Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MANAJEMEN PASIEN TENGGELAM DI KOLAM RENANG

Disusun oleh :

Nama : Aulia Kurnia Insani

NIM : P1337420517070

No Absen : 23

Kelas : Antasena 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2019
A. Pengertian dan penyebab seseorang dapat tenggelam di kolam renang

Tenggelam adalah suatu kondisi yang mengakibatkan gangguan

pada sistem pernapasan, akibat masuknya cairan ke dalam saluran

pernapasan. Kondisi ini sangat fatal karena dapat mengakibatkan

kematian. Berdasarkan data WHO pada tahun 2015, sebanyak 360.000

korban tenggelam tidak dapat tertolong nyawanya.

Kasus korban tenggelam di kolam sering terjadi dengan korban

yang mungkin hanya satu orang sampai lebih. Tenggelam disebabkan oleh

ketidakmampuan diri untuk memposisikan mulut dan hidung di atas

permukaan air, dan menahan napas ketika berada di dalam air dalam

jangka waktu tertentu. Pada kondisi ini, air dapat masuk ke saluran

pernapasan sehingga pasokan oksigen menjadi terhenti, yang berakibat

pada kerusakan atau terganggunya sistem tubuh.

Kasus-kasus tenggelam di kolam dapat dipicu oleh sejumlah faktor,

seperti:

1. Tidak bisa berenang

2. Mengalami serangan panik saat berada di dalam air

3. Terjatuh dan terpleset ke dalam kolam

4. Mengonsumsi alkohol sebelum berenang

5. Menderita penyakit yang kambuh ketika berada di dalam air, seperti

serangan jantung, epilepsi, atau gagar otak


B. Hal-hal yang harus dilakukan oleh penolong korba tenggela di kolam

Sebelum memberikan pertolongan pertama terhadap korban tenggelam ada

beberapa hal yang harus selalu diingat, diketahui dan dilaksanakan oleh

seorang penolong,yaitu:

1. Penolong harus terlebih dahulu mengamankan diri sendiri sebelum

memberikan pertolongan kepada korban. Mengapa hal itu harus

dilakukan? Karena biasanya korban tenggelam akan mengalami

kepanikan dan cenderung akan menggapai, memegang atau

merangkul benda-benda di sekitarnya serta meronta-ronta guna

menyelamatkan dirinya. Hal ini sangat berbahaya jika si penolong

tidak siap dengan kondisi tesebut.

2. Penolong ketika menjumpai korban tenggelam sebaiknya segera

mencari bantuan terdekat, sambil terus berusaha untuk mengamati

kondisi korban.

3. Penolong tidak berusaha untuk memberikan pertolongan pertama di

air, karena itu sangat berbahaya tapi memberikannya setelah sampai

di tempat yang aman.

C. Waktu pencetus dan penyebab seseorang dapat mengalami tenggelam di

kolam renang

Dalam sejarah perkembangan olahraga renang, terdapat kemajuan

pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan. Pada waktu

dulu, banyak masyarakat yang sama sekali tidak tahu apa yang sebaiknya

diperbuat terhadap seseorang yang mengalami musibah di kolam renang.


Karena itu segeralah bertindak cepat dan tepat dalam memberikan

pertolongan pertama pada kecelakaan di kolam renang.

Pertolongan tersebut diberikan pada korban yang mengalami hal-hal

sebagai berikut:

a. Kram

Kram sering dialami oleh siswa yang sedang belajar renang, terjadi

akibat gerak renang yang melelahkan otot. Kram juga dapat terjadi

akibat suhu dingin dan kekurangan cairan garam di dalam tubuh.

Yang paling parah bila terjadi kram perut, apabila terjadi kram perut

pada siswa saat belajar renang tidak ada alternatif lain segera dibawa

ke dokter.

b. Pingsan dan kematian

Pingsan dapat terjadi karena kelelahan saat berenang atau karena

mengidap penyakit lain seperti typhus atau penyakit ayan.

c. Tidak dapat berenang

D. Pihak yang dapat melakukan pertolongan untuk korban tenggelam di

kolam renang

Pertolongan pertama dapat dilakukan oleh :

a. Pengawas kolam renang baik kolam renang umum, hotel, tempat

rekreasi, maupun kolam renang pribadi

b. Anggota PMI atau PMR yang kebetulan ada di lokasi

c. Instruktur/pelatih perkumpulan/klub renang,

d. Mahasiswa yang pernah mendapat pelatihan pertolongan pertama


e. Satpam penjaga kolam renang

f. Serta masyarakat sekitar yang mengetahui cara-cara pertolongan

pertama pada korban tenggelam

Jangan sekali-kali memberikan pertolongan pada klien tanpa memiliki

pelatihan khusus dan ketrampilan khusus atau setidaknya pernah

mendapatkan pengajaran, karena bukanya membantu menyelamatkan,

melainkan bisa sebaliknya.

E. Cara Menolong Korban yang Efisien dan Efektif

Alat bantu yang dipergunakan ada 4 macam, yaitu:

1. Tongkat,

2. Tambang Plastik,

3. Ban,

4. Pelampung.

1. Tongkat

Alat bantu yang pertama yang harus selalu ada di samping anda saat

mengajar renang adalah sebuah tongkat yang panjangnya 1 meter dan

garis tengahnya 2 cm. Cara penggunannya apabila ada peristiwa

mendadak dan siswa membutuhkan pertolongan, dimana posisinya

dekat. Maka Anda tinggal menyodorkan tongkat tersebut supaya

dipegang, Anda tidak usah cape-cape terjun dan membawa korban di

dalam kolam.
2. Tambang Plastik

Alat bantu yang kedua adalah tambang plastik, yang panjangnya 5

meter dan besarnya sedang, digulung dan diikat dengan karet gelang,

dikaitkan pada celana renang.

Cara penggunaannya apabila saat mengajar ada siswa yang

membutuhkan pertolongan, segera tambang tersebut dibuka dan

dilemparkan kepada korban, ujung tambang dipegang oleh Anda,

apabila korban sudah memegangnya, tarik ke tepi kolam. Alat bantu

tambang dipergunakan apabila jarak dengan korban sekitar 3-4 meter.

Cara ini juga sangat efisien dan efektif.

3. Ban

Alat bantu yang ketiga adalah ban yang diikatkan pada tambang yang

panjangnya 15 meter. Pada waktu melaksanakan pembelajaran renang,

alat ini selalu berada di samping Anda.

Cara penggunaannya apabila ada siswa yang membutuhkan pertolongan

segera Anda melemparkan ban tersebut ke arah korban, beri petunjuk

supaya masuk ke dalam ban, kemudian tarik ke tepi kolam. Alat bantu

ini sangat efektif karena dapat sekaligus menolong siswa 2-3 orang

ditempat dalam,apabila lemparan Anda kurang tepat Anda harus segera

terjun kedekat korban.


4. Pelampung

Alat bantu yang keempat ini berupa pelampung yang tipis atau yang

bulat, diikat dengan tambang plastik yang kecil. Kemudian diikatkan

pada celana renang bila akan dibawa untuk menolong korban.

Cara penggunaannya sangat populer dalam film bay watch oleh para

life guard untuk menolong para pengunjung pantai yang mengalami

musibah akan tenggelam saat berenang. Apabila pada waktu mengajar

renang, tiba-tiba ada siswa yang perlu ditolong, segera megaitkan tali

pelampung ke belakang celana renang, kemudian segera melompat ke

arah korban. Pelampung diberikan supaya dipegang/dipeluk. Apabila

korban sudah pingsan makapelampung disimpan di bawah leher

korban

F. Cara Memegang dan Membawa Korban

Setidaknya ada tindakan preventif apabila terjadi kecelakan di air seperti

tenggelam misalnya. Menurut Subagyo (2007: 52) terdapat beberapa sikap

renang dari penolong yang selalu disesuaikan dengan cara memegang

korban. Cara memegang korban pada saat menolong ada 4 macam antara

lain:

1. Pegangan pada rambut

Pegangan pada rambut, dilakukan dengan satu tangan, apabila

pegangan dilakukan dengan tangan kiri, maka si penolong berada di

sebelah kiri korban. Dan membawanya ke tepi kolam dengan


menggunakan gaya dada atau gaya bebas menyamping. Usahakan

posisi korban tubuhnya terlentang, sehingga mulut dan hidungnya

tetap berada di atas permukaan air, pegangan pada rambut sangat sulit

dilakukan kecuali keadaan korban pingsan. Alat keadaan korban

sangat sulit untuk dibawa ke pinggir.

2. Pegangan pada pelipis

Pegangan pada pelipis, dilakukan dengan pegangan dua tangan,

apabila sudah berada di belakang korban, segera pegang pelipisnya

dengan dua tangan, kemudian membawanya ke tepi kolam dengan

menggunakan gaya dada dalam posisi terlentang. Usahakan mulut dan

hidung korban selalu berada di atas permukaan air. Cara menolong

dengan pegangan pada pelipis korban lebih efisien dan efektif dari

pada pegangan pada rambut.

3. Pegangan pada dagu

Pegangan pada dagu, dilakukan dengan dua tangan apabila posisi

badan sudah berada di belakang korban, maka usahakan tubunya

menjadi terlentang, kemudian tangan memegang dagu korban dan

segera dibawa ke tepi kolam dengan gerakan gaya dada terlentang.

Cara menolong korban dengan pegangan pada dagu keuntungannya

sama dengan seperti pada pegangan pelipis.

4. Pegangan pada dada

Pegangan pada dada, dilakukan dengan cara merangkul dada korban

dengan satu tangan. Apabila merangkul tangan kiri maka posisi tubuh
Anda berada di sebelah kiri korban, kemudian bergerak mebawa

korban ke tepi kolam dengan gerakan gaya dada menyamping, cara

menolong ini kurang efisien karena banyak menghabiskan tenaga dan

sangat sulit jika korbannya tidak tenang.

G. Bentuk-bentuk pertolongan pada korban

Adapun bentuk pertolongan yang bisa diberikan dibagi menjadi dua jenis,

yaitu:

1. Korban Sadar

a. Penolong tidak boleh langsung terjun ke air untuk melakukan

pertolongan. Ingat bahwa korban dalam keadaan panik dan sangat

berbahaya bagi penolong. Sedapat mungkin, penolong untuk

selalu memberikan respon suara kepada korban dan sambil

mencari kayu atau tali atau mungkin juga pelampung dan benda

lain yang bisa mengapung di sekitar lokasi kejadian yang bisa

digunakan untuk menarik korban ke tepian atau setidaknya

membuat korban bisa bertahan diatas permukaan air.

b. Aktifkan sistem penanganan gawat darurat terpadu (SPGDT).

Bersamaan dengan tindakan pertama di atas, penolong harus

segera mengaktifkan SPGDT, untuk memperoleh bantuan atau

bisa juga dengan mengajak orang-orang yang ada di sekitar

tempat kejadian untuk memberikan pertolongan.


c. Jika memang di tempat kejadian ada peralatan atau sesuatu yang

bisa menarik korban ke tepian dengan korban yang dalam

keadaan sadar, maka segera berikan kepada korban, seperti kayu

atau tali, dan usahakan menarik korban secepat mungkin sebelum

terjadi hal yang lebih tidak diinginkan. Setelah korban sampai di

tepian segeralah lakukan pemeriksaan fisik dengan terus

memperhatikan ABC untuk memeriksa apakah ada cedera atau

hal lain yang dapat mengancam keselamatan jiwa korban dan

segera lakukan pertolongan pertama kemudian kirim ke pusat

kesehatan guna mendapat pertolongan lebih lanjut.

d. Jika tidak ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban,

maka penolong bisa segera terjun ke air untuk menghampiri

korban. Tapi harus diingat, penolong memiliki kemampuan

berenang yang baik dan menghampiri korban dari posisi belakang

e. Jika korban masih dalam keadaan sadar dan bisa ditenangkan,

maka segera tarik (evakuasi) korban dengan cara melingkarkan

salah satu tangan penolong pada tubuh korban melewati kedua

ketiak korban atau bisa juga dengan menarik kerah baju korban

(tapi ingat, hal ini harus dilakukan hati-hati karena bisa membuat

korban tercekik atau mengalami gangguan pernafasan) dan segera

berenang mencapai tepian.

f. Jika Korban dalam keadaan tidak tenang dan terus berusaha

menggapai atau memegang penolong, maka segera lumpuhkan


korban. Hal ini dilakukan untuk mempermudah evakuasi,

kemudian lakukan tindakan seperti no e dan kemudian no c di

atas.

2. Korban tidak sadar

Seperti halnya dalam memberikan pertolongan pertama untuk korban

tenggelam dalam keadaan sadar, maka untuk korban tidak sadar si

penolong juga harus memiliki kemampuan dan keahlian untuk

melakukan evakuasi korban dari dalam air agar baik penolong

maupun korban dapat selamat.

Adapun tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Segera hampiri korban, namun tetap perhatikan keadaan sekitar

untuk menghindari hal yang tidak diingin terhadap diri penolong.

Lakukan evakuasi dengan melingkarkan tangan penolong di

tubuh korban seperti yang dilakukan pada no. c untuk korban

sadar.

b. Untuk korban yang dijumpai dengan kondisi wajah berada di

bawah permukaan air (tertelungkup), maka segera balikkan badan

korban dan tahan tubuh korban dengan salah satu tangan

penolong. Jika penolong telah terlatih dan bisa melakukan

pemeriksaan nadi dan nafas saat menemukan korban, maka segera

periksa nafas dan nadi korban. Kalau nafas tidak ada maka segera

buka jalan nafas dengan cara menggerakkan rahang korban

dengan tetap menopang tubuh korban dan berikan nafas buatan


dengan cara ini. Dan jika sudah ada nafas maka segera evakuasi

korban ke darat dengan tetap memperhatikan nafas korban.

c. Ketika penolong dan korban telah sampai di tempat yang aman

(di darat), maka segera lakukan penilaian dan pemeriksaan fisik

yang selalu berpedoman pada ABC. Berikan respon kepada

korban untuk menyadarkannya.

d. Ketika respon ada dan korban mulai sadar, maka segera lakukan

pemeriksaan fisik lainnya untuk mengetahui apakah ada cedera

lain yang dapat membahayakan nyawa korban. Jika tidak ada

cedera dan korban kemudian sadar, berikan pertolongan sesuai

dengan yang diperlukan korban, atau bisa juga dengan

mengevakuasi korban ke fasilitas kesehatan terdekat untuk

pemeriksaan secara medis.

e. Jika tidak ada respon dan tidak ada nafas, segera buka jalan nafas

dengan cara ini atau ini, periksa jalan nafas dengan cara Lihat,

Dengar dan Rasakan (LDR) selama 3-5 detik. Jika tidak ada nafas

maka segera berikan bantuan pernafasan (bantuan hidup dasar)

dengan cara ini lalu periksa nadi karotis. Apabila nadi ada, maka

berikan bantuan nafas buatan sesuai dengan kelompok umur

korban hingga adanya nafas spontan dari korban (biasanya nafas

spontan ini disertai dengan keluarnya air yang mungkin

menyumbat saluran pernafasan korban ketika tenggelam), lalu

posisikan korban dengan posisi pemulihan. Terus awasi jalan


nafas korban sambil penolong berupaya untuk menyadarkan

seperti tindakan no. d di atas atau mencari bantuan lain untuk

segera mengevakuasi korban.

f. Ketika tindakan no.e tidak berhasil (tidak ada respon, tidak nafas

dan tidak ada nadi), maka segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.

Tindakan seperti di atas benar-benar akan berhasil dan

terlaksana dengan baik, ketika penolong mempunyai keahlian untuk

melakukan pertolongan pertama. Jika penolong tidak memiliki

kemampuan dan keahlian tersebut sebaiknya segera menghubungi

pihak berwenang seperti pelaku pertolongan pertama, paramedik atau

tim penyelamat dan mentransportasikan korban (evakuasi) ke fasilitas

kesehatan terdekat. Dan yang harus diingat, ketika proses evakuasi,

jalan napas korban harus selalu terbuka.


DAFTAR PUSTAKA

Palmer, Lynn. (2009). Safe Swimming. Parks & Recreation; Feb 2009; 40, 2;

ProQuest Education Journals page. 64

Ditjen Dikti. (2010). Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat oleh Perguruan Tinggi. Program Penerapan IPTEKS dan

Vucer. Edisi VII. Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi Direktorat

Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

American Red Cross. (2009). Water Safety Instructor’s Manual, Infant Preschool

aquatic Program. St Louis, MO:CV Mosby; 51-80

Anda mungkin juga menyukai