Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN PEDIATRIK

Createdby: Kelompok 1
KELOMPOK 1:

Luthfi Zati

Rinrin Nuraeni

Wulan Ayu Utami

Ayu Utami Dewi

Abdhan Firdaus

Lisita

Fransisca
1. KEGAWATDARURATAN ASTHMA
Pengertian…

Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi


hipersensitif mukosa bronkus terhadap alergen.

Selama terjadi serangan asma, perubahan dalam paru-paru


secara tiba-tiba menjadi jauh lebih buruk, ujung saluran
napas mengecil, dan aliran udara yang melaluinya sangat
jauh berkurang sehingga bernapas menjadi sangat sulit
Klasifikasi..

Asma bronkhiale--->
suatu penyakit yang Status asmatikus -->
ditandai dengan status asmatikus
adanya respon yang merupakan keadaan Asthmatic
Berdasarkan
berlebihan dari emergensi dan tidak Emergency --->
kegawatan asma,
trakea dan bronkus langsung Yakni asma yang
maka asma dapat
terhadap bebagai memberikan respon dapat menyebabkan
dibagi menjadi :
macam rangsangan, terhadap dosis kematian.
yang mengakibatkan umum bronkodilator
penyempitan (Depkes RI, 2007).
saluran nafas
Etiologi…
Penyebab hipersensitifitas saluran pernapasan pada kasus asma banyak
diakibatkan oleh faktor genetik (keturunan). Sedangkan faktor pemicu timbulnya
reaksi hipersensistifitas saluran pernapasan dapat berupa:
 Hirup debu yang didapatkan dijalan raya maupun debu rumah tangga.
 Hirupan asap kendaraan, asap rokok, asap pembakaran.
 Hirup aerosol (asap pabrik yang bercampur gas buangan seperti nitrogen).
 Pajanan hawa dingin.
 Bulu binatang.
 Stress yang berlebihan.
Manifestasi Klinis…

Sesak
Batuk
Napas

Suara
Pucat,
pernapasan
Lemah
Wheezing
Penatalaksanaan…
1. Anak dengan episode pertama wheezing tanpa distress pernapasan, bisa dirawat di rumah hanya dengan terapi
penunjang. Tidak perlu diberi bronkodilator.

2. Anak dengan distres pernapasan atau mengalami wheezing berulang, beri salbutamol dengan nebulisasi atau MDI
(metered dose inhaler). Jika salbutamol tidak tersedia, beri suntikan epinefrin/adrenalin subkutan. Periksa kembali anak
setelah 20 menit untuk menentukan terapi selanjutnya:

a. Jika distres pernapasan sudah membaik dan tidak ada napas cepat, nasihati ibu untuk merawat di rumah dengan
salbutamol hirup atau bila tidak tersedia, beri salbutamol sirup per oral atau tablet.

b. Jika distres pernapasan menetap, pasien dirawat di rumah sakit dan beri terapi oksigen, bronkodilator kerja-cepat
dan obat lain seperti yang diterangkan di bawah.

3. Jika anak mengalami sianosis sentral atau tidak bisa minum, rawat dan beri terapi oksigen, bronkodilator kerja-
cepat dan obat lain yang diterangkan di bawah.

4. Jika anak dirawat di rumah sakit, beri oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan dosis pertama steroid dengan segera.
Respons positif (distres pernapasan berkurang, udara masuk terdengar lebih baik saat auskultasi) harus terlihat dalam
waktu 20 menit. Bila tidak terjadi, beri bronkodilator kerja cepat dengan interval 20 menitOksigen
Pengkajian…
1. Pengkajian Primer

Airway : mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai
kontrol servikal.
- Peningkatan sekresi pernafasan.
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing

Breathing : mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan


agar oksigenasi adekuat.
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan.
- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
Lanjutan…
Circulation : mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi.
- Sakit kepala.
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah.
- Papiledema.
- Urin output meurun
Dissability : mengecek status neurologis.
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi
dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
Exposure : environmental control, buka baju penderita tapi cegah hiportermia.
Lanjutan…

 Pengkajian Sekunder

Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk


mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan.
Diagnosa..

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi


sputum.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(spasme bronkus).
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
2. Kegawatdaruratan Luka Gigitan

Luka gigitan manusia dan binatang sering dijumpai :


1% pada semua kunjungan di UGD.
Dalam tata laksananya, diperlukan pemahaman yang
baik akan mikrobiologi infeksi luka.
FREKUENSI..
Gigitan anjing merupakan jenis luka gigitan
binatang yang paling sering dijumpai tetapi
memiliki angka infeksi yang rendah

Anak yang lebih muda lebih rentan


menderita morbiditas yang signifikan (dan
sesekali mortalitas)

Gigitan kucing lebih jarang dijumpai tetapi


angka infeksinya lebih tinggi
Penatalaksanaan Luka Gigitan
 Irigasi dengan cairan mengalir : gunakan NS dengan semprit 20 mL atau lebih besar
serta angiocath 19G
 Jika diindikasikan, lakukan debrideman dengan hati-hati
 Antibiotik profilaksis (risiko tinggi : lihat bawah)
 Antibiotik terapeutik jika ada tanda infeksi
 Penutupan primer : laserasi yangberisiko rendah
 Imobilisasi pada posisi sesuai fungsi
 Elevasi
 Tetanus toksoid jika diindikasikan +/_ imunoglobin tetanus bila perlu
 Profilaksis rabies jika diindikasikan
 Catatan : antibiotic saja tidak cukup
3. Kegawatdaruratan Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik merupakan kegawat-daruratan di


bidang kardiovaskuler yang memerlukan
penanganan cepat dan tepat. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam etiologi yang
memerlukan penatalaksanaan segera.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis
kegawatan dan kesalahan dalam melakukan terapi
dapat berakibat fatal, karena pasien akan jatuh
dalam gagal sirkulasi yang berkepanjangan.
ETIOLOGI…

Syok kardiogenik dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan kondisi seperti
yang akan dijelaskan di bawah ini, dibagi atas pada bayi baru lahir, pada bayi dan
anak. Pada bayi baru lahir, syok kardiogenik dapat disebabkan oleh:
- Penyakit jantung bawaan (PJB) yang mengakibatkan berberkurangnya curah
jantung dan hipotensi sistemik
- Kelainan otot jantung akibat hipoksia dan asidosis berat pada asfiksia
intrapartum.
MANIFESTASI…

Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah,


nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi
dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin,
serta kulit yang dingin dan lembab.
Penatalaksanaan secara umum
Tata laksana syok kardiogenik secara umum meliputi:
 Pemasangan infus untuk memberikan bolus cairan 10 mL/kg untuk mengisi
pembuluh darah yang kolaps.
 Koreksi keseimbangan asam-basa dan elektrolit
 Pemasangan kateter vena sentral untuk mengukur tekanan vena sentral
 Penatalaksanaan secara spesifik
 Pemberian obat-obatan
 Sesuai dengan kinerja jantung yang terganggu, obat-obatan untuk
meningkatkan curah jantung dapat berupa obat-obatan inotropik, diuretik,
dan obat-obatan vasodilator.14 Masing-masing obat dalam kelompok di atas
akan dibahas lebih lanjut dibawah ini.
Pemeriksaan Penunjang..

 EKG : mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia


dan kerusakan pola.
 ECG : mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel
hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
 Rontgen dada : Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal.
ASUHAN KEPERAWATAN…

Pengkajian primer
 Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang
dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian
adanya suara napas tambahan seperti snoring.
 Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi,
wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
LANJUTAN…

 Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past
illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari
kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik
yang lebih spesifik seperti foto thoraks,dll
4. Kegawatdaruratan
Kejang

 Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
 Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex
serebral yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes.
1999 : 252)
Etiologi…

 Penyebab dari kejang demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu :


 Obat – obatan (racun, alkhohol, obat yang diminum berlebihan)
 Ketidak seimbangan kimiawi (hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis)
 Demam (paling sering terjadi pada anak balita)
 Patologis otak (akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan tik)
 Eklampsi (hipertensi prenatal, toksemia gravidarum)
 Idiopatik (penyebab tidak diketahui)
Manifestasi Klinik klien dengan kejang
demam antara lain :
 Suhu tubuh > 38⁰c
 Serangan kejang biasanya berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
 Sifat bangkitan dapat berbentuk :
 Tonik : mata ke atas, kesadaran hilang dengan segera, bila berdiri jatuh ke lantai atau
tanah, kaku, lengan fleksi, kaki/kepala/leher ekstensi, tangisan melengking, apneu,
peningkatan saliva
 Klonik : gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas berada pada kontraksi
dan relaksasi yang berirama, hipersalivasi, dapat mengalami inkontinensia urin dan feses
 Tonik Klonik
 Akinetik : tidak melakukan gerakan

