Anda di halaman 1dari 11

Volume 01 Nomor 24 Oktober 2022 Halaman: 1-10

Upaya Optimalisasi Kesiapan Penggunaan Alat – Alat Pemadam


Kebakaran Di MT Gas Melawi

Rahmat1), Capt Bustamin2), Subarlia Limbong3)

Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar


Program Studi Nautika
Jln. Tentara Pelajar No. 173 Makassar, Kode pos. 90172
Email: rachmatnur.rn10@gmail.com, Mbustamin@yahoo.com,
Sunarlia26@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelatihan prosedur darurat di atas kapal MT
GAS MELAWI apakah sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan. pelatihan prosedur darurat di atas kapal MT GAS MELAWI jika tidak
dilaksananakan, apa yang menyebabkan tidak terlaksananya prosedur pelatihan
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Penelitian ini dilaksanakan dimulai
tanggal 1 Desemberi 2020 sampai dengan tanggal 12 Desember 2021. Adapun objek
penelitian yaitu pelatihan prosedur darurat diatas kapal MT GAS MELAWI Dalam
penyusunan skripsi ini, Penelitian menggunakan metode yang memungkinkan mereka
menjelaskan masalah yang mereka hadapi untuk membantu alur kerja mereka MT
GAS MELAWI adalah obserfasi, wawancara, metode penelitian pustaka Skripsi ini
disajikan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Artinya, gambaran rinci
tentang apa yang terjadi di lapangan dan catatan tertulis tentang masalah dari
kejadiannya hingga penyelesaiannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengunaan Alat pemadam api harus digunakan dengan benar dan isinya serta tanggal
kedaluwarsa harus diperiksa untuk memastikan alat tersebut berfungsi dan siap
digunakan.

Kata Kunci: perawatan, pelatihan, alat pemadam kebakaran.

1. PENDAHULUAN
Dengan perkembangan zaman yang semakin modern, karena
perkembangan ekonomi dunia yang pesat, permintaan minyak tanah semakin
meningkat. Untuk mendukung semua ini, bahan bakar minyak sangat
dibutuhkan, terutama untuk transportasi dan operasional pabrik. Hal ini juga
akan memfasilitasi pengembangan teknologi pengangkutan bahan bakar
minyak dari tempat produksi ke tempat pengolahan dan dari tempat pengolahan
melalui laut. Menuju bidang aplikasi produk minyak pemanas. Oleh karena itu
transportasi memegang Ini memainkan peran yang sangat penting dalam
pergerakan barang di dalam negeri. Ini jelas memfasilitasi rangsangan lalu
lintas untuk memenuhi kebutuhan ini.
Untuk moda transportasi ini, transportasi laut berupa kapal sangat
dibutuhkan. Ada banyak jenis kapal yang bisa meledak dan terbakar, terutama
jika dilihat dari muatannya. Oleh karena itu, sangat penting bagi semua awak
1
kapal untuk memahami cara menggunakan alat pemadam kebakaran.
Nyalakan api sesuai dengan apa yang Anda bakar.
Alat pemadam kebakaran sangat diperlukan untuk mendukung navigasi
kapal yang aman. Hal ini sejalan dengan tujuan dari International Safety
Management Code (ISM CODE). Ini berarti memastikan keselamatan di laut
dan mencegah hilangnya nyawa dan kerusakan lingkungan, terutama laut.
lingkungan dan properti, untuk menghindari. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa alat-alat tersebut sudah tersedia sehingga dapat digunakan
dan bekerja dengan baik pada saat dibutuhkan.
Awak kapal dapat merasa tenang mengetahui bahwa alat pemadam
kebakaran dijamin berfungsi di atas kapal dalam menunaikan tugas (tugasnya).
Untuk memastikan ini, alat pemadam kebakaran kebakaran harus dipelihara
secara teratur dan teratur serta diperiksa oleh awak kapal terutama petugas
yang membidangi instalasi. Sesuaikan dengan yang dideskripsikan
Sebagaimana dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk menulis skripsi
yang berjudul “Upaya Optimalisasi Kesiapan Pengguanaan Alat-Alat
Pemadam Kebakaran Di Atas Kapal”

