Anda di halaman 1dari 22

Vol 1 No 1 Mei 2021

RANCANGAN SISTEM FIRE SAFETY ASSESMENT PADA


KAPAL LATIH “KL FRANS KAISIEPO”

Iskandar1 ; Wisnu Risianto2 ; Moh. Arief Rahman3 ; Sudarmin4


1
Politeknik Pelayaran Sorong

Abstrak
Kebakaran merupakan salah satu kecelakaan yang banyak menimbulkan korban jiwa
dan kerugian harta benda, terjadinya kebakaran pada umumnya di mulai dari ignition
ataupun flash kemudian api membesar dan jika tidak terkendali dapat menimbulkan
korban jiwa dan kerugian harta benda. Fire safety di atas kapal merupakan standar
keselamatan untuk mendapatkan ijin berlayar, KL. Frans Kaisiepo adalah kapal latih yang
juga menerapkan hal yang sama, untuk itu penelitian ini membuat rancangan assessment
fire safety di KL. Frans Kaisiepo untuk menghasilkan standar fire safety assessment di atas
KL. Frans Kaisiepo. Penelitian ini menggunakan metode cause and effect dengan diagram
fishbone dan formal safety assessment dengan tujuan untuk mendapatkan standar safety
fire assessment yang sesuai dengan formal safety assessment yang direkomedasikan oleh
IMO.

Kata kunci: formal safety assessment, diagram fishbone, fire safety.

PENDAHULUAN Perhubungan (BPSDMP) melakukan


2.1 Latar Belakang terobosan dengan membangun kapal latih
Indonesia merupakan negara maritim yang diperuntukkan untuk sekolah pelayaran
yang memiliki wilayah laut yang sangat luas, yang berada dibawah naungan BPSDMP,
sekitar 2/3 wilayah Indonesia berupa lautan, kapal latih tersebut dibangun digalangan
Presiden Indonesia telah mencanangkan kapal dan industri dalam negeri oleh
Indonesia menjadi poros maritim dunia, PT.Steadfast Marine
implementasi dari kebijakan tersebut Pontianak.Pembangunan enam kapal latih
Indonesia banyak melakukan usaha untuk dimulai sejak Desember 2015 dan
meningkatkan pelayanan di sektor maritim diselasaikan pada januari tahun2018.
termasuk pada sektor peningkatan sumber Kehadiran enam kapal latih sebagai upaya
daya manusia dibidang maritim, untuk Kementerian Perhubungan mendukung
mendukung kebijakan presiden tersebut Nawacita sektor transportasi yang ditetapkan
Kementrian Perhubungan melalui Badan Presiden Joko Widodo dan perwujudan fokus
Pengembangan Sumber Daya Manusia kerja Kemenhub tahun 2016 dalam

1|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

meningkatkan keselamatan dan keamanan perhitungkan secara tepat karena terkait


transportasi melalui peningkatan kualitas dengan kecepatan proses evakuasi untuk
SDM Perhubungan dan sekolah pelayaran di penyelamatan para taruna dan penumpang.
Indonesia. Selama ini sekolah pelayaran Pentingnya pengadaan Safety and fire control
dihadapkan masalah taruna sulit untuk plan karena merupakan standar keselamatan
praktek atau naik kapal dengan cepat karena untuk kapal supaya mendapatkan ijin
keterbatasan kapal latih. Dengan berlayar. Pembangungan kapal latih telah
adanyakapal latih ini tentu akan lebih dilakukan pengawasan oleh Biro Klasifikasi
memudahkan mendidik taruna, juga dapat Indonesia, namum begitu pengawasan akan
membantu sekolah swasta dan akademi pemenuhan persyaratan keselamatan untuk
pelayaran yang tidak punya kapal latih kapal latih pada saat pengoperasiannya harus
menjalin kerjasama dalam hal peningkatan tetap dilakukan oleh para awak kapal untuk
sumber daya manusia dalam bidang menjamin keselamatan kapal pada setiap
kemaritiman. Kapal-kapal tersebut kondisi utamanya ketika terjadi keadaan
ditempatkan di enam sekolah pelayaran darurat.
Kemenhub yaitu Poltekpel Malahayati Aceh, Menurut UU No.1 tahun 1970 Bab II
STIP Jakarta, Poltekpel Surabaya, PIP pasal 2 tentang ruang lingkup keselamatan
Makassar, Poltekpel Minahasa Selatan, dan kerja, bahwa aspek keselamatan kerja harus
Poltekpel Sorong Papua Barat.Enam kapal diimplementasikan dalam segala tempat
latih ini memilikiukuran 1.200 GT dengan kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
jenis multipurposes atau bisa digunakan permukaan air, di dalam air maupun di udara,
untuk mengangkut taruna praktek layar yang berada di dalam wilayah kekuasaan
(prala), mengangkut penumpang dan hukum Republik Indonesia.Salah satu aspek
membawa kargo. Kapasitas kapal mampu keselamatan kerja tersebuat adalah
menampung sekitar 21 orang ABK, 2 keselamatan dari bahaya kebakaran maupun
penumpang VVIP, 10 orang instruktur, 100 ledakan.Kebakaran merupakan salah satu
orang cadet/taruna, dan 100 orang resiko yang dapat terjadi kapan saja dan
penumpang. dimana saja dalam setiap kegiatan pelayaran
Setiap kapalyang dibangun harus kapal laut.Kerugian yang diakibatkan oleh
mengacu pada regulasi Solas 1974 bahwa kebakaran kapal ini pun menimbulkan
setiap kapal yang dibangun harus dilengkapi kerugian finansial yang cukup besar bahkan
dengan safety and fire control plan atau sampai memakan korban jiwa yang tidak
rencana keselamatan kapal.safety and fire sedikit.
control plan terdiri dari beberapa komponen Kebakaran juga dapat menimbulkan
yaitu lifesaving appliance (LSA), fire control bahaya dari segi kesehatan, diantaranya
plan, serta perencanan jalur evakuasi maupun yaitu: bahaya radiasi panas yang dapat
kapasitas muster station yang harus di mengakibatkan manusia menderita kehabisan