 Umumnya kejang berhenti sendiri, anak akan terbangun dan sadar kembali
tanpa adanya kelainan saraf
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231),
klasikfikasi kejang demam adalah :
 Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan
umum
 Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria
Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks
diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau
multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat
mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang
dalam riwayat keluarga.
Penatalakasanaan
 Pemberian diazepam
 dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan)
 bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosisi ulangan setelah 20 menit.
 Turunkan demamanti piretik :
 para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis
 kompres air biasa
 Penanganan suportif
 bebaskan jalan nafas
 beri zat asam
 Primary Survey :
 Airway : Kaji apakah ada muntah, perdarahan, benda asing dalam mulut seperti lendir dan
dengarkan bunyi nafas.
 Breathing : kaji kemampuan bernafas klien
 Circulation : nilai denyut nadi
Lanjutan..
 Apakah anak koma ? Periksa tingkat kesadaran dengan skala AVPU:

 A: sadar (alert)

 V: memberikan reaksi pada suara (voice)

 P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)

 U: tidak sadar (unconscious)

 Tindakan primer dalam kegawat daruratan dengan kejang demam adalah :

 Baringkan klien pada tempat yang rata dan jangan melawan gerakan klien saat kejang

 Bila klien muntah miringkan klien untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.

 Bebaskan jalan nafas dengan segera :

 Buka seluruh pakaian klien

 Pasang spatel atau gudel/mayo (sesuaikan ukuran pada anak)

 Bersihkan jalan nafas dari lendir dengan suction atau manual dengan cara finger sweep dan posisikan
kepala head tilt-chin lift (jangan menahan bila sedang dalam keadaan kejang)
5. Kegawatdaruratan Diare

Diare adalah penyakit yang


ditandai dengan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari)
yang disertai perubahan
bentuk dan konsistensi tinja
dari penderita

Frekuensinya bisa terjadi lebih


dari dua kali sehari dan
berlangsung dalam jangka
waktu lama tapi kurang dari
14hari. Seperti diketahui, pada
kondisi normal, orang biasanya
buang besar sekali atau dua kali
dalam sehari dengan konsistensi
feses padat atau keras.
Etiologi…
 Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Penyebab lain.
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali
atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:

Muntah

Badan lesu atau lemah

Panas

Tidak nafsu makan

Darah dan lendir dalam kotoran


Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan
pertama yang perlu segera dilakukan:

 Minumkan cairan oralit sebanyak


mungkin penderita mau dan dapat
meminumnya.
 Penderita sebaiknya diberikan makanan
yang lunak dan tidak merangsang
lambung, serta makanan ekstra yang
bergizi sesudah muntaber.
 Penderita muntaber sebaiknya dibawa
ke dokter apabila muntaber tidak
berhenti dalam sehari atau keadaannya
parah, rasa haus yang berlebihan, tidak
dapat minum atau makan, demam
tinggi, penderita lemas sekali serta
terdapat darah dalam tinja.
PADA Gastroentritis
Konsep Asuhan Keperawatan
 Pengkajian Primer
 Airway
 Klien dengan gastroenteritis biasanya didapatkan kondisi dengan karakteristik adanya mual
dan muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan
 Emergency treatment :
 kepatenan jalan Pastikan napas
- Kaji adanya penyumbatan jalan napas seperti air ludah, muntahan, dan secret.
- Pasien dimiringkan ke kanan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.
- Lidah dijaga agar tidak menghalangi jalan nafas atau tergigit.
 Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
 jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan bawa ke ICU
breathing
 Emergency treatment:
 Kaji respiratory rate
 Kaji saturasi oksigen
 Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi > 92%
 Auskultasi dada
 Lakukan pemeriksaan rontgent
Circulation
 Emergency treatment:
 Kaji denyut jantung
 Monitor tekanan darah
 Kaji lama pengisian kapiller
 Pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
 Periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
 Catat temperature
 Lakukan kultur jika pyreksia
 Lakukan monitoring ketat
 Berikan cairan per oral
 Jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik IV.
Pengkajian Sekunder
 Identitas
 Keluhan Utama
 BAB lebih dari 3 x
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
 Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
Diagnosa..

 Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d output
cairan yang berlebihan.
 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah.
 Resiko gangguan integritas kulit b/d iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai