Anda di halaman 1dari 56

STRATEGI PENANGANAN PELANGGARAN TAHAPAN PEMILU PADA

PENGAWAS PEMILU AD-HOC TAHUN 2024

(Studi Kasus: BAWASLU Kota Medan)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Oleh:

Sadridas Akbar

NPM : 71190611026

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sampai detik ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi yang berjudul “Strategi Penanganan Pelanggaran Tahapan

Pemilu pada Pengawas Pemilu Ad-Hoc Tahun 2024” sebagai tahap awal dan

syarat utama untuk mendapatkan gelar Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

di Universitas Islam Sumatera Utara. Sholawat serta salam tidak lupa penulis

curahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pejuang, dan suri tauladan bagi

seluruh umat. Selama proses pembuatan proposal skripsi ini penulis juga menyadari

bahwa tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang senantiasa memberikan

dukungan moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis

telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga

dapat selesai dengan baik, oleh sebab itu penulis dengan kerendahan hati dan tangan

terbuka menerima masukan, saran, dan kritik untuk menyempurnakan proposal

skripsi ini. Penulis berharap proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, Februari 2023

Sadridas Akbar

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Strategi penanganan pelanggaran tahapan pemilu pada pengawas Ad-hoc

Tahun 2024 telah diatur dalam Undang-Undang No 7 Tahun 2017. Badan

penyelenggara pemilu Ad-hoc adalah panitia pemilihan yang bersifat sementara

dengan memiliki tugas, wewenang dan kewajiban menyelenggarakan pemilu

sesuai kewenangan yang diatur oleh UU Pemilu dan UU Pemilihan serta peraturan

KPU. Dengan dibentuknya panwas Ad-hoc ini maka KPU dapat

menyelenggarakan proses tahapan pemilihan di tingkat kecamatan sampai ke desa

dan kelurahan.

Dalam Pemilu 2024 terdapat petugas yang akan mengawasi penyelenggaraan

pemilu di tingkat Kecamatan yang dikenal dengan Panitia Pengawas Pemilu

Kecamatan atau Panwaslu Kecamatan. Panwaslu Kecamatan atau disebut juga

dengan Panwascam adalah panitia yang dibentuk oleh Pawaslu Kabupaten/Kota.

Panwaslu Kecamatan berkedudukan di Kecamatan dan memiliki anggota

sebanyak tiga orang yang tediri atas ketua merangkap anggota dan anggota.

Dalam pelaksanaannya, Panwas Kecamatan berada di bawah Bawaslu,

Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota yang bersifat hierarkis dan bersifat

ad hoc. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No 7 Tahun 2017 dan (Perpu) No 1

Tahun 2022 tentang Perubahan atas UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum. Salah satu kewajiban Panwascam dalam menjalankan tugasnya yaitu

bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenangnya serta menyampaikan

1
2

laporan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada

tingkatan di bawahnya.

Di bawah Panwascam terdapat Panwas Kelurahan/Desa yang dibentuk untuk

mengawasi penyelenggaraan Pemilu di tingkat Kelurahan/Desa. Jumlah Panwas

Kelurahan/Desa merujuk pada Pasal 92 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2017 tentang Pemilu, bahwa jumlah anggota PKD di setiap Kelurahan atau desan

sebanyak satu orang. Anggota Panwas Kelurahan/Desa bersifah ad hoc yang

artinya PKD sebagai penyelenggara Pemilu yang langsung bersentuhan dengan

peserta dan Penyelenggara Pemilu yang bekerja di tingkat bawah bersifat

sementara sekaligus sebagai garda terdepan dalam pengawasan tahapan Pemilu.

Adapun beberapa tugas dan wewenang Panwas Kelurahan/Desa salah satuya

diantaranya yaitu mengwasi pelaksanaan tahapan penyelenggaran Pemilu di

wilayah Kelurahan/Desa serta menerima dan menyampaikan laporan mengenai

dugaan pelanggaraan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai Pemilu kepada Panwascam.

Pemilihan umum adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD),

Presiden dan wakil presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD), yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.
3

Abu Nashr (2004) menjelaskan bahwa pemilihan umum adalah memilih

seorang penguasa, pejabat atau lainnya dengan jalan menuliskan nama yang

dipilih dalam secarik kertas atau dengan memberikan suaranya dalam pemilihan.1

Pemilu merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dan keadilan

semua hak warga negaranya setara dalam pengambilan keputusan, baik dalam hal

mengatur, mempertahankan, melindungi diri bahkan memilih seorang pemimpin

pun bebas dilakukan dan mewujudkan good governance dalam negara demokrasi

sebagaimana ketentuan undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum dengan prinsip langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil.2

Pemilu yang berintegritas adalah pemilu yang baik penyelenggara pemilu,

peserta dan proses serta pemilihannya. Ramlan Surbakti dalam artikel di harian

Kompas pada 14 Februari 2014 berjudul Pemilu Berintegritas dan Adil, menyebut

bahwa pemilu berintegritas atau integritas pemilu (electoral integrity) adalah salah

satu dari enam parameter proses penyelenggaraan pemilu yang demokratis.

Pengawas Pemilu ad hoc merupakan badan penyelenggara yang secara langsung

bersentuhan dengan pemilih dan peserta pemilu karena bekerja di level bawah dan

bersifat sementara. Badan ad hoc merupukan bagian penting dalam

penyelenggaraan Pemilu, karena menjadi ujung tombak dalam penyelenggaraan

pemilu, sebagai garda terdepan dalam melayani pemilih dan peserta serta tulang

punggung demokrasi.3

1
Abu Nashr Muhammad. 2004. Membongkar Dosa-Dosa Pemilu. Jakarta: Prisma Media. Hal 29.
2
UU RI No. 7, Tahun 2017, Tentang Pemilihan Umum
3
Zainuddin. 2007. Perihal Demokrasi Menjelajah Teori dan Praktik Demokrasi Secara Singkat.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal 15.
4

Mengingat perannya yang sangat krusial dalam menghadapi proses tahapan

pemilu, mulai dari tahapan pemutakhiran data dan penyusunan daftar pemilih,

distribusi logistik, pemungutan dan penghitungan suara, hingga pada rekapitulasi

hasil penghitungan suara. Tuga-tugas pengawas pemilu ad hoc merupakan tugas

yang rentan dengan pelanggaran. Berdasarkan observasi dari penyelenggaraan

pemilu dan pemilihan sebelumnya dalam menjalankan tugas, wewenang dan

kewajiban menyelenggarakan pemilu, pengawas pemilu ad hoc kerap kali

melanggar kode etik penyelenggara pemilu dan pelanggaran pemilu lainnya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Bawaslu Kota Medan terkait

dengan penyelenggaraan pemilu pada Pemilu tahun 2019 terjadi banyak

pelanggaran pada tahapan pemilu dimulai dari adanya pelanggaran administrasi

yakni kampanye yang tidak sesuai dengan protokol pencegahan Covid-19.

Kemudian terdapat pelanggaran kode etik yang tidak netral yakni Panwascam

dalam pelaksanaan perekrutan PPS, kasus anggota KPPS terlibat dalam

pembagian uang (money politic) dan pelanggaran lainnya.

Melihat kenyataan dari fakta dan data tersebut diharapkan

penyelenggaraan pemilu tahun 2024 harus berjalan lebih baik sesuai dengan

prinsip jurdil dengan memperkecil penyalahgunaan pelanggaran pemilu. Untuk

mengontrol kemandirian, profesionalitas, dan integritas badan Ad- hoc diperlukan

lagi sebuah strategi yang tepat agar penanganan pelanggaran pemilu dapat

berjalan efektif dan efisien serta pelaksanaan pemilu sesuai dengan peraturan UU

No 7 tahun 2017. Atas dasar tersebut penulis bermaksud untuk melakukan


5

penelitian tentang “Strategi Penanganan Pelanggaran Tahapan Pemilu pada

Pengawas Pemilu Ad-hoc Tahun 2024”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi penangan pelanggaran tahapan pemilu pada pengawas

pemilu ad hoc tahun 2024?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan

strategi penanganan pelanggaran tahapan pemilu pada pengawas pemilu ad

hoc tahun 2024?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan maka

penelitian ini akan difokuskan pada strategi penanganan pelanggaran tahapan

pemilu pada pengawas pemilu ad-hoc tahun 2024. Penelitian ini difokuskan agar

pembahasan yang dituangkan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada dan

dapat lebih terarah.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami strategi penanganan pelanggaran

tahapan pemilu pada pengawas pemilu ad hoc tahun 2024.


6

2. Untuk mengetahui dan memahami faktor pendukung dan penghambat

dalam menerapkan strategi penanganan pelanggaran tahapan pemilu pada

pengawas pemilu ad hoc tahun 2024.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat terhadap beberapa aspek, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

dalam hal pengembangan strategi penanganan pelanggaran tahapan pemilu

pada pengawas pemilu ad-hoc tahun 2024 agar dapat menjadi referensi

bagi penelitian yang lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

kepada pengawas pemilu ad-hoc Provinsi Sumatera Utara khususnya kota

Medan untuk mengatasi pelanggaran tahapan pemilu pada pengawas

pemilu ad-hoc tahun 2024.

3. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk mahasiswa dan

masyarakat umumnya agar mengetahui strategi pelanggaran tahapan

pemilu pada pengawas pemilu ad-hoc tahun 2024 serta bisa menjadi

referensi bacaan baik kalangan akademik dan khalayak umum untuk

menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang sosial politik.


7

F. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan suatu gambaran atau renca yang berisi tentang

penjelasan dari semua hak yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang

berlandaskan pada hasil penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2015)

menjelaskan bahwa kerangka teori merupakan wadah yang menerangkan variabel

atau pokok permasalahan yang terkandung dalam penelitian.4 Teori-teori tersebut

digunakan sebagai bahan acuan untuk pembahasan selanjutnya. Strategi

penanganan pelanggaran tahapan pemilu pada pengawas pemilu ad hoc tahun

2024 selain strategi penanganan yang telah diatur dalam Undang-Undang No 7

Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Namun peneliti juga menggunakan teori

terkait strategi penanganan pelanggaran tahapan pemilu pada pengawas pemilu ad

hoc tahun 2024 dengan menggunakan manajemen strategis yang dikembangkan

oleh David (2002).

1. Undang-Undang No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU

7/2017) adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggta Dewan Perwakilan

Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta

untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan

secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 19945.

4
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
8

Pengawas pemilu ad hoc merupakan panitia penyelenggara pemilihan yang

bersifat sementara yang memiliki tugas, wewenang, dan kewajiban yang diatur

oleh UU Pemilu dan UU Pemilihan serta Peraturan KPU. Dalam peraturan KPU

Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Badan Ad Hoc dalam

Penyelenggaraan Pemilihan Umum disebutkan bahwa badan ad hoc meliputi

Anggota dan Sekretariat Panita Pemungutas Suara (PPS), Kelompok

penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Panitia Pemiliha Luar Negeri (PPLN),

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN), Panitia

Pemutakhiran Data Pemilih/Petugas Pemutakhiran Data Pemilih, Panitia

Pemutakhiran Data Pemilih Luar Negeri dan Petugas Ketertiban Tempat

Pemungutan Suara.

Pengawas pemilu ad hoc menduduki wilayah kerja kecamatan,

Kelurahan/Desa. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan disebut sebagai Panwaslu

Kecamatan yang merupakan panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota

untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu tingkat Kecamatan atau sebutan

lainnya. Anggota panwascam berjumlah tiga orang dan bersifat ad hoc. Sesuai

Pasal 105 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan UmuM,

Panwaslu Kecamatan bertugas:

a. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah kecamatan terhadap

pelanggaran pemilu

b. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kecamatan

c. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah kecamatan


9

d. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan

kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang di wilayah

kecamatan

e. Mengawasi pelaksanaan putusan keputusan di wilayah kecamatan

Kemudian terdapat Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa yang dibentuk

untuk mengawasi Penyelenggaraan Pemilu ditingkat Kelurahan/Desa. Jumlah

Panwaslu Kelurahan/Desa sebagaimana merujuk pada pasal 92 ayat (4) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu bahwa jumlah anggota PKD

disetiap Kelurahan/Desa sebanyak satu orang. Panwaslu Kelurahan/Desa juga

bersifat ad hoc sama seperti panwascam. Sesuai pasal 108 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Panwaslu Kelurahan/Desa

bertugas:

a. Mengawasai pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

Kelurahan/Desa

b. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah Kelurahan/Desa

c. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan

kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini diwilayah

Kelurahan/Desa

d. Mengawasi, memelihara, dan merawat arsip berdasar jadwal retensi arsip

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan

e. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

desa
10

Dalam ketentuan KPU langkah-langkah yang harus diambil dalam menangani

pelanggaran pemilu yaitu dengan mempelajari, menganalisa, dan mengkaji pokok

permasalahan, kemudian menindaklanjutinya dengan memanggil pihak-pihak

yang terkait, memberhentikan sementara terlapor dari jabatannya yang dituangkan

melalui surat keputusan, membentuk tim pemeriksa, mengumpulkan alat bukti,

melaksanakan sidang pemeriksaan, mengkaji jenis pelanggaran kemudian

menjatuhkan sanski kepada pelapor.

2. Manajemen Strategis Oleh David (2002)

Strategi merupakan rencana komprehensif yang digunakan untuk

mempertahankan keberlangsungan organisasi di lingkungan di mana organisasi

tersebut menjalankan aktivitasnya sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.

Kemudian manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan

tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya

organisasi lainnya.

David (2002) menjelaskan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari

tiga tahap, yaitu:

a. Perumusan Strategi

Langkah-langkah dalam perumusan strategi yaitu:

1) Mengembangkan misi

2) Mengenali peluang dan ancaman eksternal

3) Menetapkan kekuatan dan kelemahan internal

4) Menetapkan objektif jangka panjang


11

5) Menghasilkan strategi alternatif

b. Implementasi Strategi

Langkah-langkah dalam implementasi strategi yaitu:

1) Menciptakan struktur organisasi yang efektif

2) Membuat kebijakan-kebijakan

3) Memberikan motivasi kepada anggota/karyawan

4) Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi

c. Evaluasi Strategi (Strategi Evaluation)

Langkah-langkah evaluasi strategi yaitu:

1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi

2) Pengukuran kinerja

3) Mengambil tindakan korektif

G. Kerangka Konsep

Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk memilih pemimpinnya sesuai

dengan asas yang berlaku. Oleh karena itu pemilu harus dilaksanakan dengan adil

dan jujur. Pengawas Pemilu ad hoc merupakan badan penyelenggaraan pemilu

yang bersifat sementara. Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, berikut

ini merupakan kerangka berpikir yang berfungsi sebagai acuan yang digunakan

sebagai dasar dalam kegiatan penelitian. Kerangka berpikir adalah dasar

pemikiran yang memuat perpaduan antara teori dengan fakta, observasi, dan

kajian kepustakaan. Sesuai dengan judul yang diangkat peneliti, maka peneliti

membuat kerangka pemikiran sebagai berikut :


