Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER

HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

Nama : Yusuf .A. Fina

NIM : 1802010490

Kelas :L

Dosen Wali : Yorhan Y. Nome, SH., M.Hum

Soal

1. Apa perbedaan Credential dan Full Power, jelaskan urgensi full power dalam praktek
pelaksaan Perjanjian Internasional.
2. Apa makna dan konsekuensi hukum dari persetujuan negara untuk terikat pada suatu
Perjanjian Internasional? Jelaskan
3. Apa makna Persyaratan/ Reservasi bagi negara peserta dalam suatu Perjanjian
Internasional dan bagaiman akibat hukumnya?
4. Jelaskan unsur-unsur formal sebuah naskah Perjanjian Internasional.
5. Bagaimana implementasi Perjanjian Internasional di Indonesia, sebutkan pula dasar
hukumnya.

Jawab

1. Perbedaan Credential dan Full Power

• full power : memberikan kewenangan kepada delegasi untuk menandatangani suatu


perjanjian
credentials : surat kepercayaan kepada delegasi untuk menghadiri konferensi ;
keduanya dipisahkan, biasanya setelah selesai konferensi; sehingga delegasi,
kadang hanya mendapat credentials bukan full power.
• Urgensi Full Power dalam praktek pelaksanaan Perjanjian Internasional
Praktek pelaksanaan perjanjian internasional memiliki kelebihan dan kekurangan :
a. Kelebihan, dapat memberikan keuntungan terhadap Presidan maupun
Menteri yang memiliki kesibukan di tempat yang berbeda.
b. Kekurangan diantaranya adalah jika hal yang akan dibahas sangat penting,
maka full power tidak bisa dilakanakan karena dalam hal ini Presidenlah
yang berhak dan berwenang membahas masalah tersebut.
2. Makna dan konsekuensi hukum dari persetujuan negara untuk terikat pada suatu
Perjanjian Internasional :
Pengaturan secara umum mengenai perjanjian internasional terdapat dalam Konvensi
Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional. Konvensi ini dibentuk tanggal 23
Mei 1969 dan mulai berlaku efektif setelah diratifikasi 35 negara sebagaimana diatur
dalam Pasal 84, yakni pada 27 Januari 1980.
Perjanjian internasional Muncul diakibatkan a da n ya persetujuan. Negara yang
memberikan persetujuan untuk memberlakukannya sebagaimana yang diinginkan oleh
perjanjian terhadap pihak lain.
Dalam hal perjanjian tersebut mengkodifikasi kebiasaan, maka negara-negara peserta
terikat oleh perjanjian yang menurut prinsip- prinsip umum. Dalam hal bukan
Negara peserta, maka perjanjian tetap mengikat berdasarkan pada alasan kewajiban
muncul sebagai akibat dari kebiasaan. Perjanjian multilateral pada umumnya dibentuk
dibawah International Law Commision, yang bertujuan untuk terciptanya pembentukan
hukum internasional yang progresif, yang tentunya melibatkan kodifikasi atas
hukum kebiasaan. Sebuah perjanjian internasional muncul sebagai konsekuensi atas
komunitas politik negara-negara yang menginginkan penyelesaian sebuah masalah tanpa
harus berperang, menjalin hubungan persekutuan antar satu negara dengan negara lain,
memperjelas batas teritorial, dan lain- lain.

3. Makna Persyaratan/ Reservasi bagi negara peserta dalam suatu Perjanjian Internasional,
dan akibat hukumnya
beberapa syarat-syarat yang digunakan dan diharuskan dalam sebuah perjanjian Internasional
tersebut :
a. Adanya beberapa negara yang tergabung dalam sebuah organisasi
b. Mau, setuju dan bersedia dalam membuat sebuah jaringan atau ikatan hukum tertentu.
c. Bisa melakukan mufakat dan sepakat dalam membuat sebuah perjanjian
d. Mau dan bersedia dalam menanggung baragam akibat maupun segala masalah hukum
yang kemungkinan terjadi nantinya bila kesepakatan ini terjadi.

Akibat hukumnya : Pacta Sun Servanda, yaitu para pihak yang terkait pada suatu
perjanjian, harus mentaati perjanjian yang telah dibuatnya (perjanjian internasional
mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak).
Good Fith (itikat baik), yaitu semua pihak yang terikat pada suatu perjanjian internasional
harus beritikad baik untuk melaksanakan isi perjanjian.
Rebus Sic Stantibus, yaitu suatu perjanjian internasional boleh dilanggar dengan syarat
adanya perubahan yang fundamental, artinya jika perjanjian internasional tersebut
dilaksanakan maka akan bertentangan dengan kepentingan umum pada negara
bersangkutan.

4. Unsur-unsur formal sebuah naskah Perjanjian Internasional


Unsur-unsur formal perjanjian
Mukadimah: berisi tentang para pihak/ negara-negara peserta, spirit perjanjian; negara
Islam terdapat pujian kepada Allah. PBB: we are the people of United Nations…
Batang tubuh: isi perjanjian
Klausa-klauasa penutup: masih batang tubuh; mengenai mekanisme pengaturan,
misanya mulai berlaku, syarat-syarat berlaku, lama perjanjian, amandemen, revisi dll
Annex: ketentuan-ketentuan tehnik atau tambahan mengenai satu pasal atau keseluruhan
perjanjian; dibuat terpisah, tapi merupakan satu kesatuan dengan perjanjian

5. Pelaksanaan perjanjian internasional di Indonesia dan dasar hukumnya.


Dasar hukum perjanjian internasional diIndonesia yaitu Undang-Undang No.24
Tahun 2000
Pengesahan perjanjian internasional yang dilakukan dengan Undang- Undang (Pasal 10
UU No. 24 Tahun 2000):
a. Masalah politik , perdamaian , dan keamanan negara;
b. Perubahan wilayah dan penetapan batas wilayah Negara Republik Indonesia
c. Kedaulatan atau hak berdaulat Negara;
d. Hak asasi manusia dan lin gkungan hidup;
e. Pembentukan kaidah hukum baru;
f. Pinjaman dan atau hibah luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai