Anda di halaman 1dari 24

METODE PENELITIAN HUKUM

DR. IKA SAIMIMA, SH, MH, MM


• HAKEKAT PENELITIAN CARA ILMIAH UNTUK
MENDAPATKAN DATA/INFORMASI SEBAGAIMANA ADANYA DAN BUKAN
SEBAGAIMANA SEHARUSNYA, DENGAN TUJUAN DAN KEGUNAAN TERTENTU
• MENEMUKAN KEBENARAN
ADA BANYAK ALASAN MENGAPA SESEORANG MELAKUKAN PENELITIAN. MENURUT
PRASETYA IRAWAN, SEBAGIAN PENELITIAN DILAKUKAN DENGAN TUJUAN
“(I) UNTUK MEMAHAMI SUATU KEJADIAN, SITUASI, ATAU KEADAAN SUATU
MASYARAKAT, SEBAGIAN BERTUJUAN
(II) MENJELASKAN POLA HUBUNGAN ANTARA DUA ATAU LEBIH HAL, DAN
SEBAGIAN YANG LAIN BERTUJUAN
(III) UNTUK MENCARI JALAN KELUAR UNTUK MEMECAHKAN BEBERAPA MASALAH
PRAKTIS DALAM KEHIDUPAN”.
SEMUA TUJUAN INI DIMAKSUDKAN DALAM RANGKA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
YANG BENAR, YANG DIGUNAKAN SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MENJAWAB
PERMASALAHAN TERTENTU YANG DIHADAPI OLEH UMAT MANUSIA. INILAH
MAKNA FILOSOFIS DARI AKTIFITAS PENELITIAN.
• inti dari penelitian tidak lain adalah untuk mendapatkan kebenaran. Apa yang
dimaksud dengan kebenaran di dalam suatu penelitian, “tentu hanya mengacu
pada kebenaran ilmu/ilmiah, dan bukan kebenaran absolut (kebenaran Tuhan)
ataupun kebenaran temporer (kebenaran yang keabsahannya tergantung pada
kondisi dan waktu). Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditemukan
melalui metode ilmiah yang memiliki logika ilmiah atau rantai penalaran yang
ilmiah”
• Kebenaran ilmiah tidak ada begitu saja (tidak given), harus diuji atau diverifikasi
keabsahannya (verified), dan tentu saja terbuka untuk diperdebatkan
(debatable). Dengan demikian, kebenaran ilmiah mempunyai dua karakteristik
utama yang khas. “Pertama, kebenaran ilmiah dibangun di atas apa yang
disebut sebagai struktur logis sains (the logical structure of science) yang dalam
bentuk konkritnya tidak lain adalah logika penelitian atau rantai penalaran
(chain of reasoning). Kedua, kebenaran ilmiah selalu siap untuk diuji kembali
oleh siapapun (varifiability). Dengan kata lain, kebenaran ilmiah sebenarnya
adalah hipotesis atau asumsi bagi siapapun yang berniat menguji kebenaran itu.
Semakin sering lolos dari pengujian, semakin kokoh kebenaran itu”.
Peter Mahmud Marzuki
• “kebenaran dalam hal ini bukan kebenaran secara religius dan
metafisis, melainkan dari segi epistemologis, artinya kebenaran harus
dilihat dari epistemologi”.
• Dalam epistemologi, terdapat tiga teori besar tentang kebenaran yang
berkaitan dengan aktifitas penelitian, yaitu teori kebenaran
korespondensi, teori kebenaran koherensi, dan teori kebenaran
pragmatis. Masing-masing teori tentang kebenaran tersebut
mempunyai basis atau dasar berpijak sendiri.
Teori kebenaran korespondensi
• adalah teori kebenaran yang berbasis pada fakta atau realitas.
Menurut teori ini, “suatu pernyataan adalah benar bila dan
hanya bila apa yang dinyatakan sesuai dengan realitas”
• Marzuki, “teori kebenaran korespondensi ini cocok untuk ilmu-
ilmu empiris. Ilmu-ilmu empiris mengandalkan Observasi dan
eksperimen dalam membuktikan kebenaran dan merupakan
cara untuk membuktikan hipotesis.
• Bukti yang didapatkan melalui observasi dan eksperimen itulah
yang disebut empiris, yaitu bukti yang dapat diindra. Ilmu-ilmu
empiris terwujud dalam ilmu-ilmu alamiah dan ilmu-ilmu sosial
• fungsi penelitian dalam kerangka mencari kebenaran korespondensi ini
kata Marzuki adalah “melakukan verifikasi atas dugaan-dugaan atau pra-
anggapan atau yang secara ilmiah biasa disebut hipotesis melalui data
empiris/kasatmata. Apabila dugaan atau hipotesis itu setelah diverifikasi
oleh data empiris ternyata benar adanya, di situlah terdapat kebenaran
dan apabila tidak dapat diverifikasi, tidak didapatkan kebenaran
Teori kebenaran koherensi
• adalah teori kebenaran yang bersandar pada pikiran-pikiran yang logis. Menurut
teori ini, “untuk mengatakan suatu pernyataan atau putusan benar atau salah
adalah apakah pernyataan atau putusan itu sesuai atau tidak sesuai dengan suatu
sistem pernyataan-pernyataan atau lebih tepat dengan sistem proposisi-proposisi
lainnya.
• Marzuki, “fungsi penelitian dalam rangka mencari kebenaran koherensi adalah
mendapatkan sesuatu yang secara aksiologis merupakan nilai atau
ketetapan/aturan sebagai referensi untuk yang ditelaah”
• Pasal 362 KUHP yang berbunyi: “Barangsiapa mengambil suatu barang, yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimilikinya
secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah”. Sepanjang
seseorang yang didakwa karena pencurian telah memenuhi seluruh unsur delik
(bastendel delict) pasal ini, maka kebenaran koherensinya terwujud.
Teori kebenaran pragmatis
• adalah teori kebenaran yang bersandar pada consensus

• John Dewey, “fungsi penelitian menurut teori kebenaran pragmatis


adalah menemukan sesuatu yang efektif dan bermanfaat dalam
menuangkan gagasan.
Kriteria metode ilmiah
1. berdasarkan fakta, artinya keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang
dikumpulkan dan yang dianalisis harus berdasarkan fakta-fakta dan bukan merupakan
penemuan atau pembuktian yang didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda atau
kegiatan sejenis;
2. bebas dari prasangka, dalam hal ini metode ilmiah harus memiliki sifat bebas dari prasangka,
bersih dan jauh dari pertimbangan-pertimbangan subjektif;
3. menggunakan prinsip analisis, dalam hal ini setiap masalah harus dicari dan ditemukan sebab-
sebab permasalahan itu terjadi dan pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis;
4. menggunakan hipotesis, dalam hal ini hipotesis digunakan untuk mengakumulasi
permasalahan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil
yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran yang tepat;
5. menggunakan ukuran obyektif, dalam hal ini ukuran ini tidak diperkenankan menggunakan hati
nurani, melainkan harus dibuat secara obyektif dan menggunakan prinsip pikiran sehat; dan
6. menggunakan teknik kuantifikasi, dalam hal ini ukuran kuantifikasi harus digunakan kecuali
untuk atribut yang tidak dapat dikuantifikasi”
PENGERTIAN PENELITIAN PADA
UMUMNYA
KERLINGER PENELITIAN ILMIAH MERUPAKAN INVESTIGASI FENOMENA ALAM SISTEMATIS,
TERKONTROL, EMPIRIS DAN KRITIS DIPANDU OLEH TEORI DAN HIPOTESIS
TENTANG HUBUNGAN ANTAR FENOMENA

HILWAY PENELITIAN TIDAK LAI DARI SUATU METODE STUDI YANG DILAKUKAN SESEORANG
MELALUI PENYELIDIKAN YANG HATI – HATI DAN SEMPURNA TERHADAP SUATU
MASALAH, SEHINGGA DIPEROLEH PEMECAHAN YANG TEPAT TERHADAP MASALAH
TERSEBUT

RIANTO ADI PENELITIAN MERUPAKAN SUATU USAHA UNTUK MENGETAHUI PENGETAHUAN


(ILMIAH) BARU MENUNTUT PROSEDUR YG SISTEMATIS DAN TERKONTROL
MELALUI DATA EMPIRIS (PENGALAMAN) YANG ARTINYA DAPAT BEBERAPA KALI
DIUJI DAN HASILNYA SAMA
PENELITIAN HUKUM = SOETANDYO
WIGNOSOEBROTO)
• SELURUH UPAYA UNTUK MENCARI DAN MENEMUKAN JAWABAN YG
BENAR DAN ATAU/ JAWABAN YANG TIDAK SEKALI-KALI KELIRU
MENGENAI SUATU PERMASALAHAN, UNUTK MENJAWAB SEGALA
PERMASALAHAN HUKUM DIPERLUKAN HASIL PENELITIAN YANG
CERMAT DAN SAHIH UNTUK MENJAWAB PERMASALAHAN YANG ADA
Awal mula ilmu pengetahuan
• Tahap Perkembangan Manusia (A.Comte)
1. Tahap Teologia atau tahap metafisika
2. Tahap Filsafat
3. Tahap Positif atau tahap ilmu
Keterbatasan indera manusia
1. Penglihatan
2. Pendengaran
3. Penciuman
4. Perasa
Keterbatasan tersebut melahirkan mitos---- empiris
Perkembangan metode ilmiah
• Prasangka
• Intuisi
• Trial and Eror
Disiplin HUKUM dan disiplin sosial

• HUKUM---- Gejala Kemasyarakatan, Fenomena Sosial


• Hukum dipelajari sebagai sudut pandang (metode yang berbeda-beda)
Menjadi obyek telaah dari berbagai ilmu ilmiah.
• Hukum merupakan pengembanan HUKUM teoretikal: Ilmu Hukum, Teori
Hukum, Filsafat Hukum, Sejarah Hukum ------ perbandingan HUKUM,
sosiologi HUKUM, antropologi HUKUM, psikologi HUKUM, logika HUKUM,
politik HUKUM
Disiplin ilmiah tentang HUKUM sudut
pandang struKtural
DISIPLIN HUKUM DISIPLIN NON HUKUM
PENDEKATAN INTERNAL
Mempelajari Hukum dari Dalam (Partisipan - Normatif Pendekatan Eksternal – pengamat sebagaimana adanya
   
1. Ilmu Hukum Tidak normatif
 2.Teori Hukum  1.Sejarah Hukum
 3.Filsafat Hukum  2.Sosiologi Hukum
 3.Anthropologi Hukum
 4.Psikologi Hukum
5.Perbandingan Hukum
 6.Logika Hukum
Disiplin Ilmiah tentang Hukum  Sudut Pandang Struktural
Disiplin hukum
• adalah sistem ajaran tentang adanya kenyataan (dogmatik hukum)
atau gejala hukum yang ada di tengah pergaulan hidup manusia.
Metode ilmiah mengikat
• Obyektif : kesesuaian yang dibenarkan melalui empiris
• Metodik : pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu dan
terukur
• Sistematik : tersusun dalam system yang tidak berdiri sendiri
• Berlaku umum : dapat diketahui semua orang
Kriteria metode ilmiah
• Berdasarkan fakta
• Bebas dari pransangka
• Menggunakan prinsip-prinsip analisis
• Menggunakan hipotesis
• Menggunakan ukuran objektif
Langkah-langkah metode ilmiah
• Penentuan dan perumusan masalah
• Penyusunan kerangka berfikir
• Pengajuan hipotesis
• Pengujian hipotesis
• Penarikan kesimpulan
Keunggulan dan keterbatasan metode ilmiah
• Keunggulan
a) Melahirkan sikap ilmiah yang terpuji
b) Kebenaran ilmu tidak abosolut, mendorong belajar terus menerus
c) Mencintai kebenaran obyektif
d) Tidak mudah percaya pada peruntungan semata
e) Membimbing rasa ingin tahu
f) Tidak berfikir secara prasangka
g) Metode ilmiah membimbing manusia untuk percaya atas bukti-bukti yang
ada
h) Membimbing manusia untuk bersikap optimis
• Keterbatasan
Data yang disimpulkan dari data ilmiah sifatnya terbatas. Panca indera
manusia memiliki keterbatasan, oleh karena itu pengamatan harus
berhati-hati agar tidak keliru, Kebeneran ilmiah sifatnya tentative.
Yang berperan dalam perkembangan ilmu
• Bahasa
• Logika
• Matematika
• Statistik
Cara memperoleh data
1. Pengalaman
2. Logika
3. Intuisi
4. Ex post facto
5. Otoritas
6. wahyu

Anda mungkin juga menyukai