Anda di halaman 1dari 88

MATERI PPKn KELAS XII

SEMESTER GANJIL & GENAP

DISUSUN OLEH:

Nama : MUHAMMAD ARIQ AL AZHAR

Kelas : XII TKJ 2

NIS : 0851

YAYASAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI (YPT) PURBALINGGA


SMK YPT 2 PURBALINGGA
TERAKREDITASI “A”
Jl.May.Jend.Sungkono Telp/Fax (0281) 89240
PURBALINGGA 53371

Tahun Ajaran 2019/2020


MATERI PPKn KELAS XII
SEMESTER GANJIL & GENAP

DISUSUN OLEH:

Nama : MUHAMMAD ARIQ AL AZHAR

Kelas : XII TKJ 2

NIS : 0851

YAYASAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI (YPT) PURBALINGGA


SMK YPT 2 PURBALINGGA
TERAKREDITASI “A”
Jl.May.Jend.Sungkono Telp/Fax (0281) 89240
PURBALINGGA 53371

Tahun Ajaran 2019/2020

I
DAFTAR ISI

BAB I Kasus Pelanggaran Hak dan Pelanggaran Kewajiban Warga Negara


A. Makna dan Hak Kewajiban Warga Negara ......................................... 1
B. Subtansi Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Pancasila ........... 5
C. Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga
Negara ................................................................................................. 7
D. Upaya Penanganan Pelanggaran Hak dan Pengingkaran
Kewajiban Warga Negara .................................................................... 9

BAB II Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Masyarakat untuk


Menjamin Keadilan dan Kedamaian
A. Hakekat Hukum .................................................................................. 12
B. Hakekat Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Masyarakat .... 12
C. Peran Lembaga Penegak Hukum di Indonesia dalam Menjamin
Keadilan dan Kedamaian .................................................................... 16
D. Dinamika Pelanggaran Hukum dalam Masyarakat ............................. 20
E. Peran Masyarakat dalam Perlindungan dan Penegakan Hukum di
Indonesia ............................................................................................. 26

BAB III Pelaksanaan Pemerintahan sesuai karakteristik Good Govermance


A. Pengertian Pemerintah ........................................................................ 27
B. Konsep Good Govermance ................................................................. 27
C. Asas-asas Good Govermance .............................................................. 31
D. Karakteristik Good Govermance ......................................................... 32
E. Pelaksanaan Good Govermance di Indonesia ...................................... 33
F. Contoh Pelaksanaan Good Govermance di Indonesia dan
Permasalahannya .................................................................................. 34

II
BAB IV Pengaruh Positif dan Negatif kemajuan IPTEK terhadap Negara
A. Perkembangan IPTEK ....................................................................... 39
B. Pengaruh Positif dan Negatif kemajuan IPTEK terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia ............................................................ 40
C. Sikap selektif dalam menghadapi Berbagai Pengaruh
Kemajuan IPTEK ............................................................................... 43

BAB V Dinamika Persatuan dan Kesatuan Bangsa sebagai Upaya Menjaga dan
Mempertahankan NKRI
A. Hakekat Negara dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ............... 46
B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa .......... 51
C. Peran Masyarakat dalam menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Indonesia sebagai upaya Mempertahankan NKRI ............................. 59

BAB VI Peranan Pers Indonesia


A. Pengertian Pers ................................................................................... 62
B. Perbedaan Pers dan Komunikasi masa ............................................... 63
C. Teori tentang Pers ............................................................................... 64
D. Perkembangan Pers di Indonesia ........................................................ 67
E. Fungsi Pers .......................................................................................... 70
F. Peran Pers ............................................................................................. 71
G. Peran Pers dalam Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia ...................... 71
H. Peran dan Kode Etik Jurnalistik ........................................................... 72
I. Kebebasan Pers dan Dampak Penyalahgunaan Kebebasan Pers .......... 73
J. Pers yang bebas dan Bertanggung Jawab ............................................. 74
K. Pers di Sekolah ..................................................................................... 76
L. Mengevaluasi Peranan Pers di Indonesia ............................................. 78

BAB VII Etos Kerja Masyarakat


A. Pengertian Etos Kerja ........................................................................... 79
B. Karakteristik Etos Kerja Masyarakat Indonesia ................................... 81
C. Pentingnya Etos Kerja yang Tinggi di Tengah Arus Globalisasi ......... 82
D. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam Etos kerja Masyarakat
Indonesia .............................................................................................. 83

III
BAB I
KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN
WARGA NEGARA

A. Makna Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak dapat
berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh
merupakan akibat dari dilaksanakannya kewajiban. Dengan kata lain, hak dapat diperoleh
apabila kewajiban sudah dilakukan, misalnya seorang pegawai berhak mendapatkan upah
apabila sudah melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Pada pembelajaran di bab pertama, kalian sudah diperkenalkan dengan konsep hak
asasi manusia. Menurut kalian sama tidak maknanya dengan konsep warga negara? Untuk
mengetahui jawabannya, coba kalian cermati uraian materi berikut ini.

Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap pribadi manusia. Karena
itu, hak asasi manusia itu berbeda pengertiannya dengan hak warga negara. Hak warga
negara merupakan seperangkat hak yang melekat dalam diri manusia dalam kedudukannya
sebagai anggota dari sebuah negara. Hak asasi sifatnya universal, tidak terpengaruh status
Kewarganegaraan seseorang. Akan tetapi hak warga negara dibatasi oleh status
kewarganegaraannya. Dengan kata lain, tidak semua hak warga negara adalah hak asasi
manusia. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa semua hak asasi manusia juga merupakan hak
warga negara, misalnya hak setiap warga negara untuk menduduki jabatan dalam
pemerintahan Republik Indonesia adalah hak asasi warga negara Indonesia. Hak ini tidak
berlaku bagi orang yang bukan warga negara Indonesia.

Bagaimana dengan konsep kewajiban warga negara? Kewajiban secara sederhana


dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab. Dengan demikian, kewajiban warga negara dapat diartikan sebagai tindakan atau
perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang warga negara sebagaimana diatur dalam
ketentuan perundangundangan yang berlaku. Apa yang membedakannya dengan kewajiban
asasi?

Kewajiban asasi merupakan kewajiban dasar setiap orang. Dengan kata lain,
kewajiban asasi terlepas dari status kewarganegaraan yang dimiliki oleh orang tersebut.
Sementara itu, kewajiban warga negara dibatasi oleh status kewarganegaran seseorang. Akan
tetapi, meskipun demikian, konsep kewajiban warga negara memiliki cakupan yang lebih
luas, karena meliputi pula kewajiban asasi. Misalnya, di Indonesia menghormati hak hidup
merupakan kewajiban setiap orang terlepas apakah ia warga negara Indonesia atau bukan.
Adapun, kewajiban bela negara hanya merupakan kewajiban warga negara Indonesia saja,
sementara warga negara asing tidak dikenakan kewajiban tersebut.

Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keduanya
memiliki hubungan kausalitas atau hubungan sebab akibat. Seseorang mendapatkan haknya
dikarenakan dipenuhinya kewajiban yang dimilikinya. Misalnya, seorang pekerja
mendapatkan upah, setelah dia melaksanakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya. Selain
itu, hak yang didapatkan seseorang sebagai akibat dari kewajiban yang dipenuhi oleh orang

1
lain. Misalnya, seorang pelajar mendapatkan ilmu pengetahuan pada mata pelajaran tertentu,
sebagai salah satu akibat dari dipenuhinya kewajiban oleh guru yaitu melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas.

Hak dan kewajiban warga negara juga tidak dapat dipisahkan, karena bagaimanapun
dari kewajiban itulah muncul hak-hak dan sebaliknya. Akan tetapi, sering terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Misalnya, setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, akan tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupannya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara hak dan
kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada maka akan terjadi kesenjangan sosial yang
berkepanjangan.

Info Kewarganegaraan
Hak warga negara Indonesia meliputi hak konstitusional dan hak hukum. Hak konstitusional
adalah hak-hak yang dijamin di dalam dan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945), sedangkan hak-hak
hukum timbul berdasarkan jaminan undang-undang dan peraturan perundang-undangan di
bawahnya.

1. Jenis-Jenis Hak dan Kewajiban Warga Negara Republik


Indonesia

Kalau kalian telaah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, baik
naskah sebelum maupun setelah perubahan, kalian akan dengan mudah menemukan
ketentuan mengenai warga negara dengan segala hal yang melekat pada dirinya. Ketentuan
tersebut dapat kalian identifikasi mulai dari Pasal 26 sampai dengan Pasal 34. Dalam
ketentuan tersebut juga diatur mengenai jenis hak dan kewajiban warga negara Indonesia.
Berikut ini diuraikan beberapa jenis hak dan kewajiban yang diatur dalam Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

a. Hak atas kewarganegaraan


Siapakah yang menjadi warga negara dan penduduk Indonesia? Pasal 26 Ayat (1) dan (2)
dengan tegas menjawab pertanyaan tersebut. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut bahwa
yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Adapun, yang menjadi
penduduk Indonesia ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Pasal 26 ini merupakan jaminan atas hak warga negara untuk mendapatkan status
kewarganegaraannya yang tidak dapat dicabut secara semena-mena. Pasal 26 ini juga
merupakan salah satu pencerminan dari pokok pikiran kedaulatan rakyat, penjabaran sila
keempat yang menjadi landasan kehidupan politik di negara kita, Indonesia tercinta.

b. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan


Negara Republik Indonesia menganut asas bahwa setiap warga negara mempunyai
kedudukan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan. Ini adalah konsekuensi dari
prinsip kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan. Pasal 27 Ayat (1) menyatakan bahwa
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Hal ini
menunjukan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dan tidak adanya diskriminasi
di antara warga negara mengenai kedua hal ini. Pasal 27 Ayat (1) ini merupakan jaminan hak

2
warga negara atas kedudukan yang sama dalam hukum dan juga merupakan kewajiban warga
negara untuk menjunjung hukum dan pemerintahan.

c. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan


Pasal 27 Ayat (2) menyatakan bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memancarkan asas keadilan sosial dan
kerakyatan yang merupakan hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur hal ini misalnya terdapat dalam
Undang-Undang Agraria, Perkoperasian, Penanaman Modal, Sistem Pendidikan Nasional,
Tenaga Kerja, Perbankan, dan sebagainya yang bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja
agar warga negara memperoleh penghidupan yang layak.

d. Hak dan kewajiban bela negara


Pasal 27 Ayat (3) menyatakan bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Ketentuan tersebut menegaskan hak dan kewajiban warga negara
menjadi sebuah kesatuan. Dengan kata lain, upaya pembelaan negara merupakan hak
sekaligus menjadi kewajiban dari setiap warga negara Indonesia.

e. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul


Pasal 28 menetapkan hak warna negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan, dan sebagainya. Syarat-syaratnya akan
diatur dalam undang-undang. Dalam ketentuan ini terdapat tiga hak warga negara, yaitu hak
kebebasan berserikat, hak kebebasan berkumpul, serta hak kebebasan untuk berpendapat.

f. Kemerdekan memeluk agama


Pasal 29 Ayat (1) menyatakan bahwa Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa.
Ketentuan ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Kemudian Pasal 29 Ayat (2) menyatakan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaan itu. Hal ini merupakan hak warga negara atas kebebasan beragama. Dalam
konteks kehidupan bangsa Indonesia, kebebasan beragama ini tidak diartikan bebas tidak
beragama, tetapi bebas untuk memeluk satu agama sesuai dengan keyakinan masing-masing,
serta bukan berarti pula bebas untuk mencampuradukkan ajaran agama.

g. Pertahanan dan keamanan negara


Pertahanan dan keamanan negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dinyatakan dalam bentuk hak dan kewajiban yang dirumuskan dalam Pasal 30
Ayat (1) dan (2). Ketentuan tersebut menyatakan hak dan kewajiban warga negara untuk ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

h. Hak mendapat pendidikan


Sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin dalam alenia
keempat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
bahwa pemerintah negara Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan
bangsa, pasal 31 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menetapkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ketentuan ini
merupakan penegasan hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Selanjutnya dalam
Pasal 31 Ayat (2) ditegaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya. Pasal ini merupakan penegasan atas kewajiban warga
negara untuk mengikuti pendidikan dasar. Untuk maksud tersebut, Pasal 31 Ayat (3) Undang-

3
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.

i. Kebudayaan nasional Indonesia


Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menetapkan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan mesyarakat dalam memelihara dalam mengembangkan
nilai-nilai budayanya. Hal ini merupakan penegasan atas jaminan hak warga negara untuk
mengembangkan nilai-nilai budayanya. Kemudian dalam Pasal 32 Ayat (2) disebutkan
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Ketentuan ini merupakan jaminan atas hak warga negara untuk mengembangkan dan
menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pergaulan.

j. Perekonomian nasional
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur tentang
perekonomian nasional. Pasal 33 yang terdiri atas lima ayat menyatakan sebagai berikut.

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.


2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Ketentuan pasal 33 ini merupakan jaminan hak warga negara atas usaha perekonomian dan
hak warga negara untuk mendapatkan kemakmuran.

k. Kesejahteraan sosial
Masalah kesejahteraan sosial dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesi Tahun
1945 diatur dalam Pasal 34. Pasal 34 terdiri atas empat ayat.

1. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.


2. Negara mengembangkan sistim jaminan sosial bagi seluruah rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
3. Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

4
Pasal 34 ini memancarkan semangat untuk mewujudkan keadilan sosial. Ketentuan dalam
pasal ini memberikan jaminan atas hak warga negara untuk mendapatkan kesejahteraan sosial
yang terdiri atas hak mendapatkan jaminan sosial, hak mendapatkan jaminan kesehatan, dan
hak mendapatkan fasilitas umum yang layak.

B. Substansi Hak dan Kewajiban warga negara dalam Pancasila


Nilai praksis pada hakikatnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai instrumental. Dengan
kata lain, nilai praksis merupakan realisasi dari ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan
perundang-undangan yang terwujud dalam sikap dan tindakan sehari-hari. Nilai praksis Pancasila
senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai perkembangan
zaman dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Pancasila sebagai ideologi yang terbuka.
Hak dan kewajiban warga negara dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila nilai-nilai dasar
dan instrumental dari Pancasila itu sendiri dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh
seluruh warga negara. Oleh sebab itu, setiap warga negara harus menunjukkan sikap positif dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun sikap positif tersebut di antaranya dapat Anda lihat dalam tabel di
bawah ini.

NO Sila Pancasila Sikap Positif yang


Ditunjukkan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa a. Hormat-menghormati dan
bekerja sama antarumat
beragama sehingga terbina
kerukunan hidup.
b. Saling menghormati
kebebasan beribadah sesuai
dengan agama dan
kepercayaannya.
c. Tidak memaksakan suatu
agama dan kepercayaan
kepada orang lain.
2. Kemanusian yang Adil dan Beradab a. Mengakui persamaan
derajat, hak dan kewajiban
antara sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama
manusia.
c. Tenggang rasa kepada
orang lain. d. Tidak semena-
mena kepada orang lain.
d. Menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan.
e. Berani membela
kebenaran dan keadilan.
f. Hormat-menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa
lain.

3. Persatuan Indonesia a. Menempatkan persatuan,


kesatuan, kepentingan, dan
keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan.

5
b. Rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan
negara .
c. Cinta tanah air dan
bangsa.
d. Bangga sebagai Bangsa
Indonesia dan ber-Tanah Air
Indonesia.
e. Memajukan pergaulan
demi persatuan dan kesatuan
bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan a.Mengutamakan
dalam Permusyawaratan/ Perwakilan kepentingan negara dan
masyarakat.
b. Tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain.
c.Mengutamakan
musyawarah dalam
mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Menerima dan
melaksanakan setiap
keputusan musyawarah.
e.Mempertanggungjawabkan
setiap keputusan
musyawarah secara moral
kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia a. Menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
b. Menghormati hak-hak
orang lain.
c. Suka memberi
pertolongan kepada orang
lain.
d. Menjauhi sikap
pemerasan kepada orang
lain.
e. Menjauhi sifat boros dan
gaya hidup mewah.
f. Rela bekerja keras.
g. Menghargai hasil karya
orang lain.

6
C. Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

1. Penyebab terjadinya pelanggarann hak dan pengingkaran kewijiban warga


negara

Pelanggaran hak warga negara terjadi ketika warga negara tidak dapat menikmati atau
memperoleh haknya sebagaimana mestinya yang ditetapkan oleh undang-undang.
Pelanggaran hak warga negara merupakan akibat dari adanya pelalaian atau pengingkaran
terhadap kewajiban, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh warga negara sendiri.
Misalnya, kemiskinan yang masih menimpa sebagian masyarakat Indonesia, penyebabnya
dapat berasal dari pemerintah ketika program pembangunan tidak berjalan sebagaimana
mestinya, atau dapat juga disebabkan oleh perilaku warga negara sendiri yang malas untuk
bekerja atau tidak mempunyai keterampilan sehingga mereka hidup di garis kemiskinan.
Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara di antaranya disebabkan oleh
faktor-faktor berikut

a. Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri


Sikap ini akan menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut haknya, sementara
kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap seperti ini akan
menghalalkan segala cara agar haknya dapat terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapat
melanggar hak orang lain.

b. Rendahnya kesadaran berbangsa dan bernegara


Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran berbuat seenaknya. Pelaku tidak mau tahu
bahwa orang lain pun mempunyai hak yang harus dihormati. Sikap tidak mau tahu ini
berakibat munculnya perilaku atau tindakan penyimpangan terhadap hak dan kewajiban
warga negara.

c. Sikap tidak toleran


Sikap ini akan menyebabkan munculnya perilaku tidak saling menghargai dan tidak
menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada akhirnya akan
mendorong orang untuk melakukan diskriminasi kepada orang lain.

d. Penyalahgunaan kekuasaan
Di dalam masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan di sini tidak hanya
menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang
terdapat dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah kekuasaan di dalam perusahaan.
Para pengusaha yang tidak memedulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar hak warga
negara. Oleh karena itu, setiap penyalahgunaan kekuasaan mendorong timbulnya pelanggaran
hak dan kewajiban warga negara.

e. Ketidaktegasan aparat penegak hukum


Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran hak dan
kewajiban warga negara, tentu saja akan mendorong timbulnya pelanggaran lainnya.
Penyelesaian kasus pelanggaran yang tidak tuntas akan menjadi pemicu bagi munculnya
kasus-kasus lain. Para pelaku tidak akan merasa jera, dikarenakan mereka tidak menerima
sanksi yang tegas atas perbuatannya itu. Selain hal tersebut, aparat penegak hukum yang
bertindak sewenang-wenang juga merupakan bentuk pelanggaran hak warga negara dan
menjadi contoh yang tidak baik, serta dapat mendorong timbulnya pelanggaran yang
dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.

7
f. Penyalahgunaan teknologi
Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi dapat juga memberikan
pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan. Kalian tentunya pernah
mendengar terjadinya kasus penculikan yang berawal dari pertemanan dalam jejaring sosial.
Kasus tersebut menjadi bukti, apabila kemajuan teknologi tidak dimanfaatkan untuk hal-hal
yang sesuai aturan, tentu saja akan menjadi penyebab timbulnya pelangaran hak warga
negara. Selain itu juga, kemajuan teknologi dalam bidang produksi ternyata dapat
menimbulkan dampak negatif, misalnya munculnya pencemaran lingkungan yang dapat
mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia.

2. Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara

Anda tentunya pernah melihat para anak jalanan sedang mengamen di perempatan
jalan raya. Mungkin juga Anda pernah didatangi pengemis yang meminta sumbangan. Nah,
anak jalanan dan pengemis merupakan salah satu golongan warga negara yang kurang
beruntung, karena tidak bisa mendapatkan haknya secara utuh. Kondisi yang mereka alami
salah satunya disebabkan oleh terjadinya pelanggaran terhadap hak mereka sebagai warga
negara, misalnya pelanggaran terhadap hak mereka untuk mendapatkan pendidikan sehingga
mereka menjadi putus sekolah dan akibatnya mereka menjadi anak jalanan.
Pelanggaran terhadap hak warga negara bisa kita lihat dari kondisi yang saat ini terjadi misalnya
sebagai berikut.
a. Proses penegakan hukum masih belum optimal dilakukan, misalnya masih terjadi kasus
salah tangkap, perbedaan perlakuan oknum aparat penegak hukum terhadap para pelanggar
hukum dengan dasar kekayaan atau jabatan masih terjadi, dan sebagainya. Hal itu
merupakan bukti bahwa amanat Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya” belum
sepenuhnya dilaksanakan.
b. Saat ini, tingkat kemiskinan dan angka pengangguran di negara kita masih cukup tinggi,
padahal Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 mengamanatkan bahwa “Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
c. Makin merebaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia seperti pembunuhan,
pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan sebagainya. Padahal, Pasal 28A–28J
UUD NRI Tahun 1945 menjamin keberadaan Hak Asasi Manusia.
d. Masih terjadinya tindak kekerasan mengatasnamakan agama, misalnya penyerangan
tempat peribadatan, padahal Pasal 29 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan
bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
e. Angka putus sekolah yang cukup tinggi mengindikasikan belum terlaksana secara
sepenuhnya amanat Pasal 31 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
“setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.
f. Pelanggaran hak cipta, misalnya peredaran VCD/DVD bajakan, perilaku plagiat dalam
membuat sebuah karya dan sebagainya.

Contoh-contoh yang diuraikan di atas membuktikan bahwa tidak terpenuhinya hak


warga negara dikarenakan adanya kelalaian atau pengingkaran dalam pemenuhan
kewajiban sebagaimana yang dipersyaratkan dalam UUD NRI Tahun 1945 dan ketentuan
perundang-undangan lainnya. Hal-hal tersebut apabila tidak segera diatasi, dapat
mengganggu kelancaran proses pembangunan yang sedang dilaksanakan.

8
3. Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

Anda tentunya sering membaca slogan “orang bijak taat pajak”. Slogan singkat
mempunyai makna yang sangat dalam, yaitu ajakan kepada setiap warga negara untuk
memenuhi kewajibannya, salah satunya adalah membayar pajak. Kewajiban warga negara
bukan hanya membayar pajak, tetapi masih banyak lagi bentuk lainnya seperti taat aturan,
menjunjung tinggi pemerintahan, dan bela negara. Kewajiban-kewajiban tersebut apabila
dilaksanakan akan mendukung suksesnya program pembangunan di negara ini serta
mendorong terciptanya keadilan, ketertiban, perdamaian, dan sebagainya. Pada
kenyataannya, saat ini, banyak terjadi pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban warga
negara. Dengan kata lain, warga negara banyak yang tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Pengingkaran tersebut biasanya
disebabkan oleh tingginya sikap egoisme yang dimiliki oleh setiap warga negara sehingga
yang ada di pikirannya hanya sebatas bagaimana cara mendapat haknya, sementara yang
menjadi kewajibannya dilupakan. Selain itu, rendahnya kesadaran hukum warga negara juga
mendorong terjadinya pengingkaran kewajiban oleh warga negara. Pengingkaran kewajiban
warga negara banyak sekali bentuknya, mulai dari sederhana sampai yang berat, di antaranya
adalah sebagai berikut. a. Membuang sampah sembarangan b. Melanggar aturan berlalu
lintas, misalnya tidak memakai helm, mengemudi tetapi tidak mempunyai Surat Izin
Mengemudi, tidak mematuhi ramburambu lalu lintas, berkendara tetapi tidak membawa Surat
Tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan sebagainya. c. Merusak fasilitas negara, misalnya
mencorat-coret bangunan milik umum, merusak jaringan telepon. d. Tidak membayar pajak
kepada negara, seperti pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan bermotor, retribusi parkir
dan sebaganya. Tidak berpartisipasi dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.

Pengingkaran kewajiban tersebut apabila tidak segera diatasi akan berakibat pada
proses pembangunan yang tidak lancar. Selain itu pengingkaran terhadap kewajiban akan
berakibat secara langsung terhadap pemenuhan hak warga negara.

D. Upaya Penanganan Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban


Warga Negara

1. Upaya Pemerintah dalam Penanganan Kasus Pelanggaran Hak dan


Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pernyataan itu tentunya sudah sering
kalian dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses penegakan hak dan kewajiban
warga negara. Tindakan terbaik dalam penegakan hak dan kewajiban warga adalah dengan
mencegah timbulnya semua faktor penyebab pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara. Apabila faktor penyebabnya tidak muncul, pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban warga negara dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Berikut ini upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.

a. Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan


pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak
9
hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan
adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari
perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang melawan
hukum dalam rangka menegakkan hukum.
b. Mengoptimalkan peran lembaga-lembaga selain lembaga tinggi negara yang
berwenang dalam penegakan hak dan kewajiban warga negara seperti Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Lembaga Ombudsman Republik Indonesia,
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
(Komnas Perempuan).
c. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai
bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara oleh
pemerintah
d. Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik
terhadap setiap upaya penegakan hak dan kewajiban warga negara.
e. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip kesadaran bernegara kepada
masyarakat melalui lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi)
maupun non-formal (kegiatankegiatan keagamaan dan kursuskursus).
f. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
g. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam
masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan
pendapat masing-masing .

Selain melakukan upaya pencegahan, pemerintah juga menangani berbagai kasus yang sudah
terjadi. Tindakan penanganan dilakukan oleh lembaga-lembaga negara yang mempunyai
fungsi utama untuk menegakkan hukum, seperti berikut.

a. Kepolisian melakukan penanganan terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan


pelanggaran terhadap hak warga negara untuk mendapatkan rasa aman, seperti
penangkapan pelaku tindak pidana umum (pembunuhan, perampokan, penganiayaan
dan sebagainya) dan tindak pidana terorisme. Selain itu kepolisian juga menangani
kasus-kasus yang berkaitan dengan pelanggaran peraturan lalu lintas.
b. Tentara Nasional Indonesia melakukan penanganan terhadap kasus-kasus yang
berkaitan dengan gerakan separatisme, ancaman keamanan dari luar dan sebagainya.
c. Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan penanganan terhadap kasus-kasus korupsi
dan penyalahgunaan keuangan negara.
d. Lembaga peradilan melakukan perannya untuk menjatuhkan vonis atas kasus
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.

Info Kewarganegaraan
Dalam hubungannya dengan penegakan hak dan kewajiban warga negara, Pancasila
mengajarkan:

1. Sesungguhnya Tuhan YME adalah pencipta alam semesta.


2. Manusia adalah makhluk Tuhan YME yang mendapat anugerah- Nya berupa
kehidupan, kebebasan dan harta milik.
3. Sebagai makhluk yang mempunyai martabat luhur, manusia mengemban kewajiban
hidupnya, yaitu:

10
a. Berterima kasih, berbakti dan bertaqwa kepada-Nya.
b. Mencintai sesama manusia
c. Memelihara dan menghargai hak hidup, hak kemerdekaan dan hak memiliki
sesuatu
d. Menyadari pelaksanaan hukum yang berlaku
.

2. Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Terjadinya


Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara

Upaya pencegahan dan penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban


warga negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan berhasil tanpa didukung oleh sikap
dan perilaku warga negaranya, yang mencerminkan penegakan hak dan kewajiban warga
negara. Sebagai warga negara dari bangsa dan negara yang beradab sudah sepantasnya sikap
dan perilaku kita mencerminkan sosok manusia beradab yang selalu menghormati keberadaan
orang lain secara kaffah. Sikap tersebut dapat kalian tampilkan dalam perilaku di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

Lakukanlah identifikasi contoh perilaku yang dapat kalian tampilkan, sebagai bentuk
dukungan terhadap upaya pencegahan terjadinya pelanggaran hak dan kewajiban warga
negara.

Rangkuman

1. Hak merupakan sesuatu yang harus diterima oleh setiap orang. Dalam diri setiap
orang melekat hak asasi manusia dan hak warga negara. Hak asasi bersifat universal
tanpa melihat status kewarganegaraan, sedangkan hak warga negara dibatasi oleh
status kewarganegaraan seseorang. Dengan demikian, ada jenis hak asasi yang hanya
dimiliki oleh warga negara saja, yang bukan warga negara tidak memiliki hak tersebut
untuk di wilayah yang bukan negaranya.
2. Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, kewajiban warga
negara dapat diartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh
seorang warga negara sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keduanya
memiliki hubungan kausalitas atau hubungan sebab akibat. Seseorang mendapatkan
haknya dikarenakan dipenuhinya kewajiban yang dimilikinya.
4. Pelanggaran hak warga negara terjadi ketika warga negara tidak dapat menikmati atau
memperoleh haknya sebagaimana mestinya yang ditetapkan oleh undang-undang.
Pelanggaran hak warga negara merupakan akibat dari adanya pelalaian atau
pengingkaran terhadap kewajiban, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh
warga negara sendiri.
5. Pengingkaran kewajiban warga negara biasanya disebabkan oleh tingginya sikap
egoisme yang dimiliki oleh setiap warga negara, yang ada di pikirannya hanya sebatas
bagaimana cara mendapat haknya, sementara yang menjadi kewajibannya dilupakan.
Selain itu, rendahnya kesadaran hukum warga negara juga mendorong terjadinya
pengingkaran kewajiban oleh warga negara.
6. Tindakan terbaik dalam penegakan hak dan kewajiban warga negara adalah dengan
mencegah timbulnya semua faktor penyebab dari pelanggaran hak dan pengingkaran

11
kewajiban warga negara. Apabila faktor penyebabnya tidak muncul, maka
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dapat diminimalisir atau
bahkan dihilangkan.

12
BAB II

PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM MASYARAKAT UNTUK


MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN

A. Hakekat Hukum

Hukum adalah aturan yang bertujuan mengatur pergaulan hidup dibuat oleh lembaga
yang berwenang bersifat mengikat dan memaksa dan dikenakan sanksi bagi yang melanggar.
Sesuai dengan pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara hukum” Yang dimaksud Negara hukum adalah segala kehidupan keNegaraan selalu
berlandaskan pada hukum dan Negara yang menegakkan super masih hukum untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran.
3 prinsip dasar Negara hukum :

1. Adanya supremasi hukum di mana hukum berada di atas segalanya semua harus
berlandaskan hukum-hukum berlaku untuk semua orang
2. Kesetaraan di depan hukum
3. Penegakan hukum

Ciri-ciri Negara hukum

1. adanya jaminan perlindungan hukum yaitu misalnya undang-undang nomor 39 tahun


1999,pasal 28A-J UUD 1945 seperti hak asasi pribadi, hak asasi ekonomi, hak asasi
politik, sosial budaya, pendidikan.
2. Hakim dalam membuat keputusan tidak berat sebelah

Kekuasaan kehakiman atau peradilan yang bebas dan tidak memihak

3. Adanya jaminan Legalitas dalam arti hukum yaitu pemerintah atau pun lembaga
Negara maupun warga Negara dalam bertindak harus berlandaskan pada hukum.

B. Hakekat Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Masyarakat

Pengertian perlindungan hukum :

13
Menurut Andi Hamzah, Perlindungan hukum adalah daya upaya yang dilakukan
secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga Negara dan swasta yang bertujuan untuk
pengamanan penguasaan dan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak asasi yang ada.
Pengertian perlindungan hukum menurut Simanjuntak : Perlindungan hukum
segala upaya pemerintah dalam menjamin kepastian hukum dan memberi perlindungan
kepada warganya agar hak-haknya sebagai warga Negara tidak dilanggar dan bagi yang
melanggar dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila
mengandung unsur-unsur berikut ini yaitu :
a. Adanya perlindungan dari pemerintah kepada warganya
b. Jaminan kepastian hukum
c. Berkaitan dengan hak warga Negara
d. Adanya sanksi hukuman bagi pihak-pihak yang melanggarnya

Contoh perlindungan hukum

a. Perlindungan hukum terhadap konsumen diatur dalam undang-undang nomor 8 tahun


1999 tentang perlindungan konsumen
b. Hak atas kekayaan intelektual yang meliputi

 hak cipta undang-undang nomor 28 tahun 2014


 merk yaitu undang-undang nomor 15 tahun 2001
 paten undang-undang nomor 13 tahun 2016
 perlindungan varietas tanaman undang-undang nomor 29 tahun 2000

selain itu perlindungan hukum juga diberikan kepada tersangka sebagai pihak yang
diduga telah melakukan pelanggaran hukum berkaitan dengan haha tersangka yang harus
dipenuhi agar sesuai dengan prosedur pemeriksaan di sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan
Hukum dapat secara efektif menjalankan fungsinya untuk melindungi kepentingan
manusia apabila tidak bertahan dengan kata lain perlindungan hukum dapat terwujud apabila
proses penegakan hukum dilaksanakan proses penegakan hukum merupakan salah satu upaya
untuk menjadikan hukum sebagai pedoman dalam setiap perilaku masyarakat maupun aparat

14
atau lembaga penegak hukum dengan kata lain penegakan hukum merupakan upaya untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum dalam berbagai macam bidang kehidupan

Pentingnya Perlindungan dan Penegakan Hukum

Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting dilakukan karena dapat mewujudkan
hal-hal berikut ini :

a. Tegaknya supremasi hukum

Supremasi hukum bermakna bahwa hukum mempunyai kekuasaan mutlak dalam


mengatur pergaulan manusia dalam berbagai macam kehidupan. Supremasi hukum
tidak akan terwujud apabila aturan-aturan yang berlaku tidak ditegakkan baik oleh
masyarakat maupun aparat penegak hukum

b. Tegaknya keadilan

Tujuan utama hukum adalah mewujudkan keadilan bagi setiap warga Negara

c. Mewujudkan perdamaian dalam kehidupan di masyarakat

Kehidupan yang diwarnai suasana yang damai merupakan harapan setiap orang
perdamaian akan terwujud apabila setiap orang merasa terlindungi dalam segala
bidang kehidupan

Menurut Soerjono Soekanto keberhasilan proses perlindungan dan penegakan hukum


bergantung pada beberapa faktor :
1. Hukum
Undang-undang yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ideologi Negara
2. Penegak hukum
Menjalankan tugas tersebut dilakukan dengan mengutamakan keadilan dan
profesionalisme sehingga menjadi panutan masyarakat serta dipercaya oleh semua
pihak termasuk semua anggota masyarakat

3. Masyarakat
Masyarakat lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan maksudnya
warga masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku serta

15
menaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran akan pentingnya dan perlunya
hukum bagi kehidupan masyarakat
4. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum mencakup tenaga manusia
yang terdidik dan terampil organisasi yang baik peralatan yang memadai keuangan
yang cukup dan sebagainya
5. Kebudayaan
Sebagai hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup yang mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku.

C. Peran Lembaga Penegak Hukum di Indonesia dalam Menjamin Keadilan dan


Kedamaian

1. Peran Kepolisian Republik Indonesia ( Polri )

Kepolisian Republik Indonesia ( Polri ) merupakan lembaga negara yang berperan antara
lain :
 Mengatur lalu lintas
 Memberantas gerakan terorisme
 Mencegah penyalahgunaan Narkoba
 Memelihara keamanan dan ketertiban
 Menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan dalam
masyarakat
 Sebagai penyidik utama yg menangani setiap kejahatan
Kepolisian RI juga mempunyai kewenangan yg diatur dalam pasal 16 UU. No. 2
tahun 2002, antara lain :
 Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan
 Melarang setiap orang memasuki TKP unt kepentingan penyelidikan
 Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan
 Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
 Memanggil orang unt didengar dan diperiksa sebagai tersangka
 Mengadakan penghentian penyelidikan
 Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum

16
2. Peran Kejaksaan RI

Kejaksaan RI merupakan lembaga negara yg melaksanakan tugas dibidang penuntutan


Peran Kejaksaan RI menurut UU RI No.16 Tahun 2004 , antara lain :
 Menegakkan supremasi hokum
 Perlindungan kepentingan umum
 Penegakan Hak Asasi Manusia
 Pemberantasan KKN

Tugas dan wewenang Kejaksaan dikelompokkan mejadi 3 bidang, antara lain:

a. Di bidang Pidana :
 Melakukan penuntutan
 Melaksanakan penetapan Hakim dan putusan pengadilan
 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
 Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
 Melengkapi berkas perkara tertentu

b. Di bidang perdata dan Tata Usaha Negara:


 Kejaksaan, dengan kuasa khusus dapat bertindak baik didalam maupun diluar
pengadilan.

c. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum :


 Peningkatan kesadaran hukum masyarakat
 Pengamanan kebijakan penegakan hokum
 Pengawasan peredaran barang cetakan
 Pengawasan aliran kepercayaan yg dapat membahayakan masyarakat
 Pencegahan penyalahguanaan atau penodaan agama
 Penelitian dan pengembanagn hukum serta statistik kriminal.

3. Peran Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman.


Hakim adalah pejabat peradilan negara yg diberi wewenang oleh undang-undang
untuk menerima,memeriksa dan memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas,jujur
dan tidak memihak dalam sidang pengadilan. Dengan kata lain,hakim tidak boleh
17
dipengaruhi oleh kekuasaan-kekuasaan lain dalam memutuskan perkara di pengadilan.
Apabila hakim mendapatkan pengaruh dari pihak lain dalam memutuskan perkara, cenderung
keputusan hakim tidak adil.
Menurut ketentuan UU RI Nomer 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan Kehakiman,
Hakim berdasaran jenis peradilannya dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok Yaitu :
a. Hakim pada Mahkamah Agung yg disebut dengan Hakim Agung
b. Hakim pada badan peradilan yg berada dibawah Mahkamah Agung, yaitu : Peradilan
umum,peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha negara.
c. Hakim pada Mahkamah Konstitusi yg disebut dengan Hakim Konstitusi.

Perbedaan antara Peradilan dengan Pengadilan


 Kalau peradilan menunjuk pada proses mengadili perkara sesuai dengan kategori
perkara yg diselesaikan.
 Pengadilan menunjuk pada tempat untuk mengadili perkara atau tempat untuk
melaksanakan proses peradilan guna menegakkan hukum.

