Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP INTENSITAS NYERI

REUMATIK PADA LANSIA DI BPSTW CIPARAY

Makalah disusun sebagai tugas Mata Kuliah


Riset Keperawatan

Disusun Oleh:
Abdhan Firdaus AK 1.15.057

YAYASAN ADHI GUNA KENCANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
JL.Soekarno – Hatta No.754 Telp. (022) 7830768 Cibiru – Bandung
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelompok lansia yang berada di dunia banyak mengalami penurunan fungsi
yang disebabkan oleh proses alami yaitu proses penuaan dengan adanya beberapa
penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berkaitan dan
dapat dilihat dari beberapa masalah kesehatan yang pingaling ser berhubungan
dengan penuaan diantaranya gangguan penglihatan, pendengaran rematik, dan
yang paling sering kardiovaskuler (Indriana,2012).
Data yang di dapat dari WHO menunjukan bahwa di tahun 2000 umur hidup
seseorang itu adalah 66 tahun, angka pada tahun 2012 berubah menjadi 70 tahun
dan angka pada tahun 2013 bertambah satu tahun yaitu 71 tahun. Begitu juga di
negara kita Indonesia setiap tahunnya selalu bertambah. Dari data yang di dapat
dari WHO bahwa pada lansia pada tahun 2009 di dapatkan lansia berjumlah
7,49% dari total populasi, di tahun 2011 bertambah 7,69% dan di tahun 2013
meningkat lebih tinggi sebesar 8,1% dari total populasi yang berada di Indonesia
(WHO, 2015).
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia atau lanjut usia
merupakan proses alami yang telah di tentukan tuhan atau kelompok umur yang
sudah memasuki pada tahapan akhir sisa umurnya pada manusia. Pada masa
lansia akan tejadi suatu proses yang disebut aging process atau bisa disebut juga
proses penuaan, yang di kategorikan ke dalam kelompok lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia > 60 tahun. Batasan umur pada usia lanjut
dikategorikan dalam beberapa fase yaitu: usia pertengahan (middle age) usia 45
sampai 59 tahun, Lanjut usia (elderly) usia 60 sampai 74 tahun, Lanjut usia tua
(old) usia 75 sampai 90 tahun , Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.
Proses penuaan merupakan tahapan-tahapan seseorang mengalami
perubahan atau menurunnya fungsi-fungsi organ yang ada di dalam tubuh,
seiringnya dengan bertambahnya usia maka akan terjadi perubahan fungsi sel,
jaringan, dan sistem organ. Sehingga tubuh mudah terserang berbagai macam
penyakit yang membahayakan jiwa bahkan kematian misal kelainan jantung,
pembuluh darah, gangguan pencernaan dan lain-lain. Kondisi tersebut sangat
mempengaruhi kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi ADL.
Memasuki usia tua akan banyak terjadi perubahan maupun penurun fisik
yang jelas terlihat misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mulai mengendur, rambut banyak yang memutih, gigi rapuh dan banyak yang
ompong, pendengaran fungsi nya menurun, penglihatan semakin memburuk,
gerakan mulai lambat, tubuh yang tidak proporsional. Kebiasaan dan pola hidup
seseorang semasa muda sangat mempengaruhi keadaan kesehatan pada masa tua.
Karena adanya proses penuaan akan menyebabkan penurunan segala fungsi
tubuh maka lansia akan sangat rentan sekali terkena berbagai penyakit. Salah
satu masalah kesehatan yang sering dikeluhkan oleh kelompok lansia yaitu
Rheumatoid Athrits atau sering juga disebut dengan Rheumatik.
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh
adanya peradangan pada daerah persendian yang nantinya akan menimbulkan
rasa nyeri, kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari
banyak sendi. Rasa kaku pada Rheumatoid arthritis akan sangat terasa buruk
pada saat menjelang pagi, rasa kaku akan berlangsung lama dalam beberapa jam
atau sampai sepanjang hari penuh. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari
tersebut merupakan salah satu bukti atau petunjuk bahwa seseorang mungkin
memiliki rheumatoid arthritis. (American College of Rheumatology, 2012).
Menurut WHO, 335 juta penduduk yang berada di muka bumi ini
mengalami Rematik. Sedangkan prevalensi Rematik pada tahun 2004 yang
berada di Indonesia mencapai 2 juta jiwa, dengan jumlah perbandingan pasien
wanita lebih banyak di bandingkan laki-laki artinya 3 berbanding 1 didunia ini
menderita Reumatoid Arthritis. WHO menjelaskan bahwa ada 20% penduduk di
muka bumi mengalami Reumatoid Arthritis dimana ada 5-10% merupakan yang
berumur > 60 tahun.
Hasil penelitian riset keperawatan di indonesia telah di temukan bahwa
jumlah penyakit rematik yang berada di Jawa Tengah (25,5%), Jawa Timur
(26,9%), dan Jawa Barat (32,1%). Kejadian rematik berdasarkan survei yang di
diagnosis oleh tenaga kesehatan karena bertambah seiring dengan bertambahnya
usia, kejadian tertinggi pada usia >75 tahun yaitu (33% dan 54,8%) (Riskesdas,
2013). Prevelensi nyeri rematik drai negara indonesia yaitu 23 sampai 31,3%,
jadi jelas bahwa ini menunjukan rasa nyeri yang timbulkan rematik sangat
mengganggu kegiatan masyarat-masyarakat Indonesia (Purwoastuti, 2009).
Back massage merupakan stimulasi pada kulit tubuh, yang ditujukan ke
daerah punggung dan bahu dilakukan pada salah satu anggota tubuh dan
dilakukan ±10 menit pada setiap anggota tubuh untuk mendapatkan hasil yang
maksimal (Tamsuri,2007). Back massage akan lebih berpengaruh apabila
responden dalam keadaan rileks yang diberi pijatan/usapan dengan minyak urut
akan menghasilkan sensasi hangat bagi tubuh, sehingga pembuluh darah akan
mengalami vasodilatasi, sehingga dapat meningkatkan peredaran darah pada
daerah yang di usap sehingga meningkatkan aktivitas sel dan dapat megurangi
intensitas nyeri.
Mekanisme penurunan nyeri ini dapat dijelaskan dengan teori gate control
yaitu intensitas nyeri diturunkan dengan dengan memblok transmisi nyeri pada
gerbang (gate) dan teori Endorphin yaitu menurunnya intensitas nyeri
dipengaruhi oleh meningkatnya kadar endorphin dalam tubuh. Dengan
pemberian terapi back massage dapat merangsang serabut A beta yang banyak
terdapat di kulit dan berespon terhadap masase ringan pada kulit sehingga impuls
dihantarkan lebih cepat. Pemberian stimulasi ini membuat masukan impuls
dominan berasal dari serabut A beta sehingga pintu gerbang menutup dan impuls
nyeri tidak dapat diteruskan ke korteks serebral untuk diinterpretasikan sebagai
nyeri (Guyton & Hall, 2007). Di samping itu, sistem kontrol desenden juga akan
bereaksi dengan melepaska endorphin yang merupakan morfin alami tubuh
sehingga menghalangi transmisi nyeri dan persepsi nyeri tidak terjadi (Potter &
Perry, 2005). Jadi intensitas yang dirasakan mengalami penurunan.
Dari data yang di dapat yang di dapat di tahun 2013 bahwa penyakit
reumatik yang berada di indonesia berjumlah 11,9%, sedangkan yang berada di
Provinsi Jawa Barat 19% (RISKESDAS, 2013). Dan data yang di dapat di tahun
2018 penyakit persendian yang berada di Indonesia 7,3%, sedangkan data yang
berada di Jawa Barat turun menjadi 9% di tahun 2018 (RISKESDAS 2018).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Dessty Intan Permata Sari dengan judul
“Efektifitas Senam Rematik dan Terapi Back Massage Terhadap Penurunan
Nyeri Osteoarthritis Pada Lanjut Usia di Panti Werdah Dhama Bhakti Surakarta
Tahun 2016”. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, desain quasi
experiment. Rancangan penelitian menggunakan cross over design. Jumlah
populasi yang di teliti adalah seluruh Panti yang berjumlah 22 lansia. Sampel
sebanyak 18 responden dan pengumpulan sampel menggunakan purposive
sampling. Hasil perhitungan, disimpulkan bahwa beda efektivitas bahwa terapi
Back massage lebih efektif dari senam rematik.
Penelitian yang telah dilakukan Thomas Kristanto dengan judul “Pengaruh
Terapi Back Massage terhadap Intensitas Nyeri Reumatik Pada Lansia Di
Wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem pada Tahun 2011. Rancangan
penelitian menggunakan metode pre eksperimental dengan pendekatan one group
pretes- prosttest, Populasi penelitian ini ada 122 lansia, tetapi hanya 13 yang
menderita reumatik. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik total sampling dan analisa data menggunakan uji statistic
non parametric Wilcoxon Signed Ranks Test. Ada pengaruh antara terapi back
massage terhadap penurunan intensitas nyeri reumatik pada lansia di wilayah
Puskesmas pembantu Karang Asem.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“Apakah ada Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap Nyeri Reumatik Pada
Lansia ?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Terapi Back
Massage Terhadap Nyeri Reumatik Pada Lansia.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi nyeri Reumatik pada Lansia sebelum dilakukan
terapi back massage
2. Mengidentifikasi nyeri Reumatik pada Lansia setelah dilakukan
terapi back massage
3. Mengidentifikasi Pengaruh Terapi Back massage Terhadap Reumatik
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi
perkembangan ilmu keperawatan gerontik terkait dengan pengaruh terapi
back massage terhadap nyeri reumatik pada lansia. Serta dapat menjadi
dasar untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi bagi
ilmu keperawatan bidang mata kuliah keperawatan gerontik.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
mengenai Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap Nyeri Reumatik
Pada Lansia, serta untuk menambah kepustakaan jurusan Program
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti
Kencana Bandung.
3. Bagi Remaja
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi
remaja/siswa terkait dengan Terapi Back Massage untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
4. Bagi Peneliti
Bagi peneliti sendiri, merupakan pengalaman yang sangat
berharga untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam
menerapkan teori riset keperawatan yang telah didapat dibangku
kuliah.
5. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bacaan bagi peneliti lain.

Anda mungkin juga menyukai