oleh:
SALSABILA
XII MIPA 8
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Hukum Pidana Pemilu.
Penulis Mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Ponimin selaku guru
pembimbing yang telah membantu selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga Penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Tapi saya sebagai penyusun sudah berusaha sebaik mungkin.
Sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi saya
maupun para pembaca sekalian.
Salsabila
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………...….....………………………………………i
DAFTAR ISI………………...……………………..…………………………………ii
BAB I: PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan………………...………………………………….……………….6
3.2 Saran……………………...……………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA……...…………………………………………….…………....7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konteks penegakan hukum Pemilu, terdapat fokus khusus pada hukum
pidana Pemilu. Tindak pidana Pemilu diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 dan diancam dengan sanksi pidana. Terdapat 77 jenis tindak pidana Pemilu yang
tersebar dalam setiap tahapan pelaksanaan Pemilu.
Proses peradilan dalam penegakan hukum pidana Pemilu dilakukan dengan cepat
dan efisien. Mulai dari penyidikan hingga pengadilan, prosesnya diatur secara tegas
dalam UU Pemilu.Pentingnya penegakan hukum pidana Pemilu adalah untuk
mewujudkan penyelenggaraan Pemilu yang berbasis pada asas-asas Pemilu, sehingga
akuntabilitas dan legitimasi Pemilu dapat terjamin. Hal ini juga menegaskan bahwa
hukum Pemilu memiliki karakteristik khusus dan spesifik yang perlu dijaga dan
ditegakkan dengan ketat demi menjaga integritas dan keadilan dalam proses
demokrasi di Indonesia.
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan permasalahan penelitian yang dijelaskan dalam
bentuk pertanyaan dengan intensi untuk dijawab melalui proses penelitian yang akan
dilakukan. Rumusan masalah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian, karena tanpa rumusan masalah suatu kegiatan penelitian akan
menjadi sia-sia. Petanyaan-pertanyaan yang di buat bertujuan agar pembaca
mengetahui hal apa saja yang di bahas di dalam artikel makalah ini. Maka dari itu
dirumuskan beberapa pertanyaan di antaranya:
1. Untuk mengetahui aturan apa saja yang berlaku dalam penegakan hukum pidana
Pemilu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam Pemilu terdapat beberapa aturan formil dalam hukum pidana Pemilu yang
bersifat lex spesialis. Pertama, pembentukan sentra penegakan hukum teradu
(gakumdu). Menurut Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2023, sentra penegakan hukum
terpadu adalah pusat aktivitas penegakan hukum tindak pidana Pemilu yang terdiri
dari Bawaslu baik pusat hingga Kab/Kota, Kepolisian baik pusat hingga Kab/Kota,
dan Kejaksaan baik dari pusat maupun Kab/Kota. Sentra Gakumdu berfungsi untuk
menyamakn pemahaman dan pola penanganan tindak pidan pemilu.
Ketiga, peradilan di lakukan dengan cepat. Penyidik paling lama dalam waktu 14
hari sejak di terimanya laporan dan dapat tanpa kehadiran tersangka melimpahkan
berkas penyidikan kepada penuntut umum. Jika berkas belum lengkap dalam jangka
waktu paling lama 3 hari, penuntut umum akan mengembalikan berkas kepada
penyidik disertai bagian mana yang perlu dilengkapi. Penyidik dalam jangka waktu
paling lama 3 hari sejak menerima pengembalian berkas dari penuntut umum harus
sudah menyampaikan kembali berkas perkara penuntut umum, penuntut umum dalam
jangka waktu paling lama 5 hari sejak menerima berkas lengkap dari penyidik dan
dapat tanpa kehadiran tersangka melimpahkan perkara ke pengadilan negeri.
3
putusan pengadilan negeri dibacakan. Pengadilan tinggi memeriksa dan memutus
perkara banding paling lama 7 hari sejak permohonan banding diterima.
Keempat, tidak dapat diajukan upaya hukum kasasi. Menurut Pasal 482 ayat 5 UU
Pemilu, putusan Pengadilan Tinggi merupakan putusan terakhir dan mengikat serta
tidak dapat dilakukan upaya hukum lain. Artinya, pengadilan tingkat banding
menjadi pengadilan tingkat terakhir yang keputusannya bersifat final dan mengikat,
sehingga tidak dapat diajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung.
Terkait dengan tindak pidana pemilu ini, Pasal 2 huruf b Perma 1 Tahun 2018
mengatur bahwa pengadilan negeri dan pengadilan tinggi berwenang memeriksa,
mengadili dan memutus tindak pidana pemilu yang timbul karena laporan dugaan
tindak pidana pemilu yang diteruskan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota dan/atau Panwaslu Kecamatan kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia paling lama 1 x 24 jam (satu kali dua puluh empat jam), sejak Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dan/atau Panwaslu Kecamatan
menyatakan bahwa perbuatan atau tindakan yang diduga merupakan tindak pidana
pemilu.
Dalam Pasal 476 Ayat (3), laporan dugaan tindak pidana Pemilu disampaikan
secara tertulis dan paling sedikit memuat nama dan alamat pelapor, pihak terlapor,
waktu dan tempat kejadian perkara, dan uraian kejadian. Lalu pengadilan negeri
dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana Pemilu
menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain
dalam UU 7 Tahun 2017.
4
Dalam hal ini sanksi yang diberikan apabila telah melanggar aturan yang sesuai
dengan UU Penyelenggara pemilu yang melanggar akan dikenakan sanksi Teguran
tertulis,Pemberhentian sementara, Pemberhentian tetap untuk penyelenggaran pemilu.
Berbeda halnya dengan pelanggaran administrasi, pelanggaran administrasi adalah
pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaran pemilu.
Pelanggaran administrasi ini biasanya berkaitan dengan para calon anggota legislatif
yang mengikuti Pemilu. Sanksi bagi pelanggar administratif adalah Perbaikan
administrasi terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan, Teguran tertulis, Tidak diikutkan pada tahapan
dalam penyelenggaraan pemilu, Sanksi administratif lainnya sesuai dengan ketentuan
dalam undang –undang ini.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tindak pidana pemilu merupakan perbuatan perbuatan yang diatur dalam Undang
Undang Nomor 7 tahun 2017 sebagai perbuatan yang diancam dengan sanksi pidana.
Hukum pidana pemilu dalam konteks sistem pemilu berfungsi untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemilu yang berbasis ada asas asas pemilu sehingga terwujud
akuntabilitas dan legitimasi pemilu
Terdapat beberapa aturan formil dalam hukum pidana pemilu yang sifatnya les
spesialis yaitu pembentukan sentra penegakan hukum terpadu,lalu aparat penegak
hukum harus spesifikasi khusus, peradilan dilakukan dengan cepat,dan tidak dapat
diajukan upaya hukum kasasi
3.2 Saran
Pengaturan terhadap efektivitas sistem peradilan pidana pemilu harus diperkuat
dengan paradigma penegakan hukum yang mengarah kepada aspek penegakan
kepastian hukum dan tertib hukum masyarakat.
6
DAFTAR PUSTAKA