BAHAN AJAR
TERMINOLOGI KRIMINOLOGI
KRIMINOLOGI
I Gusti Ngurah Parwata SH.MH
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
Denpasar
2017
2
PENDAHULUAN
F. Materi perkuliahan
HERMAN
MANNHEIM Mempelajari
(1965) tingkah laku
manusia
berbeda dengan sebab-akibat dalam Hukum Pidana, mengapa berbeda ? bahwa setiap
kejadian dalam masyarakat merupakan suatu peristiwa sosial dan boleh dikatakan
bahwa setiap peristiwa sosial ada hubungannya satu sama lain, dan peristiwa sosial
yang satu merupakan suatu akibat dari peristiwa sosial lainnya. Gejala sosial ini
disebut kausalitas atau sebab-musabab antara masing-masing peristiwa sosial itu.
Apakah disiplin itu? Disiplin berarti taat, patuh ketaatan atau kepatuhan pada
peraturan. Disiplin dalam kata majemuk yaitu “disiplin ilmu” jadi disiplin sering
diartikan sebagai displin ilmu atau disiplin ilmiah. Dalam kamus bahasa Indonesia
yaitu : cara pendekatan yang mengikuti ketentuan yang pasti dan konsisten untuk
memperoleh ketentuan yang pasti dan konsisten untuk memperoleh pengertian dasar
yang menjadi saran studi.
Menurut Djojodigoeno (1971) disiplin ilmu adalah uraian atau ajaran yang
memberiatahukan kepada kita bagaimana seharusnya segala sesuatu itu. Disiplin
adalah ilmu yang menguraikan tentang arah atau pedoman disipliner, yaitu tentang
5
bagaimana kita harus bertindak untuk mendapatkan manfaat tentang yang menjadi
sasaran studi.
Disiplin analitis merupakan sistem ajaran yang analistis yang menganalisis sera
menjelaskan segala gejala yang dihadapi : sosiologi, psikologi, ekonomi.
Ilmu, apa sebenarnya ilmu itu? Menurut Prajudi ilmu harus ada obyeknya,
terminologinya yang khas, metodologinya yang khas, filosofinya dan teorinya yang
khas. Nawawi menambahkan dua cirri, yaitu ilmu harus bersifat universal dan
mempunyai sistematikanya.
Dalam konteks analisis kasus, misalnya analisis kasus “Raju” pada saat hukum
memperlakukan Raju dengan menempatkan sebagai pesakitan, ditahan dan disatukan
dengan orang dewasa, bahkan menjadikannya tontonan dalam siding pengadilan
adalah sebuah phenomena budaya kekerasan yang berobyek anak-nak. Maka , hanya
dengan ilmu bisa menganalisis masalah ini, tentunya Kriminologi merupakan ilmu
yang menarik.
Teori mendapat kedudukan yang sangat signifikan dalam dunia ilmu, yang dapat
merampung dan memahami masalah yang dibicarakan. Hal-hal yang semula tersebar
7
dan berdiri sendiri dapat disatukan satu sama lain secara bermakna. Dengan demikian
teori dapat memberikan penjelasan dengan cara mesistematisasikan terhadap
fenomena yang diperbincangkan.
Yang dimaksud dengan teori adalah merupakan hubungan dua fakta atau lebih,
atau bagaimana pengaturan antara dua fakta atau lebih, atau fakta itu diatur menurut
cara tertentu.fakta itu tentu saja mudah untuk diamati dan pada umumnya dapat diuji
sesecara empiris.
Dalam bentuk sederhana teori merupakan hubungan antara dua variable atau lebih
dan dapat diuji kebenarannya.
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, bahwa teori berasal dari kata Theoria dalam
bahasa latin berarti “perenungan” yang kemudian menjadi kata “Thea” dalam bahasa
Yunani berarti “cara” atau “hasil pandang” adalah suatu kontruksi dimana idea atau
cita manusia untuk dibangun undapat menggambarkan secara reflektif fenomena
yang ddapat dijumapi dari pengalaman.
Berbicara masalah teori kita dihadpi dua macam relaitas yaitu pertama adalah realitas
in abstracto kita jumpai dalam ide imajinatif. Kedua yang menjadi padanannya
adalah realitas in concreto yang berada dalam pengalaman indrawi.
8
1. Aliran klasik
Mazhab klasik muncul pada abad ke-18 yang dipelopori oleh Cesare Beccaria,
aliran ini timbul di Inggris paada abad pertengahan ke-19. Alaran ini, dengan Doktrin
of free will-nya, mendasarkan pada filsafat hedonistis yang memandang bahwa
manusia mempunyai kebebasan memilih perbuatan yang dapat memberikan
kebahagian dan menghindari perbuatan-perbuatan yang akan memberikan
penderitaan.
Pada dasarnya Beccaria menerapkan doktrin ini sebagai sebagai doktrin dalam
penologi. Menurut Beccaria, setiap orang yang melanggar hukum telah memperhitungkan
rasa sakit yang diperoleh dari perbuatan tersebut. “That the act which I do is the act which I
think will give me most pleasure. Demikianlah Jeremy Bentham, mengungkapkannya.
Landasan dari aliran Kriminologi klasik ini adalah, bahwa individu dilahirkan bebas
dengan kehendak bebas (free will). Untuk menentukan pilihannya sendiri, individu memiliki
hak asasi di antaranya hak untuk hidup, kebebasan untuk memiliki harta kekayaan,
pemerintahan Negara dibentuk untuk melindungi hak-hak tersebut dan muncul sebagai
perjanjian sosial antara yang diperintah dan yang memerintah, setiap warga Negara hanya
menyerahkan sebagian haknya kepada Negara sepanjang diperlukan oleh Negara untuk
mengatur masyarakat demi kepentingan sebagian besar masyarakat kejahatan merupakan
pelanggaran perjanjian sosial dank arena itu dikatan sebagai kejahatan moral.
Dalam kajian konteks tersebut sehingga dapat dipahami, cirri-ciri atau landasan
kriminologi klasik dapat dijelaskan sebagai berikut :
9
Ketidak puasan para akhli kriminologi terhadap aliran klasik, maka aliran
Kartografis mulai muncul dan berkembang di Prancis, Inggris dan Jerman (1830-
1880). Ajaran ini hampir sama dengan ajaran Ekologis. Konsep dari ajaran ini adalah
distribusi kejahatan dalam daerah-daerah tertentu, baik secara geografis maupun
secara sosialis. Dianggap kejahatan ini merupakan suatu ekspresi dari kondisi-kondisi
sosial , para penganut ajaran ini adalah Quetelet, Guerry.
Mazhab ini tidak hanya meneliti jumlah kriminalitas secara umum, juga studi
kasus tentang juvenile delinquency serta mengenai kejahatan professional yang saat
ini cukup menonjol.
Aliran Positif muncul ketidak puasan dari jawaban-jawaban aliran klasik, aliran
yang berusaha menjelaskan mengapa seseorang bisa bertindak jahat. Aliran ini
bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor di
luar kontrolnya, baik yang merupakan faktor biologik maupun cultural. Ini berarti
manusia bukan mahluk yang bebas untuk berbuat menurut dorongan keinginan,
tetapi dibatasi oleh perangkat biologiknya dan situasi kulturalnya.
Secara singkat aliran ini berpegang pada keyakinan bahwa kehidupan seseorang
dikuasai oleh hukum sebab-akibat (causa-effect relationship)
Pelopor dari ajaran positif ini adalah Cesare Lombroso (1835-1909). Ajaran Lombroso
ini, menggabungkan positivism Comte, Evolusi dari Darwin, serta banyak lagi pioneer
dalam studi tentang hubungan kejahatan dan tubuh manusia. Mazhab ini, dikenal
sebagai mazhab italia. Menurut pelopornya kejahatan merupakan bakat manusia yang
dibawa sejak lahir. Dikatakan oleh Lombroso “criminal is born, not made”
Teori ini dikemas dalam dua versi, Pertama pada tahun 1939 dan yang
kedua pada tahun 1947. Pada versi pertama, Sutherland dalam bukunya “Principles”
edisi ketiga, memfokuskan pada konflik budaya dan disorganisasi sosial serta asosiasi
diferensial. Pengertian asosiasi diferensial, oleh Sutherland dimaksudkan bahwa,
tidak berarti bahwa hanya kelompok pergaulan dengan penjahat akan menyebabkan
perilaku criminal, tetapi yang terpenting adalah 2 sisi dari proses komunikasi dengan
orang lain.
Munculnya teori asosiasi diferensial ini didasarkan pada tiga hal, yaitu:
a. Setiap orang akan menerima dan mengikuti pola-pola perilaku yang dapat
dilaksanakan
Versi kedua , yang disajikan pada bukunya edisi ke empat (1947 ), Sutherland
menekankan bahwa semua tingkah laku dipelajari. Dengan kata lain, pola perilaku
jahat tidak diwariskan tetapi dipelajari melalui suatu pergaulan yang akrab.
Jadi kesimpulannya ialah, menurut teori asosiasi diferensial, tingkah laku jahat
dipelajari dalam kelompok melalui interaksi dan komunikasi. Yang dipelajari dalam
kelompok tersebut adalah teknik untuk melakukan kejahatan dan alasan (nilai-nilai,
motif, rasionalisasi dan tingkah laku ) yang mendukung perbuatan jahat tersebut.
tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain. Keadaan deregulation atau
normlessness inilah yang menimbulkan perilaku deviasi.4 3
Hal inilah yang dinamakan anomi. Merton mengemukakan lima cara untuk mengatasi
anomi, yaitu: 4
Teori ini berkembang pada tahun 1950-an hingga awal tahun 1960 yang
menekankan pada kenakalan remaja yang berbentuk “Gang”. Ada dua topic
yangdibahas oleh para ahli kriminologi berkaitan dengan kenakalan gang dan teori-
teori tentang subkultur. Yaitu :
Cloward dan Ohlin menulis bahwa terdapat lebih dari satu cara bagi remaja
untuk mencapai aspirasinya. Pada masyarakat urban, yang merupakan wilayah kelas
bawah terdapat berbagai kesempatan sah yang dapat menimbulkan berbagai
kesempatan. Dengan demikian kedudukan masyaraat menentukan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam mencapai sukses, baik melalui kesempatan konvensional
maupun criminal.
Teori ini lahir pada tahun 1960-an, Pendekatan teori labeling dapat dibedakan
Sudah menjadi kesepakatan diantara para penganut teori label bahwa proses
pemberian label merupakan penyebab seseorang untuk menjadi jahat. Menurut Romli
Atmasasmita, terdapat dua konsep penting dalam teori ini, yaitu, Primary Deviance:
Ditujukan kepada perbuatan pentimpangan tingkah laku awal serta Secondary
Deviance Berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang
sebagai akibat dari penangkapan dan cap sebagai penjahat.
Sekali cap atau status ini dilekatkan pada seseorang, maka sangat sulit orang
yang bersangkutan untuk selanjutnya melepaskan diri dari cap yang dimaksud dan
kemudian akan mengidentifikasikan dirinya dengan cap yang telah diberikan
masyarakat terhadap dirinya.
17
5. Teori Konflik 6
Teori ini muncul tidak lama setelah teori label. Teori ini lebih menekankan
pada pola kejahatan yang ada dan mencoba untuk memeriksa atau meneliti
pembentukan hukum dan penerapan hukum pidana. Teori konflik pada hakikatnya
merupakan cabang dari teori label. Ada beberapa bentuk teori konflik yang yang
mendasar pada suatu asumsi bahwa konflik merupakan keadaan yang alamiah yang
ada dalam masyarakat. Bentuk teori ini terbagi atas dua bagian, yaitu Konflik
Konservatif dan Radikal Konflik.
6. Teori Kontrol
atau penting dalam hal timbulnya disorganisasi sosial, karena penjahat-penjahat itu
sebenarnya melakukan perbuatan-perbuatan yang mengancam dasar-dasar dari
pemerintah, hukum, ketertiban dan kesejahteraan umum. Adapun unsur-unsur
kejahatan meliputi :
iv. Perbuatan itu harus berlawanan dengan hukum Secara formal perbuatan
yang terlarang itu berlawanan dengan perintah undang-undang itulah
perbuatan melawan hukum.
v. Terhadap perbuatan itu harus tersedia ancaman hukuman di dalam
undang-undang. Tidak boleh suatu perbuatan dipidana kalau perbuatan
pidananya tersebut belum diatur oleh undang-undang.
19
1. Pendekatan Deskriptif
Yang dimaksud dengan pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan dengan cara
melakukan obserfasi dan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta
tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti:
d.) Ciri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti usia, jenis kelamin dan sebagainya,
a.) Pengumpulan fakta tidak dapat dilakukan secara random.oleh karena itu fakta-
fakta yang diperoleh harus dilakukan secara selektif.
2. Pendekatan Sebab-Akibat
KEMUNCULAN KRIMINOLOGI
Sosiolog Prancis Auguste Comte (1798-1857) memandang gerak maju
pengetahuan terdiri atas tiga tahap, dari penjelasan serba biologis menuju
pendekatan metafisik (filosofis) hinga penjelasan-penjelasan ilmiah. Sebelum
munculnya hukum pidana modern pada abad ke delapan belas agama merupakan
basis primer control sosial di luar organisasi kekerabatan. Penjelasan teologis
menggunakan basis-basis supranatural atau dunia lain untuk memahami realita.
Penerapan secara sistimatis metode ilmiah memungkinkan manusia membuka
banyak mesteri berbagai abad. Mula-mula, terobosan dalam pengetahuan terjadi
dalam ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi dan kriminologi. Karena metode ilmiah
memberi pemahaman utama dan kemampuan untuk memprediksi dan mengontrol
realita fisik. Diharapkan dengan metode=metode yang sama bisa diterapkan pada dan
terbukti berguna dalam ilmu sosial. Walaupun banyak yang memandang kriminologi
sebagai sebuah ilmu, seperti Sutherland dan Cresey (1974), memandangnya sebagai
sebuah seni samaa seperti kedokteran, sebuah bidang yang didasarkan pada banyak
ilmu pengetahuan dan disiplin.
Kriminologi sebagai bidang penyelidiki bermula di Eropa pada akhir tahun
1700-an dalam tulisan-tulisan-tulisan para filsuf, dokter, ilmuwan fisik, sosiolog dan
ilmuwan sosial. Sebagaian besar teori awalnya berakar kuat dalam kerangka
sosiologis pada umumny sudah ditinggalkan oleh kriminologi Amerika modern.
Kriminologi muncul bersamaan hukum pidana abad 18. Sesungguhnya tulisan-tulisan
awal Cesare Beccaria (1738-1794), khususnya esai terkenalnya On Crime and
punishments (1963), yang mendorong pembaharuan hukum pidana di Eropa Barat.
Walaupun punya akar Eropa, sebagian besar perkembangan utama dalam kriminologi
modern terjadi di Amerika Serikat. Kriminologi terkait erat dengan perkembangan
sosiologi, memperoleh pijakan di dunia akademis Amerika Serikat antara tahun 1920
dan 1940. Kriminologi umumnya menjadi subdisiplin sosiologi, walaupun focus
kriminologi interdisipliner, para sosiolog mencurahkan sebagian besar isu-isu
kriminalitas. Sejak tahun 1960 kriinologi muncul sebagai sebuah disiplin tersendiri.
27
Kriminologi sebagai salah satu cabang dari ilmu pengetahuan sosial (social science),
sebenarnya masih tergolong sebagai ilmu pengetahuan yang masih muda, oleh karena
kriminologi baru mulai menampakkan dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu
pengetahuan pada abad ke XIII. Meskipun tergolong ilmu yang masih muda, namun
perkembangan kriminologi tampak begitu pesat, hal ini tidak lain karena konsekuensi
logis dari berkembangnya pula berbagai bentuk kejahatan dalam masyarakat.
Secara etimologi, kriminologi berasal dari kata Crime artinya kejahatan
dan Logos artinya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu kriminologi dapat diartikan
secara luas dan lengkap sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
kejahatan.
CRIMINOLOGY
KRIMINOLOGI
SUTHERLAND AND CESSERY
Teori ini ingin menjawab mengapa seseorang atau kelompok orang dalam
masyarakat melakukan kejahatan atau menjadi kriminal (etiologi criminal).
Konkritnya, teori - teori ini lebih bertendensi pada pendekatan psikologis atau
biologis. Termasuk dalam teori-teori ini adalah social control thory dan social learning
theory.
3. Beidging Theories
yang tidak termasuk ke dalam kategori teori makro atau mikro dan mendeskripsikan
tentang struktur sosial dan bagaimana seseorang menjadi jahat. Namun kenyataanya
,klasifikasi teori-teori ini kerap membahas epidemiologi yang menjelaskan rates of
crime dan etiologi pelaku jahat.termasuk kelompok ini adalah subculture theory dan
Differential Opportuniti theory.
Teori ini dikemas dalam dua versi, Pertama pada tahun 1939 dan yang
kedua pada tahun 1947. Pada versi pertama, Sutherland dalam bukunya “Principles”
edisi ketiga, memfokuskan pada konflik budaya dan disorganisasi sosial serta asosiasi
diferensial. Pengertian asosiasi diferensial, oleh Sutherland dimaksudkan bahwa,
tidak berarti bahwa hanya kelompok pergaulan dengan penjahat akan menyebabkan
perilaku criminal, tetapi yang terpenting adalah 2 sisi dari proses komunikasi dengan
orang lain.
Munculnya teori asosiasi diferensial ini didasarkan pada tiga hal, yaitu:
31
a. Setiap orang akan menerima dan mengikuti pola-pola perilaku yang dapat
dilaksanakan
Versi kedua , yang disajikan pada bukunya edisi ke empat (1947 ), Sutherland
menekankan bahwa semua tingkah laku dipelajari. Dengan kata lain, pola perilaku
jahat tidak diwariskan tetapi dipelajari melalui suatu pergaulan yang akrab.
Jadi kesimpulannya ialah, menurut teori asosiasi diferensial, tingkah laku jahat
dipelajari dalam kelompok melalui interaksi dan komunikasi. Yang dipelajari dalam
kelompok tersebut adalah teknik untuk melakukan kejahatan dan alasan (nilai-nilai,
motif, rasionalisasi dan tingkah laku ) yang mendukung perbuatan jahat tersebut.
penggunaan cara yang tidak sah dalam mencapai tujuan. Dengan demikian akan
timbul penyimpangan-penyimpangan dalam mencapai tujuan. Dalam perkembangan
selanjutnya, Merton tidak lagi menekankan pada tidak meratanya sarana-sarana yang
tersedia, tetapi lebih menekankan pada perbedaan-perbedaan struktur kesempatan.
Hal inilah yang dinamakan anomi. Merton mengemukakan lima cara untuk mengatasi
anomi, yaitu:
Teori ini berkembang pada tahun 1950-an hingga awal tahun 1960 yang
menekankan pada kenakalan remaja yang berbentuk “Gang”. Ada dua topic
yangdibahas oleh para ahli kriminologi berkaitan dengan kenakalan gang dan teori-
teori tentang subkultur. Yaitu :
Cloward dan Ohlin menulis bahwa terdapat lebih dari satu cara bagi remaja
untuk mencapai aspirasinya. Pada masyarakat urban, yang merupakan wilayah kelas
bawah terdapat berbagai kesempatan sah yang dapat menimbulkan berbagai
kesempatan. Dengan demikian kedudukan masyaraat menentukan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam mencapai sukses, baik melalui kesempatan konvensional
maupun criminal.
Teori ini lahir pada tahun 1960-an, Pendekatan teori labeling dapat dibedakan
Sudah menjadi kesepakatan diantara para penganut teori label bahwa proses
pemberian label merupakan penyebab seseorang untuk menjadi jahat. Menurut Romli
Atmasasmita, terdapat dua konsep penting dalam teori ini, yaitu, Primary Deviance:
Ditujukan kepada perbuatan pentimpangan tingkah laku awal serta Secondary
Deviance Berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang
sebagai akibat dari penangkapan dan cap sebagai penjahat.
Sekali cap atau status ini dilekatkan pada seseorang, maka sangat sulit orang
yang bersangkutan untuk selanjutnya melepaskan diri dari cap yang dimaksud dan
kemudian akan mengidentifikasikan dirinya dengan cap yang telah diberikan
masyarakat terhadap dirinya.
5. Teori Konflik
Teori ini muncul tidak lama setelah teori label. Teori ini lebih menekankan
pada pola kejahatan yang ada dan mencoba untuk memeriksa atau meneliti
pembentukan hukum dan penerapan hukum pidana. Teori konflik pada hakikatnya
merupakan cabang dari teori label. Ada beberapa bentuk teori konflik yang yang
mendasar pada suatu asumsi bahwa konflik merupakan keadaan yang alamiah yang
ada dalam masyarakat. Bentuk teori ini terbagi atas dua bagian, yaitu Konflik
Konservatif dan Radikal Konflik.
masyarakat disebabkan adanya hak manusia atas sumber-sumber yang langka dan
secara historis tidak terdapat kesamaan dalam penyebaran sumber-sumber tersebut,
khusus menganai kekuasaan.
6. Teori Kontrol
1. Pendekatan Deskriptif
Yang dimaksud dengan pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan dengan cara
melakukan obserfasi dan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta
tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti:
d.) Ciri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti usia, jenis kelamin dan sebagainya,
a.) Pengumpulan fakta tidak dapat dilakukan secara random.oleh karena itu fakta-
fakta yang diperoleh harus dilakukan secara selektif.
2. Pendekatan Sebab-Akibat
PENDAHULUAN
L. Materi perkuliahan
1. Definisi kriminologi
kriminologi dijadikan alat atau sarana sebagai pembaharuan hukum pidana yang pada
waktu itu sangat kejam.
Berdasarkan ensiklopedia, kriminologi digambarkan sebagai ilmu yang sesuai
dengan namanya, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan. Memberikan
definiisi yang memuaskan atau bahkan seragam memang sulit didapat dalam ilmu
pengetahuan sosial. Namun menurut Staf Redaksi Encyclopaedia ENSIE (Eerste
Nederlandsche Systematich Ingerichte Encyclopaedie), hal itu merupakan keharusan
apabila ingin membahas suatu permasalahan, sebab dengan pemberian definisi akan
memperoleh gambaran permasalahan tersebut.
1. Menurut Bonger (19340), kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang
bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-seluasnya (kriminologi
teoritis atau murni), disamping itu disusun kriminologi praktis.
- Kriminologi teoritis adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan
pengalaman yang seperti ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis,
memperhatikan gejala-gejala dan berusaha menyelidiki sebab-sebab dari
gejala tersebut (etiologi) dengan cara-cara yang ada padanya. Contoh
patologi sosial (penyakit masyarakat), kemiskinan, anak jadah, pelacuran,
gelandangan, perjudian, alkoholisme, narkotika dan bunuh diri.
- Bonger membagi kriminologi menjadi kriminologi murni dan terapan.
- Kriminologi murni :
1. Antropologi criminal (Criminal Antropology), merupakan ilmu
pengetahuan tentang manusia yang jahat (Somatios), dan ilmu ini
memberikan suatu jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat dalam
tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa, misalnya apaakah ada
hubungan antara suku Bangsa dengan Kejahatan.
2. Sosiologi criminal (Criminal Sociology), ilmu pengetahuan tentang
kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat, pokok utama ilmu ini
adalah, sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat.
3. Psikhologi criminal (Criminal Psychology), ilmu pengetahuan tentang
penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya.
45
CRIMINOLOGY
KRIMINOLOGI
SUTHERLAND AND CESSERY
Menurut Herman Manheimm pada tahun 1960, dalam bukunya the crime problem
mengemjukakan 10 ruang lingkup atau wilayah yang merupakan bidang kerja
kriminologi :
1. Sebab musabab kejahatan, perilaku para penjahat dan penelitian atas sumber-
sumber kejahatan.
2. Bagaimana reaksi masyarakat dalam bentuk gejala tertentu.
3. Pencegahan kejahatan.
Kriminologi dalam arti sempit ruang lingkupny adalah mempelajari kejahatan, yaitu
mempelajari bentuk tertentu perilaku criminal, agar selalu berpegangan pada batasan
dalam arti yuridis. Dengan cara demikian diharapkan dapat mencapai tidak hanya
keseragaman dalam mempelajari obyek kriminologi dengan batasan yuridis yang
berbeda-beda pada setiap Negara, bahkan obyek kriminologi dapat dikemabangkan
dengan lebih mudah, mungkin tampa terikat pada perumusan-perumusan yuridis.
Kriminologi dalam arti luas ruang lingkupnya adalah mempelajari penologi (ilmu yang
mempelajari tentang hukuman) dan metode=metode yang berkaitan dengan
tindakan-tindakan yang bersifat punitif.
“Criminology ois the body knowledge, regarding crime is a social phenomenon, includes
the study of: the cluracteristics of the criminal law, the extend of crime, the effects of
crime on victims and on society, methods of crime prevention, the attributes of criminals
and the charrecteristics and working of the criminal justice system”
1. Yang dimaksud studi kejahatan dalam studi kriminologi dewasa ini adalah
hubungan kerja antara pelaku kejahatan dan korbannya;
2. karakteristik hukum pidana dan bekerjanya hukum pidana tidak terlepas
dari kriminologi dalam hubungannya dengan politik atau kebijakan
criminal dn kebijakan sosial yaitu pembangunan nasional.
3. The body knowledge, yaitu kriminologi dalam hunbungannya dengan
berbagai llmu pengetahuan.
3. EKSISTENSI KRIMINOLOGI
53
Kriminologi merupakan crime and criminal merpakan sarana ilmiah bagi studi
kejahatan dan penjahat. Dalam wujud disiplin ilmu, kriminologi merupakan “the body
knowledge” yang ditunjang oleh oleh ilmu pengetahuan dan hasil penelitian dari
berbagai disiplin ilmu, sehingga aspek pendekatan obyek studi sangat luas sekali, dan
secara inter-disipliner dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta dalam pengertian
yang luas mencakup pula kontribusi dari ilmu eksakta.
Kriminologi suatu gabungan (complex) ilmu-ilmu lain, yang dapat disebut ilmu
bagian (deelwetenschap) dari kriminologi. Kriminologi adalah ilmu yang menyelidiki
dan membahas asal-usul kejahatan (etiologi criminal, criminele aetiologie),
kriminologi lahir pada abad pertengahan abad XIX. Beberapa akhli yang menaruh
perhatian khusus pada manusia yang melanggar norma-norma sosial tertentu dan
tempat manusia yang melanggar norma-norma sosial di dalam mayarakat. Juga
diseliidiki tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya kejahatan. Ditegaskan bahwa sebagian besar para akhli
tersebut bukan yuris, dan oleh sebab itu, persoalan kejahatan dapat dipandang dari
54
berbagai sudut. Kejahatan dapat dipandang sebagai sesuatu yang bukan hanya
pelanggaran hukum saja namun sebagai tindakan manusia dan suatu gejala sosial.
3. Causa Kejahatan
“hukuman dijatuhkan bukan karena telah berbuat jahat, namun agar tidak ada
perbuatan jahat sangat besar pengaruhnya terhadap hukum pidana terutama dalam
hal pemidanaan.
Abad Pertengahan adalah Thomas van Aquino (1226-1274) dalam bukunya
“Summa Theologica” yang diuraikan oleh van Kan dalam bukunya “The Criminologi”
(1889) menerangkan dengan keahliannya tentang penyelidikan keadaan abad
Pertengahan, memberikan beberapa pendapat tentang pengaruhnya kemiskinan atas
kejahatan. Orang kaya hanya hidup untuk kesenangan dan memboroskan kekayaanya,
jika pada suatu ketika menjadi miskin, mudah menjadi pencuri. Kemiskinan biasanya
memberi dorongan untuk mencuri, secara panjang lebar Thomas van Aquino
mengadakan pembelaan atas pendapatnya bahwa dalam keadaan sangat memaksa,
orang boleh mencuri.
Abad XVIII hingga revolusi Prancis timbul gerakan penentangan terhadap
hukum pidana pada waktu itu. Hukum pidana pada akhir abad Pertengahan hingga
abad XVIII semata-mata ditujukan untuk menakuti masyarakat dengan cara
pemidanaan yang sangat berat. Pidana mati dilaksanakan dengan berbagai cara
bahkan sebelum eksekusi diawali dengan penganiayaan. Hukuman badan merupakan
hukuman sehari-hari dilakukan dan yang dipentingkan adalah pencegahan umum.
Hukum pidana tidak jelas perumusannya sehingga menimbulkan berbagai penafsiran.
Cara pembuktian amat tergantung pada kemauan pemeriksa pengakuan dipandang
sebagai syarat utama pembuktian. Acara pidana bersifat inquisitor, terdakwa hanya
dipandang sebagai benda pemeriksaan yang dilakukan secara rahasia yang hanya
berdasarkan pada laporan tertulis.
Gerakan penentang ancient regime pada umumnya berasal dari golongan
menengah yang berpengaruh terhadap perubahan hukum pidana dan hukum acara
pidana. Aufklarung juga menyoroti gerakan penentang, hak asasi manusia juga
berlaku bagi penjahat. Montesquieu –nama lengkapnya Charles de Schondat Baron de
laBrede et de Montesquieu (1689-1755)-dalam bukunya “Esprit des Lois” (1748)-
menentang tindakan sewenang-wenang, banyak pemidanaaan dan pelaksanaannya
57
Pada tahun 1870 awal kriminologi diterima secara umum yaitu dengan adanya
tulisan dari Lambroso “L’uomo delinquent (manusia penjahat) Lambroso meneliti
hubungan keterkaitannya bentuk fisik kepribadian dan pelaku tindak pidana.
Selanjutnya mencetuskan teori pelaku tindak pidana bawaan dan mengembangkan
studi tentang genetika dan studi tentang turun-temurun, yang selama periode inilah
istilah kriminologi menjadi popular.
bakat manusia dianggap faktor terpenting yang menentukan apakah seorang menjadi
penjahat atau bukan.
Amerika Serikat dan melahirkan New Criminologi. Beberapa studi tentang kejahatan
dalam masyarakat yang dikenal sebagai aliran klasik (abad XVIII), aliran positivis dan
aliran sosiologis (abad XIX) dan aliran Social Defence (abad XX) merupakan
perkembangan studi kejahatan yang berkisar pada peranan hubungan individu dan
masyarakat, terlepas dari peanan hubungan antara Negara dan masyrakatnya.
Pandangan aliran klasik bertolak belakang dengan tujuan kita hidup bernegara
antara lain mendapatkan ketertiban, keamanan dan kesejahteraan sosial, sehingga
pandangan ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang harus dilindungi oleh siapa
karena Negara sendiri sebagai “penyebab kejahatan”. Kebenaran pandangan ini
sesungguhnya berkaitan dengan proses stigmatisasi yang melekat terhadap siapa saja
yang terbukti sebagai pelaku kejahatan terlepas dari status sosial, ekonomi, dan status
hukum yang dimiliki.
Soal-soal latihan
1. Sebutkan definiisi kriminologi dari salah satu ahli kriminologi yang anda
ketahui ?
2. Jelaskan mengapa Bonger membagi kriminologi menjadi kriminologi murni
dan terapan?
3. Sebutkan salah satu pendapat sarjana kriminologi tentang pemahaman ruang
lingkup kriminologi?
4. Jelaskan pikiran Lambroso dalam bukunya L’uomo delinquent (manusia Jahat)
dalam ajarannya leer van de geboren misdadiger (teori tentang manusia
penjahat kerena kelahiran) ?.
5. Jelaskan kaitannya kriminologi pertengahan abad XX telah membawa
perubahan kemudian mengalihkan pandangan kepada proses pembentuk UU
61
Daftar Pustaka :
Abintoro Prakoso, 2013, Kriminologi & Hukum Pidana, Yogjakarta : Laksbang
Grafika.
Yesmil Anmar & Adang, 2013 KRIMINOLOGI, cetakan II, PT Refika Aditama,
Bandung.