Anda di halaman 1dari 37

DIKLAT LATIHAN DASAR

(LATSAR)
GOLONGAN III

MODUL 2

TANGGUNG JAWAB NEGARA ATAS HAM

Penulis
Naniek Pangestuti
Muh. Khamdan

Pusat Pengembangan Diklat Teknis dan Kepemimpinan


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
2017

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................................. 1


A. Latar Belakang ................................................................................................................ 2
B. Deskripsi Singkat ............................................................................................................ 2
C. Manfaat .......................................................................................................................... 2
D. Tujuan Pembelajaran ...................................................................................................... 2
E. Materi Pokok................................................................................................................... 2
F. Petunjuk belajar .............................................................................................................. 3

BAB II SUBYEK DAN SUMBER HUKUM HAM ........................................................ 4


A. Subyek Hukum HAM ..................................................................................................... 4
B. Sumber Hukum Internasional HAM ............................................................................... 7
C. Sumber Hukum Nasional HAM ..................................................................................... 8
D. Pertanggungjawaban HAM............................................................................................. 13
E. Latihan ............................................................................................................................ 14
F. Rangkuman .................................................................................................................... 15

BAB III JAMINAN HAM DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA............................. 16


A. Demokrasi dan hak Konstitusional Negara .................................................................... 16
B. Good Governance dan Jaminan Partisipasi Masyarakat................................................. 19
C. Negara Hukum Sebagai Pertanggungjawaban HAM ..................................................... 24
D. Latihan ............................................................................................................................ 26
E. Rangkuman ..................................................................................................................... 26

BAB IV TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP HAM ................................... 27


A. Tanggung Jawab Negara Berdasarkan Instrumen HAM Internasional .......................... 27
B. Tanggung Jawab Negara Berdasarkan Instrumen HAM Nasional ................................. 29
C. Latihan ............................................................................................................................ 31
B. Rangkuman ..................................................................................................................... 31

ii
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 32
A. Simpulan ........................................................................................................................ 32
B. Implikasi ........................................................................................................................ 32

Daftar Pustaka
Biodata Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Salam sukses selalu! Saat ini Saudara sudah sampai pada modul 2 Dalam Diklat
Latihan Dasar CPNS Penguatan Substansi Bidang HAM. Modul 2 ini membahas
“Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara Atas HAM”. Pemenuhan dan penegakan serta
pemajuan HAM pada dasarnya adalah tanggung jawab pemerintah, sehingga pastiah
saudara yang akan menjadi pelaksana kebijakan serta pelayanan masyarakat penting
untuk mengetahui tagging jawab tersebut.

A. Latar Belakang
Tanggung jawab negara merupakan suatu prinsip fundamental dalam hukum, baik
hukum internasional yang bersumber dari doktrin kedaulatan dan persamaan hak antar
negara maupun hukum nasional yang bersumber pada konstitusi suatu negara.
Tanggung jawab negara timbul bila ada pelanggaran atas suatu kewajiban untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, baik kewajiban tersebut berdasarkan suatu perjanjian
internasional maupun hukum nasional.
Menurut hukum internasional, pertanggungjawaban negara timbul dalam hal suatu
negara merugikan negara lain. Pertanggungjawaban negara dibatasi pada
pertanggungjawaban atas perbuatan yang melanggar hukum internasional. Perbuatan
suatu negara yang merugikan negara lain tetapi tidak melanggar hukum internasional,
tidak menimbulkan pertanggung jawaban negara. Sedangkan menurut hukum nasional,
pertanggungjawaban muncul karena negara adalah sebagai pihak yang mempunyai
power dalam menjalankan fungsi negara.
Tantangan untuk melindungi hak-hak warga negara dari suatu bangsa merupakan
suatu tanggung jawab yang besar dan juga merupakan suatu keistimewaan yang indah.
Memahami konsep dan prinsip-prinsip hak asasi manusia dengan lebih baik maka
diharapkan tiap individu dapat membantu mereka yang tidak dapat membantu diri
mereka sendiri, memberikan suara bagi yang tertindas yang tidak memiliki suara,
menjembatani pengertian antara pemerintah dan para pemegang kepentingan, berusaha
mencapai masyarakat yang lebih setara dan lebih peduli, menciptakan dunia yang lebih

1
baik pada tingkatan lokal dan menjalankan tugas dan fungsi jabatan yang menghormati,
menegakkan, memajukan, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia.

B. Deskripsi Singkat
Pemahaman tentang tanggung jawab negara atas dimaksudkan untuk memandu
peserta mengerti dan memahami subyek dan sumber hukum hak asasi manusia,
kewajiban dan tanggung jawab Negara terhadap hak asasi manusia, dan kebijakan
Pemerintah di bidang hukum dan HAM (RPJMN 2015-2019)

C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari modul ini adalah:
1. Peserta diklat dapat lebih memahami subyek dan sumber hukum HAM
2. Peserta diklat dapat mengetahui kewajiban dan tanggung jawab negara terhadap
HAM
3. Peserta diklat dapat lebih memahami kebijakan pemerintah di bidang hukum dan
HAM

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami
kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai ASN yang melaksanakan kebijakan
pemerintah di bidang hukum dan HAM.

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mempelajari Mata Diklat Konsep HAM ini, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan subyek dan sumber hukum HAM
2. Menjelaskan kewajiban dan tanggung jawab negara terhadap HAM
3. Menjelaskan kebijakan pemerintah di bidang hukum dan HAM

E. Materi Pokok
Materi pokok yang dibahas dalam modul ini adalah:
1. Subyek dan sumber hukum HAM
2. Kewajiban dan tanggung jawab negara terhadap HAM
3. Kebijakan pemerintah di bidang hukum dan HAM

2
F. Petunjuk Belajar
Anda sebagai pembelajar, dan agar dalam proses pembelajaran mata Diklat
“Tanggung Jawab Negara Terhadap HAM” dapat berjalan lebih lancar, dan indikator
hasil belajar tercapai secara baik, Anda kami sarankan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Bacalah secara cermat, dan pahami indikator hasil belajar atau tujuan pembelajaran
yang tertulis pada setiap awal bab, karena indikator belajar memberikan tujuan dan
arah. Indikator belajar menetapkan apa yang harus Anda capai.
2. Pelajari setiap bab secara berurutan, mulai dari Bab I Pendahuluan sampai dengan
Bab terakhir.
3. Laksanakan secara sungguh-sungguh dan tuntas setiap tugas pada akhir bab.
4. Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata Diklat ini tergantung pada
kesungguhan Anda. Belajarlah secara mandiri atau berkelompok secara seksama.
Untuk belajar mandiri, dapat seorang diri, berdua atau berkelompok dengan yang
lain untuk mempraktikkan implementasi HAM yang baik dan benar.
5. Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain, seperti yang tertera
pada Daftar Pustaka pada akhir modul ini, dan jangan segan-segan bertanya kepada
siapa saja yang mempunyai kompetensi dalam melaksanakan tanggung jawab
negara terhadap HAM.

Baiklah, selamat belajar!, semoga Anda sukses melaksanakan tanggung jawab negara
terhadap HAM, mengingat ASN adalah pelaksana kebijakan sekaligus pelayan
masyarakat yang menjalankan peran pemerintah.

3
BAB II
SUBYEK DAN SUMBER HUKUM HAK ASASI MANUSIA

Setelah membaca bab ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan subyek hukum dan sumber
hukum HAM, beserta pertanggungjawaban negara terhadap HAM

Sebagai salah satu bagian dalam hukum internasional, hukum hak asasi manusia
memiliki prinsip yang hampir sama. Dalam hukum hak asasi manusia internasional,
terdapat subyek hukum, sumber hukum, dan pertanggungjawaban negara.

A. Subyek Hukum HAM


Dasar dari hukum Hak Asasi Manusia Internasional adalah hukum internasional.
Oleh sebab itu, subyek hukum Hak Asasi Manusia sama dengan hukum internasional.
Subyek hukum adalah sebuah entitas (seorang individu secara fisik, sekelompok orang,
sebuah perusahaan atau organisasi) yang memiliki hak dan kewajiban berdasarkan
hukum internasional. Pada prinsipnya, suatu subyek hukum internasional dapat
menerapkan haknya atau mengajukan perkara ke hadapan pengadilan internasional, ia
juga dapat mengikatkan dirinya dengan subyek hukum lainnya melalui perjanjian, dan
subyek hukum lainnya dapat melakukan kontrol (dalam konteks dan tingkatan tertentu)
terhadap bagaimana sebuah subyek hukum melaksanakan wewenang dan tanggung
jawabnya.
Dalam hukum Internasional, yang dimaksud dengan subyek hukum HAM adalah :
1. Negara
Dalam konteks hak asasi manusia, negara menjadi subyek hukum utama, karena
negara merupakan entitas utama yang bertanggung jawab melindungi, menegakkan
dan memajukan hak asasi manusia, setidaknya untuk warga negaranya masing-
masing. Ironisnya, pelanggaran hak asasi manusia biasanya justru dilakukan oleh
negara, baik secara langsung melalui tindakan-tindakan yang termasuk pelanggaran
hak asasi manusia terhadap warga negaranya atau warga negara lain, maupun secara
tidak langsung melalui kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik baik di level
nasional maupun internasional yang berdampak pada tidak dipenuhinya atau
ditiadakannya hak asasi manusia warga negaranya atau warga negara lain.

4
2. Organisasi Internasional
Dalam perkembangan kontemporer hukum internasional, organisasi internasional
seringkali dianggap sebagai subyek hukum internasional dan hukum hak asasi
manusia internasional dan diletakkan sebagai aktor negara (state-actors). Hal ini
disebabkan bahwa organisasi internasional beranggotakan negara-negara. Alasan
kedua, karena perkembangan dalam hukum hak asasi manusia internasional dengan
bermunculannya berbagai mekanisme hak asasi manusia baik di tingkat internasional
maupun regional yang secara politis dan administratif berada di bawah atau dibentuk
melalui organisasi internasional tersebut. Suatu organisasi internasional bertanggung
jawab atas tindakan pelanggaran internasional yang dilakukan oleh negara anggota
apabila organisasi tersebut menyetujui suatu keputusan yang mengikat negara
anggota untuk melakukan tindakan semacam itu, atau organisasi tersebut memberi
kewenangan pada negara anggota untuk melakukannya.
3. Perusahaan-perusahaan Multinasional
Semenjak beberapa dekade ini, masyarakat internasional memberikan perhatian
khusus terhadap peranan perusahaan-perusahaan multinasional atau Multinational
Corporations (MNCs) yang memiliki kantor pusat di suatu negara dan melakukan
kegiatan-kegiatannya di wilayah banyak negara dan melakukan kegiatan-kegiatannya
di wilayah banyak negara. Oleh sebab itu, perusahaan transnational atau
multinasional ini bisa menjadi fokus kontroversi karena kekuatan ekonominya atau
kadang-kadang kekuatan politiknya, mobilitas dan kompleksitas kegiatan usahanya
serta kesukaran-kesukaran yang ditimbulkannya pada negara setempat atau negara
asalnya yang berusaha untuk menjalankan kekuasaan hukum atas perusahaan-
perusahaan tersebut.
Perlindungan, penegakkan dan pemajuan hak asasi manusia terkait erat dengan
kebijakan di bidang ekonomi dan politik khususnya dalam suatu negara. Dewasa ini,
seringkali kebijakan tersebut tidak sepenuhnya dibuat oleh negara, melainkan dibuat
bersama atau atas instruksi lembaga dana internasional dan kepentingan investasi
perusahaan multinasional, terutama di negara-negara berkembang. Atas dasar inilah,
muncul anggapan bahwa kebijakan ekonomi politik yang melanggar atau
meniadakan penegakkan hak asasi manusia tidak sepenuhnya menjadi tanggung

5
jawab negara, tetapi juga tanggung jawab kekuatan ekonomi politik semacam
lembaga dana internasional dan khususnya perusahaan multinasional.
4. Kelompok Bersenjata
Selain lembaga dana internasional dan perusahaan multinasional, perkembangan
hukum humaniter juga memberikan sumbangan pada meluasnya subyek hukum hak
asasi manusia internasional. Maraknya konflik naik internasional maupun domestik
yang tidak hanya melibatkan aktor negara juga meletakkan aktor-aktor non-negara
yang terlibat konflik bersenjata sebagai subyek dalam hukum hak asasi manusia
internasional mengingat potensi mereka sebagai pelindung sekaligus sebagai
pelanggar hak asasi manusia.
Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa memberikan pengakuan pada entitas-entitas
non-negara ini. Meskipun dinyatakan bahwa pengakuan perlindungan hanya
diberikan pada organisasi atau individu yang bertindak atas nama negara atau entitas
lain yang diakui sebagai subyek hukum internasional, dalam konflik bersenjata
antara suatu negara dengan gerakan pembebasan, kelompok perlawanan yang
bersenjata dapat dikategorikan sebagai entitas yang setara dengan negara dan oleh
karenanya dianggap sebagai subyek dalam hukum hak asasi manusia internasional
karena mereka juga berpotensi melakukan pelanggaran hak asasi manusia secara
langsung maupun tidak langsung.
Pengakuan terhadap gerakan perlawanan atau pembebasan yang bersenjata sebagai
subyek hukum dipertegas dengan dilibatkannya mereka sebagai kelompok secara
langsung dalam upaya-upaya dialog perdamaian dengan negara berdaulat yang
mereka gugat. Sehingga secara implisit, kelompok-kelompok bersenjata ini diakui
sebagai international personality termasuk juga kelompok-kelompok teroris yang
diakui keberadaannya secara internasional dan oleh karenanya merupakan subyek
hukum internasional dan hukum hak asasi manusia internasional.
5. Individu-individu
Mekanisme penegakan hukum hak asasi manusia internasional juga meletakkan
individu sebagai subyek hukum, tidak hanya sebagai pemilik hak tapi juga pemikul
tanggung jawab, melalui sebuah konsep yang disebut sebagai individual criminal
responsibility, serta konsep command responsibility. Kedua konsep ini menegaskan

6
mereka yang dianggap bertanggung jawab pidana secara individu tidak hanya orang
yang melakukan tapi juga yang memerintahkan melakukan tindak kejahatan.

B. Sumber Hukum Internasional HAM


Sumber hukum internasional merupakan bahan dan proses dimana aturan dan
kaidah-kaidah yang mengatur komunitas internasional dikembangkan. Menurut Pasal 38
ayat (1) Statuta, Pengadilan Internasional menerapkan sumber-sumber (a) konvensi-
konvensi Internasional yang diakui oleh Negara-negara yang menerimanya dan (b)
“kebiasaan internasional sebagai bukti dari praktik umum yang diterima sebagai hukum,
(c) prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab, (d)
keputusan-keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana yang terkemuka dari berbagai
negara sebagai sumber tambahan untuk menetapkan aturan kaidah hukum.
a. Perjanjian Internasional (Konvensi)
Konvensi-konvensi atau perjanjian-perjanjian internasional merupakan sumber
utama hukum internasional. Konvensi-konvensi itu dapat berbentuk bilateral bila
yang menjadi pihak hanya dua negara dan multilateral bila yang menjadi pihak lebih
dari dua negara. Kadang-kadang suatu konvensi disebut regional bila yang menjadi
pihak hanya negara-negara dari suatu kawasan. Konvensi multilateral dapat bersifat
universal bila menyangkut seluruh negara di dunia. Konvensi-konvensi internasional
yang merupakan sumber utama hukum internasional adalah konvensi yang berbentuk
law-making treaties yaitu perjanjian-perjanjian internasional yang berisikan prinsip-
prinsip dan ketentuan-ketentuan yang berlaku secara umum.
b. Hukum Kebiasaan Internasional
Hukum kebiasaan berasal dari praktek negara-negara melalui sikap dan tindakan
yang diambilnya terhadap suatu persoalan. Bila suatu negara mengambil suatu
kebijaksanaan dan kebijaksanaan tersebut diikuti oleh negara-negara lain dan
dilakukan berkali-kali serta tanpa adanya proses atau tantangan dari pihak lain maka
secara berangsur-angsur terbentuklah suatu kebiasaan. Terbentuknya suatu hukum
kebiasaan didasari oleh praktek yang sama, dilakukan secara konstan, tanpa adanya
pihak yang menentang serta diikuti oleh banyak negara. Dengan cara demikian maka
terbentuk hukum kebiasaan yang makin lama makin bertambah kuat dan berlaku
secara universal karena diikuti oleh hampir semua negara di dunia. Konvensi-

7
konvensi Hubungan Diplomatik, Konsuler, Konvensi-konvensi hukum Laut tahun
1958 dan Konvensi tentang Hukum Perjanjian tahun 1969 adalah beberapa contoh
hasil kodifikasi hukum kebiasaan. Dalam beberapa hal, hukum kebiasaan lebih
menguntungkan dari hukum tertulis mengingat sifatnya yang cukup luwes. Hukum
kebiasaan dapat berubah sesuai perkembangan kebutuhan internasional sedangkan
perubahan terhadap ketentuan-ketentuan hukum positif harus melalui prosedur yang
lama dan berbelit-belit.
c. Prinsip-prinsip Umum Hukum
Sumber ketiga hukum internasional adalah prinsip-prinsip umum hukum yang
berlaku dalam seluruh atau sebagaian besar hukum nasional negara-negara.
Walaupun hukum nasional berbada dari satu negara ke negara lain namun prinsip-
prinsip pokoknya tetap sama. Prinsip-prinsip umum yang diambil dari sistem-sistem
nasional ini dapat mengisi kekosongan yang terjadi dalam hukum internasional.
Prinsip-prinsip hukum administrasi dan perdagangan, ganti rugi dan kontrak kerja
diambil dari sistem nasional untuk mengatur kegiatan yang sama dalam kerangka
hukum internasional.
d. Keputusan-keputusan Peradilan
Keputusan-keputusan peradilan memainkan peranan yang cukup penting dalam
membantu pembentukan norma-norma baru hukum internasional. Di samping itu
karya dari tokoh-tokoh kenamaan dapat memainkan peranan dalam proses
pembentukan ketentuan-ketentuan hukum. Sehubungan dengan sumber-sumber
hukum ini, Mahkamah juga diperbolehkan untuk memutuskan suatu perkara secara
ex aequo et bono yaitu keputusan yang bukan atas pelaksanaan hukum positif tetapi
atas dasar prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.

C. Sumber Hukum Nasional HAM


Selain Instrumen Internasional hak asasi manusia sebagaimana yang dibahas
sebelumnya, ada Instrumen Nasional yang menjadi dasar implementasi hak asasi
manusia di Indonesia. Instrumen Nasional HAM di Indonesia antara lain :
1. Undang Undang Dasar Tahun 1945
Sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 yang secara tegas
memberikan amanat kepada penyelenggara negara untuk menghormati, menegakan,

8
memajukan, melindungi dan memenuhi hak asasi manusia. Dengan kata lain
ketentuan yang ada di dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 yang ditujukan
kepada penyelenggara negara terkait hak asasi manusia dapat disebut sebagai
kewajiban konstitusional yang seharusnya menjadi landasan yuridis dalam
menjalankan kewenangan-kewenangan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Konstruksi kewajiban konstitusional Negara atau Pemerintah terkait hak asasi
manusia dalam Undang Undang Dasar Neraga Republik Indonesia Tahun 1945
adalah sebagaimana tabel di bawah ini :

Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam UUD NKRI Tahun 1945
NO PASAL/AYAT BUTIR PASAL/AYAT
1 Ps. 28 ayat 4 Penghormatan, Penegakan, Pemajuan Perlindungan dan
Pemenuhan hak asasi manusia menjadi kewajiban negara
terutama pemerintah
2 Ps. 28 ayat 5 Untuk menegakan dan melidungi hak asasi manusia sesuai
dengan konsep negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan
dituangkan dalam peraturan perundang undangan
3 Ps. 29 ayat 2 Negara menjamin kemendekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya dan untuk beribadat sesuai agama dan
kepercayaannya
4 Ps 30 ayat 3 Tentara Nasional Indonesia terdiri atas angkatan keutuhan
dan kedaulatan negaraan darat, angkatan laut dan angkatan
udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara
5 Ps. 30 ayat 4 Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara
yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakan hukum
6 Ps. 31 ayat 3 Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur denganundang-
undang
7 Ps. 31 ayat 4 Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional
8 Ps 31 ayat 5 Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjujung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untukkemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia
9 Ps. 32 ayat 1 Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah

9
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat
dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya
10 Ps. 32 ayat 2 Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional
11 Ps. 33 ayat 3 Bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar besarnya untk
kemakmuran rakyat
12 Ps. 34 ayat 1 Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara
13 Ps 34 ayat 2 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai degan martabat kemanusiaan
14 Ps. 34 ayat 3 Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak

2. Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia


Sebagaimana bunyi pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
hak asasi manusia, yang menegaskan bahwa Negara, terutama pemerintah adalah
pihak yang mempunyai kewajiban untuk menghomati, melindungi dan memenuhi
hak asasi manusia. Negara adalah pihak yang mempunyai tanggungjawab untuk
menjamin dan memastikan setiap orang dapat menikmati hakdan kebebasan dasar.
Secara eksplisit Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 mengamanatkan bahwa
Pemerintah sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk memberikan penghormatan,
penagakan, pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manuisa. Dalam
Undang undang Nomor 39 Tahun 1999 mengamanatkan bahwa Pemerintah seagai
pihak yang bertannggungjawab untuk memberikan penghormatan, penegakan,
pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia.
Sebagaimana bunyi pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
hak asasi manusia, yang menegaskan bahwa Negara, terutama pemerintah adalah
pihak yang mempunyai kewajiban untuk menghomati, melindungi dan memenuhi
hak asasi manusia. Negara adalah pihak yang mempunyai tanggungjawab untuk
menjamin dan memastikan setiap orang dapat menikmati hakdan kebebasan dasar.
Secara eksplisit Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 mengamanatkan bahwa
Pemerintah sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk memberikan penghormatan,
penagakan, pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manuisa. Dalam
Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 mengamanatkan bahwa Pemerintah seabagai

10
pihak yang bertannggungjawab untuk memberikan penghormatan, penegakan,
pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia.
Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia menyebutkan,
setidaknya ada 3 (tiga) pasal yang menjadi dasar kewajiban dan tanggung jawab
negara di bidang hak asasi manusia, sebagaimana dapat dilihat pada tabet dibawah
ini :

Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam UU Nomor 39 Tahun 1999


NO PASAL/AYAT BUTIR PASAL/AYAT
1 Pasal 8 Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak
asasi manusia terutama menjadi kewajiban Pemerintah
2 Pasal 71 Pemerintah wajib dan bertanggungjawab menghormati,
melindungi, menegakan, dan memajukan hak asasi manusia
yang diatur dalam Undang Undang ini, peraturan per undang
undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi
manusia yang diterima oleh Negara Republik Indonesia
3 Pasal 72 Kewajiaban dan tanggung jawab pemerintah sebagaimana
tercantum dalam pasal 71, meliputi langkah yang efektif
dalam bidang hukum, politik, ekonomi, soial, budaya,
pertahanan keamanan negara, dan bidang lain

Sebagaimana yang termuat dalam kovenan internasional hak-hak sipil dan


politik, HAM memiliki tempat dan bersubjek pada setiap diri manusia atau individu.
Hak asasi yang dimiliki seseorang karena ia seorang manusia. Jadi pihak yang
menikmati dan bisa mengklaim suatu perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah individu. Sedangkan setiap hak asasi yang melekat pada individu membutuhkan
adanya pihak yang memiliki tugas untuk memenuhi dan melindunginya, yaitu negara.
Kewajiban negara untuk memenuhi (obligation to fulfil) menekankan pada
upaya-upaya positif negara melalui mekanisme legislatif, yudikatif, atau
administrative. Ketiga kewajiban negara ini secara jelas sebagai implementasi hak-hak
sipil dan politik yang mengandaikan adanya kombinasi kewajiban negara, baik yang
bersifat negatif maupun yang bersifat positif.

11
Tujuan nasional dalam menegakkan HAM tercantum dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, yang berbunyi, “Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Dalam tujuan nasional tersebut terkandung misi
dan visi bangsa Indonesia di bidang hak asasi manusia yang akan mewujudkan
masyarakat yang adil dan sejahtera, hak asasinya terjunjung tinggi, terpenuhi dan
terlindungi.
Untuk mewujudkan itu semua, perlu dilaksanakan pembangunan di segala bidang,
termasuk pembangunan Indonesia seutuhnya, dan hal tersebut membutuhkan proses
dalam waktu yang tidak pendek yang mengarah pada penghormatan, pemajuan,
pemenuhan dan perlindungan Hak Asasi Manusia. Komitmen Pemerintah dalam
mewujudkan penegakan HAM, antara lain telah ditunjukkan dalam prioritas
pembangunan Nasional tahun 2000-2004 (Propenas) dengan pembentukan kelembagaan
yang berkaitan dengan HAM.

Tabel Tiga Kewajiban Negara Atas HAM


Kewajiban Batasan yang Dimaksud Contoh Pelaksanaan

Menghormati Menghindari tindakan Untuk hak hidup, negara berkewajiban


intervensi atau mengambil tidak melakukan pembunuhan
kewajiban negatif
Untuk hak mendapat pekerjaan, negara
berkewajiban tidak menyingkirkan orang
dari pasar tenaga kerja

Melindungi Kewajiban melindungi, Untuk hak hidup, negara harus mencabut


mengharuskan negara produk UU yang membenarkan hukuman
mengambil kewajiban positif mati

Untuk hak mendapat pekerjaan, negara


harus mencabut produk hukum nasional
yang mengasingkan orang dari pasar
kerja

Kewajiban melindungi, negara Institusi penegak HAM, termasuk


melakukan investigasi, lembaga yudisial dapat mengambil
penuntutan, penghukuman tindakan yang diperlukan guna mencegah
terhadap pelaku, dan praktik kejahatan pengurangan hak atau
pemulihan korban pasca gangguan hak
tindak pidana atau
pelanggaran HAM Kegagalan negara untuk mengungkap
suatu kebenaran, penuntutan, dan

12
penghukuman terhadap pelaku dan
pemulihan bagi korban merupakan suatu
pelanggaran HAM yang baru atau disebut
impunitas

Memenuhi Kewwajiban memenuhi Negara harus melatih institusi kepolisian


mengharuskan negara dan militer tentang bagaimana melakukan
mengambil tindakan-tindakan tindakan menghadapi demonstrasi,
legislasi, administrative, criminal agresif secara professional dan
peradilan, dan langkah lain efesien
yang diperlukan untuk
memastikan bahwa para Untuk hak ekonomi, sosial, budaya,
pejabat negara atau pihak negara memastikan bahwa lembaga-
ketiga melaksanakan lembaga pemerintahan harus mampu
penghormatan dan memberikan pelayanan yang memadai
perlindungan HAM kepada warga negara tanpa diskriminasi

D. Pertanggungjawaban Negara
Menurut hukum internasional, setiap negara memiliki kedaulatan. Dengan adanya
kedaulatan, negara memiliki sejumlah kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan.
Namun demikian, di dalam kedaulatan terkandung suatu kewajiban untuk tidak
menyalahgunakan kedaulatan tersebut. Pada dasarnya, tanggung jawab negara muncul
jika terjadi pelanggaran terhadap hak subjektif negara lain, pelanggaran terhadap norma
hukum internasional yang merupakan jus cogens dan tindakan-tindakan yang
berkualifikasi sebagai kejahatan internasional (misalnya tindakan agresi, perbudakan,
genosida, apartheid, kolonialisme, pencemaran lapisan atmosfer dan laut secara besar-
besaran).
Tanggung jawab negara bersifat melekat pada negara, artinya suatu negara
memiliki kewajiban untuk memberikan ganti rugi manakala negara tersebut
menimbulkan atau menyebabkan kerugian kepada negara lain atau korban pelanggaran
hak asasi manusia yang harus mendapatkan pemulihan efektif, meskipun pelanggaran
tersebut dilakukan oleh pejabat resmi negara. Ini mewajibkan negara untuk
mengizinkan aksi sipil dalam bentuk mengganti kerugian terhadap pelanggaran yang
dilakukannya tergolong kejahatan terhadap kemanusiaan. Sebab, diyakini tidak ada
vonis pengadilan yang dapat menghukum secara efektif kejahatan seperti itu.
Negara sebagai suatu entitas abstrak tidak mungkin dapat melakukan tindakan
sendiri dan dimintai tanggung jawab atas tindakannya. Berkaitan dengan masalah
tanggung jawab negara, dikenal doktrin imputabilitas (doctrine of imputability) yang

13
menyatakan bahwa suatu negara bertanggung jawab atas kesalahan yang ditimbulkan
organnya.
Untuk menentukan adanya pertanggungjawaban negara atas kejahatan
internasional itu dikenal ajaran pembebanan kesalahan kepada petugas negara.
Kejahatan yang dilakukan petugas negara atau orang yang bertindak atas nama negara
dapat dibebankan kepada negara. Tindakan salah dari organ negara (yang melaksanakan
fungsi legislatif, eksekutif, yudikatif atau fungsi-fungsi lainnya) dianggap merupakan
suatu tindakan negara. Organ negara yang terdiri dari individu ataupun kumpulan
individu bertindak berdasarkan atas kewenangan sah yang diberikan negara kepadanya.
Oleh karena itu tindakan mereka harus dipertanggungjawabkan kepada negara. Dengan
demikian tanggung jawab negara akan muncul sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan
yang dilakukan oleh aparaturnya. Pada dasarnya hanya tindakan-tindakan yang
memiliki unsur pemerintahan yang akibatnya dapat dipertanggungjawabkan kepada
negara. Suatu tindakan yang tidak memiliki keterkaitan dengan negara (pemerintah)
maka negara tidak dapat dimintai pertanggungjawaban.

E. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apa saja subyek hukum hak asasi manusia internasional?
2. Apakah individu dapat menjadi subyek dalam hukum hak asasi manusia
internasional?
3. Mengapa negara menjadi subyek utama hukum hak asasi manusia internasional?
4. Apa saja sumber hukum hak asasi manusia internasional?
5. Apakah perjanjian internasional sebagai sumber hukum hak asasi manusia dapat
secara langsung berlaku di tiap negara?
6. Apa yang dimaksud dengan pertanggungjawaban negara? Dalam hal apa negara
dapat diminta pertanggungjawabannya?
7. Apakah tindakan pejabat pemerintah dapat dimintakan pertanggungjawabannya
kepada negara?

14
F. Rangkuman
Negara adalah pihak yang ditunjuk oleh hukum hak asasi manusia internasional
sebagai pihak yang berkewajiban atas penghormatan, pemenuhan dan perlindungan hak-
hak yang diakui dalam instrumen hak asasi manusia sebagai salah satu sumber hukum
hak asasi manusia. Negara memiliki kekuatan memaksa secara konstitusional untuk
menjalankan kewajiban-kewajiban tersebut. Jika negara tidak melaksanakan
kewajibannya maka terjadilah pelanggaran hak asasi manusia. Jika pelanggaran hak
asasi manusia terjadi maka pihak pertama yang akan dimintai pertanggungjawabannya
adalah negara yang diwakili oleh para pejabat dan aparaturnya.

15
BAB III
JAMINAN HAM DAN KEWAJIBAN NEGARA

Setelah membaca bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan jaminan HAM
dan tanggung jawab negara dalam menghormati, melindungi, dan memenuhi
HAM

Negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk menghormari, menegakan,


memajukan, melindungi dan memenuhi hak asasi tidak hanya karena negara telah
meratifiasi berbagai konvenan internasional. Akan tetapi, kewajiban itu sebagai bentuk
hak konstitusional (constitutional rights) semua negara yang harus diberikan kepada
rakyat. Hal demikian sebagaimana konsep dasarnya berupa demokrasi, negara hukum,
dan tata pemerintahan yang baik (good governance).

A. Demokrasi dan Hak Konstitusional Sebuah Negara


Hak konstitusional sesungguhnya bangunan sistem agar rakyat tetap sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara, sehingga perlu adanya pengaturan
kewajiban dan tanggung jawab negara agar hak-hak dan kebebasan warga negara
terpenuhi. Meskipun setiap system pemerintahan negara berbeda-beda, namun hak
konstitusional yang dijalankan pada akhirnya untuk mengembangkan dan meningkatkan
kesejahteraan warga negara.
Gagasan demokrasi sudah ada sejak jaman Yunani,walaupun tentunya berbeda
dengan demkrasi yang dikenal saat ini. Pada saat itu dilaksanakan demokrasi langsung,
tetapi tidak semua orang terlibat karena penduduk dibagi dalam golongan-golongan
yaitu tentara, hakim dan anggota majelis yang memerintah, selain terdapat juga budak
dalam masyarakat. Bahkan di masa Yunani dan Romawi kuno, hak bagi wanita tidak
diberikan, sehingga posisi wanita seolah seperti benda.
Sistem demokrasi memberikan penghargaan terhadap individu, menghargai setiap
perbedaan, sekaligus adanya pembagian tugas sehingga tidak terjadi monopoli
kekuasaan. Demokrasi dibangun dan dikembangkan secara lebih luas sebagai suatu
rangkaian institusi dan praktik berpolitik. Demokrasi harus disesuaikan dengan

16
kebudayaan masyarakat masing-masing, sehingga pelaksanaan di Eropa, Asia, Amerika,
dan Afrika kemungkinan besar mengalami perbedaan implementasi demokrasi.
Pada praktiknya, arti dan makna konsep demokrasi masih kurang dipahami
dengan baik. Sebagian masyarakat memiliki persepsi bahwa masyarakat demokratis
diartikan sama dengan masyarakat bebas demonstrasi, yang intinya bebas memaksakan
kehendak kelompoknya dengan tekanan kekerasan. Pada pihak pemerintah pun, karena
ketakutan sorotan dunia internasional, cenderung terbawa arus pemikiran bahwa
kebebasan merupakan akar demokrasi yang akan tumbuh dan berkembang secara alami
sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Pemerintah demokratis dimaknai harus
memberikan kebebasan penuh kepada warga negara untuk menyatakan pendapatnya.
Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep demokrasi secara komprehensif, ilmiah
dan obyektif sangat penting, agar terdapat kesamaan persepsi dalam memahami apa dan
bagaimana serta mengapa harus memilih demokrasi.
Konsep demokrasi sebagai kedaulatan rakryat bertumpu pada prinsip bahwa
rakyat secara keseluruhan dipandang sebagai pemegang kekuatan politik atau
pemerintahan. Dalam demokrasi kerakyatan, kekuasaan politik dianggap sah bila
kekuasaan itu merupakan aspirasi rakyat. Rakyat mempunyai kewenangan penuh untuk
menyetujui atau menolak berbagai kebijakan yang dibuat oleh penguasa/pemerintah.
Bahkan rakyat juga mempunyai kekuasaan untuk mengawasi semua tindakan dan
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga politik lainnya.
Konsep demokrasi dalam pengertian yang paling mendasar ialah bahwa
masyarakat mayoritas senantiasa dituntut untuk bersikap dan berperilaku menghargai
eksistensi masyarakat minoritas. Bagaimanapun, kelompok minoritas adalah bagian dari
rakyat secara keseluruhan sehingga tidak boleh diperlakukan secara diskriminatif atau
tidak adil. Jika dalam praktiknya terdapat masyarakat minoritas yang masih
diperlakukan secara tidak adil, maka negara yang bersangkutan belum memenuhi syarat
sebagai penganut sistem demokrasi.
Konsep demokrasi merupakan formulasi yang ideal walaupun dalam praktiknya
belum ada satu negarapun dapat melaksanakan secara konkrit. Namun demikian, konsep
ini setidaknya dapat untuk menilai apakah suatu negara dapat disebut negara yang
menjunjung hak asasi manusia atau tidak.

17
Prinsip-prinsip terpenting demokrasi setidaknya ada tiga. Pertama, persamaan di
antara warga negara sehingga setiap warga negara memiliki kesetaraan dalam praktik
politik dan pemerintahan. Kedua, jaminan adanya keterlibatan warga negara dalam
mengambil keputusan politik dan pmerintahan. Ketiga, kebebasan diakui dan dipakai
juga diterima oleh warga negara.
Memperhatikan prinsip demokrasi, maka ciri-ciri yang menggambarkan suatu
pemerintahan didasarkan atas sistem demokrasi adalah sebagai berikut :
a. Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak.
b. Ciri Konstitusional, yaitu hal yang berkaitan dengan kepentingan, kehendak, ataupun
kekuasaan rakyat dituliskan dalam konstitusi dan undang-undang negara tersebut.
c. Ciri Perwakilan, yaitu dalam mengatur negaranya, kedaulatan rakyat diwakilkan oleh
beberapa orang yang telah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
d. Ciri Pemilihan Umum, yaitu suatu kegiatan politik yang dilakukan untuk memilih
pihak dalam permerintahan.
e. Ciri Kepartaian, yaitu partai menjadi sarana / media untuk menjadi bagian dalam
pelaksaan sistem demokrasi.
f. Ciri Kekuasaan, adanya pembagian dan pemisahan kekuasaan.
g. Ciri Tanggung Jawab, adanya tanggung jawab dari pihak yang telah terpilih untuk
ikut dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi.
Praktik demokrasi di berbagai negara sebagai jaminan perlindungan HAM bagi
rakyatnya, mengalami beberapa varian, yaitu:
a. Demokrasi Liberal, yaitu demokrasi yang didasarkan atas hak individu suatu warga
negara, artinya individu memiliki dominasi dalam demokrasi ini. Pemerintah tidak
banyak ikut campur dalam kehidupan bermasyarakat, yang artinya kekuasaan
pemerintah terbatas. Demokrasi liberal disebut juga demokrasi konstitusi yang
kekuasaanya hanya dibatasi oleh konstitusi.
b. Demokrasi Komunis, yaitu demokrasi yang didasarkan atas hak pemerintah dalam
suatu negara, artinya pemerintah memiliki dominasi dalam demokrasi ini. Demokrasi
komunis dapat dikatakan kebalikan dari demokrasi liberal. Kekuasaan tertinggi
dipegang oleh penguasa tertinggi, kekuasaan pemerintah tidak terbatas. Kekuasaan
pemerintah tidak dibatasi dan bersifat totaliter, sehingga hak individu tidak
berpengaruh terhadap kehendak pemerintah.

18
c. Demokrasi Pancasila, yaitu demokrasi yang dianut bangsa Indonesia dengan
berpedoman pada Pancasila yang mengedepankan musyawarah mufakat.

B. Good Governance dan Jaminan Partisipasi Masyarakat


Banyak orang menjelaskan good governance secara berbeda tergantung pada
konteksnya. Dalam konteks pemberantasan KKN, good governance diartikan sebagai
pemerintahan yang bersih dari praktek KKN. Good governance dinilai terwujud jika
pemerintah mampu menjadikan dirinya sebagai pemerintahan yang bersih dari praktek
KKN.
Konsep Good Governance bermula dari adanya rasa ketakutan sebagian
masyarakat terhadap tindakan pejabat negara atau administrasi negara untuk bertindak
secara bebas (freies ermessen). Kewenangan yang ada pada pejabat negara tersebut
dikhawatirkan akan menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat, sehingga kemudian
muncul suatu konsep yang menitikberatkan pada prinsip umum pemerintahan yang baik
atau the general principles of good administration yang kini lebih dikenal dengan good
governance.
Hal yang terpenting dari prinsip good governance tersebut adalah prinsip
kecermatan, kepastian, kewajaran, persamaan, dan keseimbangan. Prinsip Good
Governance sebenarnya adalah prinsip yang lebih mengutamakan mengenai adanya
konsep keseimbangan hubungan antara masyarakat dengan negara. Penerapan Good
Governance di Indonesia diharapkan mampu menggerakkan partisipasi masyarakat
(public participation) di segala bidang kehidupan. Selain itu, konsep good governance
tersebut diharapkan juga tidak hanya diterapkan dalam organisasi pemerintahan tingkat
atas, tetapi juga dapat diterapkan pada organisasi pemerintahan tingkat bawah.
Penerapan konsep good governance tersebut tidak hanya ditujukan kepada
lembaganya saja tetapi juga ditujukan kepada individu-individu yang berfungsi sebagai
apartur pemerintah. Tujuan ideal yang ingin dicapai dari adanya penerapan konsep good
governance oleh aparatur pemerintah adalah untuk meningkatkan kinerja yang lebih
baik, yaitu yang menghindari budaya kerja yang muncul dalam kerangka KKN (korupsi,
kolusi dan nepotisme).
Konsep pemerintahan umum yang baik ini kemudian dikembangkan oleh teori
ilmu hukum dan yurisprudensi baik di lingkungan administrasi negara maupun oleh

19
putusan-putusan pengadilan sehingga mendapat tempat yang layak dalam perundang-
undangan. Beberapa unsur pemerintahan yang baik, yang telah memperoleh tempat
yang layak dalam peraturan perundang-undangan di berbagai negara antara lain:
a. Asas bertindak cermat.
b. Asas motivasi.
c. Asas kepastian hukum.
d. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan.
e. Asas kebijaksanaan.
f. Asas keadilan dan kewajaran.
g. Asas keseimbangan.
h. Asas perlindungan.
i. Asas penyelenggaraan kepentingan umum

Untuk menjamin pemerintahan yang baik (Good Governance) sebagai syarat


terciptanya pemerintahan yang bersih, maka hukum harus dilihat sebagai asas
prosedural (fairness), keterbukaan sistem (transparancy), keterbukaan hasil kerja
(disclosure), pertanggungjawaban publik (accountability), kewajiban keterbukaan
kepada masyarakat (responsibility). Inilah sejarah Good Governance berlaku di
Indonesia Penciptaan hukum yang akomodatif dan rasional adalah sarana mewujudkan
pemerintahan yang berwibawa. Signifikasi tiga komponen hukum seperti yang
dikemukakan Lawrence M. Friedman, yaitu legal subtance, legal structure dan legal
culture, menjadi pra-syarat terwujudnya Good Governance.
Dalam proses demokratisasi good governance sering mengilhami para aktivis
untuk mewujudkan pemerintah yang memberikan ruang partisipasi yang luas bagi aktor
dan lembaga di luar pemerintahan sehingga ada pembagian peran dan kekuasaan yang
seimbang antara negara, masyarakat sipil, dan mekanisme publik. Adanya pembagian
peran yang seimbang dan saling melengkapi antar ketiga unsur tersebut bukan hanya
memungkinkan adanya check and balance tetapi juga menghasilkan sinergi yang baik
antar ketiganya dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

20
United Nation Development Program (UNDP) mengemukakan komponen good
governance yang meliputi:
1. Participation.
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan baik secara
langsung maupun melalui intermediasi insititusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi.
2. Rule of law
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum
untuk hak asasi manusia.
3. Transparancy
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses-proses, lembaga-
lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang
membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.
4. Responsiveness.
Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani setiap
stakeholders.
5. Consensus orientation.
Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh
pilihan-pilihan terbaik baik kepentingan yang lebih luas baik dalam hal kebijakan-
kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Equity
Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesempatan
untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness and efficiency
Proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik mungkin menghasilkan sesuai dengan
apa yang digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
8. Accountability
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat
bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga “stakeholders”.
Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah
keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

21
9. Strategic vision.
Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan
pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan apa yang
diperlukan untuk pembangunan semacam ini.

Good governance intinya berorientasi kepada sebuah nilai yang menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat yang dapat meningkatkan kemampuan untuk mencapai tujuan hidup
bermasyarakat dan bernegara. Good governance tidak hanya mencakup aparat
administrasi, tetapi semua cabang kekuasaan kenegaraan. Good governance bukan
hanya asas dalam penyelenggaraan negara atau pemerintahan, tetapi mencakup pula
penyelenggaraan politik ekonomi, hukum dan berbagai aspek kehidupan bernegara.
Rambu-rambu pelaksanaan asas umum pemerintahan yang baik di Indonesia
sesungguhnya terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dimana dalam
UUD’45 terdapat sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Ini menunjukkan adanya
kewajiban pemerintah untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur sesuai
dengan cita-cita moral yang luhur dari rakyat. Asas pemerintahan yang baik menuntut
partisipasi, keterbukaan, pertanggung jawaban umum dan pengawasan kepastian
hukum.
Konsep pemerintahan yang baik (Good Governance) pada dasarnya bertumpu
pada dua landasan utama yaitu Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara.
Konsep pemerintahan yang baik dalam makna pemerintahan akan mengikat pemerintah
dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean governance). Terselenggaranya
kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (clean and good governance) menjadi
harapan bagi setiap bangsa. Aparat administrasi dan para pelaksana hukum memerlukan
sebuah keberanian dan kemauan untuk menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang
baik sebagai upaya menemukan keadilan yang sesungguhnya. Langkah-langkah
tersebut menjadi pra-syarat terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance).
Penciptaan hukum yang akomodatif dan rasional adalah sarana mewujudkan
pemerintahan yang berwibawa. Signifikasi tiga komponen hukum seperti yang
dikemukakan Lawrence M. Friedman, yaitu legal subtance, legal structure dan legal
culture, menjadi pra-syarat terwujudnya good governance. Terwujudnya pemerintahan
yang baik adalah manakala terdapat sebuah sinergi antara swasta, rakyat dan pemerintah

22
sebagai fasilitator yang dilaksanakan secara transparan, partisipatif, akuntabel dan
demokratis.
Praktek good governance harus memberi ruang kepada aktor lembaga non
pemerintah untuk berperan serta secara optimal dalam kegiatan pemerintahan, sehingga
memungkinkan adanya sinergi di antara lembaga pemerintahan dengan masyarakat sipil
dan mekanisme pasar. Dalam praktik good governance, terkandung nilai-nilai yang
membuat pemerintah dapat lebih efektif bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan
bersama. Nilai-nilai seperti efisiensi, keadilan, dan daya tanggap menjadi nilai yang
penting.
Pemerintah yang baik adalah pemerintahan yang bersifat transparan terhadap
rakyatnya, baik di tingkat pusat maupun daerah. Rakyat secara pribadi dapat
mengetahui secara jelas dan tanpa ada yang ditutup-tutupi tentang proses perumusan
kebijakan publik dan implementasinya. Dengan kata lain segala kebijakan dan
implementasi kebijakan baik di tingkat pusat mapun di tingkat daerah harus selalu
dilaksanakan secara terbuka dan diketahui umum.
Penegakan hukum lebih mengarah kepada adanya jaminan kepastian hukum.
Setiap kebijakan publik dan peraturan perundangan harus selalu dirumuskan, ditetapkan
dan dilaksanakan berdasarkan prosedur baku yang telah melembaga dan diketahui oleh
masyarakat umum, serta memiliki kesempatan untuk mengevaluasinya. Pemerintah
dalam hal ini aparat pemerintah, harus mampu mempertanggungjawabkan segala sikap,
perilaku dan kebijakan yang dibuat secara politik, hukum, maupun ekonomi dan
diinformasikan secara terbuka kepada publik, serta membuka kesempatan kepada publik
untuk melakukan pengawasan dan jika dalam prakteknya telah merugikan kepentingan
rakyat maka pemerintah harus mampu mempertanggungjawabkan dan menerima
tuntutan hukum atas tindakan tersebut.
Adapun yang harus dilakukan aparat pemerintahan dalam mewujudkan good
governance, setidaknya adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah atau aparat pemerintah diharapkan dapat berfungsi dengan baik sesuai
dengan desk job yang sudah ditentukan, dan tidak memboroskan uang rakyat yang
terkumpul melalui sistim perpajakan.
b. Pemerintah atau aparat pemerintah harus dapat menjalankan fungsinya berdasarkan
norma-norma standar etika dan moralitas pemerintahan yang berkeadilan.

23
c. Pemerintah atau aparat pemerintah harus mampu menghormati legitimasi konvensi
konstitusional yang mencerminkan kedaulatan rakyat (demokrasi)
d. Pemerintah atau aparat pemerintah harus memiliki daya tanggap terhadap berbagai
variasi yang berkembang dalam masyarakat, serta bersikap positip atas pertanyaan
masyarakat mengenai berbagai kebijakan yang dijalankan.

C. Negara Hukum Sebagai Penanggungjawab HAM


Ada dua macam karakteristik negara sebagai suatu bentuk pergaulan hidup yang
tidak dimiliki oleh bentuk-bentuk pergaulan hidup lain yang bukan negara, yaitu (1)
Negara memiliki kekuasaan yang lebih tinggi daripada bentuk-bentuk pergaulan hidup
lainnya, (2) Negara memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada bentuk-bentuk
pergaulan hidup lainnya.
Hakikat negara adalah suatu organisasi kekuasaan, yang diciptakan oleh
sekelompok manusia. Organisasi kekuasaan memiliki suatu kewibawaan yang dapat
memaksakan kehendaknya kepada semua orang yang berada di dalamnya untuk
memelihara kepentingan serta menyelenggarakan kemakmuran warganya. Dengan
demikian, cita-cita manusia untuk bernegara dari dahulu hingga sekarang adalah
tercapainya kepentingan atau kedaulatan rakyat ke dalam hukum guna tercapainya
kesejahteraan hidup yang adil dan makmur.
Terdapat korelasi yang jelas antara hukum, yang bertumpu pada konstitusi,
dengan kedaulatan rakyat, yang dijalankan melalui sistem demokrasi. Korelasi ini
tampak dari kemunculan istilah demokrasi konstitusional. Dalam sistem demokrasi,
partisipasi rakyat merupakan intinya. Negara hukum harus ditopang dengan sistem
demokrasi, demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah,
sedangkan hukum tampa demokrasi akan kehilangan makna.
Prinsip-prinsip negara hukum, antara lain:
a. Asas legalitas.
Pembatasan kebebasan warga negara (oleh pemberintah) harus ditentukan dasarnya
dalam undang-undang yang merupakan peraturan umum. Undang-undang secara
umum harus memebrikan jaminan (terhadap warga neraga) dari tindakan
(pemberintah) yang sewenang-wenang, kolusi, dan berbagai jenis tindakan yang

24
tidak benar. Pelaksanaan wewenang oleh organ pemberintah harus dikembalikan
dasarnya pada undang-undang tertulis, yakni undang- undang formal
b. Perlindungan hak-hak asasi
Dalam konteks negara hukum maka pemerintah wajib melindungi hak asasi warga
negaranya. Jadi negara atau pemerintah adalah sebagai pemangku kewajiban
terhadap pemenuhan hak asasi warga negaranya.
c. Pemerintah terikat hukum
Monopoli paksaan pemberintah untuk menjamin penegakan hukum. Hukum harus
dapat ditegakkan, ketika hukukm tersebut dilanggar. Pemebrintah harus menjamin
bahwa ditengah masyarakat terdapat instrument yuridis penegaka hukum.
Pemberintah dapat memaksa seseorang yang melanggar hukum melalui sistem
peradilan negara. Memaksankan hukum publik secara prinsip merupakan tugas
pemberintah.
d. Pengawasan oleh hakim yang merdeka.
Superioritas hukum tidak dapat ditampilkan, jika aturan-aturan hukm hanya
dilaksanakan organ pemberintah. Oleh karena itu dalam setiap negara hukum
diperlukan pengawasan oleh hakim yang merdeka.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa agar negara dapat disebut
sebagai negara hukum dan demokrasi, maka dalam penyelenggaran negara atau
konstitusi negara setidak-tidaknya terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Supremasi hukum. (Supremacy ofLaw)
2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)
3. Asas legalitas. (Due Process of Law)
4. Pembatasan Kekuasaan.
5. Organ-organ Penunjang yang Independen.
6. Peradilan bebas dan tidak memihak.
7. Peradilan Tata Usaha Negara.
8. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia
10. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)
11. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat)
12. Transparansi dan Kontrol Sosial.

25
D. Latihan
Untuk meningkatkan pemahaman tentang jaminan HAM dalam sebuah negara,
maka jawablah pertanyaan di bawah ini sebagai latihan!
1. Bagaimana bukti bahwa suatu negara itu telah memberikan jaminan HAM bagi
rakyatnya?
2. Bagaimana hubungan antara dmokrasi, negara hukum, dan tata pemerintahan yang
baik dalam jaminan HAM?
3. Bagaimana pandangan saudara tntang jaminan HAM di negara yang berideologi
komunis dan negara dengan sistem pemerintahan monarkhi atau kerajaan?

E. Rangkuman
Banyak orang memahami good governance dalam konteks yang berbeda. Dengan
banyaknya perspektif yang berbeda dalam menjelaskan konsep good governance maka
tidak mengherankan jika kemudian terdapat banyak pemahaman yang berbeda-beda
mengenai good governance. Namun secara umum ada beberapa karakteristik dan nilai
yang melekat dalam praktek good governance. Pertama, praktek good governance harus
memberi ruang kepada aktor lembaga non pemerintah untuk berperan serta secara
optimal dalam kegiatan pemerintahan, sehingga memungkinkan adanya sinergi di antara
lembaga pemerintahan dengan masyarakat sipil dan mekanisme pasar. Kedua, dalam
praktek good governance terkandung nilai-nilai yang membuat pemerintah dapat lebih
efektif bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Nilai-nilai seperti efisiensi,
keadilan, dan daya tanggap menjadi nilai yang penting. Ketiga, praktek good
governance adalah praktek pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktek KKN serta
berorientasi pada kepentingan public. Karena itu, praktek pemerintahan dinilai baik jika
mampu mewujudkan transparansi, penegakan hukum, dan akuntabilitas publik.

26
BAB IV
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP HAM

Setelah membaca bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan instrumen-


instrumen HAM dalam sistem pemasyarakatan, hak proses penerimaan, hak
proses pengaduan, serta hak pengamanan dan pembinaan

Tiga komponen negara yang terdiri dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif wajib
malaksanakan penghormatan, pemernuhan dan perlindungan HAM sebagaimana
diamanahkan dalam UUD NKRI Tahun 1945 dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
hak asasi manusia. Tiga kewajiban negara adalah menghormati, memenuhi dan
melindungi. Sekarang kita melihat bagaimana pendekatan dari hukum nasional karena
hak asasi manusia merupakan mandat konstitusi.

A. Tanggung Jawab Negara Berdasarkan Instrumen HAM Internasional


1. Kewajiban menghormati (To Respect)
Maksud kewajiban menghormati adalah negara wajib menghindari tindakan-tindakan
intervensi atau campur tangan dengan dalih apapun untuk mengurangi atau
menghilangkan hak-hak individu guna melaksanakan atau menikmati hak-haknya
Contohnya:
• negara tidak turut campur untuk mengatur praktik pelaksanaan ibadah menurut
agama tertentu (agama yang diakui negara)
• tidak melakukan penangkapan dan penahanan secara semena-mena (hak individu
untuk bebas dan hak atas rasa aman). Apabila rakyat melakukan kejahatan tentu
dapat ditangkap harus dengan prosesdur berdasarkan prosedur tetap atau peraturan
yang berlaku
• memberikan kebebasan kepada warganya untuk berkumpul dan berserikat (hak
untuk berkumpul dan berserikat)
• memberikan kebebasan kepada warganya untuk memilih dalam pemilihan umum.
Menghormati proses dan hasil pemilihan umum
• Menghormati proses peradilan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang
berlaku tanpa diskriminasi.

27
2. Kewajiban memenuhi (To Fullfil)
Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, dan
peradilan dan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk merealisasikan secara penuh
hak-hak asasi manusia semua warganya.
Dalam hal ini menuntut negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya untuk
membuat kebijakan dan atau melakukan tindakan yang memadai dalam menjamin
setiap orang memperoleh haknya
Contoh :
• Kewajiban untuk memenuhi sistim perawatan kesehatan dasar
• Kewajiban untuk mengimplementasikan pendidikan gratis pada tingkat dasar
• Kewajiban untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi warganya.
• Kewajiban untuk menyediakan sarana dan prasarana warganya (membuka jalan
sampai ke desa dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi)
• Menyediakan pelayanan prima terhadap warganya (pengurusan Akte kelahiran,
KTP, SIM Paspor, Perijinan dll).
• perumahan yang layak
• Keamanan pribadi dan privasi
• Hak atas keadilan yang setara

3. Kewajiban melindungi (To Protect)


Negara berkewajiban untuk mengambil tindakan aktif dalam mencegah pelanggaran
hak asasi bagi semua warganya
Menuntut negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya untuk membuat
kebijakan dan atau melakukan tindakan yang memadai guna melindungi hak-hak
individu maupun kelompok dari pelanggaran termasuk upaya untuk mencegahnya
Contoh:
• Berkewajiban untuk mengambil tindakan ketika suatu kelompok masyarakat
menyerang kelompok yang lain (etnis, agama dll)
• Kewajiban untuk memaksa perusahaan untuk membayar upah pekerja sesuai upah
minimum regional (UMR)

28
B. Tanggung Jawab Negara Berdasarkan Instrumen HAM Nasional
Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia mengamanahkan
bahwa :
1. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan, HAM adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah. (sebagaimana bunyi Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 psl 28I ayat 4 dan Pasal 8 Undang Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia)
2. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakan,
dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-undang ini, peraturan
perundang-undangan lain dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang
diterima oleh negara Republik Indonesia (Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
hak asasi manusia psl 71)
3. Pasal 28i Ayat 5: Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai
dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangundangan.
4. Kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71,
meliputi langkah-langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik,
ekonomi,sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain (Pasal 72
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia)
Berdasarkan instrumen HAM internasional, ada tiga tanggung jawab negara yaitu
Kewajiban menghormati (To Respect), Kewajiban memenuhi (To Fullfil), dan
Kewajiban melindungi (To Protect). Ada tanggung jawab negara yang tidak tercantum
dalam Instrumen Internasional HAM namun termaktub dalam Instrumen Nasional yaitu
kewajiban atau tanggung jawab menegakan dan tanggung jawab memajukan hak asasi
manusia. Keterangan tentang kewajiban atau tanggung jawab menegakkan dan
memajukan adalah sebagai berukut:
1. Kewajiban Menegakan
Kewajiban menegakan hak asasi manusia menuntut negara dan seluruh institusi
beserta aparaturnya untuk mengeluarkan kebijakan dan atau melakukan tindakan
yang memadai agar tidak tejadi pelanggaran HAM maupun melakukan tindakan
pemulihan bila terjadi pelanggaran HAM.

29
2. Kewajiban Untuk Memajukan :
Menuntut negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya untuk mengeluarkan
kebijakan dan atau melakukan tindakan peningkatan secara terus menerus dalam hal
penghormatan, pemenuhan , perlindungan dan penegakan HAM

Kewajiban negara untuk menghormati, melindungi, memenuhi, menegakan dan


memajukan HAM mengandung 2 unsur penting:
1. Kewajiban untuk bertindak; (obligation to cundact) artinya akan mensyaratkan
negara melakukan langkah- langkah tertentu untuk melaksanakan pemenuhan suatu
hak.
Contoh:
• Melakukan pembangunan sekolah di suatu desa, harus menjamin tersedianya
guru dan alat-alat pendidikan dan mengalokasikan anggaran yang terukur;
• Negara melakukan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya gizi buruk
dengan memberikan makanan tambahan bagi keluarga miskin.
2. Kewajiban berdampak (obligation to result) artinya akan mensyaratkan negara
untuk mencapai sasaran tertentu guna memenuhi standar substantif yang terukur.
Contoh:
• Negara membuat program agar lima tahun ke depan seluruh masyarakat akan
bisa memperoleh akses pada pendidikan dasar
• Program negara untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan anak.

Jika kita perhatikan, sesungguhnya Implementasi penghormatan, penegakan,


pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia pada dasarnya adalah upaya
untuk mewujudkan tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar NKRI Tahun 1945 yaitu :

• melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia


• memajukan kesejahteraan umum,
• mencerdaskan kehidupan bangsa
• ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

30
C. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini sebagai latihan!
1. Jelaskan sesuai pemahaman saudara, bagaimana gambaran tanggung jawab negara
dalam upaya perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM di
Indonesia saat ini!
2. Jelaskan perbedan tugas dan tanggung awab negara terhadap HAM berdasarkan
instrumen HAM internasional dengan instrumen HAM nasional!

D. Rangkuman
Negara dituntut beserta institusi untuk mengambil kebijakan yang melindungi
setiap orang dalam memperoleh haknya. Kewajiban untuk melindungi negara wajib
membuat kebijakan atau melakukan tindakan yang memadai untuk melindungi hak hak
individu atau kelompok. Hal demikian sebagaimana jangan sampai kelompok kelompok
tertentu bertindak anarkis. Negara dan institusinya wajib melakukan tindakan yang
memadai untuk mencegah pelanggaran HAM.
HAM merupakan hak fundamental yang tidak dapat dicabut karena sebagai
manusia. HAM yang dirujuk sekarang merupakan seperangkat hak yang dikembangkan
PBB sejak awal berakhirnya perang dunia II. Sebagai konsekuensinya, negara-negara
tidak dapat berkelit untuk tidak melindungi hak asasi manusia yang bukan warga
negaranya.

31
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Jaminan tanggung jawab negara terhadap HAM dibuktikan dengan adanya 3
(tiga) komponen utama dalam suatu negara, yaitu sistem demokrasi yang
berjalan baik, penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dan adanya supremasi
hukum dalam pemerintahan.
2. Sistem demokrasi memberikan penghargaan terhadap individu, menghargai
setiap perbedaan, sekaligus adanya pembagian tugas sehingga tidak terjadi
monopoli kekuasaan. Demokrasi dibangun dan dikembangkan secara lebih luas
sebagai suatu rangkaian institusi dan praktik berpolitik. Demokrasi harus
disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat masing-masing, sehingga
pelaksanaan di Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika kemungkinan besar mengalami
perbedaan implementasi demokrasi.
3. Prinsip Good Governance sebenarnya adalah prinsip yang lebih mengutamakan
mengenai adanya konsep keseimbangan hubungan antara masyarakat dengan
negara. Penerapan Good Governance di Indonesia diharapkan mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat (public participation) di segala bidang
kehidupan.
4. Berdasarkan instrumen HAM internasional, ada tiga tanggung jawab negara
yaitu Kewajiban menghormati (To Respect), Kewajiban memenuhi (To Fullfil),
dan Kewajiban melindungi (To Protect). Adapun dalam dalam instrumen
nasional ada kewajiban atau tanggung jawab menegakan dan tanggung jawab
memajukan hak asasi manusia.

B. Implikasi
Setelah mempelajari modul ini, peserta diklat dapat memahami tanggung jawab dan
kewajiban negara untuk menghormati, memenuhi, dan melindungi HAM. Selain itu
juga mengetahui bahwa ada tanggung jawab menegakkan dan memajukan HAM
secara khusus di Indonesia.

32
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Azhary, Tahir. Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari
Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Madinah dan Masa
Kini, (Jakarta: Kencana, 2004)
B. Kieser, Paguyuban Manusia Dengan Dasafirman (Kanisius: Yogyakarta, 1991)
Donnely, Jack. Universal Human Rights in Theory and Practice (Ithaca and London:
Cornell University Press, 2003)
Kemitraan Partnership. Modul Pelatihan Bagi Petugas Pemasyarakatan Implementasi
Sistem Pemasyarakatan dan Standard Minimum Rules for Treatment of Prisoners
(Jakarta: Kemitraan, 2008)
Khamdan, Muh. Islam dan HAM Bagi Narapidana atau tahanan (Kudus: Parist, 2012)
Melander, Goran. Kompilasi Instrumen Hak Asasi Manusia Raoul Wallenberg Institute
(Jakarta: SIDA-Departemen Hukum dan HAM, 2004)
Muladi. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2002)
Smith, Rhona K. M. Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PUSHAM-UII, 2008)

33
BIODATA PENULIS

Naniek Pangestuti, S.Sos., SH., M.Si. Lahir di Purbalingga, 3 Agustus 1976.


Mengawali statusnya sebagai PNS di Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia sejak
2001. Kemudian menjabat sebagai Kepala Seksi Pelatihan HAM (2006), Kepala Seksi
Penguatan HAM (2008), dan Kepala Seksi Penguatan HAM Wilayah II B (2011).
Panggilan jiwa mengantarkannya sebagai dosen di Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
(Poltekip). Lulusan S1 dan S2 Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia ini memiliki
5 anak, dengan motto hidup “Jika Kita Senang Memudahkan Urusan Orang Lain, Maka
Allah Pasti Akan Memudahkan Semua Urusan Kita”.
HP. 081310694144.

Muh. Khamdan, S.Pd.I., MA.Hum. Lahir di Jepara, 25 Pebruari 1985.


Mengawali status sebagai PNS di BPSDM Hukum dan HAM sejak 2009. Hobinya
mengajar mengarahkan jalan hidupnya menjadi widyaiswara sejak 2011, serta menjadi
dosen tidak tetap di beberapa universitas seperti Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
(Poltekip). Sejak 2015 menjadi Widyaiswara Madya (IV/a). Meraih gelar Magister
Agama dan Studi Perdamaian dari UIN Syarif Hidayatullah atas beasiswa dari
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), dan sedang menyelesaikan program
doktoral di almamater yang sama. Pendiri Yayasan Pemberdayaan Umat (YPU) Tjitra
Mas yang bergerak pada sektor pendidikan dan pengembangan kajian Al-Qur’an. Aktif
juga di Paradigma Institute dan The Indonesian Muslim Crisis Center (IMC2) yang
peduli pada upaya mengurangi tensi kekerasan atas nama agama.
HP. 081326293918.

34

Anda mungkin juga menyukai