ABSTRAK
Asia dan Indonesia tahaun 2015 sudah memasuki era penduduk menua
(ageing population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun
(penduduk lansia) ke atas melebihi angka 7 persen. Banyak sekali masalah
kesehatan yang dialami oleh lansia diusianya yang semakin senja yang akan
menentukan kualitas hidup lansia semasa hidupnya. Kualitas hidup lansia yang
berada jauh dari keluarganya akan tampak berbeda dengan kualitas hidup lansia
yang tinggal bersama dengan keluarganya ini disebabkan oleh banyak hal salah
satunya sense of beloging yang dimiliki oleh lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan sense of
beloging dengan kualitas hidup lansia di BPSTW Ciparay Kabupaten Bandung.
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini, menggunakan teknik rundom sampling dengan jumlah
perhitungan menghasilkan 80 orang lansia di BPSTW CiparayKabupaten
Bandung. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner lembar observasi
yang sudah baku WHOQOL – BREF dan SOBI – P. Analisa bivariat dalam
penelitian ini menggunakan uji statistik Spearman Rank.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat sense of beloging
lansia rendah. Dilanjutkan dengan kualitas hidup lansia yang menunjukkan
sebagian besar kualitas hidunya buruk. Hasil penelitian analisa bivariat didapatkan
Ho ditolak dan Ha diterima. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
lansia adalah tingkat sense of beloging yang dimiliki setiap lansia.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sense of
beloging dengan kualitas hidup lansia, sehingga BPSTW dapat membuat program
dimana lansia dapat meningkatkan sense of beloging antara sesama penghuni
BPSTW. Sebaiknya lansa didorong dan dimotivasi agar aktif berkegiatan agar
dapat meningkatkan kualitas hidupnya seperti aktif dalam kegiatan bersama –
sama penghuni BPSTW yang akan meningkatkan kualitas hidup
Peningkatan usia harapan hidup adalah salah satu faktor yang menyebabkan
meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia), yaitu penduduk berusia 60
tahun ke atas (Badan Pusat Statistika, 2013). Asia dan Indonesia dari tahun 2015
sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena jumlah
penduduknya berusia 60 tahun (penduduk lansia) ke atas melebihi angka 7 persen.
Diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia
(9,03%), diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025
(33, 69 juta), tahun 2030 (40, 95 juta) dan tahun 2035 (48, 19 juta). Suatu negara
dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh persen
(Kemenkes, 2017)..
`
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sefullah (2016) terhadap 150 lansia
di dapatkan hasil bahwa sense of beloging lansia yang tinggal di Panti Werda
dapat mempengaruhi kualitas hidupya,semakin tinggi sense of beloging yang
dimiliki lansia maka semakin tinggi pula kualitas hidupnya. Lansia yang hidup di
Panti Werda mengharuskan dirinya beradaptasi dengan lingkungan berbeda
dengan ketika mereka tinggal sendiri atau ketika tinggal bersama keluarga.
Semakin tingi sense of beloging yang dimiliki lansia maka semakin tinggi pula
kualitas hidupnya begitupun sebaliknya.
Sense Of Beloging
Pada sense of belonging terdapat dua aspek yang menyertai di dalamnya, yaitu
valued invorement dan fit. Pada aspek valued invorement, ditandai dengan
perasaan merasa dihargai, dibutuhkan dan diterima, sedangkan pada aspek fit
ditandai dengan munculnya perasaan individu di mana ia merasakan menjadi
bagian dari kelompok atau lingkungan (Hagerty dan Patusky, 1995). Lansia yang
memiliki aspek valued invorement dapat memiliki hubungan sosialyang baik
dengan orang-orang disekitarnya, hal ini ditandai dengan perasan bahwa dirinya
diterima, dihargai dan dibutuhkan oleh orang-orang yang ada di BPSTW.
Adapun aspek fit dalam sense of belonging. Lansia yang merasakan bahwa dirinya
sudah menjadi satu kesatuan dengan lingkungan di Panti Wreda, ditandai dengan
perasaan bahwa dirinya cocok dengan teman-teman penghuni panti maupun
lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hal ini dapat mendukung kesejahteraan
psikologis selama tinggal di BPSTW. Lansia yang memiliki kesejahteraan
psikologis yang baik dapat mempengaruhi kesehatan fisik nya, permasalahan-
permasalahan psikologis yang mengancam hidup lansia dapat menimbulkan
berbagai penyakit yang dapat mempengaruhi aktivitas lansia sehari-hari dan
menjadikannya ketergantungan dengan orang lain.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan korelasi yaitu mendeskripsikan fenomena yang terjadi yang kemudian
dikaitkan dengan faktor lain atau penelitian hubungan antar dua variabel pada
suatu situasi dan sekelompok subjek, yang bertujuan untuk melihat hubungan
antara dau gejala satu dengan gejala lain (Kardi, 2018). Rancangan penelitian
adalah cross sectional yang merupakan rancangan penelitian yang mencari
hubungan antara variable bebas (faktor resiko) berupa sense of beloging dengan
variabel tergantung (efek) berupa kualitas hidup.
Hasil Penelitian
Kualitas Hidup
Sense Of Beloging Total p-value Rs r tabel
Buruk Baik
Tinggi
Rendah
Total
Analisis dan Diskusi
REFERENSI
Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian (Ed. revisi). Malang : UMM Press
Badan Pusat Statistika (BPS). 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2013 : Hasil
Deepublish
Kemenkes Malang
Tuti, Putri Suci. 2014. Studi Komparatif : Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal
Pendidikan Indonesia.
di Gampong Mulia Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh. Program Studi Ilmu