Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUKUM PIDANA PEMILU

Makalah ini Diajukan sebagai Materi Pembelajaran dan untuk Mendapatkan


Nilai Pembelajaran Bahasa Indonesia Semester Genap Tahun Pelajaran 2023-
2024

oleh:

SALSABILA

XII MIPA 8

SMA SWASTA DHARMAWANGSA MEDAN


2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Hukum Pidana Pemilu.

Penulis merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang


berjudul “Hukum Pidana Pemilu” sebagai tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
semester ini. Makalah ini telah saya susun secara maksimal. Makalah ini dibuat untuk
mendapatkan nilai Bahasa Indonesia. Dalam membuat makalah ini bagian tersulit
adalah memastikan kebenaran dari opini yang ada. Tidak dapat disangkal bahwa
butuh usaha yang keras dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis Mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Ponimin selaku guru
pembimbing yang telah membantu selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga Penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Tapi saya sebagai penyusun sudah berusaha sebaik mungkin.
Sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian.

Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi saya
maupun para pembaca sekalian.

Medan, 20 Januari 202

Salsabila

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………...….....………………………………………i

DAFTAR ISI………………...……………………..…………………………………ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………….………………1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….………….2

1.3 Tujuan Penulisan Makalah………………………………………….…………2

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Aturan-aturan dalam hukum pidana Pemilu……..……..….……….………….3

2.2 Penanganan pelanggaran hukum pidana pemilu……………….….…………..4

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………...………………………………….……………….6

3.2 Saran……………………...……………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA……...…………………………………………….…………....7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu pilar utama dalam sistem
demokrasi suatu negara. Dalam konteks Indonesia, Pemilu menjadi landasan bagi
warga negara untuk memilih wakil-wakil mereka dalam cabang legislatif dan/atau
eksekutif pemerintahan. Sebagai sebuah negara yang menjunjung tinggi prinsip
demokrasi, Indonesia secara ontologis memandang Pemilu sebagai konsekuensi logis
dari paham demokrasi yang dianut.

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun


1945, disebutkan bahwa Pemilu di Indonesia diselenggarakan setiap lima tahun sekali.
Hal ini menjadi landasan formal bagi penyelenggaraan Pemilu di Indonesia.Selain itu,
Pemilu juga diatur oleh serangkaian hukum yang mencakup prosedur dan tatanan
normatif yang disebut sebagai hukum Pemilu. Hukum Pemilu ini meliputi segala
aspek, mulai dari pra Pemilu, proses Pemilu, hingga pasca Pemilu.

Dalam konteks penegakan hukum Pemilu, terdapat fokus khusus pada hukum
pidana Pemilu. Tindak pidana Pemilu diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 dan diancam dengan sanksi pidana. Terdapat 77 jenis tindak pidana Pemilu yang
tersebar dalam setiap tahapan pelaksanaan Pemilu.

Penegakan hukum pidana Pemilu dilakukan melalui mekanisme yang terstruktur,


seperti pembentukan sentra penegakan hukum terpadu (gakumdu) yang melibatkan
Bawaslu, Kepolisian, dan Kejaksaan. Aparat penegak hukum yang terlibat dalam
penegakan hukum pidana Pemilu memiliki spesifikasi khusus dan kapasitas yang
telah terlatih secara khusus terkait hukum pidana Pemilu.

Proses peradilan dalam penegakan hukum pidana Pemilu dilakukan dengan cepat
dan efisien. Mulai dari penyidikan hingga pengadilan, prosesnya diatur secara tegas
dalam UU Pemilu.Pentingnya penegakan hukum pidana Pemilu adalah untuk
mewujudkan penyelenggaraan Pemilu yang berbasis pada asas-asas Pemilu, sehingga
akuntabilitas dan legitimasi Pemilu dapat terjamin. Hal ini juga menegaskan bahwa
hukum Pemilu memiliki karakteristik khusus dan spesifik yang perlu dijaga dan
ditegakkan dengan ketat demi menjaga integritas dan keadilan dalam proses
demokrasi di Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan permasalahan penelitian yang dijelaskan dalam
bentuk pertanyaan dengan intensi untuk dijawab melalui proses penelitian yang akan
dilakukan. Rumusan masalah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian, karena tanpa rumusan masalah suatu kegiatan penelitian akan
menjadi sia-sia. Petanyaan-pertanyaan yang di buat bertujuan agar pembaca
mengetahui hal apa saja yang di bahas di dalam artikel makalah ini. Maka dari itu
dirumuskan beberapa pertanyaan di antaranya:

1. Apa saja aturan-aturan formil dalam hukum pidana pemilu?

2. Apa saja hal-hal yang harus dilakukan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran


hukum pidana dalam Pemilu?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya
suatu hasil atau bagaimana sesuatu akan diperoleh setelah penelitian selesai
dilakukan. Tujuan penulisan makalah sangat penting untuk menjawab rumusan
masalah, dan memaparkan penjelasan tentang hukum pidana Pemilu. Tujuan lainnya
dirumuskan dalam beberapa poin berikut:

1. Untuk mengetahui aturan apa saja yang berlaku dalam penegakan hukum pidana
Pemilu.

2. Menganalisis cara menangani para pelaku pelanggaran hukum pidana Pemilu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aturan-Aturan Dalam Hukum Pidana Pemilu

Di dalam Pemilu terdapat beberapa aturan formil dalam hukum pidana Pemilu yang
bersifat lex spesialis. Pertama, pembentukan sentra penegakan hukum teradu
(gakumdu). Menurut Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2023, sentra penegakan hukum
terpadu adalah pusat aktivitas penegakan hukum tindak pidana Pemilu yang terdiri
dari Bawaslu baik pusat hingga Kab/Kota, Kepolisian baik pusat hingga Kab/Kota,
dan Kejaksaan baik dari pusat maupun Kab/Kota. Sentra Gakumdu berfungsi untuk
menyamakn pemahaman dan pola penanganan tindak pidan pemilu.

Kedua,aparat penegak hukum spesifikasi khusus. Aparat penegak hukum baik


penyidik, jaksa, dan hakim yang menjalankan tugas pro Justitia hukum pidana Pemilu
merupakan aparatur khusus yang memiliki pengetahuan dan telah mendapatkan
penddikan dan pelatihan khusus terkait hukum pidana Pemilu sehingga memiliki
kapasitas untuk menangani proses penegakan hukum pidana Pemilu yang memiliki
karakteristik khusus baik secara hukum materil maupun hukum formil.

Ketiga, peradilan di lakukan dengan cepat. Penyidik paling lama dalam waktu 14
hari sejak di terimanya laporan dan dapat tanpa kehadiran tersangka melimpahkan
berkas penyidikan kepada penuntut umum. Jika berkas belum lengkap dalam jangka
waktu paling lama 3 hari, penuntut umum akan mengembalikan berkas kepada
penyidik disertai bagian mana yang perlu dilengkapi. Penyidik dalam jangka waktu
paling lama 3 hari sejak menerima pengembalian berkas dari penuntut umum harus
sudah menyampaikan kembali berkas perkara penuntut umum, penuntut umum dalam
jangka waktu paling lama 5 hari sejak menerima berkas lengkap dari penyidik dan
dapat tanpa kehadiran tersangka melimpahkan perkara ke pengadilan negeri.

Kemudian, pengadilan dalam jangka waktu 7 hari sejak menerima limpahan


perkara dari penuntut umum harus memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindak pidana Pemilu dan dapat dilakukan tanpa kehadiran terdakwa. Dalam hal ini di
ajukan upaya hukum banding,permohonan banding di ajukan paling lama 3 hari sejak

3
putusan pengadilan negeri dibacakan. Pengadilan tinggi memeriksa dan memutus
perkara banding paling lama 7 hari sejak permohonan banding diterima.

Keempat, tidak dapat diajukan upaya hukum kasasi. Menurut Pasal 482 ayat 5 UU
Pemilu, putusan Pengadilan Tinggi merupakan putusan terakhir dan mengikat serta
tidak dapat dilakukan upaya hukum lain. Artinya, pengadilan tingkat banding
menjadi pengadilan tingkat terakhir yang keputusannya bersifat final dan mengikat,
sehingga tidak dapat diajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung.

2.2 Penanganan Pelanggaran Terhadap Hukum Pidana Pemilu

Dalam konteks Sentra Gakumdu untuk mencegah pelanggaran terhadap hukum


pidana Pemilu Bawaslu, Kepolisian Dan Kejaksaan bekerja sama dalam penaganan
tindak pidana Pemilu dari tahap kajian pelanggaran Pemilu, penyidikan, penuntutan,
hingga eksekusi putusan. Oleh sebab itu, dalam pengakan hukum pidana Pemilu,
memiliki beberapa penyimpangan dari pola penegakan hukum pidana pada umumnya.
Misalnya bahwa seseorang tidak bisa langsung melaporkan dugaan pidana Pemilu
pada Kepolisian, tetapi laporan dugaan pidana Pemilu di laporkan kepada petugas
pengawas Pemilu, kemudian penerusan laporan dugaan pidana pemilu akan dilakukan
oleh pengawas pemilu ke kepolisian berdasarkan hasil kajian bersama Sentra
Gakumdu.

Terkait dengan tindak pidana pemilu ini, Pasal 2 huruf b Perma 1 Tahun 2018
mengatur bahwa pengadilan negeri dan pengadilan tinggi berwenang memeriksa,
mengadili dan memutus tindak pidana pemilu yang timbul karena laporan dugaan
tindak pidana pemilu yang diteruskan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota dan/atau Panwaslu Kecamatan kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia paling lama 1 x 24 jam (satu kali dua puluh empat jam), sejak Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dan/atau Panwaslu Kecamatan
menyatakan bahwa perbuatan atau tindakan yang diduga merupakan tindak pidana
pemilu.
Dalam Pasal 476 Ayat (3), laporan dugaan tindak pidana Pemilu disampaikan
secara tertulis dan paling sedikit memuat nama dan alamat pelapor, pihak terlapor,
waktu dan tempat kejadian perkara, dan uraian kejadian. Lalu pengadilan negeri
dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana Pemilu
menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain
dalam UU 7 Tahun 2017.

4
Dalam hal ini sanksi yang diberikan apabila telah melanggar aturan yang sesuai
dengan UU Penyelenggara pemilu yang melanggar akan dikenakan sanksi Teguran
tertulis,Pemberhentian sementara, Pemberhentian tetap untuk penyelenggaran pemilu.
Berbeda halnya dengan pelanggaran administrasi, pelanggaran administrasi adalah
pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaran pemilu.
Pelanggaran administrasi ini biasanya berkaitan dengan para calon anggota legislatif
yang mengikuti Pemilu. Sanksi bagi pelanggar administratif adalah Perbaikan
administrasi terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan, Teguran tertulis, Tidak diikutkan pada tahapan
dalam penyelenggaraan pemilu, Sanksi administratif lainnya sesuai dengan ketentuan
dalam undang –undang ini.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tindak pidana pemilu merupakan perbuatan perbuatan yang diatur dalam Undang
Undang Nomor 7 tahun 2017 sebagai perbuatan yang diancam dengan sanksi pidana.

Hukum pidana pemilu dalam konteks sistem pemilu berfungsi untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemilu yang berbasis ada asas asas pemilu sehingga terwujud
akuntabilitas dan legitimasi pemilu

Terdapat beberapa aturan formil dalam hukum pidana pemilu yang sifatnya les
spesialis yaitu pembentukan sentra penegakan hukum terpadu,lalu aparat penegak
hukum harus spesifikasi khusus, peradilan dilakukan dengan cepat,dan tidak dapat
diajukan upaya hukum kasasi

3.2 Saran
Pengaturan terhadap efektivitas sistem peradilan pidana pemilu harus diperkuat
dengan paradigma penegakan hukum yang mengarah kepada aspek penegakan
kepastian hukum dan tertib hukum masyarakat.

6
DAFTAR PUSTAKA

Alvat, Pradikta Andi.2024.Hukum Pidana Pemilu. Analisa. (09 Januari 2024)

Anda mungkin juga menyukai