dan
waktu yang tepat untuk melakukan sosialisasi. Baik Relawan Demokrasi,
kepanitiaan ad hoc maupun KPU Kota Surakarta sendiri berusaha
meluangkan waktu semaksimal mungkin untuk melaksanakan sosialisasi
berkaitan dengan Pemilu Legislatif 2014.
b. Birokrasi
Hambatan yang sering juga dihadapi oleh KPU Kota Surakarta, terutama
Relawan Demokrasi ketika melakukan sosialisasi adalah birokrasi. Terutama
kendala ini dihadapi oleh Relawan Demokrasi dari pemilih pemula dan
difabel. Hambatan yang dihadapi adalah kesulitan untuk meminta izin
melakukan sosialisasi di sekolah sekolah yang menjadi sasaran. Bahkan
tidak sedikit sekolah yang menolak diadakan sosialisasi berkaitan dengan
Pemilu Legislatif 2014 ini. Salah satunya adalah yang dialami oleh Estiono,
Relawan Demokrasi untuk kelompok difabel demikian ini:

112

Wawancara dengan Kajad Pamudji Joko Waskito di KPU Kota Surakarta tanggal 14
Mei 2014 pukul 13:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
175

Yang agak menyita waktu itu adalah koordinasi dengan pihak sekolah
sebenarnya. Bahkan SMKN 9 itu sampai 7 kali koordinasi. Ganti orang,
tanya lagi persoalannya. Jadi itu paling yang agak menghambat. Tapi saya
menganggapnya biasa karena memang sudah biasa berproses dengan
birokrasi. 113

Eka Rochmawati, koordinator Relawan Demokrasi juga memiliki


pengalaman yang hampir serupa.
Kalau untuk pemilih pemula kemarin itu ada yang harus pakai surat
Dikpora juga. Tapi ada juga yang langsung menerima juga. Bahkan saya
sendiri dulu pernah ditolak di SMA BK. Walaupun memang menolaknya
dengan cara yang halus. Waktu itu mereka beralasan sudah ada guru yang
ditunjuk oleh kepala sekolah untuk melaksanakan sosialisasi. Memang ada
kesulitan untuk lobi. Karena masuk sekolah itu tidak semua langsung
menerima.114

KPU Kota Surakarta menyadari banyaknya kesulitan birokrasi yang


dihadapi oleh Relawan Demokrasi. Sehingga kemudian KPU mengambil
langkah solusi dengan menjalin kerjasama dengan Dikpora Kota Surakarta.
Akhirnya kita surati, tembusi ke Dikpora. Dikpora menelepon ke sekolah
sekolah itu dan menyatakan kalau ini program pemerintah. Akhirnya
kemudian mereka mau membuka diri. 115

Hambatan lain yang berkaitan dengan birokrasi juga dihadapi ketika KPU
Kota Surakarta melakukan sosialisasi Pemilu Legislatif 2014 dengan

113

Wawancara dengan Estiono di KPU Kota Surakarta tanggal 20 Mei 2014 pukul 14:00.
Wawancara dengan Eka Rochmawati di UNISRI tanggal 19 Mei 2014 pukul 10:00
115
Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014 pukul
114

13:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
176

mendatangi pasar pasar. Petugas KPU dan relawan yang hendak melakukan
sosialisasi sempat tidak diberikan izin untuk melakukan aktivitasnya.
Kita parkir mobil, woro woro itu diloke. Mbrebeki katanya. Padahal itu
ya sudah izin. Dipikirnya woro woro jamu itu. Akhirnya di pasar yang
lain saya telepon dulu, minta disiapkan lokasi karena saya mau kesana.
Yang pertama kan langsung datang itu. Lurah pasarnya juga pas belum
datang. 116

c. Prasangka terhadap komunikator


Relawan Demokrasi adalah sebuah program yang baru digunakan oleh
KPU untuk melakukan sosialisasi pada Pemilu Legislatif 2014 ini. Sehingga
masih banyak pihak yang belum mengetahui keberadaan Relawan Demokrasi
sebagai perpanjangan tangan dari KPU untuk melakukan sosialisasi.
Ketidaktahuan ini kemudian menimbulkan sedikit salah paham. Terdapat
beberapa prasangka dari masyarakat yang menganggap Relawan Demokrasi
adalah orang orang yang diutus oleh parpol untuk berkampanye. Sehingga
pada awalnya masyarakat sasaran menjadi sedikit acuh terhadap keberadaan
Relawan Demokrasi. Bahkan terdapat beberapa kejadian Relawan Demokrasi
ditolak oleh masyarakat ketika hendak melakukan sosialisasi.
Memang tidak semua itu menerima. Dikiranya malah saya itu caleg.
Seperti kemarin saya (sosialisasi) juga ke Manahan, disana juga awalnya
ditolak. Di kelompok itu jadi acuh. Ketika saya datang pertama kali pasti
acuh. 117

116

Wawancara dengan Setyo Budiarto di KPU Kota Surakarta tanggal 16 Mei 2014
pukul 13:00.
117
Wawancara dengan Hindun Zulaikha di Kantor Aisyiyah Surakarta tanggal 20 Mei
2014 pukul 09:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
177

Akan tetapi setelah menjelaskan kepada masyarakat apa itu Relawan


Demokrasi dan posisi serta tugasnya, masyarakat kemudian dapat menerima
sosialisasi yang diberikan dengan baik.
Kita memperkenalkan diri pertama kali bahwa saya itu bukan caleg. Tidak
mensukseskan satu caleg atau partai. Kami ini relawan dari KPU. Mereka
kemudian bisa menerima ketika saya jelaskan kalau kendaraan saya dari
KPU.118

d.Hambatan mekanis
Sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kota Surakarta menggunakan
beragam alat peraga sebagai pendukung. Alat peraga yang digunakan juga
bervariasi, mulai dari poster, leaflet, spesimen surat suara hingga video dan
alat peraga simulasi. Ketika melakukan sosialisasi tidak jarang keberadaan
alat peraga menjadi salah satu hambatan. Salah satu yang sering dihadapi
adalah kendala teknis ketika sosialisasi yang dilakukan menggunakan
berbagai peranti elektronik seperti laptop dan proyektor.
Hambatan mekanis itu sering terjadi kalau misalnya di sekolah sekolah.
Terkait dengan penggunaan video. Biasanya kita kan menggunakan alat
alat sendiri. Jadi yang kita gunakan kita bawa laptop sendiri. Kalau dari
sekolah biasanya menyediakan proyektor. Tapi yang sering luput itu
masalah speaker, sound jadi tidak bisa menjangkau.119

118

Wawancara dengan Hindun Zulaikha di Kantor Aisyiyah Surakarta tanggal 20 Mei


2014 pukul 09:00.
119
Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul
12:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
178

Selain itu permasalahan lain yang dihadapi adalah kesalahan cetak pada
spesimen surat suara. Cetakan garis panduan untuk melipat pada spesimen
surat suara terdapat kesalahan cetak, sehingga menjadi tidak presisi.
Ada salah sedikit dari percetakannya sendiri. Jadi (spesimen) surat suara
itu nggak sesuai dengan yang diharapkan. Jadi tidak sama antara pelipatan
dengan garisnya. Biasa mengikuti garisnya kan, tapi kemarin agak
melenceng. Jadi kita terjun ke lapangan ya kita tekankan besok kalau
melipat surat suara harus sama besar.120

Pengadaan alat peraga simulasi juga sempat menjadi kendala. Mengingat


ketika melakukan simulasi, alat peraga yang harus dibawa harus menyerupai
Pemilu aslinya. Sehingga relawan sedikit mengalami kerepotan ketika harus
membawa semua alat peraga dari KPU menuju lokasi sosialisasi. Hambatan
ini diatasi dengan membawa personil relawan lengkap ketika harus
melakukan simulasi di sekolah atau kelompok sasaran lainnya.
e. Hambatan lingkungan
Ketika melakukan sosialisasi, permasalahan lokasi sosialisasi dapat
menjadi suatu kendala. Kondisi lingkungan sekitar yang bising dan panas
dapat membuat audiens tidak konsentrasi dan pesan yang disampaikan tidak
dapat menjangkau secara maksimal. Permasalahan semacam ini pernah
dialami oleh Marbandi, relawan untuk kelompok marginal ketika melakukan
sosialisasi untuk para PKL di Ronggolawe. Sosialisasi yang dilakukan di
pinggir jalan membuat suara tidak dapat didengar secara maksimal.

120

Wawancara dengan Eka Rochmawati di UNISRI tanggal 19 Mei 2014 pukul 10:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
179

Saya pernah sosialisasi di jalan, waktu di PKL Ronggolawe itu.


Tempatnya kan di pinggir jalan, untuk berbicara tidak ada mikrofon. Jadi
saya harus bersuara sangat keras supaya terdengar. 121
Relawan yang melakukan sosialisasi untuk pemilih pemula juga
mengalami kejadian yang serupa. Kondisi tersebut pernah dialami ketika
harus melakukan sosialisasi dengan jumlah audiens yang banyak dan ruangan
yang cukup luas. Terkadang relawan tidak mampu mengendalikan audiens,
sehingga menimbulkan suara yang ribut. Lingkungan yang tidak mendukung
semacam ini tentunya dapat mengganggu proses penyampaian dan
penerimaan pesan. Akan tetapi permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
menjalin kerjasama dengan pihak sekolah dan guru agar dapat membantu
mengontrol audiens.
Waktu di SMKN 3 itu satu angkatan ada sekitar 300an lebih orang di
dalam satu ruangan yang tidak begitu luas. Akhirnya bising. Yang kita
sampaikan tidak dapat mencakup semua. Kita menggunakan trik biasanya
supaya mereka bisa fokus. Kita buat games, lalu tunjuk dari semua sisi
untuk berpartisipasi meramaikan suasana. Kemudian ada bantuan dari
pihak sekolah. Kalau sudah mulai nggak fokus lagi, guru menyampaikan
supaya kembali fokus.122

f. Dana sosialisasi untuk kepanitiaan ad hoc

121
122

12:00.

Wawancara dengan Marbandi di Manahan tanggal 21 Mei 2014 pukul 10:00.


Wawancara dengan Nasichun Aviv Aluwi di FISIP UNS tanggal 20 Mei 2014 pukul

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
180

Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh kepanitiaan ad hoc menurut
undang undang adalah melakukan sosialisasi Pemilu. Tak terkecuali
sosialisasi untuk pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014. Akan tetapi kondisi
yang terjadi di lapangan, tidak banyak anggota PPK / PPS yang melakukan
sosialisasi Pemilu kepada masyarakat atau jajaran di bawahnya. Kendala yang
sering ditemui adalah kurangnya dana yang dialokasikan oleh KPU untuk
sosialisasi di tingkat kepanitiaan ad hoc.
Memang ada keterbatasan anggaran. Mengumpulkan orang itu ya apa
cukup dikumpulkan saja, apa ya mereka mau? Pasti kan kita paling tidak
menyediakan snack, seperti itu. Kalau dari segi penyelenggara kami
hambatannya kurangnya anggaran untuk sosialisasi itu. 123

Meskipun

demikian,

keterbatasan

ini

dapat

diatasi

dengan

menyelenggarakan sosialisasi dengan menumpang pada acara acara rutin


yang ada di wilayah. Sehingga sosialisasi dapat dilakukan, pesan dari KPU
dapat disampaikan kepada masyarakat serta tidak perlu mengeluarkan biaya
ekstra untuk melakukan sosialisasi dan mengumpulkan masyarakat.
Untungnya kalau di Kecamatan Jebres itu sering ada pertemuan, misalnya
ada anjangsana PKK. Satu kelurahan PKK dikumpulkan di satu RW,
bergiliran. Itu kan kesempatan untuk bisa masuk. PPS atau mungkin saya
sendiri bisa masuk. Itu kan kesempatan tanpa biaya, bisa masuk ke situ.
Walaupun tidak ada dananya tapi saya masih punya niat untuk Jebres yang
terbaik.124

123
124

Wawancara dengan Sumarmo di Ngoresan tanggal 27 Mei 2014 pukul 10:00.


