Oleh:
Nanda Himawansyah
NPM : B1A118010
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS HUKUM
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara hukum, penegasan dalam Pasal 1 Ayat (3) UUD
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1 Bahwa hukum itu
merupakan salah satu saja dari beberapa lembaga dalam masyarakat yang turut
proses pidana acap kali tidak sejalan dengan tujuan hukum itu sendiri, yakni
aturan hukum, terbangun asas yang utama agar tercipta suatu kejelasan
1
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm, 23.
2
Ibid, hlm. 19.
1
Berlainan halnya dengan ketentuan hukum. Setiap ketentuan hukum
psikis dan fisik dalam kehidupan, terutama kehidupan kelompok sosial yang
sosial, hal itu untuk mencapai tata tertib keadilan. 3 Di dalam perjalanan
sejarah isi keadilan itu ditentukan secara historis dan selalu berubah menurut
tempat dan waktu, maka tidak mudah menentukan isi keadilan, kalau
dikatakan bahwa hukum itu bertujuan mewujudkan keadilan itu berarti hukum
itu identik atau tumbuh dengan keadilan, sudah menjadi sifat pembawaan
hukum bahwa hukum itu menciptakan peraturan yang mengikat setiap orang
Salah satu bentuk kepastian dan keadilan hukum itu sendiri adalah
tujuan dari asas kepastian hukum yang mana menjamin agar para pencari
keadilan dapat menggunakan suatu hukum yang pasti dan konkret serta
2
hukum dari moral sehingga menghasilkan suatu sistem yang logis, tetap, dan
kepastian hukum itu sendiri agar tercapai nya tujuan hukum, Konsekuensi
logis daripada itu maka konsensus negara memberikan hak yang sama
dan kepastian hukum yang adil ini setidaknya masih tercermin dalam
5
Aditya Yuli Sulistyawan, “Pemahaman Terhadap Asas Kepastian Hukum Melalui
Kotruksi Penalaran Positivisme Hukum”, Jurnal Crepido, Vol. 01, No. 01, Juli 2019, hlm. 20-21.
6
Miftahul Huda, “Hak Atas Memperoleh Kepastian Hukum Dalam Prespektif Persaingan
Usaha Melalui Bukti Tidak Langsung”, Jurnal HAM, Vol. 11, No. 2, Agustus 2020, hlm. 256.
3
Ia dengan tepat mengamati bahwa sebenarnya tidak ada yang lebih tidak
tetap dan kontroversial daripada arti keadilan itu sendiri,7 Oleh karena itu agar
dalam pemeriksaan persidangan pengadilan, selain itu benda sitaan yang telah
dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara
benda yang disita oleh Negara untuk keperluan proses peradilan sementara
Tahun 2014 adalah benda sitaan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
hukum tetap harus dilakukan pengelolaan secara optimal agar nilai barang
(PNPB).
7
Suryaningsih, Pengantar Ilmu Hukum, Mulawarman University Press, Kalimantan
Timur, 2018, hlm. 258.
8
Arifki Zainefi, “Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Hasil
Rampasan Negara Dirumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara”, Gloria Yuris, Vol 5. No 1,
2016, hlm. 1
4
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Perubahan Atas
tempat benda yang disita oleh negara untuk keperluan proses peradilan.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata
Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara Pada
terhadap semua benda sitaan dan barang rampasan dengan tujuan untuk
menjaga dan memastikan kualitas dan mutu dari Basan dan Baran tersebut
tidak berkurang.
Negara) tersebut sangat ditentukan oleh adanya sumber daya manusia yang
memadai, baik dari segi kuantitas terlebih lagi kualitas 9. Adanya sarana dan
prasarana yang cukup sesuai dengan kebutuhan dasar Rupbasan, dan adanya
5
Menunjukkan bahwa keberadaan Rupbasan di Indonesia sangat minim, yang
unit yang status lahannya adalah milik sendiri. 10 Termasuk tidak ada satupun
Rupbasan yang memiliki gudang yang lengkap untuk menyimpan semua jenis
sehingga belum ada bangunan asli yang memenuhi standar. Kondisi gudang
yang kecil dan sangat terbatas. Kondisi gudang yang kecil dan sangat terbatas
dan Baran.11
Seperti hal lainnya, benda sitaan dan Barang rampasan juga diperlukan
pengelolaan yang baik, hal ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara
Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara. Pada alur
dan proses pengelolaan ini akan dipengaruhi faktor internal dan faktor
eksternal sehingga perlu strategi agar asas pengelolaan benda sitaan dan
10
Pantja Bambang Sudarwanto. Loc, Cit. Hlm. 48.
11
Kepala Rupbasan Kelas I Bengkulu, “Lokasi Rupbasan Sempit, Penggunaannya Tidak
Bisa Maksimal”, diunduh tanggal 14 Maret 2022 dari www.ditjenpas.go.id.
6
barang rampasan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 16 Tahun 2014
dari Pasal 44 Ayat 1 tersebut, namun kenyataannya, data awal lapangan yang
terlebih dahulu ke Rupbasan padahal tanggung jawab secara fisik atas benda
ketika ada Benda sitaan dan Barang rampasan yang disimpan didalam
ataupun diluar Rupbasan, hanya saja ketika ada Dalam Benda sitaan dan
7
Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil kegiatan wawancara
ini tidak menitipkan atau melaporkan barang yang telah disita yang
segera di eksekusi.
Selain itu Jangka waktu pengelolaan barang sendiri sudah diatur dalam
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata
Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara Dan Barang Rampasan Negara Pada
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara. Sehingga ketika ada barang yang
tidak diambil dengan jangka waktu yang telah ditetapkan maka Kepala
8
B. Identifikasi Masalah
16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan Dan Barang
Kelas 1 Bengkulu ?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a) Secara Teoritis
9
Bengkulu, sehingga dapat menjadi bagi masyarkat yang ingin
b) Secara Praktis
D. Kerangka Pemikiran
abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka dan acuan yang pada dasarnya
Oleh karena itu, penulis akan menggunakan beberapa teori yang akan
konsep negara hukum yang dicitakan adalah negara hukum demokratis yang
10
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut serta
abadi dan keadilan sosial. Disamping itu, Secara historis dan praktis, konsep
aturan hukum atau bukan adalah isi aturan itu, yaitu adakah aturan itu
memancarkan prinsip moral atu tidak, tidak peduli dibuat oleh penguasa atau
memihak yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta
wewenang oleh pihak yang berkuasa, selain itu Merujuk pada pendapat
13
Lukman Santoso, Negara Hukum dan Demokrasi: Pasang Surut Negara Hukum
Indonesia Pasca Reformasi, Nadi Offset, Yogyakarta, 2016, hlm, 10.
14
Yuhelson, Pengantar Ilmu Hukum, Ideas Publishing, Gorontalo, 2017, hlm, 52.
11
Indonesia harus sejalan dengan cita memelihara persatuan bangsa. 15 Yang
merupakan kekuasaan tertinggi didalam suatu Negara itu adalah hukum itu
sendiri, jadi menurut Krabbe hukum itu tidaklah timbul dari kehendak
Negara, dan dia memberikan kepada hukum suatu kepribadian tersendiri. Dan
hukum yang berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi
Benda sitaan Negara yang menjamin benda sitaan dan barang rampasan di
rawat dan dijaga agar berjalannya proses peradilan dan menjamin bahwa
benda sitaan dan barang rampasan tidak rusak dan menjaga nilai aslinya
15
Zulkarnain Ridiwan, “Negara Hukum Kebalikan NACHTWACHTERSTAAT “, Fiat
Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No. 2 Mei-Agustus 2012, hlm. 143.
16
Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 2013, hlm. 157.
17
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan, Kansius, Yogyakarta,
1998, hlm, 39.
12
2. Teori Kepastian Hukum
yang tidak dapat dipisahkan dari hukum terutama untuk noma hukum tertulis.
kehilangan makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi
semua orang”.18
terlibat dalam suatu perkara hukum. Masyarakat yang merasa pada posisi
benar dalam perkara hukum, tetapi mendapat perlakuan tidak adil, tidak
Suatu kehidupan manusia dan peradabannya menjadi hampa dan tanpa arti
serta jauh dari kemakmuran bilamana keadilan tidak bersinar lagi. Kehidupan
dan dinamika sosial akan terhindar dari kekacauan dan kebiadaban jika saja
13
merupakan tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari
bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain.
Dengan kata lain, sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk
pengertian hukum.20
tugas untuk itu harus menjamin “kepastian hukum” demi tegaknya ketertiban
berbuat sesuka hati serta bertindak main hakim sendiri. Keadaan seperti ini
tuntutan serta kebutuhan yang sangat praktis, yaitu adanya kaidah tertentu.
Dalam bahasa pengertian yang umum sekarang ini, adanya kaidah tersebut
adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum secara
hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena
pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar.
Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat
14
hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiolog,21 yang dikehendaki
rnaka tuntutan bagi adanya kepastian hukum itu pun terpenuhilah sudah:
Sebagai keadaan sederhana demikian itu ia tidak banyak berpikir atau lebih
tepat tidak berpikir lebih lanjut tentang apa yang menjadi isi sesuatu peraturan
untuk sementara bisa mundur terlebih dahulu, Keadaan yang demikian itu
adanya kepastian dalam hubungaimya dengan orang lain, dan dari situ, juga
dengan barang-barang dan lain macam sumber daya, Dalam peringkat yang
dan kepastian hukum yang adil ini setidaknya masih tercermin dalam
Negara hukum yang menjunjung tinggi hukum dan keadilan untuk mecapai
3. Teori Kemanfaatan
21
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum,
Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm, 59.
22
Satjipto Rahardjo, “Meningkatkan Kepastian Hukum Dalam Rangka Pelaksanaan
Keadilan Berdasarkan Pancasila”, Jurnal Hukum dan Pembangunan, Vol 18, No. 6, 1998, hlm.
532.
15
Kemanfaatan juga merupakan tujuan hukum yang penting untuk
baik adalah hukum yang membawa manfaat bagi manusia. Jadi, baik
sebagai hukum yang baik, hal ini disadari oleh Jeremy Bentham, penggagas
aliran ini, sebagai sesuatu yang mustahil. Untuk itu ia mengatakan, hukum
Prinsip utama dari teori ini adalah mengenai tujuan dan evaluasi hukum. 24
terbesar rakyat atau bagi seluruh rakyat, dan evaluasi hukum dilakukan
menjamin hal hal sebagai dasar manfaat dari keadilan dan penegakan hukum,
bentuk manfaat dari eksistensi Rupbasan itu sendiri agar menjamin dan
menunjang proses peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan dan
tercapainya perlindungan hak asasi tahanan atau pihak yang berpekara dalam
23
Shidarta, Moralitas Profesi Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm.86.
24
Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra, Hukum sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1993, hlm. 79-80.
16
tindak penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di siding pengadilan, dan
4. Konsep Pengawasan
atau instansi, karena tidak bisa terlepas dari masalah ketidak tertiban,
Knoontz dan Cyril O’Donnel, pengawasan adalah “ penilaian dan koreksi atas
berwenang.
25
Priyo Budiharto, Endang Larasati dan Sri Suwitri, “Analisis Kebijakan Pengawasan
Melekat Di Badan Pengawas Provinsi Jawa Tengah”, Dialouge Vol 4, No1, hlm 45-46
17
Dari pengertian pengawasan diatas, terdapat hubungan tang erat antara
mungkin dapat dilaksanakan, karena tidak ada pedoman atau petunjuk untuk
dijalankan oleh setiap pengawasan yang langung melekat pada setiap tugas
yang menjadi tanggung jawab seperti pejabat yang melekat, 26 dalam hal ini
mengenai pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan hasil dari tindak
sitaan dan barang rampasan harus memperhatikan isu perlindungan hak asasi
a. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan hasil karya penulis sendiri, baik
yang dikutip maupun yang di rujuk telah penulis nyatakan benar. Berdasarkan
hasil pencarian yang dilakukan di internet, karya ilmiah, jurnal, dan skripsi
18
Benda Sitaan Negara Dan Barang Rampasan Pada Rumah Penyimpanan
Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2014 ”. Oleh karena itu dapat penulis
nyatakan bahwa penelitian ini belum pernah dijadikan karya ilmiah. Adapun
sebagai berikut :
Tabel I
Keaslian Penelitian
Nama Perbedaan
No &Asal Judul Permasalahan
Perguruan Dengan Peneliti
Tinggi
1. Muhammad Pelaksanaan 1. Bagaimana 1. Bagaimana
Rafli Penyimpanan Ketentuan implementasi
Andri(Fakul Benda Sitaan Hukum Peraturan
tas Hukum Pada Rumah pelaksanaan Menteri Hukum
Universitas Penyimpanan penyimpanan Dan HAM
Muhammad Benda Sitaan barang sitaan Nomor 16
iyah Negara Kelas I pada Rumah Tahun 2014 di
Sumatera Medan) Penyimpanan Rupbasan Kelas
Utara) Benda Sitaan I Bengkulu
Negara Kelas I
Medan
19
2. Bagaimana 2. Bagaimana
pelaksanaan hambatan dan
penyimpanan kendala yang
barang sitaan timbul dalam
pada rumah pelaksanaan
penyimpanan penyimpanan
benda sitaan benda sitaan
Negara Kelas I dan barang
Medan rampasan di
Rupbasan Kelas
I Bengkulu
2 Aprilia S Implementasi 1.Bagaiaman 1. Mekanisme
Nasution Peraturan mekanisme pengelolaan
(Fakultas Pemerintah pengelolaan benda sitaan
Syariah Dan Nomor 27 barang sitaan dan dan barang
Hukum Tahun 1983 rampasan Negara rampasan di
Universitas Terhadap di Rupbasan Rupbasan Kelas
Islam Pelaksanaan Kelas 1 Jakarta 1 Bengkulu
Negeri Pengelolaan Selatan.
Syahrif Barang sitaan
Hidayatulla Negara Dan
h) Rampasan
Negara Di
RUPBASAN
Kelas 1 Jakarta
Selatan
20
Muhammad Pelaksanaan 1. Apakah 1.Bagaimana
3 Haidar Ali Pengelolaan Pelaksanaan implementasi
(Fakultas Benda Sitaan Pengelolaan Peraturan Menteri
Syariah dan Dirumah Benda Sitaan Hukum Dan
Hukum, Penyimpanan Negara di HAM Nomor 16
Universitas Benda Sitaan Rumah Tahun 2014 di
Sunan Negara Penyimpanan Rupbasan Kelas I
Kalijaga (RUPBASAN) Benda Sitaan Bengkulu
Yogyakarta) Yogyakarta Yogyakarta
Sudah Sesuai
Dengan
Peraturan
Perundang-
Undangan
2. Apakah 2. Bagaimana
Pelaksanaan hambatan dan
Pengelolaan kendala yang
Benda Sitaan timbul dalam
Negara di pelaksanaan
Rumah penyimpanan
Penyimpanan benda sitaan dan
Benda Sitaan barang rampasan
Yogyakarta di Rupbasan
Sudah Sesuai Kelas I Bengkulu
Dengan
Kemaslhatan
Hukum
21
b. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
penelitian yang pada awal meneliti data sekunder, selain itu penelitian
Bengkulu.
2) Pendekatan Penelitian
27
Muhaiman, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, NTB, 2020, hlm. 80.
22
dilihat hukum sebagai suatu sistem yang tertutup yang
secara logis;
sistematis.28
23
ketika menyelesaikan isu hukum yang dihadapi. Pandangan
1. Populasi
29
Ibid, hlm. 57.
24
Populasi adalah keseluruhan objek atau gejala yang diteliti, maka
2. Sampel
subyek didasarkan pada tujuan tertentu. Dari penelitian ini, maka yang
Kelas I Bengkulu
4) Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
25
b. Data sekunder
mana melangkah.
KUHAP.
Tahun 2014.
32
Ibid, hlm. 44.
26
2. Bahan hukum sekunder bahan hukum yang terdiri atas;
meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data
33
Muhaiman, op.cit, hlm 59-60.
27
penelitian kepustakaan, sedangkan data primer adalah fakta sosial
cara wawancara.
6) Pengolahan data
sebagai berikut:
28
untuk menyajikan data secara sempurna, memudahkan
7) Analisis data
(kualitas) dari data, dan bukan kuantitas. Kedua analisis data ini, dapat
35
Ibid, hlm. 46.
29
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
30
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum,
---------------------Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm, 59.
M. Abdi dkk, Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Bengkulu, Bengkulu, 2018.
R. Abdoel Jamali, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Depok, 2019.
JURNAL
Arifki Zainefi, “Pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Hasil
---------Rampasan Negara Dirumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara”, Gloria
----------Yuris, Vol 5. No 1, 2016.
31
Fence M. Wantu, “Antinomi Dalam Penegakan Hukum Oleh Hakim”, Jurnal
Berkala Mimbar Hukum, Vol. 19 No.3 Oktober 2007.
Rachmatika Lestari , Nila Trisna , Dara Quthni Effida, “Tanggung Jawab Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara Dalam Pengelolaan Benda Sitaan dan
Barang Rampasan Hasil Tindak Pidana”, Jurnal Ius Civil, Vol 4, No 2,
Oktober 2020.
Artikel
32
33