2|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

tenaga, kehilangan cairan tubuh, terbakar kebakaran kapal cukup besar.Untuk itu
atau luka bakar, merusak saluran pernafasan diperlukan suatu sistem penanggulangan
dan mematikan jantung. Pada temperatur kebakaran di kapal agar bisa mengatasi
148,90C dikatakan sebagai temperatur tinggi kebakaran sehingga tidak menimbulkan
dimana manusia dapat bertahan bernafas kerugian harta maupun jiwa.
hanya dalam waktu singkat. Bahaya asap Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
yang dapat menyebabkan iritasi atau 186/KepMen/1999 tentang unit
ransangan terhadap mata, selaput lendir pada penanggulangan kebakaran di tempat kerja,
hidung dan kerongkongan serta mengganggu pasal 2 ayat 1 dan 2 mewajibkan kepada
pernafasan. Bahaya gas yang dihasilkan dari pengurus dan pengusaha untuk mencegah,
proses kebakaran dapat mengakibatkan iritasi mengurangi dan memadamkan kebakaran
pada mata, sesak nafas, gas yang bersifat dan wajib memiliki unit penanggulangan
racun dapat meracuni paru-paru dan kebakaran dengan tugas dan tanggung jawab
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan masing-masing. Untuk mengurangi dan
bahkan mematikan. menghindari resiko dari kebakaran kapal,
Menurut data investigasi Komite maka diperlukanlah suatu sistem
Nasional Keselamatan Tranportasi (KNKT) penanggulangan kebakaran di atas
bahwa mayoritas kecelakaan tranportasi kapal.Sistem tersebut mencakup sarana
pelayaran di Indonesia antara tahun 2012 proteksi kebakaran, sarana penyelamat jiwa
sampai dengan tahun 2017 terdiri dari: 29 dan manajemen penanggulangan kebakaran
kapal tenggelam (27%), 40 kapal terbakar di atas kapal.Keberadaan sistem proteksi
(37%), 24 kapal tabrakan (22%), 10 kapal kebakaran di atas kapal sangat penting,
kandas (9%), kecelakaan lain lain 4 kapal karena merupakan tahap awal dari sistem
(3%). Data kecelakaan tranportasi KNKT penanggulangan kebakaran di atas kapal.
memperlihatkan bahwa kebakaran Berdasarkan survey awal yang peneliti
merupakan kecelakaan yang paling sering lakukan pada kapal latih KL.Frans
terjadi dan memiliki tingkat resiko yang Kaisiepodengan panjang (length over all) 63
tinggi pada tranportasi pelayaran di meter, lebar (moulded breadh)12 meter,
Indonesia.Badan Keamanan Laut Republik mesin 2 x 100 HP dan 1.200 GT dengan
Indonesia (Bakamla-RI) mencatat selama jenis multipurposes dapat digunakan untuk
periode 1 Januari – 31 Mei 2015 telah terjadi mengangkut taruna praktek layar (prala),
48 kecelakaan kapal tenggelam, 19 kapal mengangkut penumpang dan membawa
terbakar, 16 kapal terbalik, 9 kapal kargo. Kapasitas kapal mampu menampung
terdampar, 4 kapal karam, 6 kapal kandas dan sekitar 21 orang ABK, 2 penumpang VVIP,
3 kapal hancur dan 1 kapal meledak. Hal ini 10 orang instruktur, 100 orang cadet/taruna,
memberikan gambaran bahwa dari sejumlah dan 100 orang penumpang. Dari pengamatan
kasus kecelakaan laut, resiko terjadinya yang peneliti lakukan KL. Frans Kaisiepo

3|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

telah memiliki fire control planakan tetapi atas kapal ferry roro adalah sebagai berikut:
untuk memastikan bahwa peralatan pemadam kebakaran di kamar mesin 63%, kebakaran di
kebakaran yang ada di KL. Frans Kaisiepo ruang akomodasi dan cargo spaces 27%, dan
dapat di gunakan setiap saat untuk kebakaran di ruang dek kendaraan 10%
menanggulangi bahaya kebakaran yang (DNV).
terjadi perlu adanya sistem assesment fire 2.3 Kebakaran di kapal
Safetyuntuk memastikan apakah fire safety Kebakaran terjadikarena bermacam-
plan berfungsi dengan baik dan juga macam sebab.Penyebab yang paling sering
memenuhi persyaratan regulasi SOLAS. terjadi adalah karena kelalaian manusia
disamping itu ada yang disebabkan peristiwa
KAJIAN PUSTAKA alam, penyalaan sendiri, dan ada pula
2.2 Resiko Kebakaran disebabkan faktor kesengajaan.Kebakaran
Kebakaran merupakan salah satu karena kelalaian adalah suatu tindakan yang
kecelakaan yang banyak menimbulkan tidak disengaja tetapi hal tersebut dapat
korban jiwa dan kerugian harta benda, berakibat fatal. Berdasarkan penjelasan
terjadinya kebakaran pada umumnya di mulai modul 2 (Fire Prevention and Fire Fighting)
dari ignition ataupun flash kemudian api bahwa hampir pada setiap peristiwa
membesar dan jika tidak terkendali dapat kebakaran besar, terjadi karena faktor
menimbulkan korban dan kerugian, ada tiga kelalaian antara lain: 1) Kurang pengertian
persyaratan kebakaran bisa terjadi dan pencegahan bahaya kebakaran, 2) Kurang
membesar yaitu: 1) adanya bahan bakar atau berhati-hati dalam menggunakan alat atau
bahan yang mudah terbakar, 2) adanya bahan yang dapat menimbulkan api, 3)
sumber pemantik api, 3) adanya oksigen di Kurangnya kesadaran pribadi atau tidak
udara untuk mendukung pembakaran. disiplin seperti merokok sambil tiduran dan
Hand book ILOmenjelaskan bahwa mengelas logam dengan bahan-bahan yang
kebakaran bisa menjadi besar dapat mudah terbakar.
disebabkan hal-hal berikut: 1) Penumpukan Kebakaran yang terjadi diatas kapal
bahan yang mudah terbakar di tempat kerja, dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis
2) Pengadaan sumber pemantik api secara bahan yang terbakar, ABK kapal perlu
tidak disengaja, 3) Ketidakmampuan mengetahui klasifikasi kebakaran yang
mendeteksi adanya kebakaran dengan cepat, terjadi untuk mengetahui media pemadam
5) Ketidakmampuan mengendalikan yang digunakan untuk memadamkan
kebakaran dan memadamkannya. kebakaran tersebut, ada beberapa klasifikasi
Terjadinya kebakaran diatas kapal kebakaran salah satunya adalah National Fire
disebabkan dari berbagai macam sebab dan Protection Association (NFPA) USA, adapun
berbagai tempat di atas kapal. Menurut DNV pembagian klasifikasi kebakaran menurut
berdasarkan tempat terjadinya kebakaran di NFPA adalah sebagai berikut :

4|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

1. Klas A : Kebakaran bersumber dari dengan udara, 3) Mendinginkan, 4)


bahan yang mudah terbakar seperti, Memutuskan rantai reaksi pembakaran.

kayu, kertas,dan tekstil yang bila Tehnik pemadaman kebakaran adalah


sebagai berikut : 1) Starvation yaitu
terbakar akan meninggalkan arang
menghilangkan atau mengurangi bahan bakar
dan abu;
sampai low flammable limit, 2) Smothering
2. Klas B :Kebakaran bersumber dari
yaitu menyelimuti atau menghilangkan atau
bahan cair sepertiminyak, solar,
memisahkan udara dengan bahan bakar, 3)
bensin, dan sebagainya.
Cooling yaitu mengurangi panas sampai
3. Klas C : Kebakaran bersumber dari bahan bakar mencapai suhu di bawah titik
arus listrik nyala, 4) Cut Chain Reaction yaitu
4. Klas D : Kebakaran bersumber dari memutuskan rantai reaksi pembakaran, baik
logamseperti titanium dan sardium secara kimiawi maupun mekanis.
Dengan mengetahui jenis kebakaran, 2.4 Sarana pemadaman kebakaran diatas
maka dapat dipilih alat pemadam kebakaran kapal
yang tepat, karena kesalahan penggunaan alat Sarana pemadam kebakaran diatas kapal
pemadam kebakaran dapat membahayakan. adalah sebuah sistem pencegahan dan
Misalnya penggunaan media pemadam air penanggulangan bahaya kebakaran diatas
adalah untuk memadamkan kebakaranan klas kapal, sarana pemadaman kebakaran diatas
A saja, jika digunakan untuk memadamkan kapal diatur mengunakan peraturan SOLAS
api klas lainya (B,C,dan D) kurang baik, chapter II-2: construction fire protection,
bahkan untuk kebakaran klas B sangat detection, extinction.Sistem pencegahan dan
berbahaya jika menggunakan media air. penanggulangan bahaya kebakaran di kapal
Tepung kimia ABC dengan bahan baku mono meliputi unsur-unsur sebagai berikut: sistem
ammonium phosphate (MAP) atau deteksi, sistem alarm, dan sistem pemadam.
(NH4)sangat efektif untuk memadamkan Pemasangan sistem pemadam
kebakaran klas A,B,dan C seperti kebakaran kebakaran diatas kapal harus memperhatikan
minyak, kayu, gas, dan listrik. faktor-faktor sebagai berikut :
Untuk memadam kebakaran yang terjadi 1) Klasifikasi kebakaran yang mungkin
yang perlu di pertimbangkan prinsip terjadi,
pemadaman kebakaran dan Teknik 2) Media pemadam yang digunakan,
pemadaman kebakaran. Berdasarkan 3) Lokasi-lokasi dan bahaya-bahaya
penjelasan modul 2 fire prevention and
khusus,
firefighting prinsip pemadaman kebakaran
4) Kemungkinan terjadi ledakan,
adalah sebagai berikut : 1) Menghilangkan
5) Tempat-tempat yang tidak dilindungi,
bahan bakar, 2) Memisahkan uap bahan bakar

5|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

6) Pengaruh terhadap keseimbangan bahaya api (early warning fire detection)


kapal, secara otomatis dapat memberikan alarm

7) Metode dari fire detector, bahaya (sistem semi otomatis) ataupun juga
dapat langsung mengaktifkan alat pemadam
8) Perlindungan terhadap awak kapal.
(sistem otomatis).
Sistem pencegahan dan penanggulangan
Sarana pemadam kebakaran di kapal
bahaya kebakaran di mulai dengan sistem
KL.Frans Kaisiepo dengan tipe multi purpose
deteksi, sistem deteksi kebakaran adalah
terdiri dari dua bagian besar kamar mesin dan
sebuah sistem yang dapat mengetahui
kabin crew/ penumpang. Sarana pencegahan
timbulnya kebakaran sebelum kebakaran
dan pemadaman kebakaran di kamar mesin
terjadi, sesuai kemajuan teknologi bahaya
mengikuti peraturan SOLAS chapter II-2:
kebakaran yang akan terjadi dapat di deteksi
Construction fire protection, detection,
sedini mungkin dengan tingkat kecermatan
extinction dengan tinjuan khusus pada
yang tinggi. Peralatan deteksi kebakaran
machinery space, peneliti mengidentifikasi
dapat dibedakan menjadi tiga macam antara
sarana proteksi kebakaran berdasarkan
lain:
peraturan SOLAS chapter II-2 bahwa
1) Alat deteksi asap (smoke detector)
komponen komponen proteksi kebakaran
adalah sebuah alat deteksi yang
yang harus ada di kamar mesin adalah
mempunyai kepekaan yang tinggi,
sebagai berikut: fixed fire detection and fire
dan memberikan alarm bila terjadi
alarm, sprinkle, alat pemadam api ringan
asap di diruangan dimana alat ini (APAR), escape route, fire doors, emergency
dipasang, lighting dan hidran.
2) Alat deteksi nyala api (flame Sarana pencegahan dan pemadaman
detector) adalah sebuah alat yang kebakaran pada kabin crew dan penumpang
dapat mendeteksi adanya nyala api mengikuti peraturan solas.

yang tidak terkendali dengan cara 2.5 Formal Safety Assessment


Salah satu metode yang dapat digunakan
menangkap signal ultra violet yang
dalam rangka meminimalisir akibat yang
dipancarkan oleh nyala api tersebut,
dapat ditimbulkan dari sebab suatu bencana
3) Alat deteksi panas (heat detector) alat
adalah menggunakan metode Formal Safety
ini dapat mendeteksi adanya bahaya
Assessment (FSA) atau mengevaluasi faktor
kebakaran dengan cara membedakan resiko.
kenaikan temperatur yang terjadi Sistem Formal Safety Assessment (FSA)
diruangan. ditetapkan oleh IMO berdasar atas tindakan
Dengan kemajuan teknologi usaha pencegahan agar bencana yang dialami
pencegahan dan penanggulangan bahaya PIPER ALPHA di tahun 1988, ketika sebuah
kebakaran dengan sistem deteksi awal anjungan lepas pantai meledak di Laut Utara

6|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

yang memakan korban jiwa 167 orang ship.Guideline ini dapat digunakan untuk
1
meninggal . melakukan evaluasi sistem bahaya kebakaran
Formal Safety Assessment (FSA) adalah sesuai regulasi solas II-2/17.2.2. Penilaian
Metodologi terstruktur dan Sistematis Risiko yang dilakukan meliputi :
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan 1) Menguraikan tujuan dan fungsi suatu
dalam dunia kemaritiman, termasuk area;
didalamnya perlindungan terhadap 2) Menentukan dan menetapkan material
kehidupan, kesehatan, lingkungan laut, dan yang mengandung bahan mudah
property, dengan menerapkan sistem FSA ini terbakar;
maka dapat meminimalisir yang ditimbulkan 3) Menentukan dan menetapkan sumber-
oleh resiko dari bencana di atas kapal. FSA sumber yang dapat menjadi penyebab
dapat digunakan sebagai metodologi untuk kebakaran;
membantu dalam mengevaluasi aturan- 4) Menguraikan metode menyelamatkan
aturan baru untuk keselamatan dan diri dari daerah kebakaran dan jalan
perlindungan lingkungan di atas laut, metode masuk petugas pemadam kebakaran ke
FSA ini masih dapat diperbaharui dengan dalam daerah kebakaran tersebut;
melihat perkembangan kehidupan dalam 5) Menguraikan fungsi material yang
dunia maritim agar sejalan dengan aturan- digunakan untuk mengendalikan dan
aturan yang berlaku sehingga tujuan dari FSA mengurangi resiko kebakaran (Jika
ini yaitu untuk mencapai keseimbangan Ada);
antara berbagai masalah baik teknis dan 6) Terdapat instruksi kerja dari fungsi
operasional, termasuk elemen manusia, dan peralatan pemadam kebakaran didalam
antara keselamatan maritim atau area tersebut (Jika Ada);
perlindungan lingkungan laut dan 7) Terdapat uraian fungsi dari sistem alarm
meminimalisir kerugian finansial dapat deteksi kebakaran dalam area-area yang
tercapai. berpotensi pemicu kebakaran (Jika
Assessment sistem kebakaran untuk Ada);
menilai dan mengevaluasi apakah sistem 8) Terdapat prosedur tanggap darurat;
kebakaran di kapal dapat mendeteksi 9) Hal yang harus diperhatikan harus ada
terjadinya kebakaran, sehingga sistem adalah prosedur identifikasiresiko
bahaya kebakaran dapat memproteksi kapal kebakaran;
dari bahaya kebakaran.Untuk melakukan 10) Terdapat informasi peralatan-peralatan
assessment bahaya kebakaran peneliti tanggap darurat dalam suatu area;
merujuk padaguideline for evaluation of fire
risk of external areas on passenger

1www.imo.org

(MSC/Circ.1023/MEPC/Circ.392)
7|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

11) Terdapat informasi akibat kebakaran Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang


yang dapat ditimbulkan pada area lain; Ikan) karena memang berbentuk mirip
dan dengan tulang ikan yang moncong kepalanya
12) Evaluasi Faktor Resiko. menghadap ke kanan. Diagram ini akan
2.6 Diagram Fishbone menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari
Ada banyak metode untuk mengetahui sebuah permasalahan, dengan berbagai
akar penyebab dari masalah yang muncul penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan
diperusahaan. Metode-metode tersebut antara sebagai moncong kepala.Sedangkan tulang
lain : Brainstorming, Bertanya Mengapa ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan
beberapakali (WHY – WHY) dan metode pendekatan permasalahannya. Dikatakan
Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat)
Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa. Pada karena diagram tersebut menunjukkan
kesempatan ini yang dibicarakan adalah hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan
metode yang ke 3 yakni Diagram Fishbone dengan pengendalian proses statistikal,
(Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan diagram sebab-akibat dipergunakan untuk
Akibat)/ Ishikawa. menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab)
Diagram tulang ikan atau fishbone dan karakteristik kualitas (akibat) yang
adalah salah satu metode / tool di dalam disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.
meningkatkan kualitas. Sering juga diagram Diagram Fishbone telah menciptakan
ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat ide cemerlang yang dapat membantu dan
atau cause effect diagram. Penemunya adalah memampukan setiap orang atau
seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan
Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya.
kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa
alumni teknik kimia Universitas Tokyo. orang yang mempunyai pengalaman dan
Sehingga sering juga disebut dengan diagram keahlian memadai menyangkut problem yang
ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih dihadapi oleh perusahaan. Semua anggota
banyak digunakan untuk manajemen tim memberikan pandangan dan pendapat
kualitas.Yang menggunakan data verbal dalam mengidentifikasi semua pertimbangan
(non-numerical) atau data kualitatif.Dr. mengapa masalah tersebut terjadi.
Ishikawa juga ditengarai sebagai orang Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga
pertama yang memperkenalkan 7 alat atau kebebasan memberikan pendapat dan
metode pengendalian kualitas (7 tools). pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya
Yakni fishbone diagram, control chart, run dengan adanya diagram ini sangatlah
chart, histogram, scatter diagram, pareto bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya
chart, dan flowchart. dapat menyelesaikan masalah sampai
akarnya namun bisa mengasah kemampuan

8|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

berpendapat bagi orang-orang yang masuk mengetahui bagaimana kondisi sumberdaya


dalam tim identifikasi masalah perusahaan manusia, kapal, peraturan dan SOP yang
yang dalam mencari sebab masalah mendukung sistem assement
menggunakan diagram tulang ikan. penanggulangan kebakaran di KL. Frans
Kaisiepo. Sedangkan data sekunder diperoleh
METODE PENELITIAN dengan pengambilan data yang bersumber
Bab III merupakan bagian dari dari dokumen-dokumen dan study literatur.
penelitian ini yang menjelaskan tentang Metodologi penelitian merupakan
desain penelitian, mulai dari teknik kerangka pemecahan masalah yang
pengumpulan data hingga teknis analisis mengambarkan tahap-tahap penyelesaian
data. Dengan demikian, diharapkan pembaca masalah secara singkat beserta
dari penelitian ini diharapkan dapat penjelasannya.Secara umum metodologi
memahami dan mengetahui tentang penelitian disusun untuk mencapaitujuan
bagaimana proses penelitian dilakukan. Bab penelitian yang telah ditetapkan, maka
III menjelaskan tentang paradigma dan jenis keseluruhan kegiatan penelitiandirancang
penelitian yang digunakan, objek penelitian, untuk mengikuti diagram alir seperti tampak
sumber dan jenis data, populasi dan sampel pada Gambar 3.3.1 di atas.
penelitian, teknik pengambilan data, Penelitian ini adalah research and
instrumen penelitian, dan analisis data. development, penelitian inimenggunakan
2.7 Lokasi Penelitian Cause and effect analisys dan formal Safety
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni assessment yang direkomendasikan oleh
2020 – September 2020, di kapal Latih International maritime organizations.
KL.Frans Kaisiepo Politeknik Pelayaran Penelitian pengembangan yaitu suatu proses
Sorong yang digunakan untuk mengembangkan dan
2.8 Metodologi Penelitian menvalidasi sistem fire safety
Penelitian ini dilakukan dengan assessmentyang ada di kapal KL. Frans
menggunakan metode survey yaitu dengan Kaisiepo. Penelitian dan pengembangan fire
mengamati dan menganalisis aspek-aspek safety assessmentdi kapal KL.Frans Kaisiepo
yang berkaitan dengan penanggulangan dengan menggunakan cause and effect
kebakaran di KL.Frans Kaisiepo. diagram atau Ishikawa Diagram yang
Data yang dikumpulkan meliputi data diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa,
primer dan data sekunder.Data primer berasal seorang ahli pengendalian kualitas dari
dari pengumpulan data yang didapat melalui jepang, cause and effect diagram biasa juga
wawancara terhadap responden dengan disebut juga fishbone diagram digunakan
menggunakan kuisioner.Kuisioner ketika kita ingin mengidentifikasi
diperuntukan bagi crew kapal KL.Frans kemungkinan penyebab masalah dan
kaisiepo, kuisioner tersebut digunakan untuk terutama ketika sebuah tim cenderung

9|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

berfikir pada rutinitas2. Kemudian tahapan carayang digunakan dalam pelaksanaan


penelitian ini menggunakan tahapan Formal studi lapangan ini antara lain :
Safety Assesment yang a) Pengamatan Lapangan, yaitu
direkomendasikanoleh IMO, meliputi
kegiatan pengamatan secara langsung
tahapan sebagai berikut; 1) Identifikasi
terhadap KL. Frans Kaisiepo, yang
potensi bahaya, 2) Penilaian faktor risiko, 3)
dilakukan untuk mengetahui proses
Prosedur pengendalian risiko, 4) Penilaian
pengendalian bahaya kebakaran dan
keuntungan finansial, 5) Mengangkat
menemukan gejala-gejala
personil pengambil keputusan. Penelitian
pengembangan ini dilakukan dengan tujuan permasalahan yang teridentifikasi di
untuk menghasilkan format fire Safety Unit Kapal Latih, yang kemudian,
assessmentdi atas kapal KL. Frans Kaisiepo gejala-gejala tersebut akan dijadikan
sesuai dengan peraturan dan kondisi yang sebagai objek penelitian. Objek
ada.Metodologi penelitian terdiri dari tahap- Penelitian yang akan diteliti adalah
tahap sebagai berikut : prosedur dan instruksi yang digunakan
Tahap Awal Penelitian
dalam menanggulangi bahaya
Tahap awal penelitian ini adalah
kebakaran serta pemicunya.
tahap identifikasi yang merupakan
b) Wawancara, yaitu teknik
suatukegiatan permulaan dalam
pengumpulan data dan informasi
mengenali masalah dalam suatu obyek
dengan cara mengajukan pertanyaan
dan kondisitertentu.pada tahap ini juga
langsung dengan pihak awak kapal
dilakukan diskusi dengan informan
dan unit terkait yang mengelola Kapal
utama, kepala unit, dan awak kapal.
Latih Frans Kaisiepo. Kegiatan
Berikut merupakan tahap-tahap dalam
inidilaksanakan untuk mendapatkan
identifikasi :
informasi tambahan yang akan
Studi Lapangan
menunjangkegiatan identifikasi
Studi lapangan merupakan kegiatan
gejala-gejala permasalahan pada
awal penelitian yang dilaksanakan untuk
Kapal Latih.
mengetahui dan memahami kondisi pada
Menentukan Topik Penelitian
objek penelitian dalam hal ini KL.Frans
Berdasarkan hasil dari studi lapangan
Kaisiepo, gambaran sistem,serta
pada tahap awal penelitian,
beberapa permasalahan yang terjadi di
kemudiandilakukan penentuan topik
KL.Frans Kaisiepo tersebut. Adapun
penelitian yang berkaitan dengan objek

2
Tague, 2005, Hal. 247
10 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

penelitian.Topik penelitian ini yaitu Setelah melakukan perumusan


Penelitian dan Pengembangan Fire Safety masalah, langkah berikutnya
Assessment di kapal KL Frans Kaisiepo adalahpenentuan tujuan penelitian untuk
dengan menggunakan metode cause and menentukan langkah-langkah yang
effect diagram atau Ishikawa Diagram akanpenulis laksanakan selanjutnya guna
dan Formal Safety Assessment yang mencapai tujuan penelitian. Sedangkan
direkomendasikan oleh International ruanglingkup penelitian ditentukan
Maritime Organizations. untuk, memberikan batasan dan asumsi-
Studi Literatur asumsiyang jelas dalam pelaksanaan dan
Studi literatur digunakan sebagai penyusunan penelitian ini sehinggga
landasan teori dalam penyelesaian penelitianini tidak melebar keluar dari
masalahsecara ilmiah.Setelah topik ruang lingkup penelitian yang telah
ditentukan pada tahapan ini dilakukan ditentukan olehpenulis. Poin-poin tujuan
studi literatur yang dapat menunjang dan ruang lingkup penelitian telah di
pengerjaan penelitian.Dalam tahap ini jelaskan pada bab1 bagian sub bab 1.3
digunakan buku-buku yang menunjang dan 1.4.
materi penelitian dan jurnal dari Tahap Pengumpulan Data
penelitianterdahulu. Pada tahapan ini dilakukan
Menentukan Rumusan pengumpulan data yang berhubungan
Permasalahan denganpenelitian ini.Menurut Sarwono
Berdasarkan hasil kegiatan studi (2006) Data Primer adalah data yang
lapangan, studi literatur dan konsultasi berasal darisumber asli atau pertama.Data
dengan mentor yang telah dilakukan oleh ini harus dicari melalui narasumber atau
peneliti, makadilakukan perumusan dalamistilah teknisnya responden, yaitu
masalah sesuai dengan permasalahan orang yang kita jadikan obyek penelitian
yang ada di Unit Kapal Latih.Perumusan atauorang yang kita jadikan sebagai
permasalahan penelitian mengenai studi sarana mendapatkan informasi ataupun
kasus denganobjek penelitian data.Data primer diperoleh dari
mengidentifikasi bahaya dan risiko wawancara dengan informan dan
kebakaran di atas Kapal Latih. observasi lapangan. Pendalaman dan
pengecekan data terutama dari informan
Menentukan Tujuan Dan Ruang
utama dengan caramelakukan diskusi dan
Lingkup Penelitian
tanya jawab kepada awak kapal bagian
deck departemen dan engine departemen.

11 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

Sumber dan jenis data dalam penelitian dan mencatatdata yang ada di atas Kapal
ini adalah kata-kata dan tindakan Latih KL. Frans Kaisiepo. Adapun Data

diperoleh dengan wawancara mendalam sekunder yang digunakan dalam penelitian


ini berupa dokumen-dokumen diatas kapal
dengan informan utama yang dianggap
seperti log book, sertifikat kapal, daftar
memiliki pengetahuan dan informasi
inventaris kapal, prosedur-prosedur dan
yang relevan dengan
dokumen pendukung lainnya. Selain itu data
permasalahan.Observasi lapangan
sekunder yang dikumpulkan adalah
dengan mengindentifikasi bahaya dan
peraturan-peraturan pemerintah mengenai
resiko kebakaran, mengidentifikasi keselamatan kapal, peraturan internasional
variable sarana proteksi kebakaran di seperti Standar Internasional Safety of Life at
kapal KL Frans Kaisiepo. Sea (SOLAS) dan National Fire Protection
Menurut Sarwono (2006) Data sekunder Association (NFPA).
merupakan data yang sudahtersedia sehingga Jenis data yang dikumpulkan
peneliti tinggal mencari dan Jenis-jenis data yang dikumpulkan
mengumpulkan.Metodepengumpulan data dapat dilihat dari table sebagai berikut :
sekunder tersebut dilakukan dengan melihat Table 1 jenis data yang dikumpulkan.

Tabel 1. Jenis Data Penelitian


Teknik Tempat
No Data Data yg diambil
pengambilan data pengambilan
1 Data Informan Utama : Survei ▪ KL. Frans
Keisiepo;
primer ▪ Muallim I Lapangan dan
▪ Kampus Politeknik
▪ Muallim II
Wawancara Pelayaran;
Informan
▪ Perpustakaan
Triangulasi :
▪ Nakhoda
▪ KKM
2 Data Dokumen- Study Literatur ▪ KL. Frans
Keisiepo;
Sekunder dokumen di atas kapal
▪ Kampus Politeknik
seperti Pelayaran;
▪ Perpustakaan
▪ Log book,
▪ Sertifikat kapal,
▪ Daftar inventaris
kapal,
▪ Manual book
Dokumen
pendukung lainnya,
seperti
▪ Peraturan-peraturan
pemerintah mengenai
keselamatan kapal,

12 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

▪ Peraturan
internasional seperti
Standar Internasional
Safety of Life at Sea
(SOLAS) dan
National Fire
Protection
Association (NFPA)

Pengolahan Data analisis dengan membandingkan


Tahapan ini merupakan tahapan dengan solas chapter 3.
dalam mengolah data yang telah d) Melakukan analisis terhadap hasil
didapatdari hasil studi lapangan. Data rancangan dibandingkan dengan
tersebut diolah sesuai dengan literatur kondisi Safety plan yang ada.
yang telahdikumpulkan dan dengan teori- Analisa Data
teori yang telah ada pada penelitian Tahap ini, dilakukan analisis terhadap
sebelumnya.Berikut tahap-tahap tindakan pencegahan dan penaggulangan
pengolahan dan analisis data: bahaya dan risiko kebakaran berdasarkan
a) Identifikasi resiko bahaya kebakaran pendekatan fishbone diagram dan formal
di KL.Frans Kaisiepo. Identifikasi safety assessment rekomendasi
menggunakan metode observasi, IMO,kemudian memberikan usulan
wawancara, dan studi dokumentasi. penerapan prosedur dan sistem yang
b) Identifikasi kondisi terkini untuk tertuang dalam formal safety
mengumpulkan gambaran umum assessmentrekomendasi IMO bagi unit
kondisi saatini berupa data-data yang bertanggung jawab mengelola Kapal
primer dan sekunder yang terkait Latih Frans Kaisiepo Politeknik Pelayaran
dengan sarana proteksi kebakaran Sorong.
aktif dan pasif kapal latih KL. Frans Untuk mengetahui potensi bahaya
Kaisiepo. Identifikasi menggunakan kebakaran di KL.Frans Kaisiepo
metode observasi, wawancara, dan dilakukan analisis secara deskriptif.Data
studi dokumentasi. yang didapat dari pengamatan langsung
c) Pembuatan perancangan sistem dideskripsikan agar tergambar kondisi
assesment keselamatan kebakaran aktual berdasarkan data dilapangan
pada kapal latih Frans Kaisiepo mengenai resiko terjadinya kebakaran di
dengan menggunakan data-data yang KL. Frans Kaisiepo meliputi; struktur
telah terkumpul, kemudian dilakukan kapal, Sumber daya manusia, ship

13 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

equipment, Standar Operasional faktor penyebab ini merupakan


Prosedur. ranting yang bila diperlukan bisa
Untuk memperkuat analisis, peneliti dijabarkan lebih lanjut ke dalam anak
melakukan analisis sistem dengan ranting.
menggunakan diagram sebab akibat 4) Lakukan analisis dengan
Ishikawa, menurut Herjanto (2007) membandingkan data/ keadaan
diagram sebab akibat ini merupakan dengan persyaratan untuk setiap
sebuah alat pengendali mutu yang faktor dalam hubungannya dengan
menggambarkan hubungan antara suatu akibat, sehinga dapat diketahui
masalah (efek) dengan penyebab penyebab utama yang mengakibatkan
potensialnya. Diagram ini digunakan terjadinya masalah mutu yang
untuk mengembangkan variasi yang luas diamati.
suatu kajian dan hubungannya, termasuk
juga untuk pengujian suatu proses maupun PEMBAHASAN

perencanaan suatu kegiatan. Proses dalam Bab ini merupakan jawaban dari
rumusan masalah yang telah dikembangkan
membangun diagram membantu
di Bab I sebelumnya.Bab V ini merupakan
menstimulasi pemikiran mengenai suatu
paparan dan pembahasan hasil penelitian
isu, dan membantu berfikir rasional.
yang telah dilakukan melalui pendekatan
Berikut adalah tahapan yang
survei dan wawancara dalam rangka
dilakukan dalam menyusun diagram sebab mendukung hasil survei. Bab V ini pula
dan akibat, sebagai berikut: dijelaskan secara deskriptif tentang
1) Tentukan masalah/akibat yang akan implementasi konsep sistem assesment fire
dicari penyebanya. Tuliskan dalam Safety, apakah berfungsi dengan baik dan
kotak yang menggambarkan kepala juga memenuhi persyaratan regulasi SOLAS.
ikan. 2.9 Kondisi Umum Objek Penelitian

2) Tentukan kelompok faktor-faktor Objek penelitian yang digunakan


didalam penelitian ini adalah Kapal Latih
penyebab utama yang mungkin
Franskaisiepo milik Badan Pengembangan
menjadi penyebab masalah itu dan
SDM Perhubungan yang dikelola oleh
tuliskan masing-masing pada kotak
Politeknik Pelayaran Sorong.
yang berada pada cabang.
Kementerian Perhubungan membangun
3) Pada setiap cabang, tulis faktor-
6 (enam) unit kapal latih taruna 1200 GT
faktorpenyebab yang lebih rinci yang (Gross Tonage). Peletakan lunas kapal (keel
dapat menjadi faktor penyebab laying) pembangunan keenam kapal tersebut
masalah yang dianalisis. Faktor- dilakukan di galangan kapal PT. Steadfast

14 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

Marine Pontianak. Pembangunan enam kapal berlayar dari galangan kapal Steadfast
latih taruna tersebut dibangun secara bertahap Marine di Pontianak pada 22 Januari 2018.
selama 2 tahun melalui pembiayaan APBN KL. Frans Kaisiepo yang telah
secara multiyear.Kontrak kapal latih sejak melakukan sea trial pada 18 Januari 2018
ditandatangi pada 7 Desember 2015,telah lalu, akan dinakhodai oleh Andreas Galih
selesai masa pembangunannya dan telah Paripurna dalam pelayaran perdananya
didistribusikan ke 6 (enam) sekolah menuju pelabuhan Sorong dengan estimasi
pelayaran Kementerian Perhubungan yaitu lama perjalanan 9 hari.
Politeknik Pelayaran Malahayati Aceh, STIP Kapal latih milik sekolah-sekolah
Jakarta, Poltekpel Surabaya, PIP Makassar, pelayaran di bawah Badan Pengembangan
Poltekpel Minahasa Selatan, dan Poltekpel Sumber Daya Manusia Perhubungan
Sorong Papua Barat. (BPSDMP) dinamai dengan nama pahlawan
Kapal Latih Special Purpose 1200 nasional, karena diharapkan nama pahlawan
GTdibangun dari bahan baja dengan las akan menjadi inspirasi bagi para taruna untuk
penuh, dua buah baling-baling, dan digerakan menjadi pelaut yang tangguhsebelum
oleh dua buah mesin diesel. Ukuran utama memasuki dunia kerja. Diharapkan dengan
panjang kapal keseluruhan sepanjang 63 adanya pembelajaran di atas Kapal Latih
meter dengan panjang garis tegak 59 meter, akan lebih membantu proses transfer
lebar 12 meter, tinggi 4 meter, dan syarat knowledge dan meningkatkan skills tentang
kedalaman air 2,8 meter. Kapal tersebut ilmu pelayaran serta membentuk karakter dan
memiliki 115 ton tangki bahan bakar dan 175 pola kerja seorang pelaut yang tangguh dan
ton tangki air tawar. Kapal memiliki prima.
kecepatan minimal 12 knot dengan daya 2.10 Karakteristik Informan
maksimal 2x1000hp. Kapasitas kapal mampu Informan utama berjumlah 2 orang yang
menampung 21 orang ABK, 2 penumpang merupakan crew Kapal Latih Frans Kaisiepo.
VVIP, 10 orang instruktur, 100 orang Kedua informan berjenis kelamin laki-
cadet/taruna, dan 100 orang penumpang. laki.Informan utama 1 memiliki jabatan
Kapal latih milik Poltekpel Sorong yang sebagai Masinis I sedangkan informan utama
telah selesai pembangunannya di Pontianak 2 memiliki jabatan sebagai Mualim I.
siap melakukan pelayaran perdana setelah Informan triangulasi berjumlah 2 orang
pada tanggal 20 Januari 2018 telah diadakan yang merupakan crew Kapal Latih Frans
penandatangan serah terima antara Dirut PT Kaisiepo. Kedua informan berjenis kelamin
Steadfast Marine dengan Direktur Poltekpel laki-laki. Informan triangulasi 1 memiliki
Sorong di kantor PT. Steadfast Marine. jabatan sebagai Nakhoda sedangkan
Rencananya kapal latih yang diberi informan triangulasi 2 memiliki jabatan
nama pahlawan nasional yang berasal dari sebagai Kepala Kamar Mesin (KKM).
Papua ini, Frans Kaisiepo dijadwalkan akan

15 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

2.11 Potensi Kejadian Kebakaran Di Sumber daya manusia.


KL.Frans Kaisiepo Berdasarkan wawancara mendalam
Kebakaran kapal di laut merupakan hal dengan informan utama dandiperkuat oleh
yang membahayakan, baik pada kapal itu informan triangulasimenyatakan bahwa salah
sendiri ataupada penumpangnya. Crew kapal satu potensi kebakaran di atas Kapal Latih
harusmemadamkan api tanpa adanya jaminan disebabkan oleh faktor kelalaian manusia ini
bantuandari pihak lain. Tanpa adanya sistem dapat disimpulkan bahwa pihak owner/
pemadamanyang baik tentu akan pemilik kapal dalam hal ini Politeknik
mengakibatkan kerusakankapal serta akan Pelayaran Sorong tidak mematuhi klausul
membahayakan keselamatan jiwa crew serta layak laut dalam ISM Code yang
penumpang kapal. berkenaandengan sumber daya dan tenaga
Kebakaran di kapal dapat terjadi di kerja. Penempatan sumber daya dan tenaga
berbagai lokasi yang rawan terhadap kerja ini berkenaandengan kualifikasi yang
kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang sesuai dengan yang dibutuhkan, pengalaman,
muatan, gudang penyimpanan perlengkapan dapat menjalankan standar operasi
kapal, instalasi listrik dan tempat akomodasi perusahaan dengan baik, dan dapat
Nakhoda dan anak buah kapal.Sedangkan berkomunikasi secara efektif dalam situasi
ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau darurat.
sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan, Ditemukan pula terkadang penumpang
yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan seperti taruna/i kurang diberikan pengarahan
situasi darurat serta perlu untuk diatasi. untuk mematuhi tata tertib ketika berada di
Keadaan darurat pada situasi kebakaran atas kapal latih, sehingga memungkinkan
dan ledakan tentu sangat berbeda dengan taruna/i untuk bertindak ceroboh di atas kapal
keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada utamanya saat beraktifitas didalam kamar
situasi yang demikian terdapat kondisi yang mesin.Selain itu dari faktor kemampuan
panas dan ruang gerak terbatas dan kadang- awak kapal bagian kelistrikan menangani
kadang kepanikan atau ketidaksiapan petugas tugas dan tanggung jawabnya yang kurang,
untuk bertindak mengatasi keadaan maupun berhubung kurangnya pemahaman terhadap
peralatan yang digunakan sudah tidak layak prosedur troubleshooting pekerjaan yang
atau tempat penyimpanan telah berubah berkaitan kelistrikan.
Berdasarkan hasil penelitian dengan Dari hasil survey ketika kapal latih
menggunakan fishbone diagram, sumber sedang melaksanakan aktifitas berlayar atau
potensi bahaya kebakaran yang simulasi praktek di atas laut atau joint sailing,
teridentifikasi di atas KL. Frans Kaisiepo peneliti merangkumnya dalam bentuk tabel
dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) di bawah.
bagian :