Wawancara dengan Sumarmo di Ngoresan tanggal 27 Mei 2014 pukul 10:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
181

2. Tanggapan Masyarakat
Serangkaian strategi dan proses sosialisasi telah dilaksanakan oleh KPU
untuk mensosialisasikan penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014. Baik itu
sosialisasi melalui struktur, kultur maupun melalui media lainnya. Yang kemudian
menjadi pertanyaan adalah apakah masyarakat sudah dapat menangkap pesan
pesan yang telah disampaikan oleh komunikator dengan sempurna. Ketika
melakukan sosialisasi, komunikator menggunakan beberapa metode untuk
mengetahui pengetahuan masyarakat sasaran pasca dilakukan sosialisasi.
Sehingga akan nampak apakah masyarakat sudah benar benar paham dan pesan
dapat tersampaikan dengan sempurna, atau malah sama sekali belum paham.
Usai melakukan sosialisasi, komunikator biasanya memancing pengetahuan
masyarakat dengan melempar beberapa pertanyan. Tentunya pertanyaan yang
diberikan berkaitan dengan sosialisasi yang baru saja usai dilakukan. Apabila
masyarakat dapat menanggapi dengan benar, maka dapat disimpulkan pesan
sudah tersampaikan dengan baik. Alternatif lainnya adalah membiarkan
masyarakat meresapi pesan yang disampaikan kemudian mengajukan tanggapan
atau pertanyaan kepada komunikator jika dirasa ada hal yang kurang dapat
dipahami. Untuk memancing agar masyarakat mampu memberikan tanggapan
secara aktif, biasanya komunikator sudah menyiapkan beberapa souvenir sebagai
hadiah bagi yang mau bertanya atau menanggapi.
Peneliti mendatangi kembali beberapa kelompok masyarakat yang sempat
menjadi sasaran dalam sosialisasi. Mereka mengatakan pesan yang disampaikan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
182

ketika sosialisasi antara lain adalah untuk memilih sesuai hati nurani, cara
mencoblos, partai yang berpartisipasi, tanggal pelaksanaan, serta ajakan untuk
menggunakan hak pilih. Salah satunya diungkapkan oleh Lastri, warga Bibis
Luhur sebagai berikut:
Awalnya ada siraman rohani, karena memang yang mengisi pengajian ibu itu.
Lalu ada sosialisasi juga. Kalau nggak salah, disampaikan cara mencoblos
yang benar seperti apa. Lalu juga diberitahu untuk memilih sesuai hati nurani.
Jangan karena ada iming iming lain. 125

Suharto Putro, salah satu PKL yang berjualan di kawasan Ronggolawe juga
mengungkapkan hal yang serupa.
Masalah pertama yang disosialisasikan itu hari dan tanggal. Kemudian hak
pilih kita dan cara mencoblos yang benar. Seperti itu kurang lebihnya. 126
Sunarto, kepala sekolah SLB C YSSD menyatakan relawan dan KPU juga
sempat melakukan sosialisasi terhadap anak anak slow learner di sekolahnya.
Berdasarkan pengamatannya,

selain

dilakukan dengan metode

ceramah,

sosialisasi juga dilakukan dengan simulasi. Sehingga anak anak slow learner
dapat benar benar memahami pesan yang disampaikan oleh relawan dan KPU.
Intinya adalah partisipasi anak difabel. Maksud relawan itu biar bagaimana
anak difabel juga mempunyai hak, tahu cara mencoblos yang betul. Menurut
saya sosialisasinya memang mudah dimengerti. Mereka hanya menekankan
untuk mencoblos gambar. Pokoknya nanti pilih gambar salah satu. Coblosnya
di gambar kan sudah sah itu.127

125

Wawancara dengan Lastri di Bibis Luhur tanggal 26 Mei 2014 pukul 08:00.
Wawancara dengan Suharto Putro di Ronggolawe tanggal 22 Mei 2014 pukul 11:00.
127
Wawancara dengan Sunarto di SLB-C YSSD tanggal 2 Juni 2014 pukul 10:00.
126

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
183

Selain pesan yang disampaikan, penggunaan relawan ketika melakukan


sosialisasi

juga

menarik

perhatian

tersendiri

dari

masyarakat.

Dalam

penyelenggaraan Pemilu sebelumnya, masyarakat, khususnya yang terbagi dalam


lima kelompok yang menjadi fokus program Relawan Demokrasi belum pernah
menerima sosialisasi yang sedemikian. Sehingga pada proses Pemilu Legislatif
2014 ini mereka lebih merasa dihargai dengan perhatian yang diberikan oleh KPU
tersebut. Pembawa sosialisasi yang juga memang sudah dekat dengan dunia
mereka membuat masyarakat menjadi lebih nyaman. Seperti ketika sosialisasi
terhadap kelompok pemilih pemula, karena tidak terdapat kesenjangan usia yang
terlalu jauh membuat audiens juga lebih merasa nyaman dan mampu lebih fokus.
Kita lebih terbuka, lebih bebas kalau teman sendiri. Dari bahasa
penyampaian itu lebih mengena. Kadang kalau dari KPU kan terlalu formal,
bahasanya terlalu kaku. Kalau teman sendiri kan santai. Bahasa kawan
lah. 128
Sebaliknya, apabila sosialisasi dilakukan dengan menyasar pada struktur
penyelenggara, audiens lebih memilih yang menyampaikan pesan adalah pihak
KPU secara langsung, terutama komisioner KPU. Masyarakat di struktur
penyelenggara kebanyakan merasa lebih puas apabila KPU yang menyampaikan
pesan.
Selain

sosialisasi

melalui

komunikasi

tatap

muka,

KPU

juga

menyelenggarakan sosialisasi dengan metode yang lainnya, seperti kirab budaya,

128

Wawancara dengan Suharto Putro di Ronngolawe tanggal 22 Mei 2014 pukul 11:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
184

sosialisasi ke pasar atau tempat keramaian dan juga melalui media massa.
Sosialisasi dengan kirab budaya mendapatkan tanggapan yang antusias dari
masyarakat. Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang kemudian berjajar di
pinggir jalan untuk menyaksikan jalannya kirab budaya yang diselenggarakan
oleh KPU Kota Surakarta. Sosialisasi yang dilakukan di pasar dan tempat
keramaian juga dapat dikatakan memperoleh sambutan yang baik. Masyarakat
yang didatangi antusias untuk bertanya dan mendengarkan penjelasan singkat dari
relawan dan KPU. Tanggapan yang kurang baik juga pernah didapati oleh relawan
ketika melakukan sosialisasi di pusat perbelanjaan modern.
Ketika H-5 itu kita mengadakan blusukan pasar. Ada yang ketika kita datangi
itu cuek sama sekali dan tidak peduli itu yang di SGM. Tapi kalau mereka
yang ada di pasar, misalnya di Klewer, Pasar Gede, Pasar Nongko itu ya lebih
aktif dan menghargai. Mungkin ketika berkunjung ke Grand Mall mereka
tujuannya untuk hiburan ya. Tapi ketika kita hanya membagikan stiker saja
itu sulit sekali.129

129

Wawancara dengan Eka Rochmawati di UNISRI tanggal 19 Mei 2014 pukul 10:00.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

Anda mungkin juga menyukai