12

Tabel 1 Kerangka Konsep Penelitian


Strategi Penanganan Pelanggaran Tahapan Pemilu pada Pengawas Pemilu Ad-hoc
Tahun 2024

Bawaslu Pusat 1. Pelanggaran


administrasi kampanye
tidak sesuai dengan
Bawaslu Provinsi protokol covid-19
2. Panwascam tidak netral
Bawaslu Kabupaten/Kota 3. Panwascam melakukan
money politik (bagi
uang)

Panwaslu Kecamatan Panwaslu Kelurahan/Desa

Tahapan Pemilu 2024

 Kemandirian
Partai Politik
 Profesionalitas Pelangaran Pemilu
 Integritas

Strategi pencegahan dan penanganan


 Perencanaan
 Implementasi
 Evaluasi

Pengawas Ad-hoc
13

H. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjelaskan maksud dari istilah yang

menjelaskan secara operasional mengenai penelitian yang akan dilaksanakan.

Defenisi operasional ini berisi penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian. Irtanto (2008:55) menjelaskan bahwa definisi adalah pengertian

yang lengkap tentang sesuatu istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi

ciri utama istilah itu.5

Defenisi operasional digunakan untuk memberikan pengertian yang

operasional dalam penelitian. Defenisi ini digunakan untuk menyamakan

kemungkinan pengertian yang beragam antara peneliti dengan orang yang

membaca penelitiannya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, maka definisi

operasional disusun dalam suatu penelitian. Berikut ini diuraikan definisi-definisi

operasional yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Strategi Pengawas Pemilu Od Hoc

Strategi merupakan suatu perencanaan jangka panjang yang disusun untuk

menghantarkan pada suatu pencapaian akan tujuan dan sasaran tertentu. Badan

Ad-Hoc merupakan sebuah badan yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk

membantu pelaksanaan kerja-kerja KPU terkait Pemilu ataupun Pemilihan baik

ditingkat Kecamatan, Desa/Kelurahan maupun tempat Pemungutan Suara (TPS).

Badan Pengawas Pemilu Ad-Hoc memiliki peran penting untuk mengawal

kualitas demokrasi yang bersifat sementara.

5
Irtanto. 2008. Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 55
14

2. Pelanggaran Pemilu

Pelanggaran pemilu adalah tindakan yangg bertentangan atau tidak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan terkait pemilu. Pelanggaran pemilu dapat

berasal dari temuan atau laporan. Hal ini tertuang dalam pasal 454 UU Pemilu.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Upaya Penanganan

Pelanggaran Tahapan Pemilu pada Pengawas Pemilu Ad Hoc

a. Perubahan dari luar maupun dari dalam organisasi

1) Pengaruh dari dalam organisasi

2) Pengaruh dari luar organisasi

b. Kesalahan atau penyimpangan anggota organisasi

1) Pelanggaran yang dilakukan oleh anggota

2) Pelanggaran yang dilakukan oleh peserta pemilu

I. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan tata cara bagaimana suatu penelitian

dilaksanakan. Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang digunakan

dalam mencari, menggali, mengolah, dan membahas data dalam suatu penelitian

untuk memperoleh dan membahas dalam penelitian tersebut6. Jenis penelitian ini

merupakan penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan dilakukan

pada kehidupan yang sebenarnya. Penelitian lapangan dilakukan di lapangan atau

pada responden.

6
Susiadi AS. 2014. Metodologi Penelitian. Lampung: LP2M IAIN Raden Intan Lampung.h19.
15

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

metode kualitatif. Metode ini dipilih karena untuk menyajikan data secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada di lapangan.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggambarkan objek tertentu

dan menjelaskan hal-hal yang terkait dengan atau melukiskan secara sistematis

fakta-fakta atau karakteristik dalam bidang tertentu secara faktual dan cermat.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kantor Bawaslu Kota Medan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dan lengkap, penelitian ini

menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data. Adapun teknik-teknik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara dimana telah

ditetapkan terlebih dahulu masalah dan pertanyaan yang akan diajukan kepada

pihak yang diwawancarai.7 Tujuan diadakannya wawancara dalam penelitian ini

adalah untuk melengkapi dan mengecek ulang data dari hasil observasi di Kantor

Bawaslu Kota Medan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan

mendatangi secara langsung informan penelitian dan menanyakan kepada

informan beberapa hal yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

7
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
16

Wawancara dilakukan secara mendalam untuk memperoleh data langsung melalui

serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait dengan strategi

penanganan pelanggaran tahapan pemilu pada pengawas pemilu ad hoc tahun

2024.

b. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi non-partisipan yaitu jenis

observasi dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dalam setiap aktivitas
8
subyek penelitian. Adapun hal-hal yang akan diamati antara lain strategi

penanganan pelanggaran tahapan pemilu pada pengawas pemilu ad hoc tahun

2024.

c. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan

perkiraan dengan mengambil data yang sudah ada dan tersedia dalam catatan

dokumen.9 Dokumentasi ini diambil untuk memperoleh data-data, foto, serta

catatan lapangan.

8
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
9
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka

Cipta.
17

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisia data dalam penelitian ini menggunakan analisis data

kualitatif. Analisis data kualitatif ini merupakan upaya yang dilakukan dengan

jelas bekerja oleh data, mengoordinasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola. Analisa data memiliki proses sebagai berikut:

a. Mencatat temuan-temuan hasil lapangan.

b. Mengumpulkan dan memilah hasil lapangan yang diperoleh.

c. Berpikir, dan menemukan pola hubungan dalam penelitian.10

J. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan penelitian ini, maka disusun sistematika

penulisan yang terdiri dari limam bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, bab ini membahas mengenai Pendahuluan yang

berisi antara lain tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Pembatasan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Kerangka Konsep,

Defenisi Operasionalisasi Variabel, Metodologi Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS, bab ini membahas tentang dua pokok

permasalahan penelitian mengenai teori yang digunakan.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN, bab ini membahas mengenai

gambaran umum Bawaslu Kota Medan, Visi Misi Bawaslu Kota Medan, Struktur

organisasi dan tugas anggota Bawaslu Kota Medan.

10
Yusuf. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta:
Prenada Media Group. Hal 46
18

BAB IV: HASIL PENELITIAN, bab ini merupakan analisis dari hasil

penelitian yang dilakukan. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai strategi

penanganan pelanggaran tahapan pemilu pada pengawas pemilu od hoc tahun

2024 serta faktor pendukung dan penghambat pengawas pemilu od hoc dalam

upaya penangan pelanggaran tahapan pemilu.

BAB V adalah bab penutup yang berisikan simpulan dan saran. Pada bagian

ini disimpulkan hasil dari pembahasan dan analisa yang dilanjutkan dengan saran

yang disampaikan peneliti.


BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Strategi Penanganan Pelanggaran Tahapan Pemilu pada Pengawas Pemilu

Ad-Hoc Tahun 2024

I. Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai “the art of

the general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam

peperangan. Secara umum strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau

pencapaian tujuan. Dengan demikian strategi tidak hanya menjadi monopoli para

jendral atau bidang militer tetapi telah meluas ke segala bidang kehidupan.

