PENGKAJIAN LUKA
A. PENDAHULUAN.
!
The optimal healing of the individual with a wound or potential wound is
promoted by a collaborative and interdisciplinary approach to wound
management
(Standard 1, Standards for Wound Management AWMA)
B. TIPE LUKA.
1. Luka akut.
Secara sederhana luka akut dapat didefinisikan sebagai luka bedah yang
luka traumatic lainnya. Luka akut biasanya berespon terhadap perawatan dan
jangka waktu yang diharapkan serta sembuh dengan disertai adanya komplikasi.
(Keryln Carville).
Luka yang membutuhkan waktu lama atau merupakan kekambuhan dari luka
direkatkan kembali dengan jahitan (suture), klip (clips) atau plester (tape).
2. Delayed Primary Intention Healing.
Terjadi apabila luka terinfeksi atau mengandung benda
edema.
Eksudat minimal hingga sedang.
3. Full Thickness.
Kedalaman luka melibatkan epidermis, dermis, dan jaringan sub cutan.
Dapat melibatkan otot, tendon dan tulang.
Kadang disertai dengan eksudat yang sangat banyak.
E. PENAMPILAN KLINIS.
1. Necrotic atau hitam.
Tujuan : Rehydrate and Debridemen.
Contoh : Surgical, Larval, Mechanical, Enzymatic, atau Chemical.
2. Sloughy atau kuning.
Tujuan : Manajemen eksudat dan Lunakkan (deslough).
Contoh : Hydrogel atau madu.
3. Granulating atau merah.
Tujuan : Pertahankan dan control terjadinya hipergranulasi.
Contoh : Alginates.
4. Epitheliating atau pink.
Tujuan : Lindungi dan cegah dari cedera.
Contoh : Minimalkan manipulasi pada luka, lindungi dengan film.
F. LOKASI LUKA.
Luka pada daerah lipatan cenderung aktif bergerak dan tertarik sehingga
bermigrasi trauma. Contohnya luka pada lutut, siku, dan telapak kaki. Begitu juga
dengan area yang sering tertekan atau daerah penonjolan tulang seperti pada
daerah sacrum. Selain itu proses penyembuhan luka sangat bergantung pada baik
G. PENGUKURAN LUKA.
Agar pengukuran menjadi lebih akurat maka sebaiknya titik pada tepi luka
Pada luka yang dalam, partial dan full thickeness atau adanya sinus
merupakan jarak terjauh antara sisi kiri dan kanan, sedangkan kedalaman
kemudian diletakkan pada bantalan luka dan pada batas dengan permukaan
dituangkan diatas luka hingga rata dengan kulit sekitar kemudian diaspirasi
lalu diukur volume cairan tersebut. Yang perlu diperhatikan cairan yang
luka. Metode ini juga tidak cocok pada luka dengan fistula.
12
1616
cmcm
3 cm
15 cm
2. Wound Tracing.
3. Stereophotogrammetry (SPG).
dapat dikalkulasi.
4. Wound Molds.
Alginate diletakkan pada permukaan luka, bila telah menebal maka
H. EXUDATE.
Para ahli menggambarkan eksudat sebagai sesuatu yang keluar dari luka,
cairan luka, drainase luka dan kelebihan cairan normal tubuh. Bahkan pada
Produksi eksudat dimulai sesaat setelah luka terjadi sebagai akibat adanya
vasodilatasi pada fase inflamasi yang difasilitasi oleh mediator infalamasi seperti
Pada luka akut sifat eksudat serous dan merupakan bagian normal dalam proses
penyembuhan luka akut. Namun apabila luka berubah menjadi kronis dan sulit
sembuh maka jenis eksudat berubah dan banyak mengandung proteolytic enzim
Komponen Fungsi
Fibrin Pembekuan
Platelets Pembekuan
PMN Imunitas, produksi growth factor
Lymphocytes Imunitas
cells
2. Jenis Eksudat.
(2005). Parameter tools ini adalah volume dan vikositas eksudat yang dapat
Vicositas
5 3 1
v High
ol
Medium
u
Low
m
e 1
Contoh:
Apabila pada hari pertama didapatkan volume skor 3 (medium) dan vikositas 1
(low) maka total skor eksudatnya 4. Pada hari ketiga didapatkan volume skor 5
(high) dan vikositasnya skor 3 (medium) sehingga total skor menjadi 8. Hal ini
Jaringan nekrotik.
Enteric fistula.
Jaringan nekrotik.
Kode Bau
pasien.
Parameter yang dapat digunakan untuk mengkaji kulit sekitar luka adalah sebagai
berikut:
Pengkajian tepi luka juga diperhatikan untuk mengetahui epitelisasi dan kontraksi
luka.
penggunaan balutan sebelumnya. Seperti maserasi pada kulit sekitar luka dapat
terjadi sebagai akibat kontaknya kulit sekitar luka dengan eksudat atau akibat dari
Nyeri merupakan tanda vital kelima, namun nyeri pada luka kadang tidak dikaji dan
tidak diintervensi secara adekuat. Padahal nyeri luka dapat mengindikasikan adanya
infeksi atau bertambah buruknya proses penyembuhan luka. Oleh karena itu nyeri
harus dikaji secara teratur dengan menggunakan skala pengkajian nyeri yang valid
pembedahan, trauma, infeksi atau benda asing. Apakah nyerinya local atau general
Krasener telah membuat konsep tentang pengalaman nyeri kronik dalam tiga model.
Nyeri dibagi dalam tiga sub konsep; non siklus, siklus dan nyeri kronik.
1. Nyeri Non Siklus merupakan episode tunggal serangan nyeri, contoh: nyeri
berbaring.
dibangun adalah komunikasi dengan pasien seputar responnya terhadap nyeri yang
dialami. Sebagai alat Bantu untuk mengevaluasi tingkat nyeri maka dapat
digunakan skala nyeri (0-10) atau skala ekspresi wajah. Hasil dari
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 4 6 8 10
Tidak Nyeri Ringan Moderat Nyeri Berat Sangat
Berat
Infeksi dapat didefinisikan sebaga pertumbuhan organisme pada luka yang disertai
dengan adanya reaksi jaringan (westaby, 1985)1. Reaksi jaringan ditentukan oleh
banyak factor diantaranya status kesehatan, status nutrisi, pengobatan dan derajat
1. Kontaminasi.
2. Kolonisasi.
3. Infeksi.
rusak (infeksi local). Bakteri dapat menimbulkan masalah pada daerah sekitar
luka (spread infection) atau menyebabkan penyakit infeksi (sistemik
infection).
Perluasan Infeksi
Kontaminasi Kolonisasi Infeksi lokal
infeksi sistemik
L. yang rusak.
antara lain frekuensi pergantian balutan yang terlalu sering sehingga mengganggu
ADL, perasaan lemah dan lelah akibat gangguan pola tidur, keterbatasan gerak,
Oleh Karena itu perlu untuk diketahui harapan (expectancy) dari pasien terkait
bakar pada wajah kecemasannya bukan pada proses penyembuhan lukanya tapi
DAFTAR PUSTAKA
1. Carville. Wound Care Manual 3rd ed.St. Osborne Park: Silver Chain
Foundation;1998.p.43-51.
Pontianak.2007.p.204-211.
3. Dense P Nix. Patient Assessment and Evaluation of Healing in: Bryant (editor).
Mosby;2007. p.130-144.
4. Dealay. The care Of Wounds. A gudie for nurses.Blackwell Publishing Ltd: 2005.
p.56-71.
5. Members Of Expert Working Group. Principles of best practice. Wound Infection in
Wound Exudate anf the role of dressing. A consensus document. London:MEP Ltd.
2007.
7. Kathryn Vowden, Peter Vowden. Wound Bed Preparation. [cited 2009 Feb 13];
8. Richard White & Keith F Cutting. Modern exudate management: ar eview of wound
http://www.worldwidewounds.com/2007/November/Thomas-Fram-Phillips/Thomas-
Fram-Phillips-Compression-WRAP.html
www.worldwidewounds.com/2005/august/Hollinworth/Framework-Assessing-Pain-
Wound-Dressing-Related.html
student.bmj.com/issues/06/03/education/98.php
FURTHER READING:
1. www.wcetn.org.
2. www.wuwhs.org
3. www.saldyusuf.blogspot.com
4. www.wocare.blogspot.com.
5. www.worldwidewounds.com