Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMIAH

PEMILIHAN KEPALA DAERAH

DOSEN PENGAMPU: RAHMAT ROBUWAN, S.H.,M.H


HUKUM KAPITA SELEKTA HTN

DISUSUN OLEH:

Winardi Dwi Putra (4011711115)

EMAIL:

awingdwiputra@gmail.com

FAKULTAS HUKUM

JURUSAN HUKUM

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat serta karunianya terutama nikmat dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah berupa makalah mata kuliah “Hukum Kapita
Selekta”.

Pemilihan kepala daaerah ini merupakan salah satu makalah mata kuliah
Hukum Kapita Selekta diprogram studi Hukum Universitas Bangka Belitung.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Rahmat Robuwan, S.H,M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum
Kapita Selekta, dan lebih khusus kepada segenap pihak yang telah memberikan
motivasi serta arahan selama penulisan Makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam hal penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi
melengkapi kesempurnaan karya tulis ini.

Balunijuk, 24 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan Masalah.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4

A. Pemilihan Kepala Daerah.......................................................................................4

1. Pengertian Kepala Daerah.......................................................................4

2. Sejarah Pemilhan Kepala Daerah di Indonesia.......................................4

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................7

A. Kesimpulan............................................................................................................7
B. Saran......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasca Reformasi tepatnya setelah UUD 1945 berhasil di amandemen,


salah satu
satu aspek penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah semangkin
sentralnya peran kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintah sebagai
contoh dapat dilihat pada pasal 65 uu No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah sebagai mana diubah oleh undang-undang No 2 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan UU no.9, Tahun
2015 Tentang Perubahan kedua UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah.

 Memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang
undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD
 Memelihara ketentuan dan ketertiban masyarakat
 Menyusun dan mengajukan rancangan Perdan tentang RPJPD dan
rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas
bersama DPR, serta menyusun dan menetapkan RKPD
 Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentangAPBD,
rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda
tentang pertanggung jawaban pelaksaan APBD kepada DPRD untuk
dibahas bersama;
 Mewakilli Daerahnya didalam dan diuar pengadilan, dan dapat
menunjuk rasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Mengingat peran sentral kepala daerah pada era reformasi tersebut maka

iv
mejadi
sebuah konsekuensi logis apabila cara atau sistem pemilihan kepala daerah
menjadi isu strategis dan mendapat perhatian serius.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, dan untuk mengetahui gambaran


lebih jelas maka makalah ini akan membahas topik permasalahan ini tentunya
akan mencoba untuk mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut;

1. Bagaimana kedudukuan kepala daerah yang telah habis masa


jabatannya disaat pengunduran pilkada?
2. Bagaimana kedudukan kepala daerah yang berstatus pelaksanaan
tugas (PLT) ketika pilkada diundur?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengungkap jawaban atas
permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu;

1. Untuk mengetahui pertimbangan hukum penyelenggaraan pemilihan


kepala daerah
2. Untuk mengetahui seberapa perlu diadakannya pelaksanaan pemilihan
kepala daerah

