Anda di halaman 1dari 19

1

PROPOSAL TESIS

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA MONEY


POLITICS PADA PEMILU PILKADA DI PALEMBANG

A. LATAR BELAKANG

Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang

baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia

menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian

bisa dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk

pelanggaran kampanye. Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau

bahkan pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik

uang dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang, sembako antara lain

beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati

masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan.

Masyarakat Indonesia telah selesai menyelenggaraan pesta rakyat yaitu

Pemilu (Pemilihan Umum) pada tanggal 9 April 2014. Pemilu yang

diselenggarakan 9 April 2014 merupakan pemilihan para anggota dewan legislatif

dan Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 yang akan memilih Presiden dan

Wakil Presiden. Pengertian Pemilu dimuat pada Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum, dengan bunyinya yaitu:

Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan


secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2

Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Untuk dapat sebuah kursi jabatan tentu saja

para calon legislatif (caleg) haruslah memiliki dukungan dan suara pada saat

Pemilu agar calon bisa menduduki kursi legislatif yang katanya bahwa mereka itu

mengatasnamakan kepentingan rakyat. Namun dalam hal ini banyak cara yang

dilakukan oleh para calon legislatif tersebut, mulai dari kampanye ke jalan-jalan,

memasang poster-poster foto yang tujuannya agar masyarakat mengenalnya.

Selain itu tidak sedikit dari caleg berkampanye dengan cara memberi janji kepada

rakyat seperti akan dibangunkan rumah ibadah, akan memperbaiki jalanan yang

rusak yang pada intinya mereka mengumbar janji untuk mengambil hati rakyat.

Hal yang paling parah yaitu dilakukannya money politics oleh caleg.

Money politics diantaranya berupa tindakan membagi-bagi uang (entah

berupa uang milik partai atau pribadi). Artinya tindakan money politics itu

dilakukan secara sadar oleh pelakunya. Praktik money politics dapat disamakan

dengan uang sogok alias suap. Menurut Pendapat Rusdjdi Hamka, praktik money

politics tidak berbeda dengan suap, haram hukumnya 1.

Money politics termasuk tindak pidana dimana terdapat 5 pasal KUHP

mengenai tindak pidana “Kejahatan Terhadap Pelaksanaan Kewajiban dan Hak

Kenegaraan” yang ada hubungannya dengan pemilihan umum. Pelanggaran

terhadap tindak pidana pemilu tahun 2014 ini yang dilanggar adalah Pasal 73 ayat

1
Indra Ismawan, 2009, Money Politics Pengaruh Uang Dalam Pemilu, Yogyakarta:
Penerbit Media Presindo, hal. 4.
3

(3) (3) Undang-Undang Pemilu No.3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum,

dinyatakan bahwa:

Barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum


menurut undang-undang ini dengan pemberian atau janji menyuap
seseorang, baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk
memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu,
dipidana dengan pidana hukuman penjara paling lama tiga tahun.
Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap berupa
pemberian atau janji berbuat sesuatu.

Selanjutnya, Pasal 139 ayat (2) Undang-Undang RI No. 12 tahun 2003

tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di dalam Ketentuan

Pidana menyebutkan bahwa :

Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang


kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau
memilih peserta pemilu tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan
cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua bulan) atau paling lama
12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu
juta rupiah) atau paling banyak Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Secara jelas undang-undang telah mengatur perbuatan money politics

termasuk tindak pidana dan secara jelas pula sanksi-sanksi bagi pelakunya. Akan

tetapi padanya kenyataannya oleh Mohmammad Mujab dianggap belum efektif.

Karena masih banyak kasus praktik money politics yang terjadi di lapangan tapi

belum diperkarakan. Undang-Undang Pemilihan Umum belum tegas menindak

praktik politik uang karena belum dapat menjerat para caleg secara hukum. 2

2
Mohammad Mujab, 2014, Haram Hukum Money Politik Karena Melanggar UU
Negara,dalam http://samansamin.wordpress.com/2013/05/24/haram-hukum-money-politik-karena-
melanggar-uu-negara/ diunduh 22 Januari 2018, pukul 10.26 WIB.
4

Seperti apa yang dikatakan oleh Riyas Rasyid penggagas Otonomi Daerah,

bahwa money politics seperti tersamarkan, hanya terdengar suara, namun untuk

membuktikan siapa yang melakukan sangatlah sukar. Karena bagaimanapun si

penerima uang dari calon yang akan dipilih tidak akan berani untuk buka mulut,

disebabkan adanya Undang-Undang yang mengatur, si pemberi dan si penerima

sama sama melakukan korupsi dan diancam dengan hukuman penjara.3

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana sebagai produk hukum nasional pengganti HIR yang

memliki 11 (sebelas) asas dalam upaya penegakan hukum tersebut dalam

pelaksanaannya masih ditemui adanya berbagai kendala, hambatan terutama yang

menyangkut masalah peran dan perlindungan masyarakat dalam proses penegakan

hukum. Masih sering ditemui dalam proses penegakan hukum, banyak hal dan

tindakan aparatur yang dirasa merugikan masyarakat, saksi korban, saksi-saksi

lain maupun kelompok masyarakat tertentu4.

Hal ini sesuai dengan peristiwa yang terjadi di Palembang. Sebagian besar

calon anggota legislatif telah melakukan pelanggaran Pasal 77 ayat 1 dan 2 UU 12

tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

1. Selama masa kampanye sampai dilaksanakan pemungutan suara, calon


anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dilarang

3
Luqman Hakim, 2014, Pakar nilai UU Pemilu belum tegas tindak politik uang dalam
http://www.antaranews.com/berita/426408/pakar-nilai-uu-pemilu-belum-tegas-tindak-politik-uang.
diunduh 22 Januari 2018, pukul 23:20 WIB.
4
Soejono, Soekamto, 1996, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta:
Rineka Cipta, hal. 1.
5

menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk


mempengaruhi pemilih.
2. Calon yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinyatakan batal sebagai calon oleh KPU/KPU Provinsi/KPU
Kabupaten/ Kota.
Pelanggaran tersebut termasuk pelanggaran tindak pidana dan calon

legislatif akan mendapat sanksi administratif yang dijelaskan pada Pasal 139 ayat

(2) UU RI No. 12 tahun 2003, telah dikemukakan sebelumnya, yang intinya

bahwa calon legislatif dilarang memberi atau menjanjikan uang kepada seseorang

untuk menggunakan hak pilihnya. Apabila hal tersebut dilakukan oleh calon

legislatif akan diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua bulan) atau

paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,-

(satu juta rupiah) atau paling banyak Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana bentuk- bentuk money politics pada pemilu pilkada yang

terjadi di Palembang ?

2. Bagaimana penanganan kasus money politics yang dilakukan oleh aparat

kepolisian ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun Tujuan dari Penelitian ini :

1. Tujuan Deskriptif (Gambaran)

Tujuan deskriptif dimaksudkan untuk memaparkan identifikasi dan

efektivitas hukum , tentang bentuk- bentuk money politics dalam pemilu pilkada

yang terjadi di Palembang.


6

2. Tujuan Kreatif (Analisis)

Tujuan Kreatif dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai Bentuk

Perlindungan penangan kasus money politics yang dilakukan oleh aparat

kepolisian yang terjadi di Palembang.

3. Tujuan Inovatif (Pengembangan/Pembaharuan)

Tujuan Inovatif dimaksudkan untuk mengetahui cara Penanggulangan kasus

money politics sehingga pemilu pilkada tidak ada kecurangan apapun.

D. KEGUNAAN/ MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian dini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Kegunaan/Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan (dunia akademis), dan penelitian selanjutnya di bidang hukum

Pidana.

2. Kegunaan/Manfaat Praktis

Sebagai bahan informasi bagi aparat pemerintah agar menimalisasikan

money politics dalam pemilu pilkada di Palembang.

3. Kegunaan/Manfaat inovatif

Sebagai bahan untuk penanggulangan money politics yan dilakukan oleh

aparat kepolisian di Palembang.


7

E. KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL

1. Kerangka Teoritis

Penulisan tesis ataupun penelitian sangatlah membutuhkan suatu teori

sebagai dasar pemikiran. Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang

sebenarnya merupakan acuan dari hasil penelitian yang pada dasarnya bertujuan

untuk mengidentifikasikan terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan oleh

peneliti.5 Teori yang digunakan di dalam penulisan tesis ini adalah teori-teori yang

berhubungan dengan pengaturan tentang penegakan hukum pidana terhadap

bentuk- bentuk money politics serta cara penanganan yang dilakukan oleh aparat

kepolisian yang terjadi di Palembang.

a) Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum pada hakekatnya merupakan upaya menyelaraskan nilai-

nilai hukum dengan merefleksikan di dalam bersikap dan bertindak di dalam

pergaulan, demi terwujudnya keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan

keadilan dengan menerapkan sanksi-sanksi 6.

Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-

undangan, walaupun di dalam kenyataannya di Indonesia kecenderungannya

adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu populer. Selain itu

ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai

pelaksana keputusan-keputusan hakim. Pendapat yang agak sempit tersebut

5
Paulus Hadisuprapto, 2008, Makalah Metode Penelitian Hukum, disajikan dalam
Rangka DIKLAT MPH diselenggarakan Fak.Hukum Univ.Swadaya Gunung Jati Cirebon.
6
ibid
8

mempunyai kelemahan-kelemahan, sebab pelaksanaan perundang-undangan atau

keputusan-keputusan hakim tersebut malah mengganggu kedamaian di dalam

pergaulan hidup.7

Dalam kerangka penegakan hukum, khusus penegakan hukum pidana terdiri

dari tiga tahap, yaitu:

1. Tahap formulasi, adalah tahap penegakan hukum pidana in abstacto oleh


badan pembentuk undang-undang. Dalam tahap ini pembentuk undang-
undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan
keadaan dan situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian
merumuskan dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk
mencapai hasil perundang-undangn pidana yang baik. Tahap ini dapat juga
disebut dengan tahap kebijakan legislasi.
2. Tahap aplikasi, tahap penegakan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak
hukum mulai dari kepolisisan, kejaksaan, hingga pengadilan. Dalam tahap
ini aparat penegak hukum menegakkan serta menerapkan peraturan
perundangan pidana yang dibuat oleh badan pembentuk undang-undang.
Dalam melaksanakan tugas aparat penegak hukum harus memegang teguh
nilai-nilai keadilan dan manfaat. Tahap kedua ini disebut tahap kebijakan
yudikatif.
Tahap eksekusi, yaitu tahap penegakan hukum pidana secara konkret oleh

aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan aturan yang telah dibuat oleh

pembentuk undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh

pengadilan.8

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.

Sehubungan dengan pandangan diatas menurut Soerjono Soekanto ada

beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu:

7
Titik Triwulan Tutik,2009 Pengantar Ilmu Hukum (cetakan kedua) , Jakarta: Prestasi
Pustaka.
8
Yunanto Ari dan Helmi, 2010, Hukum Pidana. Yogyakarta : CV Andi Offse.
9

1. faktor hukumnya sendiri


2. faktor penegak hukum
3. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4. faktor masyarakat
5. faktor kebudayaan9

1. Faktor Perundang-Undangan

Substansi hukum, hukum diciptakan oleh lembaga-lembaga yang

berwenang, sebagai contoh Undang-undang di buat oleh DPR, dalam menciptakan

substansi atau isi hukum tersebut DPR sebagai lembaga yang diberi wewenang

harus memperhatikan apakah isi undang-undang itu betul-betul akan memberikan

keadilan,kepastian hukum dan kemanfaatan bagi masyarakat atau justru di

buatnya hukum akan semakin membuat ketidakadilan dan ketidakpastian dan

malah merugikan masyarakat.

Salah satu asas dalam hukum pidana menentukan, bahwa tiada perbuatan

yang dilarang dan diancam dengan pidana jikalau hal itu terlebih dahulu belum

dinyatakan dalam suatu aturan perundang-undangan (asas legalitas). Maka untuk

itu substansi hukum sangat penting sekali. Menurut Muladi bahwa secara

operasional perundang-undangan pidana mempunyai kedudukan strategis

terhadap sistem peradilan pidana. Sebab hal tersebut memberikan defenisi tentang

perbuatan-perbuatan apa yang dirumuskan sebagai tindak pidana.

1) Faktor Penegak Hukum

9
Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum,(cetakan ketiga) Jakarta: Rajawali Press.
10

Struktur hukum dimaknai para pelaku penegak hukum, sebagaimana yang di

sampaikan oleh bagirmanan bahwa penegak hukum ada dua yaitu penegak hukum

yang pro yustitia dan penegak hukum yang non pro yustitia, penegakan hukum

pro yustisia adalah Hakim, Jaksa, Polisi dan advokat, sedangkan yang non pro

yustisia dilingkungan bea cukai, perpajakan, lembaga pemasyarakat. Para penegak

hukum ini memegang peranan yang sangat penting di tangan merekalah hukum di

tegakkan, mereka harus memiliki komitmen moral yang kuat dalam penegakan

hukum. Aparat penegak hukum harus memiliki kemampuan lebih di dalam

melakukan penyidikan, pembuktian baik pada pemeriksaan pendahuluan maupun

dalam proses peradilan. Pengetahuan dan wawasan yang luas atas delik materiel

maupun peristiwa hukumnya serta kedisiplinan dan dedikasi yang tinggi dalam

melaksanakan pemidanaannya.

2) Faktor Infrastruktur Pendukung Sarana dan Prasarana

Faktor sarana dan prasarana, penegakan hukum membutuhkan sarana-

prasarana seperti bagi polisi peralatan yang memadai dan tentunya bisa

digunakan, apa jadinya jika dalam penegakan lalu lintas motor yang digunakan

untuk patroli motor yang sudah usang, atau dalam penyusunan berkas masih

menggunakan mesin ketik manual, sarana dan prasarana ini tentu berkaitan

dengan anggaran, maka anggaran untuk penunjang benar- benar dimanfaatkan

untuk itu.
11

3) Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dapat

mempengaruhi penegakan hukum di mana peraturan hukum berlaku atau

diterapkan. Bagian terpenting dari masyarakat yang menentukan penegakan

hukum adalah kesadaran hukum masyarakat.

4) Faktor Kebudayaan

Budaya hukum masyarakat tidak kalah penting dengan faktor-faktor yang

lain, faktor budaya hukum masyarakat ini juga memiliki pengaruh dan memainkan

peranan yang penting dalam proses penegakan hukum terhadap tindak pidana

Penegakan hukum bukanlah diruang hampa, penegakan hukum dilakukan di

tengah-tengah masyarakat, maka untuk itu penegakan hukum tidak akan dapat

berjalan dengan baik jika masyarakat tidak mendukung, partisipasi masyarakat

sangat dibutuhkan, partisipasi itu dapat dilakukan dengan aktif untuk mematuhi

hukum dan juga jika ada pelanggaran hukum dapat melaporkan kepada yang

berwenang. Masyarakat juga harus aktif melakukan pengawasan terhadap penegak

hukum agar tidak terjadi penyimpangan dalam penegakan hukum.

2. Kerangka Konseptual
12

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan

natara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan

dengan istilah-istilah yang ingin diteliti atau ingin diketahui.10

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam

lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum yang berhubungan dengan masyarakat

dan bernegara. Penegakan hukum dalam negara dilakukan secara preventif dan

represif. Penegakan hukum berkaitan erat dengan ketaatan bagi pemakai dan

pelaksana peraturan perundang-undangan, dalam hal ini baik masyarakat maupun

penyelenggara negara yaitu penegak hukum11 .

