Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RUTIN PENGANTAR HUKUM INDONESIA

Disusun Oleh :
Nama : Doni Joremenda
Nim : 3202111029
Kelas : Reguler C

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
CEK PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN YANG DIPAKAI PADA
LEMBAGA PENEGAK HUKUM DAN PERADILAN INI APAKAH MASI
AKTIF ATAU TIDAK. JIKA TIDAK BERLAKU LAGI,URAIKAN UNDANG –
UNDANG YANG BERLAKU
1. Kepolisian
Perundang – undangan yang mengatur Kepolisian yaitu UU 2 tahun 2002 tentang
Polri Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) mengatur tentang
a. Perincian kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu melakukan
penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum
acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
b. Pembinaan profesi dan kode etik profesi agar tindakan pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia dapat dipertanggungjawabkan, baik secara hukum, moral,
maupun secara teknik profesi dan terutama hak asasi manusia;
c. Kemudian mengenai lembaga kepolisian nasional yang tugasnya memberikan saran
kepada Presiden tentang arah kebijakan kepolisian dan pertimbangan dalam
pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sesuai amanat Ketetapan MPR RI No.
VII/MPR/2000, selain terkandung pula fungsi pengawasan fungsional terhadap
kinerja Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga kemandirian dan
profesionalisme Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat terjamin.

2. Kejaksaan
Peraturan perundang – undangan yang mengatur kejaksaan adalah Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia menyempurnakan UU 5
tahun 1991 tentang Kejaksaan RI dalam hal:
a. Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di
bidang penuntutan ditegaskan kekuasaan negara tersebut dilaksanakan secara
merdeka. Oleh karena itu, kejaksaan dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan
wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lainnya.
Selanjutnya ditentukan Jaksa Agung bertanggung jawab atas penuntutan yang
dilaksanakan secara independen demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani.
Dengan demikian Jaksa Agung selaku pimpinan kejaksaan dapat sepenuhnya
merumuskan dan mengendalikan arah dan kebijakan penanganan perkara untuk
keberhasilan penuntutan.
b. Pembentukan jaksa yang profesional harus ditempuh berbagai jenjang pendidikan
dan pengalaman dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenang. Sesuai dengan
profesionalisme dan fungsi kejaksaan, ditentukan bahwa jaksa merupakan jabatan
fungsional. Dengan demikian, usia pensiun jaksa yang semula 58 (lima puluh
delapan) tahun ditetapkan menjadi 62 (enam puluh dua) tahun.

3. Advokat/ Pengacara
Peraturan perundang – undangan yang mengatur Advokat/pengacara adalah Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2003.
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun
di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan tentang Advokat.
Advokat memberikan Jasa Hukum yaitu jasa yang diberikan Advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
klien. Klien menurut UU Advokat adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang
menerima jasa hukum dari Advokat.

4. Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK)


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2019 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi muncul karena kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi
dirasakan kurang efektif, lemahnya koordinasi antar lini penegak hukum, terjadinya
pelanggaran kode etik oleh pimpinan dan staf Komisi Pemberantasan Korupsi, serta
adanya masalah dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, yakni adanya pelaksanaan
tugas dan kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi yang berbeda dengan
ketentuan hukum acara pidana, kelemahan koordinasi dengan sesama aparat penegak
hukum, problem Penyadapan, pengelolaan penyidik dan penyelidik yang kurang
terkoordinasi, terjadi tumpang tindih kewenangan dengan berbagai instansi penegak
hukum, serta kelemahan belum adanya lembaga pengawas yang mampu mengawasi
pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi sehingga
memungkinkan terdapat cela dan kurang akuntabelnya pelaksanaan tugas dan
kewenangan pemberantasan tindak pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi.
Perubahan beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30
tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, diharapkan dapat:
a. Mendudukkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai satu kesatuan aparatur
lembaga pemerintahan yang bersama-sama dengan kepolisian dan/atau kejaksaan
melakukan upaya terpadu dan terstruktur dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi.
b. Menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat dan memperlakukan institusi
yang telah ada sebagai "counterpartner" yang kondusif sehingga pencegahan dan
pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan lebih efektif, efisien, terkoordinasi,
dan sesuai dengan ketentuan umum yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan;
c. Mengurangi ketimpangan hubungan antar kelembagaan penegakan hukum dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, dengan tidak memonopoli
dan menyelisihi tugas dan wewenang penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan;
dan
d. Melakukan kerjasama, supervisi dan memantau institusi yang telah ada dalam
upaya bersama melakukan pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
6. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Pertimbangan UU 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak adalah:
a. Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap warga
negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi
manusia;
b. Bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
c. Bahwa anak sebagai tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan sifat khusus sehingga wajib
dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi yang mengakibatkan
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia;
d. Bahwa dalam rangka meningkatkan perlindungan terhadap anak perlu dilakukan
penyesuaian terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

7. Ombusdman Republik Indonesia ( ORI)


Undang-undang republik indonesia nomor 37 tahun 2008 tentang ombudsman
republik indonesia.
Dalam Undang-Undang ini, ditegaskan bahwa yang dimaksud Ombudsman
Republik Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara
dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
8. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM)
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 yang juga menetapkan keberadaan,
tujuan, fungsi, keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas dan wewenang Komnas
HAM.
UU No. 26 Tahun 2000 tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan
Undang-undang No. 26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Komnas HAM
adalah lembaga yang berwenang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang
berat. Dalam melakukan penyelidikan ini Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc
yang terdiri atas Komisi Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai