Anda di halaman 1dari 44

1

Teori Pembangunan Politik


Kuliah ke-9 Peng Perbandingan Politik
Tgl 20-11- 2010

I. LATAR BELAKANG
Studi pembangunan politik (political development)
mengalami perkembangan yang pesat di Amerika sejak
dasawarsa lima puluhan. Perkembangan pembangunan politik
yang pesat dikarenakan oleh minat pemerintah Amerika dan para
ilmuwan politiknya untuk mengadakan penelitian di negara-negara
Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Jika pemerintah Amerika Serikat didorong oleh alasan-


alasan politik , yaitu agar negara-negara baru menjadi demokratis
dengan dikenalkan kepada kapitalisme modern dan demokrasi
liberal dan tidak jatuh berada dibawah pengaruh Uni Sovyet
(dalam perang dingin), maka para ilmuwan politik didorong oleh
rasa keingintahuannya sebagai ilmuwan. Hal-hal tersebut telah
melahirkan penelitian dibidang ilmu politik diberbagai negara
sedang berkembang.

Pembangunan politik adalah pembangunan sistem politik,


proses , kebijakan yang terjadi dalam konteks yang lebih luas
yaitu modernisasi sosial ekonomi. Pembangunan politik
menunjukkan, pertama: meningkatnya spesialisasi eksekutif politik
dan badan birokrasi yang mampu menetapkan tujuan kolektif dan
2

implementasinya dalam lingkungan domestik dan internasional ,


kedua: Meningkatnya artikulasi dan agregasi badan/ lembaga
seperti partai politik, kelompok kepentingan, dan media
komunikasi yang melayani, mendukung penetapan dan
implementasi tujuan kelompok kepentingan dalam masyarakat 1

Sistem politik menurut Easton2 adalah bagian dari sistem


sosial yang menjalankan: alokasi nilai-nilai (dalam bentuk
keputusan atau kebijakan-kebijakan), alokasinya bersifat otoritatif
(yaitu dikuatkan dengan kekuasaan yang sah ) ,alokasi yang
otoritatif itu mengikat seluruh masyarakat. Dalam masyarakat
modern otorita atau kekuasaan yang sah, yang memiliki
wewenang sah untuk menggunakan kekuasaan paksaan
berbentuk negara
Dalam setiap sistem politik fungsi politik dapat dibagi
menjadi dua fungsi Input yang terdiri atas : artikulasi kepentingan
sosialisasi, komunikasi dan rekruitmen politik. Fungsi output:
pembuatan, penerapan, penilaian kebijakan 3.
Pada perkembangan berikutnya pendekatan system Easton
dikembangkan oleh Gabriel A Almond.maupun Parsons, Meskipun
pendekatan ini berasal dari negara barat (liberal) namun pada

1
Gabriel A Almond dan G.Bingham Powell, Comparative Politics (Boston:Little Brown and
Co.,1978) hal .358
2
Muhtar Mas’ud&Colin Mac Andrews, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press
1991, hal xii
3
Ronald H Chilcote, Teori Perbandingan Politik,terj. Haris Munandar, Rafa Grafindo Persada,Jakarta
2003, hal 222
3

prinsipnya dapat digunakan sebagai analisis untuk negara sedang


berkembang.
Pembangunan politik diartikan juga sebagai pembangunan
system politik, namun masih banyak pengertian pembangunan
politik yang lain seperti Lucyan W Pye, Pembangunan politik di
dunia kertiga Gabriel A Almond.Pada dasarnya pembangunan
politik berada pada domain negara dalam hubungannya dengan
society.

II. POKOK MASALAH


Malaysia dan Indonesia merupakan kasus yang menarik
untuk digunakan sebagai bahan kajian pembangunan politik,
terutama pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, misal:
kebijakan dalam hal suksesi kepemimpinan, mengatasi
kesenjangan ekonomi.
Paling tidak, ada dua hal yang menarik dari Presiden
Suharto dan PM Mahatir Muhammad. Pertama tentang
kemampuan melaksanakan estafet kepemimpinan dan kedua:
tentang kemampuan mengatasi masalah kesenjangan sosial
ekonomi.
Sehingga masalah dalam makalah ini adalah: pembangunan
Politik pada masa Mahatir Muhammad di Malaysia, dan
pembangunan Politik pada masa Suharto di Indonesia.
4

III . Kerangka Teori


Negara adalah suatu entitas yang berdaulat, sebagai tempat
komunitas manusia dimana didalamnya terdapat lembaga
pemerintah formal yang diakui memiliki monopoli atas kekerasan
dan sanksi secara sah.
Negara mempunyai asal-usul sejarah yang berbeda baik
dalam hubungan dengan penjajah selama masa penjajahan,
maupun karakteristik pergerakan kemerdekaan dan proses
transfer kekuasaan dan dalam karakteristik budaya dari ras,
bahasa, agama, yang secara implisit atau eksplisit dinyatakan
sebagai basis suatu negara.
Sifat-sifat alami suatu negara didefinisikan sebagai
lingkungan pluralisme budaya. Sementara itu negara
mempunyai berbagai tipe 4
Pertama: Negara merupakan kelanjutan langsung dari divisi
administrasi kolonial, dimana kekuasaan berpindah ke elit politik ,
seperti: Amerika latin, Afrika Selatan, Rhodesia.
Kedua: Negara yang merupakan suatu rangkaian republik
diberbagai benua di dunia, yang dahulu berada dibawah
pengaturan Inggris atau Perancis, dimana baik penduduk
metropolitan maupaun penduduk asli dibanjiri baik oleh budak
maupun kuli kontrak yang dibawa dari Afrika, Cina atau India
yang bekerja dipertambangan maupun perkebunan.
4
Charles W Anderson, Issues Of Political Development . New Jersey, 1967, hal 17.
5

Ketiga: Kelompok negara kerajaan tradisional yang


berpengalaman dalam suatu periode di masa pemerintahan
kolonial, bermacam-macam mulai dari negara protektorat seperti:
Nepal, laos sampai administrasi langsung seperti Maroko
Madagaskar, Birma. Sementara itu Sabah, Serawak Brunei baru
dapat dikuasai British Military Administration, setelah berakhirnya
perang Dunia II, dimana Inggris diberi kekuasaan oleh PBB untuk
menjadi protektorat ketiga wilayah itu
Keempat: Negara yang batas teritori meminjam batas-batas
pada masa penjajahan, dalam batas teritori sejunlah
monarkitradisional telah terserap dalam batas-batas baru. Tidak
seperti kategori pertama, tuntutan pemerintahan sendiri dibuat
oleh penduduk asli, dibawah pimpinan elit yang mempunyai
prestise. Contoh : Indonesia .
Kelima: Negara tradisional yang tidak pernah dijajah (dijajah
dalam jangka waktu panjang) seperti: Thailand, Afganistan, Iran ,
Yaman,dsb.
Sementara itu setiap negara sudah tentu mempunyai
pluralisme budaya yang berbeda-beda. Pluralisme budaya
diartikan sebagai eksistensi pola solidaritas berdasarkan agama,
bahasa , identitas etnik, ras strata social, daerah. 5
Pluralisme pada masa lalu sering diterapkan pada kategori
rasial saja seperti pembedaan ras melayu dan cina di Malaysia.

5
Ibid, hal 17
6

Tetapi kini pluralisme disamping ras terdapat juga etnik, bahasa ,


agama daerah, golongan social.
Negara yang mempunyai asal-usul maupun pluralisme
budaya yang bermacam-macam pada dasarnya mempunyai
tujuan yang kurang lebih sama seperti: keamanan nasional,
pertumbuhan ekonomi dan kebebasan.
Dalam Logika pembangunan politik menurut Gabriel A
Almond hal tersebut menuntut adanya peningkatan pembangunan
kebijakan yang memenuhi syarat keteraturan ( regulative),
Extractive , distribusi( distributive), symbolic. Selanjutnya hal ini
menuntut meningkatnya terspesialisasi dan efektifitasnya proses
pengambilan keputusan , implementasi kebijakan dan artikulasi
serta agregasi kepentingan.
Proses terspesialisasi tergantung pada perubahan struktur
dan budaya: pertama: differensiasi dari peran yang terspesialisasi
dalam struktur politik seperti: eksekutif , birokrasi, partai politik,
kelompok kepentingan, media massa.Kedua: penyebaran nilai-
nilai, sikap-sikap sosial dan konsistennya keahlian dengan peran
khususnya kesiapan untuk taat pada hukum, kecenderungan
berpartisipasi pengharapan akan kesejahteraan 6
Sementara itu Lucian W Pye merumuskan berbagai
macam pembangunan politik 7,

6
Gabriel A Almond & Bingham Powell, Comparative Politics , Boston.1978, hal 360
7
Lucian W Pye, Aspect Of Political Development,Boston:The Little Brown, 1966
7

Pertama: Pembangunan Politik sebagai prasyarat politik


untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan politik dipandang
sebagai keadaan masyarakat politik yang dapat memperlancar
pertumbuhan ekonomi. Lebih mudah untuk mengenal Bagaimana
prestasi system politik mungkin menghambat atau menggagalkan
pembangunan ekonomi daripada menjelaskan bagaimana system
itu dapat membantu pertumbuhan ekonomi
Kedua: pembangunan politik sebagai kehidupan politik khas
masyarakat industri. Masyarakat industri menciptakan jenis
kehidupan politik tertentu yang dapat ditiru masyarakat lain.
Beberapa ciri khas tentang pembangunan politik menjadi
pola-pola tingkah laku pemerintahan yang rasional dan
bertanggungjawab diantaranya:
a. Penghindaran dari tindakan liar yang mengancam
kepentingan masyarakat
b. Kesadaran akan batas-batas kedaulatan politik
c. Penghargaan terhadap nilai-nilai administratif dan prosedur
hukum yang tertib
d. Pengertian bahwa politik adalah mekanisme untuk
memecahkan masalah
e. Penekanan pada program kesejahteraan
f. Pengakuan atas bentuk tertentu dari partisipasi massa
8

Ketiga: Pembangunan politik sebagai modernisasi


politik. Pembangunan politik adalah kehidupan khas atau
kehidupan ideal dari masyarakat industri berpadu erat dengan
pandangan bahwa pembangunan politik sama dengan
modernisasi politik. Ukuran modernisasi politik adalah: partisipasi
politik, tuntutan hukum yang universal, penghormatan atas
kemampuan daripada keturunan, keadilan dan kewarganegaraan.
Teori Modernisasi. Perang Dunia II membawa dua hasil
yang kontradiktif, disatu sisi membawa kehancuran, disisi lain
membawa kemajuan seperti: teknologi persenjataan, strategi
peperangan maupun hasanah ilmu politik.
Dengan dimulainya Marshall Plan, Amerika secara eksplisit
telah menunjukkan kekuatan dominannya di dunia. Marshall Plan
ini berlangsung hampir bersamaan dengan perluasan gerakan
komunis di dunia. Marshall plan merupakan program bantuan
ekonomi AS untuk pembangunan kembali negara-negara Eropa
yang hancur akibat PD II, berfungsi untuk membuat perekonomian
dunia bekerja dan menghambat komunisme.
Mengacu pada referensi keberhasilan pembangunan
Amerika dan pengalaman di Eropa, segolongan ilmuwan
mengembangkan aliran pemikiran yang kemudian dikenal dengan
modernisasi, secara implisit teoritisi modernisasi membangun
9

kerangka teori dan tesisnya dengan ciri-ciri pokok sebagaimana


disebutkan Huntington sebagai berikut8.
Pertama: Modernisasi merupakan proses revolusioner. Ini
merupakan konsekuensi langsung dan adanya masyarakat
tradisional dan modern yang berbeda dan kontradiktif satu sama
lain. Perubahan yang terjadi dari tradisi ke modernitas melibatkan
masalah perubahan total dan radikal dalam pola-pola hidup
manusia
Kedua: Modernisasi merupakan proses yang rumit, proses
ini melibatkan perubahan hampir disemua bidang pemikiran dan
tingkah laku manusia serta sekurang-kurangnya terdiri dari unsur-
unsur industrialisasi, urbanisasi, mobilisasi social, diferensiasi,
sekularisasi, perluasan media, peningkatan literasi, dan perluasan
partisipasin politik
Ketiga: Modernisasi merupakan proses yang sistematis.
Perubahan dalam suatu bidang/ aspek akan membawa perubahan
atau mempengaruhi bidang lain
Keempat: Modernisasi adalah suatu proses global,
walaupun pada mulanya bersumber dari Eropa pada abad kelima
belas dan keenambelas, tetapi sekarang ini meluas keseluruh
penjuru dunia. Hal ini disebabkan oleh penyebaran gagasan dan
teknik-teknik modern dalam kehidupan.

8
N.T. Budi Harjanto, Studi pembangunan Politik: Dari modernisasi ke demokratisasi, Analisis CSIS,
1998, hal.103
10

Kelima: Modernisasi merupakan proses jangka panjang.


Pada awalnya perubahan masyarakat tradisional memang terlihat
revolusioner, tetapi proses modernisasi secara keseluruhan hanya
mungkin terjadi dalam proses yang evolusioner sehingga
memerlukan jangka waktu yang panjang.
Keenam: Modernisasi adalah proses yang bertahap yaitu
mulai tahap tradisional menuju tahap masyarakat modern.
Ketujuh: Modernisasi merupakan proses homogenisasi
(penyamaan). Dengan modernisasi akan terbentuk berbagai
masyarakat dengan struktur dan tendensi yang serupa. Sebabnya
adalah bahwa modernisasi meliputi gerak menuju interdependensi
antara masyarakat-masyarakat politik serta mengarah pada
integrasi semua masyarakat
Kedelapan: Modernisasi merupakan proses yang selalu
bergerak kedepan, meskipun pada beberapa kasus ada
kemungkinan berhenti atau mundur sementara, tetapi proses
modernisasi tidak dapat dihentikan. Karena secara keseluruhan
pada hakekatnya proses itu merupakan kecenderungan sekuler,
sehingga walaupun laju-laju perubahan akan berbeda secara
mendasar antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lain, akan tetapi arah gerak perubahan itu sendiri akan tetap
sama.
Kesembilan: Modernisasi merupakan proses progresif.
11

Sementara itu menurut Daniel Lerner model modernisasi


barat menunjukkan komponen-komponen dan tahap-tahap yang
relefan: Bertambahnya urbanisasi cenderung meningkatkan melek
huruf (literacy), Meningkatnya literacy cenderung meningkatkan
akses media massa (media exposure), meningkatnya media
exsposure akan sejalan dengan meluasnya partisipasi ekonomi
(pendapatan perkapita) dan partisipasi politik ( Voting)9.

Elemen –elemen penting dalam modernisasi menurut Daniel


Lerner diantaranya adalah sebagai berikut 10:
a. Mobilitas personal (empathi). Empati masyarakat
merupakan gaya personal utama dalam masyarakat modern
yang secara khusus: industrial, urban, melek huruf,
partisipan. Sedangkan masyarakat tardisional tidak
partisipan, kekeluargaan, terpisah, tidak ada pembagian
kerja urban rural, ekonomi interdependence, kurangnya
batas-batas interdependensi.
b. Mobilitas Multiplier: Media Massa. Media massa telah
mempengaruhi berjuta-juta orang didunia, media massa
telah menjadi guru masyarakat.
c. Modernisasi sistem. Sistem komunikasi publik dibedakan
antara oral dan media. Media: aliran informasi oleh
komunikator professional, terpilih, sesuai kriteria keahlian,

9
Daniel Lerner,The Passing of Tradisional Society, New York : Free Press, 1958 hal. 46
10
Daniel Lerner, Ibid. Hal.46
12

memiliki job deskripsi, menyampaikan pesan (news) melalui


media impersonal ( radio, film ,TV, dsb) audiennya massa
yang heterogen. Oral: sumber informasi berdasarkan
hierarki (status), isi informasi prescriptive (peraturan-
peraturan bukan news), saluran informasi tatap muka.
Tingkat perubahan dari oral kearah sistem media berkorelasi
signifikan dengan perubahan pada sektor lain dalam sistem
sosial. Untuk melihat modernisasi atau tidak Lerner
menggunakan empat indicator: Urbanisasi, literacy, Media
participation, Electoral participation. Urbanisasi: proporsi
kehidupan dikota atas 50000 orang. Literacy: proporsi
kemampuan membaca dalam satu bahasa. Media
participation: Proporsi pembelian Koran, kepemilikan radio,
kehadiran di bioskop. Electoral participation: proporsi
sesungguhnya pemberian suara dalam pemilu.

Sementara itu Martin Lipset dengan teori


kemakmurannya mengatakan: semakin kaya suatu negara
maka akan semakin besar kemungkinannya menunjang
demokrasi.11 Menurutnya demokrasi akan muncul jika kelas
menengahnya cukup besar. Menurut Lipset satu-satunya
factor yang paling penting yang membedakan dari lainnya
terhadap respon demokrasi adalah pendidikan. Dengan
meningkatnya pendidikan diharapkan akan tumbuh
11
R Siti Zuhro, Demokrasi: Suatu Tinjauan Teoritis, Jurnal Ilmu Politik 14, 1993. hal.39
13

kepercayaan masyarakat pada nilai-nilai dan praktek


demokrasi. Pendidikan dapat membantu memerangi secara
tidak langsung kekuatan-kekuatan anti demokrasi. Sebagian
besar kajian mengenai demokrasi mengemukakan bahwa
pendidikan jauh lebih berarti dibandingkan dengan
penghasilan atau pekerjaan dalam mempromosikan sikap
demokrasi.
Disamping itu ada hubungan yang erat antara
modernisasi dan bentuk perjuangan kelas. Untuk mereka
yang berada pada kelompok yang berpenghasilan rendah,
pembangunan ekonomi ini dapat meningkatkan pendapatan,
jaminan ekonomi dan tingkat pendidikan yang pada
gilirannya akan membuat kelompok ini sadar akan hak-hak
politiknya.
Peningkatan pendapatan dan pendidikan merupakan
factor penting bagi tumbuh dan berkembangnya demokrasi
karena dua factor tersebut merupakan penyebab utama
munculnya kelas menengah . Menurut Lipset kelas
menengah yang cukup besar mempunyai peranan penting
dalam rangka mengurangi konflik, sejauh itu dapat
menguntungkan kelompok moderat dan partai demokrasi
dan menghukum kelompok ekstrim.
Pembangunan ekonomi, transformasi struktur kelas,
peningkatan pendidikan sering memberi dampak terhadap
14

munculnya demokrasi. Menurut Dahl semakin tinggi tingkat


social ekonomi suatu negara system pemerintahannya
menjadi polyarchy12 Dengan kata lain sistem pemerintahan
tersebut lebih mungkin terdapat pada suatu negara yang
tingkat pembangunan sosial dan ekonominya relatif tinggi
dibandingkan dengan yang lebih rendah.
Selanjutnya Robert Dahl menyatakan bahwa suatu
negara akan mempunyai pemerintahan politik yang
kompetitif tergantung pada masyarakat dan ekonomi negara
tersebut dalam (a) memberantas buta huruf, meningkatkan
pendidikan dan komunikasi; (b) menciptakan suatu system
pluralistic; (c) mencegah kesenjangan yang mencolok
diantara golongan yang secara politik mempunyai kaitan
dengan negara 13.
Teori modernisasi sebagaimana teori lain mempunyai
kelemahan yang bersumber dari terbatasnya perspektif
teoritis. Menurut Huntington 14teori modernisasi tidak mampu
menggambarkan hari depan modernitas, tetapi hanya
menggabungkan keyakinan luar biasa tentang ketepatan
masa lalu modernitas.
Teori modernisasi membenarkan status quo di negara-
negara Barat seraya membenarkan proses perubahan-

12
R Siti Zuhro,Demokrasi: Suatu Tinjauan Teoritis, Jurnal Ilmu Politik 14,1993, hal. 40
13
Ibid, hal.41
14
N.T. Budiharjanto,Studi Pembangunan Politik:Dari Modernisasi ke Demokratisasi, Analisis CSIS,
hal.105
15

perubahan di negara berkembang, tanpa dapat


menerangkan bagaimana kelanjutan dari modernisasi di
negara barat.
Pada umumnya tulisan-tulisan tentang modernisasi
lebih berhasil membedakan batas-batas dan ciri-ciri
masyarakat modern dengan masyarakat tradisional daripada
menggambarkan proses pergerakan yang terjadi.
Teori modernisasi sangat berorientasi barat (western
oriented) .Adanya konsep-konsep seperti: negara maju,
negara berkembang, modern, tradisional, merupakan label
ideologis yang melegitimasikan superioritas barat.
Keempat: Pembangunan politik sebagai operasi negara-
kebangsaan. Pembangunan politik menjadi proses melalui mana
masyarakat-masyarakat yang merupakan negara kebangsaan
dalam bentuk dan berdasarkan pengakuan internasional menjadi
negara kebangsaan dalam arti sesungguhnya .
Ukuran pembangunan politik terdiri atas: Pertama:
Penciptaan serangkaian lembaga-lembaga pemerintah dan
negara yang merupakan bagian dari prasarana negara
kebangsaan. Kedua: Pernyataan secara tertib dalam kehidupan
politik daripada fenomena nasionalisme yang dijalankan dalam
kerangka lembaga-lembaga kenegaraan.
Pembangunan politik adalah pembinaan bangsa ,
pembangunan melibatkan masalah menterjemahkan perasaan-
16

perasaan nasionalisme yang meluas dan tak teratur menjadi


semangat kewarganegaraan, disamping penciptaan lembaga
kenegaraan menjadi kebijakan dan program.
Proses menuju sistem negara-bangsa meliputi tiga tahap
Tahap pertama berusaha meyakinkan negara tradisional
untuk mengikuti standar internasional. Merupakan hal yang tidak
mudah untuk menghadapi masyarakat/ negara yang tidak memiliki
prasyarat menuju bangsa modern ( seperti sistem hukum).
Transformasi system tradisional menuju nation-state
menuntut perubahan mendasar seperti penetapan lembaga legal.
Kedua : menetapkan mesin pemelihara tertib politik dan
hukum. Pembangunan politik disini sejalan dengan pembangunan
administrasi yang mempunyai karakteristik rasional. Dengan kata
lain perlunya kemampuan administrasi. Pembangunan politik
memerlukan administrasi yang rasional, kompeten dan efisien.
Ketiga: Bantuan tak langsung dan bantuan asing. Ide
tentang pembangunan bangsa seharusnya dilanjuti dengan
pembangunan administrasi yang kompeten dan bantuan program
dari negara yang sudah maju ( Amerika Serikat) 15
Kelima: Pembangunan Politik Sebagai Pembangunan
Administrasi dan Hukum. Jika pembinaan bangsa dibagi dalam
pembinaan lembaga-lembaga dan pembinaan kewarganegaraan,
maka selanjutnya akan timbul dua pengertian yaitu: yang disebut

15
Lucian W. Pye, Aspect Of Political Development, 1966, hal.14
17

pembinaan administrasi dan pembinaan hukum( menciptakan tata


susunan administrasi dan tata susunan hukum)
Teori ini memperkuat teori masa kini yang menyatakan
bahwa pembinaan birokrasi yang efektif adalah pusat dari proses
pembangunan. Pembangunan administrasi erat dengan
menyebarnya cara berpikir rasional, makin kuatnya pengertian-
pengertian hukum dan sekuler serta makin besarnya andil
pengetahuan keahlian dan pengetahuan teknis dalam
menentukan penyelesaian masalah-masalah kemasyarakatan.
Keenam: Pembangunan politik sebagai mobilisasi masa
dan partisipasi. Sisi lain dari pembangunan politik berkisar pada
peranan warga negara serta ukuran-ukuran baru dibidang
kesetiaan dan partisipasi rakyat.
Hal tersebut sangat penting berkaitan dengan negara bekas
jajahan, pembangunan politik adalah sebagai corak kesadaran
berpolitik dimana para bekas rakyat terjajah berubah menjadi
warganegara yang aktif dan penuh dengan cita-cita.
Masalah mendasar adalah mencari titik keseimbangan
antara aspirasi rakyat dan ketertiban umum, ini merupakan
masalah dasar demokrasi (hal.23). masalah tersebut dapat diatasi
jika civil society telah terbentuk . Partisipasi rakyat dalam ruang
publik (Public Sphere) akan dijamin melalui keberadaan
masyarakat kewargaan (Civil Society), dengan demikian
berkembangnya otoritarianisme sebagai akibat dari lemahnya
18

masyarakat dan kemungkinan meledaknya revolusi social sebagai


akibat lemahnya negara dapat dihindari16
Ketujuh: Pembangunan politik sebagai pembinaan
Demokrasi. Pembangunan politik seharusnya sama dengan
diciptanya lembaga-lembaga dan praktek-praktek demokrasi.
Pembangunan politik yang sungguh-sungguh mempunyai arti
sebagai pembinaan demokrasi.Pembangunan hanya bermakna
dalam bentuk salah satu ideology (apakah demokrasi, komunisme
atau totaliterisme) dan memperkuat kerangka nilai-nilai tertentu.

16
M Ryaas Rasyid, Perkembangan Pemikiran tentang Masyarakat Kewargaan, Jurnal Ilmu Politik No
17 1997 hal.6
19

Teori Institusionalisasi. Teori ini menentang teori mobilitas


social/ modernisasi, Mobilitas social itu proses, tidak mungkin
mendatangkan demokrasi tanpa adanya institusi. Mobilitas social
harus ada pemerintahan yang efektif, kebijakannya diikuti. Yang
penting ditegakkan adalah ketertiban politik, ini bisa dicapai
dengan pemerintah yang tertib.
Sistem politik yang efektif bukan sistem yang lemah,
Amerika, Inggris, Rusia masing-masing mempunyai bentuk
pemerintahan yang berbeda namun di dalam ketiga sistem
tersebut jelas pemerintah berfungsi aktif.
Ketiga negara itu memiliki lembaga politik yang kuat, dapat
menyesuaikan diri dan logis, yaitu: Birokrasi yang efektif, partai-
partai politik yang teratur, partisipasi rakyat yang tinggi di bidang
masalah-masalah umum, sistem pengendalian sipil atas golongan
militer, kegiatan pemerintahan yang luas di bidang ekonomi,
prosedur yang efektif dan wajar untuk peralihan generasi serta
mengatasi konflik.17
Pemerintahan yang ada kuat dan menguasai kesetiaan
warga negara, sehingga dengan demikian memiliki kemampuan
untuk menarik pajak, memanggil kaum pria untuk milisi,
melakukan pembaharuan dan melaksanakan kebijakan.

17
Samuel Huntington , Tertib Politik, terj.Sahat Simamora. 2003 hal .1
20

Ciri tersebut sangat berbeda dengan negara yang sedang


berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin. Huntington menyebut
bahwa di negara itu tidak ada komunitas politik yang utuh dan
pemerintahan yang efektif, berwenang dan sah.Menurut Joel S
Migdal, dewasa ini terdapat dua citra mengenai negara di dunia
ketiga yaitu negara kuat dalam artian peranan yang dimainkan
oleh pemerintahan sangat luas, dan negara lemah dalam artian
kegagalan pemerintah dalam melaksanakan seperangkat
kebijakan yang dibuat18.
Negara kuat: dicoraki sebagai memiliki kemampuan
membuat dan menegakkan hukum dan peraturan lainnya
terhadap anggota masyarakat secara konsisten. Sedangkan
negara lemah ditandai oleh penerapan politik asal dapat bertahan
dan politik akomodasi terhadap beberapa argumentasi social yang
kuat dalam masyarakat.
Walter Lippmann : mengatakan bahwa tidak ada kebutuhan
yang lebih penting bagi masyarakat yang hidup dalam suatu
negara bebas kecuali mereka harus memerintah, bila mungkin
memerintah diri sendiri, dan diperintah dengan baik jika mereka
beruntung, tetapi dalam keadaan apapun pada hakekatnya
mereka diperintah.19

18
Ramlan Surbakti, Perspektif Kelembagaan baru, mengenai hubungan negara dengan
masyarakat,Jurnal Ilmu Politik, No 14 1993, hal.10
19
Samuel Huntington, Tertib Politik, terj. Sahat Simamora dan Suryatim, 2003, hal.2
21

Ungkapan tersebut ditujukan pada negara Asia, Afrika,


Amerika Latin yang sedang mengalami proses perubahan, dimana
kelompok-kelompok social terpecah belah karena bertentangan
satu dengan yang lain, sedang otoritas lembaga-lembaga politik
sangat rapuh kurang memiliki martabat dan tidak mampu
memulihkan negara, akibatnya pemerintahan dalam banyak hal
tidak dapat melaksanakan fungsi pemerintahannya.
Amerika dilahirkan dengan suatu pemerintahan/ lembaga
politik sarana ampuh untuk mengendalikan kekuasaan
pemerintah: Konstitusi tertulis, pernyataan hak-hak manusia,
pemilu yang diselenggarakan secara teratur, partai-partai politik
yang berdaya guna.
Rumus umum dalam membentuk sistem politik yang dapat
meningkatkan kekuasaan dan wewenang secara maksimal
pemerintahan hendaknya didasarkan atas pemilihan umum yang
diselenggarakan secara bebas dan jujur.
Masyarakat yang maju yang tertib memiliki pola
pelembagaan kekuasaan yang tegas dan sangat stabil selaras
dengan tingkat partisipasi politik yang berlangsung dalam
masyarakat mereka.20
Lembaga politik modern harus didukung kelembagaan yang
sudah lama mapan, India misalnya, memiliki lembaga politik
modern. Sistem politik yang mapan telah tersedia dan lembaga-
lembaga khusus guna menjalankan fungsi input dan output dalam
20
Samuel Huntington, Tertib Politik, terj.Sahat Simamora dan Suryatim,Jakarta 2003, hal.95
22

system politik telah ada. India menyongsong kemerdekaan


dengan dua partai politik yang sudah sempurna, adaptif,
kompleks, mandiri dan terpadu, dimana keduanya sudah siap
betul untuk mengemban fungsi-fungsi politik. Partai Konggres
sudah dibentuk sejak 1885 adalah partai tertua dan terorganisir di
dunia, Korps Pegawai negeri India dibentuk awal abad ke-19
pernah pula di daulat sebagai salah satu system administrative
terbesar sepanjang masa.
Stabilitas, efektifitas dan efisiensi pemerintahan India
sepanjang dua puluh tahun pertama kemerdekaannya lebih
bertumpu pada warisan wibawa dua lembaga( partai konggres
dan Korps pegawai negeri India) ketimbang karisma pribadi
Nehru21. Proses modernisasi dan mobilitas social yang lamban
tidak lantas menimbulkan tuntutan dan tekanan massa atas
system politik India.
Indonesia selama masa Orde Baru, Suharto menerapkan
teori institusionalisasi yang dikemukakan oleh Huntington, dengan
mengutamakan tertib politik dan stabilitas. Bagi bangsa Indonesia
- menurut Suharto - pembangunan ekonomi terlebih dahulu yang
harus diutamakan. Faktor -faktor penyebab tertib politik
ditiadakan, ini tercermin dalam kebijakan depolitisasi,
deparpolisasi, massa mengambang (floating mass).
Suharto berusaha mengoreksi orde lama dengan
menghapus jargon politik sebagai panglima dan menggantinya
21
Ibid. hal.98
23

ekonomi sebagai panglima. Membangun idiom-idiom seperti


Pembangunan, bapak pembangunan, dan tak segan-segan
memenjarakan para oposannya.
Kedelapan: Pembangunan Politik sebagai stabilitas dan
Perubahan tertib. Stabilitas hanya dapat dibenarkan, ada
hubungannya dengan pembangunan dalam arti bahwa setiap
bentuk kemajuan ekonomi dan social tergantung pada suatu
lingkungan dimana ketidakpastian telah dikurangi dan
perencanaan yang didasarkan pada prediksi yang relatif aman
dan dapat terjamin22
Stabilitas yang hanya merupakan stagnasi dan dukungan
sepihak terhadap status quo bukan pembangunan .
Pem,bangunan politik bergantung pada kesanggupan
mengendalikan perubahan social atau dikendalikan olehnya.
Pangkal tolak pengendalian kekuatan-kekuatan sosial adalah
kesanggupan memelihara ketertiban masyarakat.
Sembilan: Pembangunan politik sebagai Mobilisasi
dan kekuasaan. Pandangan ini mengarah pada pengertian bahwa
system-sistem politik dapat dinilai dari tingkat atau kadar
kekuasaaan mutlak yang dapat digerakkan oleh system yang
bersangkutan23.

22
Lucian W Pye, Pengertian Pembangunan Politik.dalam Yuwono Sudarsono, Pembangunan Politik
dan Perubahan Politik, 1991 hal 25
23
Ibid, hal.43
24

Ukuran pembangunan adalah kadar kesanggupan


memanfaatkan secara penuh dan mewujudkan dalam kenyataan
potensi penuh sumber-sumber yang ada.
Secara praktis masalah pencapaian pembangunan politik di
banyak masyarakat barangkali menyangkut masalah memperoleh
dukungan rakyat sebagai pokok persoalan, bukan karena nilai
mutlak dari demokrasi melainkan karena hanya dengan dukungan
demikianlah system itu dapat mencapai tingkat mobilisasi
kekuasaan yang lebih tinggi.
Jika pembangunan politik dipandang sebagai usaha
mobilisasi dan pertambahan kekuasaan mutlak dalam masyarakat
akan mudah membedakan antara tujuan pemabangunan dari
rangkaian cirri-ciri yang biasanya dilekatkan dengan
pembangunan.
Ciri-ciri pembangunan: Daya tembus media massa diukur
dari peredaran surat kabar dan penyebaran radio, basis
perpajakan dari masyarakat, perbandingan jumlah pegawai negri
menurut beberapa kategori aktifitas, perbandingan alokasi sumber
dan dana yang disalurkan untuk pendidikan , pertahanan dan
kesejahteraan social.
Kesepuluh: Pembangunan politik sebagai satu segi dari
proses perubahan social yang multidimensional. Menurut
pandangan ini semua bentuk pembangunan erat berkaitan,
pembangunan banyak persamaannya dengan modernisasi dan
25

berlaku dalam suatu konteks sejarah dalam mana pengaruh dari


luar masyarakat berpengaruh pada proses-proses perubahan
social sebagaimana perubahan-perubahan ekonomi, politik, social
berpengaruh terhadap sesamanya.
Strategi Pembangunan Politik di Dunia Ketiga
Prinsip-prinsip strategi pembangunan politik didunia ketiga
pada tiga dekade terakhir menggunakan aspek pembangunan
ekonomi politik yang terdiri atas24
a. Kemampuan Pemerintah (Governmental Capacity)
meliputi: Pembentukan eksekutif politik, badan birokrasi,
kemampuan dalam mengambil keputusan dan
implementasi dalam masyarakat khususnya pemeliharaan
tertib politik dan legitimasi.
b. Partisipasi politik (Political Participation). Menunjukkan
pembentukan struktur politik ( seperti partai politik dan
kelompok kepentingan) yang mampu memobilisasi dan
mengagregasi tuntutan untuk kebijakan publik
c. Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam pengertian agregasi
d. Distribusi: menunjukkan tingkat pembagian pertumbuhan
secara merata .
Selanjutnya ditentukan lima tipe strategi pembangunan
politik: Democratic populist, authoritarian technocratic,
Authoritarian technocratic equalitarian, authoritarian
technocratic mobilization, neo Tradisional. Lima tipe strategi
24
Gabriel A Almond & G Bingham Powel, 1978, hal 372
26

pembangunan diberi skor: tinggi, sedang, rendah untuk empat


aspek pembangunan politik ekonomi.
Strategi populis demokrasi. Digunakan oleh negara
dunia ketiga pada decade pertama sesudah perang dunia
II , sebagian besar negara baru di Afrika dan Asia
mengambil bentuk demokrasi parlementer dan prestise
demokrasi di Amerika latin juga tinggi.
Amerika Serikat dan Eropa barat memberikan
pinjaman dan bantuan bagi negara dunia ketiga untuk tujuan
modernisasi dan pembangunan, mendukung pengenalan
demokrasi, rezim parlementer dan ekonomi pasar.
Authoritarian Technocratic Mobilization Strategy.
Diterapkan di negara komunis, juga negara seperti: Mexico,
Taiwan, Tanzania. Rezim Komunis menggunakan parpolnya
sebagai instrumen untuk mobilisasi dan penetrasi
masyarakat sebagai alat untuk membuat dan implementasi
kebijakan publik.
Neo Tradisional, Ditemukan di negara sub sahara
Afrika dengan karakteristik rendah tingkat pertumbuhan
ekonomi, rendah tingkat urbanisasi dan industrialisasi,
rendah tingkat melek huruf. Disebut juga Neo Tradisional
atau neo patrimonial karena mereka tetap hidup di era
modern dengan struktur social dan budaya yang tidak
berubah .
27

Dinegara seperti ini prinsip-prinsip pembangunan


modern dikenalkan oleh teknologi dan institusi militer yang
modern dimana dalam beberapa kasus memungkinkan iliter
untuk merampas dan mempertahankan kekuasaan.

Berdasarkan teori diatas agar kajian tidak meluas maka


dalam makalah ini akan di batasi penggunaan indicator
pembangunan politik sebagai berikut:
1. Pembangunan politik sebagai mekanisme pemecahan
masalah: kasus suksesi Suharto dan Mahatir
2. Pembangunan politik sebagai satu segi dari proses
perubahan social yang multidimensional
3. Pembangunan politik sebagai operasi negara bangsa
4. Kemampuan pemerintah ( legitimasi)

Tabel variable Pembangunan Politik Malaysia dan Indonesia

No Variabel Malaysia Indonesia


28

1 Politik sbg Suksesi lancar Suksesi rusuh


mekanisme
memecahkan
2. masalah Kebijakan Ekonomi Inpres,
Pembangunan politik Baru (NEP) Banpres
3. satu segi proses Negara Federasi
perubahan sosial Negara
4. Pemb. Pol sbg Tinggi Kesatuan
operasi negara
bangsa Rendah
Legitimasi Pengganti

IV. KASUS MALAYSIA DAN INDONESIA


a. Politik sebagai mekanisme memecahkan masalah
Tentang Kemampuan estafet kepemimpinan. Dalam bukunya
The Long Journey from turmoil to self sufficiency, Prof Dr Donald
W Wilson, Rektor universitas Pittsburg, AS, yang mengunjungi
presiden Suharto pada
tahun 1998 bercerita bahwa Suharto bertanya kepada dia,
”Beritahu saya, menurut anda berapa lama lagi saya harus
berkuasa?”, secara diplomatis Wilson menjawab, “Bapak
29

Presiden, anda akan tahu kapan waktu yang tepat untuk


mengundurkan diri. Ternyata , Wilson keliru25.
Sementara itu Mahatir pada akhir pidatonya di Kongres
tahunan UMNO pada bulan juli 2002 menyatakan bahwa akhir
Oktober 2003 akan mengundurkan diri, baik sebagai PM maupun
ketua UMNO26.
Kebijakan Suharto untuk mengundurkan diri dari jabatan
presiden Indonesia pada 21 Mei 1998 diiringi dengan kerusuhan
serta rasa kebencian terhadap Suharto. Sementara itu BJ Habibi
yang ditunjuk sebagai penggantinya mempunyai legitimasi yang
rendah. Sedangkan, Kebijakan Mahathir Muhammad untuk
mengundurkan diri pada Oktober 2003 bebas dari konflik , apalagi
pertumpahan darah. Dilanjutkan dengan pelantikan jabatan PM
ke Abdullah Badawi sangat legitimate

b.Pembangunan Politik sebagai Satu Segi dari Proses


Perubahan Sosial
Tentang kebijakan mengatasi kesenjangan sosial ekonomi.
Kebijakan dalam negara Orde Baru dalam mengatasi kesenjangan
ekonomi dilakukan melalui resource sharing, dalam bentuk
kebijakan seperti Inpres/Banpres (Pasar Inpres, SD Inpres , Sapi
Banpres, dsb)27 dimana prosedur pembuatan kebijakan seperti ini
yang memungkinkan presiden untuk bisa lebih banyak campur
25
James Luhulima, Mahatir Muhammad, Kompas 26 Oktober 2003, hal 16
26
Ibid.
27
Moeljarto Tjokrowinoto, Pembangunan:Dilema Tantangan, Pustaka Pelajar, 1996 hal 121
30

tangan dan mem By pass birokrasinya28 bentuk seperti ini


merupakan refleksi gaya patrimonial Suharto yang suka
mengalokasikan lisensi, kredit, kontrak dan konsesi, kebebasan
berdasarkan hukum dan kadang-kadang usaha yang bersifat non
sponsor29
Sementara itu di Malaysia cara mengatasi masalah social
ekonomi dengan Kebijakan Ekonomi Baru (New Economic Policy /
NEP ) tahun 1971, ini merupakan langkah konkrit pelaksanaan
konstitusi Malaysia pasal 153 yang berisi tentang kedudukan
istimewa bangsa Melayu ( keutamaan untuk mendapat bea siswa,
pekerjaaan, ijin-ijin untuk menjalankan perniagaan dan
perusahaan tertentu). Pelaksanaan pasal 153 ini baru dilakukan
secara sungguh-sungguh sesudah kerusuhan rasial 13 Mei 1969 30
Malaysia
Pembangunan Politik Sebagai Operasi Negara Kebangsaan
Konsep negara federal yang dianut oleh Malaysia tidak terlepas
dari hubungan dengan kesembilan kerajaan Islam yang terdapat
dinegara itu dengan pihak kolonial yang pernah mendudukinya:
Portugis, Belanda, Inggris.
Pada 1 april 1946 pemerintah Inggris mempersiapkan konstitusi
baru bagi sembilan kerajaan melayu di Semenanjung Malaka

28
Muhtar Mas’ud,”Tiga Model Pembuatan Kebijakan di Indonesia” Perbandingan Sistem Politik Eds.
Muhtar Masu’d dan Mc Colin Andrew,hal 270
29
Harold Crouch , “Sejumlah Pendekatan Untuk Memahami Hilangnya Kelas Menengah Indonesia
Masa ORBA,” Kelas Menengah Digugat .eds.Laode Ida,et.al., Jakarta, 1993 hal.87
30
Alfitra Salamm, “Dimensi Kepemimpinan dalam Masyarakat Kewargaan dalam Politik Malaysia”,
Jurnal Ilmu Politik 17, Gramedia 1997, hal 49
31

dengan membentuk pemerintah Federasi Malayan Union yang


dipimpin oleh Gubernur Inggris. Raja-raja Melayu (Perak,
Selangor, Negeri sembilan, Pahang, Kedah, Perlis, Kelantan,
Trenggano, Johar) dan ketua UMNO Datuk Onn Bin Ja’far
menuntut dilibatkan dalam penyusunan konstitusi.
Mulai tanggal 1 Pebruari 1949 negara federasi Malaya yang
sudah disepakati, dipimpin oleh komisaris tinggi Inggris sampai
diadakan pemilu yang akan membentuk pemerintahan sendiri.
Pada tahun 1956 lembaga legislative federal telah menetapkan
berlakunya konstitusi baru dengan isi pokok:31
1. Negara Malaya berbentuk federasi yang terdiri dari kerajaan
Melayu dan dua propinsi di Malaka dan Penang. Pemerintah
federal dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang
berasal dari partai mayoritas di parlemen yang terdiri atas 2
kamar yaitu: Dewan negara yang mewakili 9 kerajaan dan 2
propinsi, serta dewan rakyat yang dipilih melalui
pemilu.Kepala negara dipilih oleh kesembilan raja melayu
dari kalangan mereka sendiri untuk masa jabatan 5 tahun
dengan sebutan yang Dipertuan Agung.
2. Disetiap negara bagian, pemerintahan sehari-hari dipimpin
oleh seorang menteri besar untuk kerajaan dan ketua
menteri untuk propinsi , mereka dipilih oleh parlemen
setempat ( Dewan Undangan Negeri). Kepala negara bagian

31
Syed Azman Syed Ahmed, ‘Konsep Federalisme ( pengalaman Malaysia)’,Eds.Adnan Buyung
Nasution, Federalisme Untuk Indonesia, Kompas ,Jakarta 1999,hal 92
32

di kerajaan dipegang oleh raja yang ditunjuk secara turun


temurun dari kalangan keluarga kerajaan masing-masing.
Kepala propinsi dipimpin oleh seorang gubernur yang
ditunjuk oleh Yang Dipertuan Agung atas persetujuan PM
dan parlemen Federal.
Federasi Malaya tanggal 31Agustus 1957 dinyatakan
sebagai negara yang merdeka dan terbentuknya
pemerintahan federal dibawah PM Tunku Abdurrahman
ketua UMNO yang menggantikan Datuk Onn Bin Ja’far
yang menang pemilu 1957 dengan melakukan aliansi
dengan partai kelompok Cina (MCA) dan partai kelompok
India (MIC) dengan meraih suara 81,7%.
Mulai 16 September 1963 Federasi Malaya diperluas
dengan nama Federasi Malaysia. Pada tahun 1970 aliansi
parpol menjadi Barisan Nasional dengan masuknya partai-
partai kecil lainnya baik di Semenanjung maupun di Sabah
dan Sarawak makin memperkukuh federasi Malysia.
Kerusuhan rasial yang besar tahun1969 menjadikan UMNO
kalah (48,4%). Tun Abdurrazak mencanangkan kebijakan
ekonomi baru/ dasar ekonomi baru (New Economic policy)
dengan menargetkan peningkatan porsi pendapatan
nasional penduduk Melayu. Kebijakan ini dilanjutkan oleh
penggantinya datuk Husein Onn dan Mahathir Muhammad
(1981) sampai ia mengundurkan diri (31 Oktober 2003).
33

Barisan nasional menang pemilu kembali tahun


1974(60,7%), 1978(55,3%), 1982 (60,5%) , 1986(55,7%)
Legitimasi Pengganti
Tidak adanya pembatasan jabatan sebagai Pimpinan
negara dalam masa jabatan tertentu (hanya dua kali periode
sebagaimana Amerika, Inggris) menjadikan Mahatir
memegang jabatan sebagai PM dalam waktu yang lama.
Mahatir Muhammad menjadi perdana Menteri sejak tahun
1981. Tanggal 31 Oktober 2003 mengundurkan diri dari
kedudukan baik sebagai Perdana Menteri maupun ketua
UMNO. Pengunduran dirinya telah dikemukakan pada
konggres tahunan UMNO tanggal 22 Juni 2002. Pada akhir
pidatonya Mahatir berlinangan air mata mengatakan pada
akhir Oktober 2003 ia akan mundur dari jabatannya, baik
sebagai Ketua UMNO maupun sebagai PM.Para pemimpin
UMNO yang sebagian besar adalah menteri kabinet terkejut
mendengar ucapan Mahatir , mereka segera menyerbu ke
podium dan sambil menangis meminta Mahatir untuk tidak
mundur, bahkan ada diantara mereka yang mencium
tangannya meminta ia tetap bertahan 32. Tanggal
pengunduran Mahatir juga merupakan saat suksesi
kepemimpinan di Malaysia yang ditandai pelantikan Deputi
Perdana menteri Abdullah Badawi (63 tahun) menjadi
Perdana Menteri dengan diambil sumpah oleh Raja Syed
32
James Luhulima, Mahatir Muhammad,Kompas 26 Oktober 2003, hal.16
34

Sirajuddin Putra jamalullail, kepala negara Malaysia dalam


suatu upacara di Istana nasional.
Krisis dalam suksesi kepemimpinan di Malaysia dapat
dihindarkan, hal tersebut tidak lepas dari kemampuan Rezim
dalam menyelesaikan estafet kepemimpinan.
Mahatir sudah berhasil memajukan negaranya ia
berhasil meningkatkan pendapatan perkapita dari 4630
ringgit pada tahun 1980-an menjadi 14.877 ringgit (3915
dolar AS) pada tahun 2002, Kelas menengah Malaysia pun
berkembang pesat, lebih dari 60% rumah tangga memiliki
mobil, televisi dan fasilitas lain. Angka tingkat kemiskinan
menurun tajam dari 35% pada tahun 1982 menjadi hanya
5% tahun 2003.33
Indonesia
Pembangunan Politik sebagai operasi negara
kebangsaan
Negara yang dijajah oleh Belanda kurang lebih 300
tahun, Jepang tiga tahun, memproklamirkan
kemerdekaannya setelah Jepang kalah perang. Sukarno
dan Hatta yang didukung kaum nasionalis lain
menggunakan kesempatan itu untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Negara kesatuan Republik Indonesia menganut sistem
presidensiil, negara berdasar atas hukum, pergantian
33
James Luhulima, Mahatir Muhammad, Kompas 26 Oktober 2003, hal.16
35

pemimpin berdasarkan pemilihan umum yang selalu


dimenangkan oleh Golkar (1971-1997) dengan suara
mayoritas. Partai lain pada masa Orde baru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Sejarah pergantian pemimpinnya tidak pernah berjalan
mulus. Dari Sukarno ke Suharto ditandai dengan
pembantaian terhadap orang-orang PKI, pada masa
pergantian Suharto diisertai dengan berbagai kerusuhan di
tanah air.
Pada pertengahan 1966 MPRS telah memerintahkan
Sukarno untuk melakukan pembaharuan politik dan
ekonomi, ia menentang MPRS maka akhirnya
dibebastugaskan dari jabatannya oleh kekuasaan pimpinan
jenderal Suharto34
Pidato kenegaraan presiden Soeharto di depan DPR
pada tahun 1967,saat awal reformasi ekonomi dan politik
yang dilakukan oleh Orde Baru antara lain Bahwa Orde
Lama (ORLA) melakukan berbagai penyelewengan antara
lain: Sistem ekonomi terpimpin menjadi system lisensi yang
hanya menguntungkanm segelintir orang yang dekat dengan
penguasa, Memusatnya kekuasaan pada kepala negara,
Azas dan sendi konstitusi dalam praktek bersifat

34
Ulf Sundhaussen,”Sebuah Agenda bagi demokratisasi di Indonesia,” Prisma 3 maret 1996, hal.4
36

absolutisme, Presiden bukannya tunduk pada MPRS ,


tetapMPRS yang ditundukkan dibawah Presiden. 35
Ironisnya, Kritik-kritik dan koreksi tersebut diatas juga
berlaku bagi Orde Baru setelah 30 tahun berkuasa, yang
ditandai dengan mundurnya Suharto Mei 1998. Terulangnya
hal tersebut disebabkan tidak adanya tekad ORBA untuk
melakukan koreksi total atas sistem penyelenggaraan
kekuasaan negara36

Legitimasi Pengganti
Jatuhnya Suharto pada tanggal 21 Mei 1998 dengan
didahului pendudukan gedung DPR MPR oleh massa dan
mahasiswa yang menuntut agar ia turun dari jabatan,
menyusul krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Penembakan terhadap 4 mahasiswa Trisakti12 Mei
1998 yang diiringi berbagai kerusuhan dan penjarahan
semakin memicu kebencian masyarakat terhadap Suharto.
Krisis ekonomi dan terus merosotnya nilai rupiah terhadap
dolar AS, memicu penutupan sejumlah bank dan
melonjaknya harga-harga barang kebutuhan pokok.
Berbagai elemen masyarakat muncul membentuk kekuatan
menuntut mundurnya Suharto. Bahkan DPR/MPR pun ikut
mendukung pengunduran diri Suharto, sementara itu dalam

35
Frans Seda, Sebuah dialog tentang Reformasi, Kompas 10 Juli 1998
36
Ibid.
37

tubuh militer dan kabinet pemerintah sendiri terjadi


kegoncangan apalagi setelah 14 orang anggota kabinet
mengajukan surat pengunduran diri pada tanggal 20 Mei
1998, Hasilnya Pada tanggal 21 Mei 1998 Suharto
mengucapkan pidato pengunduran diri nya.37
Pelantikan Habibi sebagai presiden mempunyai
legitimasi yang rendah, tanda-tanda penolakan terhadap
presiden Habibi muncul dengan keras menjelang sidang
istimewa MPR 10-13 November 1998.
Empat tokoh politik: KH Abdurrahman Wahid,Amien Rais
Sulatan Hamengkubuwono X, Megawati Sukarnoputri
mengadakan dialog nasional 10 nopember 1998 yang
menghasilkan kesepakatan Ciganjur, isinya antara lain:
 Mengembalikan kedaulatan ketangan rakyat
 Menuntut pemilu dipercepat untuk mengakhiri pemerintahan
transisi Habibi
 Menghapus dwifungsi ABRI
 Pemberantasan KKN dan pengusutan harta kekayaan
Suharto.38

Penolakan paling nyata dilakukan dalam sidang umum MPR


1999, sejumlah fraksi (PDIP, Kebangkitan Bangsa, Kesatuan
Kebangsaan Indonesia, Partai Demokrasi Kasih Bangsa)
37
Kompas 3 Juni 2002 hal.8
38
Kompas 3 Juni 2003, hal.8
38

menyatakan menolak pidato pertanggungjawaban Habibi.


Melalui pemungutan suara pada 19 oktober 1999 pidato
pertanggunjawaban Habibi ditolak oleh MPR dan pada
keesokan harinya Habibi mengumumkan pengunduran diri dari
pencalonan presiden.
Kebijakan Suharto terhadap kaum pribumi tidak seperti
Kebijakan Ekonomi Nasional ( New Economic Policy ) nya
Malaysia. Suharto hanya mengeluarkan kebijakan yang
sifatnya bantuan seperti: Banpres (Sapi banpres), Inpres
(Inpres desa tertinggal, pasar Inpres, SD Inpres ,dsb) yang
tidak strategis , tidak mendasar dan tidak memberikan jalan
keluar bagi pembebasan masalah sosial ekonomi masyarakat.
Dengan kata lain Suharto tidak memberi kail kepada rakyat,
tetapi selalu memberi ikan.
Suharto dalam hal ini melakukan agregasi kepentingan, hal
ini merupakan ciri dalam ikatan patron-client, dimana pimpinan
lah yang melakukan agregasi kepentingan, sementara itu
masyarakat tidak pernah mengemukakan kepentingannya,
39
mereka merasa tidak mempunyai kepentingan umum
Ikatan patron-client ini berlaku ketentuan bahwa patron
memberikan perlindungan, bantuan, pinjaman, hadiah, lahan
kepada orang miskin. Sementara itu client memberikan
ketaatan secara mutlak ( memberi dukungan politik,

39
Gabriel A Almond & Bingham Powell JR, Comparative Politics Today:A World View, 1996, hal.87
39

menyerahkan suaranya untuk memenangkan pemilu) kepada


pemerintah .
Dengan kata lain Sang Patron berada pada posisi yang
tinggi bagaikan raja dalam pemerintahan Monarki. Suharto
menunjukkan indikasi seperti itu, hal ini terlihat juga dalam
kata–kata yang sering diucapkan ketika masa-masa akhir
kekuasaannya, yaitu: ia ingin Lengser Keprabon Madeg
Pandito (mundur dari tahta kekuasaan untuk menjadi pendeta),
sebuah ungkapan yang sering diucapkan raja-raja Jawa ketika
akan turun tahta.

V. ANALISIS DAN PENUTUP


a. Kebijakan pemerintah Orde Baru dengan turunnya
Suharto dari jabatan sebagai presiden didahului dengan
tuntutan yang sangat keras oleh “Fungsi Politik” yaitu:
masyarakat ( massa dan mahasiswa), bahkan “Fungsi
pemerintah sendiri” ikut memberi dukungan atas tuntutan
mundurnya Suharto yaitu: DPR/ MPR ikut mendesak
Suharto mundur, 14 menteri kabinetnya mengundurkan
diri. Dalam konteks pembangunan politik politik disini
sebagai alat untuk memecahkan masalah yaitu: Tuntutan
keras dari rakyat atas mundurnya Suharto. Sedangkan
kebijakan pelantikan Habibi sebagai presiden
legitimasinya sangat rendah. Tidak hanya massa tetapi
40

juga oleh fraksi di DPR dan MPR yang mana idealnya


mendukung agar suatu sistem politik dapat berjalan
sesuai dengan fungsinya.
b. Sementara itu mundurnya Mahatir Muhammad yang
didasarkan atas keinginannya sendiri diterima dengan
baik oleh warga negara Malaysia, hal ini disebabkan
Mahathir telah membawa kesuksesan perekonomian
Malaysia, meskipun secara politik dinilai kurang
demokratis oleh lawan politiknya demikian juga kebijakan
Penggantian / pelantikan Abdulloh Badawi sebagai
Perdana Menteri juga memperoleh legitimasi yang tinggi.
c. Sistem telah berjalan sesuai dengan teorinya pada
pengambilan kebijakan di Malaysia, sedangkan sistem
tidak bekerja sebagaimana mestinya pada pengambilan
kebijakan di Indonesia ( pergantian presiden yang
diiringi dengan kerusuhan yang dahsyat). Hal tersebut
disebabkan oleh lingkungan atau konteks masyarakat
yang ada, yaitu Malaysia tidak meghadapi krisis ekonomi,
sedangkan Indonesia menghadapi krisis yang sangat
hebat, melonjaknya harga kebutuhan pokok yang
notabene masyarakat umum lah yang terkena dampak
langsungnya.
d. Kebijakan Ekonomi baru (New Economic Policy) Malaysia
terbukti dapat memecahkan masalah kesenjangan sosial
41

ekonomi antara Melayu dan Non Melayu yang lebih maju.


Kebijakan ini dibuat berdasarkan suatu tuntutan dari
masyarakat yang berbentuk kerusuhan antar ras pada
13 Mei 1969 . Berdasar teori sistem dan fungsi ternyata
bentuk tuntutan dapat berupa suatu kerusuhan yang
dahsyat.
e. Kebijakan Peningkatan kehidupan social-ekonomi
Suharto dengan pola yang tidak sistematis, bahkan
berkesan menunjukkan gaya patrimonialnya,
pemerintahan Suharto mengalokasikan lisensi, kredit,
kontrak dan konsesi, kebijakan mengatasi masalah
ekonomi dengan resource sharing dalam bentuk Inpres ,
Banpres , hingga dikenal adanya : Sapi Bantuan Presiden
(Banpres), Pasar Inpres,dsb. Dengan kata lain Suharto
melakukan artikulasi dan agregasi kepentingan untuk
rakyatnya.
42

DAFTAR PUSTAKA
1. Almond, Gabriel A. & G.Bingham Powell,J R. Comparative
Politics . Boston:The Little Brown and Company, 1966
2. Almond, Gabriel A. & G.Bingham Powell,J R. Comparative
Politics Today : A World View, Warper Collins College
Publisher, 1996.
3. Anderson, Charles W .et.al., Issues Of Political Development,
New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1967
4. Chilcote, Ronald H, Teori Perbandingan Politik, terj. Haris
Munandar Raja Grafindo Persada, 2003
43

5. Laode Ida, et al., Kelas Menengah Digugat , Fikahati, Jakarta


1993
6. Luhulima, James. “Mahathir Muhammad,” Kompas 26 Oktober
2003
7. Mas’ud, Muhtar & Colin Mac Andrews, Perbandingan Sistem
Politik, Gadjah Mada University Press, 1991
8. Pye, Lucian W, Aspect Of Political Development, Boston: The
Little Brown, 1966
9. Rasyid, M Ryaas. “ Perkembangan Pemikiran tentang
masyarakat kewargaan”, Jurnal Ilmu Politik 17 , Gramedia1997
10. Salamm, Alfitra. “Dimensi Kepemimpinan dalam Masyarakat
Kewargaan Dalam Politik Malaysia”, Jurnal Ilmu Politik 17,
Gramedia 1997.
11. Seda, Frans. “Sebuah dialog tentang Reformasi,” Kompas 10
Juli 1998
12. Sudarsono, Yuwono. Pembangunan Politik dan Perubahan
Politik, 1991
13. Sundhaussen, Ulf. ” Sebuah Agenda bagi demokratisasi di
Indonesia,” Prisma 3 Maret 1996
14. Syed Ahmad ,Syed Azman, ”Konsep Federalisme
( Pengalaman Malaysia),” Federalisme Untuk Indonesia, ed.
Adnan Buyung Nasution. Penerbit Kompas, Jakarta 1999
15. Tjokrowinoto, Moeljarto. Pembangunan: Dilema Tantangan,
Pustaka Pelajar, Jakarta 1996
44

Anda mungkin juga menyukai