2. KAJIAN PUSTAKA
Bahaya api adalah gelogok yang disebabkan oleh kebakaran vitalitas
yang tidak terkendali yang dapat membahayakan kehidupan atau keselamatan
properti. Untuk menghindari bahaya tersebut, berbagai upaya harus dilakukan,
antara lain: Lakukan pemeriksaan perawatan secara berkala untuk memastikan
penggunaan yang optimal jika terjadi kebakaran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 986), ``Optimasi
adalah proses, metode, dan tindakan mengoptimalkan (melakukan yang
terbaik, menjadi yang terbaik, dll.)''.
Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa optimasi adalah proses,
metode, dan tindakan (kegiatan/kegiatan) untuk menemukan solusi terbaik
untuk beberapa masalah, di mana solusi terbaik memenuhi kriteria tertentu.
Kajian ini berkaitan dengan optimalisasi kesiapan operasional alat pemadam
kebakaran di kapal MT. GAS MELAWI diatur dengan beberapa peraturan.
a. Internasional Safety Management Code, Internasional Safety
Manajemen code (ISM CODE) memberikan standar internasional

2
untuk manajemen keselamatan. Sistem manajemen berkaitan dengan
instruksi operasi, menetapkan tugas atau prosedur untuk
mengoperasikan peralatan di atas kapal, memelihara kapal dan
menangani setiap keadaan darurat yang terjadi di kapal seperti:
kecelakaan, polusi, kebakaran Kebakaran terjadi di kapal dan
keadaan darurat terjadi di kapal.
b. Safety Of Life AtSea 1974, Safety OfLife At Sea 1974 (SOLAS 1974)
merupakan salah satu konvensi internasional yang memuat
persyaratan bagi kapal untuk menjaga keselamatan jiwa di laut. Agar
kapal dapat beroperasi dengan aman, kapal tersebut harus mematuhi
peraturan di atas. Secara khusus, Konvensi Internasional SOLAS
1974 tentang Pengaturan Keselamatan Kebakaran untuk Tanker, Bab
II-2 Konstruksi: Perlindungan Penemuan dan Pemadam Kebakaran
Bagian E. Peraturan 55-64 mencakup: penggunaan, pengaturan dan
pemisahan ruang, konstruksi, ventilasi, sarana pelepasan, sistem
busa geladak tetap, sistem gas inert, penyimpanan ruang pompa dan
nozel. Oleh karena itu ketersediaan alat pemadam api sangat penting
dan alat ini harus dapat berfungsi dengan baik jika terjadi kebakaran
di atas kapal.
c. Latihan Memadam Kebakaran Modul Advance Fire Fighting (MODUL
AFF) Alat pemadam api yang berfungsi dengan baik diperlukan untuk
mencegah dan menanggapi bahaya kebakaran secara efektif. Oleh
karena itu, pemeliharaan alat pemadam kebakaran harus dilakukan
secara efisien dan latihan kebakaran harus dilakukan secara rutin
sesuai SOLAS 74 untuk memastikan pengerahan alat pemadam api
dapat berfungsi dengan baik jika terjadi bahaya kebakaran. Misalnya:
1) Kapal penumpang, seluruh officer, dan crew kapal sedikitnya
latihan pemadam kebakaran sekali dalam waktu 24 jam setelah
jam keberangkatan dari pelabuhan.
2) Kapal barang, untuk kru paling tidak Perubahan harus dilakukan
setidaknya sebulan sekali atau dalam waktu 24 jam setelah
keberangkatan jika lebih dari 25% awak kapal diganti.
Pelatihan reguler dapat menumbuhkan disiplin kru, meningkatkan
kewaspadaan dan keterampilan, serta meningkatkan efektivitas tim.

3
Latihan tersebut juga akan mendemonstrasikan kesiapan operasional
peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran kapal.

3. METODE PENELITIAN
Jenis data yang penulis gunakan dalam melakukan penelitiannya adalah
analisis deskriptif, menggambarkan upaya peningkatan keterampilan petugas
dan awak kapal terkait dengan ketepatan penggunaan alat pemadam
kebakaran di kapal MT Gas Melawi.
Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis kinerja perwira dan
kru. Ini adalah ukuran tingkat keterampilan, dengan diskusi yang ditujukan
untuk memecahkan masalah yang muncul.
Penelitian dilakukan dengan cara membaca atau mempelajari buku-buku
dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Mendapat
alasan yang digunakan untuk membahas masalah yang sedang diselidiki.
Data yang dikumpulkan berupa variabel dikumpulkan dalam bentuk
informasi wawancara baik lisan maupun tulisan. Data lisan diperoleh dari
wawancara yang dilakukan dengan nakhoda, perwira dan awak kapal MT Gas
Melawi.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Artikel ini berdasarkan pengalaman penulis pelatihan maritim di kapal MT
Gas Melawi callsign POJS, GT 3484, dan memiliki panjang 94m salah satu
kapal milik perusahaan PT. Perusahaan Usaha Gas Elpindo sehingga dengan
adanya deskripsi Ini memungkinkan pembaca untuk memahami dan merasakan
apa yang terjadi selama penulis menyelidiki di kapal MT Gas Melawi yang
beroperasi dari pelabuhan Pertamina Cilacap ke pelabuhan PON Gresik yang
mengangkut muatan jenis Propylene. Misalnya, banyak orang mengalami hal
yang tidak diinginkan terjadi kebakaran pada tanggal 21 Oktober 2021 di lantai
pertama ruang akomodasi antara kamar juru mudi dan messroom officer, salah
seorang Juru mudi 1 yang berinisial AA yang mana pada saat itu kapal
melakukan olah gerak untuk keluar dari tempat berlabuh jangkar. Di mana
salah seorang juru mudi tersebut merokok dalam kamarnya ketika selesai
merokok ia lupa mematikan api rokoknya dan di buang di tempat sampah yang

4
banyak sampah plastik dibawahnya di mana juru mudi tersebut langsung
tertidur karena capek dan ngantuk setelah jaga.
Tidak ama kemudian api rokok tersebut menyala dalam tong sampah,
untungnya ABK tersebut cepat terbangun karena mencium bau asap dan berlari
mengambil APAR yang terletak di antara kamar juru mudi 1 dan juru mudi 2
sambil teriak. Ketika alat pemadam tersebut digunakan ternyata tidak berfungsi
dengan baik dan ABK tersebut berlari kembali untuk mengambil APAR yang
lain ketika datang apinya sudah membesar. Hal ini menyebabkan lambatnya
operasi pemadam, karena harus mengambil lagi APAR yang lain. Akhir dari
peristiwa tersebut, Api dapat dipadamkan dengan alat pemadam kebakaran
foam jenis portable, dan tidak terjadi kerusakan yang begitu parah. Akan tetapi
apabila api tidak segera dapat diatasi maka akan terjadi kerusakan yang lebih
besar.
Setelah kejadian tersebut dari hasil pengamatan/observasi penulis, ABK
langsung mengecek APAR yang pertama digunakan yang tidak berfungsi
dengan baik dan di dapati setelah di cek ternyata APAR tersebut sudah expired
karna sudah berapa bulan tidak pernah di lakukan pengecekan menurut label
yang ada pada APAR tersebut yang seharusnya di cek secara berkala setiap
bulannya oleh perwira/mualim yang bertanggung jawab.
Dalam pelayaran MT Gas Melawi sering mendapat goncangan yang
disebabkan oleh ombak yang mengenai lambung maupun haluan. Hal ini sering
menyebabkan bergeser serta jatuhnya peralatan kapal yang tidak dilashing
atau diikat khususnya pada botol-botol pemadam kebakaran portable jenis
foam yang selalu di tempatkan di tempat yang di tentukan, juga mengalami
goncangan yang cukup keras. Dari pengamatan sepintas di ketahui bahwa
pengamatan tidak terpasang dan ada yang terjatuh. Hal ini memungkinkan
terjadi tekanan yang tidak sengaja atau tertekan oleh benda-benda yang
terjatuh diatas penekan yang menyebabkan pecahnya seal timah penutup
larutan tabung dalam, sehingga larutan tabung dalam bereaksi dengan larutan
tabung luar dan menimbulkan busa yang keluar dari selang kepemancarnya.
Dalam keadaan demikian jarang ada perwira atau awak kapal lainnya yang
memperhatikan atau mengontrol peralatan tersebut.
Dilihat dari fungsi misionaris, terdapat alat-alat keselamatan di kapal
khususnya APAR, dan diharapkan APAR tersebut dirawat atau dipelihara

5
sesuai prosedur yang efektif. Namun, jika awak kapal tidak bertanggung jawab
atas peralatan tersebut, kami tidak menjamin bahwa peralatan tersebut dapat
digunakan sebagaimana dimaksud dalam layanan jika kapal berada dalam
bahaya kebakaran. Hal ini kepada menjauhi juz baru yang bisa mencengkam
kefasihan operasional kapal. Dari masalah yang dijelaskan, kita dapat
menganalisis:
a. Singkatnya waktu pelayaran dan banyaknya pekerjaan yang ada
menyebabkan para mualim malas untuk melaksanakan pengecekan
dan perawatan alat-alat pemadam kebakaran.
b. Jarangnya diadakan latihan (fire drill) pemadam kebakaran sebagai
bentuk pengecekan langsung oleh perwira yang bertanggungjawab
atas alat pemadam kebakaran tersebut
c. Koordinasi antar nahkoda saat membahas perawatan alat pemadam
kebakaran jarang terjadi, semua sibuk dengan pekerjaan, dan
nahkoda/perwira senior enggan memberikan instruksi kepada perwira
yunior.
d. Karena sibuknya para mualim yang bertanggung jawab atas peralatan
pemadam kebakaran untuk membuat laporan keperusahaan
mengenai kondisi yang sebenarnya dari peralatan tersebut, yang
biasanya hanya menyalin dari laporan-laporan yang telah ada
sebelumnya, sehingga keadaan yang sebenarnya tidak dimengerti
benar.
e. Mualim III sebagai mualim yang bertanggung jawab atas peralatan
pemadam tersebut kurang berpengalaman dalam merawat perawatan
terebut, dan segan bertanya kepada mualim yang berpengalaman,
misalnya : mualim I
f. Kurang tegasnya peraturan-peraturan dan intruksi dari nakhoda
mengenai pemeliharaan dari alat pemadam kebakaran di atas kapal,
yang menyebabkan para perwira yang bertanggung jawab terhadap
perawatan peralatan pemadam tersebut kurang rutin dalam
menjalankan kewajibannya.
Nakhoda tidak memberikan instruksi dan pemahaman kepada awak
kapal tentang pentingnya alat pemadam kebakaran dalam keselamatan
kapal. Selanjutnya, petugas yang bekerja di geladak tidak memperhatikan