16 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

Tabel 2. Potensi Penyebab Kebakaran Karena Faktor SDM Di Atas Kapal


POTENSI
MANUSIA SUMBER PERLAKUAN
KEBAKARAN
Penumpang/ Ceroboh dan Merokok Dapat Memicu
Taruna/ Kebakaran
Instruktur/ Kurang Pengetahuan Gesekan Besi Dapat Memicu
Pengajar Kebakaran
Membawa Barang Ledakan
Berbahaya
Tindakan Sabotase Ledakan
Berbahaya Yang Penyelundupan Bahan
Disengaja Berbahaya
Juru Mudi/ Ceroboh Keliru Saat Operate Dapat Memicu
Officers Senior/ Kebakaran
Perwira Mesin (Lalai)
Membawa Muatan Ledakan
Berbahaya
Malas Pemicu Kebakaran
Kru/ ABK Kurang Keliru Saat Operate Dapat Memicu
Kebakaran
Keterampilan Mesin (Lalai)
Cepat Lelah dan Tidak Fokus Pemicu Kebakaran
Kurang Sehat
Pengaruh Obat- Keliru Saat Operate Pemicu Kebakaran
Obatan Mesin (Lalai)
Ceroboh Tidak Fokus Pemicu Kebakaran

Struktur kapal Bulan Maret Tahun 2020 sempat akan


Berdasarkan hasil wawancara dengan dilakukan docking kapal di Surabaya
informan triangulasi yaitu Nakhoda dan berhubung kapal latih sudah masuk masa
KKM menyatakan bahwa pada dasarnya pemeliharaan rutin tahunannya, namun
manual instruksi baik saat berada di kamar karena kendala pengendalian Wabah COVID
mesin maupun pada saat mengoperasikan 19, akhirnya kegiatan docking kapal latih di
peralatan mesin ataupun perlengkapan tunda sementara waktu. Dilain hal
navigasi, semua sudah tersedia di atas kapal. operasional kapal latih seperti praktek
Yang terjadi kendala adalah terdapat berlayar taruna juga tetap wajib dilakukan
beberapa peralatan di atas kapal yang sudah dengan kondisi kapal yang sudah menurun.
tidak dapat dioperasikan karena Dari faktor di atas, peneliti coba
kerusakannya harus dilakukan perbaikan oleh membuatkan rangkumannya dalam bentuk
tenaga ahli dengan dilengkapi alat bantu yang Tabel V.2.di bawah potensi pemicu
modern. kebakaran di atas kapal

Tabel 3. Potensi Sumber Bahaya Kebakaran Di Atas Kapal Latih Franskaisiepo

Lokasi Bagian Di Atas Kapal Sumber Kebakaran

17 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

Engine Room Main Engine Engine blast atau Ledakan


Auxilliary Engine Engine blast atau Ledakan
Sistem Pemipaan Kebocoran dan Tumpahan
Exhaust System Blast atau Ledakan
Oil Tanks Kebocoran dan Tumpahan
Electrical System Perawatan Terhadap Panel
Circuit Braker Yang Rusak
Kegagalan Isolasi
Bertegangan
Korsleting
Pump room and pumping Mesin Pompa Blast atau Ledakan
system Kebocoran dan Tumpahan
Sistem Pemipaan Kebocoran dan Tumpahan
Valves Kebocoran dan Tumpahan
Store Room Sistem Kelistrikan Hubungan Pendek (Short
Circuit)
Deck Deck Machinery Panas dan Percikan Bunga
Api
Fuel Tank Structure Tangki Kebocoran dan Tumpahan
Sistem Pemipaan Kebocoran dan Tumpahan
Vehicle decks Pintu/ Gate Confusing, Macet
Tidak Berfungsi
Piping system Penyumbatan atau Kebocoran
Electrical system Kerusakan Fisik Kabel
Hubungan Arus Pendek
(Short Circuit)
Ventilation system Gas Beracun
Kamar Penumpang/ Tata Letak dan Membingungkan
Kamar Kru Pengaturan Berasap dan Beracun
Sistem Penerangan Terjebak
Kacau
Ventilation system Udara Beracun
Gerah karena udara pengab
(Sulit bernafas)
Galley Instalasi Saluran Gas Kebocoran

Ship equipment mengembangkan kerjasamanya kepada pihak


Sarana dan prasarana yang digunakan lain dalam rangka mengantisipasi keadaan
tentunya disesuaikan dengan keadaan darurat darurat yang tidak dapat dikendalikan sendiri
yang dialami dengan memperhatikan oleh awak kapal, seperti melakukan
kemampuan kapal dan manusia untuk kerjasama kepada pihak KKP Pelabuhan, tim
melepaskan diri dari keadaan darurat tersebut SAR pada saat akan melaksanakan olah gerak
hingga kondisi normal kembali.Petugas atau di atas laut.
anak buah kapal yang terlibat dalam operasi Secara keseluruhan peralatan yang
mengatasi keadaan darurat ini seharusnya dipergunakan dalam keadaan darurat di atas
mampu untuk bekerjasama dengan pihak lain kapal latih adalah Breathing Apparatus –
bila mana diperlukan seperti dermaga, kapal Alarm, Fireman Out Fit – Tandu, lifeboat/
lain/team SAR. Dari hasil wawancara terkait sekoci, inflatable life raft (ILR) disesuaikan
kerjasama dengan pihak lain, Poltekpel dengan keadaan daruratnyadalam kondisi
Sorong sebegai owner masih perlu untuk yang baik dan jugaperlengkapan tersebut

18 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

terpasang menyeluruhdi setiap ruangan dan Pemeriksaan yang dilakukan


tempat yang sesuai. Namun alat komunikasi untuksprinkler yang berada di deckbagian
ke ruangan-ruangan yang sudah tidak atas hanya secara visualsaja. Dimana
berfungsi dengan baik, sehingga ini menjadi seharusnya sprinkler di areacardeck
faktor yang akan menyulitkan ketika terjadi diaktifkan setiap latihan penanggulangan
kondisi darurat di atas kapal. kebakaran untuk dilihat semprotanairnya dan
Detektor yang digunakan Kapal Latih fungsi dari alat tersebut. Sedangkan untu k
berupa heatdetector dan smoke detector. sprinkler yang berada di kamar
Namun Kapal Latih masih memiliki tingkat mesinpemeriksaan nya hanya dicek pipadan
ketidaksesuaian dalam penerapan detektor tekanan pada tabung CO2 yangberada di
dan alarm kebakaran terhadap standar ruang CO2.
SOLAS Chapter II-2 / 7, standar National Namun Kapal Latih masih memiliki
Fire Protection Association72, dan BKI tingkat ketidaksesuaian dalam penerapan
Volume II Rules For Hull Edisi 2017 Section sprinkler terhadap standar SOLAS Chapter
22. Ketidaksesuaiannya terletak pada II-1, National Fire Protection Association 13,
detektor asap yang tidak dipasang disemua dan BKI Volume III Rules For Machinery
tangga. Sesuaistandar SOLAS Chapter II- Installations Edisi 2016 Section 12.
2/7,detektor di tangga harus ditempatkan Ketidaksesuaiannya terletak pada sprinkler
setidaknya pada tingkat atas dari tangga dan yang tidak dipasang diseluruh tangga
disetiapsatu tingkat dibawahnya. didalam ruang akomodasi. Sesuai standar
Pemasangan detektor pada areatangga SOLAS Chapter II-1 mengharuskan untuk
merupakan hal penting karena tangga dipasangnya sprinkler pada setiapkoridor,
menjadi salah satusarana escape yang semua tangga, dan rutepenyelamatan lainnya.
digunakanuntuk evakuasi diri menuju Untuk ituperlunya pemasangan sprinkler
tempatyang lebih aman di atas kapal.Untuk diarea tangga Kapal Latih terutama tangga
itu perlunya pemasangan detektor di area yang menuju muster station.
tangga Kapal Latih terutama tangga yang Berdasarkan wawancara mendalam
menujumuster station. dengan informan utama dandiperkuat oleh
Berdasarkan wawancara mendalam informan triangulasi menyatakan bahwa
dengan informan utama dan diperkuat oleh pemasangan fungsi alarm dan sprinkler
informan triangulasi menyatakan bahwa hanya visual saja, karena tidak pernah
sprinkler yang dimiliki Kapal Latih berisi air dilakukan drill atau pelatihan atau
laut yangdigunakan untuk sprinkler pemeliharaan dalam rangka melihat fungsi
yangberada di area deck dan berisi CO2yang alarm dapat bekerja dengan baik. Faktor
digunakan untuk sprinkler yang berada di penyebabnya karena masa docking kapal
kamar mesin. latih sampai penghujung tahun 2020 belum
dapat dilaksanakan.

