DISUSUN OLEH:
EMAIL:
awingdwiputra@gmail.com
FAKULTAS HUKUM
JURUSAN HUKUM
2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat serta karunianya terutama nikmat dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah berupa makalah mata kuliah “Hukum Kapita
Selekta”.
Pemilihan kepala daaerah ini merupakan salah satu makalah mata kuliah
Hukum Kapita Selekta diprogram studi Hukum Universitas Bangka Belitung.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Rahmat Robuwan, S.H,M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum
Kapita Selekta, dan lebih khusus kepada segenap pihak yang telah memberikan
motivasi serta arahan selama penulisan Makalah ini.
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
A. Kesimpulan............................................................................................................7
B. Saran......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengingat peran sentral kepala daerah pada era reformasi tersebut maka
iv
mejadi
sebuah konsekuensi logis apabila cara atau sistem pemilihan kepala daerah
menjadi isu strategis dan mendapat perhatian serius.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengungkap jawaban atas
permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu;
v
BAB II
PEMBAHASAN
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah atau yang sering
disebut sebagai pilkada adalah pemilihan umum untuk memilih kepala
daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di indonesia oleh
penduduk daerah setempat yang teelah memenuhi syarat. Hal ini pada
dasarnya merupakan konsekuensi pergeseran konsep otonomi daerah,
yang mana sebenarnya kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih
oleh ah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah para pilkada didasari pada lahirnya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemilihan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2008
Tentang perubahan ketiga atas peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun
2005 Tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Pemilhan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
selanjutnya disebut pemilihan adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat diwilayah provinsi, dan/atau kabupaten kota
berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesa Tahun 1945 untuk memilih kepala daerah
dan wakil kepala daerah
Kepala daerah dan wakil kepala daerah Gubernur dan Wakil
Gubernur untuk Provinsi, Bupati dan Wakil Bupati untuk
Kabupaten serta Walikota untuk kota
Sesuai dengan ketentuan yang termkasud dalam Pasal 58 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Pasal 38 Peraturan Pemerintahan
Nomor 5 Tentang Pemilihan Pengesahan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah warga Negara Republik
vi
Indonesia yang memenuhi syarat;
Bertaqwa kepada tuhan yang maha ESA
Setia kepada pancasila sebagai dasar neagara, UUD NRI Tahun
1945, cita-cita proklamasi 17 agustus 1945, dan kepada NKRI
serta pemerintah
Berpendidikan sekurang kurangnya Sekolah Lanjut Tingkat Atas
dan atau sederajat
Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun
Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
menyeluruh dari tim dokter
Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5
tahun atau lebih.
Tidak sedang cabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat didaerahnya.
Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk
diumumkan.
Tidak sedang dalam memiliki tanggungan hutang secara
perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi
tanggung jawab yang merugikan keuangan Negara.
Tidak sedang dinyatakan valid berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.
Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) atau yang belum
mempunyai NPWP, wajib mempunyai bukti pembayaran pajak.
Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara
lain riwayat pendidikan dan pekerjaaan, serta keluarga kandung
suami atau istri.
Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala
daerah selama dua kali masa jabatan yang sama dan
Tidak dalam status jabatan kepala daerah
vi
i
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta
pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga
dapat berasal dari calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah
orang. Undang- Undang ini menindak lanjuti keputusan mahkamah
konsitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta
Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Pesta akrab demokarasi indonesia yang digelar di tahun 2015
merupakan pilkada serentak pertama kali yang dilaksanakan
diindonesia pada tahun politik saat itu, calon kepala daerah maju lewat
partai politik dan tidak sedikit juga maju lewat perseorangan. Akan
tetapi pada daerah tertentu pemilihan kepala daerah hanya diikuti oleh
satu calon yang disebut sebagai calon tunggal fenomena calon tunggal
pilkada hanya diikuti satu calon, tak di sangka-sangka muncul dalam
pehelatan pilkada serentak tahun 2020.
Pelaksaan pilkada yang hanya diikuti satu calon tidak didukung
oleh peraturan yang memadai sehingga lahirlah putusan MK nomor
100/PUU-XIII/2015. Dimana putusan mahkamah konstitusi No.
100/PUU/XIII/2015 hanya mengatur ketentuan mekanisme pelbisit
yang meminta pemilih menentukan pilihan setuju atau tidak setuju
atas satu pasangan calon yang ditawarkan.
x
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
xi
DAFTAR PUSTAKA
xi
i
xi
ii