PPA POLRI
2. Latar Belakang
Tahun 1945 Pasal 1 Ayat 3 yang berbunyi ‘Negara Indonesia adalah Negara Hukum’.
Sehingga berdasarkan dasar diatas segala tindakan dan perbuatan baik itu oleh
masyarakat sipil maupun pejabat berwenang segalanya dilandasi oleh aturan hukum
yang berlaku di indonesia. Hal itu karena dalam konsep Negara Hukum tersebut,
unsur-unsur dan asas-asas negara hukum itu secara baru yaitu salah satunya sebagai
berikut Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan hak asasi manusia yang berakar
negara (sharing of power) merupakan satu hal yang tak terelakan, bahkan pembagian
kekuasaan itu tak dapat dipisahkan dengan esensi hidup bernegara atau tujuan
Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan bagian integral dari hakikat hidup
1
Jimly Asshidiqie.2007, Pokok-pokok Hukum Tata Negara, Jakarta, hlm.297. Lihat juga dalam B/ Arief
Sidharta. November 2004, Kajian Kefilsafatan Tentang Negara Hukum, dalam Jentera Jurnal Hukum Fule Of
Law, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHk), Jakarta, Edisi 3 Tahun II, hlm 124-125.
2
Ibid.hlm. 368.
2
Salah satunya perlindungan anak, serupa juga tidak bisa dipisahkan dari
“Konvensi Hak Anak” atau lebih lanjutnya disebut sebagai KHA, karena Konvensi
Hak Anak (KHA) merupakan bagian (integral) dari instrumen internasional di bidang
HAM.3
Bahkan tujuan akhir Konvensi Hak Anak (KHA) adalah untuk menegakkan
prinsip-prinsip pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang sama pada
perlindungan Hak Asasi Manusian (HAM) pada anak sebagai sebuah amanat yang
1945 sebagai Negara Hukum dalam menjalankan cita cita penegakan Hak Asasi
Manusia (HAM).
Maka pada tahun 2002 lahirlah Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2002
Anak sebagaimana telah diubah Undang-Undang (UU) Nomor 35 Tahun 2014, pada
oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) secara kelembagaan yang bersifat
independen. Namun disisin lain sifat independen Komisi Perlindungan Anak Indonesia
3
Laurensius Arliman S, 2018. Peran Komisi Perlindungan Anak Indonesia Untuk Mewujudkan
Perlindungan Anak, dalam Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17, No. 2, hlm. 193 - 214
4
Harla Sara Octarra, dkk, 2010. Manual Sosialisasi Konvensi Hak-Hak Anak, Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia dengan Yayasan Arti, hlm. 36-39.
5
Lihat https://www.kpai.go.id/profil, Pukul: 16.00 WIB, Kamis, 12 Agustus 2021.
3
(KAPOLRI).
Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Strukrur Kerja Unit Perlindungan
perlindungan anak. Sehingga tentu Unit (PPA) Pelayanan Perempuan dan Anak yang
Unit (PPA) Pelayanan Perempuan dan Anak merupakan salah satu institusi yang
bertanggung jawab atas tegaknya hukum, Unit (PPA) Pelayan Perempuan dan Anak
penanggulangan tindak pidana kekerasan terhadap anak, oleh sebab itu pemerintah
Berbeda dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang didasari oleh
Anak Indonesia.
Sehingga dari penjelasaan diatas dalam hal ini dengan contoh unit (PPA)
Pelayanan Perempuan dan Anak yang diinisiasi oleh kelembagaan Polisi Republik
dipertanyakan antara dua kelembagaan pendukung tersebut mana yang lebih efektif
6
Rudi Kurniawan* & Cut Dilla Hogandria. Optimalisasi Pelayanan Kepolisian Dalam Menangani
Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak, dalam jurnal Humanis, Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Nasional, ISSN: 2460-8476, hlm.33
4
Terlebih lagi dari segi fungsi berdasarkan Peraturan Kepala Polisi Republik
Indonesia (KAPOLRI) Nomor 10 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Strukrur Kerja
(KAPOLRI) pada Pasal 6 Ayat 3 yang berbunyi Lingkup tugas Unit (PPA) Pelayanan
Perempuan dan Anak meliputi tindak pidana terhandap perempuan dan anak, :
kekerasan (secara umum maupun dalam rumah tangga), susila (perkosaan, pelecehan,
cabul), vice (perjudian dan prostitusi), adopsi ilegal, pornografi dan pornoaksi, money
laundering, dari hasil kejahatan tersebut di atas, masalah perlindungan anak (sebagai
Hal tersebut jelas menunjukkan jika Unit (PPA) Pelayanan Perempuan dan Anak
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Hal tersebut semakin terlihat dari
ruang lingkup tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada Peraturan
hak anak;
dilihat dari ruang linngkup yang ada tentu memiliki kesamaan fungsi dan kewenangan.
negara atau alat-alat perlengkapan negara hanya terbatas pada organ negara yang
menjadi unsur organisasi negara yang bertindak untuk dan atas nama negara. Maka
untuk mengetahui apakah suatu lembaga bertindak untuk dan atas nama negara atau
sebaliknya, selanjutnya ditentukan oleh tugas dan wewenang yang terdapat dalam
Selain itu Jimly Asshiddiqie melihat dengan teori tentang norma sumber
legitimasi, yaitu: Apa bentuk norma hukum yang menjadi sumber atau yang
memberikan kewenangan kepada Lembaga Negara itu berkait dengan siapa yang
bersangkutan.8
kemudian saling bertumpang tindih dalam melaksanakan tugas dan fungsinya maka
tujuan pembentukan lembaga tidak akan optimal yang pada akhirnya bermuara pada
apapun di daerah harus merujuk pada seluruh regulasi yang terkait dengan
pembentukan lembaga, organ atau perangkat di daerah agar tidak terjadi proliferasi
kelembagaan10
Perempuan dan Anak (PPA) Polri. Hal ini didasari atas kegelisahan tentang
Anak antara Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dengan Unit PPA
Disisi lain juga dinilai sangat peting meninjau kembali lembaga negara yang
Pelayanan Perempunan dan Anak (PPA) Polri dengan Komisi Perlindungan Anak
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan
anak oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Unit (PPA)
5. Manfaat
Anak Polri.
6. Landasan Teori
a. Teori Kewenangan
Wewenang organ/badan dan atau pejabat pemerintah dibatasi oleh masa dan
11
Moh Gandara, Kewenangan Atribusi, Delegasi dan Mandat, dalam jurnal khazanah hukum, Vol. 2
No. 3: 92-99, 2020, hlm.95.
8
kewenangan untuk membuat keputusan yang dapat diperoleh dengan dua cara
yaitu dengan atribusi dan delegasi.12 Namun pada dasarnya wewenang yang
maupun mandat.13
b. Teori Fungsi
Fungsi tidak akan tercapai jika aktifitas yang dilakukan dalam kerangka tugas
tidak mengarah pada fungsi. Karena itu, perlu ada standar-standar operasional
intern.14
7. Landasan Konseptual
Menurut Paul Scholten, hukum tata negara itu tidak lain adalah het recht dat
organisasi negara dari organisasi non-negara, seperti gereja dan lain-lain. Scholten
sengaja membedakan antara hukum tata negara dalam arti sempit sebagai hukum
organisasi negara di satu pihak dengan hukum gereja dan hukum perkumpulan
perdata di pihak lain dengan kenyataan bahwa kedua jenis hukum yang terakhir itu
12
Made Nurmawati, I Nengah Suantra, Luh Gde Astaryani, 2017. Hukum Lembaga Negara, Fakultas
Hukum UNUD, Denpasar, hlm 40. Lihat Juga dalam Philipus M. Hadjon, 1993, Pengantar Hukum Administrasi
Indonesia ( Introduction to the Indonesian Administrative Law ), Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Selanjutnya disebut Philipus M. Hadjon 2, hlm. 128.
13
Ibid. hlm. 41. Lihat juga dalam atiek Sri Djatmiati, 2003, Prinsip Izin Usaha Industri Di Indonesia,
Universitas Airlangga, Surabaya. hlm.63.
14
Ibid. hlm. 41. Harjono, 2004. Kedudukan dan Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, dalam Firmansyah Arifin dkk, 2004; Hukum dan Kuasa Konstitusi: Catatan-catatan
untuk Pembahasan Rancangan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, Cetakan I, Konsorsium Reformasi
Hukum Nasional (KRHN), Jakarta. Selanjutnya disebut Firmansyah Arifin dkk. 2, hlm. 27 – 29.
9
tidak memancarkan otoritas yang berdiri sendiri, melainkan suatu otoritas yang
G. Jellinek mengemukakan dua jenis organ negara, yaitu organ negara yang
langsung (unmittebar organ) dan organ negara yang tidak langsung (mittebar
organ). Kriteria yang digunakan untuk membedakan dua jenis organ negara
tidak dapat dibatasi hanya kepada lembaga-lembaga negara dalam pengertian yang
lazim.5 Tetapi meliputi pula lembaga negara dalam arti yang luas, yaitu “lembaga
apa saja yang bukan termasuk katagori lembaga masyarakat (institutions of civil
c. Pengertian Kewenangan
15
Jimly Asshidiqie, 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid 1, Sekretariat Jendral dan
Kepanitraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 25-26. Lihat juga dalam Asser-Scholten, “Algemen Deel”,
cetakan kedua, 1934, hlm. 42 dalam J.H.A Logeman, Over de theorie van Eeen Stallig Staatsrecht (1948),
diterjemahkan menjadi Tentang Teori Suatu Hukum Tata Negara Positif; (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve,
1975), hlm. 88.
16
Made Nurmawati, I Nengah Suantara, Luh Gde Astaryani, 2017. Hukum Lembaga Negara, Fakultas
Hukum UNUD, Denpasar, hlm 4. Lihat juga dalam Padmo Wahyono, 2003; Ilmu Negara, Indo Hil. Co, Jakarta:
hlm. 222.
17
Ibid. hlm. 5. Lihat juga dalam Jimly AsshiddiqiE, 2005; Sengketa Kewenangan Antarlembaga
Negara, Cetakan Pertama, Konstitusi Press, Jakarta: hlm. 31.
10
F.A.M Stroink dan J.G. Steenbek menyebutnya sebagai konsep inti dalam
pemerintah yang dijalankan oleh organ/badan atau pejabat tata usaha negara juga
Wilayah (Kapolwil) serta kenaikan pangkat tertentu yang menjadi otoritas Mabes
wewenang terbatas20.
18
Ali Marwan HSB, Evlyn Martha Julianthi, 2018. Pelaksanaan Kewenangan Atribusi Pemerintahan
Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Dalam Jurnal
Legislasi Indonesia, Vol 15 No 2, hlm. 2. Lihar juga dalam Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta:
Rajawali Pers, 2006, hlm. 101
19
Indroharto, Author, 1993. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang peradilan Usaha Negara,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm 90.
20
Bagus Inda Kade Danendra, 2012, Kedudukan dan fungsi kepolisian dalam struktur organisasi
negara republik Indonesia, Jakarta hlm 44 lihat juga Litvack , Seddon dalam Sadu Wasistiono,Kapita Selekta
Managemen Pemerintahan Daerah,Fokusmedia, Cet. Ke-empat, Bandung, 2003, hlm. l7-18
11
Polda adalah merupakan transfer aktivitas atau kewenangan yang telah dipilih dan
Kedudukan Kepolisian tidak diatur secara jelas dan tegas dalam UUD 1945, lain
halnya dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkata Udara yang di atur
dengan secara tegas dalam pasal 10 UUD 1945, yakni “Presiden memegang
kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkata Laut, dan Angkata Udara”.
Akan tetapi ketentuan dalam pasal 30 ayat (5) UUD 1945 mensyaratkan adanya
manusia, yakni menciptakan rasa aman, tentram dan tertib dalam kehidupan sehari-
harinya. Secara teoritis bahwa kepolisian sebagai alat negara yang menjalankan
tugas dan wewenang penyelenggaraan kepolisian telah diatur dan bersumber padad
kostitusi, yakni di atur dalam pasal 30 ayat (4) UUD 1945, walaupun tindak
21
Ibid. hlm. 47 lihat juga Soewoto Mutyosudarmo,Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan
Konstitusi,Assosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa Timur dan In-Trans, Malang,2004, hlm. 7
22
Ibid.hlm. 49 Lihat juga Sadjijono,Fungsi Kepolisian Dalam Pelaksanaan Good Governance,
Laksbang, edisi-ke satu, Yogyakarta, 2005, hlm. 323-324
12
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yaitu sejak dari
janin dalam kandungan sampai anak berusia delapan belas tahun. Bertitik tolak
pada konsep perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensip, maka
anak, asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, serta asas
dibedakan dalam 2 (dua) bagian yaitu: a. Perlindungan anak yang bersifat yuridis,
yang meliputi: perlindungan dalam bidang hukum publik dan dalam bidang hukum
Negara sebagai organisasi tertinggi dan terkuat juga memiliki andil yang besar
jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak yang nantinya berdampak pada
23
Rini Fitriani, 2016. Peranan penyelenggaraan perlindungan anak dalam melindungi dan memenuhi
hak anak, Fakultas Hukum Universitas Samudra, Meurandeh, Langsa-Aceh. Dalam jurnal hukum samudra
keadilan, vol 11 no 2, hlm 253. Lihat juga dalam Ahmad Kamil dan Fauzan.Hukum Perlindungan dan
Pengangkatan Anak di Indonesia. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta 2008. hlm 5.
24
Ibid.
13
dilaksanakan oleh pemerintah merupakan bagian dari tujuan negara yaitu untuk
8. Metode Penelitian
Secara etimologis metode diartikan sebagai jalan atau cara melakukan atau
artinya “jalan menuju”. Bagi kepentingan ilmu pengetahuan, metode merupakan titik
1. Jenis Penelitian
2. Metode Pendekatan
and in selecting the data to bring to bear, is consists of standards governing the
inclusion of question and data”. merupakan cara pandang dalam arti lebih luas.
Artinya dalam menelaah suatu persoalan dapat dilakukan berdasarkan atau dengan
25
Ibid. hlm 254-255.
26
Bahder J Nasution, 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Mandar Maju, Bandung, hlm. 13.
27
Peter Mahmud Marzuki, 2005. Penelitian Hukum. Kencana Media Group, Jakarta, hlm.15
28
Bahder J Nasution, 2008. Op.Cit, hlm.126-127
14
konseptual timbul dari pandangan dan doktrin yang berkembang dalam ilmu
yang melahirkan pengertian hukum , konsep hukum, dan asas hukum yang relevan
dengan isu yang dihadapi, serta sebagai patokan dalam membangun suatu
3. Sumber Data
Jenis penelitia ini merupakan penelitian yuridis normatif, maka sumber data
yang digunakan berdasarkan pada data sekunder. Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu data hukum sekunder yang berdasaarkan pada
norma dasar Pancasila, peraturan dasar : Batang Tubuh UUD 1945, ketetapan
29
Peter Mahmud Marzuki,2008. Op.Cit, hlm.93.
30
Rico Riando, 2018. Implementasi Tugas dan Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi Sebagai
Independent Agencies Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, dalam Skripsi HTN
15
dan traktat.31 Dari penjelasan diatas, maka bahan hukum primer yang
85/PUU-XVII/2009.
lainya, jurnal-jurnal hukum, hasil karya ilmiah para sarjana hukum (seperti
dan lain-lainnya.33
31
J. Supranto, 2003. Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Rineka Cipta, Jakarta, hlm.3.
32
Sri Mamudji, et.al.2005. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Depok, hlm.11.
33
Chindra Pratama,2018. Analisis Yuridis Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia Terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sitem Ketatanegaraan Indonesia, Dalam
Skripsi HTN. Lihat juga dalam J.Supranto, 2003. Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Citra, Jakrta,
hlm.3.
16
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu
analisis data setelah data terkumpul, data diolah dengan analisis yakni melakukan
Analisis Data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, cara pengolahan
dan analisisnya naratif, adalah rangkaian kalimat yang bersifat narasi atau bersifat
9. Orisinilitas Penelitian
MASALAH
dalam terlantar ?
perlindungan 2. Bagaimana
auxiliary organs
pada penangan
kasus pelantaran
17
anak ?
eksploitasi tenaga
kerja dibawah
umur?
Ketatanegaraan dindonesia?
Perlindungan Anak Oleh Lembaga Negara Yang Berwenang Antara KPAI dan Unit
PPA Polri”. Pada penelitian yang telah dilakukan pada tabel nomor 1 (satu) yaitu
mengulas mengenai Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang dalam hal ini
memiliki objek penelitian yang sama hanya saja dalam penelitian tabel nomor 1 (satu)
hanya menitik beratkan optimalisasi peran KPAI sebagai state auxiliary organs dalam
Berbeda lagi pada penelitian yang telah dilakukan pada tabel nomor 2 (dua)
yaitu mengulas mengenai Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang dalam hal ini
tabel nomor 3 (tiga) perbedaan rumusan dan jenis penelitian yang dilakukan juga
berbeda.
Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan pada skripsi dengan judul
Berwenang Antara KPAI Dengan Unit PPA Polri” mengulas KPAI dengan Unit PPA
Buku
Bagus Inda Kade Danendra, Kedudukan dan fungsi kepolisian dalam struktur organisasi
negara republik Indonesia, Jakarta 2012.
19
Harla Sara Octarra, dkk, Manual Sosialisasi Hak Konvensi Hak- Hak, Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia dengan
Yayasan Arti, 2010.
Jimly Asshidiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid 1, Sekretariat Jendral dan
Kepanitraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006.
Made Nurmawati, I Nengah Suantra, Luh Gde Astaryani, Hukum Lembaga Negara, Fakultas
Hukum UNUD, Denpasar, 2017.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana Media Group, Jakarta, 2005.
Sri Mamudji, et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Depok, 2005.
Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
Jurnal
Ali Marwan HSB, Evlyn Martha Julianthi, Pelaksanaan Kewenangan Atribusi Pemerintahan
Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, Dalam Jurnal Legislasi Indonesia, Vol 15 No 2, 2018.
Rini Fitriani, Peranan penyelenggaraan perlindungan anak dalam melindungi dan memenuhi
hak anak, Fakultas Hukum Universitas Samudra, Meurandeh, Langsa-Aceh. Dalam
jurnal hukum samudra keadilan, vol 11 no 2, 2016.
Moh Gandara, Kewenangan Atribusi, Delegasi dan Mandat, dalam jurnal khazanah hukum,
Vol. 2 No. 3: 92-99, 2020.
Muhtadi, Lembaga Negara : makna, kedudukan dan relasi, dalam Fiat Justitia Jurnal Ilmu
Hukum, Vol 7 No. 3, Sept. – Des. 2013.
Rudi Kurniawan & Cut Dilla Hogandria. Optimalisasi Pelayanan Kepolisian Dalam
Menangani Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak, dalam jurnal
Humanis, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Nasional, ISSN: 2460-8476.