Sengketa atau Konflik selalu ada dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari
kehidupan keluarga, bertetangga, dalam lingkungan kerja, dan lingkungan
sosial lebih luas seperti konflik karena perbedaan identitas suku, agama,
ideologi dan keyakinan. Konflik juga banyak terjadi dalam bidang-bidang
pembangunan secara spesifik seperti Sumber Daya Alam atau agraria dan
Lingkungan Hidup, Tata Batas, Perumusan perencanaan dan perundang-
undangan.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | iii
MODUL I
KEBIJAKAN DAN KEUTAMAAN MEDIASI DALAM SISTEM HUKUM
INDONESIA
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Peserta diharapkan dapat memahami sejarah keutamaan Mediasi se-
bagai bagian dari tradisi adat musyawarah mufakat dan kodifikasi hukum
positif di Indonesia.
B. Peserta diharapkan dapat memiliki pemahaman tentang berbagai ke-
bijakan sektoral yang mewajibkan Mediasi dalam penanganan sengketa
atau konflik di Indonesia.
B. Rasionalitas mediasi saat ini demi membuka “Akses Terhadap Keadilan” bagi pa-
ra yang berkonflik untuk merasakan “Keadilan yang Lebih Mendekati Adil”:
• Mengajarkan masyarakat berkonflik dengan cara yang benar dan me-
nyelesaikan konflik sejak dini;
• Meningkatkan keterlibatan masyarakat membangun kondisi damai;
• Para pihak tidak ada yang dikalahkan maupun dimenangkan;
• Besar peluang penyelesaian sengketa untuk menghasilkan solusi yang adil dan
diterima oleh para pihak;
4. KEUTAMAAN MEDIASI DALAM SISTEM HUKUM ADAT, ISLAM DAN HUKUM POSITIF
A. Mediasi dalam Sistem Hukum Adat
Konsep mediasi dalam sistem hukum adat dikenal melalui musyawarah
mufakat antara para pihak yang berkepentingan dalam rangka memba-
has suatu permasalahan atau suatu rencana sehingga dihasilkan suatu
kesepakatan atau konsesus, jauh sebelum sistem litigasi diperkenalkan ole
pemerintah kolonial Belanda. Penyelesaian sengketa menurut hukum adat
biasanya selalu diarahkan kepada pemulihan dan keseimbangan tatanan
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 12
6. MODEL PENDEKATAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 13
MODUL II
ANALISIS KONFLIK
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Dalam sesi ini peserta diharapkan dapat mengetahui definisi konflik,
bentuk-bentuk /sumber penyebab konflik, wujud dan eskalasi konflik.
B. Memperkenalkan kepada peserta metode analisis konflik yang dapat
membantu dalam proses mediasi.
2. DEFINISI KONFLIK
A. Hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang
memiliki, atau merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan (Fisher
et al. 2001)
B. Persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of
interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang
berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan (Pruitt dan Rubin 1986)
C. Benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, yang disebabkan
adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan sumberdaya
(Suporaharjo 2000).
D. Suatu persepsi/ anggapan adanya perbedaan kepentingan atau
keyakinan bahwa aspirasi para pihak tidak dapat tercapai secara
simultan (Rubin, Pruitt & Kim, Social Conflic, 1994)
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 14
SUMBER KONFLIK
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 15
D. Perbedaan Konflik dan sengketa
• Konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan (KBBI). Konflik
ditandai dengan keadaan dimana pihak yang merasa haknya
dilanggar memilih jalan konfrontasi, melemparkan tuduhan kepada
pihak pelanggar haknya atau memberitahukan kepada pihak
lawannya tentang keluhan itu. Pada tahap ini para pihak sadar
mengenai adanya perselisihan pandangan antar pihak.
• Sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat;
perselisihan (KBBI). Sengketa terjadi karena konflik mengalalmi eskalai
berhubung karena adanya konflik itu terkemuka secara umum. Suatu
sengketa hanya terjadi bila pihak yang mempunyai keluhan telah
meningkatkan perselisihan pendapat dari pendekatan menjadi hal
yang memasuki bidang publik. Hal ini dilakukan secara sengaja dan
aktif dengan maksud supaya ada sesuatu tindakan mengenai tuntutan
yang diinginkan.
6. JENIS KONFLIK
A. Konflik sebagai persepsi
Konflik diyakini dan dipahami ada karena disebabkan kebutuhan,
kepentingan, keinginan atau nilai-nilai dari seseorang berbeda/ tidak
sama dengan orang lain.
7. ESKALASI KONFLIK
Kondisi yang mendorong eskalasi konflik sehingga mempersulit dalam
pencapaian “solusi”, adalah :
A. Adanya kejadian atau suatu tindakan yang meningkatkan ketegangan
antar pihak yang berkonflik;
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 16
B. Kegagalan komunikasi; Komunikasi antara para pihak yang berkonflik
gagal atau menemui jalan buntu;
C. Penyelesaian konflik yang berjalan lambat/tidak mengalami kemajuan;
D. Tidak tercapainya kesepakatan terkait mekanisme resolusi konflik yang
akan digunakan;
E. Adanya kepentingan pihak-pihak yang ingin mempertahankan situasi
konflik yang terjadi.
Tahapan konflik
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 17
• Mengidentifikasi mulainya intervensi atau tindakan;
• Mengevaluasi apa yang telah dilakukan
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 18
C. Urutan Kejadian
Urutan kejadian merupakan alat bantu analisis konflik berupa grafik yang
menunjukkan kejadian-kejadian yang telah ditempatkan menurut waktu.
Urutan kejadian merupakan daftar daftar waktu (tahun, bulan atau hari,
sesuai skalanya) dan menggambarkan kejadian-kejadian secara
kronologis. Tujuan urutan kejadian, adalah :
• Menunjukkan pandangan-pandangan yang berbeda tentang sejarah
dalam satu konflik;
• Menjelaskan dan memahami pandangan masing-masing pihak tentang
kejadian-kejadian;
• Mengidentifikasi kejadian-kejadian mana yang paling penting bagi
masing-masing pihak.
D. Pohon Masalah
Pohon masalah merupakan suatu alat bantu menggunakan gambar
sebuah pohon untuk mengurutkan isu dan masalah pokok konflik. Tujuan
pohon masalah, adalah :
• Merangsang diskusi tentang berbagai sebab dan efek dalam suatu
konflik;
• Membantu para pihak menyepakati masalah inti;
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 19
• Membantu para pihak dalam mengambil keputusan tentang prioritas
untuk mengatasi berbagai isu konflik;
• Menghubungkan berbagai sebab dan efek satu sama lain, dan untuk
memfokuskan dalam masalah inti.
C. Tujuan AGATA
• Memberikan pemahaman kepada mediator dan pihak lain yang
mendukung penyelesaian sengketa tentang gaya para pihak yang
bersengketa;
• Menemukenali pilihan-pilihan cara penyelesaian sengketa atau bentuk
intervensi strategis yang dapat dilakukan oleh mediator atau pihak lain
untuk merespon gaya para pihak dalam menghadapi sengketa;
• Untuk mengetahui apakah momentum saat ini adalah tepat untuk
memulai perundingan.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 21
1) Gaya Menghindar (Avoiding)
Gaya saling menghindar terjadi ketika
salah satu pihak menolak adanya
sengketa, mengubah topik penyebab
sengketa ke topik lainnya yang bukan
penyebab sengketa, menghindari
sengketa, berprilaku tidak jelas (non-
committal) atau tak membangun
komitmen. Gaya seperti ini amat
efektif pada situasi dimana terdapat
Sumber Gambar : bahaya kekerasan fisik, tidak ada
http://www.neilrosenthal.com/avoiding-conflict/
kesemp
kesempatan untuk mencapai tujuan, atau situasi yang amat rumit yang
tidak mungkin upaya penyelesaian dilakukan. Ciri – cirinya :
• Menolak adanya sengketa;
• Mengubah topik penyebab ke topik lainnya yang bukan penyebab
sengketa
• Menghindari diskusi tentang sengketa
• Berperilaku tidak jelas (non-comittal) atau tidak ingin membangun
komitmen.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 22
3) Gaya Kompromi (Compromissing)
Gaya ini efektif pada situasi ketika
para pihak menolak untuk bekerja
sama sementara pada saat yang
bersamaan diperlukan jalan keluar,
dan ketika tujuan akhir bukan
merupakan bagian yang penting.
Dalam gaya ini lazimnya tidak
dicapai kepuasan sejati. Ciri-cirinya:
• Masing-masing pihak bertindak
bersama-sama mengambil jalan
tengah, misalnya dengan saling
memberi, dan dalam tindakan
Sumber Gambar :
https://ko.depositphotos.com/39070899/stock-
tersebut tidak jelas siapa yang
photo-compromise-venn-diagram-negotiate- menang dan siapa yang kalah.
settlement.html
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 23
E. Cara Memetakan Gaya Sengketa
• Kualitatif (Kunci AGATA)
• Kuantitatif (Thomas Kilmann Instrument) + Pasya (Excel)
Instrumen Thomas Kilman (Rahim dan Mager, 1995), adalah alat sederhana
untuk menganalisis gaya mengelola konflik dari seseorang/pihak tertentu. Alat
ini dipergunakan ketika ada dua pihak yang berbeda sikapnya terhadap satu
atau beberapa isu konflik, ketidaksepahaman, perdebatan, atau kekecewaan
terhadap pihak lain. Lalu, berdasarkan sekala berikut, frekuensi sikap/gaya
masing-masing disekor, yaitu:
Skor: 1 = Tidak pernah, 2 = Jarang, 3 = Kadang-kadang, 4 = Sering, dan 5 = Selalu
Nama
Saya mencoba memadukan ide saya dengan ide pihak lain untuk
10 mencapai tujuan bersama.
15 Saya mencoba bekerja dengan pihak lain untuk menemukan solusi yang
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 24
memuaskan keinginan kedua pihak.
17 Saya mengejar keinginan saya agar terpenuhi dalam konflik yang ada.
Saya bertukar informasi akurat dengan pihak lain sehingga para pihak
20 dapat memecahkan masalah bersama.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 25
Lampiran 1. Kuisioner/check List Identifikasi Sengketa
Indikator Psikologis dan Sosial adanya Sengketa
No Pertanyaan Panduan Indikator Ya Tidak Keterangan
Apakah para pihak berkeinginan mendiskusikan
1
fakta?
2 Apakah sikap optimis ditemui?
3 Adakah semangat untuk kerjasama?
Apakah perilaku untuk saling memberi kehidupan
4
satu sama lain terdapat dalam satu kegiatan?
Dapatkah para pihak mendiskusikan isu tanpa
5
melibatkan kepentingan pribadi?
Apakah para pihak dapat survive dalam situasi
6
yang ada?
7 Apakah bahasa yang dipergunakan terlalu rumit?
Apakah pemecahan masalah mendominasi
8
dalam upaya-upaya penyelesaian?
9 Apakah sikap saling bersaing didapati?
Apakah persaingan ditekankan pada menang
10
dan kalah?
Apakah sulit mendiskusikan perselisihan tanpa
11
melibatkan pihak ketiga?
Apa kata kunci yang paling sering muncul dalam
12
perselisihan ini?
Apakah pertanyaan berikut sering muncul?
• “..Mereka..”;”..Semua Orang..”;”..saya..”
13 • “..Anda selalu..”;”..Mereka tidak pernah..”
• “..Pokoknya..”;”..Posisi kami..”
• “..Kita..”
Apakah sikap amat berhati-hati didapati selama
14
mendiskusikan masalah?
Apakah erdapat petunjuk adanya agenda
15
tersimpan?
16 Apaka nampaknya para pihak bersikap bijak?
17 Apakah ada upaya menyisihkan pihak lain?
18 Apakah ada petunjuk melukai pihak lain?
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 26
Lampiran 2. Kuisioner Analisis Akar Sengketa dan Pihak yang bersengketa
Pernyataan awal tentang konflik apa yang terjad/ Kronologis singkat:
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 27
Lampiran 3. Kuisioner Memilih Penyelesaian Sengketa Melalui berbagai
Pilihan ADR (Alternatif Dispute Resolution)
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 28
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 29
MODUL III
PEMAHAMAN TENTANG ISU, MASALAH, POSISI DAN KEPENTINGAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Peserta dapat memahami perbedaan Isu, Masalah, Posisi dan
Kepentingan.
B. Peserta dapat menganalisa kemampuan para pihak dan dapat
menyeimbangkannya.
2. ISU
Topik dari suatu kepentingan atau masalah yang harus diselesaikan.
Contoh: Musim kemarau, sumber air banyak yang kering.
3. MASALAH
A. Sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan).
B. Masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi).
Contoh: Saat musim kemarau seperti ini masalahnya adalah bagaimana
memperoleh air untuk kebutuhan sehari-hari.
C. Alat bantu untuk mengidentifikasi masalah, yaitu :
• Analisis Bawang Bombay
4. POSISI
A. Posisi ini bukan jabatan atau kedudukan dalam suatu instansi atau
kelompok.
B. Tuntutan yang disampaikan oleh pihak / para pihak.
C. Sesuatu yang “diperjuangkan / ditolak mati-matian”.
D. Kadang tidak masuk akal/ irasional.
5. KEPENTINGAN
A. Sesuatu yang ingin dicapai/diinginkan.
B. Kadang disampaikan dengan jelas.
C. Kadang tidak disampaikan dengan jelas.
6. KEBUTUHAN
A. Sesuatu yang harus ada/dimiliki.
B. Kebutuhan yang paling mendasar.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 30
7. KESEIMBANGAN KEKUATAN
Dalam bernegosiasi negosiator harus memiliki kekuatan yang seimbang,
karena salah satu syarat negosiasi efektif dan mediasi yaitu keseimbangan
kekuatan para pihak. Jika para pihak tidak memiliki keseimbangan kekuatan
maka negosiasi tidak bisa berjalan dengan lancar bahkan bisa tidak terjadi
negosiasi atau mediasi.
Dalam bernegosiasi negosiator wajib memiliki keahlian membangun
kekuatan yang seimbang dengan pihak lainnya, sedangkan mediator dalam
bermediasi diwajibkan mampu menyeimbangkan kekuatan para pihak untuk
memperlancar proses mediasi.
Kekuatan para pihak bersumber dari :
• Kedudukan: kendali legal/jabatan, kekayaan, kendali hukum,
informasi/data dan lingkungan/situasi.
• Kepribadian: keahlian, kharisma, ketokohan, jaringan/relasi.
• Politik: kendali keputusan, koalisi, kendali atas partisipasi, institusionalisasi.
8. TUJUAN PENGIDENTIFIKASIAN
A. Persiapan untuk melancarkan dialog di antara kelompok – kelompok
(aktor) dalam suatu konflik.
B. Bagian suatu analisis konflik untuk memahami berbagai dinamika situasi
konflik.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 31
MODUL IV
BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN KONFLIK
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Peserta memahami bentuk-bentuk penyelesaian sengketa.
B. Peserta dapat membedakan kelebihan dan kekurangan masing-masing
bentuk penyelesaian sengketa.
Kelebihan Litigasi
• Proses beracara jelas dan pasti;
• Putusan menentukan siapa yang benar atau salah menurut hukum;
• Putusan dapat dieksekusi atau dijalankan secara paksa
Kelemahan Litigasi
• Proses yang relatif lebih lama daripada proses mediasi;
• Berbicara hukum saja;
• Tidak dapat dirahasiakan;
• Dominasi kuasa hukum;
• Menimbulkan atau rasa permusuhan diantara para pihak;
• Putusan hakim mungkin tidak dapat diterima oleh salah satu pihak.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 32
B. Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
• Disebut juga “Pengadilan Swasta” proses peradilan secara swasta/privat
atau ditentukan sendiri oleh para pihak;
• Sengketa akan diputus oleh arbiter (hakim swasta);
• Keberadaan arbitrase dan ruang lingkup sengketa yang dapat
diArbitrasekan didasarkan atas perjanjian Arbitrase;
• Kewenangan pengadilan untuk mengadili dikesampingkan dengan
perjanjian Arbitrase;
• Putusan Arbitrase mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
A. Karakteristik APS
• Sukarela dan konsensual (didasarkan atas kesepakatan para pihak);
• Kooperatif;
• Tidak agresif/tidak bermusuhan dan tegang;
• Fleksibel dan tidak formal/tidak kaku;
• Kreatif;
• Melibatkan partipasi aktif para pihak dan sumber daya yang mereka
miliki;
• Bertujuan untuk mempertahankan hubungan baik.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 33
Keuntungan APS Tantangan APS
• Cepat dan murah • Keterbatasan dukungan yuridis
• Kontrol para pihak terhadap proses terhadap proses dan hasilnya,
dan hasil termasuk terhadap eksekusi
• Dapat menyelesaikan sengketa perjanjian penyelesaian sengketa
secara tuntas/ holistik (perdamaian) yang dihasilkan
• Meningkatkan kualitas keputusan • Proses dan keputusan yang
yang dihasilkan dan kemauan dihasilkan tidak dapat begitu saja
para pihak untuk menerimanya dipaksakan
B. Bentuk-Bentuk APS
1) Negosiasi
Menurut Roger Fisher & WilliamUry, negosiasi adalah : “komunikasi dua
arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua
belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun
berbeda“[GettingTo Yes : Negotiating an Agreement Without Giving In,
London Bussiness Book, 1991, P.XIII].
2) Mediasi
Penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan
dibantu oleh Pihak ketiga /mediator (Perma No. 1 tahun 2016), untuk
mencapai suatu kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Mediasi sebagai intervensi terhadap suatu sengketa atau negosiasi
yang dilakukan oleh pihak ketiga yang dapat diterima, tidak
berpihak/netral, yang tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil
keputusan dalam membantu para pihak berselisih, dalam upaya
mencari kesepakatan sukarela dalam menyelesaikan permasalahan
yang disengketakan (ChristopherMoore : 1996).
Ciri dan karekteristik mediasi
• Mediasi merupakan inisiatif para pihak atau diwajibkan (Mediasi di
pengadilan);
• Penyelesaian konflik/sengketa melalui perundingan;
• Terdapat pihak ketiga (mediator) netral;
• Mediator tidak mempunyai wewenang memutus;
• Mediator membantu para pihak memperbaiki komunikasi dan
mendorong tercapainya kesepakatan.
3) Konsiliasi
Suatu metode penyelesaian sengketa dengan mempertemukan para
pihak yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan/persetujuan
bersama dengan dibantu oleh Konsiliator. Dalam menyelesaikan
perselisihan, konsiliator memiliki hak dan kewenangan untuk
menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada
yang bersengketa. Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat
keputusan dalam sengketa untuk dan atas nama para pihak sehingga
keputusan akhir merupakan proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 34
oleh para pihak dalam sengketa yang dituangkan dalam bentuk
kesepakatan di antara mereka.
• Bila perlu dibedakan, konsiliator memiliki peran intervensi yang lebih
besar daripada mediator; dalam konsiliasi pihak ketiga (konsiliator)
secara aktif memberikan nasihat atau pendapatnya untuk
membantu para pihak menyelesaikan sengketa.
• Mediator hanya mempunyai kewenangan untuk mendengarkan,
membujuk dan memberikan inspirasi bagi para pihak. Mediator tidak
boleh memberikan opini atau nasihat atas suatu fakta atau masalah
(kecuali diminta oleh para pihak.
6) Pencarian Fakta
• Sifat proses yang dijalankan adalah investigasi/ penyelidikan yang
bersifat tertutup;
• Pihak netral memiliki keahlian di bidang yang disengketakan
• Hasil akhir adalah rekomendasi/ laporan.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 35
Evaluasi Pencari
Ciri-Ciri Negosiasi Mediasi Litigasi Arbitrase
Netral Dini Fakta
Sangat Formal,
Tingkat
Tidak Formal Tidak Formal Tidak Formal Tidak Formal terikat pada Agak Formal
Formalitas
hukum Acara
Analisis/ Rekomendasi/
Hasil Akhir Kesepakatan Kesepakatan Putusan Putusan
Evaluasi Laporan
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 36
MODUL V
PENGANTAR DAN TAHAPAN NEGOSIASI
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Dalam sesi ini peserta diharapkan dapat mengetahui pengertian dan
tujuan negosiasi.
B. Peserta diharapkan dapat mengetahui tahapan dan prasyarat negosiasi
yang efektif.
C. Peserta diharapkan dapat mengetahui sistem perwakilan (representasi)
untuk bernegosiasi.
2. PENGERTIAN NEGOSIASI
A. Suatu proses untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain
(Goodpaster, 1993).
B. Komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada
saat kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang sama maupun
berbeda, tanpa keterlibatan pihak ketiga penengah (Fisher dan Ury, 1991).
3. TUJUAN NEGOSIASI
A. Mempengaruhi pihak lawan untuk memberikan/melakukan sesuatu.
B. Mencapai kesepakatan dalam rangka menyelesaikan sengketa.
C. Membuat kesepakatan yang baik, bijaksana, dan memperbaiki
hubungan antara para pihak.
4. KEUNTUNGAN NEGOSIASI
A. Menciptakan pengertian yang lebih baik mengenai pandangan pihak
lawan.
B. Mempunyai kesempatan untuk mengutarakan pikiran atau isu hati dan
didengarkan oleh pihak lawan.
C. Memungkinkan penyelesaian masalah secara bersama-sama.
D. Mengupayakan solusi terbaik bagi kedua belah pihak.
5. TANTANGAN NEGOSIASI
A. Tidak akan berjalan tanpa kemauan dan itikad baik para pihak.
B. Tidak efektif jika tdk dilakukan oleh pihak yang memiliki kewenangan dlm
pengambilan keputusan.
C. Tidak berjalan dengan baik jika keaadaan tidak seimbang/berat sebelah.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 37
6. PRA SYARAT NEGOSIASI EFEKTIF
A Kemauan (Willengness): Mau menyelesaikan masalah dan bernegosiasi
secara sukarela
B Kesiapan (Preparedness): Siap melakukan negosiasi
C Kewenangan (Authoritative): Mempunyai wewenang untuk mengambil
keputusan
D Keseimbangan Kekuatan (Balancing Power) Kekuatan yang relatif
seimbang sehingga dapat tercipta saling ketergantungan
E Keterlibatan seluruh pihak terkait (Stakeholdership): Dukungan seluruh pihak
terkait dalam negosiasi
F Hollistik: Pembahasan secara menyeluruh (Comprehensive).
7. TAHAPAN NEGOSIASI
A. Tahap Pra Negosiasi / Persiapan
• Kenali lawanmu;
• Siapkan tim negosiator dan pembagian peran;
• Pahami isu dan masalah;
• Pahami kepentingan dan kebutuhan;
• Siapkan agenda yang akan di negosiasikan;
• Tentukan opsi-opsi tawaran penyelesaian masalah berupa nilai/ harga
terendah, tertinggi dan target;
• Opsi memperbesar kue;
• Buat dalam bentuk proposal negosiasi.
B. Tahap Negosiasi
1) Orientasi dan Mengatur Posisi
• Perkenalan;
• Ramah tamah;
• Bertukar informasi;
• Menciptakan kesan awal yang baik;
• Membangun kepercayaan;
• Saling menjelaskan permasalahan dan kepentingan/ kebutuhan;
• Mengajukan tawaran awal (Aspiration Price).
2) Tawar-Menawar
• Tahap ini strategi dan taktik negosiasi akan banyak digunakan;
• Para pihak saling menanggapi tawarannya, menjelaskan alasannya,
dan membujuk pihak lain untuk menerima;
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 38
• Memberikan konsesi, tetapi pastikan kita mendapatkan sesuatu
sebagai imbalannya;
• Mencoba memahami pikiran pihak lain (meminjam topi lawan);
• Mengidentifikasi kepentingan dan kebutuhan bersama;
• Mengembangkan dan mendiskusikan opsi-opsi penyelesaian;
• Gunakan ukuran kriteria untuk dijadikan rujukan bersama ;
• Ciptakan Komitmen untuk meningkatkan kepercayaan;
• Komunikasi yang inklusif untuk mencegah kebuntuan atau
kesalahpahaman;
• Selalu ingat dengan BATNA.
C. Tahap Kesepakatan
• Merumuskan Kesepakatan dengan prinsip 5W 1H (What, Where, When,
Who, Why, and How) atau ADIK SIMBA (Apa, Dimana, Kapan, Siapa,
Mengapa, dan Bagaimana);
• Membuat berita acara dan/atau kesepakatan formal;
• Bila tidak berhasil mencapai kesepakatan, membatalkan
komitmen/menyatakan tidak ada komitmen.
D. Tahap Pasca Negosiasi
• Komitmen bersama mengakhiri sengketa/konflik dan mencegah konflik
baru;
• Hubungan baru yang lebih baik (damai dan harmoni).
8. SISTEM PERWAKILAN
A. Terdapat 4 prinsip perwakilan dalam bernegosiasi, yaitu :
1) Korban;
2) Mendapat Kuasa;
3) Pemangku Hak (Pemilik, Pengguna, Penyewa);
4) Pemegang Otoritas, misal:
• Pemberi Izin/ Pengesah;
• Pemimpin Pemerintahan/ Perusahaan;
• Badan Perwakilan Desa/ Kampung;
• Tokoh Masyarakat.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 39
• Kuasa Direksi;
• Dibuat tertulis dan ditanda tangani.
2) Kewenangan
• Batas kewenangan (seperti menghadiri, memutuskan,
menandatangani, perpanjangan waktu, dll);
• Kapan harus konsultasi;
• Titik tawaran terendah-target-tertinggi;
• Lanjut negosiasi - mediasi atau berakhir;
• Konsekuensi biaya atau anggaran.
3) Pertanggungjawaban
• Menyampaikan perkembangan;
• Mengkonsultasikan opsi – opsi;
• Memepertanggungjawabkan kesepakatan yang sudah dihasilkan
dengan cara pertemuan khusus, distribusi bahan tertulis,
pengumuman lisan, dll.
4) Pembagian peran
• Juru bicara utama dan cadangan;
• Penyiap dokumen/ rujukan;
• Pencatat/ pendokumentasi;
• Pengevaluasi/ penganalisa;
• Pengingat;
• Pelobby;
• Penghubung ke dalam/ keluar;
• Peran baik (Good Guy) – peran nakal (Bad Guy);
• Pengatur strategi – taktik;
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 40
MODUL VI
STRATEGI DAN KETERAMPILAN NEGOSIASI
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Sesi ini merupakan bagian lanjutan dari materi Pengertian dan Tahapan
Negosiasi.
B. Peserta diharapkan dapat mengetahui strategi negosiasi berbasis posisi
dan berbasis kepentingan.
C. Peserta diharapkan dapat memiliki keterampilan negosiasi dalam proses
mediasi.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 41
• Adanya perasaan menang dan kalah;
• Posisi bertahan atau turun sedikit-sedikit;
• Referensi lain sebagai perbandingan.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 42
• Akurat dalam berkomunikasi.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 43
Proses Negosiasi
(BATNA, RP, AP, ZOPA)
Rp 13.000/kg Rp 25.000/kg
RP AP
PENJUAL
ZOPA
PEMBELI
Rp 8.000/kg Rp 20.000/kg
AP RP
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 44
B. Kemungkinan akhir (hasil dalam negosiasi) :
• Menang – Menang (Negosiasi Terintegrasi)
• Menang – Kalah (Pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil
maksimal)
• Kalah – Menang (Mengalah untuk mengambil manfaat)
• Kalah – Kalah (Sama-sama tidak mendapatkan hasil)
• Jalan Buntu.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 45
MODUL VII
PENGANTAR MEDIASI
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Peserta diharapkan dapat memahami pengertian dan prinsip mediasi.
B. Peserta diharapkan dapat peran dan tipe mediator.
2. MEDIASI
A. Pengertian Mediasi
Mediasi merupakan proses sistematis dalam bernegosiasi
(bermusyawarah), dengan dibantu oleh Mediator yang independen, tidak
memihak, tidak berkewenangan untuk membuat keputusan, namun
mendorong dan memfasilitasi para pihak untuk menemukan peluang-
peluang kesepakatan (mufakat) sukarela yang dapat dirasakan adil oleh
para pihak.
B. Ciri-Ciri Mediasi
• Mediasi merupakan inisiatif para pihak atau diwajibkan (mediasi di
pengadilan);
• Penyelesaian sengketa melalui perundingan;
• Pihak ketiga (mediator) bersifat netral;
• Mediator tidak mempunyai wewenang memutus;
• Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk
mencari penyelesaian;
• Kesepakatan terbaik berasal dari para pihak;
• Para pihak tidak ada yang dirugikan (win-win solution);
• Dilakukan secara sukarela.
C. Kelebihan Mediasi;
• Cepat, efisien, kerahasiaan terjaga;
• Menjaga/ memelihara/ memulihkan hubungan;
• Murah dari pada proses pengadilan;
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 46
B. Netral
Mediator wajib bersifat netral dalam mediasi, yaitu tidak berpihak kepada
salah satu para pihak.
C. Independen
Mediator wajib bersifat independen dalam mediasi, yaitu bebas dan
tunduk pada kebenaran hukum serta mengikuti aturan yang berlaku, tidak
bertindak seenaknya sendiri.
E. Kerahasian
Kerahasian proses mediasi wajib di jaga oleh mediator dan para pihak
demi berlangsungnya proses mediasi.
G. Posisi Sejajar
Mediator dengan para pihak memiliki posisi yang sejajar dalam proses
mediasi. Pada hakikatnya mediator bukan pengambil keputusan.
4. PERAN MEDIATOR
Dua peran mediator dalam mediasi, yaitu :
A. Peran sebelum perundingan mediasi
• Mengumpulkan informasi;
• Mediator sebelum melakukan mediasi dapat mengumpulkan informasi
awal perihal tentang sengketa para pihak;
• Mengundang para pihak;
• Mediator wajib mengundang para pihak dan pihak yang representatif
untuk dihadirkan dalam mediasi dengan kesepakatan para pihak yang
sudah disepakati bersama;
• Menyiapkan tempat perundingan;
• Mediator menyediakan tempat mediasi, dan diusahakan tempat
mediasi diposisi netral dan nyaman untuk mediasi;
• Menyiapkan peralatan dan logistik;
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 47
• Sebelum dimulainy proses mediasi mediator harus menyiapkan
peralatan dan logistik yang diperlukan untuk proses mediasi seperti alat
tulis, recorder.
5. TIPE MEDIATOR
Ada 3 tipe mediator di kehidupan kita sehari-hari yaitu :
A. Mediator Sosial/Komunitas (Social/Community Mediator)
• Memiliki kepedulian terhadap pesoalan sosial;
• Aktif dalam menawarkan penyelesaian sengketa/konflik;
• Dipilih karena dikenal oleh para pihak;
• Berasal dari lingkungan para pihak;
• Biasanya berasal dari Organisasi Kemasyarakatan/Masyarakat Sipil,
Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat yang dipercaya dapat
membantu menyelesaikan sengketa/konflik.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 48
• Memiliki kapasitas untuk mengarahkan hasil perundingan;
• Biasanya berasal dari lembaga pemerintah atau lembaga negara yang
memiliki wewenang bertindak sebagai Mediator menurut peraturan
perundang-undangan.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 49
MODUL VIII
TAHAPAN MEDIASI
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Peserta diharapkan dapat memahami ciri, karakteristik mediasi;
B. Peserta diharapkan dapat memiliki keterampilan tahapan mediasi.
3. TAHAPAN MEDIASI
A. Pra Mediasi
1) Pra Mediasi di luar Pengadilan
a. Menerima permohonan dari salah satu pihak ata para pihak;
b. Mengumpulkan dan menelaah informasi dan data;
c. Memilih dan menyepakati tim Mediator;
d. Mendapatkan mandat dari para pihak;
e. Membangun kesepahaman awal
i.Kesepahaman awal diperlukan karena :
• Konflik di manifestasikan oleh para pihak dalam bentuk yang saling
membatasi akses dan bahkan meniadakan kepentingan satu samalain
atas objek konflik
• Konflik membuat ketidakpercayaan satu samalain
• Perbedaan rujukan yang akan digunakan dalam proses mediasi
ii.Tujuan kesepahaman awal untuk menjamin keadilan dan kesetaraan
bagi para pihak dan penegasan komitmen para pihak untuk mengikuti
dan mematuhi keseluruhan proses mediasi. Prasyarat dan komitmen
yang telah ditetapkan dan disepakati oleh para pihak sebelum
melaksanakan proses mediasi.
iii.Isi dalam kesepaaman awal :
• Syarat yang diajukan oleh para pihak sebelum proses mediasi
dilaksanakan.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 50
• Memasikan representasi (tim perunding) dan konsistensinya dalam
proses mediasi.
• Penegasan komitmen para pihak.
• Menyepakati dokumen yang menjadi rujukan (proses yang pernah
dilakukan, hasil asesmen, kebijakan terkait, proposal usulan
penyelesaian).
• Menyepakati pihak – pihak yang dilibatkan dalam mediasi.
• Menyepakati waktu proses mediasi.
• Prinsip kerahasiaan.
f. Menyepakati aturan main mediasi dengan para pihak.
i.Pentingnya menyusun dan menyepakati aturan main dalam mediasi :
• Penyelesaian konflik biasanya tidak selesai dalam sekali pertemuan
mediasi
• Mencegah penggunaan cara-cara yang tidak etis, isu SARA maupun
kekerasan
• Mengatasi dinamika selama proses mediasi dengan berpegang aturan
main
• Menjamin keadilan bagi para pihak dalam proses mediasi
• Membatasi inervensi pihak lain
• Memberi wewenang kepada mediator untuk mengatasi keadaan
tertentu
• Mengatasi kendala pembiayaan secara transparan
ii.Isi aturan main mediasi :
• Sederhana tapi mendasar untuk menunjang kelancaran (konusifitas)
pertemuan mediasi
• Nama pihak-pihak yang akan terlibat dalam pertemuan mediasi
• Peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat
• Kerangka/ isi kesepakatan
• Engatur lalu lintas komunikasi dalam proses mediasi
• Mengatasi kebuntuan
• Poko-pokok agenda pertemuan secara umum
• Kerahasiaan
• Waktu mediasi yang dibutuhkan
• Pembagian beban anggara/ biaya kepada para pihak
• Dan lainnya (sesuai kebutuhan)
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 51
2) Pra Mediasi dalam Pengadilan
Mediator :
Majelis :
• Tentukan tanggal
• Menjelaskan dan hari mediasi
Penggugat Mediasi • Pemanggilan para
pihak melalui
• Para pihak
panitera dengan
ttd form bantuan JSP
Para Pihak
penjelasan • Para pihak
Sidang Memberitahu menyerahkan
mediasi MEDIASI
Mediator resume perkara
• Menentukan maksimal 5 hari
mediator dari penetapan
Tergugat mediasi
• Menetapkan
• Mediator
perintah mempelajari
mediasi resume perkara
• Mediasi maksimal
• Sidang
30 hari dan dapat
ditunda diperpanjang
B. Mediasi
1) Pendahuluan/ pengantar dan sambutan dari Mediator:
• Mediator memperkenalkan diri dan para pihak;
• Menekankan adanya kemauan para pihak untuk menyelesaikan
masalah melalui mediasi;
• Menjelaskan pengertian mediasi dan peran mediator;
• Menjelaskan prosedur mediasi;
• Menjelaskan prosedur mediasi;
• Menjelaskan pengertian kaukus;
• Menjelaskan parameter kerahasiaan;
• Menguraikan jadwal dan lama proses mediasi;
• Menjelaskan kembali aturan main dalam proses perundingan;
• Memberikan kesempatan kepada para pihak untuk bertanya dan
menjawabnya.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 52
3) Mengidentifikasi masalah dan menyusun agenda
• Mediator mengidentifikasi topik-topik umum permasalahan;
• Menyepakati permasalahan dan menentukan urutan sub topik yang
akan dibahas dalam proses perundingan;
• Menyusun agenda perundingan.
8) Kesepakatan
Para pihak dibantu mediator menyusun kesepakatn dan prosedur atau
rencana pelaksanaan kesepakatan mengacu pada langkah-langkah
yang akan ditempuh para pihak untuk melaksanakan bunyi kesepakatan
dan mengakhiri sengketa.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 53
C. Pasca Mediasi
1) Legalisasi Kesepakatan
Setelah para pihak menyutujui dan menandatangani kesepakatan
bersama untuk mengakhiri sengketa, mediator dapat menawarkan
kepada para pihak untuk melegalkan hasil kesepakatan tersebut ke
notaris maupun ke pengadilan untuk menghindari para pihak ada yang
tidak melaksanakan isi kesepakatan bersama.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 54
MODUL IX
KETERAMPILAN MEDIATOR
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Peserta diharapkan dapat memahami komunikasi yang baik dalam
menghadapi para pihak yang mempunyai latar belakang berbeda.
B. Peserta diharapkan dapat memiliki keterampilan dasar sebagai mediator.
2. KETERAMPILAN MEDIATOR
Mediator dalam melakukan mediasi harus memiliki beberapa keterampilan,
yaitu:
A. Keterampilan Pengorganisasian
1) Mediator merencanakan dan menjadwalkan pertemuan;
7) Mediator duduk dengan jarak yang sama antar para pihak, kalu bisa
ditengah untuk menjaga netralitas;
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 55
Mediator
(Bersertifikat/Tidak)
Negosiator B
Negosiator A
Pengamat/Tenaga Ahli
B. Keterampilan Perundingan.
1) Memimpin perundingan
Mediator harus bisa memimpin perundingan atau proses mediasi antar para
pihak yang sedang bersengketa. Karena dalam mediasi, para pihak cenderung
mengedepankan kepentingannya masing-masing untuk dipenuhi. Sehingga
Mediator membutuhkan keterampilan khusus dalam memimpin proses mediasi.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 56
• Kejelasan penyampaian isu dan topik oleh para pihak;
• Kapasitas para pihak untuk mengenal topik atau isu yang dipresentasikan
secara jelas;
• Kekuatan para pihak untuk mendorong pihak lain menerima topik atau isu
untuk dimasukkan dalam agenda;
• Tingkat penolakan secara psikologis atas kolaborasi yang ditunjukkan oleh satu
atau beberapa pihak.
Setelah mediator dapat mendefinisikan isu dari para pihak, selanjutnya mediator
menyusun agenda sesuai prioritas yang di sepakati bersama para pihak.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 57
Para pihak memilih isu yang relatif mudah dan penyelesaiannya tidak
memakan waktu lama.
g) Membangun Pondasi
Para pihak mengidentifikasi isu yang akan menjadi landasan dari keputusan-
keputusan yang akan di ambil selanjutnya.
h) Paket
Para pihak kadang merasa enggan untuk menyelesaikan masalah secara satu
persatu. Oleh karena itu, mereka merundingkan beberapa isu secara simultan
dalam satu paket.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 58
d) Yang perlu dikelola di antar pihak :
• Ketersinggungan atas ucapan lawan negosiasi.
• Sikap mempertahankan posisi awal negosiasi dan menolak untuk bergerak.
• Fokus kepada orang dan posisi daripada masalah.
• Kurang jelasnya peran atau tingkat otoritas
• Sikap menarik diri dari diskusi
• Kurangnya kesediaan untuk mendengarkan
• Pemaksaan ide dan tidak komitmen.
7) Mengadakan Kaukus;
Kaukus/Caucus (Separate Meeting) merupakan pertemuan terpisah yang
dilakukan oleh mediator dengan salah satu pihak daam sebuah proses mediasi
tanpa mengikutsertakan pihak lainnya. Kaukus ini salah satu bagian penting
dalam proses mediasi sehingga membutuhkan keterampilan mediator terutama
untuk menggali/ mengungkapkan “kepentingan tersembunyi”.
a) Fungsi Kaukus
• Membantu mediator dalam memahami motivasi dan prioritas para pihak dan
prioritas para pihak dan membangun empati serta kepercayaan secara
individual
• Memungkinkan mediator untuk mencari informasi tambahan
• Memungkinkan mediator untuk menggali/ mengungkapkan kepentingan
tersembunyi;
• Para pihak memilih topik secara bersalang seling. Cara ini jarang
dipergunakan karena para pihak kadang-kadang tidak mengikuti prosedur
sehingga menimbulkan Dead Lock;
• Memungkinkan salah satu pihak untuk mengungkapkan kepentingan yang
tidak ingin diungkapkan dihadapan mitra rundingnya;
• Memungkinkan mediator dan para pihak untuk mengembangkan dan
mempertimbangkan alternatif-alternatif baru;
• Memungkinkan mediator untuk mendorong dan memotivasi para pihak untuk
melaksanakan perundingan yang konstruktif;
• Memungkinkan mediator untuk menguji seberapa realistis opsi-opsi yang
diusulkan;
• Memberikan waktu dan kesempatan kepada pihak untuk menyalurkan emosi
kepada mediator tanpa membahayakan kemajuan mediasi;
• Mengingatkan hal yang telah dicapai dalam proses mediasi dan
mempertimbangkan akibat bila tidak tercapai kesepakatan.
b) Hal yang perlu diperhatikan saat kaukus
• Waktu kaukus harus diberikan secara berimbang;
• Waktu kaukus sebaiknya tidak terlalu lama;
• Setelah kaukus pada salah satu pihak, maka mediator bertemu dengan pihak
lainnya;
• Mempersiapkan para pihak untuk memulai kembali sesi perundingan (joint
meeting).
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 59
c) Waktu yang cocok untuk dilaksanakan kaukus
• Pada awal proses mediasi, setelah presentasi para pihak unutk mengetahui
apakah masih ada hal-hal yang disembunyikan dan mungkin penting untuk
penyelesaian masalah;
• Jika diminta oleh salah satu pihak atau kuasa hukumnya;
• Jika terjadi kebuntuan, untuk menganalisa sebab-sebab kebuntuan dan
mencari kemungkinan terobosan-terobosan baru;
• Jika salah satu pihak merasa mengalami tekanan sehingga memberikan
kesempatan padanya untuk memulihkan emosi;
• Mengalihkan perundingan kearah perundingan yang bertumpu pada
kepentingan.
C. Keterampilan Fasilitasi.
1) Mampu menghadapi emosi para pihak.
Beberapa cara untuk mengatasi emosi, adalah :
a) Mengatasi emosi yang moderat
• Didengarkan saja
• Secara perlahan dialihkan;
• Ingatkan pihak yang emosi pada permasalahan perlu diatasi;
• Ingatkan pada peraturan perundingan;
• Ingatkan pihak yang emosi dengan komitmen pada prose penyelesaian.
b) Mengatasi emosi yang otoritatif
• Identifikasi pengungkapan emosi yang tidak wajar;
• Ingatkan pada peraturan perundingan;
• Ingatkan pihak yang emosi dengan komitmen pada prose penyelesaian.
c) Mengatasi emosi yang tinggi/ kuat;
• Skorsing pertemuan untuk istirahat sejenak;
• Kaukus (pertemuan terpisah);
• Meninjau proses mediasi;
• Mampu menahan emosi sendiri;
• Berusaha mencegah jalan buntu.
• Dorong para pihak untuk mengungkapkan permintaan;
• Usul agar para pihak mendapat nasehat profesional (ahli);
• Meminta informasi tambahan pada para pihak;
• Usul penyerahan masalah kepada para ahli mengikat atau tak mengikat.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 60
• Meminta informasi tambahana pada para pihak.
• Usul penyerahan masalah kepada para ahli mengikat atau tak mengikat.
• Lakukan kaukus.
D. Keterampilan Komunikasi.
1) Komunikasi verbal
• Berbicara dengan tenang, meyakinkan;
• Hindari penggunaan istilah dan ungkapan teknis;
• Jika para pihak menggunakan kata-kata keras, mediator dapat mengganti
dengan kata-kata yang lebih netral.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 61
3) Kemampuan atau seni bertanya
• Pertanyaan yang tepat disaat yang tepat merupakan salah satu teknik dalam
bermediasi;
• Pertanyaan terbuka mendorong para pihak mengungkapkan gagasan,
pendapat, reaksi atau informasi;
• Gunakan untuk mendorong para pihak berfikir dan berefleksi;
• Mendorong para pihak saling berbicara;
• Sangat baik mendorong keterbukaan antar para pihak;
• Mendapatkan perhatian;
• Pertanyaan tertutup dapat dijawab dengan YA atau TIDAK atau satu dua kata
saja
• Bermanfaat dalam mencari fakta, memandu para pihak mengerucutkan
gagasan, mengkonfirmasi;
• Biasanya dimulai dengan kata Siapa, Kapan, Dimana;
• Terlalu banyak pertanyaan tertutup bisa membuat pihak frustasi, defensif, dan
menciptakan suasana negatif;
• Dalam bertanya harus dijaga agar para pihak tidak merasa diintrogasi, pihak
lain tidak merasa diabaikan dan dialog tetap jelas, fokus.
5) Parafrase
Parafrase merupakan pengutipan pernyataan salah satu pihak yang dianggap
penting atau tentang ungkapan perasaan sah satu pihak agar dialog tetap
terjadi.
Beberapa hal yang harus diingat dalam parafrase
• Tidak melakukan parafrase untuk koreksi;
• Tidak mengubah makna dari yang dikatakan;
• Bantulah para pihak menata apa yang akan dituturkan.
6) Menyimpulkan
Menyimpulkan dilakukan untuk merumuskan hal-hal penting setelah berlangsung
pembicaraan antara para pihak. Waktu yang cocok untuk menyimpulkan
adalah:
• Setelah para pihak menyampaikan pernyataan
• Pada waktu memulai sesi perundingan
• Setelah selesai setiap sesi
• Setelah istirahat
• Ketika para pihak mencapai kebuntuan
• Ketika kesepakatan akan difinalkan
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 62
7) Komunikasi non verbal
Komunikasi tanpa menggunakan kata-kata lisan maupun tulisan, sehingga
komunikasi ini dapat mengandung berbagai pesan. Yang termasuk dalam
komunikasi non verbal adalah :
a) Menyimak
b) Kontak mata dan perhatian
Mempertahankan kontak mata tidak sama dengan memperhatikan terus
menerus, tetapi tetap mencatat ide dan poin penting serta menyimak secara
aktif.
c) Bahasa tubuh
Mediator harus menghindari kebiasaan bahasa tubuh menggaruk-garuk
kepala, mencoret-coret kertas dan bermain pulpen.
d) Ekspresi wajah
Mediator perlu menampilkan ekspresi wajah tersenyum dan penuh perhatian
untuk menciptakan relaksasi dan menenangkan para pihak. Jangan
menampakkan ekspresi wajah yang memihak
• Diam.
• Antusias.
• Busana.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 63
MODUL X
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Peserta diharapkan dapat memahami PerMA No. 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan.
B. Peserta diharapkan dapat memiliki keterampilan pemahaman prosedur
mediasi di dalam dan luar pengadilan.
2. MENGAPA MEDIASI?
A. Memberikan akses yang lebih baik terhadap keadilan bagi pencari
keadilan.
B. Pelaksanaan asas peradilan yang cepat sederhana dan berbiaya ringan.
C. Memperkuat peran pengadilan sebagai lembaga penyelesaian sengketa.
3. ARAH PENGATURAN
A. Sema No. 1 Tahun 2002 tentang pemberdayaan Lembaga Perdamaian
dalam Pasal 130 HIR dan 154 R.Bg.
B. Perma No. 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Peradilan Mediasi di Pengadilan.
C. Perma No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
D. Perma No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
4. LINGKUP PENGATURAN
A. Mediator.
B. Iktikad Baik dalam mediasi.
C. Jenis-Jenis Mediasi.
D. Output (Keluaran) Mediasi.
E. Prinsip-Prinsip Umum Mediasi di Pengadilan.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 64
4) Sengketa pencegahan, penolakan, pembatalan dan pengesahan
perkawinan;
5) Sengketa yang sebelumnya diajukan ke pengadilan telah dimediasi
oleh mediator bersertifikat.
C. Mediasi bersifat tertutup, kecuali para pihak menghendaki lain.
D. Dapat digunakan dengan menggunakan sarana audio visual.
E. Para pihak wajib hadir dengan atau tidak didampingi oleh kuasa hukum.
F. Dilaksanakan dengan iktikad baik.
G. Tidak ada biaya jasa mediator hakim atau pengawai pengadilan, kecuali
mediator non hakim atau non pegawai pengadilan.
H. Dilaksanakan di ruang sidang pengadilan, kecuali mediator non hakim
boleh melaksanakan mediasi di luar pengadilan.
6. MEDIATOR
A. Mediator wajib memiliki sertifikat mediator dari Mahkamah Agung atau
lembaga yang terakreditasi.
B. Mediator melaksanakan tugas secara sistematis dan terstruktur.
C. Mediator wajib melaksanakn tugas-tugas administratif.
D. Mediator wajib mentaati Pedoman Perilaku Mediator.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 65
9. KONSEKUENSI TIDAK BERITIKAD BAIK
A. Penggugat
Gugatan tidak dapat diterima (Niet Ontvankellijke Verklaard) dan
Penggugat dikenakan sanksi membayar biaya mediasi.
B. Tergugat
Tergugat dikenakan membayar biaya mediasi.
D. Biaya mediasi sebagai sanksi tidak beritikad baik diserahkan kepada pihak
yang beritikad baik melalui kepaniteraan.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 66
11. JENIS MEDIASI YANG DIATUR
A. Mediasi Wajib.
Alur Mediasi Wajib adalah :
1) Pihak penggugat mendaftarkan gugatan ke meja informasi di
pengadilan;
2) Petugas meja 1 menerima gugatan;
3) Penggugat membayar biaya perkara;
4) Gugatan dilanjutkan ke petugas meja 2;
5) Gugatan diterima panitera untuk diteruskan kepada KPN/ KPA;
6) Setelah dipelajari KPN/ KPA dikembalikan kembali ke panitera untuk
dilanjutkan ke Ketua Majelis dan Panitera Muda Perdata/ Gugatan;
7) Ketua Majelis melakukan sidang pertama untuk mewajibkan para pihak
melakukan mediasi terlebih dahulu, dan para pihak dipersilahkan
memilih mediator yang berada di pengadilan atau hakim yang
menentukan;
8) Setelah disepakati mediatornya maka petugas mediasi menyiapkan
untuk persiapan mediasi;
9) Para pihak dan para pihak melakukan proses mediasi dengan jangka
waktu yang telah ditentukan.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 67
D. Mediasi di Luar Pengadilan.
Alur Mediasi Kesepakatan Mediasi Di Luar Pengadilan :
1) Satu pihak pihak mendaftarkan gugatan dengan dilampiri hasil
kesepakatan bersama yang telah disepakati ke petugas meja 1 dan
membayar biaya perkara;
2) Gugatan dan hasil kesepakatan dilanjutkan diserahkan ke petugas meja
2 dan diteruskan ke panitera untuk dipelajari;
3) Panitera menyerahkan gugatan dan kesepakatan ke KPN/ KPA, setelah
dipelajari dikembalikan ke panitera untuk diteruskan ke ketua majelis;
4) Ketua majelis melakukan persidangan untuk mengeluarka akta
perdamaian dari kesepakatan yang telah disepakati oleh para pihak
sebelumnya.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 68
MODUL XI
KODE ETIK MEDIATOR
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Dapat Mengidentifikasi Tindakan yang Melanggar Etis.
B. Dapat Mencontohkah Perilaku kongkrit yg Melanggar Etis.
C. Dapat Menerapkan Prinsip-Prinsip Etis.
3. TUJUAN
A. Melindungi pihak-pihak.
B. Memastikan proses mediasi.
C. Menjamin kepuasan.
4. FUNGSI
A. Bagi mediator.
B. Bagi masyarakat dan para pihak.
5. NETRALITAS
A. Beriktikad baik.
B. Tidak berpihak dengan kata, sikap dan tingkah laku.
C. Tidak mempunyai kepentingan pribadi.
D. Tidak mengorbankan kepentingan para pihak.
6. SELF DETERMINATION
A. Pengambilan keputusan berdasarkan kesepakatan para pihak.
B. Para pihak mengetahui proses mediasi secara lengkap.
C. Menghormati hak para pihak, seperti hak konsultasi, hak untuk tetap atau
keluar dari proses mediasi.
D. Menghindari penggunaan ancaman, tekanan, atau intimidasi dan
paksaan terhadap salah satu atau kedua belah pihak.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 69
7. KERAHASIAAN
A. Perkataan.
B. Catatan.
“Mediator wajib memelihara kerahasiaan, baik dalam bentuk perkataan
maupun catatan yang terungkap dalam proses mediasi” (Pasal 5
Pedoman Perilaku Mediator).
8. BENTURAN KEPENTINGAN
A. Keterkaitan dengan perkara.
B. Keterkaitan dengan pihak yang berperkara.
10. SANKSI
A. Lisan.
B. Tertulis.
C. Pencoretan nama sebagai mediator.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 70
MODUL XII
MERANCANG DOKUMEN KESEPAKATAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Peserta belajar dapat menyusun kesepakatan perdamaian dengan baik
dan benar;
B. Peserta dapat mendefinisikan kesepakatan perdamaian;
C. Peserta dapat membedakan antara kesepakatan, perdamaian dan akta
perdamaian;
D. Peserta dapat mengidentifikasi ciri-ciri kesepakatan perdamaian yang
baik;
E. Peserta dapat mengidentifikasi unsur-unsur kesepakatan perdamaian;
F. Peserta dapat mempraktekkan penyusunan kesepakatan perdamaian.
2. KEDUDUKAN
Perdamaian adalah suatu persetujuan yang berisi bahwa dengan
menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, kedua belah pihak
mengakhiri suatu perkara yang sedang diperiksa pengadilan ataupun
mencegah timbulnya suatu perkara bila dibuat secara tertulis. (Pasal 1851
KUH Perdata).
Perdamaian merupakan salah satu bentuk perjanjian Perdamaian
merupakan perjanjian penyelesaian sengketa atau mencegah sengketa
Perjanjian perdamaian harus dalam bentuk tertulis.
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 71
3. DEFINISI
Kesepakatan perdamaian adalah kesepakatan hasil mediasi dalam
bentuk dokumen yang memuat ketentuan penyelesaian sengketa yang
ditandatangani oleh Para Pihak dan Mediator (Pasal 1 angka 8 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016).
Aktor Perdamaian adalah akta yang memuat isi naskah perdamaian
dan putusan hakim yang mengesahkan kesepakatan perdamaian (Pasal 1
angka 10 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016).
B. Akta Perdamaian
• Ditandatangani Majelis Hakim;
• Kekuatan Eksekutorial.
6. BENTUK-BENTUK KESEPAKATAN
A. Ditinjau dari segi bentuk merancang kesepakatan :
1) Kesepakatan tidak formal : lisan saja
2) Kesepakatan tidak formal : tertulis dan ditandatangani oleh para pihak
dan mediator
3) Kesepakatan formal : selain para pihak dan mediator juga dikuatkan
oleh notaris atau hakim melalui putusan
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 72
7. CIRI-CIRI KESEPAKATAN YANG BAIK
• Kejelasan,hindari penggunaan bahasa/ kata yang dapat meragukan
/bias;
• Pergunakan istilah dan bahasa yang lazim digunakan para pihak;
• Dapat dilaksanakan;
• Cukup Rinci;
• Memenuhi Kebutuhan;
• Mengikat Para Pihak;
• Memenuhi Syarat-syarat Perjanjian;
• Mengandung Netralitas : tidak menggunakan rumusan kata-kata yang
menyudutkan atau membela salah satu pihak.
8. ANATOMI KONTRAK
Susunan “kontrak” perjanjian perdamaian secara umum adalah sebagai
berikut:
A. Judul
Judul suatu kontrak harus dapat menggambarkan isi pokok dari kontrak
secara singkat namun jelas dengan menggunakan bahasa yang baku.
B. Pembukaan
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 73
• Disebut juga sebagai konsideran atau latar belakang lahirnya
Kesepakatan Perdamaian
F. Pengaturan Khusus
Pengaturan khusu mengenai hal-hal yang diinginkan maupun hal-hal yang
tidak dikehendaki
G. Penutup
Penegasan soal pengakhiran sengketa, seperti :
• Kata atau kalimat yang menyatakan bahwa perjanjian ini dibuat dalm
rangkap dan bermaterai yang cukup
• Apabila di pembukaan belum dicantumkan waktu dan tempat, maka
bisa dituliskan di penutup
• Menyebutkan jumlah saksi
9. KEKUATAN KESEPAKATAN
A. Tanpa materai : dokumen/ surat biasa
B. Bermaterai : tanda tangan kehadiran negara (akta bawah tangan)
C. Didaftarkan ke Notaris : kekuatan sama dengan bawah tangan
D. Dibuat dihadapan Notaris : akta otentik (bukti sempurna)
E. Digugatkan ke pengadilan : putusan pengadilan dan memiliki kekuatan
memaksa/ eksekutorial
M o d u l S e r t i f i k a s i M e d i a t o r | 74