a. Penegakan hukum

Penegakan hukum adalah proses pemungsian norma-norma hukum secara

nyata sebagai pedoman perilaku atau hubungan–hubungan hukum dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Stabilitas politik dan keamanan hanya dapat tegak bila aturan hukum

berjalan dengan semestinya. Keragu-raguan dan lemahnya penegakkan hukum

akan membuat negara jatuh pada kondisi ketidakpastian dan instabilitas. Karena

itu, PK Sejahtera bertekad untuk memelopori tegaknya supremasi hukum di

Indonesia, dimana:

(1) pemerintah dan semua anggota masyarakat terikat oleh hukum;

10
Ibid, hlm.132.
11
Shahrul Machmud. 2012. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Graha ilmu.
Yogyakarta. Hal. 132
13

(2) setiap orang diperlakukan sama di hadapan hukum;

(3) kemuliaan manusia diakui dan dilindungi oleh hukum; dan

(4) keadilan terjangkau oleh semua warga tanpa kecuali.

Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan perundang-undangan yang

transparan, hukum yang adil, penegakan hukum yang dapat diprediksi, dan

tanggung jawab pemerintah untuk menjaga ketertiban. PK Sejahtera

berkeyakinan, bahwa strategi penegakan hukum harus diawali dengan

membersihkan aparat penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif, sesuai

dengan pepatah, “hanya sapu bersih yang dapat membersihkan lantai kotor”.

Sebab, penegakan hukum sangat bergantung pada aparat yang bersih, baik di

kepolisian, kejaksaan, kehakiman dan seluruh jajaran birokrasi yang menjalankan

fungsi-fungsi penegakan hukum tersebut. Korupsi dan penyalahgunaan

kewenangan telah merasuki berbagai sektor kehidupan masyarakat. Mulai dari

pelayanan publik yang rutin, pengadaan barang dan jasa, hingga perumusan

kebijakan publik diwarnai dengan gejala penyelewengan. Korupsi legislatif dan

pimpinan daerah menjadi fenomena yang makin banyak ditemukan. Virus korupsi

yang semula terpusat, bersama dengan penyelenggaraan otonomi daerah kini

menyebar ke seluruh wilayah dan pelosok negeri, termasuk pula proses pemilihan

anggota legislatif dan eksekutif penuh dengan aroma politik uang. Akibatnya,

kebijakan yang dihasilkan tidak aspiratif, anggota legislatif atau pejabat eksekutif

yang terpilih tidak representatif, dan pelayanan publik yang diberikan tidak

optimal. Belum lagi terhitung dana haram yang diputar dalam pencucian uang,
14

sehingga membuat perekonomian negara terkendala berat. Bahkan, virus KKN

menyebar hingga lembaga-lembaga hukum dan penegak keadilan.12

b. Tindak Pidana

Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman

(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan

tersebut dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh

suatu aturan dilarang dan diancam pidana. Asal saja dalam pidana itu diingat

bahwa larangan ditunjukkan pada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian

yang ditimbulkan oleh kelakuan orang yang menimbulkan kejadian itu)”.13

c. Money Politics

Suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak

menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya

dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian bisa dilakukan

menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk pelanggaran

kampanye. Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau bahkan

pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik uang

dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang, sembako antara lain beras,

minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati

masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan.14

12
https://sasmitasmansa.wordpress.com/2011/12/07/pengertian-penegakan-hukum/
diakses pada tanggal 11 Januari 2019 Pukul 11.09 WIB
13
Moeljatno, 2009, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakrta : Rineka Cipta, cetakan delapan,.
14
https://id.wikipedia.org/wiki/Politik_uang diakses pada tanggal 19 Januari 2019 Pukul
12.00 WIB
15

d. Pemilu Pilkada

Dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang

memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan

wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud

mencakup:

1. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi


2. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten
3. Wali kota dan wakil wali kota untuk kota 15

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan tesis ini adalah

jenis penelitian deskriptif analitis. Deskriptif yaitu menggambarkan gejala-

gejala di lingkungan masyarakat terhadap suatu kasus yang diteliti,

pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kualitatif yang merupakan

tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Digunakan

pendekatan kualitatif oleh penulis bertujuan untuk mengerti atau

memahami gejala yang diteliti.16 Penelitian deskriptif analitis yaitu suatu

penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti

mungkin.

2. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan
yuridis empiris yaitu suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk
melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya

15
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_daerah_di_Indonesia diakses pada
tanggal 19 Januari 2019 Pukul 12.00 WIB
16
Soerjono Soekanto, 2012, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
Hlm. 10
16

hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini


meneliti orang dalam hubungan hidup di masyarakat maka metode
penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum
sosiologis. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum yang diambil dari
fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan
pemerintah.17

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan disusun untuk mempermudah pemahaman mengenai

penulisan secara keseluruhan yang dirinci sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang dari permasalahan yang

diselidiki, perumusan masalah dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian,

kerangka teoritis dan konseptual yang dipergunakan, serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi pemahaman mengenai penanggulangan hukum, tindak pidana

monry politics, bentuk – bentuk money politics yang dilakukan dalam pemilu

pilkada di Palembang.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang metode yang digunakan di dalam penulisan tesis ini

yaitu langkah-langkah atau cara-cara yang dipakai di dalam penelitian antara lain

17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian Hukum Normatif, Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Hlm.13.
17

memuat pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan narasumber,

metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan jawaban mengenai permasalahan yang penulis teliti

yaitu mengenai bentuk money politics dalam pemilu pilkada serta penanganan

untuk mencegah terjadinya money politics pada pemilu pilkada di Palembang.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dan menguraikan kesimpulan dan saran-

saran penulis dalam kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis ingin lebih banyak

mengetahui tentang bentuk- bentuk money politics yang terjadi pada pemilu

pilkada serta pengananan langsung oleh pihak kepolisian untuk menanggulangi

terjadinya money politics pada pemilu pilkada di Palembang. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul : “Penegakan Hukum

Terhadap Tindak Pidana Money Politics Pada Pemilu Pilkada Di

Palembang”.
18

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

BUKU

Indra Ismawan, 2009, Money Politics Pengaruh Uang Dalam Pemilu,


Yogyakarta: Penerbit Media Presindo.

Soejono, Soekamto, 1996, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia,


Jakarta: Rineka Cipta.

--------------------, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum,(cetakan ketiga) Jakarta: Rajawali Press.

--------------------, 2012, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas


Indonesia.

----------------------- dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

Paulus Hadisuprapto, 2008, Makalah Metode Penelitian Hukum, disajikan dalam


Rangka DIKLAT MPH diselenggarakan Fak.Hukum Univ.Swadaya
Gunung Jati Cirebon.

Moeljatno, 2009, Asas-Asas Hukum Pidana(cetakan delapan), Jakrta : Rineka


Cipta.

Shahrul Machmud. 2012. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Graha ilmu.


Yogyakarta

Titik Triwulan Tutik,2009, Pengantar Ilmu Hukum (cetakan kedua) , Jakarta:


Prestasi Pustaka.

Yunanto Ari dan Helmi, 2010, Hukum Pidana. Yogyakarta : CV Andi Offse.

WEBSITE

Mohammad Mujab, 2014, Haram Hukum Money Politik Karena Melanggar UU


Negara,dalam http://samansamin.wordpress.com/2013/05/24/haram-
hukum-money-politik-karena-melanggar-uu-negara/ diunduh 22 Januari
2018, pukul 10.26 WIB.
19

Luqman Hakim, 2014, Pakar nilai UU Pemilu belum tegas tindak politik uang
dalam http://www.antaranews.com/berita/426408/pakar-nilai-uu-pemilu-
belum-tegas-tindak-politik-uang. diunduh 22 Januari 2018, pukul 23:20
WIB.

https://sasmitasmansa.wordpress.com/2011/12/07/pengertian-penegakan-hukum/
diakses pada tanggal 11 Januari 2019 Pukul 11.09 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Politik_uang diakses pada tanggal 19 Januari 2019


Pukul 12.00 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_daerah_di_Indonesia diakses pada


tanggal 19 Januari 2019 Pukul 12.00 WIB

UNDANG- UNDANG

Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang- Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota


Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.

Anda mungkin juga menyukai