Dikutip dari Web Fakutas Hukum Universitas Indonesia “Kepala Sub Direktorat Tindak Pidana
Korupsi Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI, Totok Suhartoyo, memaparkan tiga hal pembeda
kampanye negatif dengan kampanye hitam. Dari sisi sumber, pelaku kampanye negatif jelas,
sedangkan pelaku kampanye hitam tidak jelas. Dari sisi tujuan, kampanye negatif bertujuan
untuk mendiskreditkan karakter seseorang, dan kampanye hitam bertujuan untuk
menghancurkan karakter seseorang. Kemudian dari sisi kebenaran, kampanye negatif
menggunakan data yang sahih, sementara kampanye hitam datanya tak sahih atau mengada-
ada”
Sanksi Hukuman yang Berlaku
Pasal 280 ayat (1) huruf c UU
Pemilu
setiap pelaksana, peserta dan tim sukses dilarang menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon,
dan/atau Peserta Pemilu yang lain. Pada huruf d memuat larangan menghasut dan mengadu domba
perseorangan ataupun masyarakat dan pada huruf d mengatur larangan kampanye yang mengganggu
ketertiban umum.
Pasal 521 UU Pemilu
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja
melanggar larangan dalam Pasal 280 ayat (1) huruf a,b,c,d,e,f,g,h,i, atau j, dipidana O
penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak 24 juta rupiah
Pasal 15 KUHP
barangsiapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berkelebihan
atau yang tidak lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya patut dapat
menduga bahwa kabar demikian akan atau sudah dapat menerbitkan
keonaran di kalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggi,
tingginya dua tahun.
Lanjutan Sanksi Hukuman yang Berlaku
Pasal 14 ayat (1) KHUP
barangsiapa, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran
dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun. Sementara pada
ayat (2)-nya berbunyi, barangsiapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan yang dapat
menerbitkan keonaran di kalangan rakyat, sedangkan la patut dapat menyangka bahwa berita atau
pemberitahuan itu adalah bohong, dihukum dengan penjara setinggi-tingginya tiga tahun.
Pasal 310
barangsiapa melakukan kejahatan menista atau menista dengan tulisan, dalam hal ia diizinkan
untuk membuktikan tuduhannya itu, jika ia tidak dapat membuktikan dan jika tuduhan itu
dilakukannya sedang diketahuinya tidak benar, dihukum karena salah memfitnah dengan hukum
penjara selama-lamanya empat tahun
Lanjutan Sanksi Hukuman yang Berlaku
Pasal 311
barangsiapa sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan jalan menuduh
dia melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata akan tersiarnya tuduhan itu,
dihukum karena menista, dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan
Pasal 490
Setiap kepala desa atau sebutan lain yang dengan sengaja membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan
yang menguntungkan atau merugikan salah satu Peserta Pemilu dalam masa Kampanye, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 42 Tahun 2004, terhadap pelanggaran
berbagai jenis larangan kepada PNS dikenakan sanksi moral, Tindakan administratif dapat berupa sanksi
hukuman disiplin ringan maupun hukuman disiplin berat sesuai dengan pertimbangan Tim Pemeriksa
Ancaman Hukuman Disiplin Tingkat Sedang berupa: i) penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
(satu) tahun; ii) penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan iii) penurunan pangkat
setingkat lebih rendah selama 1 (satu)
Hukuman Disiplin Tingkat Berat berupa: i) penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 3 (tiga) tahun; ii) pemindahan dalam rangka penurunan pangkat
setingkat lebih rendah; iii) pembebasan dari jabatan; dan iv) atau pemberhentian
dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS
Pasal 495 ayat (1) UU 7/2017
Setiap aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, kepala desa, perangkat desa, dan/ atau anggota badan permusyawaratan desa yang
melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (3) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
rupiah)
1. Pasangan Calon, calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi,, DPRD kabupaten/kota, pelaksana kampanye, dan/atau
tim kampanye dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk memengaruhi penyelenggara
Pemilu dan/atau Pemilih.
2. Pasangan Calon serta calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang terbukti melakukan
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan rekomendasi Bawaslu dapat dikenai sanksi administratif
pembatalan sebagai pasangan calon serta calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota oleh
KPU
Sanksi Kampanye Pemilu di Tempat Ibadah
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim kampanye pemilu dengan sengaja melanggar
larangan pelaksanaan kampanye pemilu pidana penjara paling lama 2 tahun dan
denda paling banyak Rp 24.000.000
Sanksi Bagi yang Melakukan Kampanye pada Masa
Tenang
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan Kampanye Pemilu di luar jadwal yang telah
ditetapkan oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk setiap Peserta Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 276 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)
Pasal 491 UU 7/2017
Setiap orang yang mengacaukan, menghalangi, atau mengganggu jalannya Kampanye Pemilu
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)
Pelanggaran Pemilu tahun 2019 yang terjadi di Sulawesi
Utara ada 260 laporan dugaan pelanggaran
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mencatat,
Pemilu 2019 di Sulawesi Utara. Dari jumlah itu, sebanyak 41 laporan berasal dari
Kota Manado, Sebanyak 31 laporan berasal dari Kabupaten Kepulauan Siau
Taulandang Biaro, 25 laporan berasal dari Bolaang Mongondow Timur, 22 laporan
berasal dari Minahasa Selatan, 21 laporan berasal dari Bolaang Mongondow,
sedangkan Kota Bitung sendiri hanya 12 laporan dugaan pelanggaran pemilu 2019,
kabupaten minahasa menjadi yang paling sedikit pelanggaran yang hanya 7 laporan.
Adapun, pihak yang paling banyak dilaporkan pada Pemilu 2019 di Sulawesi Utara adalah calon
legislatif, yakni 73 orang. Setelahnya ada petugas pemilu sebanyak 61 orang, Aparatur Sipil
Negara (ASN) 57 orang, dan pihak dari partai politik 29 orang (Sumber : databoks.katadata.co.id)
Membangun Sinergitas Pikada
Untuk menjawab potensi permasalahan yang muncul di Pikada serentak, maka jawaban kuncinya adalah mutlak
dilakukan sinergi dan sinergitas antara semua komponen yang terlibat dalam Pilkada. Sinergi sering diartikan
sebagai upaya membangun dan memastikan hubungan kerjasama yang produktif dan kemitraan yang harmonis
untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan berkualitas. Sedangkan sinergitas diartikan sebagai proses
memadukan beberapa aktivitas dalam rangka mencapai suatu hasil yang baik dan maksimal.
Dengan penyelenggara adhoc (PPK/PPS/KPPS)
langkah yang dilakukan adalah; (a) membangun forum konsultasi secara rutin; (b) memberikan bimbingan
teknis terkait peraturan KPU, sosialisasi, dan mekanisme monitoring dan evaluasi; (c) memastikan proses dan
hasil kerja penyelenggaran adhoc adalah transparan, aluntabel, bersih dan menutup peluang sekecil apapun
untuk kecurangan atau manipulasi, dan (d) membuat mekanisme pengaduan dan tanggapan masyarakat