4. Peran Advokat dalam menegakkan hokum

Advokat adalah orang yg berprofesi memberi jasa hukum yg berupa : memberikan


konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,membela,
mendampingi dan melakukan tindakan hukum.

Persyaratan untuk menjadi Advokat menurut Pasal 3 UU RI Nomer 18 Tahun 2003 yaitu :

a. Warganegara RI bertempat tinggal di Indonesia


b. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat Negara
c. Berijazah sarjana Hukum dan lulus ujian yg diadakan organisasi Advokat
d. Tidak pernah dipidana, berperilaku baik,jujur,bertanggung jawab,adil, dan
mempunyai integritas yang tinggi

Tugas dari Advokat :


a. Membuat dan mengajukan gugatan, jawaban, tangkisan, sangkalan, memberi
pembuktian,mendesak segera disidangkan atau diputuskan perkaranya.

18
b. Membantu Hakim dalam mencari kebenaran dan tidak boleh memutarbalikkan
peristiwa demi kepentingan kliennya agar kliennya menang dan bebas.
Hak Advokat

a. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara


dalam sidang pengadilan.
b. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara dengan
tetap berpegang pada kode etik profesi.
c. Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan
tugas profesinya.
d. Advokat berhak memperoleh informasi, data,dan dokumen lainnya
e. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien
f. Advokat tidak dapat diidentikan dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh
pihak yg berwenang.

Kewajiban yg harus dipatuhi oleh seorang Advokat adalah sbb :

a. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan


terhadap klien
b. Advokat wajib merahasiakan segalasesuatu yang diketahui dari kliennya
c. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan
tugas profesinya.
d. Advokat yg menjadi pejabat negara tidak melaksanakan tugas profesi Advokat selama
memangku jabatan.

5. Peran KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi )

KPK dibentuk berdasarkan UU RI NO. 30 Tahun 2002. Tujuan dibentuknya KPK adalah
untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas Korupsi.
KPK mempunyai Tugas , antara lain :
a. Koordinasi dengan instansi yg berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
Korupsi
b. Supervisi terhadap instansi yg berwenang melakukan tindak pidana Korupsi
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana Korupsi
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana Korupsi.

19
Wewenang KPK
a. Mengkoordinasi penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana Korupsi.
b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidan korupsi.
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
d. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan denga instansi yg berwenang
melakukan tindak pidana korupsi
e. Meminta laporan instansi terkait pencegahan tindak pidana korupsi.

Dalam menjalankan Tugas dan Wewenangnya, KPK berpedoman pada asas-asas


sbb :

 Kepastian hukum
 Keterbukaan
 Akuntabilitas
 Kepentingan umum
 Proporsionalitas

D. Dinamika Pelanggaran Hukum dalam Masyarakat

1. Berbagai Kasus Pelanggaran Hukum


Anda tentunya pernah mendengar peristiwa pembunuhan dan juga
perampokan yang terjadi di suatu daerah. Anda juga tentunya pernah melihat
di televisi seorang pejabat negara ditangkap karena melakukan korupsi.
Nah, pembunuhan, perampokan, dan korupsi merupakan sebagian contoh
dari pelanggaran hukum. Apa sebenarnya pelanggaran hukum itu? Mengapa terjadi
pelanggaran hukum? Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu
tindakan seseorang yang tidak sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku.

Dengan kata lain, pelanggaran hukum merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-


kewajiban yang telah ditetapkan oleh peraturan atau hukum yang berlaku, misalnya kasus
pembunuhan merupakan pengingkaran terhadap kewajiban untuk menghormati hak hidup
orang lain.
Pelanggaran hukum merupakan bentuk ketidakpatuhan terhadap hukum.
Ketidakpatuhan terhadap hukum dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. pelanggaran hukum oleh si pelanggar sudah dianggap sebagai kebiasaan;
b. hukum yang berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan.

20
Saat ini, kita sering melihat berbagai pelanggaran hukum terjadi di negara ini. Hampir
setiap hari, kita mendapatkan informasi mengenai terjadinya tindakan melawan hukum baik
yang dilakukan oleh masyarakat ataupun oleh aparat penegak hukum sendiri. Berikut ini
contoh perilaku yang bertentangan dengan aturan yang dilakukan di lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
A. Dalam lingkungan keluarga, di antaranya:
1) mengabaikan perintah orang tua;
2) mengganggu kakak atau adik yang sedang belajar;
3) ibadah tidak tepat waktu;
4) menonton tayangan yang tidak boleh ditonton oleh anak-anak;
5) nonton tv sampai larut malam; dan
6) bangun kesiangan.

B. Dalam lingkungan sekolah, di antaranya


1) menyontek ketika ulangan;
2) datang ke sekolah terlambat;
3) bolos mengikuti pelajaran;
4) tidak memperhatikan penjelasan guru; dan
5) berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai dengan yang ditentukan sekolah.

C. Dalam lingkungan masyarakat, di antaranya:


1) mangkir dari tugas ronda malam;
2) tidak mengikuti kerja bakti dengan alasan yang tidak jelas;
3) main hakim sendiri;
4) mengonsumsi obat-obat terlarang;
5) melakukan tindakan diskriminasi kepada orang lain;
6) melakukan perjudian; dan
7) membuang sampah sembarangan.

D. Dalam lingkungan bangsa dan negara, di antaranya:


1) tidak memiliki KTP;
2) tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas;
3) melakukan tindak pidana seperti pembunuhan, perampokan,
4) penggelapan, pengedaran uang palsu, pembajakan karya orang lain

21
dan sebagainya;
5) melakukan aksi teror terhadap alat-alat kelengkapan negara;
6) tidak berpartisipasi pada kegiatan pemilihan umum; dan
7) merusak fasilitas negara dengan sengaja.

Dari dua kasus di atas, lakukan analisis yang berkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut.
a. Faktor penyebab terjadinya dua kasus tersebut.
b. Jenis pelanggaran hukum yang dilakukan.
c. Ketentuan perundang-undangan yang dilanggar.
d. Sanksi yang kemungkinan akan diterima pelaku.
e. Solusi untuk mencegah terulangnya kasus tersebut.

7. Macam-Macam Sanksi atas Pelanggaran Hukum


Pernahkah Anda melihat seorang wasit sepak bola ragu untuk memberikan kartu
peringatan kepada pemain yang melakukan pelanggaran. Apakah kartu merah yang akan
diberikan atau kartu kuning? Keragu-raguan wasit itu merupakan satu bukti penegakan sanksi
tidak tegas. Peristiwa serupa sering kali kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
mengapa sopir angkutan kota tidak sungkan-sungkan berhenti menunggu penumpang pada
tempat yang jelas-jelas dilarang berhenti? Penyebabnya karena petugas tidak tegas
menindaknya. Karena peristiwa seperti itu dibiarkan, tidak ditindak oleh petugas, lama-
kelamaan dianggap hal yang biasa.
Dengan kata lain, jika suatu perbuatan dilakukan berulangulang, tidak ada sanksi,
walaupun melanggar aturan, akhirnya perbuatan itu dianggap sebagai norma. Seperti
kebiasaan sopir angkutan kota tadi, karena perbuatannya itu tidak ada yang menindak,
akhirnya menjadi hal yang biasa saja. Hal yang sama bisa juga menimpa Anda. Misalnya,
jika para siswa yang melanggar tata tertib sekolah dibiarkan begitu saja, tanpa ada sanksi
tegas, esok lusa, pelanggaran akan menjadi hal yang biasa.
Perilaku yang bertentangan dengan hukum menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Ketidaknyamanan dan ketidakteraturan tentu saja
akan selalu meliputi kehidupan kita jika hukum sering dilanggar atau ditaati. Untuk
mencegah terjadinya tindakan pelanggaran terhadap norma atau hukum, dibuatlah sanksi
dalam setiap norma atau hukum tersebut. Sanksi terhadap pelanggaran itu amat banyak
ragamnya. Sifat dan jenis sanksi dari setiap norma atau hukum berbeda satu sama lain. Akan

22
tetapi, dari segi tujuannya sama, yaitu untuk mewujudkan ketertiban dalam masyarakat.
Berikut ini sanksi dari norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Hal tersebut mengandung pengertian sebagai berikut.


1. Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Misalnya, hukum pidana mengenai sanksi diatur
dalam Pasal 10 KUHP. Dalam pasal tersebut, ditegaskan bahwa sanksi pidana
berbentuk hukuman yang mencakup:
1) Hukuman pokok, yang terdiri atas:
a. hukuman mati; dan
b. hukuman penjara yang terdiri atas hukuman seumur hidup dan hukuman
sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun).
2) Hukuman tambahan, yang terdiri atas:
a. pencabutan hak-hak tertentu;
b. perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu; dan
c. pengumuman keputusan hakim.
2. Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan kadar hukuman
berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya. Contoh: Pasal 338 KUHP, menyebutkan
“barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan,
Sanksi sosial diberikan oleh masyarakat, misalnya dengan cemoohan, dikucilkan dari
pergaulan, bahkan yang paling berat diusir dari lingkungan masyarakatsetempat.

Jika sanksi hukum maupun sanksi sosial tidak juga mampu mencegahorang
dari perbuatan melanggar aturan, ada satu jenis sanksi lain, yakni sanksi psikologis.
Sanksi psikologis dirasakan dalam batin kita sendiri. Jika seseorang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan, tentu saja di dalam batinnya ia merasa bersalah.
Selama hidupnya, ia akan dibayang-bayangi oleh kesalahannya itu. Hal ini akan
sangat membebani jiwa dan pikiran kita. Sanksi inilah yang merupakan gerbang
terakhir yang dapat mencegah seseorang melakukan pelanggaran terhadap aturan.

23
3. Partisipasi dalam Perlindungan dan Penegakan Hukum

Setelah Anda menganalisis berbagai macam kasus pelanggaran hukum dan


memahami sanksi atas pelanggaran hukum yang dilakukan, tentu saja sekarang keyakinan
Anda akan pentingnya perlindungan dan penegakan hukum makin tinggi. Nah, keyakinan
tersebut harus dibuktikan, salah satunya dengan berpartisipasi dalam proses perlindungan dan
penegakan hukum. Wujud dari partisipasi tersebut adalah dengan menampilkan perilaku yang
mencerminkan
ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum.
Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan konsep nyata
dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan sistem hukum
yang berlaku. Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga negara,
secara langsung menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya. Kepatuhan hukum
mengandung arti bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk:
 memahami dan menggunakan peraturan perundangan yang berlaku;
 mempertahankan tertib hukum yang ada; dan
 menegakkan kepastian hukum.

Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum yang


berlaku dapat dilihat dari perilaku yang diperbuatnya:
a. disenangi oleh masyarakat pada umumnya;
b. tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain;
c. tidak menyinggung perasaan orang lain;
d. menciptakan keselarasan;
e. mencerminkan sikap sadar hukum;
f. mencerminkan kepatuhan terhadap hukum.

Perilaku yang mencerminkan sikap patuh terhadap hukum harus kita tampilkan dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara
sebagai bentuk perwujudan partisipasi Anda dalam proses penegakan dan perlindungan
hukum.

24
Berikut ini contoh perilaku yang mencerminkan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku
a. Dalam Kehidupan di Lingkungan Keluarga
 Mematuhi perintah orang tua.
 Ibadah tepat waktu.
 Menghormati anggota keluarga yang lain seperti ayah, ibu, kakak, adik dan
sebagainya.
 Melaksanakan aturan yang dibuat dan disepakati keluarga.
b. Dalam kehidupan di Lingkungan Sekolah
 Menghormati kepala sekolah, guru dan karyawan lainnya.
 Memakai pakaian seragam yang telah ditentukan.
 Tidak menyontek ketika ulangan.
 Memperhatikan penjelasan guru.
 Mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang berlaku.
c. Dalam Kehidupan di Lingkungan Masyarakat
 Melaksanakan setiap norma yang berlaku di masyarakat;
 Bertugas ronda.
 Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti.
 Menghormati keberadaan tetangga disekitar rumah.
 Tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan kekacauan di masyarakat
 seperti tawuran, judi, mabuk-mabukkan dan sebagainya;
 Membayar iuran warga.
d. Dalam kehidupan di Lingkungan Bangsa dan Negara.
 Bersikap tertib ketika berlalu lintas di jalan raya.
 Memiliki KTP.
 Memiliki SIM.
 Ikut serta dalam kegiatan pemilihan umum.
 Membayar pajak.
 Membayar retribusi parkir.

25
E. Peran Masyarakat dalam Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia

1) Menyadari akan pentingnya menegakkan hukum dan aturan yang berlaku


2) Tidak egois terhadap keinginan yang bersifat pribadi maupun golongan
3) Menyadari akan hak dan kewajiban dari individu dan orang lain
4) Tidak melakukan deskriminasi terhadap etnik, ras maupun agama
5) Memberikan kesempatan orang lain untuk mengemukakan pendapatnya
6) Demokrasi

26
BAB III
PELAKSANAAN PEMERINTAHAN SESUAI KARAKTERISTIK GOOD
GOVERMANCE

A. Pengertian Good Govermance

Good Governance adalah suatu peyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid


dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan
politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor
swasta bagi penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu negara.
Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan
sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan
sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good
Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam
pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah
berjalan selama 15 tahun ini, penerapan Good Governance di Indonesia belum dapat
dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih
banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi
yang merupakan dua produk utama Good Governance.

B. Konsep Good Govermance

Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan struktur
hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik. Human interest adalah faktor terkuat yang
saat ini mempengaruhi baik buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta
pemerintahan yang baik. Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa
setiap manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu, kelompok, dan/atau
kepentingan masyarakat nasional bahkan internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap
kepentingan tersebut selalu terjadi benturan.

27
Begitu juga dalam merealisasikan apa yang namanya “good governance” benturan
kepentingan selalu lawan utama. Kepentingan melahirkan jarak dan sekat antar individu dan
kelompok yang membuat sulit tercapainya kata “sepakat”.
Konsep Good Governance sebenarnya telah lama dilaksanakan oleh semua pihak
yaitu Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, namun demikian masih banyak yang rancu
memahami konsep Governance. Secara sederhana, banyak pihak menerjemahkan governance
sebagai Tata Pemerintahan. Tata pemerintahan disini bukan hanya dalam pengertian struktur
dan manajemen lembaga yang disebut eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah
salah satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua
faktor lain adalah private sektor (sektor swasta) dan civil society (masyarakat madani).
Karenanya memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran antara
pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang
disepakati bersama.
Lembaga pemerintah harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial
budaya, hukum dan keamanan yang kondusif. Sektor swasta berperan aktif dalam
menumbuhkan kegiatan perekonomian yang akan memperluas lapangan kerja dan
meningkatkan pendapatan, sedangkan civil society harus mampu berinteraksi secara aktif
dengan berbagai macam aktifitas perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana
melakukan kontrol terhadap jalannya aktifitas-aktifitas tersebut.
Dalam konsep ini, Negara berperan memberikan pelayanan demi kesejahteraan rakyat
dengan sistem peradilan yang baik dan sistem pemerintahan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepadapublik. Kunci utama memahami good governance adalah
pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan
didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai
bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari
pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana
tertera di bawah ini:

1) Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara
langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan
mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.

28
2) Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya
hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3) Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan,
lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan,
dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
4) Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak
yang berkepentingan.
5) Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi
terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-
kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur.
6) Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka.
7) Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan
warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal
mungkin.
8) Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat
bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang
berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya
tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
9) Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata
pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang
dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus
memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar
bagi perspektif tersebut.

29
Menerapkan praktik good governance dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar. Salah satu pilihan strategis
untuk menerapkan good governance di Indonesia adalah melalui penyelenggaraan pelayanan
publik. Ada beberapa pertimbangan mengapa pelayanan publik menjadi strategis untuk
memulai menerapkan good governance.
Pelayanan publik sebagai penggerak utama juga dianggap penting oleh semua aktor
dari unsur good governance. Para pejabat publik, unsur-unsur dalam masyarakat sipil dan
dunia usaha sama-sama memiliki kepentingan terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik.
Ada tiga alasan penting yang melatar-belakangi bahwa pembaharuan pelayanan publik dapat
mendorong praktik good governance di Indonesia. Pertama, perbaikan kinerja pelayanan
publik dinilai penting oleh stakeholders, yaitu pemerintah , warga, dan sektor usaha. Kedua,
pelayanan publik adalah ranah dari ketiga unsur governance melakukan interaksi yang sangat
intensif. Ketiga, nilai-nilai yang selama ini mencirikan praktik good governance
diterjemahkan secara lebih mudah dan nyata melalui pelayanan publik.
Fenomena pelayanan publik oleh birokrasi pemerintahan sarat dengan permasalahan,
misalnya prosedur pelayanan yang bertele-tele, ketidakpastian waktu dan harga yang
menyebabkan pelayanan menjadi sulit dijangkau secara wajar oleh masyarakat. Hal ini
menyebabkan terjadi ketidakpercayaan kepada pemberi pelayanan dalam hal ini birokrasi
sehingga masyarakat mencari jalan alternatif untuk mendapatkan pelayanan melalui cara
tertentu yaitu dengan memberikan biaya tambahan.
Dalam pemberian pelayanan publik, disamping permasalahan diatas, juga tentang cara
pelayanan yang diterima oleh masyarakat yang sering melecehkan martabatnya sebagai
warga Negara. Masyarakat ditempatkan sebagai klien yang membutuhkan bantuan pejabat
birokrasi, sehingga harus tunduk pada ketentuan birokrasi dan kemauan dari para pejabatnya.
Hal ini terjadi karna budaya yang berkembang dalam birokrasi selama ini bukan budaya
pelayanan, tetapi lebih mengarah kepada budaya kekuasaan.Upaya untuk menghubungkan
tata-pemerintahan yang baik dengan pelayanan publik barangkali bukan merupakan hal yang
baru.
Namun keterkaitan antara konsep good-governance (tata-pemerintahan yang baik)
dengan konsep public service (pelayanan publik) tentu sudah cukup jelas logikanya publik
dengan sebaik-baiknya. Argumentasi lain yang membuktikan betapa pentingnya pelayanan
publik ialah keterkaitannya dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Inilah yang tampaknya harus
dilihat secara jernih karena di negara-negara berkembang kesadaran para birokrat untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat masih sangat rendah.

30
Secara garis besar, permasalahan penerapan Good Governance meliputi :
1. Reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat;
2. Tingginya kompleksitas permasalahan dalam mencari solusi perbaikan;
3. Masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya praktek KKN,
danmasih
lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur;
4. Makin meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik;
5. Meningkatnya tuntutan penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik
antara lain transparansi, akuntabilitas dan kualitas kinerja publik serta taat
padahukum;
6. Meningkatnya tuntutan dalam pelimpahan tanggung jawab, kewenangan dan
pengambilan keputusan dalam era desentralisasi;
7. Rendahnya kinerja sumberdaya manusia dan kelembagaan aparatur; sistem
kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan (manajemen) pemerintahan daerah
yang belum memadai;

C. Asas-Asas Good Govermance


Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia pascagerakan reformasi
nasional, prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik tertera dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Dalam pasal 3 dan penjelasannya ditetapkan asas umum
pemerintahan yang baik mencakup hal-hal berikut.

1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.
3. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

31
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara.
6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian berlandaskan kode etik
dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
7. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Karakteristik Good Govermance

1. Berwawasan ke depan (visi strategic)


2. Terbuka (transparan)
3. Cepat tanggap (responsif)
4. Bertanggung jawab (akuntabel)
5. Profesional dan kompeten
6. Efisien dan efektif
7. Desentralistis
8. Demokratis
9. Mendorong partisipasi masyarakat
10. Mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat
11. Menjunjung supremasi hukum
12. Berkomitmen pada pengurangan kesenjangan
13. Berkomitmen pada tuntutan pasar
14. Berkomitmen pada lingkungan hidup

Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan
masyarakat. Memang sampai saat ini, sejumlah karakteristik kebaikan dari suatu governance
lebih banyak berkaitan dengan kinerja pemerintah. Pemerintah berkewajiban melakukan
investasi untuk mempromosikan tujuan ekonomi jangka panjang seperti pendidikan
kesehatan dan infrastuktur. Tetapi untuk mengimbangi negara, suatu masyarakat warga yang
kompeten dibutuhkan melalui diterapkannya system demokrasi, rule of law, hak asasi
manusia, dan dihargainya pluralisme.
32
Membangun good governance adalah mengubah cara kerja state, membuat pemerintah
accountable, dan membangun pelaku-pelaku di luar negara cakap untuk ikut berperan
membuat sistem baru yang bermanfaat secara umum. Dalam konteks ini, tidak ada satu
tujuan pembangunan yang dapat diwujudkan dengan baik hanya dengan mengubah
karakteristik dan cara kerja institusi negara dan pemerintah.
Esensi dari konsep good governance sebagaimana diuraikan diatas adalah kekuatan
konsep governance terletak pada keaktifan sektor negara, masyarakat dan pasar untuk
berinteraksi. Karena itu, good governance, sebagai suatu proyek sosial, harus melihat kondisi
sektor-sektor di luar negara, sehingga terjalin suatu interkoneksitas antara sector-sektor yang
merangkai governance.

E. Pelaksanaan Good Governance di Indonesia

Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan
sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan
sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good
Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam
pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah
berjalan selama 12 tahun ini, penerapan Good Governance diIndonesia belum dapat
dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih
banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi
yang merupakan dua produk utama Good Governance.

Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik, diantaranya
ialah m ulai diupayakannya transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN sehingga
memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam
proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus
menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak lebih
baik dan kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga – lembaga penunjang
pelaksanaan Good governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika
dibandingkan dengan sektor publik pada era Orde Lama yang banyak dipolitisir
pengelolaannya dan juga pada era Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan sebagai
agent of development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim
yang sangat menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
33
Diterapkannya Good Governance diIndonesia tidak hanya membawa dampak positif
dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif
terhadap badan usaha non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance.
Dengan landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu
pemerintahan yang bersih dan amanah.

F. Contoh Pelaksanaan Good Govermance di Indonesia dan Permasalahannya

Belakangan ini, istilah good governance sepertinya tengah popular diperbincangkan.


Permasalahan good governance di Indonesia pun tidak luput dari perhatian masyarakat.
Sebagai warga negara yang baik, kita perlu untuk juga turut membuka mata terhadap hal ini.
Di artikel kali ini kita akan membahas lengkap mengenai segala tantangan dan permasalahan
good governance yang perlu mendapat perhatian kita semua. Simak terus, ya!

Good governance sebenarnya adalah impian dari semua negara di dunia, yaitu
pemerintahan dengan ciri-ciri tata kelola pemerintahan yang baik, seperti pemerintahan yang
efektif, efisien, transparan, akuntabel dan bertanggung jawab. Artinya, penyelenggaraan
pemerintahan diharapkan tepat sasaran sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan,
berdaya guna dan berhasil guna, terbuka dan dapat diawasi oleh semua orang, serta
bertanggung jawab terhadap segala kebijakan yang ditetapkan. Semua hal ini hendaknya
mampu dilaksanakan atau dipenuhi oleh para pejabat sektor publik.

Dari segi terminologi, terdapat tiga hal yang rancu dalam istilah dan konsep good
governance. Tiga hal tersebut adalah tata pemerintahan yang baik (good governance),
pemerintahan yang baik (good government), dan clean government (pemerintahan yang
bersih). Agar kita bisa memahami secara lebih tepa tapa sebenarnya yang ingin dicapai oleh
good governance, kita bisa mencoba memahami terlebih dahulu pengertian dari good
governance, seperti berikut ini:

1. Bank Dunia (World Bank) menyatakan bahwa good governance adalah cara
kekuasaan yang digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial dan
ekonomi untuk pengembangan masyarakat (Mardoto, 2009).
2. United National Development Planning (UNDP) mendefiniskan good governance
sebagai praktik penerapan kewenangan pengelolaan berbagai urusan penyelenggaraan
negara, baik secara politik, ekonomi, maupun administratif di semua tingkatan. Maka,

34
berdasarkan pengertian ini ada tiga pilar penting dari good governance, yaitu
kesejahteraan rakyat, proses pengambilan keputusan dan tata laksana pelaksanaan
kebijakan (Prasetijo, 2009)
3. Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) memahami good governance memiliki
kunci utama yaitu pemahaman atas prinsip-prinsip yang mendasarinya. Prinsip-
prinsip ini akan bisa menjadi tolak ukur untuk mengukur kinerja pemerintahan. Secara
singkat, Hardjasoemantri (2003) menyebutkan ada 10 prinsip atau ciri-ciri good
governance, yaitu partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparansi,
kemudahan mengakses informasi, peduli pada stakeholder, berorientasi pada
konsensus, kesetaraan, efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas dan visi strategis.

Untuk bisa menjalankan pemerintahan dengan good governance, diperlukan banyak hal
mendasar uah harus dipenuhi. Efendi (2005) mengungkapkan setidaknya ada beberapa hal
mendasar yang menjadi permasalahan dan harus diperbaiki dalam penerapan good
governance, antara lain:

 Integritas Pelaku Pemerintahan


Pelaku pemerintahan memiliki peran yang sangat penting dalam berhasil atau tidaknya good
governance yang ingin diterapkan. Integritas pelaku pemerintahan yang tinggi akan bisa
mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan, seperti korupsi, praktik suap dan
penyimpangan-penyimpangan lainnya. Integritas pelaku pemerintahan yang rendah seringkali
menjadi penyebab korupsi dan cara mengatasinya.
 Kondisi Politik Dalam Negeri
Jangan anggap sepele peran politik dalam penyelenggaraan pemerintahan. Politik bisa jadi
membawa masalah dan menghambat dilaksanakannya good governance di sebuah negara.
Good governance akan sulit terwujud dalam sebuah negara yang memegang konsep politik
tidak atau kurang demokratis. Misalnya, di Indonesia, yang termasuk negara demokrasi,
masih cukup banyak kasus yang terjadi akibat suara rakyat minoritas yang kurang
diperhatikan yang tidak menunjukkan ciri-ciri masyarakat demokratis.
 Kondisi Ekonomi Masyarakat
Krisis ekonomi di sebuah negara juga bisa menjadi permasalahan good governance di
Indonesia. Banyak masalah sosial yang muncul di masyarakat akibat krisis ekonomi yang jika
tidak segera diatasi bisa mengganggu kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Di Indonesia,

35
hal ini masih sering terjadi, misalnya dengan melonjaknya harga bahan makanan akibat
kesalahan pengambilan kebijakan ekspor dan impor.

 Kondisi Sosial Masyarakat


Sebagai salah satu wujud nyata dari berhasil atau tidaknya kebijakan pemerintahan yang
diterapkan yaitu adanya masyarakat yang solid dan secara aktif berpartisipasi dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan sebuah negara. Masyarakat diharapkan juga melakukan
pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Namun, pada kenyataannya masyarakat
masih tidak berdaya di depan negara dan masih ada banyak sekali contoh konflik sosial
dalam masyarakat yang terjadi di Indonesia, seperti konflik antar suku, anarkisme kelompok
dan lain sebagainya yang menjadi permasalahan good governance di Indonesia.
 Sistem Hukum
Sistem hukum sudah jelas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
penyelenggaraan negara. Sistem hukum merupakan faktor yang sangat penting dalam
penerapan good governance. Sistem hukum yang lemah akan bisa mempengaruhi kinerja
pemerintahan secara siginifikan. Good governance akan sangat sulit diterapkan di negara
yang memiliki sistem hukum yang lemah. Hukum hendaknya tidak memandang jabatan atau
kedudukan seseorang di masyarakat, melainkan diterapkan sama tanpa pandang bulu.
Hal ini seringkali tidak diterapkan di Indonesia, seperti masih adanya perlakuan spesial
bagi para pejabat korup dan lain-lain. Selain poin-poin yang telah disebutkan oleh Efendi di
atas, masih ada banyak hal lain yang menjadi permasalahan good governance di Indonesia.
Jika kita ingin menelaah lebih lanjut, misalnya pada proses akuntansi atau pelaporan
keuangan negara, ada beberapa hal lain yang menghambat good governance bisa diterapkan
dan berhasil di Indonesia. Hal-hal tersebut antara lain:
 Tidak Adanya Sistem Akuntansi Yang Handal
Di Indonesia, sistem akuntansi masih dianggap kurang handal dalam mendukung proses
pencatatan dan pelaporan keuangan. Hal ini pada akhirnya menyebabkan pengendalian
internal di pemerintahan daerah menjadi lemah. Jika demikian, maka good governance pun
akan sulit untuk diterapkan.
 Kurangnya Sumber Daya Manusia Yang Mumpuni Di Bidangnya
Masih banyak daerah yang kekurangan sumber daya manusia yang memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi. Selain itu, masih sangat sedikit sarjana akuntansi yang sesuai kriteria
yang tertarik untuk mengembangkan profesi di pemerintahan daerah. Hal ini bisa jadi akibat
rendahnya kompensasi atau benefit yang ditawarkan kepada mereka.

36
 Belum Ada Standar Akuntansi Keuangan Publik Yang Baku
Selain dua permasalahan di atas, masih belum ada juga standar akuntansi keuangan yang
baku di sektor publik. Padahal hal ini sangat penting untuk menjadi acuan dalam pembuatan
laporan keuangan yang akan menjadi salah satu mekanisme pengendalian. Dengan belum
adanya standar yang baku ini, proses transparansi pun masih sulit dilaksanakan karena
pertanggungjawaban keuangan tidak dapat ditampilkan secara kasat mata. Masih banyak
pertanggungjawaban yang direkayasa dengan pengeluaran-pengeluaran fiktif dan hal ini sulit
untuk dipertanggungjawabkan secara transparan.
Sebagai contoh dari masalah ini misalnya pada kasus mafia pajak yang menyoroti
sidang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menggunakan hak angket. Hal ini
menunjukkan pejabat publik di bidang perpajakan tidak mampu melaksanakan tugasnya
dengan transparan dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Selain itu, ada juga kasus
Bank Centuri yang hingga saat ini belum tuntas yang juga menunjukkan good governance
masih belum bisa diterapkan di Indonesia.
Dari semua permasalahan good governance yang disebutkan di atas, permasalahan
yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah di bidang integritas pelaku pemerintahan,
khususnya dalam hal praktik korupsi. Meski sudah ada undang-undang tentang korupsi
beserta hukumannya, di Indonesia, korupsi banyak terjadi di tingkat otonomi daerah, dimana
keberadaan otonomi daerah ini merupakan perwujudan dari desentralisasi yang sebenarnya
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemerataan pembangunan,
meningkatkan daya saing daerah, keadilan, dan kekhususan potensi dan keragaman di
Indonesia.
Adanya kebijakan otonomi daerah ini membawa konsekuensi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Kelebihan dan kekurangan otonomi daerah tersebut yaitu secara politik
keberadaan otonomi daerah merupakan langkah menuju demokrasi karena pemerintah bisa
menjadi lebih dekat dengan rakyatnya sehingga bisa membuat rakyat lebih merasakan
keberadaan pemerintah. Selain konsekuensi politik, terdapat juga konsekuensi secara
ekonomi yaitu desentralisasi diharapkan bisa menciptakan inovasi masyarakat dan
memotivasi masyarakat agar lebih produktif.
Namun sayangnya, pada kenyataannya ada dampak negatif yang dibawa oleh
kebijakan desentralisasi. Desentralisasi berupa otonomi daerah ini ternyata juga menjadi
sumber ketidakadilan rakyat akibat pemerintah daerah banyak yang bertindak sewenang-
wenang dan menyelewengkan kekuasaannya. Akibatnya, taraf hidup rakyat pun belum bisa

37
meningkat seperti yang diharapkan. Hal ini bisa jadi merupakan salah satu contoh nyata
permasalahan good governance di Indonesia.
Dengan korupsi dan penyalahgunaan jabatan di atas yang tampaknya menjadi masalah
utama good governance di Indonesia, mencari orang-orang dengan integritas tinggi
tampaknya menjadi sebuah tantangan tersendiri. Memilih aparatur negara yang unggul dan
berakhlak mulia tentu saja akan berdampak positif terhadap penyelenggaraan negara dengan
good governance. Jika korupsi dan penyalahgunaan jabatan masih tetap eksis, maka hampir
mustahil good governance dapat diterapkan di negara kita.
Sebagai upaya mewujudkan good governance di Indonesia, melakukan tindakan
pencegahan dan penanggulangan bisa menjadi upaya kita bersama. Pencegahan bisa
dilakukan dengan menjamin kepastian hukum untuk mewujudkan pemerintahan terbuka.
Jaminan ini diberikan sebagai hak publik, seperti hak untuk mengamati perilaku pejabat, hak
untuk mengakses informasi, hak untuk turut berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan dan
hak untuk mengajukan keberatan jika ketiga hak sebelumnya tidak terpenuhi. Di samping itu,
upaya penanggulangan bisa dilakukan dengan memastikan para pelanggar aturan
mendapatkan hukuman yang sesuai, tidak peduli apakah orang tersebut adalah pejabat
tertentu atau anggota kelompok tertentu.

38
BAB IV

PENGARUH POSITIF DAN NEGATIF KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NEGARA

A. Perkembangan IPTEK
Disini saya ingin membahas sedikit banyak tentang perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi atau biasa kita kenal dengan istilah IPTEK. Ilmu pengetahuan muncul sebagai
akibat dari aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia,baik kebutuhan jasmani
maupun kebutuhan rohani. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat bisa di
pisahkan dari lembaga pendidikan.
Dimana pada abad 20 peran ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berarti bagi
lembaga pendidikan. Sehingga pada abad 20 mampu mendorong lebih cepat dalam industri.
Informasi,komunikasi,transportasi dan pertanian.Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di Indonesia tertinggal jauh dan sangat memprihatinkan dibanding Negara-negara
Eropa dan Amerika Serikat bahkan pula di Negara-negara Asia misalnya Jepang dan China.
Hal ini disebabkan karena :

1. Masih terbatasnya orang indonesia yang mendapat pendidikan barat terutama


pendidikan tinggi.
2. Kurangnya keinginan dari pemerintah maupun perusahaan swasta yang ada di
Indonesia untuk melakukan ahli teknologi
3. Tidak adanya inovasi teknologi yang berarti di dalam masyarakat indonesia itu
sendiri,ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia mulai berkembang dimana
ditandai dangan adanya perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian seperti lembaga
ilmu pengetahuan (LIPI) dan juga badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT)

Realita yang memprihatinkan itu bukan dilihat dari prestasi beberapa bidang IPTEK
yang telah di capai seperti penemuan aplikasi teknologi DNA, pemuan bibit padi unggul,
pemuan vector medan laju percepatan gerak lempeng teknologi, rancangan bangunan pesawat
remotely pilotely piloted vehicle, memperoleh penghargaan internasional fellowship L’oreal-
unesco for woman in science,mendapat medali emas pada internasiaonal exhibition of
invention new techninique and peroduct memperoleh the first to nobel prize di bidang fisika
tingkat SMA , hingga temuan nutrisi baru yang di sebut saputra, yang memang semua itu
perlu di syukuri . Tetapi keprihatinan itu muncul pergerakan dampak perkembangan IPTEK

39
itu memang tidak segaris lurus dangan pencipta kesejahteraan masyarakat dalam rangka
kebijakan IPTEK secara nasional,

B. Pengaruh Positif dan Negatif Kemajuan IPTEK terhadap Negara Kesatuan


Republik Indonesia

1. Pengaruh positif kemajuan iptek bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan


bernegara

a. Aspek politik
 Memberikan dorongan yang besar bagi konsolidasi demokrasi di banyak negara.
 Meningkatkan hubungan diplomatik antara negara.
 Menegakan nilai-nilai demokrasi.
 Memperluas dan meningkatkan hubungan dan kerja sama antar daerah.
 Adanya peranan besar rakyat dalam pengembangan pemerintahan.
 Kegiatan komunikasi untuk keperluan politik dengan menggunakan teknologi
informasi menyebabkan sampai nya berita dengan cepat, dilakukan secara efisien
dan nyaman.
b. Aspek ekonomi
Pengaruh positif IPTEK bagi kehidupan ekonomi yang dapat kita ambil di antaranya:
 Makin meningkatnya investasi asing atau penanaman modal asing di negara kita.
 Makin terbukanya pasar internasional bagi hasil produksi dalam negeri.
 Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan efisiensi dan menghilangkan
biaya tinggi.
 Meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara.
 Meningkatkan kemakmuran masyarakat.
 Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan.

c. Aspek sosial budaya


Kemajuan teknologi dan informasi yang di tandai dengan munculnya internet dan makin
canggihnya alat-alat secara langsung telah mempermudah kita untuk memperoleh informasi.
Selain itu juga, dengan adanya informasi tersebut kita bisa mencontoh atau belajar banyak
dari tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola berpikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan
dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju untuk kemajuan dan kesejahteraan kita.

40
d. Aspek hukum, pertahanan, dan keamanan
Pengaruh positif IPTEK dalam bidang hukum, pertahanan, dan keamanan yang dapat kita
ambil diantaranya:
1. Makin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi dan tuntutan terhadap
dilaksanakannya hak asasi manusia.
2. Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang – undangan yang
memihak dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak.
3. Makin menguatnya tuntutan terhadap tugas – tugas penegak hukum(polisi, jaksa, dan
hakim) yang lebih profesional, transparan, dan dapat dipertanggung jawabkan.
4. Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukan tentara dan polisi sebatas penjaga
keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara.

2. Pengaruh negatif iptek bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

a. Aspek politik
Kemajuan IPTEK melalui globalisasi membawa nilai-nilai seperti keterbukaan, kebebasan
dan demokratisasi tidak menutup kemungkinan akan di salah artikan oleh masyarakat
indonesia. Akibatnya, akan menimbulkan terganggunya stabilitas politik nasional seiring
dengan terjadinya tindakan-tindakan anarki sebagai reaksi terhadap sikap pemerintah yang
menurut mereka tidak terbuka, tidak memberikan kebebasan dan tidak demokratis kepada
rakyatnya. Pengaruh negatif lainnya adalah munculnya gerakan-gerakan radikalisme dan
terorisme.

b. Aspek ekonomi
Kemajuan IPTEK memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan ekonomi seperti berikut:
1. Indonesia akan di banjiri oleh barang-barang dari luar seiring dengan adanya
perdagangan bebas yang tidak mengenal adanya batas-batas negara. Akibatnya, makin
terdesak nya barang-barang lokal terutama yang tradisional karena kalah bersaing
dengan barang-barang luar negeri.
2. Cepat atau lambat, perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing, seiring
dengan makin mudahnya orang asing menanamkan modalnya di indonesia, yang pada
akhirnya mereka dapat mendikte atau menekan pemerintah atau bangsa kita. Dengan
demikian, bangsa kita akan dijajah secara ekonomi oleh negara investor.

41
3. Akan timbulnya kesenjangan sosial yang tajam sebagai akibat dari adanya persaingan
bebas. Persaingan bebas tersebut akan menimbulkan adanya pelaku ekonomi yang
kalah dan yang menang. Yang menang akan dengan leluasa memonopoli pasar,
sedangkan yang kalah akan menjadi penonton yang senantiasa tertindas.
4. Pemerintah hanya sebagai regulator pengaturan ekonomi yang mekanisme nya akan
ditentukan oleh pasar.
5. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi
makin sulit berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan pola dapat karya makin
ditinggalkan.

c. Aspek sosial budaya


Kemjuan IPTEK dapat melahirkan pengaruh negatif bagi perilaku masyarakat, seperti
berikut:
1. Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengonsumsi barang-barang dari luar
negeri.
2. Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai
hidup tertinggi. Akibatnya, manusia akan suka memaksakan diri untuk mencapai
kepuasan dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus melanggar norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Contohnya; mabuk-mabukan, pergaulan bebas,
foya-foya, DLL.
3. Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta
memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Akibatnya, sikap ini akan
menimbulkan ketidak pedulian terhadap orang lain, misalnya sikap selalu menghardik
pengemis, pengamen, dan sebagainya.
4. Bisa mengakibatkan kesenjangan sosial yang semakin tajam antara yang kaya dan
miskin.
5. Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada
budaya barat tanpa di seleksi terlebih dahulu. Contohnya; seperti meniru model
pakaian yang biasa di pakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan
nilai norma-norma yang berlaku misalnya memakai rok mini, lelaki memakai anting-
anting, dan sebagainya.
6. Makin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian, dan
kesetiakawanan sosial.
7. Makin lunturnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

42
d. Aspek hukum, pertahanan, dan keamanan
Dampak negatif yang timbul dari kemajuan IPTEKB dalam aspek hukum, pertahanan,
keamanan ini antara lain menimbulkan tindakan anarkis dari masyarakat yang dapat
mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu, peran masyarakat dalam menjaga keamanan, ketertiban dan kedaulatan negara
semakin berkurang.

C. Sikap selektif dalam menghadapi berbagai pengaruh kemajuan IPTEK


1. Sikap tanggung jawab dalam pengembangan IPTEK
Bagi Bangsa indonesia, di dalam mengembangkan dan menerapkan iptek perlu mengingat
landasan idealnya, yaitu pancasila dan landasan konstitusionalnya, yaitu UUD NRI tahun
1945. Dunia berasal dari tuhan, tuhan yang maha kuasa menciptakan alam semesta untuk
kemaslahatan mengembangkan dan menerapkan iptek sudah selayaknya mengingat ajaran
dan perintah Tuhan. Iptek harus dikembangkan dan diterapkan untuk kemaslahatan manusia,
bukan untuk menyiksa dan mencelakakan manusia.
2. Sikap selektif terhadap pengaruh kemajuan IPTEK
Tidak ada satu pun negara bangsa di dunia ini yang bisa lepas dari pengaruh kemajuan
IPTEK. Indonesia yang baru disebut sebagai negara berkembang, akan sangat sulit bagi
negara kita untuk mengelak dari pengaruh atau implikasi kemajuan IPTEK. Akan tetapi,
indonesia sebagai bangsa yang besar harus mempunyai yang tegas terhadap kemajuan IPTEK
ini.
Sikap alternatif yang bisa diambil dalam menghadapi kemajuan IPTEK:
1) Menolak dengan tegas semua pengaruh kemajuan iptek dalam semua aspek
kehidupan.
2) Menerima sepenuhnya pengaruh tersebut tanpa disaring terlebih dahulu.
3) Bersikap selektif terhadap pengaruh tersebut, yaitu kita mengambil hal-hal positif
dari kemajuan iptek dan membuang hal-hal negatif.
A. Sikap selektif terhadap pengaruh kemajuan Iptek di bidang politik
Ada empat hal yang selalu di ke depankan pada saat ini dalam bidang politik yaitu,
demokratisasi, kebebasan, keterbukaan, dan hak asasi manusia. Bangsa Indonesia harus
mampu mewujudkan eksistensi nya sebagai negara yang kuat dan mandiri, namun tidak
meninggalkan kemitraan dan kerja sama dengan negara lain dalam hubungan yang seimbang,

43
saling menguntungkan, saling menghormati, dan menghargai hak dan kewajiban masing-
masing. Bangsa Indonesia harus segera mewujudkan hal sebagai berikut.
 Menggembangkan demokratisasi dalam segala bidang.
 Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik.
 Mengadakan reformasi lembaga politik agar menjalankan fungsinnya dan peranannya
secara baik dan benar.
 Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara menegakkan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa.
 Menegakkan supremasi hukum.
 Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional.
B. Sikap selektif terhadap pengaruh kemajuan Iptek di bidang ekonomi
Sebelum bidang politik, kemajuan iptek lebih dahulu terjadi dalam bidang ekonomi.
Sejak digulirkannya liberalisasi ekonomi oleh Adam Smith sekitar abad ke-15, telah
melahirkan perusahaan multinasional yang melakukan aktivitas perdangangannya ke berbagai
negara. Mulai abad ke-20 paham liberal kembali dianut oleh negara didunia terutama negara
maju.
Sikap selektif terhadap dampak kemajuan iptek dapat dipertegas salah satunya dengan
meningkatkan daya saing Indonesia di dunia internasional. Kegiatan konkretnya adalah:
 Meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
 Meningkatkan komoditas ekonomi yang mutunya, jumlahnya dan pasokannya serta
harganya bersaing.
 Perbaikan perangkat hukum yang mengabdi pada kepentingan nasional.

C. Sikap selektif terhadap pengaruh kemajuan Iptek di bidang sosial budaya


Dalam bidang sosial budaya, kemajuan iptek membawa pengaruh dalam perilaku yang
ditampilkan setiap masyarakat, diantaranya adalah gaya hidup, gaya pakaian, dasar ikatan
hidup bermasyarakat, semakin mudahnya mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
Kemajuan iptek ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar hal
tersebut bersifat positif dan dapat diserap ke dalam budaya kehidupan sehari-hari, maka perlu
mengusahakan perubahan nilai dan perilaku:
 Terbukanya terhadap inovasi dan perubahan.
 Berorientasi pada massa depan daripada masa lampau.
 Dapat memanfaatkan kegunaan iptek

44
 Menghargai pekerjaan sesuai dengan prestasi.
 Menggunakan potensi lingkungan secara tepat untuk pembangunan berkelanjutan.
 Menghargai dan menghormati hak-hak asasi manusia.

45
BAB V

DINAMIKA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA SEBAGAI UPAYA


MENJAGA DAN MEMPERTAHANKAN NKRI

A. Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia

Untuk memahami mengenai negara, maka terlebih dahulu akan diawali dengan
penelusuran kata negara secara literal. Istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata
asing, yakni state(bahasa Inggris), staat (bahasa Belanda dan Jerman), dan etat (bahasa
Prancis). Kata staat, state, etat diambil dari bahasa Latin statusatau satum yang berarti
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

Kata status atau satum lazim diartikan sebagai standing atau station (kedudukan).
Istilah ini dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup manusia, yang juga sama
dengan istilah status civitasi atau status republicae.Dari pengertian yang terakhir inilah, kata
status pada abad ke-16 dikaitkan dengan kata negara. (Hartati, Atik., Sarwono. 2011.
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Marsmedia)

Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kebangsaan


modern. Pembentukan negara kebangsaan modern didasarkan pada semangat kebangsaan
atau disebut nasionalisme. Nasionalisme merupakan tekad dari orang-orang yang ada di
wilayah itu (masyarakat bangsa) untuk membangun masa depan bersama di bawah satu
negara yang sama walaupun warga masyarakat itu berbeda dalam ras, etnik, budaya, agama,
bahkan dalam sejarah sekalipun.Istilah negara di ambil dari bahasa Inggris, yakni state istilah
ini sudah di gunakan sejak zaman Yunani kuno. Aristoteles dalam bukunya Politica sudah
merumuskan pengertian negara. Saat itu, Polisyang berarti sebagai negara kota yang
berfungsi sebagai tempat tinggal bersama warga negara dengan pemerintah dan benteng
untuk menjaga keamanan dari serangan musuh. Selain itu, Plato memandang bahwa negara
timbul karena adanya keinginan dan kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan
mendorong mereka untuk bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan.

Negara disebut organisasi kekuasaan politik karena dapat memaksakan kekuasaan


tersebut secara sah pada semua orang yang ada didalam wilayahnya, mengatur hubungan,
menyelanggarakan ketertiban dan menetapkan tujuan bersama.

46
 Tujuan NKRI

Charles E. Merriam, dalam bukunya A History Of American PoliticalTheories


mengemukakan lima tujuan yang ingin dicapai oleh negara kesatuan, yaitu keamanan ekstern,
ketertiban intern, keadilan, kesejahteraan, dan kebebasan. Kelima tujuan tersebut dapat
direduksi menjadi kesejahteraan atau kemakmuran bersama. (Erwin, Muhammad. 2012.
Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung: Refika Aditama).

Tujuan dibentuknya negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 di alineaIV.
Terdapat empat tujuan nasional negara Indonesia, yaitu sebagai berikut:

 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.


 Memajukan kesejahteraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

 Fungsi NKRI

Sejalan dengan tujuan nasional dan tujuan pembangunan nasional bangsa, NKRI memiliki
fungsi-fungsi antara lain:

a. Fungsi pertahanan, yaitu menyelenggarakan pertahanan dalam rangka menjaga


kedaulatan
wilayah dan kemerdekaan bangsa.
b. Fungsi keamanan, yaitu menyelenggarakan tindakan pengaman dan penertiban untuk
menciptakan tertib kehidupan yang aman.
c. Fungsi pemerintahan, yaitu menyelenggarakan dan menjalankan tugas-tugas
pemerintah, birokrasi, dan pelayanan kepada masyarakat.
d. Fungsi kesejahteraan, yaitu menyelenggarakan pembangunan di berbagai bidang
untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
e. Fungsi keadilan, yaitu membuat dan melaksanakan peraturan dalam kebijakan secara
adil serta memberi rasa keadilan kepada masyarakat.

47
 Sifat Negara

Negara sebagai organisasi kekuasaan memiliki beberapa sifat yang tidak dimiliki oleh
organisasi lainnya. Menurut Miriam Budiarjo, masing-masing negara memiliki sifat-sifat
antara lain:

a. Memaksa, peraturan perundangan yang telah ditetapkan harus ditaati oleh seluruh
warga negara maupun aparatur negara. Karena apabila dilanggar alat-alat negara dapat
memaksa dengan menerapkan sanksi hukum yang tegas.
b. Memonopoli, negara dapat memonopoli tujuan bersama dalam negara. Seperti contoh
negara dapat melarang pendirian organisasi atau agama baru yang dilarang oleh
Undang-undang.
c. Mencakup semua, hal ini mengandung maksud bahwa peraturan perundang-undangan
berlaku pada semua orang.

 Unsur-Unsur Negara

Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933, yang diselenggarakan oleh negara-negara Pan-
Amerika di kota Montevideo, bahwa negara harus memiliki unsur :

a. Rakyat adalah semua orang yang berada diwilayah suatu negara. Rakyat dalam suatu
negara meliputi penduduk atau bukan penduduk atau orang asing. Penduduk terdiri atas
warga negara dan bukan warga negara. Warga negara ada dua, yaitu warga negara asing
atau warga negara keturunan atau warga negara yang ditetapkan dengan undang-
undang. Penduduk adalah setiap orang yang mempunyai tempat tinggal tetap disuatu
negara. Penduduk terdiri atas warga negara (Mayoritas) atau bukan warga negara
(Minoritas). Warga negara adalah setiap orang yang terikat dengan peraturan negara
dan penduduk terikat karena tempat tinggal.
b. Wilayah Negara
Suatu yang disebut dengan negara harus memiliki wilayah. Wilayah adalah seluruh
tempat baik berupa daratan, lautan, dan juga udara yang ada diatasnya yang memiliki
batas-batas tertentu. Wilayah negara terdiri atas daratan, perairan, udara dan wilayah
ekstra teritorial.
c. Pemerintah yang Berdaulat
Pemerintah adalah seluruh perangkat atau alat perlengkapan negara sesuai dengan yang
ditentukan dalam undang-undang dasar negara tersebut. Secara teori bentuk
48
pemerintahan dapat dikelompokkan atas bentuk republik dan bentuk kerajaan. Bentuk
pemerintahan menunjuk pada bagaimana pemerintahan diangkat atau dipilih.
d. Pengakuan dari negara lain
Pengakuan dari suatu negara lain memiliki dampak positif antara lain akan memberi
kemudahan dalam pergaulan internasional, terbinanya persahabatan dan terpenuhinya
kebutuhan. Pengakuan dari negara lain ada dua macam, yaitu:
 Pengakuan De Facto, adalah pengakuan secara kenyataan bahwa secara fisik di
sebuah wilayah telah berdiri sebuah negara.
 Pengakuan De Jure, yaitu pernyataan secara resmi menurut hukum tentang berdirinya
sebuah negara.
 Bentuk Negara

Bentuk negara adalah pengelompokkan negara berdasarkan kriteria distribusi kekuasaan


antara berbagai tingkat pemerintahan dalam suatu negara. Semua negara bebas menentukan
bentuk negaranya masing-masing. Bentuk negara secara umum dibagi atas negara kesatuan
dan negara serikat (Federasi).

a. Negara Kesatuan

Negara kesatuan ialah negara yang merdeka dan berdaulat di mana di seluruh negara yang
berkuasa hanyalah satu pemerintah yang mengatur seluruh daerah.

b. Negara Serikat

Negara serikat ialah suatu negara yang merupakan gabungan dari beberapa negara, yang
disebut negara bagian. Tiap negara bagian berstatus tidak berdaulat, namun kekuasaan asli
tetap ada di negara bagian.
berikut ini adalah tabel mengenai Hakikat Negara Indonesia

49
No Aspek Informasi Uraian

1. Pengertian negara Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah


tertentu dan di organisasi oleh pemerintah negara yang sah,
yang umumnya memiliki kedaulatan, baik kedaulatan kedalam
maupun kedaulatan keluar.

2. Unsur-unsur Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933, yang


negara diselenggarakan oleh negara-negara Pan-Amerika di kota
Montevideo, bahwa negara harus memiliki unsur :

 Penduduk yang tetap.


 Wilayah tertentu.
 Pemerintah.
 Kemampuan mengadakan hubungan dengan negara
lain.

3. Bentuk negara Negara kesatuan ialah negara yang merdeka dan berdaulat di
mana di seluruh negara yang berkuasa hanyalah satu
pemerintah yang mengatur seluruh daerah.

Negara Serikat ialah suatu negara yang merupakan gabungan


dari beberapa negara, yang disebut negara bagian.

4. Tujuan negara Tujuan negara merupakan pedoman dalam menyusun dan


mengendalikan alat perlengkapan negara serta mengatur
kehidupan rakyatnya.

50
5. Tujuan Negara Dari Pembukaan Alinea keempat tersebut, tujuan Negara
Indonesia Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari:

 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah


darah Indonesia
 Memajukan kesejahteraan umum
 Mencerdaskan kehidupan bangsa
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial

B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dari Masa ke Masa

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis,
suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal
sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang
budaya (cultural background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan
adanya perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas
menghasilkan energi hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan
multikulturalitas bisa menimbulkan bencana dahsyat.
Nation And Character Building sebagai cita-cita membentuk kebudayaan nasional
sebagai wahana pemersatu bangsa cenderung belum terwujud. Malah akhir-akhir ini
semangat yang menjurus pada kesukubangsaan semakin bertambah besar sepertinya
semangat mengutamakan paham suku bangsa lebih beradab dan maju ketimbang suku bangsa
yang lainnya cenderung tumbuh.
Padahal semangat Kesukubangsaan yang lebih mengutamakan kebesaran suku-bangsanya
di tengah-tengah negara yang multikultur ini tentunya tidak sejalan dengan paham
kebangsaan yang dikembangkan sejak negara ini berdiri.
Pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan itikad menjaga,
melindungi, mempersatukan dan membangun bangsa untuk mampu meraih kemajuan adab,
setara dengan bangsa-bangsa maju lainnya di dunia seolah-olah menjadi barang usang yang
sudah ditinggalkan. Manifesto kultural Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan tekat untuk
membentuk kohesi sosial dan integrasi sosial, serta menyiratkan landasan mutualisme
(kebersamaan, dalam perasaan maupun perilaku) dan kerjasama yang didasarkan atas
kepentingan bersama dan perasaan kebersamaan, itu pun semakin pudar. Padahal makna dari
51
manifesto kultural itu adalah tertanamnya perasaan saling memiliki dan menghargai sesama
warganegara Indonesia, meski dengan latar belakang etnik dan kebudayaan yang berbeda-
beda.

1. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-
belah. Persatuan dan kesatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.” Indonesia. Mengandung dua
pengertian, yaitu pengertian Indonesia ditinjau dari segi geografis dan dari segi bangsa. Dari
segi geografis, Indonesia berarti bagian bumi yang membentang dari 95° sampai 141° Bujur
Timur dan 6° Lintang Utara sampai 11° Lintang Selatan atau wilayah yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke.
Indonesia dalam arti luas adalah seluruh rakyat yang merasa senasib dan
sepenanggungan yang bermukim di dalam wilayah itu. Persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong
untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

2. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Cita-cita bangsa indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea kedua. Penjabaran secara terperinci tentang tujuan negara Indonesia adalah
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alineia keempat, yaitu:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Penjabaran selanjutnya mengenai tujuan negara Indonesia terdapat dalam tujuan
pembangunan nasional Indonesia, penetapan visi, misi, strategis, dan agenda pembangunan
nasional untuk tiap lima tahun ke depan akan dituangkan dalam tiap rencana pembangunan
jangka menengah (rpjm) tiap lima tahun sekali. (Hartati, Atik., Sarwono. 2011. Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: Marsmedia).
Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang
dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses

52
yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa
dalam jangkauan waktu yang lama sekali. Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti
sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok
bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan kebudayaan. Karena masuknya
kebudayaan dari luar, maka terjadi proses Akulturasi (percampuran kebudayaan).
Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen dan unsur-unsur
kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk
diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan
keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan
jalanmusyawarah dan mufakat. Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa
Indonesia. Jadi makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan
sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya.
Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah
sebagai berikut:
a. Perasaan senasib.
b. Kebangkitan Nasional.
c. Sumpah Pemuda.
d. Proklamasi.

3. Prinsip-Prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan Indonesia apabila dikaji
lebih jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita hayati serta kita pahami lalu kita
amalkan.
Prinsip-prinsip itu adalah:
a. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat
kebiasaan yang majemuk. Hal ini mewajibkan kita bersatu sebagai bangsa Indonesia.
b. Prinsip Nasionalisme Indonesia, kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita
mengagung-agungkan bangsa kita sendiri.Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa
kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak ingin memaksakan kehendak
kita kepada bangsa lain, sebab pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain
tidak realistis, sikap seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

53
c. Prinsip Kebebasan yang Bertanggung jawab, manusia Indonesia adalah makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. yang memiliki kebebasan dan tanggung jawab tertentu
terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
maha Esa.
d. Prinsip Wawasan Nusantara, dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia
ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan
keamanan. Dengan wawasan itu manusia Indonesia merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam
mencapai cita-cita nasional.
e. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Reformasi, dengan semangat
persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta melanjutkan
pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur.

4. Pengamalan Nilai-Nilai Persatuan dan Kesatuan


Pengamalan Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan antara lain Mempertahankan Persatuan dan
Kesatuan Wilayah Indonesia. Pepatah mengatakan “Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita
Runtuh”. Oleh karena itu yang perlu kita tegakkan dan lakukan adalah:
a. Meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong-royong dan musyawarah.
Meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan.
b. Pembangunan yang merata serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Memberikan otonomi daerah.
d. Memperkuat sendi-sendi hukum nasional serta adanya kepastian hukum.
e. Perlindungan, jaminan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
f. Memperkuat sistem pertahanan dan keamanan sehingga masyarakat merasa
terlindungi.
g. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
h. Mengembangkan semangat kekeluargaan, yang perlu kita lakukan setiap hari
usahakan atau “budayakan saling bertegur sapa”.
i. Menghindari penonjolan sara dan perbedaan. Karena bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku, bahasa, agama serta adat istiadat kebiasaan yang berbeda-beda,
maka kita tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan perpecahan.
Oleh karena itu yang harus kita hindari antara lain, egoisme, ekstrimisme, sukuisme,
profinsialisme, acuh tak acuh tidak peduli terhadap lingkungan, fanatisme yang
berlebih-lebihan dan lain sebagainya.

54
5. Makna Bhinneka Tunggal Ika
Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku
atau Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Secara mendalam Bhinneka Tunggal Ika
memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat,
bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air.
Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.
Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik Indonesia,
yaitu Burung Garuda Pancasila.
Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka
Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa
Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah Kakawin Jawa Kuno, yaitu Kakawin Sutasoma,
karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Kakawin ini istimewa
karena mengajarkan toleransi antar umat.
Sejak Negara Republik Indonesia ini didirikan (merdeka), para pendiri bangsa dengan
dukungan penuh seluruh rakyat telah sepakat mencantumkan kalimat “Bhinneka Tunggal
Ika” pada lambang negara Garuda Pancasila. Kalimat itu sendiri diambil dari falsafah
Nusantara yang sejak jaman Kerajaan Majapahit juga sudah dipakai sebagai motto pemersatu
wilayah di kawasan Nusantara. Ini artinya, bahwa sudah sejak dulu sekali, jauh sebelum
jaman menjadi modern seperti sekarang, jauh sebelum bangsa ini menjadi terdidik dengan
tingkat intelektualitas tinggi seperti sekarang, kesadaran akan hidup bersama di dalam
keberagaman sudah tumbuh dan menjadi jiwa serta semangat anak-anak banga di negeri ini.
Tetapi memasuki abad 21, di mana anak-anak bangsa Indonesia telah menjadi bangsa
yang terdidik, bangsa yang banyak sekali punya orang pintar alias kaum inteletual yang
ilmunya bahkan diperoleh dari sekolah-sekolah tinggi di luar negeri, sebuah kata, yaitu
“pluralisme” yang artinya sama dengan keberagaman, tiba-tiba saja menjadi istilah yang
begitu gencar disebut. Setiap orang seakan kurang yakin dengan keintelekannya bila tidak
menyebut kata pluralisme setiap kali bicara, berdiskusi, berpidato dan lain sebagainya.
6. Cara Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Padahal salah satu misi utama kedatangan Islam di muka bumi ini adalah
menyebarluaskan rasa kasih sayang, kerukunan, kedamaian, persatuan dan kesatuan. Tak
hanya antar-sesama manusia, tetapi juga pada makhluk-makhluk Allah lainnya, seperti

55
binatang, tumbuh-tumbuhan, air, bumi, hutan, dan lain sebagainya. Karena itu sulit dipahami
jika manusia yang satu dengan yang lainnya tidak berusaha mewujudkan perdamaian. Misi
perdamaian Islam juga tercermin dalam kata ‘Islam’ itu sendiri yang berarti selamat,
sejahtera, aman, dan damai.
Tetapi menyatakan Islam berarti salam damai saja tak cukup. Setiap individu Muslim
harus membuktikan tak hanya dengan perkataan, tetapi lebih penting lagi dengan amal
perbuatan, bahwa Islam dan kaum Muslimin adalah cinta damai dan betul-betul
mengorientasikan diri dengan cara damai pula. merupakan perintah Islam yang harus
dilakukan dengan cara-cara yang baik, damai, persuasif, hikmah, kebijaksanaan dan
pengajaran yang baik. bukan dengan cara yang justru mengandung kemungkaran, seperti
pemaksaan, kekerasan, apalagi terorisme.
Membangun Persatuan dan kesatuan mencakup upaya memperbaiki kondisi
kemanusiaan lebih baik dari hari kemarin. Semangat untuk senantiasa memperbaiki kualitas
diri ini amat sejalan dengan perlunya menyiapkan diri menghadapi tantangan masa depan
yang kian kompetitif. Untuk dapat memacu diri, agar terbina persatuan dan kesatuan paling
kurang terdapat sepuluh hal yang perlu dilakukan:
a. Berorientasi ke depan dan memiliki perspektif kemajuan.
b. Bersikap realistis, menghargai waktu, konsisten, dan sistematik dalam bekerja.
c. Bersedia terus belajar untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah.
d. Selalu membuat perencanaan.
e. Memiliki keyakinan, segala tindakan mesti konsekuensi.
f. Menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang lain.
g. Rasional dan percaya kepada kemampuan iptek.
h. Menjunjung tinggi keadilan.
i. Berorientasi kepada produktivitas, efektivitas dan efisiensi.

7. Menampilkan Sikap Cinta Tanah Air dengan Memahami Sejarah NKRI


Cinta tanah air berarti cinta pada negeri tempat kita memperoleh penghidupan dan
mengalami kehidupan semenjak lahir sampai akhir hayat.Seseorang yang cinta kepada tanah
aimya senantiasa berusaha agar negerinya tetap aman, sentosa, dan sejahtera.Cinta tanah air
dan bangsa adalah suatu sikap yang ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam
perbuatan untuk kejayaan tanah air dan kebahagiaan bangsanya. Sebagaiwarga negara
Indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, yaitu dengan cara :
a. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

56
b. Tidak akan melakukan perbuatan dan tindakan yang merugikan tanah air.
c. Setia dan taat kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bangsa yang cinta kepada tanah airnya akan selalu tanggap dan waspada terhadap
setiap kemungkinan adanya unsur-unsur yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Unsur-unsur tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang dapat
membahayakan keamanan negara serta kelangsungan hidup bangsa. Oleh karena itu sebagai
warga negarayang baik, rasa kebanggaan itu hendaknya diwujudkan dalam karsa dan karya
yang baik untuk kemajuan bangsanya.Setiap warga negara harus merasa terpanggil untuk
memelihara dan mempertahankan jengkal demi jengkal tanah air apabila ada bangsa-bangsa
lain yang mencoba menjajah kembali negara kita.
Dikemukakan dalam Pasal 26 Ayat (1) UUD 1945 bahwa,yang menjadi warga negara
Indonesia ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Yang dimaksud dengan penduduk
Republik Indonesia ialahwarga negara Republik Indonesia yang bertempat tinggal di
Indonesia dan orarrg asing yang menetap atau bertempat tinggal dan bekerja di Indonesia.Isi
pasal di atas menyatakan bahwa warga negara Indonesia sudah selayaknya tidak memandang
suku atau melihat dari mana asalnya.
Sikap membeda-bedakan itu dapat merugikan persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara.Sebagai warga negara Republik Indonesia harus mampu menggalang rasa persatuan
dan kesatuan bangsa dan negara dalam mengisi kemerdekaan. Dalam hubungan itu, perasaan
cinta tanah air dapat diwujudkan dengan cara menjaga nama baik bangsa dan tanah air
Indonesia, berjiwa dan berkepribadian Indonesia, bangga bertanah air Indonesia, dengan
penduduk dan adat istiadat yangberbhinneka, tidak akan melakukan perbuatan dan tindakan
yang merugikan tanah air dan bangsa, serta setia dan taat kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Demikian pula, adanya Ikrar Sumpah Pemuda yang mengakui bahwa kita.Bertanah air
satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan Menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, kita harus bangga
mempunyai tanah air Indonesia, di mana pun kita berada. Keberadaan Indonesia dalam
hubungannya dengan bangsa lain dapat kita lihat di antaranya adanya kerja sama yang saling
menguntungkan dengan negara-negara lain, baik di kawasan ASEAN maupun tingkat dunia.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai lahirnya negara
bangsaIndonesia.Sejak saat itu, Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan berhak
menentukan nasib dan arah bangsanya sendiri.Bentuk negara yang dipilih oleh para pendiri

57
bangsa adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia pernah terjadi upaya untuk menggantikan bentuk negara. Misalnyamenggantikan
bentuk negara kesatuan menjadi negara serikat.Hal ini terjadi pada tahun 1949 sampai dengan
tahun 1950.Akan tetapi, upaya untuk menggantikan bentuk negara itu selalu tidak bertahan
lama.Indonesia kembali kepada negara kesatuan.Hingga saat ini negara kesatuan itu tetap
dipertahankan.
Daerah juga memiliki peranan yang penting dalam perjuangan merebut dan
mempertahankan kemerdekaan.Sejarah telah membuktikan bahwa tanpa peran rakyat di
seluruh daerah belum tentu tercapai perjuangan kemerdekaan.Demikian juga peran daerah
pada saat ini memiliki peran yang sangat penting. Kekayaan alam yang dimiliki daerah
merupakan kekayaan bersama seluruh rakyat Indonesia dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat.Untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih berkeadilan dan
lebih merata, maka prinsip desentralisasi atau otonomi daerah diharapkan mampu mengatasi
persoalan yang muncul dalam kerangka NKRI.
Sejarah perjuangan bangsa dan peran daerah dalam perjuangan berdiri NKRI
mengandung nilai-nilai yang sangat penting diwarisi oleh generasi muda, seperti Perjuangan
melawan penjajah oleh daerah memiliki arah tujuan yang sama, yaitu kemerdekaan
Indonesia. Tokoh pejuang daerah merupakan tokoh pejuang bangsa Indonesia, persatuan dan
kesatuan telah terbukti menjadi kekuatan bagi bangsaIndonesia dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan, Bangsa Indonesia telah sepakat membentuk negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai pilihan yang tepat. Mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi dan golongan dan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara.
Kebanggaan terhadap daerah masing-masing perlu terus ditanamkan dan
ditumbuhkembangkan dalam masyarakat.Kekhususan dan keragaman daerah tetap terus
dipelihara baik di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.Namun, dikembangkan sesuai
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
mengandung makna kebanggaan dan kemandirian tidak mengakibatkan proses
perpecahanbangsa dan negara.
Kewenangan mengurus urusan pemerintahan sendiri tidak berarti tidak mentaati
peraturan pemerintah pusat, apalagi mengarah pada pemisahan daerah dari negara
kesatuan.Sikap etnosentrisme yang mengandung makna sikap yang menganggap budaya
daerahnya sebagai budaya yang tertinggi secara berlebihan dan budaya daerah lain dianggap
lebih rendah. Sikap ini dalam kehidupan nampak antara lain sikap mengutamakan kelompok

58
daerahnyamemilih pemimpin atas dasar asal daerah, memaksakan budaya daerah kepada
orang lain, dan sebagainya.
Beberapa kerusuhan dalam masyarakat terkadang dapat dipengaruhi oleh faktor
kedaerahan, seperti kerusuhan antarpenonton sepakbola, antarwarga dalam masyarakat, dan
sebagainya.Oleh karena itu sikap etnosentrisme yang sempit harus di hindari.Upaya bela
negara danpertahanan keamanan negara ditujukan untuk mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam maupun luar negeri yang
dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.Setiap
warga negara, tanpa kecuali sesuai dengan kedudukannya masing-masing memiliki hak dan
kewajiban untuk turut serta dalam upaya bela negara, pertahanan, dan keamanan negara.Kita
sebagai pelajar dan generasi muda berkewajiban mewujudkan nilai-nilai perjuangan daerah
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam berbagai lingkungan kehidupan
secara nyata.
C. Peran Masyarakat dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Sebagai Upaya Mempertahankan NKRI
Bangsa Indonesia dalam kehidupan negaranya memiliki sesuatu wawasan nasional yang
disebut Wawasan Nusantara. Hakikat Wawasan Nusantara adalah cara pandang yang utuh
dan menyeluruh dalam lingkup Nusantara demi kepentingan nasional Indonesia. Wawasan
Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia megenai diri dan lingkungannya
yang serba beragan dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
dengan tetap menghargai dan menghormati ke-Bhinnekaan di dalam setiap aspek kehidupan
nasional untuk mencapai tujuan nasional Indonesia.
Kita memandang bangsa Indonesia dengan nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi,
hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan dan kesatuan wilayah nasional. Dengan kata
lain, hakikat Wawasan Nusantara adalah “persatuan bangsa dan kesatuan wilayah”. Dalam
GBHN disebutkan bahwa hakikat wawasan nusantara di wujudkan dengan menyatakan
kepulauan nusantasa sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan latar belakang budaya yang
berbeda-beda.Perbedaan suku bangsa ini bisa menjadi sumber konflik yang dapat
menyebabkan perpecahan di tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia.Keragaman tersebut
seharusnya dapat menjadi sebuah kekuatanuntuk menangkal semua gangguan atau ancaman

59
yang ingin memecah belah persatuan bangsa sebagai ketahanan nasional.Berikut beberapa
sikap dan perilaku mempertahankan NKRI.
a. Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, yang artinyamenjaga seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
b. Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga keutuhan,
kedaulatan negara, dan mempererat persatuan bangsa.
c. Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa,
bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, dan Sang Saka Merah Putih.Kebersamaan dapat diwujudkan dalam
bentuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
d. Memiliki semangat persatuan yang berwawasan Nusantara, yaitu semangat
mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik alamiah
maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. Wawasan
Nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan, solidaritas,
kerja sama, dan kesetiakawanan terhadap ikrar bersama.
e. Memiliki Wawasan Nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan dasar yang harus
dipatuhi, ditaati, dan dipelihara oleh semua komponen masyarakat.Ketentuan-
ketentuan itu, antara lain Pancasila sebagai landasan dan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional.Ketentuan lainnya dapat berupa peraturan-peraturan yang berlaku di
daerah yang mengatur kehidupan bermasyarakat.
Memupuk Sikap Cinta Tanah Air dalam Berbagai Kehidupan
Sebagai generasi muda, hal yang seharusnya dilakukan saat ini sebagai persiapan untuk
menggantikan generasi tua di masa yang akan datang, yaitu dengan membina persatuan dan
kesatuan. Dalam rangka membina persatuan dan kesatuan bangsa, berbagai cara dapat
dilakukan untuk menumbuhkan sikap cinta tanah air. Rasa cinta terhadap tanah air diawali
dengan rasa memiliki sense of belongingterhadap negara kita. Hal ini didasarkan atas rasa
bangga berbangsa dan bertanah air Indonesia. Sebagai bangsa yang berbudaya dan beradab,
tentunya kita harus memelihara dan mengembangkan kebudayaan warisan nenek moyang.
Rasa semangat kebangsaan menyuburkan rasa cinta tanah air yang akan membangkitkan
kemauan untuk membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Kecintaan tersebut akan menghapuskan rasa
kesukuan yang sempit dan mendorong usaha untuk meratakan pembangunan.Semuanya itu
akan menjadi benteng kemungkinan tumbuhnya pikiran-pikiran yang berbau separatisme

60
(memisahkan diri dan mendirikan negara baru) ataupun rasialisme (menonjolkan suku
sendiri).
Cinta tanah air dan semangat kebangsaan adalah suatu sikap yang berlandaskaan
ketulusan dan keikhlasan hati dengan perwujudan tindakanyang nyata demi terbentuknya
keutuhan dan kemakmuran bangsa. Maka dari itu, warga negara memiliki kewajiban
berperilaku cinta tanah air di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Berusaha menjaga dan mengharumkan nama baik negara dengan memberikan
kontribusi nyata melalui prestasi-prestasi yang dihasilkan serta tidak mencemarkan
nama baik negara.
b. Memberikan bantuan, baik moral maupun materil demi kepentingan negara, salah satu
contohnya adalah dengan membayar pajak.
c. Mencintai dan senantiasa menggunakan produk dalam negeri.
d. Selalu bangga menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD.
e. Senantiasa berusaha menjaga, mempertahankan, dan mengembangkan
budayaIndonesia hingga tataraninternasional.

61
BAB VI

PERANAN PERS INDONESIA

A. Pengertian Pers
Pers berasal dari bahasa Belanda, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut press, atau
bahasa Perancisnya presse yang artinya tekan atau cetak. Istilah pers menurut UU Pers jelas
berbeda dengan jurnalistik, hubungan kemasyarakatan, atau reporter. Di bawah ini pengertian
pers menurut para ahli.
a. Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pers adalah :
1) Alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar
2) Alat untuk menjepit, memadatkan
3) Surat kabar dan majalah yang berisi berita
4) Orang yang bekerja di bidang persuratkbaran.
b. Ensiklopedi Indonesia, pers merupakan nama seluruh penerbitan berkala yaitu koran,
majalah, dan kantor berita.
c. Ensiklopedi Pers Indonesia, pers merupakan sebutan bagi
penerbit/perusahaan/kalangan yang berkaitan dengan media massa atau wartawan.
Segala barang yang dikerjakan dengan mesin cetak disebut pers.
d. Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, yang dimaksud dengan pers
adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
e. Prof. Oemar Seno Adji
1) Pers dalam arti sempit adalah penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-
berita dengan kata tertulis.
2) Pers dalam arti luas adalah memasukkan di dalamnya semau media mass
communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan
kata-kata tertulis maupun dengan lisan.

62
f. L. Taufik
1) Pers dalam arti sempit diartikan sebagai surat kabar, koran,majalah, tabloid, dan
buletin-buletin kantor berita. Jadi pers terbatas pada media cetak.
2) Pers dalam arti luas mencakup semua media massa, termasuk radio, televisi, film,
dan internet.
g. Leksikon Komunikasi, pers berarti:
1) usaha percetakan dan penerbitan
2) usaha pengumpulan dan penyiaran berita
3) penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, radio, dan televisi

B. Perbedaan Pers dan Komunikasi Massa


 Pengertian Pers
Pers adalah lembaga kemasyarakatan (social institution). Sebagai lembaga
kemasyarakatan, pers merupakan subsistem kemasyarakatan tempat ia berada bersama-sama
dengan subsistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, tetapi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga kemasyarakatan lainnya.
Pers melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Fungsi pers :

1) Informatif
2) Kontrol kinerja (pemerintah & perusahaan)
3) Interpretatif & direktif
4) Menghibur
5) Regeneratif
6) Melindungi hak warga negara
7) Ekonomi
8) Swadaya

Pers selalu mengambil bentuk dan warna struktur-struktur sosial politik di dalam mana ia
beroperasi.

63
 Pengertian Jurnalistik
Jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi
(peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan
(applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik
termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses
penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud
memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan
Secara sederhana Jurnalistik adalah ilmu yang membahas tentang kegiatan mencari,
mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan berita kepada khalayak umum melalui
media massa, secara berkala ataupun tidak, dengan secepat-cepatnya.
 Pengertian Media Massa
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara
serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding
dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan
media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas
Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan
hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk
memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri
khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi
merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan
dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama. Media massa
merupakan jenis sumber informasi yang disenangi oleh petani pada tahap kesadaran dan
minat dalam proses adopsi inovasi
C. Teori Tentang Pers
a. Teori pers otoritarian
Pers merupakan alat penguasa untuk menyampaikan keinginanya kepada rakyat. Menurut
pendapat Mc. Quail, di dalam teori pers otoritarian disebutkan prinsip-prinsip dasar
pelaksanaan sebagai berikut :
1) Media selamanya (akhirnya) harus tunduk kepada penguasa yang ada.
2) Penyensoran dapat dibenarkan.
3) Kecaman terhadap penguasa atau terhadap penyimpangan dari kebijakan resmi
tidak dapat diterima.
4) Wartawan tidak mempunyai kebebasan di dalam organisasinya.

64
b. Teori pers libertarian
Menurut teori libertarian, pers merupakan sarana penyalur hati nurani rakyat untuk
mengawasi dan menentukan sikap terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, pers
bukanlah alat kekuasaan pemerintah, sehingga ia harus bebas dari pengaruh dan pengawasan
pemerintah.
Dengan demikian, teori ini memandang sensor merupakan tindakan yang inkonstitusional
terhadap kemerdekaan pers.
Menurut Krisna Harahap, pers libertarian mempunyai tigas sebagai berikut:
1) Melayani kebutuhan kehidupan ekonomi (iklan)
2) Melayani kebutuhan kehidupan politik
3) Mencari keuntungan (demi kelangsungan hidupnya).
4) Menjaga hak warga negara.
5) Memberi hiburan.
Selanjutnya Krisna Harahap menyebutkan ciri-ciri pers yang merdeka (libertarian) adalah:
1) Publikasi bebas dari setiap penyensoran pendahuluan,
2) Penerbitan dan pendistribusian terbuka bagi setiap orang tanpa memerlukan izin
atau lisensi,
3) Kecaman terhadap pemerintah, pejabat atau partai politik tidak dapat dipidana,
4) Tidak ada kewajiban mempublikasikan segala hal,
5) Publikasi ”kesalahan” dilindungi sama halnya dengan publikasi kebenaran dalam
hal-hal yang berkaitan dengan opini dan keyakinan,
6) Tidak ada batasan hukum terhadap upaya pengumpulan informasi untuk
kepentingan publikasi,
7) Wartawan mempunyai otonomi profesional dalam organisasi mereka.

c. Teori tanggung jawab sosial


Awal abad ke- 20 lahirlah teori pers lain, yaitu teori tanggung jawab sosial (social
responsibility) sebagai protes terhadap teori libertarian yang mengfajarkan kebebasan mutlak,
yang dianggap telah menimbulkan kemerosotan moralmasyarakat.
Teori ini mengemukakan dasar pemikiran bahwa kebebasan pers harus disertai dengan
tanggung jawab kepda masyarakat.

65
Prinsip utama teori tanggung jawab sosial menurut Krisna Harahap adalah sebagai berikut:
1) Media mempunyai kewajiban tertentu kepada masyarakat.
2) Kewajiban tersebut dipenuhi dengan menetapkan standar yang tinggi atau
profesional tentang keinformasian, kebenaran, obyektifitas, keseimbangan dan
sebagainya.
3) Media seyogyanya menghindari segala sesuatu yang mungkin menimbulkan
kejahatan, yang berdampak ketidaktertiban atau penghinaan terhadap minoritas
etnik atau agama.
4) Media hendaknya bersifat pluralis dan mencerminkan kebhinekaan.
5) Masyarakat diberi kesempatan yang sama untuk mengemukakan berbagai sudut
pandang dan hak untuk menjawab.
6) Masyarakat memiliki hak menghrapkan standar prestasi yang tinggi dan
intervensidapat dibenarkan untuk mengamankan kepentingan umum.

Komisi Kemerdekaan Pers menyatakan bahwa pers itu harus diberi arti :
1) Bahwa kebebasan tersebut tidaklah berarti bebas untuk melanggar kepentingan-
kepentingan individu yang lain.
2) Bahwa kebebasan harus memperhatikan segi-segi keamanan negara.
3) Bahwa pelanggaran terhadap kemerdekaan pers membawa konsekuensi/tanggung
jawab terhadap ukuran yang berlaku.

d. Teori pers komunis


Menurut ajaran Karl Marx, yaitu Marxisme/Komunisme mengemukakan bahwa teori pers
komunis merupakan alat pemerintah (partai yang berkuasa) dan bagian integral dari negara
sehingga pers harus tunduk kepeda pemerintah.
Pers komunis berfungsi sebagai alat untuk melakukan ”indoktrinasi massa” sehubungan
dengan itu F. Rachmadi dalam bukunya ”Perbandingan Sistem Pers” (1990), menyatakan
bahwa dalam hubungan dengan fungsi dan peranan pers komunis sebagai alat pemerintah dan
partai, pers harus menjadi suatu collective propagandist, collective agitation, dan collective
organizer. Ciri-ciri pers komunis adalah :
1) Media berada di bawah pengendalian kelas pekerja, karenanya ia melayani
kepentingan kelas tersebut.
2) Media tidak dimiliki secara pribadi.

66
3) Masyarakat berhak melakukan sensor dan tindakan hukum lainnya untuk
mencegah atau menghukum setelah terjadinya peristiwa publikasi anti masyrakat.

D. Perkembangan Pres di Indonesia


a. Pers zaman penjajahan Belanda
Sarahum, dalam tulisannya yang berjudul ”Perjuangan Surat Kabar Indonesia” yang
dimuat dalam sekilas ” Perjuangan Surat Kabar”, menyatakan :” Maka untuk membatasi
pengaruh momok in, pemerintah Hindia Belanda memandang tidak cukup mengancamnya
saja dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Setelah ternyata dengan KUHP itu saja
tidak mempan, maka diadakanlah pula aritkel-artikel tambahan seperti artikel 153 bis dan
ter. 161 bis dan te. Dan artikel 154 KUHP. Hal itu pun belum dianggap cukup, sehingga
diadakan pula Persbreidel Ordonantie,yamg memberikan hak kepada pemerintah penjajah
Belanda untuk menghentikan penerbitan surat kabar/ majalah Indonesia yang dinggap
berbahaya”.
Tindakan lain di samping Persbreidel Ordonantie adalah Haatzai Artikelen, karena
pasal-pasalnya mengancam hukuman terhadap siapa pun yang menyebarkan perasaan
permusuhan, kebencian serta penghinaan terhadap pemerintah Nederland dan Hindia
Belanda. Akibatnya banyak korban berjatuhan, antara lain S.K. Trimurti.
b. Pers di masa pergerakan
Masa pergerakan adalah masa bangsa Indonesia berada pada detik-detik terakhir
penjajahan Belanda sampai saat masuknya Jepang menggantikan Belanda. Pers pada masa itu
tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan penjajahan.
Setelah muncul pergerakan modern Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908, surat kabar lebih
banyak berfungsi sebagai alat perjuangan. Pers menyuarakan kepedihan,penderitaan, dan
merupakan refleksi dari isi hati bangsa terjajah. Pers menjadi pendorong bangsa Indonesia
dalam perjuangan memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa.
Beberapa contoh harian yang terbit pada masa pergerakan:
1. Harian ”Sedio Tomo” sebagai kelanjutan harian Budi Utomo yang terbit di
Yogyakarta, didirikan bulan Juni 1920.
2. Harian ”Darmo Kondo” terbit di Solo, yang dipimpin oleh Sudarya Cokrosisworo.
3. Harian ”Utusan Hindia” terbit di Surabaya, yang dipimpin oleh HOS. Cokroaminoto.
4. Harian ”Fadjar Asia” terbit di Jakarta, dipimpin oleh Haji Agus Salim.
5. Majalah minguan ”Pikiran Rakyat” terbit di Bandung, didirikan oleh Ir. Soekarno.
6. Majalah berkala ” Daulah Rakyat” dipimpin oleh Moch. Hatta dan Sutan Syahrir.

67
Karena sifat dan isi pers pergerakan antipenjajahan, pers mendapat tekanan dari
pemerintah Hindia Belanda. Pada masa pergerakan itu berdirilah Kantor Berita nasional
Antara pada tanggal 13 Desember 1937.

c. Pers di masa penjajahan Jepang


Pada masa penjajahan Jepang, boleh dikatakan pers nasional mengalami kemunduran
besar. Pers nasional yang pernah hidup di jaman pergerakan secara sendiri-sendiri dipaksa
bergabung untuk tujuan yang sama yaitu mendukung kepentingan Jepang.
Pers di masa pendudukan Jepang semata-mata menjadi alat pemerintah Jepang dan
bersifat pro-Jepang. Beberapa harian yang muncul pada masa itu, antara lain :
a. Asia Raya di Jakarta
b. Sinar Baru di Semarang
c. Suara Asia di Surabaya
d. Tjahya di Bandung

d. Pers di masa revolusi fisik


Periode revolusi fisik terjadi antara tahun 1945 sampai 1949. masa itu adalah masa
bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan yang berhasil diraihnya pada
tanggal 17 Agustus 1945. belanda ingin kembali menduduki Indonesia sehingga terjadilah
perang mempertahankan kemerdekaan. Pada saat itu, pers terbagi menjadi dua golongan,
yaitu :
1. Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh tentara pendudukan Sekutu dan Belanda
yang selanjutnya dinamakan Pers Nica (Belanda).
2. Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh orang Indonesia yang disebut Pers
Republik.

Beberapa contoh koran Republik yang muncul pada masa itu, antara lain: harian
”Merdeka”, ”Sumber”, ”Pemandangan”, ”Kedaulatan Rakyat”, ”Nasional”, dan ”Pedoman”.
Jawatan Penerangan Belanda menerbitkan Pers Nica, antara lain: ”Warta Indonesia” di
Jakarta, ”Persatuan” di Bandung, ”Suluh Rakyat” di Semarang, ”Pelita Rakyat” di Surabaya,
dan ”Mustika” di Medan. Pada masa revolusi fisik inilah Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) dan Serikat Pengusaha Surat Kabara (SPS) lahir. Kedua organisasi ini mempunyai
kedudukan penting dalam sejarah pers Indonesia.

68
e. Pers di era demokrasi liberal (1949-1959)
Di era demokrasi liberal, landasan kemerdekaan pers adalah Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (RIS 1949) dan Undang-Undang Dasar Sementara (1950). Dalam
Konstitusi RIS-yang isinya banyak diambil dari Piagam Pernyataan Hak Asasi Manusia
sedunia (Universal Declaration of Human Rights)-pada pasal 19 disebutkan ”Setiap
orangberhak atas kebebasan yang mempunyai dan mengeluarkan pendapat”. Isi pasal ini
kemudian dicantumkan kembali dalam Undang-Undang Dasar Sementara (1950).
Pers di zaman liberal (1950-1959) sesuai dengan struktur politik yang berlaku pada waktu
itu, lebih banyak menimbulkan akibat negatif daripada positif. Selama periode tahun 1952-
1959 menurut catatan EdwardC.Smith, terjadi tindakan antipers sebanyak 374 kali, dan
yang terbanyak selama tahun 1957, yaitu mencapai angka 125 kali.

f. Pers di zaman Orde Lama atau Pers Terpimpin (1956-1966)


Lebih kurang 10 hari setelah Dekrit Presiden RI yang menyatakan kembali ke UUD 1945,
tindakan tekanan terhadap pers terus berlangsung, yaitu pembredelan terhadap kantor berita
PIA dan SuratKabarRepublik, Pedoman, BeritaIndonesia, dan SinPo yang dilakukan oleh
penguasa perang Jakarta.
Upaya untuk membatasi kebebasan pers itu tercermin dari pidato Menteri Muda
Penerangan Maladi katika menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-14, antara lain
ia menyatakan: ”...Hak kebebasan individu disesuaikan dengan hak kolektif seluruh bangsa
dalam malaksanakan kedaulatan rakyat. Hak berpikir, menyatakan pendapat, dan
memperoleh penghasilan sebagaimana yang dijamin Undang-Undang Dasar 1945 harus ada
Batasnya: keamanan negara, kepentingan bangsa, moral dan kepribadian Indonesia, serta
tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa”.

g. Pers di era demokrasi Pancasila dan Orde Baru


Memasuki era Orde Baru, pers menyambutnya dengan penuh suka cita, karena
pemerintah memberi kebebasan penuh kepada pers setelah mengalami masa traumatik selama
tujuh tahun di zaman Orde Lama. Apalagi pemberitaan menyoroti kebobrokan Orde Lama.
Peristiwa Malari tahun 1974 menyebabkan beberapa surat kabar dilarang terbit tujuh surat
kabar terkemuka di Jakarta (termasuk Kompas) diberangus untuk beberapa waktu dan baru
diijinkan terbit kembali setelah pemimpin redaksinya menandatangani surat pernyataan maaf.

69
Pers pasca-Malari merupakan pers yang cenderung mewakili kepentingan penguasa,
pemerintah, atau negara. Pada saat itui, pers jarang, tidak pernah melakukan kontrol sosial
secara kritis, tegas dan berani.

h. Kebebasan pers di Era Reformasi


Pada tanggal 21 Mei 1998 Orde Baru tumbang dan mulailah Era Reformasi. Tuntutan
reformasi bergema di semua sektor kehidupan, termasuk sektor kehidupan pers. Selama
rezim Orde Lama dan ditambah dengan 32 tahun di bawah rezim Orde Baru, Pers Indonesia
tidak berdaya karena senantiasa ada di bawah bayang-bayang ancaman pencabutan surat izin
terbit.
Kalangan pers mulai bernafas lega ketika di Era Reformasi pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Kendati belum sepenuhnya memenuhi keinginan
kalangan pers, kelahiran undang-undang pers tersebut disambut gembira karena tercatat
beberapa kemajuan penting dibanding dengan undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pers (UUPP).

E. FUNGSI PERS
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, disebutkan dalam pasal 3 fungsi pers adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai Media Informasi, ialah perrs itu memberi dan menyediakan informasi
tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat
kabar karena memerlukan informasi.
b. Fungsi Pendidikan, ialah pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education),
pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat
bertambah pengetahuan dan wawasannya.
c. Fungsi Menghibur, ialah pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk
mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot.
Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok,
dan karikatur.
d. Fungsi Kontrol Sosial, terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat
unsur-unsur sebagai berikut:

70
 Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan.
 Socila responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.
 Socila support yaitu dukungan rakyat terhadap pemerintah.
 Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah.

e. Sebagai Lembaga Ekonomi, yaitu pers adalah suatu perusahaan yang bergerak
dibidang pers dapat memamfaatkan keadaan disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga
pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil
prodduksinya untuk kelangsunga

F. PERANAN PERS
Menurut pasal 6 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, perana pers adal;ah sebagai berikut :
a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum,
hak asasi manusia, serta menhormati kebhinekaan.
c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.
d. Melakukan pengawasan,kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum.
e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

G. Peranan Pers dalam Masyarakat Demokrasi

a. Memperkuat konsensus-konsensus dasar nasional.


b. Pers dapat mengenali masalah-masalah sosial yang peka dalam dalam mesyarakat.
c. Pers dapat memperkenalkan usaha-usahanya sendiri serta menemukan potensi-potensi
yang kreatif dalam usaha
d. Pers memperkuat rasa mampu masyarakat untuk mengubah nasibnya sendiri.
e. Kecuarangan,kegagalan, serta korupsi dilaporkan bukan merusak dan menurunkan
rasa pesimis, tetapi untuk koreksi dan membangkitkan kegairahan dan selalu
melangkah maju.

71
H. PERAN DAN KODE ETIK JURNALISTIK

1. Melindungi Keberadaan Seseorang Profesional Dalam Berkiprah Di Bidangnya


Kode etik jurnalistik berfungsi untuk melindungi wartawan atau jurnalis dalam
melaksanakan fungsi, tugas, hak, dan kewajibannya. Dengan kata lain, dalam menjalankan
tugas jurnalistiknya, wartawan atau jurnalis harus mengacu pada kode etik jurnalistik. Karena
dalam kode etik jurnalistik memuat berbagai ketentuan terkait dengan kegiatan jurnalistik
yang didasarkan pada etika. Menaati kode etik jurnalistik dengan sendirinya melindungi
wartawan atau jurnalis dalam menjalankan tugasnya.
2. Melindungi Masyarakat dari Malapraktik oleh Praktisi yang Kurang
Profesional
Kode etik jurnalistik berfungsi untuk melindungi khalayak dari pemberitaan yang tidak
akurat. Wartawan atau jurnalis memliki tanggung jawab untuk menjamin hak khalayak untuk
memperoleh informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta
diperoleh dengan cara-cara yang profesional dan tidak merugikan masyarakat.
3. Mendorong Persaingan Sehat Antarpraktisi
Fungsi kode etik jurnalistik selanjutnya adalah mendorong persaingan yang sehat
antarpraktisi. Dalam artian, wartawan atau jurnalis dalam menjalankan tugas jurnalistiknya
berlomba-lomba memperoleh kebenaran informasi yang akurat, obyektif, adil, dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan cara-cara yang etis atau sesuai dengan kode etik jurnalistik.
Misalnya, tidak menggunakan metode-metode yang diharamkan hanya untuk memperoleh
informasi seperti plagiat dan lain sebagainya.
4. Mencegah Kecurangan Antar Rekan Profesi
Fungsi kode etik jurnalistik selanjutnya adalah mencegah kecurangan antar rekan profesi.
Fungsi ini berkaitan erat dengan fungsi sebelumnya yaitu mendorong persaingan yang sehat
antarpraktisi. Kode etik jurnalistik berfungsi untuk memagari wartawan atau jurnalis dalam
menjalankan tuga-tugas jurnalistiknya. Tentunya, kegiatan jurnalistik ini harus dilakukan
dengan cara-cara profesional dan tidak merugikan pihak lain dan tetap mengacu pada kode
etik jurnalistik yang berlaku.
5. Mencegah Manipulasi Informasi Oleh Narasumber
Fungsi kode etik jurnalistik berikutnya adalah untuk mencegah manipulasi informasi yang
dilakukan oleh narasumber. Mengacu pada kode etik jurnalistik, wartawan atau jurnalis
menggali informasi dari narasumber secara terbuka dan transparan, menggunakan teknik-

72
teknik investigasi yang sesuai dan tidak melanggar hukum. Hal ini dapat mencegah
narasumber mengaburkan informasi yang digali oleh wartawan atau jurnalis.
6. Menyajikan Informasi Secara Akurat
Jurnalisme yang etis seharusnya akurat dan adil. Wartawan atau jurnalis hendaknya berlaku
jujur dan memiliki keberanian dalam mencari, melaporkan, dan menafsirkan informasi.
Hal-hal yang dapat dilakukan wartawan atau jurnalis diantaranya adalah bertanggung
jawab terhadap pekerjaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan, melakukan verifikasi sebelum
menerbitkan berita, menggunakan sumber asli bila dimungkinkan, mengidentifikasi sumber
secara jelas, segera melakukan koreksi jika terdapat informasi yang tidak akurat, menyajikan
berita dari berbagai sisi jika dimungkinkan, dan lain-lain.

I. Kebebasan Pers dan Dampak Penyalahgunaan Kebebasan Pers


Kebebasan pers di Indonesia merupakan hal yang baru sehingga rawan gangguan. Secara
umum ada dua macam gangguan :

1. Pengendalian kebebasan pers yaitu masih ada pihak-pihak yang tidak suka dengan
adanya kebebasan pers, sehingga mereka ingin meniadakan kebebasan pers.
2. Penyalahgunaan kebebasan pers yaitu insan pers memamfaatkan kebebasan yang
dimilikinya untuk melakukan kegiatan Jurnalistik yang bertentangan dengan fungsi dan
peranan yang diembannya. Oleh karena itu tantangan terberat bagi wartwan adalah
kebebasan pers itu sendiri.

 Pengendalian Kebebasan Pers : ada 4 faktor ayng menyebabkan terjadinya


pengendalian kebebasan pers, yaitu :

a. Distorsi peraturan perundang-undangan, contoh dalam UUD 1945 pasal 28 sudah


sangat jelas menjamin kebebasan pers, tidak ada sensor, tidak ada breidel, setiap
warganegar dapat malakukan perusahaan pers (UU No. 11 tahun 1966). Namun
muncul UU No. 21 tahun 1982 tentang pokok pers. Di dalamnya mengatur tentang
Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) serta menteri penerangan dapat
membatalkan SIUPP walaupun tidak menggunakan istilah breidel.
b. Perilaku Aparat, yaitu perilaku aparat dengan cara menelpon redaktur, mengirimkan
teguran tertulis ke redaksi media massa, membreidel surat kabar dan majalah,

73
kekerasan fisik pada wartawan, menangkap, memenjarakan, bahkan membunuh
wartawan.
c. Pengadilan Massa, Ketidak puasan atau merasa dirugikan atas suatu berita dapat
menimbulkan pengadilan massa dengan menghukum menurut caranya sendiri,
menteror, penculikan pengrusakan kantor media massa, dll.
d. Perilaku pers sendiri, perolehan laba menjadi lebih utama daripada penyajian berita
yang berkualitas dan memenuhi standar etika jurnalistik, karena iming-iming
keuntungan yang lebih besar.

 Penyalahgunaan Kebebasan Pers,seperti penyajian berita atau informasi yang tidak


akurat, tidak objektif, bias, sensasional, tendensius, menghina, memfitnah,
menyebarkan kebohongan, fornografi, menyebarkan permusuhan, mengeksploitasi
kekerasan, dll.

J. Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab


1. Landasan Hukum Pers Indonesia
a. Pasal 28 UUD 1945, berbunyi kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.
b. Pasal 28 F UUD 1945, berbunyi setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
c. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Azasi Manusia pada pasal 20 dan 21
yang bebunyi :
 Pasal 20 : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi di lingkungan sosialnya.
 Pasal 21 : Setiap orang berhak untuk mencari,memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia.
d. UU N0. 39 tahun 2000 pasal 14 ayat 1 dan 2 :
 Ayat 1 yaitu Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi di lingkungan sosialnya.

74
 Ayat 2 yaitu Setiap orang berhak untuk mencari,memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia.
e. UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers pasal 2 dan pasal 4 ayat 1 :
 Pasal 2 berbunyi Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat
yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.
 Pasal 4 ayat 1 berbunyi Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi
warganegara.

2. DEWAN PERS
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang pers pada pasal 15 ayat 1 menyatakan Dewan
Pers yang independen dibentuk dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan
meningkatkan kehidupan pers nasional.
Fungsi-fungsi dewan pers adalah :
a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain.
b. Melaksanakan pengkajian untuk pengembangan pers.
c. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik.
d. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat
atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers.
e. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah.
f. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyususn peraturan di bidang pers
dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan.
g. Mendata perusahaan pers (Pasal 15 ayat 2).

3. ANGGOTA DEWAN PERS


Keangotaan dewan pers terdiri dari :
a. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan
b. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh orhganisasi perusahaan pers.
c. Tokoh masyarakat, ahli bidang pers atau komunikasi dan bidang lainnya yang dipilih
oleh arganisasi perusahaan pers;
d. Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh anggoata.
e. Keanggotaan dewan pers ditetapkan dengan keputusan Presiden.
f. Masa Jabatan anggota tiga tahun dan dapat dilpilih kembali untuk satu periode.

75
4. LANDASAN PERS NASIONAL :
a. Landasan idiil adalah Falsafah Pancasila (Pembukaan UUD 1945).
b. Landasan Konstitusi adalah UUD 1945
c. Landasan Yuridis adalah UU Pokok Pers yaitu UU No. 40 tahun 1999.
d. Landasan Profesional adalah Kode Etik Jurnalistik
e. Landasan Etis adalah tata nilai yang berlaku di masyarakat.

K. Pers di Sekolah

Dalam dunia pendidikan, istilah pers sering dipakai di perguruan tinggi dibandingkan
dengan sekolah. Di perguruan tinggi sangat populer istilah pers kampus. Penyebutan pers
kampus diperuntukkan bagi penerbitan majalah di perguruan tinggi. Tetapi di lingkungan
sekolah, istilah pers sekolah belum begitu dikenal. Padahal menurut pengamatan penulis,
banyak sekolah favorit di Kota Semarang sudah mempunyai pers sekolah. Misalnya;
Cemeti (SMA Negeri 3 Semarang), Dwi Adisma (SMA Negeri 2 Semarang), Citralima
(SMA Negeri 5 Semarang), dan Pitoe (SMP Negeri 7 Semarang), Master (SMP Negeri 3
Semarang).

Memang antara pers sekolah dengan pers kampus tidak bisa di samakan. perbedaannya,
pertama, cara kerjanya. Kalau pers kampus, mahasiswa mempunyai otonomi dalam
mengatur medianya. Walaupun ada pembimbing, perannya tidak begitu besar.
Sebaliknya pada pers sekolah, peranan pembimbing sangat menentukan arah media
sekolah. Meskipun begitu, siswa tetap diberikan peluang untuk memberikan masukan
bagi kemajuan media yang dibuat.

Kedua, tingkat kematangan insan pers. Sangatlah wajar, kalau pers kampus selangkah
lebih maju dibandingkan dengan pers sekolah. Hal ini disebabkan usianya yang lebih tua
daripada kru pers sekolah. Di samping itu, iklim kampus lebih kondusif dalam
mengekspresikan kebebasan berfikir. Sedangkan pelaku pers sekolah, masih banyak
kewajiban yang harus di pikul. Apalagi yang duduk di kelas tiga, ada perasaan yang
menghantui, yakni bagaimana dapat lulus ujian nasional dan bisa diterima SMA maupun
perguruan tinggi favorit.

76
Manfaat pers sekolah

Bagi sebagian sekolah, masih ada yang mengangap bahwa pers sekolah hanya sebagai
pelengkap menjadi sekolah favorit. Padahal, kalau difikir secara mendalam manfaat pers
sekolah sangatlah besar. Seperti pohon kelapa, mulai dari akar sampai batangnya, semua ada
manfaatnya. Begitu juga dengan pers sekolah, tidak ada yang tidak bermanfaat, mulai dari
bidang redaksi, sirkulasi, tata usaha, desain grafis, sampai advertising (periklanan).

Di bidang redaksi, siswa dapat belajar, bagaimana menjadikan sebuah tulisan layak dimuat
sehingga pembaca tertarik untuk membaca. Kemudian membuat rubrik-rubrik yang menarik
atau juga cara menyajikan sebuah laporan yang tidak membosankan pembaca. Di dalam
redaksi, ada unsur reporter atau wartawan. Di mana anak didik dilatih untuk berani
mewawancarai dengan siapapun. Khusus reporter, dapat bertemu dengan tokoh-tokoh penting
yang orang lain belum tentu dapat menemuinya. Contohnya, belum lama ini wartawan Pitoe
(yang terdiri dari pelajar SMP Negeri 7 Semarang) dapat mewawancarai artis sinetron, Asty
Ananta di Kantor Redaksi Tabloid Cempaka. Ketika penulis bertanya dengan Andita, salah
satu wartawan Pitoe seusai wawancara, bagaimana perasaanmu mewawancarai Asty Ananta.
Dia menjawab, “Senang sekali pak. Kebetulan Asty adalah salah satu artis yang saya
diidolakan.”

Sedangkan dibidang sirkulasi, pelajar bisa mengetahui bagaimana memasarkan medianya


sampai ke pembaca dengan tepat waktu. Karena tanpa ada sirkulasi, sebaik apapun medianya,
pesan yang disampaikan tidak bisa dibaca oleh orang yang lain. Setelah itu departemen tata
usaha, anak didik dapat mengetahui dan praktek langsung bagaimana membuat surat keluar
maupun masuk yang baik. Sehingga nantinya setelah lulus, sudah terbiasa dalam membuat
surat di masyarakat.

Tidak hanya itu, dalam pers sekolah juga mempraktekkan mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Karena dalam pembuatannya menggunakan komputer.
Sehingga pelaku pers sekolah dapat secara langsung dalam mendesain sebuah media.
Termasuk di dalamnya bagaimana proses pra cetak sampai cetak hingga menjadi sebuah
majalah.

Sementara itu bagian periklanan, anak didik dapat mengetahui serta mempraktekkan
bagaimana mencari dan mendapatkan iklan dari berbagai sponsor. Di sini pelajar dapat

77
belajar bagaimana cara bernegosiasi dengan pihak sponsor. Dengan kata lain, anak didik
secara langsung belajar entrepreneurship (kewirausahaan). Apalagi sekarang ini, baru
menjamur perusahaan yang bergerak dibidang periklanan.

Dari ilustrasi di atas, jelas bahwa pers sekolah sangat besar sekali manfaatnya terhadap siswa.
Permasalahannya, seringkali persepsi sekolah maupun masyarakat terhadap kualitas sekolah,
masih berorientasi pada hasil ujian nasional. Kalau sekolah mampu meluluskan 100 persen
dengan nilai yang tinggi, maka sekolah tersebut akan kebajiran peminat untuk mendaftar.
Akibatnya, kegiatan di luar mata pelajaran seringkali menjadi terpinggirkan termasuk pers
sekolah. Padahal pers sekolah, kalau diatur dengan baik dapat menjadi salah satu solusi
terhadap persoalan yang dihadapi anak didik. Dalam lingkup yang lebih luas, pers sekolah
dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin
meningkat.

L. Mengevalusi Peranan Pers di Indonesia

Menurut pasal 6 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, perana pers adal;ah sebagai berikut :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, hak
asasi
manusia, serta menhormati kebhinekaan.
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.
4. Melakukan pengawasan,kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum.
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

78
BAB VII
ETOS KERJA MASYARAKAT

A. Pengertian Etos Kerja

Pengertian etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau sesuatu kelompok.

Kata etos berasal dari bahasa Yunani, yakni ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu.

Etos juga dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang
disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.

Sikap etos tidak hanya dimiliki oleh individu saja, melainkan dapat dimiliki oleh
kelompuk ataupun masyarakat.

Pengetian Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah definisi etos kerja menurut para ahli, yakni :

 Geertz

Etos adalah sikap mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup.

 K.H. Toto Tasmara

Etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang,
meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan
meraih amal yang optimal (high performance).

 Max Weber

Menurut Max Weber pengertian etos kerja adalah perilaku kerja yang etis dan menjadi
kebiasaan kerja yang berporos pada etika.

79
 Mydral dalam Suseno (1999:123)

Menurut Mydral ada dua belas etos kerja yang dianggap penting didalam menyukseskan
pembangunan, yaitu sebagai berikut.

 Efisien.
 Kejujuran.
 Sikap tepat waktu.
 Kesederhanaan.
 Kerajinan.
 Mengikuti rasio dalam mengambil keputusan dan tindakan.
 Sikap bekerja sama.
 Sikap bersandar pada kekuatan sendiri.
 Sikap mau bekerja sama.
 Kesediaan untuk berubah.
 Kecepatan dalam menggunakan kesempatan.
 Kesediaan memandang jauh ke depan.

 Ndra (1999:91)

Menurut Ndra pengertian etos kerja adalah waktu atau semangat yang menunjukkan
kepercayaan, kebiasaan atau perilaku suatu kelompok masyarakt.

 Sinamo

Etos kerja adalah konsep mengenai kerja atau paradigma kerja yang diyakini seseorang atau
kelompok sebagai baik dan benar yang diwujudkan melalui perilaku kerja mereka secara
khas.

 Tamara (2002:73)

Tamara mengemukakan ciri-ciri dari etos kerja adalah tepat waktu, moralitas, kejujuran,
komitmen, kuat pendirian, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, kreatif.

80
 Tanjung (2002:64)

Tanjung mengemukakan pengertian etos kerja adalah jiwa atau watau seseorang dalam
melakukan tugasnya yang dipancarkan keluar.

 Usman Pelly

Pengertian Etos Kerja adalah sikap yang muncul atas kemauan dan kesadaran sendiri yang
didasari sistem orientasi nila budaya terhadap pekerjaan seseorang.

 Webber dalam Suseno (2002:64)

Webber berpendapat bahwa pengertian etos kerja adalah keyakinan yang befungsi sebagai
panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok atau sebuah lembaga (guiding belief or a
person, group or institution).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja menurut Anoraga, 2001:52, yakni
:
Agama

Pada dasarnya agama adalah suatu sistem nilai yang akan mempengaruhi atau
menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang
tentu diwarnai oleh ajaran agama yang dianut apabila seseorang tersebut sungguh-sungguh
dalam kehidupan beragama.

Budaya

Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat disebut juga sebagai
etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai etos kerja.

Kualitas etos kerja tersebut ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat
yang’bersangkutan.

81
Sosial Politik

Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan bisa menikmati hasil
kerja keras dengan penuh.

Kondisi Lingkungan/Geografis

Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya


melakukan usaha guna bisa mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan bisa
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut.

Pendidikan

Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras.

Struktur Ekonomi

Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi, yang dapat memberikan insentif bagi anggota masyarakat guna bekerja
keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.

Motivasi Intrinsik Individu

Individu yang hendak mempunyai etos kerja yang tinggi ialah individu yang
bermotivasi tinggi. Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai
yang diyakini seseorang.

Ciri-Ciri Etos Kerja

Berikut ini adalah ciri-ciri yang mencerminkan sikap etos kerja adalah :

Kecanduan Terhadap Waktu

Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja yaitu cara seseorang menghayati,
memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu.

82
Dia sadar bahwa waktu merupakan netral dan terus merayap dari detik ke detik dan dia pun
sadar bahwa sedetik yang lalu tak akan pernah kembali lagi.

Memiliki Moralitas yang Bersih (Ikhlas).

Salah satu kompetensi moral yang dimiliki oleh seorang yang berbudaya kerja ialah
nilai keihklasan. Sebab ikhlas adalah bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan
tanpa ikatan.

Sikap ikhlas tidak hanya output dari cara dirinya melayani, melainkan pula input atau
masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih.

Memiliki Kejujuran

Kejujuran tidak datang dari luar, akan tetapi bisikan dari kalbu yang terus menerus
mengetuk dan membisikkan nilai moral yang luhur.

Kejujuran bukanlah sebuah keterpaksaan, melainkan kejujuran merupakan sebuah


panggilan dari dalam sebuah keterikatan.

Memiliki komitmen

Komitmen merupakan keyakinan yang mengikat sedemikian kukuhnya sehingga


terbelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah
tertentu yang diyakininya. Dalam komitmen tergantung sebuah tekad, keyakinan, yang
melahirkan bentuk vitalitas yang penuh gairah.

Kuat Pendirian (Konsisten)

Konsisten merupakan suatu kemampuan untuk bersikap taat asas, pantang menyerah,
dan mampu mempertahankan prinsip walau harus berhadapan dengan resiko yang
membahayakan dirinya. Mereka dapat mengendalikan diri dan mengelola emosinya secara
efektif.

83
Cara Menumbuhkan Sikap Etos Kerja

Jansen H. Sinamo (2011) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul 8 Etos Kerja
Profesional ia menjelaskan bagaimana cara menumbuhkan etos kerja. Berikut adalah cara
menumbuhkan etos kerja menurut Jansen H. Sinamo (20110), yakni :

 Kerja sebagai rahmat (Aku bekerja tulus penuh rasa syukur).


 Kerja adalah amanah (Aku bekerja penuh tanggung jawab).
 Kerja adalah panggilan (Aku bekerja tuntas penuh integritas).
 Kerja adalah aktualisasi (Aku bekerja keras penuh semangat).
 Kerja adalah ibadah (Aku bekerja serius penuh kecintaan).
 Kerja adalah seni (Aku bekerja cerdas penuh kreativitas).
 Kerja adalah kehormatan (Aku bekerja penuh ketekunan dan keunggulan).
 Kerja adalah pelayanan (Aku bekerja paripurna penuh kerendahan hati).

84

Anda mungkin juga menyukai