Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN SENSE OF BELOGING DENGAN KUALITAS HIDUP

LANSIA DI BPSTW CIPARAY KABUPATEN BANDUNG


TAHUN 2018

Santi Puspitasari 1 , Sumbara2, Rizki Muliani3

Program Studi S1 Keperawatan


STIKes Bhakti Kencana Bandung Jl. Soekarno – Hatta No.754
santi09puspitasari@gmail.com

ABSTRAK

Asia dan Indonesia tahaun 2015 sudah memasuki era penduduk menua
(ageing population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun
(penduduk lansia) ke atas melebihi angka 7 persen. Banyak sekali masalah
kesehatan yang dialami oleh lansia diusianya yang semakin senja yang akan
menentukan kualitas hidup lansia semasa hidupnya. Kualitas hidup lansia yang
berada jauh dari keluarganya akan tampak berbeda dengan kualitas hidup lansia
yang tinggal bersama dengan keluarganya ini disebabkan oleh banyak hal salah
satunya sense of beloging yang dimiliki oleh lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan sense of
beloging dengan kualitas hidup lansia di BPSTW Ciparay Kabupaten Bandung.
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini, menggunakan teknik rundom sampling dengan jumlah
perhitungan menghasilkan 80 orang lansia di BPSTW CiparayKabupaten
Bandung. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner lembar observasi
yang sudah baku WHOQOL – BREF dan SOBI – P. Analisa bivariat dalam
penelitian ini menggunakan uji statistik Spearman Rank.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat sense of beloging
lansia rendah. Dilanjutkan dengan kualitas hidup lansia yang menunjukkan
sebagian besar kualitas hidunya buruk. Hasil penelitian analisa bivariat didapatkan
Ho ditolak dan Ha diterima. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
lansia adalah tingkat sense of beloging yang dimiliki setiap lansia.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sense of
beloging dengan kualitas hidup lansia, sehingga BPSTW dapat membuat program
dimana lansia dapat meningkatkan sense of beloging antara sesama penghuni
BPSTW. Sebaiknya lansa didorong dan dimotivasi agar aktif berkegiatan agar
dapat meningkatkan kualitas hidupnya seperti aktif dalam kegiatan bersama –
sama penghuni BPSTW yang akan meningkatkan kualitas hidup

Kata Kunci : Kualitas Hidup, Lansia, Sense Of Beloging


Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju maupun
negara berkembang, disebabkan oleh penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan
mortalitas (kematian), serta peningkatan angka harapan hidup (life
ecpectancy),yang mengubah struktur penduduk secara keseluruhan (Kemenkes,
2017). Upaya pemerintah dalam hal pembangunan nasional bertujuan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 1945 menghailkan perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial
masyarakat, salah satunya ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup.

Peningkatan usia harapan hidup adalah salah satu faktor yang menyebabkan
meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia), yaitu penduduk berusia 60
tahun ke atas (Badan Pusat Statistika, 2013). Asia dan Indonesia dari tahun 2015
sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena jumlah
penduduknya berusia 60 tahun (penduduk lansia) ke atas melebihi angka 7 persen.
Diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia
(9,03%), diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025
(33, 69 juta), tahun 2030 (40, 95 juta) dan tahun 2035 (48, 19 juta). Suatu negara
dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh persen
(Kemenkes, 2017)..
`
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sefullah (2016) terhadap 150 lansia
di dapatkan hasil bahwa sense of beloging lansia yang tinggal di Panti Werda
dapat mempengaruhi kualitas hidupya,semakin tinggi sense of beloging yang
dimiliki lansia maka semakin tinggi pula kualitas hidupnya. Lansia yang hidup di
Panti Werda mengharuskan dirinya beradaptasi dengan lingkungan berbeda
dengan ketika mereka tinggal sendiri atau ketika tinggal bersama keluarga.
Semakin tingi sense of beloging yang dimiliki lansia maka semakin tinggi pula
kualitas hidupnya begitupun sebaliknya.

Menurut Maslow (2010), belongingness dan rasa cinta merupakan tingkat


kebutuhan yang harus dipenuho manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Dalam
hirarki kebutuhannya Maslow menciptakan hirarki kebutuhan yang dimulai
dengan kebutuhan fisiologis, diikuti oleh kebutuhan rasa aman, belongingness dan
love, harga diri dan akhirnya kebutuhan untuk aktualisasi diri. Maslow
menyatakan bahwa belongingness dan love needs merupakan kebutuhan tersebut
menjadi sumber semua bentuk psikopatologi. Dalam memenuhi kebutuhan
belogingness individu perlu memunculkan sense of beloging di dalam dirinya.
Sense of beloging memiliki peran yang besar sebagai pembentuk identitas dalam
diri serta sebagai motivasi seseorang untuk berpartisipasi dalam kelompoknya.

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Mochamad Shofaul Qulub (2014)


yang melakukan penelitian mengenai Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang
Lansia Di UPT PSLU Blitar yang dilakukan pada 80 orang lansia. Pada penelitian
ini ditemukan bahwa pemenuhan kebutuhan kasih sayang dapat dipenuhi melalui
ketulusan dan komunikasi dengan perasaan positif, parameter dalam komunikasi
dengan perasaan positif dipengaruhi oleh kondisi psikologis (mental) atau
keadaan lingkungan yang baik akan menunjukan presentasi yang baik.

Berdasarkan uraian fenomena tersebut, muncul pertanyaan yang menjadi sebuah


rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan, yaitu bagaimanakah
hubungan sense of beloging dengan kualitas hidup lansia di BPSTW Ciparay .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuo hubungan sense of beloging
dengan kualitas hidup lansia di BPSTW sehingga diharapkan penelitian ini dapat
memberikan informasi kepada pihk – pihak yang terkait dengn lansia agar dapat
meningkatkan kualitas hidup mereka di BPSTW meskipun mereka tidak tinggal
bersama keluarganya. Manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi untuk melengkapi penelitian – penelitian terkait dengan ppikologi
positif, psikologi sosial dan perkembangan yang berfokus pada lanjut usia. Selin
itu diharapkan penelitian ini mampu memberikan wawasan serta memperluas
informasi mengenai permasalahan individu pada lanjut usia yang tinggal di
BPSTW.
Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan penilaian seseoran terhadap kebutuhan mereka di


dalam kehidupan, dalam kontek budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup
yang berkaitan dengan tujuan dan standar hidup seseorang dalam menjalankan
kehidupannya (Endang, 2017). Menurut World Health Organization (WHO,1997)
kualitas hidup adalah pesepsi individu terhadap posisi mereka dalam konteks
sistem budaya dan nilai dimana di mana mereka hidup dan dalam hubungannya
dengan tujuan, harapan, standar dan perhatian. Kebutuhan hidup merupkan
konsep yang luas dan memiliki pengaruh secara komleks dengan kesehatan fisik,
keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi dan
hubungan mereka dengan ciri yng menonjol dari lingkungan mereka.

Aspek Kualitas Hidup

Menurut Endang (2014) beberapa aspek yang mempengaruhi kualitas hidup


lansia, yaitu 1) Social relationships with family, friends and neighbours;
menggambarkan perasaan bahwa orang lain peduli tentang mereka dan akan
selalu ada untuk mereka jika mereka memiliki masalah atau membutuhkan
bantuan baik itu ditandai dengan hubungan yang baik maupun dalam bentuk
dukungan emosional, 2) Home and neighbourhood; menggambarkan peran
lingkungan tempat tinggal yang aman beserta fasilitas yang ada sehingga mampu
memberikan jaminan dan mendukung lansia dalam memperoleh kualitas hidup,
termasuk di dalamnya hubungan dengan tetangga, transportasi, fasilitas publik
bahkan kenangan lansia pada lingkungan tempat tinggalnya memberikan
kontribusi untuk kualitas hidup mereka, 3) Psychological wellbeing and outlook;
menggambarkan kehidupan dan aktivitas lansia yang dipengaruhi oleh pandangan
psikologis, sikap dan karakteristik kepribadian mereka, 4) Social activities and
hobbies; menggambarkan kegiatan timbal balik yang menjadikan mereka ‘tetap
sibuk’, seperti kerja secara sukarela dan membantu orang lain (yang membuat
mereka merasa dihargai), hal ini dapat dilakukan secara bersama ataupun seorang
diri, 5) Health; menggambarkan kesehatan lansia yang membuat mereka mampu
melakukan apa yang mereka inginkan dengan baik, 6) Financial circumstances;
menggambarkan keamanan dan kenyamanan finansial, dan 7) Independence;
menggambarkan kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas yang mereka
inginkan sendiri dan menghindari ketergantungan pada orang lain.

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia


Menurut Supraba (2015), terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kualitas
hidup lansia, yaitu 1) Kondisi fisik, meliputi tingkat kemandirian dan kondisi
umum. Tingkat kemandirian menggambarkan kemampuan lansia dalam
melakukan aktivitas hariannya sendiri, sedangkan kondisi umum meliputi tingkat
kesadaran, tekanan darah, tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan serta postur
tulang belakang pada lansia. 2) Kondisi psikologis, merupakan perubahan
psikologis pada lansia yang disebabkan karena terjadinya perubahan anatomi dan
perubahan fisiologis pada lansia. 3) Fungsi Kognitif, merupakan kemampuan
berfikir secara rasional. 4) Aktivitas sosial, merupakan aktivitas sehari-hari yang
dilakukan oleh lansia, dimana lansia yang sukses adalah lansia yang mempunyai
aktivitas sosial di lingkungannya. 5) Interaksi sosial, merupakan suatu hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial dan
masyarakat. 6) Fungsi keluarga, adalah tempat saling bertukar antar anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu.

Sense Of Beloging

Sense of beloging ditandai dengan adanya kebutuhan akan berhubungan secara


teratuur dan adanya perasaan atau pemikiran bahawa hubungan intrapersonal
memiliki stabilitas, perhatian efektif dan berkelanjutan. Kegagalan dalam
pemenuhan kebutuhan belogingness dapat menyebabkan seseorang merasa
terisolasi secara sosial, keterasingan dan perasaan kesepian sehingga sense of
beloging dapat dikatakan sebabgai bentuk awal unruk menjalankan suatu
keterhuubungan sosial Sefullah (2016).

Aspek Sense of belonging


Hagerty dan Patusky (1995) membagi dua aspek penyusun dalam sense of
belonging, yaitu : (1) Valued invorement, yaitu pengalaman merasa dihargai,
dibutuhkan, atau diterima, dan (2) Fit, yaitu persepsi bahwa karakteristik individu
mengartikulasikan dengan sistem atau lingkungan di mana dia berada. Adapun
anteseden atau pelopor sense of belonging yang terdiri dari peristiwa sebelum
munculnya sense of belonging diidentifikasi sebagai kekuatan untuk merasakan
keterikatan, potensi dan hasrat untuk memaknai keterikatan dan potensi untuk
berbagi serta melengkapi karakteristik.

Sense of belonging dengan Kualitas Hidup Lansia

Pada sense of belonging terdapat dua aspek yang menyertai di dalamnya, yaitu
valued invorement dan fit. Pada aspek valued invorement, ditandai dengan
perasaan merasa dihargai, dibutuhkan dan diterima, sedangkan pada aspek fit
ditandai dengan munculnya perasaan individu di mana ia merasakan menjadi
bagian dari kelompok atau lingkungan (Hagerty dan Patusky, 1995). Lansia yang
memiliki aspek valued invorement dapat memiliki hubungan sosialyang baik
dengan orang-orang disekitarnya, hal ini ditandai dengan perasan bahwa dirinya
diterima, dihargai dan dibutuhkan oleh orang-orang yang ada di BPSTW.

Adapun aspek fit dalam sense of belonging. Lansia yang merasakan bahwa dirinya
sudah menjadi satu kesatuan dengan lingkungan di Panti Wreda, ditandai dengan
perasaan bahwa dirinya cocok dengan teman-teman penghuni panti maupun
lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hal ini dapat mendukung kesejahteraan
psikologis selama tinggal di BPSTW. Lansia yang memiliki kesejahteraan
psikologis yang baik dapat mempengaruhi kesehatan fisik nya, permasalahan-
permasalahan psikologis yang mengancam hidup lansia dapat menimbulkan
berbagai penyakit yang dapat mempengaruhi aktivitas lansia sehari-hari dan
menjadikannya ketergantungan dengan orang lain.

Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan korelasi yaitu mendeskripsikan fenomena yang terjadi yang kemudian
dikaitkan dengan faktor lain atau penelitian hubungan antar dua variabel pada
suatu situasi dan sekelompok subjek, yang bertujuan untuk melihat hubungan
antara dau gejala satu dengan gejala lain (Kardi, 2018). Rancangan penelitian
adalah cross sectional yang merupakan rancangan penelitian yang mencari
hubungan antara variable bebas (faktor resiko) berupa sense of beloging dengan
variabel tergantung (efek) berupa kualitas hidup.

Varibel dan Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (X) berupa Sense of belonging
dan satu variabel terikat (Y) berupa Kualitas Hidup. Sense of belonging adalah
tingkat perasaan yang dimiliki oleh lansia untuk merasa dihargai, dibutuhkan, atau
diterima dalam lingkungan Panti Wreda sehingga lansia dapat merasa menjadi
bagian dari kelompok.

Pada penelitian ini untuk mengukur kualitas hidup menggunakan lembar


kuesioner yang sudah baku yaitu WHOQOL – BREF dalam bentuk lembar
observasi dengan 26 item pertanyaan sedangkan untuk sense of beloging
menggunakan SOBI – P dalam bentuk likert dengan 18 item pernyataan yang
sudah baku pula . Setiap subjek diminta menjawab kesesuian dan ketidaksesuaian
terhadap pernyataan yang ada. Pilihan subjek dalam menjawab terdiri dari empat
kategori jawaban yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju) dan
STS (sangat tidak setuju). Instrumen yang digunakan wawancara lembar
observasi karena mempertimbangkan kemampuan lansia yang sudah mengalami
banyak kemunduran.
Prosedur dan Analisa Data
Pengambilan data pada penelitian ini dimulai dengan pencarian sampel
sesuaidengan kriteria yang telah ditentukan kemudian melakukan Informed
Concent terlebih dahulu, apabila pasien setuju selanjutnya melakukan wawancara
lembar Likert dan lembar observasi. Ketika pengumpulan data nanti akan dibantu
oleh teman teman yang sama – sama melaksankan penelitian sengan sasaran yang
sama, dengan cara memberikan salinan lembar likert dan lembar observasi kepada
teman saya yang berjumlah 5 orang yaitu (Wulan Ayu, Opa Maulana, Abdan
Firdaus, Novi Andriani dan Lis Ita) yang sebelumnya telah diberikan penjelasan
dalam melaksanakan wawancara lembar likert dan lembar observasi ini.

Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian dilakukan terhadap 80 orang lansia yang tinggal di


BPSTW Ciiparay diketahui bahwa sebagian besar lansia yang tinggal disana
dalam kondisi yang kurang baik secara fisik ataupun psikologis. Hasil uji
normalitas pada viriabel sense of beloging dan varibel kualitas hidup, berdasarkan
uji normalitas menunjukkan bahwa variabel sense of beloging dan kualitas hidup
lansia berdisribusi normal. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel sense of
beloging dan kualitas hidup lansia dalam penelilitian ini memiliki korelasi linear.
Tabel 4.3
Analisis Hubungan Sense Of Beloging dengan Kualitas Hidup
pada Lansia di BPSTW Ciparay Kabupateh Bandung Tahun 2018

Kualitas Hidup
Sense Of Beloging Total p-value Rs r tabel
Buruk Baik

Tinggi

Rendah

Total
Analisis dan Diskusi

Sense of beloging dapat mempengaruhi kualitas hidup karena lansia yang


memiliki sense of beloging dalam dirinya akan merasakan bahwa dirinya
mendapatkn dukungan dan merasa dihargai oleh orang – orang disekitarnya hal
ini berkaitan dengan kualitas hidup. Hubungan sosial yang lansia jalani di
BPSTW erat kaitannya dengan belogingness antar dirinya dengan lingkungan,
baik dengan individu maupun lingkungan di sekitar BPSTW.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sefullah (2016) terhadap 150 lansia
di dapatkan hasil bahwa sense of beloging lansia yang tinggal di Panti Werda
dapat mempengaruhi kualitas hidupya,semakin tinggi sense of beloging yang
dimiliki lansia maka semakin tinggi pula kualitas hidupnya. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Saefullah teradi perbedaan hasil dengan penelitian yang
dilakukan peneliti, dimana hsil yang diperoleh oleh peneliti menunjukan
hubungan positif antara sense of beloging dengan kualitas hidup. Perbedaan
tersebut dapat terjadi dikarenakan latar belakang, permasalahan penelitian dan
metode penelitian yang dilakukan berbeda antara peneliti dengan peneliti
terdahulu.
Pada penelitian terdahulu, konteks pengaruh diangkat sebagai permasalahan
dimana subjeknya sama yaitu lansia berbeda dengan penelitian yang dilakukan
peneliti konteksnya hubungan sense of beloging dengan kualitas hidup lansia.
Hasil yang signifikan keterkaitan antara sense of beloging dengan kualitas hidup
dapat menjadi perhatian bagi semua pihak yang terkait agar menjadi perhatian
khusus agar dapat meningkatkan kualitas hidup lansia menajdi lebih baik.

REFERENSI
Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian (Ed. revisi). Malang : UMM Press

Badan Pusat Statistika (BPS). 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2013 : Hasil

Survei Sosialekonomi Nasional. Badan Pusat Statistika : Jakarta.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES). 2013. Analisi Lansia

di Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendakatan Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Rhosma, Rhosma Dewi. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :

Deepublish

Muhith, Abdul. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : ANDI

Mulyani, Endang. 2017. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Press

Shofaul, Mochamad Qulub. 2014. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang Lansia

UPT PSLU blitar di Tulungagung (Love And Beloging Fulfilment Elders at

IPT.PSLU Blitar in Tulungagug. Program Studi Ilmu Keperawatan : Poltekes

Kemenkes Malang

Kamalie, Saefullah. 2016. Pengaruh Sense Of Beloging terhadap Kualitas Hidup

Lansia di Panti Wred. Fakultas Psikologi : Universitas Muhammadiyah Malang

Tuti, Putri Suci. 2014. Studi Komparatif : Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal

Bersama Keluarga dan Panti. Program Studi Keperawatan : Universitas

Pendidikan Indonesia.

Iskandar. 2017. Hubungan Perubahan Psikososial dengan Kualitas Hidup Lansia

di Gampong Mulia Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh. Program Studi Ilmu

Keperawatan : Universitas Abulyatama

Febrita, Shella Puteri Utomo. 2018. Tinjauan Sistematik : Pengaruh Kualitas

Hidup dan Kesejahteraan Psikologi Terhadap Successful Aging. Fakultas

Keperawatan : Universitas Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai