kegiatan peserta pemilu atau pihak yang ditunjuk oleh peserta pemilu
untuk meyakinkan Pemilih
dengan menawarkan visi, misi, program dan/atau citra diri Peserta Pemilu.
(1) Kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat
dan dilaksanakan secara bertanggung jawab
(21 Kampanye Pemilu dilaksanakan secara serentak antara kampanye Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden dengan kampanye Pemilu anggota DPR, DPD,
dan DPRD.
(1) Materi kampanye meliputi:
a. visi, misi, dan program Pasangan Calon untuk Kampanye Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden;
b. visi, misi, dan program partai politik untuk partai politik Peserta Pemilu
yang dilaksanakan oleh calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
anggota DPRD kabupaten/kota; dan
c, visi, misi, dan program yang bersangkutan untuk kampanye Perseorangan
yang dilaksanakan oleh calon anggota DPD.
(2) Dalam rangka pendidikan politik, KPU wajib memfasilitasi
penyebarluasan materi kampanye Pemilu Presiden dan Wakit Presiden yang
meliputi visi, misi, dan program Pasangan Calon melalui laman KPU dan
lembaga penyiaran publik.
(1) Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 267 dapat dilakukan melalui:
a. pertemuan terbatas;
e. media sosial;
g. rapat umum;
i. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye , Pemilu dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf f, dan huruf h difasilitasi KPU,
yang dapat didanai oleh APBN.
(1) Kampanye Pemilu sebagaimana (2) Kampanye Pemilu
dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
pasal 275 ayat (1)
pasal 275 ayat (l)
huruf a,
huruf f dan
huruf b,
huruf c, dan
huruf g
Hukum?
Politik?
Hukum?
Politik ?
Legal (sah), sesuai hukum, tidak Illegal (tidak sah), tidak sesuai
melawan hukum, hukum, melawan hukum
Berguna untuk membantu pemilih Unethical/ tidak etis
dalam membuat keputusannya
Seringkali kampanye bertujuan menyerang kandidat lainnya dengan berbagai
modus.
Kampanye dengan isu negatif semacam itu kian marak mewarnai Pemilu.
Menurut David A.M. Peterson dan Paul D. Djupe (2005) , kampanye
semacam itu biasanya dimulai begitu pengumuman pencalonan dan akan
sampai pada puncaknya pada hari pemilihan.
Bentuk kampanye negatif pada intinya adalah segala hal terkait upaya
kandidat atau pendukung tertentu menyerang kandidat lain.
Apa saja bentuk serangan tersebut, baik berupa kritik maupun serangan
terhadap aspek pribadi dari kandidat lain adalah kampanye negatif.
Terdapat kekhawatiran yang besar terkait kampanye politik negatif (negative
political campaign), terutama terhadap efek merugikannya bagi sistem politik
(Richard R. Lau, Sigelmen, Rovner, 2007)
Pemilu cenderung telah beralih dari pertarungan program menjadi pertarungan
mencari kelemahan “lawan”.
Kampanye negatif terhadap figur-figur politik tertentu untuk mengurangi
“nilai jual politiknya” merupakan sesuatu yang sejak lama ada.
Namun tentu saja modus pelaksanaannya berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Saat ini modus kampanye negatif kian beragam dengan hadirnya media-media
elektronik dan sosial yang dapat diakses dan disebarkan oleh masyarakat
dengan menggunakan berbagai aplikasi jaringan internet.
Kampanye negatif (negative campaign) merupakan salah satu kampanye yang
menyerang lawan politik dengan menggunakan fakta-fakta yang benar terkait
lawan yang akan menurunkan kredibilitas calon di mata pemilih.
Sedangkan kampanye hitam merupakan kampanye menyerang kandidat
tertentu dengan fakta-fakta yang palsu atau belum terbukti atau tidak
diketahui kebenarannya.
Bagi pihak lawan menyebarkan kampanye hitam bertujuan mempengaruhi
perspektif atau pun menciptakan prasangka pemilih terhadap kandidat tertentu
sehingga dapat mempengaruhi popularitasnya di mata pemilih yang
berkorelasi dengan tingkat keterpilihan.
Kampanye negatif dan kampanye hitam, di dalam literatur dapat digolongkan
menurut tiga tipe, yakni : (1) jujur (fair), (2) palsu (false), dan (3) menipu
(deceptive).
1) fair kampanye tersebut dimanifestasikan melalui fakta-fakta negatif,
perilaku, serta catatan karier kandidat lawan Kampanye negatif
2) false Kampanye lebih menitikberatkan pada penyebaran informasi
bohong/tidak benar terkait kandidat lawan Kampanye Hitam
3) deceptive kampanye yang cenderung menyesatkan dan mendistorsi
kebenaran tentang calon lawan Kampanye hitam
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau Pasal 280 (1) J
tim Kampanye Pemilu
dengan sengaja
(1)Pelaksana, Peserta, dan Tim
menjanjikan atau memberikan Kampanye Pemilu dilarang:
uang atau materi lainnya sebagai
imbalan kepada peserta Kampanye a…..
Pemilu secara langsung ataupun b.....
tidak langsung
c....
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 280 ayat (1) huruf j d....
dengan sengaja
dengan sengaja
pada saat pemungutan suara
pada hari pemungutan suara
menjanjikan atau memberikan uang atau
menjanjikan atau memberikan materi lainnya Kepada Pemilih
uang atau materi lainnya kepada supaya tidak menggunakan hak pilihnya
Pemilih atau memilih Peserta Pemilu tertentu atau
menggunakan hak pilihnya dengan cara
untuk tidak menggunakan hak tertentu sehingga surat suaranya tidak sah
pilihnya atau memilih Peserta
Pemilu tertentu
HAMPIR MIRIP, TAPI ADA BEBERAPA PERBEDAAN dalam hal“POLITIK UANG”
antara UU PEMILU dan UU Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, Walikota dan Wakil Walikota
“POLITIK UANG” di UU Pemilu dipisahkan dalam 3 hal yakni:
sementara dalam UU Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
Walikota dan Wakil Walikota “POLITIK UANG” diatur secara umum, tidak dipisahkan
ke dalam 3 waktu tersebut
Dalam PEMILU (Presiden dan Wakil Presiden, DPR,DPD dan DPRD) tidak ada ancaman
pidana bagi PENERIMA janji atau pemberian uang atau materi lainnya. BERBEDA
dengan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan
Wakil Walikota dimana pemberi dan penerima menjadi subyek tindak pidana
Unsur SETIAP ORANG artinya siapa saja, pribadi kodrati, bagaimana jika
korporasi (?), dalam pemilu unsur setiap orang tidak dibatasi hanya pada
calon, pengurus partai politik, pelaksana kampanye. Tapi ada konsekuensi
lebih berat jika dilakukan oleh Calon karena bisa dibatalkan pencalonannya
jika terbukti (Lihat Pasal 73)
Dalam praktik Calon/ Pasangan Calon mungkin tidak melakukan sendiri tetapi
menggerakkan orang lain Maka, persoalan PENYERTAAN Delik jadi
sangat penting, agar tidak hanya pelaksana fisik/ materiil yang dituntut
Unsur DENGAN SENGAJA (Opzet/dolus),
Unsur MENJANJIKAN ATAU MEMBERIKAN UANG ATAU MATERI LAINNYA SEBAGAI
IMBALAN KEPADA PESERTA KAMPANYE PEMILU SECARA LANGSUNG ATAUPUN
TIDAK LANGSUNG
Unsur MENJANJIKAN ATAU MEMBERIKAN UANG ATAU MATERI LAINNYA
menjanjikan bisa dilakukan melalui perkataan atau tulisan, janji untuk diberikan uang atau materi,
artinya ada tenggang waktu antara perkataan/ tulisan itu dengan pemberian uang/materi. Tidak
ditentukan berapa lama tenggang waktunya.
Unsur MEMBERIKAN berarti langsung diberi pada saat itu juga, atau pada saat kampanye
berlangsung
Unsur UANG cukup jelas, tapi pertanyaanya, berapa batasan besarnya UANG itu ? Apakah ada
batasan? Atau tidak ada batasan? Bagaimana jika pemberian uang itu dibungkus dengan QUIS
atau Permainan? Bagaimana jika diberikan UANG untuk transport dan makan peserta kampanye?
Apakah termasuk yang dilarang?
Unsur MATERI LAINNYA ini sangat luas, harus ada pembatasan, sebab jika tidak maka
semua hal yang diperlukan dalam kampanye bisa dianggap MATERI LAINNYA untuk “politik
uang”. Apakah pemberian kaus, topi dan atribut kampanye lainnya, cinderamata kampanye juga
termasuk MATERI LAINNYA yang juga dilarang dalam Pasal ini?
Unsur SECARA LANGSUNG ATAUPUN TIDAK LANGSUNG
- dalam praktik janji atau pemberian uang atau materi itu juga bisa dilakukan
melalui perantara, artinya bukan calon atau pasangan calon sendiri yang
melakukan atau bukan anggota Partai Politik, tim kampanye, dan relawan,
tetapi melalui perantara orang lain.
- Jadi di sini, pelaku fisik maupun yang menggerakkan dapat dipidana. Tapi jika
pelaku fisik tidak tahu apa yang diberikan dan untuk apa diberikan, dia dapat
dipandang sebagai alat belaka (manus ministra) dan tidak dipidana.
- JADI PENTING MEMERHATIKAN KETENTUAN PENYERTAAN
(menyuruh/ doen plegen, uitloking/ menggerakkan/membujuk,
- Unsur KEPADA PESERTA KAMPANYE janji atau pemberian uang atau
materi ditujukan kepada peserta kampanye, bukan pihak lainnya
Pasal 278 (2) UU No 7 Tahun 2017
Unsur SETIAP PELAKSANA, PESERTA,
DAN/ATAU TIM KAMPANYE PEMILU (1) Masa tenang … berlangsung selama 3 hari
subyeknya limitatif (2) Selama masa tenang sebagaimana dimaksud
Unsur DENGAN SENGAJA (sudah dalam Pasal 276, pelaksana, peserta, dan/atau tim
kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
dijelaskan di atas) dilarang menjanjikan atau memberikan imbalan
kepada Pemilih untuk:
Unsur PADA MASA TENANG Lihat
Pasal 278 ayat (1) dan PKPU terkait a. tidak menggunakan hak pilihnya;
- “ supaya tidak menggunakan hak pilihnya” jadi pemberian uang atau materi lainnya agar orang
menjadi GOLPUT juga dipidana sesuai ketentuan ini
- “menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah “
jadi pemberian uang atau materi lainnya agar orang menjadi GOLPUT juga dipidana sesuai
ketentuan ini
- “memilih peserta pemilu tertentu” janji atau pemberian uang atau materi itu untuk
memengaruhi agar pemilih memilih calon tertentu (Partai Politik tertentu, pasangan calon Presiden
dan Wakil Presiden tertentu, calon DPR, DPD atau DPRD tertentu)
Unsur PADA HARI PEMUNGUTAN SUARA berarti pada hari
dilaksanakannya pemungutan suara, tidak dibatasi pada saat pemungutan suara
di TPS, tetapi pada hari H pemungutan suara, tetapi logika nya, sebelum
pemungutan suara
Unsur PADA SAAT PEMUNGUTAN SUARA saat pemungutan suara
lebih sempit yakni saat dilakukannya proses pemungutan suara
(1) Partai Politik atau gabungan Partai Politik dilarang menerima imbalan dalam bentuk apapun
pada proses pencalonan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
(2) Dalam hal Partai Politik atau gabungan Partai Politik terbukti menerima imbalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Partai Politik atau gabungan Partai Politik yang bersangkutan dilarang
mengajukan calon pada periode berikutnya di daerah yang sama.
(3) Partai Politik atau gabungan Partai Politik yang menerima imbalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus dibuktikan dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
(4) Setiap orang atau lembaga dilarang memberi imbalan kepada Partai Politik atau gabungan
Partai Politik dalam bentuk apapun dalam proses pencalonan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
(5) Dalam hal putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap menyatakan
setiap orang atau lembaga terbukti memberi imbalan pada proses pencalonan Gubernur, Bupati,
atau Walikota maka penetapan sebagai calon, calon terpilih, atau sebagai Gubernur, Bupati, atau
Walikota dibatalkan.
Imbalan Mahar
Upah sebagai pembalasan jasa, mahar atau mas kawin adalah harta yang
honorarium diberikan oleh pihak mempelai laki-laki
(atau keluarganya) kepada mempelai
Balasan (berupa pujian, perempuan (atau keluarganya) pada saat
hukuman, dsb) atas tindakan pernikahan
yang dilakukan bentuk lain dari transaksi jual beli sebagai
kompensasi atas kerugian yang diderita
pihak keluarga perempuan karena kehilangan
beberapa hal
Pengganti kata biaya atas kompensasi
terhadap proses pengajaran ilmu atau
kesaktian dari seorang guru kepada orang
lain