Anda di halaman 1dari 11

KEGAWATDARURATAN KELAUTAN

Kapal Tubrukan

Di susun oleh :

KELOMPOK IV

1. Regita G. Tinggal [1714201099]


2. Gabriella Koropit [1714201088]
3. Celine Bansaleng [1714201079]
4. Cintya Gumolung [1714201101]
5. Maslan Umacina [1714291083]
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kegawatdaruratan Kelautan.
Dalam menyusun makalah ini, kami sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami Namun sebagai manusia bisa saja, tidak luput dari kesalahan baik dari
penulisan dan juga bahasa. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………………...…

A. Latar Belakang

BAB II

TEORI………………………………………………………….………

A. PENGERTIAN
B. JENIS PROSEDUR DARURAT
C. PENYEBAB DAN JENIS KEJADIAN
D. TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT

BAB III
PENUTUP………………………………………………………………..……...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dua pertiga dari total
wilayah Indonesia merupakan wilayah laut, dengan jumlah pulau sebanyak 17.499 pulau
dan panjang garis pantai 81.000 km.1 Hal ini menjadikan Negara Indonesia menduduki
urutan kedua yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia yaitu sepanjang 54.716km.2
Meskipun demikian, pada saat ini laut belum menjadi alat transportasi yang utama di
Indonesia. Padahal sebagai negara kepulauan, seharusnya laut dapat menjadi alat
transportasi utama di Indonesia. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam hal
mewujudkan laut menjadi transportasi utama di Indonesia adalah keterpurukan peran
armada pelayaran nasional dalam mengangkut muatan, sarana dan prasarana bongkar
muat yang masih sangat terbatas sehingga menambah beban bagi pengguna jasa
transportasi laut, biaya ekonomi yang tinggi dalam menggunakan transportasi laut,
tingkat kecukupan fasilitas keselamatan pelayaran yang belum memenuhi standar,
sehingga para pengguna jasa transportasi belum merasa terjamin keselamatannya dalam
menggunakan sarana transportasi laut tersebut. Saat ini transportasi laut di Indonesia
hanya didominasi oleh angkutan barang. Sebesar 80 persen angkutan laut yang
mendominasi adalah angkutan batubara, angkutan kelapa sawit, angkutan BDN dan gas,
dan angkutan peti kemas. Sementara angkutan penumpang dan pelayaran tradisional
kondisinya makin ditinggalkan karena tidak menjadi kebijakan prioritas pemerintah. Saat
ini pemerintah memiliki kebijakan angkutan penumpang melalui transportasi udara
melalui insentif-insentif dalam bidang penerbangan berbiaya murah.3 Untuk
mempertahankan eksistensi Negara Indonesia sebagai suatu negara kepulauan yang utuh
dan menyeluruh, maka perairan Indonesia sebagai bagian yang penting dan satu kesatuan
wilayah dengan darat dan ruang udara di atasnya harus dapat dipertahankan, dipelihara
dan dilindungi. Untuk dapat melindungi kepentingan Indonesia dan mewujudkan kondisi
keamanan di wilayah perairan Indonesia, maka perlu ada pelaksanaan penegakan hukum
di laut, penegakan hukum di perairan Indonesia
BAB II
TEORI
A. PENGERTIAN
Tubrukan kapal dapat disebakan oleh faktor mesin kapal, hal ini terjadi karena mesin kapal
memiliki kelemahan, berbeda dengan kendaraan di darat, alat untuk memberhentikan kapal
bila sedang melaju adalah dengan mengubah arah baling-baling kapal yang sedang berada
dalam posisi berputar maju menjadi berputar mundur, dengan demikian mesin yang berada
pada posisi maju harus diubah hingga berada pada posisi mundur atau baling-baling akan
berputar pada arah berlawanan dari semula. Untuk itu, diperlukan waktu untuk beberapa
menit mengubah mesin dari maju menjadi mundur dan juga akan menghasilkan kekuatan
mesin yang berbeda. Kekuatan mesin mudur rendemennya berbeda ketika maju karena akan
kehilangan sebesar 60% hingga 80% dari kekuatan majunya, dengan pembuatan kapal yang
semakin besar akan berpengaruh juga terhadap olah gerak kapal waktu sekarang yang secara
tiba-tiba akan berada dalam situasi yang mendadak. Jika masa dahulu untuk kapal sebesar
10.000 DWT kekuatan mesinnya adalah 8500 HP maka pada saat rasio kekuatan mesin
dengan makin besarnya kapal tidak akan sebanding lagi, terutama hal ini berlaku bagi kapal-
kapal besar ukuran Panamax dan Cape Size Ships, oleh karena kapal dilajukan dan
diberhentikan secara tiba-tiba, kekuatan memberhentikannya hanya tergantung dari kekuatan
memundurkan mesin saja. Namun, dengan massa kapal yang lebih besar dan dengan muatan
penuh, dapat diperkirakan bahwa kapal akan dapat meluncur sebanyak tiga hingga sepuluh
kali dari panjangnya kapal atau lebih sebelum dapat berhenti. Jarak berhenti kapal tergantung
dari banyak factor, terutama pada kapal yang bermuatan penuh maka jarak berhenti boleh
dikatakan adalah dua kali jarak berhenti kapal sewaktu muatan kosong. Daya kekuatan mesin
juga akan sangat mempengaruhi jarak berhenti kapal , bila daya kekuatan mesin kapal
dilipatkan dua kali kekuatannya maka jarak berhenti kapal akan separuhnya sehingga bila
kapal jalan tidak dengan kecepatan penuh maka jarak berhentinya akan lebih pendek. Jarak
berhenti kapal boleh dikatakan sebanding dengan pangkat dua dari laju kapal pada kecepatan
penuh. Jika kapal mempunyai kecepatan 10 mil dan didalam kabut terpaksa berlayar dengan
5 mil maka jarak berhenti kapal adalah 5²/10²=¼ dari daya bila kapal berlayar dengan
kecepatan penuh. Dengan bertambah ramainya lalu lintas di laut, mudah sekali bagi sebuah
kapal untuk terkena musibah, sehingga setiap kapal sudah harus siap untuk
menanggulanginya termasuk harus diperkuat dengan bukti bahwa kapal telah melakukan
segala upaya agar hal ini tidak terjadi, dan pengenalan pertama yang paling mendasar adalah
terkait dengan permesinan kapal, terutama kekuatannya, karena akan berhubungan dengan
kecepatan maupun daya berhenti kapal.8 Selain itu penyebab tubrukan kapal secara
persentase banyak diakibatkan oleh faktor dari kesalahan manusia (human error) dan di
dalam kaitan International Safety Management (ISM) Code suatu ketentuan yang mengatur
system manajemen keselamatan kapal, disebutkan bahwa selain dari pada faktor internal
kapal seperti system kemudi dan propulsi kapal, system bernavigasi, kondisi muatan, struktur
bangunan kapal yang terkait dengan stabilitas kapal, dan faktor eksternal kapal seperti
kondisi cuaca, kondisi alur (traffic) maupun pelabuhan, kapal atau bangunan lain yang berada
di perairan, juga menyumbang kondisi unsafety dalam pelayaran yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kapal. Terkait dengan faktor human error ini setiap keputusan yang diambil oleh
Nahkoda dan ABK (anak buah kapal) lainnya dalam melayarkan kapal akan selalu
berhadapan dengan risiko yang berarti beban kerugian yang diakibatkan karena sesuatu
peristiwa diluar kesalahannya9 . Pendapat lain risiko adalah suatu kondisi yang mengandung
kemungkinan terjadinya penyimpangan yang lebih buruk dari hasil yang diharapkan10 dan
pada kecelakaan kapal khususnya tubrukan kapal yang terjadi diperairan di Indonesia banyak
menyisakan persoalan-persoalan yang langsung maupun tidak langsung dapat merugikan
secara financial yang tidak saja pemilik kapal atau operator kapal tetapi juga pihak lain
seperti pemilik muatan, ABK, bahkan masyarakat sekitar pantai yang dapat terkena dampak
dari kecelakaan kapal tersebut, terlepas dari dampak kerusakan kapal oleh karena tubrukan
kapal, contohnya yang melibatkan kapal tanker atau kapal kimia dimana ada kemungkinan
tinggi dari bahan kimia atau minyak bocor ke laut dan tumpahan minyak tersebut dapat
berskala kecil, menengah hingga berskala besar dapat menyebabkan kondisi yang tak
diinginkan bagi kehidupan biota laut dan pesisir pantai yang dapat ber-konsekuensi panjang
yang merugikan bagi masyarakat sekitar pantai.
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga
maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat situasi kerusakan pada kapal,
korban manusia, tumpahan minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan
kebakaran.Situasi lainnya adalah kepanikan atau ketakutan petugas di kapal yang justru
memperlambat tindakan, pengamanan, penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat
tersebut.
B. JENIS PROSEDUR DARURAT

Jenis Prosedur Keadaan Darurat :


1.Prosedur intern ( lokal )
Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-masing bagian/departemen, dengan
pengertian keadaan darurat yang terjadi masih dapat diatasi oleh bagian-bagian yang
bersangkutan, tanpa melibatkan kapal-kapal atau usaha pelabuhan setempat.
2. Prosedur umum
Merupakan pedoman perusahaan secara keseluruhan dan telah menyangkut keadaan
darurat yang cukup besar atau paling tidak dapat membahayakan kapal-kapal lain atau
dermaga/terminal.
Dari segi penanggulangannya diperlukan pengerahan tenaga yang banyak atau melibatkan
kapal-kapal/penguasa pelabuhan setempat.

C. PENYEBAB DAN JENIS KEJADIAN

Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada
kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu,
akan mengalami berbagai problematika yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor
seperti cuaca,keadaan alur pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat
diduga oleh kemampuan manusia dan akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari
kapal.Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung
diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan
langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nahkoda dan seluruh
anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut serta harus
meninggalkankapal.
Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokan menjadi
keadaan darurat yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan
darurat ini dapat disusun sebagai berikut:
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nahkoda dan anak buah kapal serta pemilik kapal
maupun lingkungan laut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya Ekosistem dasar
laut, sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu sebaik mungkin guna
memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengindetifikasi tanda-tanda keadaan darurat
agar situasi tersebut dapat diatasi oleh Nahkoda dan anak buah kapal maupun kerjasama
dengan pihak yang terkait.

D. TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT

Sijil Bahaya atau Darurat


Dalam keadaan darurat atau bahaya, setiap awak kapal wajib bertindak sesuai ketentuan
sijil darurat, oleh sebab itu ijil darurat senantiasa dibuat dan diinformasikan pada seluruh
awak kapal. Sijil darurat di kapal perlu digantungkan di tempat yang setrategis, mudah
dicapai, mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan perincian
prosedur dalam keadaan darurat, seperti :
1.Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan darurat oleh setiap anak
buah kapal
2.Sijil darurat selain menunjukkan tugas –tugas khusus, juga tempat berkumpil ( kemana
setiap awak kapal harus pergi)
3.Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk yang ditetapkan oleh
pemerintah.
4.Sebelum kapal berangkat, sijil darurat harus sudah dibuat dan salinannya digantungkan
di beberapa tempat yang strategis di kapal, terutama di ruang ABK.
5.Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang berlainan bagi setiap ABK,
misalnya :
 Menutup pintu kedap air, katup-katup, bagian mekanis dari lubang –lubang
pembuangan air di kapal.
 Perlengkapan sekoci penolong termasuk radio jinjing maupun perlengkapan
lainnya.
 Menurunkan sekoci penolong
 Persiapan umum alat-alat penolong / penyelamat lainnya.
 Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi penumpang.
 Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel control kebakaran.
6.Selain itu dalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang dikerjakan oleh anak buah
kapal bagi koki, pelayan, seperti:
 Memberikan peringatan kepada penumpang
 Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang secara semestinya.
 Mengumpulkan para penumpang di tempat berkumpul darurat
 Mengawasi gerakan dari para penumpang dan memberikan petunjuk di gang-gang
atau di tangga.
 Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa sekoci / rakit penolong.

CARA KHUSUS PENANGANAN PROSEDUR DARURAT


1. Kejadian Tubrukan (Imminent collision)
2. Membuyikan sirine bahaya (Emergency alarm sounded)
3. Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan
4. Menutup pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis
5. Menyalakan lampu-lampu dek
6. Memberi tahu Nahkoda
7. Memberi tahu kamar mesin
8. Memindah VHF
9. Mengumpulkan awak kapal dan penumpang di stasiun darurat
10. Posisi kapal tersedia di ruangan radio dan diperbaharui bila ada perubahan
11. Mengukur got-got dan tangki -tangki di ukur.
BAB III

PENUTUP

Menyadari pentingnya peran transportasi tersebut, angkutan laut sebagai salah satu moda
transportasi ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional yang terpadu dan mampu
mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang sesuai dengan tingkat kebutuhan
dan tersedianya pelayanan angkutan yang selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas
mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau,
tertib, aman, polusi rendah, dan efisien. Seiring perkembangan industri dan kebutuhan akan
transportasi khususnya transportasi laut baik domestik maupun Internasional di Indonesia
semakin meningkat, maka tidak dapat dipungkiri semakin banyak jumlah kapal yang
beroperasi di wilayah Indonesia,tak hanya kapal domestik saja melainkan kapalkapal
Internasional. Pada akhir abad ke- 20 kecelakaan serta musibah yang melibatkan kapal
semakin banyak terjadi dan dalam frekuensi yang lebih tinggi, hal ini dipicu juga dengan
pertumbuhan penduduk dunia, yang dengan sendirinya juga ikut menyebabkan bertambahnya
kebutuhan sehingga bertambah ramai pula angkutan melalui laut dan akibatnya adalah laut
semakin dipenuhi oleh lalu lintas kapal dari berbagai jenis dan ukuran serta juga dengan
aneka muatan dan tidak dipungkiri sering terjadi kasus kecelakaan laut dengan berbagai
sebab.
DAFTAR PUSTAKA

Kusna Djaya, Indra. 2008. TEKNIK KONTRUKSI KAPAL BAJA jilid 2. Jakarta :
Depdiknas
www.bse.depdiknas.go.id
www.indonesianship.com

https://docplayer.info/78843028-Penanganan-prosedur-darurat-pada-kapal-abstrak.html

Anda mungkin juga menyukai