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemilihan Kepala Daerah

1. Pengertian kepala daerah

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah atau yang sering
disebut sebagai pilkada adalah pemilihan umum untuk memilih kepala
daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di indonesia oleh
penduduk daerah setempat yang teelah memenuhi syarat. Hal ini pada
dasarnya merupakan konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah,
yang mana sebenarnya kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih
oleh ah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah para pilkada didasari pada lahirnya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemilihan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2008
Tentang perubahan ketiga atas peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 Tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
 Pemilhan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
selanjutnya disebut pemilihan adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat diwilayah provinsi, dan/atau kabupaten kota
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesa Tahun 1945 untuk memilih kepala daerah
dan wakil kepala daerah
 Kepala daerah dan wakil kepala daerah Gubernur dan Wakil
 Gubernur untuk Provinsi, Bupati dan Wakil Bupati untuk
Kabupaten serta Walikota untuk kota
Sesuai dengan ketentuan yang termkasud dalam Pasal 58 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Pasal 38 Peraturan Pemerintahan
Nomor 5 Tentang Pemilihan Pengesahan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah warga Negara Republik
vi
Indonesia yang memenuhi syarat;
 Bertaqwa kepada tuhan yang maha ESA
 Setia kepada pancasila sebagai dasar neagara, UUD NRI Tahun
1945, cita-cita proklamasi 17 agustus 1945, dan kepada NKRI
serta pemerintah
 Berpendidikan sekurang kurangnya Sekolah Lanjut Tingkat Atas
dan atau sederajat
 Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun
 Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
menyeluruh dari tim dokter
 Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5
tahun atau lebih.
 Tidak sedang cabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
 Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat didaerahnya.
 Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk
diumumkan.
 Tidak sedang dalam memiliki tanggungan hutang secara
perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi
tanggung jawab yang merugikan keuangan Negara.
 Tidak sedang dinyatakan valid berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
 Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.
 Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) atau yang belum
mempunyai NPWP, wajib mempunyai bukti pembayaran pajak.
 Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara
lain riwayat pendidikan dan pekerjaaan, serta keluarga kandung
suami atau istri.
 Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala
daerah selama dua kali masa jabatan yang sama dan
 Tidak dalam status jabatan kepala daerah
vi
i
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta
pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga
dapat berasal dari calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah
orang. Undang- Undang ini menindak lanjuti keputusan mahkamah
konsitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta
Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Pesta akrab demokarasi indonesia yang digelar di tahun 2015
merupakan pilkada serentak pertama kali yang dilaksanakan
diindonesia pada tahun politik saat itu, calon kepala daerah maju lewat
partai politik dan tidak sedikit juga maju lewat perseorangan. Akan
tetapi pada daerah tertentu pemilihan kepala daerah hanya diikuti oleh
satu calon yang disebut sebagai calon tunggal fenomena calon tunggal
pilkada hanya diikuti satu calon, tak di sangka-sangka muncul dalam
pehelatan pilkada serentak tahun 2020.
Pelaksaan pilkada yang hanya diikuti satu calon tidak didukung
oleh peraturan yang memadai sehingga lahirlah putusan MK nomor
100/PUU-XIII/2015. Dimana putusan mahkamah konstitusi No.
100/PUU/XIII/2015 hanya mengatur ketentuan mekanisme pelbisit
yang meminta pemilih menentukan pilihan setuju atau tidak setuju
atas satu pasangan calon yang ditawarkan.

2. Sejarah pemilihan kepala daerah diindonesia

Berbicara mengenai sejarah pilkada pada masa UUD 1945,


kostitusi RIS dan UUDS 1950 jauh berbeda dengan masa sekarang ini
pada masa itu pemilihan kepala daerah bersifat langsung, karena
dipilih pada sidang paripurna Dewan Perwailan Rakyat (DPRD).
Dapat dibandingkan dengan UUD NRI 1945 sekarang ini, sangat jelas
pengaturanya dipasal 18 ayat 4 yang menaytakan bahwa gubernur,
bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahaan
daerah provinsi, kabupaten, dan kota-kota secara demokratis.
vi
ii
Penyelenggaraan pemilu dan wakil presiden 2019 secara langsung
telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah (pilkada) secara langsung pula. Hal ini didukung pula
dengan semangat otonomi daerah yang telah digulirkan pada 1999.
Oleh karena itulah sejak 2005 telah diselenggarakan pilkada serentak
secara langsung baik ditingkat provinsi maupun kabupaten kota.
Penyelenggaran ini diatur dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan kepala daerah yang menyebutkan bahwa kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum,
bebas, rahasia,jujur dan adil. Pasang calon yang akan berkopetisi
dalam pilkada adalah pasangan calon yang diajukan oleh partai politik
atau gabungan partai politik.
Pascareformasi, demokarsi diindonesia mengalami perkembangan
sangat pesat, peningkatan partisipasi publik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara disalurkan melalui pengaturan mekanisme
yang semangkin mencerminkan prinsip keterbukaan dan persamaan
bagi segenap warga neagra. Salah satu bentuknya adalah pelaksanaan
pemilihan umum untuk anggota legislatif dan pemilihan presiden
secara langsung, serta pemilihan kepala daerah (pilkada). Diantara
beberapa mekanisme demokrasi yang telah dijalankan, pilkada
mendapat perhatian luas dan masih banyak mengundang pertanyaan.
Bahkan ada yang mengusulkan perubahan terhadap UUD 1945. Salah
satunya karena pelaksanaan pilkada dimulai banyak menimbukan efek
negatif.
Perkembangan selanjutnya, sebagai tindak lanjut dekrit presiden
pada tanggal 16 November 1959 pemerintah mengeluarkan penetapan
preseiden Nomor 6 tahun 1959 tentnag pengangkatan kepala daerah
untuk mengatur pemerintahan daerah agar sejalan dengan UDD 1945.
Dalam penetapan presiden Nomor 6 tahun 1959, tersebut sisem
pemilihan kepala daerah yaitu kepala daerah diusulkan oleh DPRD,
tapi diangkat oleh presiden umtuk kepala daerah tingakat I, dan oleh
menteri dalam negeri untuk kepala daerah tingakt II, seolah masih
belum juga menemukan pengaturan yang tepat tentang pemerintah
ix
daerah, sehingga pada pertengahan dekade tahun 1990 telah timbul
tuntutan yang semangkin kuat untuk merevisi sistem pemerintahan
daerah agar sejalan dengan semangat demokrasi terpimpin dan
nasakom
Kemudian pada masa orde baru, sebagai tindak lanjut dari G 30 S
PKI yang kemudian diikuti dengan lahirnya masa orde baru,
pemerintah mengeluarkan UU No 5 tahun 1974 tentang pokok pokok
pemerintahan didaerah. UU tersebut mengatur sistem pimilihan kepala
daerah dengan cara pencalonan oleh fraksi di DPRD yang membantu
syarat, kemudian menominasikan calon kepala daerah tersebut kepada
presiden dan kemudian diputuskan dan diangat oleh presiden.
Kemudian dalam peraturan pemerintahan pengganti uud no 1 tahun
2014 yang telah ditetapkan mrnjadi uud no 1 tahun 2015 diraskan
masih terdapat beberapa inkonsistensi dan memisahkan sejumlah
kendala jika dilaksanakan, oleh karenanya perlu disempurnakan.
Beberapa penyempurnaan tersebut antara lain; penyelenggaraan
pemilihan, tahapan penyelenggaraan pemilihan, pasangan calon,
persyaratan calon perseorangan, penetapan calon terpilih, persyaratan
calon dan pemungutan secara serentak. Dalam konteks sejarah
pemilihan kepala daerah, beberapa gugatan perselisihan hasil pilkada
kepengadilan tinggi/mahkamah agung hanya dapat diajukan apabila
mempengaruhi hasil penetapan perolehan suara oleh KPU secara
signifikat.

x
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemiliha kepala daerah secara langsung yang dipilih oleh rakyat


mampu memberikan warna baru terhadap pemerintahan yang akan datang
dan diharapkan pemerintah mampu menjamin kesejahteraan masyarakat,
dengan adanya proses pemilihan kepala daerah seperti ini memberikan
pelajaran baru bagi masyarakat, adapun masyarakat yang tidak mengikuti
pemilihan dapat mengakibatkan mereka kurang merespon dengan adanya
pemilihan seperti ini, hal ini disebabkan karena masyarakat belum paham
dengan baik apa tujuan pemilihan kepala daerah ini. Meskipun
pelaksanaan pemilihan kepala daerah telah berlansung, namun tingkat
kepuasan dalam menjalankan partisipasi politik masyarakat pada
pelaksanaan pemilihan kepala daerah belum sepenuhnya berjalan dengan
yag diaharpkan.
Untuk mewujudkan sistem demokrasi harusnya pemilihan kepala
daerah diselanggarakan dengan baik dan sesuai dengan yang ditentukan
oleh peraturan perudang-undangan yang berlaku.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dirumuskan saran sebagai


berikut;
Dalam rangka menggali dan mengkaji isu-isu politik, termasuk
pilkada langsung, maka kepada pemilih pemula disarankan untuk
membangun kompetensi intelektual, termasuk kemampuan berpikir
kritis melalui pendalaman bidang studi, diskusi, seminar dan
lokakarya.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan


Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang pemilihan,
pengesahan pengangkatan, dan pemberhentian Kepala daerah dan Wakil
Kepala Daerah..

Rozali Abdullah, 2005, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala


Daerah Secara Langsung, Raja Grafindo persada, Jakarta, Hal 30-32.

Irvan Mawardi, 2014, Dinamika Sengketa Hukum Asministrasi di Pemilukada,


mahakarya Rangkang Offset, Yogyakarta, hal 83-84.

Tjahjo Kumolo, Politik Hukum Pilkada Serentak, (Jakarta Selatan, PT


Mizan Publika, 2015), hal.80.

Noor M Aziz, SH,MH, MM. Skripsi. 2009. Pengkaijian Hukum Tentang


pemilihan Kepala Daerah. Kementerian Hukum Dan Ham.

Bungasan Hutapea, Dinamika Hukum pemilihan Kepala Daerah di Indonesia,


Jurnal Rechtsvinding, vol 4, No 1, April 2015, Hal 10. 42 Pasal 156
ayat (2).

xi
i
xi
ii

Anda mungkin juga menyukai