19 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

Namun untuk fungsi dari AlatPemadam Dalam penerapan organisasi penanggulangan


Api Ringan (APAR)dalam kondisi yang baik kebakaran terhadap standar SOLAS Chapter
dan jugaalat tersebut terpasang menyeluruhdi II-2/15, sudah memenuhi standar.
setiap ruangan. APAR yangdimiliki Kapal Berdasarkan wawancara mendalam
Latih berjenis foam,powder dan CO2.Setiap (indepth interview) dengan informan utama
bulanselalu dilakukan pengecekkan dan dan diperkuat oleh informan triangulasi
perawatan yang dipimpin perwira menyatakan bahwa latihan kebakaran
keselamatan kapal yaitu Mualim III. dilakukan setiap1 bulan sekali sesuai dengan
Namun Kapal Latih masih memiliki jadwal latihan keadaan darurat yang telah
tingkat ketidaksesuaian dalam penerapan ditentukan. Kegiatan latihan diawali dengan
APAR terhadap standar SOLAS Chapter II- kegiatan safety meeting terlebih dahulu
2/10.3, National Fire Protection Association kemudian dilanjutkan dengan praktik
10, dan BKI Volume III Rules For Machinery pemadaman menggunakan alat pemadam
Installations Edisi 2016 Section 12. yang tersedia. Setelah selesai latihan
Ketidaksesuaiannya terletak pada kebakaran selanjutnya melakukan evaluasi
penempatan APAR di area cardeck terhalang bersama untuk menganalisis kekurangan
oleh muatan barang penumpang sehingga yang terjadi padalatihan tersebut agar di
menyulitkan dalam menggapai APAR latihankebakaran di bulan selanjutnya lebih
tersebut.Dan APAR yang berada di baik lagi, setelah itu kegiatan latihan
kamarmesin seharusnya berjenis CO2, namun kebakaran diakhiri dengantanya jawab untuk
hasil observasi ditemukan APAR di kamar mengingat kembali pengetahuan, tugas, dan
mesin berjenis powder dan APAR jenis foam. tanggung jawab awak kapal dalam
Untuk itu perlunya memindahka nbenda menanggulangi kebakaran diatas kapal.
muatan yang dibawa penumpang ke tempat
lain agar tidak menghalangi akses KESIMPULAN DAN SARAN
untukmenuju APAR dan perlunya pemberian 2.12 Kesimpulan
tanda pemasangan APAR yang lebih jelas. Berdasarkan hasil penelitian yang
Selain itu, sebaiknya APAR jenis CO2 juga teridentifikasi dan konsekuensi dari bahaya
ditempatkan di area kamar mesinuntuk kebakaranpada Kapal Latih Frans Kaisiepo
memaksimalkan pemadamankebakaran. tertentu tingkat risikokapal, orang di
Standar operasional prosedur dalamnya, dan muatan di dalamnya dapat
Berdasarkan wawancara mendalam dinilai secara obyektif baik oleh regulator
dengan informan utama dan diperkuat oleh juga selaku operator, sehingga sesuai
informan triangulasi menyatakan bahwa tindakannya dapat diambil untuk
semua tugas dan tanggung jawab awak meminimalkan risiko kebakaran di atas
kapaltelah tertulis di muster list Roll kapal.
Kebakaran Kapal Latih Frans Kaisiepo.

20 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

Terkait kondisi auxiliary engine yang


sudah dibawah kondisi primanya karena
masa docking yang belum dilaksanakan
rencananya tahun 2020.
2.13 Saran
Upaya berkelanjutan dalam mencari
regulasi terkait,prosedur, persyaratan, dan
kebijakan, dan diskusi denganpemangku
kepentingan masih diperlukan untuk
menyempurnakan standar penilaian dan
prosedur penilaian terutama dalam
mengidentifikasi lebih banyak bahaya
spesifik, dan justifikasi probabilitas
sertaskala konsekuensi, sehingga penilaian
obyektif bisadiperoleh untuk meningkatkan
keamanan kebakaran kapal latih frans
kaisiepo beroperasi di perairan Indonesia.

21 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 1 No 1 Mei 2021

DAFTAR PUSTAKA
------. (u.d.). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2013 tentang Investigasi
Kecelakaan Transportasi.

------. (u.d.). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2012 tentang Komite Nasional
Keselamatan Transportasi.

Akten, N. (2006). Shipping Accidents: A Serious Threat for Marine Environment. Journal Black
Sea/Mediterranean Environment, Vol. 12: 269-304.

Doey, L., & Kurta, J. (2011). Correspondence Analysis applied to psychological research. Tutorials in
Quantitative Methods for Psychology, Vol 7 (1), 5-14.

Dogarawa, L. B. (2012). Marine Accident in Northern Nigeria: Causes, Prevention and Management.
International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 2, No. 11.

Grammenos, C. T. (2010). The Handbook of Maritime Economics 2nd. ed. Cornwall: Exeter Premedia
Services, MPG Books.

Greenacre, M. (2007). Correspondence Analysis in Practice, 2nd ed. Barcelona: Chapman & Hall/CRC.

Hetherington, C., Flin, R., & Mearns, K. (2006). Safety in Shipping: The Human Element. Journal of
Safety Research Vol. 37 , 401-411.

ITS & World Bank. (2012). Connectivity Report on Domestic Sea Transport. Jakarta: Word Bank.

Kurniawan, F. (den 20 February 2017). Frendy Kurniawan. Hämtat från Kumparan:


https://kumparan.com/frendy-kurniawan/jejak-kecelakaan-kapal-2010-2016

Mazaheri, A., Montewka, J., & Kujala, P. (2013). Correlation Between the Ship Accident and the Ship
Traffic - A Case Study Based on Statistics of the Gulf of Finland. The International Journal on
MArine Navigation and Safety of Sea Transportation, Vol. 7, No.1, 119-124.

perhubungan, B. d. (2000). Fire prevention and fire fighting. jakarta: Badan diklat perhubungan.

Talley, W. K., Jin, D., & Powell, H. (2005). Determinants of Crew Injuries in Vessel Accident .
Maritime Policy & Management Vol. 32, No. 3, 263-278.

Walpole, R. E. (1995). Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta: Gramedia.

Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

22 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192

Anda mungkin juga menyukai