Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS TERHADAP SANKSI TINDAK PIDANA PEMILU DALAM PERSPEKTIF

TEORI JEREMY BENTHAN

Oleh :

Sonya Rahmawati¹, Ghilang Muhammad Pratama², Suci Nur Maulidah³

¹Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (05020320061@student.uinsby.ac.id)

²Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (05040320082@student.uinsby.ac.id)

³Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (05040320094@student.uinsby.ac.id)

A. Pendahuluan
Sebagai negara demokrasi yang mendasarkan pemerintahan oleh rakyat, untuk rakyat,
dan bertindak sesuai dengan kehendak rakyat, maka pemilu merupakan salah satu ciri dan unsur
dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia. Menurut Powell Jr (seorang politikus dan mantan
anggota Kongres Amerika Serikat) pemilu bukanlah satu-satunya instrumen demokrasi, namun
pemilu merupakan instrumen demokrasi yang utama, yang mana dengan adanya sistem pemilu
maka akan melahirkan negara yang memiliki sistem demokrasi yang akan membentuk suatu
sistem yang memaksa atau mendorong pembuat undang-undang agar memperhatikan aspirasi
rakyatnya.
Adanya konsep pemikiran ini telah disadari oleh Indonesia sebagai suatu negara yang
menerapkan prinsip demokrasi. Dalam pelaksanaannya, pemilu di Indonesia memiliki sejarah
panjang. Setelah Indonesia merdeka, pemilu pertama baru diselenggarakan sepuluh tahun
kemudian, yakni pada tahun 1955. Pemilu pertama ini dilaksanakan dalam dua tahap, yakni
tahap pertama untuk memilih anggota DPR, sedangkan tahap kedua untuk memilih anggota
Dewan Konstituante yang akan menyusun undang-undang baru. Setelah terselenggaranya pemilu
pertama tersebut, barulah kemudian secara bertahap Indonesia mulai rutin menyelenggarakan
pemilu. Mulai dari pemilu pada masa Orde Baru yang terselenggara secara berturut-turut pada
tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kemudian dilanjut dengan pemilu yang
diselenggarakan pada tahun 1999 setelah masa Orde Baru runtuh. Sampai dengan pemilu yang
baru diselenggarakan pada tahun 2019 lalu.
Sebagai bentuk penerapan nilai-nilai demokrasi, tujuan diadakannya pemilu yakni
sebagai implementasi kedaulatan rakyat, sebagai sarana membentuk perwakilan politik, sebagai
sarana penggantian pemimpin secara konstitusional, sebagai sarana pemimpin politik
mendapatkan legitimasi, serta sebagai sarana partisipasi politik masyarakat. Dari adanya tujuan
tersebut dapat diketahui bahwa pemilu merupakan suatu hal yang sangat penting dimana hasil
dari terselenggaranya pemilu akan menentukan pemimpin dan pembuat undang-undang dalam
beberapa waktu kedepan di suatu negara, selain itu hasil dari pemilu juga akan menentukan
mengenai peran partisipasi dan aspirasi masyarakat disuatu negara. Scbagai salah satu hal yang
sangat krusial serta menjadi salah satu penentu suatu sitem demokrasi berjalan baik atau tidaknya
di suatu negara, dalam penyelenggarannya masih banyak ditemui beberapa kendala, diantaranya
yakni terjadinya pelanggaran administrasi, kode etik, bahkan hingga pelanggaran tindak pidana.
Di Indonesia, terlepas dari kesuksesan diselenggarakannya pemilu pada tiap masanya,
salah satu persoalan yang masih sering muncul yakni terjadinya tindak pidana pemilu. Walaupun
dalam ketentuannya, baik tindak pidana pemilu, sanksi, maupun mekanisme penanganannya
telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan di tiap masa penyelenggarannya.
Namun adanya tindak pidana pemilu belum bisa teratasi secara maksimal. Antara lain, tindak
pidana pada pemilu seperti: 1. pasal 515 uu pemilu yang mana berbunyi …….. 2. pasal 510 uu
pemilu yang mana berbunyi…..
Pada pemilu tahun 2019 yang lalu terdapat 548 temuan dan laporan tindak pidana pemilu
yang sampai di tahap pemeriksaan pengadilan. Dari 548 temuan da laporan tersebut ada 380
yang telah mendapat putusan inkracht, 483 orang menjadi terdakwa, serta 437 orang dinyatakan
bersalah, sementara 40 orang lainnya divonis bebas oleh pengadilan. Hal ini disampaikan secara
langsung oleh Ratna Dwi Pettalolo selaku Koordinator Nasional Divisi Penindakan Bawaslu saat
menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Sentra Penegakkan Hukum Terpadu dalam rangka
evaluasi penanganan tindak pidana pemilu tahun 2019 yang se-Jawa Barat di Bandung.
Sedangkan pada pemilu sebelumnya, yakni pemilu pada tahun 2014 sesuai dengan data
yang tertera pada laporan pengawasan pileg Bawaslu RI tahun 2014 dinyatakan bahwa pada
tahapan kampanye saja telah diterima adanya 70 temuan pelanggaran pidana dan 35 laporan
diterima, dengan hasil akhir 29 yang mendapat putusan dari pengadilan negeri."
Berdasarkan hal-hal tersebut maka artikel ini akan membahas dan menganalisis mengenai
keefektivitasan dari adanya sanksi pidana bagi pelanggaran tindak pidana pemilu yang terjadi di
Indonesia. Yang mana penelitian kali ini akan menggunakan metode penelitian empiris yakni
penelitian yang berfokus pada keselarasan antara kenyataan yang terjadi di masyarakat dengan
hukum yang telah ada.
B. Identifikasi Masalah
1. Pemilu merupakan suatu kegiatan yang diadakan oleh pemerintah dalam hal melakukan
pemilhan pemimpin negara
2. UU No 7 Tahun 2017 tentang pemilu
3. Demokrasi merupakan implementasi kedaulatan rakyat yang memberikan sarana untuk
aspirasi masyarakat dalam hak-haknya
4. Sanksi pidana ditujukan kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap aturan
serta norma pada hukum pidana
5. Sanksi pidana dan perbuatan pelaku tindak pidana yang ditinjau dalam pemikiran Jeremy
Bethan
C. Batasan Masalah
1. Pertimbangan hukum terhadap sanksi tindak pidana pemilu yang tercantum pada
Undang-Undang Pemilu No.7 tahun 2017
2. Pertimbangan terhadap sistem mekanisme penanganan terhadap pelaku tindak pidana
pemilu dalam prespektif Jeremy Bathan
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk pertimbangan hukum terhadap sanksi tindak pidana pemilu pada UU
No.7 tahun 2017
2. Bagaimana bentuk sanksi pidana pelaku tindak pidana pemilu dalam prespektif Jeremy
Bathan

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisa dan menjelaskan tentang sansksi terhadap pelaku tindak pidana
pemilu
2. Untuk mengkaji dan menjelaskan terhadap sanksi tindak pidana pemilu menurut Jeremy
Bathan
3. Untuk menjelaskan dan nengetahui beberapa bentuk sanksi pidana terhadap pelaku tindak
pidana pemilu.

F. Manfaat

G. Kajian Terdahulu
Pada kajian terdahulu kami menggambil dari judul skripsi Penerapan Sanksi Pidana Pasal
521 Jo Pasal 280 (1) Huruf C Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum.
Dalam skripsi tersebut membahas hasil Penerapan Sanksi Pidana Pasal 521 juncto Pasal 280 ayat
(1) Huruf C Undang-Undang nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Hakim memutus
terdakwa bersalah telah melakukan tindak pidana pelanggaran pemilihan umum yang diatur
dalam pasal 521 juncto pasal 280 ayat (1) huruf c dengan menjatuhkan pidana penjara 1 (satu)
tahun dan 6 (enam) bulan yang mana sanksi pidana ini lebih ringan apabila dibandingkan dengan
tuntutan jaksa penuntut umum dan sanksi maksimal yang terdapat dalam pasal 521 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum.
H. Definisi Operasional
Sesuai dengan kajian terdahulu yang membahas mengenai penerapan sanksi pidana
dalam pasal 521 juncto pasal 280 ayat (1) Huruf C Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang pemilihan umum. Penulis memiliki tujuan untuk menganalisis terhadap sanksi yang di
berikan kepada pelaku tindak pidana pemilihan umum. Apakah sanksi yang telah di tetapkan itu
dapat memberi efek jera,atau malah dalam sanksi itu tidak memberi efek jerah bahkan manfaat
kepada pelaku dan juga masyarakat. Untuk analalisinya sendiri penulis akan menggunakan teori
jeremy bentham pada penology.
I. Metode Penelitian
Dalam metodologi penelitian penulis menggunakan yuridis normatif. Yang mana
mengacu kepada kaidah, norma atau dalil yang terpercaya setelah itu akan kami kaitkan dengan
pembahasan kami. Untuk kaidah, norma atau dalil yang kami gunakan dalam penelitian
menggunakan hukum primer seperti Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan
umum,dan kami juga menggunakan hukum sekunder berdasarkan hasil penelitian karya ilmiah
dan buku. Sedangkan untuk teknik pengumpulan datanya kami menggunakan studi putusan yang
mana dalam hal ini seperti putusan pengadilan negeri Kotobaru Nomor: 173/Pid.Sus/2018/PN.
Untuk teknik analisa data kita menggunakan kualitatif dan model analisis yang kami gunakan
deduktif.
J. Sistematika Pembahasan
BAB I :Sebagai negara demokrasi yang mendasarkan pemerintahan oleh rakyat, untuk rakyat,
dan bertindak sesuai dengan kehendak rakyat, maka pemilu merupakan salah satu ciri dan unsur
dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia. Adanya konsep pemikiran ini telah disadari oleh
Indonesia sebagai suatu negara yang menerapkan prinsip demokrasi. Dalam pelaksanaannya,
pemilu di Indonesia memiliki sejarah panjang. Setelah Indonesia merdeka, pemilu pertama baru
diselenggarakan sepuluh tahun kemudian, yakni pada tahun 1955. Terlepas dari kesuksesan
diselenggarakannya pemilu pada tiap masanya, salah satu persoalan yang masih sering muncul
yakni terjadinya tindak pidana pemilu. Walaupun dalam ketentuannya, baik tindak pidana
pemilu, sanksi, maupun mekanisme penanganannya telah diatur dalam beberapa peraturan
perundang-undangan di tiap masa penyelenggarannya. Pada pemilu tahun 2019 yang lalu
terdapat 548 temuan dan laporan tindak pidana pemilu yang sampai di tahap pemeriksaan
pengadilan. Dari 548 temuan da laporan tersebut ada 380 yang telah mendapat putusan inkracht,
483 orang menjadi terdakwa, serta 437 orang dinyatakan bersalah, sementara 40 orang lainnya
divonis bebas oleh pengadilan.
BAB II :
BAB III :
BAB IV :
BAB V:
K. Daftar Pustaka

NB : NISOR IKI ENGKO HAPUSEN WES SESUAINO AMBEK DRAFT


SENG TAK GAE OKE A
E. Sistematika Pembahasan
Bab kedua berisi teori
Bab ketiga berisi hasil
Bab keempat berisi analisis
Bab kelima pemutup dan kesimpulan

L. Daftar pustaka
Menggunakn zotero atau mendeley

Anda mungkin juga menyukai