Marrus (2002) mendefenisikan strategi sebagai suatu proses penentuan

rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang

organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan

tersebut dapat dicapai.11 Sedangkan menurut David (2004) menjelaskan bahwa

strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan

utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi

suatu kesatuan yang utuh. Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu

penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu

bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan

kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam

lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.12

11
Marrus.2002.Desain Penelitian Manajemen Strategik.Jakarta:Rajawali Press.
12
Fred David.2004.Manajemen Strategis, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia.

19
20

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

strategi adalah suatu rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapau

tujuan yang diinginkan. Rencana ini meliputi: tujuan, kebijakan, dan tindakan yang

harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan

memenangkan persaingan, terutama perusahaan atau organisasi harus memiliki

keunggulan kompetitif.

Pada dasarnya perang perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang

berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, yang

melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan

pada dasarnya dibagi dua, yaitu fungsi-fungsi pemerintah yang dipegang oleh

pemerinntah dan fungsi-fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat.

Strategi politik diartikan sebagai semua cara, metode, dan teknik yang

digunakan untuk mencapai tujuan politik yang telah dirumuskan. Strategi politik

juga perlu diperhatikan dalam hal-hal yang bersifat fungsional. Misalnya komunikasi

politi, lobi-lobi yang dilakukan, dan penyusunan isu politik. Ketiga hal ini penting

diperhatikan karena memberikan suatu identitas politik.

2. Manajemen Strategi

David mendefenisikan manajemen strategi sebagai seni dan ilmu perumusan,

pelaksanaan, dan pengevaluasian keputusan dalam lintas fungsional yang

memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Manajemen strategi terkadang

merujuk pada perumusan strategi, implementasi, dan evaluasi dengan perencanaan

strategi yang hanya mengacu pada perumusan strategi. Tujuan dari manajemen

strategi adalah untuk memanfaatkan dan menciptakan sesuatu yang baru dan peluang

yang berbeda nantinya.


21

Dalam manajemen strategi terdapat tiga proses yakni perumusan strategi,

implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Ketiga proses ini terjadi pada tiga

tingkatan hirarki dalam organisasi besar, divisi perusahaan atau unit bisnis strategi

dan fungsional. Dengan meningkatkan komunikasi serta interaksi antara manajer dan

anggota manajemen strategi membantu organisasi maupun perusahaan sebagai tim

yang kompetitif.

a. Perumusan Strategi

Yang termasuk dalam perumusan strategi yaitu pengembangan bisi

dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar organisasi,

menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan,

menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif,

dan memilih strategi khusus untuk dilanjutkan. Permasalahan

perumusan strategi dalam politik mencakup memutuskan anggota

legislatif dan pengawas Ad-hoc yang baru, bagaimana

mengalokasikan sumber daya, apakah benar untuk memperluas

jangkauan operasi atau diversifikasi, dan bagaimana untuk

menghindari pelanggaran pemilu pada pengawas Ad-hoc.

b. Implementasi Strategi

Impelementasi strategi memerlukan sebuah perusahaan atau

organisasi untuk menetapkan tujuan tahunan, menyusun kebijakan,

memotivasi anggota, dan mengalokasikan sumber daya sehingga

strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Implentasi strategi

mencakup budaya pengembangan strategi, menciptakan sturktur

organisasi yang efektif, mengarahkan upaya penanganan pelanggaran


22

pemilu, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi, dan

menyiapkan sanksi bagi pelaku pelanggaran.

c. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi.

Evaluasi strategi merupakan cara utama untuk memperoleh informasi

mengenai strategi yang tidak berjalan dengan baik. Terdapat tiga

dasar kegiatan dalam evaluasi strategi, yaitu:

1) Mengulas faktor eksternal dan internal yang merupakan dasar

strategi saat ini.

2) Mengukur kinerja.

3) Mengambil tindakan korektif

Evaluasi strategi dibutuhkan karena kesuksesan dalam menjalan

Pemilu yang Jurdil tahun 2024 tidak lepas dari berbagai masalah

baru dan berbeda sehingga perlu dilakukan evaluasi setiap tahunnya

untuk meminimalisir masalah yang akan timbul.

II. Pemilihan Umum (Pemilu)

Berdasarkan undang-undang dijelaskan bahwa Pemilihan Umum disebut juga

dengan Pemilu adalah sara kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil

Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang

dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.13

13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
23

Ramlan Surbakti (1992) menjelaskan bahwa pemilihan umum (Pemilu) diartikan

sebagai mekanisme penyeleksi dan pendelegasian penyerahan kedaulatan kepada

orang atau partai yang di percayai.14 Sedangkan menurut Ali Moertopo (1974)

menjelaskan bahwa Pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk

menjalankan kedaulatannya sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan

UUD 1945.15

Menurut Prihatmoko, Pemilu dalam pelaksanaannya memiliki tiga tujuan yaitu:

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintah dan

alternatif kebijakan umum (public policy).

2. Pemilu sebagai pemindah konflik kepentingan dari masyarakat kepada

badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau partai yang

memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin.

3. Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakan atau menggalang

dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta

dalam proses politik.16

Bersadarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

pemilu adalah untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan baik di eksekutif

(pemerintah) maupun legislatif, serta untuk membentuk pemerintahan yang

demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan

tujuan nasional sebagai mana diamanatkan dalam UUD 1945.

Berdasarkan undang-undang, dalam pelaksanaan pemilihan umum asas-asas yang

digunakan adalah sebagai berikut:

14
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Grasindo, 1992) hlm 181.
15
Ali Moertopo, Strategi Politik Nasional, (Jakarta: Centre for Strategic and International (CSIS),
1974), HLM 30.
16
Joko J. Prihatmoko, Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi, (Semarang: LP21, 2003) hlm 19
24

1. Langsung

Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih

secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri

tanpa ada perantara.

2. Umum

Umum, berarti pemilihan umum berlakuk untuk seluruh warga negara yang

memenuhi persyaratan, tanpa membeda-membedakan agama, suku, ras,

jenis kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.

3. Bebas

Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai

pemilih pada pemilihan umum bebeas menentukan siapa saja yang akan

dicoblos untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari

siapa pun.

4. Rahasia

Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin kerahasiaan

pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dan tidak dapat

diketahui orang lain.

5. Jujur

Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan Pemilu harus bertindak dan

juga bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.
25

6. Adil

Adil, berrati dalam pelaksanaan Pemilu, setiap pemilih dan peserta

pemilihan umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari

kecurangan pihak mana pun.

III. Tahapan Pemilihan Umum

Tahapan ataupun jadwal pemilihan umum tahun 2024 adalah sebagai berikut:

1. 14 Juni 2022 - 14 Juni 2024, kegiatan yang dilakukan yaitu perencanaan

program dan anggaran

2. 14 Juni 2022 - 14 Desember 2023, kegiatan yang dilakukan yaitu


penyusunan peraturan KPU
3. 14 Oktober 2022 - 21 Juni 2023, kegiatan yang dilakukan yaitu
pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih.
4. 29 Juli 2022 - 13 Desember 2022, kegiatan yang dilakukan yaitu
pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu.
5. 14 Desember 2022 - 14 Februari 2022, kegiatan yang dilaukan yaitu
penetapan peserta Pemilu
6. 14 Oktober 2022 - 9 Februari 2023, kegiatan yang dilakukan yaitu
penetapan jumlah kursi dan penetapatan daerah pemilihan
7. 6 Desember 2022 – 25 November 2023, kegiatan yang dilakukan yaitu
pencalonan DPD
8. 24 April 2023 - 25 November 2023, kegiatan yang dilakukan yaitu
pencalonan anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
9. 19 Oktober 2023 - 25 November 2023, kegiatan yang dilakukan yaitu
pencalonan Presiden dan Wakil Presiden
10. 28 November 2023 - 10 Februari 2024, kegiatan yang dilakukan yaitu
masa kampanye Pemilu
11. Pada tanggal 11 Februari 2024 - 13 Februari 2024 akan ada masa tenang
12. Kemudian pada 14 Februari 2024 - 15 Februari 2024 akan diadakan
pemungutan suara dan penghitungan suara.
26

13. Selanjutnya pada 15 Februari 2024 - 20 Maret 2024 akan ada rekapitulasi
hasil perhitungan suara.
14. Tanggal disesuaikan dengan akhir masa jabatan masing-masing anggota
DPRD kabupaten/kota Pengucapan Sumpah/Janji DPRD
Kabupaten/Kota.
15. Tanggal disesuaikan dengan akhir masa jabatan masing-masing anggota
DPRD provinsi Pengucapan Sumpah/Janji DPRD Provinsi.
16. Dan pada 1 Oktober 2024 akan diadakan pengucapan sumpah/janji DPR
dan DPD.
17. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 2024 diadakan pengucapan
sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden.

B. Penanganan Pelanggaran Tahapan Pemilu pada Pengawas Pemilu Ad-Hoc

Tahun 2024

I. Penanganan Pemilu

Penanganan menurut KKBI artinya proses, cara, perbuatan menangani,

penggarapan. Penanganan merupakan suatu tindakan yang dilakukan dalam

melakukan sesuatu. Penanganan juga dapat berrati proses, cara, perbuatan

menangani sesuatu. Penanganan dalam pemilu merupakan tindakan yang dilakukan

dalam mengatasi pelanggaran pemilu atau sengketa lainnya. Adapun penanagan

dalam pelanggaran Pemilu sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 2017 Tentang

Pemilihan Umum, yaitu sebagai berikut:

1. Pelanggaran Pidana Pemilu (tindak pidana pemilu). Pelanggaran ini ditangani


oleh lembaga sistem peradilan pidana (kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan).
Proses penanganan yaitu laporan pertama diajukan kepada pengawas pemilu
yang kemudian diteruskan kepada polisi yang akan menyidiknya. Kemudian
jiksa menuntut dan pengadilan memeriksa dan memutuskan hasil. Bisa
banding ke Pengadilan Tinggi yang memutus di tingkatan terakhir.
27

2. Sengketa dalam tahapan/proses Pemilu. Pelanggaran ini di tangani oleh


Pengawas Pemilu. Proses penanganannya yaitu diselesaikan melalui proses
ADR, UU Pemilu yang lama (UU No.12/2003 mengatur tahapan dan
mekanisme penyelesaian sengketa ini, sementara dalam UU Pemilu yang baru
(UU No.10/2008 hal ini tidak diatur sehingga diserahkan penyelesaiannya
kepada Pengawas Pemilu.
3. Pelanggaran administrasi Pemilu. Pelanggaran ini ditangani oleh KPU, KPUD.
Proses penanganannya yaitu dilaporkan kepada pengawas Pemilu atau
langsung diterima oleh KPU atau KPUD. Pada pelanggaran administrasi ini
Undang-Undang Pemilu hanya menyatakan bahwa laporan yang merupakan
pelanggaran administrasi diserahkan kepada KPU. Jadi tidak jelas bagaimana
KPU menyelesaikan pelanggaran administrasi ini serta berapa lama KPU dapat
menyelesaikannya
4. Pelanggaran Kode Etik Perselisihan (sengketa) hasil Pemilu. Pelanggaran ini
akan diproses dan ditangani oleh Dewan Kehormatan Mahkamah Konstitusi.
Proses penanganannya yaitu dilaporkan oleh Bawaslu atau Panwaslu, dibentuk
Dewan Kehormatan, pemberian rekomendasi, pelaksanaan rekomendasi
Pasangan calon mengajukan permohonan kepada MK paling lambat 3 x 24 jam
sesudah pengumuman resmi hasil pemilihan umum.
5. Sengketa hukum lainnya yang akan diproses dan tangani oleh
Peradilan Umum atau Peradilan Tata Usaha Negara. Proses penangannya
Tidak diatur dalam UU Pemilu. Di dalam praktik kerap kali dilakukan dengan
proses yang berlaku di Peradilan Tata Usaha Negara (sebagai perkara tata
usaha negara) dan Peradilan Umum (sebagai perbuatan melawan hukum)

Alur penanganan pelanggaran pemilu adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Pelapor, Terlapor, Temuan dan Laporan

a. Pelapor

Pelapor adalah pihak yang berhak melaporkan dugaan pelanggaran Pemilu

yang terdiri dari warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, pemantau

Pemilu, dan/atau peserta Pemilu.


28

b. Terlapor

Terlapor merupakan subyek hukum yang kedudukannya sebagai pihak yang

diduga melakukan Pelanggaran pemilu.

c. Temuan

Temuan adalah hasil pengawasan aktif Pengawas Pemilu yang mengandung

dugaan pelanggaran.

d. Laporan

Laporan Dugaan Pelanggaran adalah laporan yang disampaikan secara

tertulis oleh pelapor kepada Pengawas Pemilu tentang dugaan terjadinya

pelanggaran Pemilu.

2. Syarat laporan

a. Syarat formal

1) Pihak yang berhak melaporkan

2) Waktu pelaporan tidak melebihi ketentuan batas waktu

3) Keabsahan laporan dugaan pelanggaran yang meliputi

4) Kesesuaian tanda tangan dalam formulir laporan dugaan pelanggaran

dengan kartu identitas; dan

5) Tanggal dan waktu pelaporan.

b. Syarat materil

1) Identitas Pelapor

2) Nama dan alamat terlapor

3) Peristiwa dan uraian kejadian

4) waktu dan tempat peristiwa terjadi

5) Saksi-saksi yang mengetahui peristiwa tersebut; dan


29

6) Barang bukti yang mungkin diperoleh atau diketahui.

3. Waktu, Hari pelaporan

Waktu kejadian Pengawas Pemilu berguna dalam melaksanakan kewenangannya

untuk menegakkan hukum pemilu secara materil.

a. Waktu laporan

Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu disampaikan kepada Pengawas

Pemilu sesuai tingkatan dan wilayah kerjanya paling lambat 7 (tujuh) hari sejak

diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran Pemilu.

b. Hari

Hari adalah hari menurut kalender, sedang dalam proses penanganan

pelanggaran pemilu adalah hari kerja

4. Kajian

Dalam proses pengkajian Temuan atau Laporan Dugaan Pelanggaran, Pengawas

Pemilu dapat meminta kehadiran Pelapor, terlapor, pihak yang diduga pelaku

pelanggaran, saksi, dan/atau ahli untuk didengar keterangan dan/atau klarifikasinya

di bawah sumpah. Hasil Kajian Pengawas Pemilu terhadap berkas dugaan

pelanggaran dituangkan dikategorikan sebagai:

a. Pelanggaran Pemilu/pemilihan

b. Bukan pelanggaran Pemilu/pemilihan; atau

c. Sengketa Pemilu/pemilihan.

Dugaan pelanggaran Pemilu sebagaimana dimaksud berupa:

a. Pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu;

b. Pelanggaran administrasi Pemilu; dan/atau

c. Tindak pidana Pemilu.


30

5. Jenis-jenis pelanggaran pemilu

Pelanggaran Pemilu adalah tindakan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan terkait Pemilu.jenis-jenis pelanggaran pemilu adalah

sebagai berikut :

a. Pelanggaran administrasi

Pelanggaran Administrasi Pemilu adalah pelanggaran yang meliputi tata

cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan

Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.

b. Pelanggaran Tindak pidana pemilu

Tindak Pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan

terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

tentang Pemilihan umum dan Undang- Undang tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,

dan Walikota.

c. Pelanggran kode etik pemilu

Pelanggaran Kode Etik adalah pelanggaran terhadap etika Penyelenggara

Pemilu yang berpedoman pada sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas

sebagai Penyelenggara Pemilu.

6. Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu

Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota berwenang menyelesaikan

sengketa proses Pemilu. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota

memeriksa dan memutus sengketa proses Pemilu paling lama 12 (dua belas) hari

sejak diterimanya perrnohonan. Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/

Kota melakukan penyelesaian sengketa proses Pemilu melalui tahapan:


31

a. Menerima dan mengkaji permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu;

dan

b. Mempertemukan pihak yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan

melalui mediasi atau musyawarah dan mufakat.

Dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang bersengketa, Bawaslu,

Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota menyelesaikan sengketa proses Pemilu

melalui adjudikasi. Putusan Bawaslu mengenai penyelesaian sengketa proses Pemilu

merupakan putusan yang bersilat final dan mengikat, kecuali putusan terhadap

sengketa proses Pemilu yang berkaitan dengan:

a. Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu;

b. Penetapan daftar calon tefen anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/kota; dan

c. Penetapan Pasangan Calon.

Dalam hal penyelesaian sengketa proses Pemilu yang dilakukan oleh Bawaslu

tidak diterima oleh para pihak, para pihak dapat mengajukan upaya hukum kepada

pengadilan tata usaha negara. Seluruh proses pengambilan putusan Bawaslu wajib

dilakukan melalui proses yang terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketentuan

lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian sengketa proses Pemilu diatur dalam

Peraturan Bawaslu.

II. Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU)


32

Badan Pengawas Pemilihan Umum yang disingkat Bawaslu adalah lembaga

penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.17 Bawaslu memiliki kewenangan

yang dapat menggabungkan tiga fungsi yang pada umumnya dijalankan secara

terpisah oleh lembaga-lembaga negara, yaitu:

1. Mempuyai fungsi legislasi, dalam hal ini membuat peraturan yang

berlaku secara onternal maupun eksternal, seperti peraturan Bawaslu

tentang penyelesaian sengketa.

2. Mempunyai fungsi eksekutif, yaitu melaksanakan tugas pengawasan, dan

3. Mempunyai kewenangan yang mendekati fungsi yudikatif dalam

menindak beberapa kasus, terutama yang terkait dengan penyelesaian

sengketa.18

Kewajiban Bawaslu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tentang Pemilihan

Umum, yaitu:

1. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenang

2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

Pengawas Pemilu pada semua tingkatan

3. Menyamoaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden dan DPR

sesuai dengan tahapan pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan

kebutuhan

4. Mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih secara

berkelanjutan yang dilakukan oleh KPU dengan memperhatikan data

17
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
18
Gunawas Suswanto, Mengenal Penegak Demokrasi, (Jakarta: Erlangga, 2016) hlm 13.
33

kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

5. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Di bawah Bawaslu Pusat terdapat Bawaslu Provinsi. Bawaslu Provinsi adalah

badan yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi yang

berkedudukan di Ibukota Provinsi. Tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu

Provinsi berdasarkan UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum adalah

sebagai berikut:

(Pasal 97)

Bawaslu Provinsi bertugas:

1. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah provinsi terhadap:

a. Pelanggaran Pemilu; dan

b. Sengketa proses Pemilu

2. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelanggaraan Pemilu di wilayah

provinsi, yang terdiri atas:

a. Pelaksanaan verifikasi partai politik calon peserta Pemilu

b. Pemuktahiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara dan

pemilih tetap,

c. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan

anggota DPRD provinsi

d. Penetapan calon anggota DPD dan calon anggota DPRD provinsi

e. Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye

f. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya


34

g. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu

h. Penghitungan suara di wilayah kerjanya

i. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat

hasil penghitungan suara dari TPS sampai ke PPK

j. Rekapitulasi suara dari semua Kabupaten/Kota yang dilakukan oleh KPU

Provinsi.

k. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan,

dan Pemilu susulan

l. Penetapan hasil Pemilu anggota DPRD.

3. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah provinsi.

4. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan

kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

5. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah provinsi, yang terdiri

atas:

a. Putusan DKPP

b. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu

c. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu

Kabupaten/Kota

d. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota

e. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas semua

pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang ini


35

6. mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan

penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

7. mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

provinsi

8. Mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah provinsi; dan

9. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(Pasal 98)

Dalam melakukan pencegahan pelanggaran pemilu dan pencegahan

sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 huruf

(a), Bawaslu Provinsi bertugas:

1. Mengidentifikasi dan memetakan potensi pelanggaran Pemilu di wilayah

provinsi

2. Mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan

mengevaluasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi

3. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan pemerintah daerah

terkait; dan

4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu di wilayah

provinsi.
36

Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 97 huruf (a), Bawaslu Provinsi bertugas:

1. Menyampaikan hasil pengawasan di wilayah provinsi kepada Bawaslu atas

dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu dan/atau dugaan tindak

pidana Pemilu di wilayah provinsi

2. Menginvestigasi informasi awal atas dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah

provinsi

3. Memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah provinsi

4. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administrasi Pemilu; dan

5. Merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas pelanggaran Pemilu di

wilayah provinsi kepada Bawaslu.

Dalam melakukan penindakan sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 97 huruf (a), Bawaslu Provinsi bertugas:

1. Menerima permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah

provinsi

2. Memverifikasi secara formal dan material permohonan sengketa proses

Pemilu di wilayah provinsi

3. Melakukan mediasi antarpihak yang bersengketa di wilayah provinsi

4. Melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu di wilayah provinsi

apabila mediasi belum menyelesaikan sengketa proses Pemilu; dan

5. Memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah provinsi.


37

(Pasal 99)

Bawaslu Provinsi berwenang:

1. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan

pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan yang

mengatur mengenai Pemilu

2. Memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah provinsi serta

merekomendasikan hasil pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-

pihak yang diatur dalam Undang-Undang ini

3. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan memutus

penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah provinsi

4. Merekomendasikan hasil pengawasan di wilayah provinsi terhadap

pelanggaran netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan

kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini

5. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu

Kabupaten/Kota setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu apabila

Bawaslu Kabupaten/Kota berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau

akibat lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

6. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak yang berkaitan

dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu dan sengketa

proses pemilu di wilayah provinsi

7. Mengoreksi rekomendasi Bawaslu Kabupaten/Kota setelah mendapatkan

pertimbangan Bawaslu apabila terdapat hal yang bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan


38

8. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(Pasal 100)

Bawaslu Provinsi berkewajiban :

1. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

pengawas Pemilu pada tingkatan di bawahnya

3. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu sesuai dengan

tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan;

4. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu berkaitan dengan

dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU Provinsi yang mengakibatkan

terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilu di tingkat provinsi;

5. Mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih secara

berkelanjutan yang dilakukan oleh KPU Provinsi dengan memperhatikan

data kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

6. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Di bawah Bawaslu Provinsi terdapat Bawaslu Kabupaten/Kota. Bawaslu

Kabupaten/Kota merupakan badan yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di

wilayah Kabupaten/Kota. Tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu

Kabupaten/Kota berdasarkan UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

adalah sebagai berikut:


39

(Pasal 101)

Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas:

1. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah kabupaten/kota terhadap:

a. Pelanggaran Pemilu

b. Sengketa proses Pemilu

2. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kabupaten/koya, yang terdiri atas:

a. Pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara dan

daftar pemilih tetap

b. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan

anggota DPRD kabupaten/kota

c. Penetapan calon anggota DPRD kabupaten/kota

d. Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye

e. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya

f. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu

g. Pengawasan seluruh proses penghitungan suara di wilayah kerjanya

h. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat

hasil penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK

i. Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dari

seluruh kecamatan

j. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan

dan Pemilu susulan; dan

k. Proses penetapan hasil Pemilu anggota DPRD Kabupaten/Kota

3. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah kabupaten/kota.


40

4. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan

kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini

5. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah kabupaten/kota, yang

terdiri atas:

a. Putusan DKPP

b. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu

c. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu

Kabupaten/Kota

d. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota; dan

e. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas semua

pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana

diatur di dalam Undang-Undang ini

6. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan

penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

7. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kabupaten/kota

8. Mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah kabupaten/kota; dan

9. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.
41

(Pasal 102)

Dalam melakukan pencegahan pelanggaran Pemilu dan pencegahan sengketa

proses Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 huruf (a), Bawaslu

Kabupaten/Kota bertugas:

1. Mengidentifikasi dan memetakan potensi pelanggaran Pemilu di wilayah

kabupaten/kota

2. Mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan

mengevaluasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota

3. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan pemerintah terkait;

dan

4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu di wilayah

kabupaten/kota.

Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu sebagaimana dimasud dalam

Pasal 101 huruf (a), Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas:

1. Menyampaikan hasil pengawasan di wilayah kabupaten/kota kepada

Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi atas dugaan pelanggaran kode etik

Penyelenggara Pemilu dan/atau dugaan tindak pidana Pemilu di wilayah

kabupaten/kota

2. Menginvestasi informasi awal atas dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah

kabupaten/kota

3. Memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah

kabupaten/kota

4. Memeriksa, mengkaji dan memutus pelanggaran administrasi Pemilu; dan


42

5. Merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas pelanggaran Pemilu di

wilayah kabupaten/kota kepada Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi.

Dalam melakukan penindakan sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 101 huruf (a), Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas:

1. Menerima permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah

kabupaten/kota

2. Memverifikasi secara formal dan material permohonan sengketa proses

Pemilu di wilayah kabupaten/kota

3. Melakukan mediasi antarpihak yang bersengketa di wilayah kabupaten/kota

4. Melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu di wilayah

kabupaten/kota apabila mediasi belum menyelesaikan sengketa proses

Pemilu; dan

5. Memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota

(Pasal 103)

Bawaslu Kabupaten/Kota berwenang:

1. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan

pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai Pemilu

2. Memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota

serta merekomendasikan hasil pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-

pihak yang diatur dalam Undang-Undang ini

3. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan memutus

penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota


43

4. Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil

pengawasan di wilayah kabupaten/kota terhadap netralitas semua pihak yang

dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini

5. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Panwaslu

Kecamatan setelah mendapatan pertimbangan Bawaslu Provinsi apabila

Panwaslu Kecamatan berhalangan sementara akibat dikenai sanksi akibat

lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

6. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam

rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu dan sengketa proses

Pemilu di wilayah kabupaten/kota

7. Membentuk Panwaslu Kecamatan dan mengangkat serta memberhentikan

anggota Panwaslu Kecamatan dengan memperhatikan masukan Bawaslu

Provinsi; dan

8. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

(Pasal 104)

Bawaslu Kabupaten/Kota berkewajiban:

1. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

pengawas Pemilu pada tingkatan di bawahnya

3. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu Provinsi sesuai

dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan

4. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu Provinsi berkaitan

dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota yang


44

mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilu di tingkat

kabupaten/kota

5. Mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih secara

berkelanjutan yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dengan

memperhatikan data kependudukan sesuai dengan ketentua peraturan

perundang-undangan

6. Mengembangkan pengawasan Pemilu partisipasif; dan

7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

III. Pengawas Pemilu Ad-hoc

Pengawas Pemilu Ad-hoc merupakan panitia penyelenggara pemilihan yang

bersifat sementara yang memiliki tugas, wewenang, dan kewajiban yang diatur oleh

UU Pemilu dan UU Pemilihan serta Peraturan KPU. Dalam peraturan KPU Nomor 3

Tahun 2018 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Badan Ad-hoc dalam

Penyelenggaraan Pemilihan Umum disebutkan bahwa badan Ad-hoc meliputi

Anggota dan Sekretariat Panita Pemungutas Suara (PPS), Kelompok penyelenggara

Pemungutan Suara (KPPS), Panitia Pemiliha Luar Negeri (PPLN), Kelompok

Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN), Panitia Pemutakhiran

Data Pemilih/Petugas Pemutakhiran Data Pemilih, Panitia Pemutakhiran Data

Pemilih Luar Negeri dan Petugas Ketertiban Tempat Pemungutan Suara.

Pengawas Pemilu Ad-hoc menduduki wilayah kerja Kecamatan dan

Kelurahan/Desa. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan disebut sebagai Panwaslu

Kecamatan yang merupakan panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota

untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu tingkat Kecamatan atau sebutan lainnya.


45

Anggota Panwascam berjumlah tiga orang dan bersifat Ad-hoc. Adapun tugas,

wewenang dan kewajiban Panwascam sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 2017

Tentang Pemilihan Umum adalah sebagai berikut:

(Pasal 105)

Panwaslu Kecamatan bertugas:

1. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah kecamaan terhadap

pelanggaran Pemilu, yang terdiri atas:

a. Mengidentifikai dan memetakan potensi pelanggaran Pemilu di

wilayah kecamatan

b. Mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan

mengevaluasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan

c. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah daerah terkait

d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu di

wilayah kecamatan

e. Menyampaikan hasil pengawasan di wilayah kecamatan kepada

Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota

atas dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu dan/atau

dugaan tindak pidana Pemilu di wilayah kecamatan

f. Menginvestasi informasi awal atas dugaan pelanggaran Pemilu di

wilayah kecamatan; dan

g. Memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah

kecamatan dan menyampaikannya kepada Bawaslu Kabupaten/Kota.

2. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kecamatan, yang terdiri atas:


46

a. Pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara dab

daftar pemilih tetap

b. Pelaksanaan kampanye

c. Logistik Pemilu dan pendistribusiannya

d. Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara hasil Pemilu di

TPS

e. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan

sertifikat hasil penghitungan suara dari TPS sampai ke PPK

f. Pengawasan rekapitulasi suara di tingkat kecamatan

g. Pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat TPS

sampai ke PPK; dan

h. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu

lanjutan, dan Pemilu susulan.

3. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah kecamatan.

4. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam

kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini di

wilayah kecamatan.

5. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah kecamatan, yang

terdiri atas:

a. Putusan DKPP

b. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu

c. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu

Kabupaten/Kota

d. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota; dan


47

e. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas

semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

6. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan

penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

7. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kecamatan.

8. Mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah kecamatan; dan

9. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(Pasal 106)

Panwaslu Kecamatan berwenang:

1. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan

pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai Pemilu.

2. Memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah kecamatan

serta merekomendasikan hasil pemeriksaan dan pengkajiannya kepada

pihak-pihak yang diatur dalam Undang-Undang ini.

3. Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan melalui Bawaslu

Kabupaten/Kota mengenai hasil pengawasan di wilayah kecamatan

terhadap netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan

kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.


48

4. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Panwaslu

Kelurahan/Desa setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu

Kabupaten/Kota, jika Panwaslu Kelurahan/Desa berhalangan sementara

akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

5. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam

rangka pencegahan dan penindakan pelanggara Pemilu di wilayah

kecamatan.

6. Membentuk Panwaslu Kelurahan/Desa dan mengangkat serta

memberhentikan anggota Panwaslu Kelurahan/Desa, dengan

memperhatikan masukan Bawaslu Kabupaten/Kota.

7. Mengangkat dan memberhentikan Pengawas TPS, dengan

memperhatikan masukan Panwaslu Kelurahan/Desa; dan

8. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(Pasal 107)

Panwaslu Kecamatan berkewajiban:

1. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

pengawas Pemilu pada tingkatan di bawahnya.

3. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu

Kabupaten/Kota sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau

berdasarkan kebutuhan.
49

4. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu Kabupaten/Kota

berkaitan dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPK yang

mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilu di tingkat

kecamatan.

5. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Kemudian terdapat Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa yang dibentuk

untuk mengawasi Penyelenggaraan Pemilu ditingkat Kelurahan/Desa. Jumlah

Panwaslu Kelurahan/Desa sebagaimana merujuk pada pasal 92 ayat (4) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu bahwa jumlah anggota PKD disetiap

Kelurahan/Desa sebanyak satu orang. Panwaslu Kelurahan/Desa juga bersifat ad hoc

sama seperti panwascam.

(Pasal 108)

Panwaslu Kelurahan/Desa bertugas:

1. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kelurahan/desa, yang terdiri atas:

a. Pelaksanaan pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih

sementara, daftar pemilih hasil perbaikan, dan daftar pemilih tetap.

b. Pelaksanaan kampanye

c. Pendistribusian logistik Pemilu

d. Pelaksanaan pemungutan suara dan proses penghitungan suara di

setiap TPS

e. Pengumuman hasil penghitungan suara di setiap TPS


50

f. Pengumuman hasil penghitungan suara dari TPS yang ditempelkan

di sekretariat PPS

g. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan

sertifikat hasil penghitungan suara dari TPS sampai ke PPK

h. Pergerakan suarat tabulasi penghitungan suara dari tingkat TPS dan

PPK; dan

i. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu

lanjutan,, dan Pemilu susulan.

2. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah kelurahan/desa.

3. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam

kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini di

wilayah kelurahan/desa.

4. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip berdasarkan jadwal retensi

arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Mengawasi pelaksanaan sosialiasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kelurahan/desa; dan

6. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(Pasal 109)

Panwaslu Kelurahan/Desa berwenang:

1. Menerima dan menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran

terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang mengatur

mengenai Pemilu kepada Panwaslu Kecamatan.


51

2. Membantu meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait

dalam rangka pencegahan penindakan pelanggaran Pemilu; dan

3. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(Pasal 110)

Panwaslu Kelurahan/Desa berkewajiban:

1. Menjalankan tugas dan wewenangnya dengan adil.

2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

pengawas TPS.

3. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Panwaslu Kecamatan

sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan

kebutuhan.

4. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwaslu Kecamatan mengenai

dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPS dan KPPS yang

mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilu di wilayah

kelurahan/desa; dan

5. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustinus. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta.

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

AS, Susiadi. 2014. Metodologi Penelitian. Lampung: LP2M IAIN Raden Intan

Lampung.

Diba, Farah, dkk. 2021. Strategi Bawaslu Provinsi Sumatera Utara dalam Mencegah

Pelanggaran Pemilihan Umum pada Tahun 2019 Melalui Media Sosial.

Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol 5 No.3.

David, Fred. R. Manajemen Strategik. Alih Bahasa Alexander Sindoro Prehallindo:

Jakarta.

David, Fred. 2005. Manajemen Strategis, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Indeks

Kelompok Gramedia

Halim, Abdul dan Theresia Damayanti. 2007. Teori dan Metode Pengawasan.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Heru, Firmanzah. 2008. Pemilu di Indonesia. Jakarta Timur : Sinar Grafika.

Husein, Afif. 2014. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Droup.

Irtanto. 2008. Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Karim, Ithofiyul Muhammad. 2021. Strategi Badan Pengawas Pemilihan Umum

(BAWASLU) Provinsi Jawa Timur Dalam Mencegah Pelanggaran Pemilihan

Umum (PEMILU) 2019 Melalui Media Sosial. Skripsi. Universitas Islam

Negeri Surabaya.

52
53

Ki Supriyoko. 2007. Hakikat Politik Pendidikan Nasional. Di dalam Ali Murdi

Amnur (ed), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional. Yogyakarta. Pustaka

Fahima.

Marrus. 2002. Desain Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta: Rajawali Press.

Moertopo, Ali. 1974. Strategi Politik Nasional. Jakarta: Centre for Strategic and

International (CSIS).

Muchsan. 1992. Sistem terhadap Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha

Negara di Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Muhammad, Nashr Abu . 2004. Membongkar Dosa-Dosa Pemilu. Jakarta: Prisma

Media.

Nurtjahjo, Hendra.2006. Filsafat Demokrasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Pratama, Adhitya Pratama. 2019. Upaya Bawaslu Kota Samarinda dalam

Pencegahan Pelanggaran Pemilu Anggota Legislatif serta Pemilu Presiden

dan Wakil Presiden Tahun 2019. Journal Ilmu Pemerintahan, 7(3). Hal

1311-1324.

Prihatmoko, Joko. 2003. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi. Semarang: LP21.

Santoso, Topo & Ida Budhiati. 2019. Pemilu Di Indonesia. Jakarta Timur: Sinar

Grafika.

Saputra, Setiawan Jihad. 2019. Strategi Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU)

Untuk Mendorong Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Pemilu

Legislatif Tahun 2019 (Studi Kasus Di Bawaslu Dompu). Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah Mataram. Hal. 2

Saputra. 2019. Strategi Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) Untuk Mendorong

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Pemilu Legislatif Tahun 2019


54

(Studi Kasus di Bawaslu Dompu). Skripsi.Universitas Muhammadiyah

Mataram.

Solihah, Ratnia, dkk. 2018. Pentingnya pengawasan Partisipatif Dalam Mengawal

Pemilihan Umum yang Demokratis. Jurnal Wacana Politik. Vol. 3, No. 1.

Sondang P. Siagan. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo.

Suswanto, Gunawan. 2016. Mengenal Penegak Demokrasi. Jakarta: Erlangga.

Syarifuddin. 2002. Sistem Pengendalian Manajemen: Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Taryono dkk. 2019. Jejak Pengawasan. Boyolali. Kantor Bawaslu Kabupaten

Boyolali.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Tentang Pemilihan Umum.

Widodo, Joko. 2010. Analisis Kebijakan Publik. Malang. Bayumedia.

Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta. Media

Pressindo

Yusuf. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.

Jakarta: Prenada Media Group.

Zainuddin. 2007. Perihal Demokrasi Menjelajah Teori dan Praktik Demokrasi

Secara Singkat. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai