Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUANASMA BRONCHIALEPADA TN.

DI KLINIK BANJAR MEDIKA TAHUN 2021

OLEH :

WAHYUDI

NIM 211 490 120 43

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA

2021

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA PADA PASIEN TN. N

DI KLINIK BANJAR MEDIKA 2021

I. KONSEP MEDIK.
1

A. PENGERTIAN

Penurunan fungsi paru dan hiperresponsivitas jalan napas terhadap

berbagai rangsang. Karakteristik penyakit meliputi bronkhospasme,

hipersekresi mukosa dan perubahan inflamasi pada jalan napas.(Campbell.

Haggerety,1990; orsi 1991).

Banyak orang mengabaikan keseriusan penyakit ini. Perawatan di RS

sering kali karena akibat dari pengabaian tanda penting ancaman serangan

asma dan tidak mematuhi regimen terapeutik. Status asmatikus mengacu

pada kasus asma yang berat yang tak berespon terhadap tindakan

konvensional. Ini merupakan situasi yang mengancam kehidupan dan

memerlukan tindakan segera.

B. PATOFISIOLOGI.

Alergen masuk kedalam tubuh, kemudian allergen ini akan

merangsang sel B untuk menghasilkan sat anti. Karena terjadi penyimpangan

dalam system pertahanan tubuh maka terbentuklah imoglobulin E (Ig.

E).Pada penderita alergi sangat mudah memprouksi Ig. E. dan selai beredar

didalam daerah juga akan menempel pada permukaan basofil dan

mastosit.Mastosit ini amat penting dalam peranannya dalam reaksi alergi

terutama terhadap jaringan saluan nafas, saluran cerna dan kulit.

Bila suatu saat penderita berhubungan dengan allergen lagi, maka

allergen akan berikatan dengan Ig.E yang menempel pada mastosit, dan

selanjutnya sel ini mengeluarkan sat kimia yang di sebut mediator ke

jaringan sekitarnya. Mediator yang dilepas di sekitar rongga hidung akan

menyebabkan bersin – bersin dan pilek. Sedangkan mediator yang dilepas

pada saluran nafas akan menyebabkan saluran nafas mnengkerut, produksi

lendir meningkat, selaput lendir saluran nafas membengkak dan sel – sel

peradangan berkumpul di sekitar saluran nafas. Komponen – komponen itu

menyebabkan penyimpitan saluran nafas.


C. FAKTOR PENCETUS.

 Alergen
 Infeksi saluran
nafas Saluran nafas
Tak terjadi
 Ketegangan jiwa normal
asma
Alrgen
 Infeksi saluran
nafas
 Ketegangan jiwa
 Kegiatan
jasmani
 Obat – obatan Kepekaan saluran
nafas yang berlebihan Gejala asma
 Polusi udara

D. ETIOLOGI.

Dua tipe dasar imunologik dan non imunologik .Asma alergik ( disebut

ekstrinsik ) terjadi pada saat kanak – kanak terjadi karena kontak dengan

elergan dengan penderita yang sensitive.

Asma non imunologik atau non alergik ( di sebut instrinsik ), biasanya

terjadi pada usia diatas 35 tahun. Serangan dicetuskan oleh infeksi pada sinus

atau cabang pada bronchial.

Asma campuran yang serangannya diawali oleh infeksi virus atau

bacterial atau oleh allergen. Pada saat lain serangan dicetuskan oleh factor

yang berbeda atau juga dapat di cetuskan oleh perubahan suhu dan

kelembaban, uap yang mengiritasi, asap, bau – bauan yang kuat, latihan fisik

dan stress emosional.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.

 Test fungsi paru ( Spirometer )

 Foto thorax
1

 Pemeriksaan darah (DL, BGA)

 Test kulit

 Test Provokasi bronchial

F. MANIFESTASI KLINIK

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajad

hiperaktifitas bronkus.Obstruksi jalan nafas dapat revesible secara spontan

maepun dengan pengobatan.

Gejala asma antara lain :

a. Bising mengi ( weezing ) yang terdengar atau tanpa stetoskop

b. Batuk produktif, sering pada malam hari

c. Sesak nafas

d. Dada seperti tertekan atau terikat

e. Pernafasan cuping hidung

G. TERAPI

1. Oksigen 4 – 6 liter / menit

2. Agonis B2 ( salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbulatin 10 mg )

intalasi nebulasi dan pemberiannya dapa diulang setiap 20 menit sampai 1

jam. Pemberian agonis B2 dapat secara subcutan atau iv dengan dosis

salbutamol 0,25 mg atau terbulatin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5 % dan

diberikan perlahan.

3. Aminofilin bolus iv 5 – 6 mg / kg BB, jika sudah menggunakan obat ini

dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.

4. Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg iv jika tak ada respon segera atau

pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
2

KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian Data Dasar

1. Riwayat pemajanan pada factor – factor yang biasanya mencetuskan serangan asma

 Stres emosi

 Infeksi saluran nafas atas

 Alergen

 Kegagalan dalam pengobatan asma

2. Pemeriksaan fisik yang didasarkan pada suatu pengkajian :

System pernafasan

 Mengi yang terdengar tanpa bantuan stetoskop

 Susah bernafas

 Orthopnea

 Penggunaan otot – otot asesori pernafasan (Cuping hidung, retraksi sterum,

pengangkatan bahu sewaktu bernafas).

Sistem Hemodinamik

 Dehidrasi

 Sianosis

 Diaforesis

 Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun 10mmhg sesuai dengan

pernafasan ).

 Takikardi

 Ekspansi paru.

Sistem Perkemihan

 Produksi urine

 Frekuensi BAK.

Sistem kardiovaskuler

 Heart rate

 Irama
3

Psikososial

 Gelisah

 Ketakutan

 Kecemasan

3. Pemeriksaan laboratorium

 GDA menunjukan hipokapnea (Pa CO2< 35 mmHg) disebabkan menurunnya

perfusi ventilasi. Selanjutnya Pa CO2 meningkat di atas normal sesuai dengan

meningkatnya tahanan jalan nafas.

 Jumlah sel darah menunjukkan peningkatan eosinofil

 Pemeriksaan fungsi paru menunjukan penurunan kakuatan kapasitas vital

 Pengumpulan sputum untuk pemeriksaan kultur dan test sensitivitas untuk

menentukan infeksi dan mengidentifikasi antimikroba yang cocok dalam

mengobati infeksi yang terjadi

 Sinar X perlu memperlihatkan disfensi alveoli.

4. Pada episode akut

Masalah kolaboratif;

Potensial komplikasi:

 Hipoksemia

 Gagal nafasa akut

5. Diagnosa Keperawatan

a. Inefektif bersihan jalan nafas b.d. peningkatan produksi mucus, sekresi kental

dan bronkospasme

b. Resiko tinggi terhadap inefektif pola pernafasan b.d. peningkatan kerja

pernafasan, hipoksemia, agitasi dan ancaman gagal nafas.

c. Ansietas b.d. sulit bernafas dan rasa takut sufokasi.

d. Gangguan pertukaran gas b.d. serangan asma menetap.


4

6. Intervensi dan rasionalisasi

a. Pantau:

 Status pernafasan setiap 4 jam.

 Hasil BGA

 Nadi oksimetri

 Hasil sinar X dada, fungs paru dan analisa sputum

 Intake dan output

Rasional: untuk mengidentifikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan dari

hasil pasien.

b. Tempatkan pasien posisi fowlers.

Rasional: posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.

c. Berikan oksigen melalui kanul nasal 4 l/mt, selanjutnya sesuaikan dengan hasil

PaO2.

Rasional: pemberian tambahan oksigen mengurangi beban kerja otot-otot

pernafasan.

d. Pemberian terapi intravena sesuai anjuran, lakukan perawatan infus.

Rasional : Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji

keadaan vaskuler untuk pemberian obat – obatan darurat.

Kebanyakan pasien telah mengalami dehidrasi ketika mereka

meminta pertolongan medis.

e. Berikan pengobatan yang telah ditentukan seperti Epineprin, Terbutalin,

Aminophilin dan Kortikosteroid. Evaluasi keefektifannya, konsul dokter jika

terjadi reaksi yang merugikan.

Rasional : Epineprin dan terbutalin menghentikan reaksi alergi dan dilatasi

bronkhiolus dengan meniadakan aktifitas histamin. Aminophilin

melebakan bronkhiolus dengan merangsang peningkatan produksi sat


5

kimia yang menghambat penyempitan otot bronchial. Kortikosteroid

membantu mengurangi peradangan lapisan mucosa bonkial.

f. Gunakan spirometer intensif setiap 2 jam.

Rasional : Untuk memudahkan nafas dalam dan mencegah eteletasis

g. Konsul dokter jika gejala-gejala terjadi setelah 1 jam pemberian terapi atau bila

kondisi jelek (Pa CO2 melebihi PaO2, apnea, status mental menurun, pasien

dalam keadaan hampir kolaps akibat kelelahan yang disebabkan usdaha bernafas

yang sulit).

Rasional : Hal – hal ini menunjukan dibutuhkannya intubasi endotrakheal dan

pemasangan ventilator me kanik.

h. Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.

 Nafas dalam dan hembuskan perlahan sambil duduk setegak mungkin .

Rasional : Duduk tegak menggeser organ abdominal menjauhi paru,

memungkinkan ekspansi paru lebih besar.

 Gunakan nafas diafragmatik.

a. Rasional :Pernafasandiafragmatikmenurunkanfrekuensipernafasandanmen

ingkatkanventilasi alveolar.

 Tahan nafas selama 3 – 5 detik, kemudian hembuskan secara perlahan

melalui mulut dan nafas kedua, Tahan dan batukan dari dada (bukan dari

belakang mulut / tenggorok).

Rasional : Peningkatan volume udara dalam paru meningkatkan pengeluaran

secret.

 Auskualtasi paru sebelum dan sesudah tindakan .

Rasional : Membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan.

i. Tetap berada di smping p[asien atau minta seseorang untuk mendampinginya

sampai gawat nafas mulai berkurang. Pertahankan pendekatan yang tenang dan

percaya diri.
6

Rasional: ansietas akan terkontrol apabila pasien merasa ditangani oleh tim

kesehatan yang kompeten.

j. Batasai pengunjung sampai gawat nafas teratasi.

Rasional: pengunjung dapat menjadi sumber stress.

k. Gunakan penjelasan yang mudah dan singkat bila memberikan informasi atau

instruksi. Jelaskan tujuan dari semua pengobatan dan pemeriksaan diagnostik.

Rasional: tingkat kecemasan yang tinggi menghambat pembelajaran. Penjelasan

tentang apa yang diharapkan membantu mengontrol cemas.


7

DAFTAR PUSTAKA.

Carpenito,J,L (1999). “ Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan “ Edisi2

D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne (1991),” Medical Surgical Nursing “ , A

Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia

Engram, Barbara (1999) “ Rencana Asuhan Keperawatan Medical bedah “ Vol. 1.

FKUI(1999) , “ Kapita Selecta Kedokteran “ Edisi III. Vol. 1.

Marllyn E. Doengoes (1987), “ Nursing Care Plan “ , Fa. Davis Company,


Philadelpia.
Sundaru, Heru (1995), “Asma, Apa dan Bagaimana Pengobat

Anda mungkin juga menyukai