Anda di halaman 1dari 62

MODUL PELATIHAN

DASAR-DASAR HAM METODE E-LEARNING

KEWAJIBAN DAN
TANGGUNG JAWAB NEGARA

Penulis:
Anggarani Utama Dewi, SH
Elis Widyaningsih, SH., CN., MH

Editor:
Fanilia Arly, S.Pd

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI.


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
PUSAT PENGEMBANGAN DIKLAT FUNGSIONAL DAN HAM
DEPOK, 2021
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA

Penulis:
Anggarani Utama Dewi, SH
Elis Widyaningsih, SH., CN., MH

ISBN : 978–623–6060–43–8

Editor :
Fanilia Arly, S.Pd

Diterbitkan oleh :
Pusat Pengembangan Diklat Fungsional Dan HAM
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum Dan HAM
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Jalan Raya Gandul – Cinere, No. 4, Depok 16512
Telp. (021) 7540077, 7540124 Fax. (021) 7543709

Dicetak oleh :
CV. Alnindra Putra Perkasa - Depok

Cetakan Pertama, Juli 2021

Hak Cipta © dilindungi Undang-Undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

ii Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya serta kerja keras Tim
Penyusun Modul dan Editor sehingga berhasil disusun Modul
Pelatihan Dasar-dasar Hak Asasi Manusia dengan Metode E-Learning.

Pelatihan dengan Metode E-Learning merupakan metode


pelatihan yang lebih efisien jika dibandingkan dengan metode
pelatihan klasikal. Metode ini menggunakan biaya yang lebih rendah,
waktu pembelajaran yang lebih fleksibel, dan dapat menjangkau lebih
banyak peserta. Selain itu, pelatihan dengan metode e-learning juga
merupakan salah satu solusi terhadap tuntutan kebutuhan
pengembangan kompetensi bagi Aparatur Sipil Negara di Lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apartur Negeri Sipil jo
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil.

Untuk mencapai keberhasilan dan efektivitifitas penyelenggaraan


Pelatihan Dasar-dasar HAM dengan Metode E-Learning diperlukan
modul yang berkualitas dan sesuai dengan kurikulum pelatihan.
Kurikulum pelatihan tersebut telah disusun berdasarkan kebutuhan
pengembangan kompetensi para pegawai, khususnya di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Dengan tersusunnya Modul ini, diharapkan dapat membantu


tenaga pengajar dalam menyusun desain pembelajaran yang
dinamis, aktual dan interaktif serta dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman P5 HAM (Penghormatan, Pelindungan, Pemajuan,

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara iii


Penegakan, dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia) dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi para peserta pelatihan.

Atas nama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum


dan Hak Asasi Manusia, kami mengucapkan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun dan Editor yang telah bekerja
keras menyusun Modul ini serta Narasumber yang telah memberikan
reviu dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan
Modul ini. Semoga Modul ini dapat bermanfaat bagi peserta dan
tenaga pengajar Pelatihan Dasar-dasar Hak Asasi Manusia dengan
Metode E-Learning.

Depok, Juli 2021


Kepala Pusat Pengembangan Diklat
Fungsional dan HAM,

Hendra Ekaputra, A.Md.IP.S.H.,M.H.


NIP 19721224 199902 1 001

iv Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................... iii


DAFTAR ISI ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ...................................................... 2
C. Manfaat Modul........................................................... 2
D. Tujuan Pembelajaran................................................ 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ....................... 3
F. Petunjuk Pembelajaran ............................................ 4

BAB II SUBJEK HUKUM HAK ASASI MANUSIA .................... 5


A. Aktor Negara Sebagai Pemangku Kewajiban
(Duty-Holders)............................................................ 6
B. Aktor Non-Negara Sebagai Pemangku Kewajiban
(Duty-Holders)............................................................ 8
1. Individu................................................................ 9
2. Kelompok ............................................................ 10
3. Korporasi ............................................................ 12
C. Aktor Non-Negara Sebagai Pemangku Hak
(Rights-Holders)......................................................... 14
D. Latihan........................................................................ 16
E. Rangkuman ............................................................... 16
F. Evaluasi...................................................................... 16

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara v


BAB III PERAN, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB
NEGARA DALAM HAK ASASI MANUSIA ................... 17
A. Peran Negara dalam Hak Asasi Manusia .............. 18
B. Kewajiban Negara dalam Hak Asasi Manusia ...... 19
1. Kewajiban Inti Minimum
(minimum core obligations) .............................. 22
2. Kewajiban Negara untuk Menghormati,
Melindungi, dan Memenuhi .............................. 23
3. Pembatasan Hak Asasi Manusia
(limitations of human rights) ............................. 26
C. Tanggung Jawab Negara dalam Hak Asasi
Manusia...................................................................... 28
1. Konsep Tanggung Jawab Negara ................... 28
2. Tanggung Jawab Negara dalam Perspektif
Hukum Nasional................................................. 30
3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia ..................... 33
4. Sanksi bagi Pelanggar Hak Asasi Manusia .... 36
D. Latihan........................................................................ 38
E. Rangkuman ............................................................... 38
F. Evaluasi ...................................................................... 39

BAB IV PENUTUP ......................................................................... 41


A. Simpulan .................................................................... 41
B. Tindak Lanjut ............................................................. 43

KUNCI JAWABAN ........................................................................ 45


GLOSARIUM ................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 50

vi Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Subjek Hukum Hak Asasi Manusia ........................... 6

Gambar 2. Ilustrasi Calo/Individu Perdagangan Orang ............ 10

Gambar 3. Penandatanganan MOU Helsinki antara Negara


Indonesia (kiri) dengan Gerakan Aceh Merdeka
(kanan) .......................................................................... 11

Gambar 4. Ilustrasi Bentuk Pelanggaran HAM Oleh


Korporasi (Pekerja Anak) ............................................ 13

Gambar 5. Ilustrasi Pengungsi Bencana Alam............................ 15

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara vii


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Ruang Lingkup Hak Asasi Manusia (UNDP 2006) .......... 24

viii Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat dalam diri
manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi.
Hakikat HAM sendiri merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Oleh
karena itu upaya menghormati, melindungi dan menjunjung tinggi
HAM menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara
individu, pemerintah, dan negara.

Negara Republik Indonesia telah berkomitmen untuk


menghormati, memenuhi, melindungi, menegakan, dan
memajukan hak asasi manusia sebagaimana disebutkan dalam
Konstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia. Selain itu, sebagai bagian dari masyarakat
internasional yang telah meratifikasi Kovenan Internasional tentang
Hak-Hak Sipil dan Politik, Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya, dan berbagai perjanjian
internasional lainnya di bidang hak asasi manusia, maka
Pemerintah Republik Indonesia memiliki kewajiban dan tanggung
jawab untuk mematuhi hukum internasional yang telah diratifikasi
tersebut.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 1


Pembelajaran mengenai Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara
yang berisi konsep dasar hak asasi manusia yang berisi konsep
mengenai subjek hukum hak asasi manusia, peran, kewajiban
dan tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia merupakan
salah satu materi penting dalam Pelatihan Dasar-dasar Hak Asasi
Manusia Metode E-learning di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM. Pelatihan ini disusun untuk meningkatkan kompetensi
Hak Asasi Manusia bagi Para Pejabat Fungsional di Lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Sehingga setelah
mengikuti seluruh rangkaian pelatihan Dasar-dasar HAM ini
peserta diharapkan mampu menjelaskan P5 HAM (Penghormatan,
Pelindungan, Pemajuan, Penegakan dan Pemenuhan Hak Asasi
Manusia) dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

B. Deskripsi Singkat

Modul ini membahas tentang kewajiban dan tanggung jawab


negara dalam hak asasi manusia yang mencakup subjek hukum
hak asasi manusia yang meliputi aktor negara dan aktor non-
negara sebagai pemangku kewajiban serta aktor non-negara
sebagai pemangku hak. Cakupan selanjutnya yang dibahas
dalam modul ini adalah mengenai peran negara dalam hak asasi
manusia, kewajiban negara dalam hak asasi manusia serta
tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia.

C. Manfaat Modul

Modul ini membekali peserta pelatihan dasar-dasar hak asasi


manusia metode e-learning kemampuan konsepsional tentang
kewajiban dan tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia.

2 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


Bagi tenaga pengajar, modul ini dapat menjadi panduan dalam
memberikan pengajaran kepada peserta peserta untuk
menjelaskan konsepsional tentang kewajiban dan tanggung
jawab negara dalam hak asasi manusia.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul ini peserta mampu menjelaskan
kewajiban dan tanggung jawab negara dalam hak asasi
manusia

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mempelajari modul ini peserta dapat:
a. Menjelaskan subjek hukum hak asasi manusia
b. Menjelaskan peran, kewajiban dan tanggung jawab
negara dalam hak asasi manusia

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Materi Pokok dan Sub Materi Pokok yang disajikan dalam modul
ini terdiri dari:

1. Subjek Hukum Hak Asasi Manusia


a. Aktor negara sebagai pemangku kewajiban;
b. Aktor non-negara sebagai pemangku kewajiban;
c. Aktor non-negara sebagai pemangku hak.

2. Peran, Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara dalam Hak


Asasi Manusia
a. Peran negara dalam hak asasi manusia;

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 3


b. Kewajiban negara dalam hak asasi manusia;
c. Tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia.

F. Petunjuk Pembelajaran

Pembelajaran Materi Dasar-dasar HAM ini dilakukan dengan


metode e-learning dengan rincian kegiatan antara lain:
1. Modul Kewajiban dan tanggung jawab negara dipelajari
setelah peserta Pelatihan Dasar-dasar HAM metode e-learning
mempelajari modul Konsep Dasar HAM, Badan-Badan HAM
dan Instrumen HAM;
2. Peserta Pelatihan harus mempelajari bab mengenai Subjek
Hukum Hak Asasi Manusia terlebih dahulu sebelum
mempelajari bab berikutnya mengenai Peran, Kewajiban dan
Tanggung Jawan Negara dalam Hak Asasi Manusia;
3. Pahami setiap penjelasan dan kerjakan latihan yang ada
dalam modul, apabila belum mengerti maka dapat
dikonsultasikan kepada pengajar/instruktur.

4 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


BAB II
SUBJEK HUKUM HAK ASASI MANUSIA

Setelah membaca bab ini, peserta dapat menjelaskan subjek hukum


hak asasi manusia.

Subjek hak asasi manusia sering dianggap sebagai bagian dari


hukum internasional. Subjek hukum internasional adalah entitas
(seorang individu secara fisik, sekelompok orang, sebuah perusahaan
atau organisasi) yang memiliki hak dan kewajiban berdasarkan hukum
internasional. 1 Menurut Dinah Shelton, hukum hak asasi manusia
sangat jelas berbeda dari hukum internasional, namun diwaktu yang
sama, hukum hak asasi manusia adalah bagian dari hukum
internasional umum.2

Adapun yang merupakan perbedaannya adalah proses


pembuatan peraturan dimana hak asasi manusia merupakan
kebijakan politik yang tidak hanya menurunkan tetapi juga dapat
menolak hukum internasional. Artinya, tidak selalu hukum internasional
merupakan hukum hak asasi manusia. Namun, telah menjadi
kesepakatan umum bahwa subjek dari hukum internasional adalah
subjek dari hukum hak asasi manusia, yakni membedakan antara
aktor negara (state actor) dengan aktor bukan negara (non-state actor).

1
Knut D Asplund et al., Hukum Hak Asasi Manusia, Ketiga. (Yogyakarta: Pusat Studi Hak
Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII), 2008), 52.
2
Steven Wheatley, The Idea of International Human Rights Law (Oxford: Oxford University
Press, 2019), 1.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 5


Gambar 1. Subjek Hukum Hak Asasi Manusia

A. Aktor Negara Sebagai Pemangku Kewajiban (Duty-Holders)

Dalam pandangan tradisional, Negara merupakan satu-satunya


subjek dari hukum internasional dan hukum hak asasi manusia.3
Hal ini dikarenakan negara merupakan entitas utama yang
bertanggung jawab melindungi, menegakkan, dan memajukan
hak asasi manusia, khususnya bagi warga negaranya masing-
masing.

3
Hersch Lauterpacht, “The Subjects of International Law” dalam Andrea Bianchi, ed.,
Non-State Actors and International Law (Surrey: Ashgate Publishing limited, 2009), 3.

6 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


Namun, di lain pihak, negara juga menjadi pihak yang melakukan
pelanggaran hak asasi manusia, baik secara langsung melalui
tindakan-tindakan yang nyata melanggar hak asasi manusia,
maupun secara tidak langsung melalui kebijakan-kebijakan
ekonomi dan politik yang berdampak pada tidak terpenuhi atau
hilangnya hak asasi manusia warga negaranya atau warga negara
lain. 4 Lebih lanjut, Negara juga merupakan aktor hak asasi
manusia yang memegang peran paling utama dalam
menerapkan hak asasi manusia dalam nilai yang universal.
Artinya, negaralah yang membangun, memajukan, dan
mendukung hak asasi manusia sebagai bagian dari budaya
hukum. 5

Selain berkaitan dengan kekuasaan di dalam negaranya, negara


juga merupakan pihak dari berbagai perjanjian internasional
mengenai hak asasi manusia. Sebagai pihak dari perjanjian
internasional tersebut, negara wajib untuk mematuhi kewajiban
yang tercantum dalam perjanjian internasional yang telah
diratifikasinya tersebut. Misalnya, Indonesia adalah Negara Pihak
dari Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik maka Negara
wajib mematuhi dan melaksanakan segala bentuk kewajiban yang
diatur dalam kovenan tersebut.

Dalam melihat Negara sebagai aktor utama pemangku kewajiban


hak asasi manusia, maka dapat dilihat dari tiga pendekatan, yaitu:

- Negara adalah aktor penting dalam sistem internasional dan


satu-satunya pemegang kewajiban dibawah hukum

4
Asplund et al., Hukum Hak Asasi Manusia, 53.
5
Eva Maria Lassen “Universalism and Relativism” dalam Anja Mihr and Mark Gibney,
eds., The SAGE Handbook of Human Rights (London: Sage Publications Ltd, 2014), 49.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 7


internasional. Artinya, negara bertanggung jawab dan segala
permasalahan hak asai manusia yang dilakukan oleh non-
state actor adalah kewajiban dari pemerintah untuk
memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
- Negara menyerahkan seluruh kewajibannya kepada aktor-
aktor diluar negara, dengan kata lain negara melepas
kewajibannya.
- Negara dan aktor non-negara sama-sama memikul kewajiban
hak asasi manusia. Hal ini dilatarbelakangi dengan adanya
kesadaran bahwa aktor non-negara juga memiliki peran yang
penting dan dapat mempengaruhi kebijakan suatu negara
sehingga dapat mengancam hak asasi manusia.6

Hak dan kewajiban berdasarkan hukum internasional tidak hanya


terbentuk dari negara saja, melainkan juga terbentuk oleh organ-
organ negara, para pejabat yang bertanggung jawab, dan
sejumlah organisasi non pemerintah. Meskipun mereka tidak
berperan secara langsung dalam pembentukan norma hukum
internasional dan dalam menjamin pemenuhan hak asasi
manusia, namun mereka memiliki hak dan kewajiban yang timbul
secara langsung dari norma hukum internasional.

B. Aktor Non-Negara Sebagai Pemangku Kewajiban (Duty-


Holders)

Sebangaimana telah dijelaskan, bahwa dengan berkembangnya


subjek hak asasi manusia, maka berkembang pula pemangku

6
Andrew Clapham, Human Rights Obligations of Non-State Actors: The Collected Courses
of the Academy of European Law (Oxford: Oxford University Press, 2006), 25–28.

8 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


kewajiban hak asasi manusia. Dari yang awalnya hanya negara,
menjadi meluas menyentuh aktor-aktor bukan negara. Dengan
kemunculan organisasi antar negara, ragam kesatuan yang
menyerupai negara, dan gerakan-gerakan pembebasan, maka
hal tersebut telah mengubah kemurnian karakter norma hukum
antar negara.7

1. Individu

Dalam hukum internasional konvensional, subjek hukum


hanyalah negara, namun dalam perkembangannya terutama
pasca Perang Dunia II, subjek hukum meluas ke individu dan
kelompok meskipun negara masih memegang peran utama.8
Hal ini mengubah paradigma bahwa adanya pengaruh yang
berkembang dari individu dan kelompok ke dalam hukum
internasional.

Hukum internasional telah menyentuh pertanggungjawaban


pidana atas individu yang melakukan perbuatan seperti
perbudakan, kejahatan perang, genosida, pelanggaran
terhadap hak asasi manusia, penghilangan orang, dan
penyiksaan. Hal lain yang paling mencolok terkait peletakan
individu sebagai subjek hukum internasional adalah dalam
Pengadilan Internasional di Nuremberg dan Tokyo yang
mengadili para penjahat Perang Dunia II melalui konsep
tanggung jawab komando.

7
Asplund et al., Hukum Hak Asasi Manusia, 54.
8
Stephan Hobe “Individuals and Groups as Global Actors” dalam Rainer Hofmann, ed.,
Non-State Actors as New Subjects of International Law, 1999, 128–129.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 9


Gambar 2 Ilustrasi Calo/Individu Perdagangan Orang

(Sumber: merdeka.com)

Kondisi lain yang mempengaruhi dimasukkannya individu


sebagai pemegang kewajiban dalam hukum hak asasi
manusia karena sering terjadi pelanggaran hak asasi manusia
dilakukan oleh individu bukan negara. Misalnya adalah dalam
praktik perbudakan, dimana budak harus patuh pada segala
perintah majikannya dan jika tidak patuh akan diberi
hukuman. 9 Konstitusi Indonesia juga mengatur kewajiban
individu dalam hak asasi manusia, yakni dalam Pasal 28J ayat
(1) UUD NRI 1945.10

2. Kelompok

Dalam praktik internasional, terdapat kelompok diluar Negara


yang diberi hak dan kewajiban oleh hukum internasional,
seperti kelompok pemberontak, organisasi politik, 11 dan

9
Thomas M. Franck “Individuals and Groups of Individuals as Subjects of International
Law” dalam ibid., 97.
10
Lihat Pasal 28J ayat (1) dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, 1945, “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”.
11
Hersch Lauterpacht, “The Subjects of International Law” dalam Bianchi, Non-State Actors
and International Law, 5.

10 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


kelompok teroris internasional. 12 Pelekatan kewajiban ini
dilatarbelakangi dengan maraknya konflik yang tidak hanya
melibatkan Negara melainkan juga aktor non-negara.

Dalam perundingan-perundingan internasional, kelompok-


kelompok juga sering dilibatkan melawan Negara berdaulat
yang digugat. Misalnya, kelompok Gerakan Aceh Merdeka
saat Nota Kesepahaman Helsinki pada tahun 2005 (Gerakan
Aceh Merdeka vs. Pemerintah Indonesia).

Gambar 3. Penandatanganan MOU Helsinki


antara Negara Indonesia (kiri) dengan
Gerakan Aceh Merdeka (kanan)

(Sumber: republika.co.id)

12
Scott Sheeran and Sir Nigel Rodley, “Routledge Handbook of International Human Rights
Law,” Routledge Handbook of International Human Rights Law (2014): 529.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 11


Dalam perkembangannya, kelompok tidak hanya terbatas
pada kelompok bersenjata, melainkan mulai memasukkan
kelompok-kelompok dari organisasi non pemerintah ataupun
lembaga masyarakat. Meskipun belum secara baku
dinyatakan sebagai bagian dari subjek hukum, namun
kelompok-kelompok ini berkontribusi dalam menciptakan
lingkungan sosial serta dapat menumbuhkan struktur dan
entitas hukum.13

3. Korporasi

Globalisasi ekonomi telah menyebabkan penguasaan oleh


korporasi besar, namun terdapat keterbatasan dalam
pertanggungjawaban hukum atas pelanggaran hak asasi
manusia yang dilakukannya. 14 Dalam konteks relasi
kekuasaan, korporasi dinilai memiliki kekuasaan melebihi
Negara sehingga berpotensi sebagai pelanggar hak asasi
manusia. Korporasi dinilai dapat melanggar HAM secara
langsung (misalnya melalui petugas keamanan perusahaan
ataupun kebijakan korporasi yang diskriminasi), maupun
secara tidak langsung (misalnya mempengaruhi kebijakan
suatu negara). 15 Misalnya suatu perusahaan melakukan
pengusiran terhadap komunitas tertentu tanpa memberikan
ganti rugi atau dengan ganti rugi yang tidak layak, perusahaan
memberikan upah yang lebih rendah dari yang telah

13
Daniel Thiirer, “The Emergence of Non-Governmental Organizaions and Transnational
Enterprises in International Law and the Changing Role of the State” dalam Bianchi,
Non-State Actors and International Law, 57.
14
Clapham, Human Rights Obligations of Non-State Actors: The Collected Courses of the
Academy of European Law, 3.
15
Sheeran and Rodley, “Routledge Handbook of International Human Rights Law,” 537.

12 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


ditentukan oleh perundang-undangan, perusahaan
merancang atau memberlakukan kebijakan di perusahaan
yang bersifat diskriminasi, perusahaan melakukan
pembuangan zat polutan secara sembarangan, ataupun
perusahaan merambah hutan tanpa izin dan mengusir
masyarakat adat setempat.

Gambar 4. Ilustrasi Bentuk Pelanggaran HAM


Oleh Korporasi (Pekerja Anak)

(Sumber: laborrights.org)

Berkaitan dengan kewajiban korporasi dalam hak asasi


manusia, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menerbitkan
Guiding Principles on Business and Human Rights pada
tahun 2011. Dalam Guiding Principles tersebut dikenal adanya
tiga pilar utama. Pilar pertama, Negara bertugas untuk
melindungi dari pelanggaran hak asasi manusia di dalam
wilayah mereka dan/atau yurisdiksinya dari pihak ketiga,
terutama perusahaan bisnis. Pilar kedua, perusahaan

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 13


bertanggung jawab untuk menghormati hak asasi manusia.
Pilar ketiga, adanya akses terhadap pemulihan jika terjadi
pelanggaran.16

C. Aktor Non-Negara Sebagai Pemangku Hak (Rights-Holders)

Selain subjek hukum hak asasi manusia sebagai pemilik


wewenang dan tanggung jawab, terdapat subjek hukum hak asasi
manusia lainnya dalam kaitannya sebagai pemilik hak, yakni
individu dan kelompok-kelompok individu termasuk didalamnya
yang dikategorikan sebagai kelompok yang rentan atas
pelanggaran hak asasi manusia.

1. Individu
Dalam kerangka hak asasi manusia, individu adalah
pemangku hak yang harus dipenuhi haknya oleh pemangku
kewajiban. Individu menjadi pihak yang terdampak dari norma
atau aturan yang diciptakan oleh pemangku kewajiban.
Individu yang dimaksud sebagai pemegang hak berbeda
dengan individu sebagai kombatan. Hal ini sebagaimana
diatur dalam Konvensi Jenewa 1949 dan Konvensi Den Haag
1907, dimana terdapat prinsip pembedaan (distinction
principal) antara individu sipil (civilian) dengan individu
kombatan (combatant). Menurut konvensi ini, bahwa individu
yang berlaku sebagai kombatan bukan merupakan pihak
yang dilindungi menurut Konvensi Jenewa.17

16
John Ruggie, The UN Guiding Principles on Business and Human Rights: Implementing
the United Nations “Protect, Respect, and Remedy” Framework, 2011.
17
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Naskah Komprehensif Perubahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: Latar Belakang, Proses, Dan Hasil
Pembahasan 1999-2002 Buku VIII Warga Negara Dan Penduduk, Hak Asasi Manusia Dan
Agama (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010),
120.

14 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


2. Kelompok
Kelompok sebagai pemangku hak terdiri dari berbagai
golongan, baik yang tergabung dalam organisasi maupun
tidak, seperti masyarakat adat/suku asli, pengungsi, dan
kelompok minoritas lainnya. Kelompok-kelompok tertentu, ini
dikelompokkan sebagai pihak pemangku hak atau yang
menerima hak dari hak asasi manusia, karena pada kelompok
ini terdapat kecenderungan rentan terhadap pelanggaran hak
asasi manusia.

Gambar 5. Ilustrasi Pengungsi Bencana Alam

(Sumber: radarlombok.com)

Kelompok lain yang dapat dikelompokkan dalam golongan


ini adalah organisasi, seperti lembaga swadaya masyarakat,
partai politik, ataupun organisasi non pemerintah lainnya.
Kelompok ini rentan terhadap pelanggaran HAM misalnya
karena adanya pelarangan berorganisasi karena kontra
dengan penguasa.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 15


D. Latihan

Untuk memperkuat kemampuan peserta (dalam kelompok),


diskusikan peran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
sebagai Pemangku Kewajiban hak asasi manusia. Jelaskan!

E. Rangkuman

Subjek hukum hak asasi manusia sama dengan subjek hukum


internasional, karena hak asasi manusia bersifat universal dan
dapat dikatakan berasal dari hukum internasional. Pada
prinsipnya, subjek hukum dibagi menjadi dua, yakni subjek
hukum sebagai pemangku kewajiban dan subjek hukum sebagai
pemangku hak. Sebagai pemangku kewajiban terdapat tiga
kelompok besar, yakni Negara, Kelompok, dan Perusahaan.
Sebagai pemangku hak terdapat dua kelompok, yakni individu
dan kelompok.

F. Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut ini:

1. Sebutkan satu jenis aktor non-negara sebagai Pemangku Hak


yang pemenuhan haknya menjadi kewajiban dari
Kementerian Hukum dan HAM! Jelaskan alasannya!

16 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


BAB III
PERAN, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB
NEGARA DALAM HAK ASASI MANUSIA

Setelah membaca bab ini, peserta dapat menjelaskan peran, kewajiban


dan tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia

Negara merupakan pihak utama yang memiliki peran, kewajiban,


dan tanggung jawab dalam pelaksanaan hak asasi manusia. Dalam
menjalankan peran, kewajiban, dan tanggung jawab tersebut, Negara
harus mengutamakan kepentingan dari negaranya sendiri. Artinya,
meskipun terdapat konsep universal dalam implementasi hak asasi
manusia, namun terdapat kaidah-kaidah moral dan budaya masing-
masing negara yang perlu diperhatikan.

Sebagai contoh, yang dibutuhkan di Asia Tenggara adalah tidak


terlalu berkaitan dengan demokrasi, melainkan dengan pemerintahan
yang bertanggung jawab dengan suatu kepemimpinan yang
transparan dan tidak korup.18 Menurut Lee Kwan Yee, apabila Kawasan
Asia telah mampu menstabilkan pertumbuhan ekonomi dan memberi
kesejahteraan pada rakyatnya maka kebebasan (demokrasi) dan hak
asasi manusia akan terpenuhi selanjutnya. Artinya, konsep universal
berbeda dengan penikmatan hak, dan ini selanjutnya memunculkan
konsep relativisme budaya dalam hak asasi manusia. 19

18
Asplund et al., Hukum Hak Asasi Manusia, 21.
19
Sigrun I Skogly “Extraterritoriality: universal human rights without universal obligations?”
dalam Sarah Joseph and Adam McBeth, eds., Research Handbook on International Human
Rights Law (Cheltenham: Edward Elgar Publishing, 2010), 71.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 17


Meskipun demikian, Negara masih dapat menggali kesamaan
konsep hak yang prinsipil dari hak asasi manusia, yaitu martabat umat
manusia. Artinya, hak untuk mendapatkan kehidupan merupakan hak
yang tidak dapat disangkal oleh semua pihak, dan merupakan suatu
hak yang diakui secara umum.

A. Peran Negara dalam Hak Asasi Manusia

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, peran


negara dalam hak asasi manusia adalah sebagai pemegang
kewajiban atas pelaksanaan hak asasi manusia. Negara terikat
secara hukum untuk melaksanakan hak asasi manusia di
negaranya. Konsekuensi dari hal ini adalah sebagai berikut:

– Negara ditempatkan sebagai pemangku kewajiban yang


harus melakukan berbagai tanggung jawab dalam rangka
melaksanakan hak asasi manusia.

– Negara tidak memiliki hak, melainkan memikul kewajiban dan


tanggung jawab untuk memenuhi hak warga negaranya
(individu maupun kelompok) yang telah dijamin oleh
instrumen hak asasi manusia.

– Negara dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran hak


asasi manusia jika tidak berkehendak atau tidak memiliki
keinginan untuk memenuhi kewajiban dan tanggung
jawabnya.20

20
Muhammad Syafari Firdaus et al., Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Sebuah
Panduan, ed. Soetandyo Wignjosoebroto, 2nd ed. (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia, 2013), 27.

18 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


B. Kewajiban Negara dalam Hak Asasi Manusia

Konsep kewajiban negara meluas setelah adanya gagasan


tentang kewajiban internasional yang muncul akibat pelanggaran
perjanjian internasional.21 Dalam kaitannya dengan hak asasi
manusia, maka kewajiban negara dalam dilihat dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), Kovenan Internasional
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik dan Kovenan Internasional
tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya berserta dengan
Komentar Umumnya. Kewajiban hukum umum negara-negara
pihak pada Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan
Politik, adalah sebagai berikut:

– Setiap Negara Pihak memiliki erga omnes untuk memajukan


penghormatan yang universal atas penaatan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dan kewajiban ini mengikat
secara keseluruhan.

– Setiap Negara Pihak diwajibkan untuk menghormati hak-hak


yang dijamin oleh Kovenan dan menjamin hak-hak tersebut
bagi semua individu di wilayah kekuasaan mereka dan yang
menjadi subjek yurisdiksi mereka. Artinya, kewajiban ini tidak
terbatas pada individu yang merupakan warganegaranya,
tetapi juga untuk seluruh individu apapun
kewarganegaraannya (baik memiliki kewarganegaraan
ataupun tidak) sepanjang individu tersebut berada dalam
kekuasaan atau kontrol efektif Negara Pihak atau berada
disuatu wilayah Negara Pihak atau menjadi subjek yurisdiksi
Negara Pihak.

21
James Crawford, State Responsibility: The General Part (New York: Cambridge University
Press, 2013), 9–11.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 19


– Kewajiban menghormati dan menjamin hak-hak yang diakui
dalam Kovenan memiliki dampak yang bersifat segera bagi
semua Negara Pihak.

– Setiap Negara Pihak harus menahan diri untuk melakukan


pelanggaran terhadap hak-hak yang diakui dalam Kovenan,
dan pembatasan apapun atas salah satu atau lebih dari hak-
hak tersebut harus memiliki alasan yang sesuai dengan
ketentuan dalam Kovenan.

– Setiap Negara Pihak wajib untuk mengadopsi langkah-


langkah legislatif, yudisial, administratif, pendidikan, dan
lainnya untuk memenuhi kewajiban hukum mereka, karena
kesadaran tentang Kovenan tidak hanya penting bagi
kalangan pejabat publik tetapi juga untuk masyarakat luas.

– Kewajiban positif (positive obligation) Negara Pihak dapat


ditiadakan jika individu telah terlindungi oleh Negara dari
pelanggaran atas hak-hak yang diakui oleh Kovenan, baik
yang dilakukan oleh agen-agen Negara tetapi juga dari
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang-per-orang atau
kelompok, sehingga dapat melemahkan penikmatan hak-hak
yang diakui dalam Kovenan.

– Setiap Negara Pihak wajib untuk mengambil langkah-langkah


untuk memberikan dampak pada hak-hak yang diakui dalam
Kovenan di tatanan nasional, termasuk diantaranya
menyelaraskan hukum dan praktik yang telah dengan
Kovenan. Artiya, jika terdapat ketidakkonsistenan antara
hukum domestik dengan Kovenan, maka hukum atau praktik
ditingkat domestik harus diubah agar memenuhi standar-

20 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


standar yang ditetapkan oleh jaminan-jaminan substantif
dalam Kovenan tentunya disesuaikan juga dengan struktur
konstitusional Negara Pihak.

– Setiap Negara Pihak wajib dengan segera mengambil


langkah-langkah yang memberikan dampak bagi hak-hak
yang diakui dalam Kovenan dan kegagalan untuk
menerapkan kewajiban ini tidak dapat dijustifikasi dengan
rujukan pertimbang-pertimbangan politik, sosial, budaya, atau
ekonomi di dalam Negara bersangkutan.

– Setiap Negara Pihak wajib menjamin bahwa individu memiliki


akses terhadap upaya-upaya pemulihan yang efektif untuk
menuntut hak-haknya dengan disesuaikan pada
pertimbangan kondisi kerentanan khusus bagi beberapa
kategori orang-orang.

– Setiap Negara Pihak penting untuk membentuk mekanisme-


mekanisme yudisial dan administratif dalam hukum nasional
guna menangani pengaduan-pengaduan berkaitan dengan
pelanggaran hak-hak tersebut. Mekanisme yudisial dilakukan
karena penikmatan hak-hak yang diakui oleh Kovenan dapat
dijamin secara efektif oleh sistem hukum, sedangkan
mekanisme administrative dibutuhkan untuk memberikan
dampak pada kewajiban umum untuk menyelidiki tuduhan-
tuduhan pelanggaran dengan segera, menyeluruh, dan
efektif, dan penyelesaian terhadap pelanggaran yang terus-
menerus berlangsung merupakan unsur penting dari hak atas
upaya pemulihan yang efektif.

– Setiap Negara Pihak wajib untuk memberikan kompensasi


bagi individu yang hak-haknya telah dilanggar. Kompensasi

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 21


tersebut dapat berupa restitusi, rehabilitasi, dan langkah-
langkah yang memuaskan lainnya, serta jaminan bahwa
pelanggaran tidak akan diulangi lagi dan adanya perubahan
dalam hukum dan praktik. Artinya bahwa hak atas upaya
pemulihan yang efektif mewajibkan Negara Pihak untuk
memberikan dan melaksanakan ketentuan atau langkah-
langkah untuk menghindari terjadinya pelanggaran dan
memperbaiki sesegera mungkin kerusakan akibat
pelanggaran itu.

– Setiap Negara Pihak wajib memberikan informasi mengenai


hambatan-hambatan bagi efektivitas pelaksanaan kewajiban
yang telah dilakukan dalam laporan-laporan berkala.22

Sedangkan dalam kewajiban Negara dalam Kovenan


Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya dapat
dilihat dalam Pasal 2 kovenan. Namun terdapat catatan khusus
dalam pemenuhan hak ekonomi sosial dan budaya. Dalam
implementasinya, Negara berkembang perlu memperhatikan HAM
dan perekonomian nasionalnya, dapat menentukan sampai
seberapa jauh negara-negara tersebut akan menjamin hak-hak
ekonomi yang diakui dalam Kovenan ini bagi warga negara asing.

1. Kewajiban Inti Minimum (minimum core obligations)

Kewajiban inti minimum digagas karena adanya tuduhan


terkait tidak pastinya implementasi hak-hak ekonomi dan
sosial. Dalam kewajiban inti minimum, Negara minimal dapat

22
KOMNAS HAM, Komentar Umum Kovenan Internasional Hak Sipil Dan Politik; Kovenan
Internasional Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia, 2009), 76–82.

22 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


melaksanakan kewajiban inti, salah satunya adalah anti
diskriminasi dan terus menerus. 23 Maksudnya, dalam
pemenuhan hak-hak ekonomi sosial dan budaya minimal
tersedia strategi dalam perealisasian yang progresif dengan
memprioritaskan serangkaian tujuan dan bukan sekedar
ambisi pencapaian yang tinggi.

2. Kewajiban Negara untuk Menghormati, Melindungi, dan


Memenuhi

Secara internasional, kewajiban negara dalam hak asasi


manusia dapat dilihat melalui tiga kerangka pendekatan
(framework) atau disebut tripartite classification, yaitu
kewajiban untuk menghormati (obligation to respect),
kewajiban untuk melindungi (obligation to protect), dan
kewajiban untuk memenuhi (obligation to fulfil). 24 Kewajiban
Menghormati, artinya Negara wajib untuk tidak turut campur
dalam mengatur warga negaranya ketika melaksanakan hak-
haknya. Dalam hal ini, negara memiliki kewajiban untuk tidak
melakukan tindakan-tindakan yang akan menghambat
pemenuhan dari seluruh hak asasi. Kewajiban Melindungi,
artinya Negara wajib bertindak aktif untuk memberikan
jaminan perlindungan hak asasi warganya dari pelanggaran
oleh pihak ketiga. Dengan kata lain, negara wajib mengambil
tindakan-tindakan untuk mencegah pelanggaran semua hak

23
Mátyás Bódig, “Doctrinal Innovation and State Obligations: The Patterns of Doctrinal
Development in the Jurisprudence of the UN Committee on Economic, Social and Cultural
Rights” dalam Kurt Mills and David Jason Karp, eds., Human Rights Protection in Global
Politics: Responsibilities of State and Non-State Actors (Hampshire: Palgrave Macmillan,
2015), 55.
24
Mátyás Bódig, “Doctrinal Innovation and State Obligations: The Patterns of Doctrinal
Development in the Jurisprudence of the UN Committee on Economic, Social and Cultural
Rights” dalam ibid., 58.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 23


asasi manusia oleh pihak ketiga. Kewajiban Memenuhi,
artinya Negara wajib untuk menggunakan seluruh sumber
daya dan kebijakan untuk merealisasikan secara penuh hak
asasi manusia.

Tabel 1 Ruang Lingkup Hak Asasi Manusia (UNDP 2006)25

Kategori Hak Asasi Manusia


Sipil dan Politik Ekonomi, Sosial, dan
Budaya
Respect Penyiksaan, pembunuhan Diskriminasi
diluar hukum, penghilangan berdasarkan etnis,
orang, penahanan rasial, jenis kelamin,
sewenang-wenang, atau bahasa dalam
peradilan yang tidak adil, layanan kesehatan,
intimidasi pemilihan umum, pendidikan,
pencabutan hak pilih kesejahteraan, dan
Dimensi Hak Asasi Manusia

jaminan sosial
Protect Mengambil tindakan Mengambil tindakan
pencegahan bagi aktor pencegahan bagi aktor
bukan negara untuk bukan negara untuk
melakukan berbagai melakukan tindakan
pelanggaran, seperti diskriminasi dengan
perekrutan milisi, gerakan- memberikan
gerakan yang tidak persyaratan dan
beradab, atau organisasi membatasi akses
militer diluar negara terhadap pelayanan.
Fulfill Perbaikan sistem peradilan, Realisasi yang progresif
penjara, aparat penegak atas peningkatan hak
hukum, pemilihan umum kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan,
serta jaminan sosial

25
Alette Smeulers and Fred Grünfeld, International Crimes and Other Gross Human Rights
Violations: A Multi- and Interdisciplinary Textbook, International and Comparative Criminal
Law Series, vol. 32 (Leiden: Martinus Nijhoff Publishers, 2011), 9.

24 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


Lebih lanjut, tripartite classification melahirkan pemahaman
kewajiban hak asasi manusia lainnya dengan membedakan
kewajiban positif (positive obligations) dan kewajiban negatif
(negative obligations).26 Kewajiban negatif diartikan sebagai
kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu, sedangkan
kewajiban positif diartikan sebagai kewajiban untuk
melakukan sesuatu.

Kewajiban negatif misalnya adalah kewajiban negara untuk


tidak menyakiti warganya, dan kewajiban ini biasanya
diasosiasikan dengan hak-hak sipil dan politik. Kewajiban
positif misalnya kewajiban negara untuk memberi makan
mereka yang kelaparan, dan kewajiban ini biasa
diasosiasikan dengan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Namun demikian, bukan berarti tidak ada kewajiban positif
dalam hak-hak sipil dan politik. Kewajiban positif dalam hak-
hak sipil dan politik timbul dalam upaya Negara menyediakan
upaya-upaya pemulihan (remedies) atas pelanggaran hak-hak
yang tercantum dalam ICCPR.27

Perbedaan lain antara kewajiban negatif dengan kewajiban


positif adalah kewajiban negatif bersifat universal sedangkan
kewajiban positif tidak. Alasan penting mengapa kewajiban
positif tidak bersifat universal adalah karena keterbatasan
sumber daya. Tidak ada individu yang memiliki kewajiban
untuk memenuhi kebutuhan semua orang, sama halnya
dengan negara.

26
Sabine C. Carey, Mark Gibney, and Steven C. Poe, The Politics of Human Rights: The
Quest for Dignity (New York: Cambridge University Press, 2010), 43.
27
Ibid., 49.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 25


3. Pembatasan Hak Asasi Manusia (limitations of human
rights)

Hak asasi manusia meskipun berasal dari anugerah Tuhan,


namun dalam pelaksanaannya dapat dibatasi. Pembatasan
atas hak asasi manusia diperbolehkan jika berkaitan dengan
kepentingan orang lain atau kepentingan masyarakat secara
keseluruhan.28 Terdapat beberapa syarat dalam pembatasan
tersebut, yakni ditetapkan oleh hukum untuk menjaga
keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan atau moral
masyarakat, serta pembatasan tersebut sebagai kebutuhan
bagi Negara yang bersangkutan. Pembatasan tidak boleh
diterapkan untuk tujuan-tujuan yang diskriminatif atau
diterapkan dengan cara yang diskriminatif.

Negara harus mempertimbangkan apakah pembatasan hak


asasi manusia apakah bersifat tidak bisa dikurangi (non-
derogable) atau tidak. Alasan bagi hak-hak tertentu tidak dapat
dikurangi pelaksanaannya adalah karena hambatan terhadap
pelaksanaannya tidak relevan dengan legitimasi kontrol dari
kondisi darurat nasional suatu negara, serta derogasi bisa saja
tidak dimungkinkan. Lebih lanjut, Negara juga tidak boleh
membuat pembatasan dengan tujuan Negara berniat untuk
tidak menyediakan upaya pemulihan bagi pelanggaran hak
asasi manusia.

Pembatasan juga harus spesifik dan transparan, sehingga


mereka yang berada dalam yurisdiksi Negara yang

28
American Association for the International Commission of Jurists, “Siracusa Principles
on the Limitation and Derogation Provisions in the International Covenant on Civil and
Political Rights” (New York, 1984).

26 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


melakukan pembatasan mendapatkan kejelasan tentang
apakah ketaatan pada kewajiban-kewajiban hak asasi
manusia telah dilakukan atau tidak. Pembatasan tidak boleh
bersifat umum, tetapi harus merujuk pada ketentuan tertentu
dalam Kovenan dan mengindikasikan ruang lingkup
hubungan yang tepat. Dalam mempertimbangkan kesesuaian
pembatasan dengan tujuan hak asasi manusia, Negara harus
mempertimbangkan dampak dari pembatasan tersebut.

Negara tidak boleh membuat terlalu banyak pembatasan


yang menyebabkan individu menerima terlalu sedikit
penikmatan hak asasi manusia. Agar pembatasan tidak
mengarah pada tidak tercapainya standar hak asasi manusia
secara berkesinambungan, maka pembatasan tidak boleh
mengurangi secara sistematis kewajiban yang harus
dilakukan sampai pada standar hukum nasional.

Negara harus membuat prosedur untuk menjamin bahwa


setiap pembatasan yang diusulkan adalah sesuai dengan
tujuan hak asasi manusia. Negara yang menyatakan suatu
pembatasan harus menunjukkan peraturan perundang-
undangan atau praktik di tingkat domestic secara tepat yang
dipercayai, dan menjelaskan jangka waktu yang dibutuhkan
untuk menyesuaikan hukum dan praktik sesuai standar
internasional. Negara juga harus meninjau pembatasan
secara berkala, karena pada prinsipnya, pembatasan harus
ditarik sesegera mungkin.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 27


C. Tanggung Jawab Negara dalam Hak Asasi Manusia

1. Konsep Tanggung Jawab Negara

Pertanggungjawaban Negara merupakan suatu prinsip


fundamental dalam hukum internasional yag bersumber dari
doktrin kedaulatan dan persamaan hak antar negara.
Tanggung jawab negara timbul jika terjadi pelanggaran atas
suatu kewajiban untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu.29 Tidak dapat dipungkiri bahwa hak asasi manusia
erat kaitannya dengan hukum internasional. Hak asasi
manusia yang telah diatur dalam hukum hak asasi manusia
internasional, awalnya dikembangkan melalui prinsip
tanggung jawab negara atas perlakuan terhadap orang asing
pada hukum internasional. 30 Oleh karena itu, untuk
mengartikan tanggung jawab Negara, maka dapat melihat
dalam konteks hukum internasional maupun hukum nasional.
Beberapa pengertian tanggung jawab Negara, antara lain:

– Sugeng Istanto, tanggung jawab negara adalah


kewajiban memberikan jawaban yang merupakan
perhitungan atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban
untuk memberikan pemulihan atas kerugian yang
ditimbulkan.

– Karl Zemanek, tanggung jawab negara adalah tindakan


salah secara internasional, yang dilakukan suatu negara
terhadap negara lain, yang menimbulkan akibat tertentu
bagi (negara) pelakunya dalam bentuk kewajiban-
kewajiban baru terhadap korban.
29
Asplund et al., Hukum Hak Asasi Manusia, 71.
30
Ibid., 81.

28 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


– M.N. Shaw, karakteristik tanggung jawab negara adalah
bergantung pada adanya kewajiban hukum internasional
yang berlaku bagi negara, adanya perbuatan atau
kelalaian sehingga melanggar hukum internasional
tersebut, serta adanya kerusakan atau kerugian akibat
tindakan atau kelalaian yang melanggar hukum
internasional.

– Hukum internasional, tanggung jawab negara adalah


kewajiban unsur negara (eksekutif, legislative, yudikatif,
dan unsur-unsur negara lainnya) untuk mematuhi hukum
internasional yang telah diratifikasinya, dan tanggung
jawab negara sebagai akibat dari pelanggaran terhadap
kewajiban untuk melindungi dan menghormati negara
lain karena melanggar hukum internasional

Suatu negara yang telah meratifikasi perjanjian internasional,


bisa saja menganggap suatu perbuatan di negaranya bukan
merupakan pelanggaran hukum ataupun pelanggaran hak
asasi manusia, namun menurut hukum internasional
ditentukan sebaliknya, maka Negara harus tetap bertanggung
jawab misalnya dengan mengubah peraturan perundang-
undangan. Dengan kata lain, suatu negara yang telah
meratifikasi perjanjian internasional tidak dapat menghindar
dari pertanggungjawaban dengan alasan kebenaran menurut
hukum nasionalnya.31

31
Ibid., 76.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 29


2. Tanggung Jawab Negara dalam Perspektif Hukum
Nasional

Bangsa Indonesia memiliki pandangan dan sikap mengenai


hak asasi manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai
moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Selain itu, sebagai anggota Perserikatan Bangsa-
Bangsa, Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk
menghormati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Rights) dan berbagai
instrument internasional lainnya mengenai hak asasi
manusia.32

Dalam kaitannya dengan Konstitusi, Pasal 28I ayat (4) UUD


NRI 1945 menyebutkan bahwa “Perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah”. Artinya,
tanggung jawab untuk memastikan pelaksanaan atas
kewajiban perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab
legislative dan lembaga tinggi lainnya.33

Rumusan ini sedikit berbeda dengan yang diatur dalam


Undang-Undang HAM yang hanya memberikan tanggung
jawab penghormatan, pelindungan, penegakan, dan

32
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Naskah Komprehensif Perubahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: Latar Belakang, Proses, Dan Hasil
Pembahasan 1999-2002 Buku VIII Warga Negara Dan Penduduk, Hak Asasi Manusia Dan
Agama, 53.
33
Ibid., 308.

30 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


pemajuan hak asasi manusia kepada Pemerintah. Namun
demikian, hal ini dapat dimaklumi karena Undang-Undang
HAM lahir lebih dahulu sebelum Amandemen II Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Oleh karena itu, meskipun tidak diatur dalam undang-undang


khusus hak asasi manusia, namun dengan mengacu kepada
Konstitusi, maka tanggung jawab Negara dalam pelaksanaan
hak asasi manusia, tidak terbatas pada pemerintah dalam
artian lembaga eksekutif, melainkan lebih luas lagi dengan
mencakup lembaga legislatif dan lembaga tinggi negara
lainnya. Bahkan, lebih jauh lagi tanggung jawab pelaksanaan
hak asasi manusia sudah meluas pada aktor-aktor non-
negara.

Bentuk tanggung jawab pemerintah (lembaga eksekutif)


dalam hak asasi manusia adalah memastikan terlaksananya
kewajiban hak asasi manusia (penghormatan, perlindungan,
pemenuhan, pemajuan, dan penegakan hak asasi manusia).
Tanggung jawab lembaga legislatif di bidang hak asasi
manusia misalnya dengan memastikan bahwa undang-
undang yang dirancang tidak bertentangan dengan nilai-nilai
hak asasi manusia. Bentuk tanggung jawab oleh lembaga
yudikatif misalnya dengan memutuskan putusan yang adil.

– Tanggung jawab negara untuk menghormati, menuntut


Negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya
bertanggung jawab untuk membuat kebijakan dan atau
melakukan tindakan apapun yang tidak melanggar
integritas atau martabat kemanusiaan dari pelanggaran
yang dilakukan oleh individua tau kelompok terhadap

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 31


hak-hak yang dilindungi oleh hukum, serta menuntut
individua tau kelompok untuk menghargai dan tidak
melanggar hak orang lain atau kelompok lain.

– Tanggung jawab negara untuk memenuhi, menuntut


Negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya untuk
bertanggung jawab membuat kebijakan dan atau
melakukan tindakan yang memadai dalam menjamin
setiap individu memperoleh atau terpenuhi haknya.

– Tanggung jawab negara untuk melindungi, menuntut


negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya untuk
bertanggung jawab membuat kebijakan dan atau
melakukan tindakan yang memadai guna melindungi hak-
hak individu maupun kelompok dari pelanggaran
termasuk upaya untuk mencegahnya.

– Tanggung jawab negara untuk menegakkan, menuntut


negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya untuk
bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan dan atau
melakukan tindakan yang memadai agar tidak terjadi
pelanggaran HAM maupun melakukan tindakan
pemulihan bila terjadi pelanggaran HAM.

– Tanggung jawab negara untuk memajukan, menuntut


negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya untuk
bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan dan atau
melakukan tindakan peningkatan secara terus menerus
dalam hal penghormatan, pemenuhan, perlindundang,
dan penegakan HAM.

32 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak


Asasi Manusia, pelanggaran hak asasi manusia diartikan
sebagai setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak sengaja
atau kelalaian, yang membatasi dan atau mencabut hak asasi
manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang ini, serta tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku.

Artinya, jika merujuk pada pengertian pelanggaran HAM


menurut UU HAM, maka yang dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran hak asasi manusia adalah:

– Dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, termasuk


aparat negara;

– Dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja atau karena


kelalaian;

– Dilakukan untuk membatasi dan atau mencabut hak asasi


manusia yang dijamin dalam Undang-Undang HAM; dan

– Tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan


memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Sebagai pihak utama pemangku tanggung jawab dan


kewajiban, maka Negara dituntut melaksanakan dan

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 33


memenuhi semua kewajiban yang dikenakan kepadanya
secara sekaligus dan segera, dan jika gagal dilaksanakan
maka negara dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran.
Negara yang dimaksud dalam hal ini adalah organ-organ
pemerintah termasuk para aparatnya, organ legislatif, dan
organ yudikatif.

Dalam konteks pelanggaran, terdapat dua jenis pelanggaran,


yaitu pelanggaran karena adanya tindakan (by commission)
dan pelanggaran karena adanya pembiaran (by omission)
oleh negara. Pelanggaran karena tindakan terjadi karena
Negara melakukan tindakan yang secara langsung
melanggar kewajiban dan tanggung jawabnya, misalnya
seperti (tidak terbatas pada) melakukan perbuatan sewenang-
wenang, melakukan kekerasan atau proses hukum yang tidak
sesuai prosedur, maupun menerbitkan kebijakan yang bersifat
diskriminatif.

Pelanggaran karena pembiaran terjadi ketika Negara tidak


melakukan tindakan atau gagal untuk mengambil tindakan
lebih lanjut yang diperlukan untuk melaksanakan kewajiban
dan tanggung jawabnya, seperti:

– tidak mengambil langkah-langkah efektif dalam


menyelesaikan konflik di suatu daerah,

– tidak mengambil langkah-langkah efektif untuk


meningkatkan pemenuhan hak-hak atas pendidikan,
pekerjaan, dan kesehatan,

– membiarkan kebijakan hukum yang tidak sesuai dengan


nilai-nilai hak asasi manusia.

34 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


Selain negara, aktor non-negara juga dapat melakukan
pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana telah
disebutkan pada bab sebelumnya. Namun, pelanggaran yang
dilakukan oleh aktor bukan negara juga tidak dapat
dipisahkan dengan Negara. Negara tetap memiliki tanggung
jawab atas pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aktor
bukan negara dengan menetapkan mekanisme penyelesaian
maupun pemulihan atas pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh aktor bukan negara, seperti menerbitkan kebijakan untuk
menghentikan pelanggaran hak asasi manusia, melakukan
proses hukum bagi pelaku pelanggaran hak asasi manusia,
maupun memberikan pemulihan bagi para korban
terdampak pelanggaran hak asasi manusia.

Negara juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa


aktor bukan negara tidak meniadakan hak-hak perorangan.
Negara bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi
manusia yang timbul dari kegagalan dalam melakukan
pengawasan yang ketat terhadap tindakan pelanggaran hak
asasi manusia yang dilakukan oleh aktor non negara.

Selain pelanggaran hak asasi manusia, juga dikenal adanya


pelanggaran hak asasi manusia yang berat (gross/serious
human rights violation). Menurut Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, pelanggaran hak asasi
manusia yang berat diartikan dengan pelanggaran hak asasi
manusia berupa kejahatan genosia dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.34

34
Pasal 1 dan Pasal 7 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000
Tentang Pengadilan HAM, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 208,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4026 (Republik Indonesia, 2000).

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 35


Pengertian yang lebih luas tentang pelanggaran hak asasi
manusia yang berat dapat dijumpai dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, yaitu “yang
dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia yang berat
adalah pembunuhan massal (genocide), pembunuhan
sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan (arbitry/
extra judicial killing), penyiksaan, penghilangan orang secara
paksa, pembudakan, atau diskriminasi yang dilakukan secara
sistematis (systematic discrimination).35

4. Sanksi bagi Pelanggar Hak Asasi Manusia

Secara umum, hukum hak asasi manusia internasional tidak


membuat rumusan tentang sanksi bagi negara-negara yang
tidak melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya,
karena kekuatan hukum dari hak asasi manusia adalah
berdasarkan moral (morally binding).36 Namun, meski tidak
secara tegas dirumuskan sanksi bagi negara-negara
peratifikasi yang melanggar ketentuan hukum hak asasi
manusia, terdapat beberapa bentuk sanksi tidak tertulis yang
dapat dikenakan, misalnya pengucilan dari pergaulan
internasional, pemberlakuan embargo ekonomi ataupun
militer, ataupun kesulitan dalam usaha ekspor ke luar negeri
seperti kesulitan mengekspor kelapa sawit karena adanya

35
Penjelasan Pasal 104 ayat (1) dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886 (Republik
Indonesia, 1999).
36
Karin Buhmann, Lynn Roseberry, and Mette Morsing, eds., Corporate Social and Human
Rights Responsibilities: Global Legal and Management Perspectives, 1st ed. (New York:
Palgrave Macmillan, 2011), 10.

36 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


dugaan bahwa negara penghasil/pengekspor kelapa sawit
membiarkan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan
oleh perusahaan yang beroperasi di negaranya.

Artinya, meski tidak ada bentuk sanksi yang berbentuk pidana


kepada negara pelanggar, namun tidak dipungkiri bahwa
relasi antar negara telah menjadi faktor penentu atas
keberhasilan pembangunan sebuah negara.37 Oleh karena itu,
ketika negara pelanggar mendapat sanksi internasional, maka
hal tersebut merupakan kerugian bagi negara karena secara
tidak langsung dapat mempengaruhi ekonomi dan politik di
dalam negeri, dan secara lebih jauh akan mempengaruhi
pelaksanaan pemenuhan hak-hak asasi manusia lainnya.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia tidak mengatur sanksi bagi para pelanggar hak-hak
dasar yang disebutkan dalam undang-undang tersebut.
Namun, sanksi dapat diberikan bagi pelanggar melalui
peraturan perundang-undangan lainnya (seperti undang-
undang). Misalnya, melanggar hak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat, maka dapat menggunakan sanksi yang
terdapat dalam undang-undang yang berkaitan dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Berbeda dengan Undang-Undang HAM yang tidak mengatur


pertanggungjawaban individu, maka Undang-Undang
Pengadilan HAM mengatur sanksi pidana bagi individu yang
terbukti melakukan pelanggaran HAM yang berat. Hal ini

37
Mahdev Mohan, Business and Human Rights in Southeast Asia, Business and Human
Rights in Southeast Asia, 2014, 264.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 37


dikarenakan UU HAM berangkat dari konsep hukum hak asasi
manusia internasional, sedangkan UU Pengadilan HAM
berangkat dari hukum pidana internasional yang mengenal
pertanggungjawaban pidana oleh individu ataupun kelompok
individu.

D. Latihan

Untuk memperkuat kemampuan peserta (dalam kelompok) agar


mendiskusikan hal-hal yang menjadi kewajiban dan tanggung
jawab Negara dalam kasus konflik sosial yang terjadi di Sampang
(Jawa Timur), berkaitan dengan isu konflik umat beragama (Syiah-
Sunni). Jelaskan hal-hal yang seharusnya Pemerintah (Pusat/
Daerah) lakukan untuk menghentikan maupun memulihkan
pascakonflik!

E. Rangkuman

Peran Negara dalam hak asasi manusia adalah ditempatkan


sebagai pemangku utama kewajiban dan tanggung jawab atas
pelaksanaan hak asasi manusia. Kewajiban Negara dalam
pelaksanaan hak asasi manusia, secara umum terbagi menjadi
dua, yakni kewajiban positif (kewajiban untuk melakukan sesuatu)
dan kewajiban negatif (kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu).
Secara lebih detail, kewajiban tersebut terbagi menjadi kewajiban
untuk menghormati, memenuhi, melindungi, menegakkan, dan
memajukan hak asasi manusia. Lebih lanjut, Negara dalam hal
ini Pemerintah bertanggung jawab memastikan dan menjamin
terpenuhi kewajibannya tersebut.

38 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


F. Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut ini:

1. Jelaskan satu bentuk Kewajiban Positif yang Saudara berikan


dalam unit kerja Saudara!

2. Jelaskan satu bentuk Kewajiban Negatif yang Saudara


terapkan dalam unit kerja Saudara!

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 39


BAB IV
PENUTUP

Setelah membaca materi pelatihan mulai dari Bab I Pendahuluan


hingga Bab III, maka modul ini diakhiri dengan harapan agar para
pengajar dan peserta pelatihan dapat memanfaatkan modul ini
dengan baik dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran kewajiban dan tanggung jawab negara. Berikut ini
kesimpulan secara umum materi-materi pokok yang telah dijelaskan
dalam bab-bab sebelumnya dan tindak lanjut untuk peserta pelatihan.

A. Simpulan

1. Subjek hukum hak asasi manusia terbagi menjadi dua, yakni


subjek hukum sebagai pemangku kewajiban dan subjek
hukum sebagai pemangku hak. Subjek hukum sebagai
pemangku kewajiban terdiri dari negara dan bukan negara,
sedangkan subjek hukum sebagai pemangku hak adalah
bukan negara.

2. Negara dalam kerangka hak asasi manusia, berperan


sebagai berikut:

– Negara ditempatkan sebagai pemangku kewajiban yang


harus melakukan berbagai tanggung jawab dalam rangka
melaksanakan hak asasi manusia.

– Negara tidak memiliki hak, melainkan memikul kewajiban


dan tanggung jawab untuk memenuhi hak warga
negaranya (individu maupun kelompok) yang telah
dijamin oleh instrumen hak asasi manusia.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 41


– Negara dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran
hak asasi manusia jika tidak berkehendak atau tidak
memiliki keinginan untuk memenuhi kewajiban dan
tanggung jawabnya

3. Kewajiban negara secara universal dapat dibagi menjadi tiga


(tripartite classification), yakni kewajiban untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi. Dalam pelaksanaannya,
kewajiban ini terbagi menjadi kewajiban positif dan kewajiban
negatif. Namun demikian, kewajiban dapat dibatasi
sepanjang ditetapkan oleh hukum untuk menjaga keamanan
nasional, ketertiban umum, kesehatan atau moral masyarakat,
serta pembatasan tersebut sebagai kebutuhan bagi negara
yang bersangkutan.

4. Kewajiban negara selanjutnya melahirkan tanggung jawab


negara. Di Indonesia, tanggung jawab negara dalam rangka
melaksanakan kewajiban hak asasi manusia telah diatur
dalam Pasal 28I ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 72 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

5. Merujuk pada pengertian pelanggaran HAM menurut UU


HAM, maka yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
hak asasi manusia adalah:

– Dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, termasuk


aparat negara;

– Dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja atau karena


kelalaian;

42 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


– Dilakukan untuk membatasi dan atau mencabut hak asasi
manusia yang dijamin dalam Undang-Undang HAM; dan

– Tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan


memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

6. Dalam konteks pelanggaran, terdapat dua jenis pelanggaran,


yaitu pelanggaran karena adanya tindakan (by commission)
dan pelanggaran karena adanya pembiaran (by omission)
oleh negara. Pelanggaran karena adanya tindakan, artinya
pelanggaran hak asasi manusia dilakukan oleh negara.
Pelanggaran karena pembiaran, artinya negara membiarkan
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia oleh aktor non
negara.

7. Tidak ada sanksi bagi pelanggar hak asasi manusia. Namun,


apabila pelanggaran hak asasi manusia telah diatur dalam
hukum positif (undang-undang), maka sanksi yang diberikan
adalah mengikuti sanksi pada undang-undang. Sedangkan
secara internasional tidak ada sanksi terhadap suatu negara
yang diduga terjadi pelanggaran HAM di negaranya. Namun,
terdapat sanksi tidak tertulis, seperti pengucilan oleh negara
lain.

B. Tindak Lanjut

Berbekal hasil belajar pada modul Kewajiban dan Tanggung


Jawab Negara selanjutnya pengajar dan peserta dapat
mengkaitkan bentuk-bentuk peran, kewajiban dan tanggung
jawab negara dalam menjalankan tugas dan fungsi sehari-hari

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 43


selaku aparatur sipil negara umumnya dan selaku pejabat
fungsional tertentu khususnya.

Apabila peserta telah mampu menjelaskan dan memberikan


pandangan sebagaimana dalam latihan dan evaluasi pada
keseluruhan dalam modul ini, berarti peserta telah memahami dan
menguasai mata pelatihan Kewajiban dan Tanggung Jawab
Negara dengan baik. Namun, jika peserta masih ragu dengan
pemahaman mengenai materi yang dijelaskan, maka peserta
masih perlu membaca lebih banyak lagi referensi khususnya
yang terkait dengan kewajiban dan tanggung jawab negara dalam
hak asasi manusia.

44 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


KUNCI JAWABAN

BAB II

EVALUASI

1. Orang-orang yang ditempatkan di lembaga pemasyarakatan,


rumah tahanan negara, rumah detensi imigrasi, serta para
pihak yang melakukan permohonan hak melalui Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia seperti permohonan
pendaftaran merek, partai politik, badan hukum, pelindungan
hak asasi manusia. Dalam hal ini, maka subjek hak asasi
manusia erat kaitannya dengan subjek dari pelayanan publik.

Alasan: karena pemenuhan hak para pihak tersebut sangat


tergantung pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.

BAB III

EVALUASI

Contoh Jawaban (tidak terbatas)

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 45


GLOSARIUM

Aktor : Pihak yang wajib melakukan sesuatu;


atau pihak yang berhak menerima
sesuatu.
Hukum Internasional : Sistem hukum yang mengatur hubungan
antar negara, baik negara dengan negara
maupun subjek hukum bukan negara.
Individu : Orang perseorangan yang wajib
melakukan sesuatu; atau yang haknya
dijamin oleh hukum
Kelompok Minoritas : Kumpulan individu dengan karakteristik
tertentu dan dengan jumlah sedikit yang
berada pada kelompok masyarakat.
Biasanya dengan karakteristik
berdasarkan suku, agama, adat istiadat,
maupun ras. Kelompok minoritas dapat
menjadi kelompok mayoritas. Oleh
karena itu, yang ditekankan disini adalah
jumlah dari anggota kelompok tersebut
dalam suatu kelompok masyarakat.
Kewajiban : Sesuatu yang wajib dilaksanakan, baik
karena diberikan kepadanya ataupun
karena komitmen moral.
Konvensi
Den Haag 1907 : Konvensi yang berisi pernyataan formal
pertama tentang hukum perang dan

46 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


kejahatan perang dalam hukum
internasional.
Konvensi Jenewa 1949 : Konvensi terkait perlindungan bagi
korban perang. Konvensi ini terdiri dari
empat bagian yaitu, terkait perbaikan
keadaan yang luka dan sakit dalam
angkatan bersenjata di medan
pertempuran darurat, perbaikan keadaan
anggota angkatan bersenjata di laut
yang terluka, sakit, dan korban karam,
terkait perlakuan bagi tawanan perang,
dan terkait perlindungan bagi orang-
orang sipil di waktu perang.
Korporasi : Perusahaan berbadan hukum, baik
perusahaan multinasional maupun
bukan multinasional, termasuk
diantaranya perusahaan milik negara.
Kovenan Internasional
Hak-Hak Ekonomi Sosial
dan Budaya : Kovenan yang mengukuhkan pokok-
pokok hak asasi manusia di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sehingga
menjadi ketentuan-ketenuan yang
mengikat secara hukum.
Kovenan Internasional
Hak-Hak Sipil dan
Politik : Kovenan yang mengukuhkan pokok-
pokok hak asasi manusia di bidang sipil

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 47


dan politik sehingga menjadi ketentuan-
ketenuan yang mengikat secara hukum.
Masyarakat adat : Kesatuan masyarakat yang tetap dan
teratur dimana para anggotanya terikat
pada tempat kediaman suatu daerah
tertentu, baik dalam kaitan duniawi
maupun rohani, serta terikat pada
hubungan keturunan dalam pertalian
darah dan atau kekerabatan yang sama
dari satu leluhur karena pertalian
perkawinan maupun pertalian adat.
Nota Kesepahaman
Helsinki : Kesepakatan antara Pemerintah Republik
Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) yang ditandatangani di Helsinki
pada 15 Agustus 2005. Kesepakatan ini
merupakan komitmen kedua belah pihak
untuk menyelesaikan konflik Aceh secara
damai, menyeluruh, berkelanjutan, dan
bermartabat bagi semua.
Organ : Kesatuan pejabat yang mengerjakan
sesuatu berdasarkan undang-undang
atau anggaran dasar berwenang
mengemukakan dan merealisasikan
kehendak hukum.
Pemangku : Pihak yang mengelola atau
menyelenggarakan sesuatu. Pemangku
kewajiban berarti pihak yang mengelola
kewajiban. Pemangku hak berarti pihak
yang menerima hak.

48 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


Pengungsi : Orang yang berpindah dari tempat
tinggal asalnya karena bencana alam
ataupun konflik sosial. Pengungsi dapat
berasal dari dalam negeri maupun dari
luar negeri.
Peran : Suatu perilaku atau tindakan yang
diharapkan untuk dilakukan oleh pihak
tertentu karena status atau kedudukan
yang dimilikinya akan memberikan
pengaruh pada sekelompok orang atau
lingkungan.
Pertanggungjawaban
komando : Pertanggungjawaban yang dibebankan
kepada orang yang memiliki
kewenangan untuk memegang komando
karena dia gagal untuk mecegah atau
memberikan hukuman atas tindakan
illegal bawahannya sesuai rantai
komando.
Suku Asli : Masyarakat yang merupakan keturunan
penduduk awal dari suatu tempat dan
telah membangun kebudayaannya di
tempat tersebut dengan status asli
sebagai kelompok etnis yang bukan
pendatang dari daerah lainnya.
Masyarakat asli bersifat melekat pada
suatu tempat.
Tanggung Jawab : Sesuatu yang harus dilakukan karena
sudah menyanggupi kewajiban yang
diemban.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 49


DAFTAR PUSTAKA

Asplund, Knut D, Suparman Marzuki, Eko Riyadi, and Rhona K. M.


Smith. Hukum Hak Asasi Manusia. Ketiga. Yogyakarta: Pusat Studi
Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII),
2008.

Bianchi, Andrea, ed. Non-State Actors and International Law. Surrey:


Ashgate Publishing limited, 2009.

Buhmann, Karin, Lynn Roseberry, and Mette Morsing, eds. Corporate


Social and Human Rights Responsibilities: Global Legal and
Management Perspectives. 1st ed. New York: Palgrave Macmillan,
2011.

Carey, Sabine C., Mark Gibney, and Steven C. Poe. The Politics of
Human Rights: The Quest for Dignity. New York: Cambridge
University Press, 2010.

Clapham, Andrew. Human Rights Obligations of Non-State Actors: The


Collected Courses of the Academy of European Law. Oxford: Oxford
University Press, 2006.

Crawford, James. State Responsibility: The General Part. New York:


Cambridge University Press, 2013.

Firdaus, Muhammad Syafari, Atikah Nuraini, Kurniasari Novita Dewi,


Roichatul Aswidah, Sasanti Amisani, Eko Dahana, and J Nunik
Widianti. Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Sebuah
Panduan. Edited by Soetandyo Wignjosoebroto. 2nd ed. Jakarta:
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2013.

50 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


Hofmann, Rainer, ed. Non-State Actors as New Subjects of International
Law, 1999.

Joseph, Sarah, and Adam McBeth, eds. Research Handbook on


International Human Rights Law. Cheltenham: Edward Elgar
Publishing, 2010.

Jurists, American Association for the International Commission of.


“Siracusa Principles on the Limitation and Derogation Provisions
in the International Covenant on Civil and Political Rights.” New
York, 1984.

KOMNAS HAM. Komentar Umum Kovenan Internasional Hak Sipil Dan


Politik; Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya.
Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2009.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Naskah Komprehensif


Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945: Latar Belakang, Proses, Dan Hasil Pembahasan 1999-2002
Buku VIII Warga Negara Dan Penduduk, Hak Asasi Manusia Dan
Agama. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, 2010.

Mihr, Anja, and Mark Gibney, eds. The SAGE Handbook of Human Rights.
London: Sage Publications Ltd, 2014.

Mills, Kurt, and David Jason Karp, eds. Human Rights Protection in
Global Politics: Responsibilities of State and Non-State Actors.
Hampshire: Palgrave Macmillan, 2015.

Mohan, Mahdev. Business and Human Rights in Southeast Asia.


Business and Human Rights in Southeast Asia, 2014.

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara 51


Ruggie, John. The UN Guiding Principles on Business and Human
Rights: Implementing the United Nations “Protect, Respect, and
Remedy” Framework, 2011.

Sheeran, Scott, and Sir Nigel Rodley. “Routledge Handbook of


International Human Rights Law.” Routledge Handbook of
International Human Rights Law (2014).

Smeulers, Alette, and Fred Grünfeld. International Crimes and Other


Gross Human Rights Violations: A Multi- and Interdisciplinary
Textbook. International and Comparative Criminal Law Series. Vol.
32. Leiden: Martinus Nijhoff Publishers, 2011.

Wheatley, Steven. The Idea of International Human Rights Law. Oxford:


Oxford University Press, 2019.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang


Pengadilan HAM, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 208, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4026. Republik Indonesia, 2000.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak


Asasi Manusia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3886. Republik Indonesia, 1999.

52 Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara

Anda mungkin juga menyukai