6
aspek keselamatan terkait peraturan yang berlaku di atas kapal. Praktek ini
sering menyebabkan kecelakaan di atas kapal. Amati beberapa analisis yang
dijelaskan dan selesaikan masalah yang ada dengan menggunakan sistem
pendekatan pencegahan masalah empiris. Dari berbagai jenis buku yang
berkaitan dengan permasalahan yang ada, dan dari diskusi antar pelaut
yang familiar dengan permasalahan alat pemadam kebakaran tentang
masalah alat pemadam kebakaran dan cara pemadaman kapal, diperoleh :
1. Latihan kebakaran harus sering dilakukan di atas kapal. Kondisi alat
pemadam kebakaran yang digunakan juga harus diperhatikan dan
diperiksa selama latihan, terutama jika alat pemadam tidak berfungsi
dengan baik. Usai latihan, periksa kembali kondisi masing-masing
peralatan.
2. Perwira yang bertanggung jawab atas alat-alat pemadam kebakaran
harus lebih memperhatikan pemeriksaan dan perawatan alat-alat
pemadam kebakaran yang ada diatas kapal.
Pemahaman mengenai teknik pemadaman juga harus
dijelaskan kepada anak buah kapal (ABK), misalnya: tindakan
pemadaman harus didahului atau bersamaan dengan usaha pertolongan,
hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Sikap dan tindakan harus tegas dan disiplin
b. Ketenangan dan kekompakkan harus dijaga
c. Kecepatan dan efisiensi harus pula diperhatikan.
Sebelum melakukan tindakan pemadaman perlu diperhatikan hal
hal sebagai berikut:
1) Hati-hati terhadap arah angin
2)Bahan mudah terbakar, dll.
3)Posisi menembak
4)Jumlah bahan yang terbakar;
5)Alat pemadam api tersedia dan harus disiapkan
3. Informasi ini mendorong para awak kapal untuk lebih waspada dan sadar
akan keberadaan alat pemadam api di atas kapal dan menggunakan alat
pemadam api dengan tepat. Menjaga alat pemadam api di atas kapal dan
menyadari keberadaannya sangat berkontribusi pada kelancaran
pengoperasian kapal dan memastikan ketenangan pikiran awak kapal

7
saat mereka menjalankan tugasnya. Portable Fire Extinguisher (Alat
Pemadam Api Ringan/Jinjing).
Inspeksi APAR suatu inspeksi di tempat adalah suatu
pemeriksaan secara cepat untuk melihat bahwa alat pemadam api berada
pada tempat yang tepat, tidak terhalang dan terlihat dengan jelas.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada saat inspeksi alat pemadam.
a) Pastikan alat pemadam kebakaran ada di tempatnya. Alat pemadam
api cadangan harus tersedia setiap kali alat pemadam kebakaran
digunakan atau dibawa untuk diperbaiki. Misalnya, alat pemadam
kebakaran yang mengandung bahan pemadam yang mudah diserap
seperti air tidak boleh ditempatkan pada blok terminal tegangan tinggi.
b) Pastikan bahwa bahan menuju alat pemadam dan pandangan ke alat
tersebut tidak terhalang.
c) Pastikan bahwa cara pengoprasian alat pemadam api jelas terlihat.
d) Pastikan bahwa penyekat atau alat penunjuk masih utuh, hal ini selalu
disarankan suatu tarikan pada kawat atau plastik segel untuk
menyakinkan bahwa alat tersebut tidak putus. Bilamana alat tersebut
sudah putus, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Lakukan tatacara
perawatan alat pemadam api.
e) Pastikan bahwa alat pengukur tekanan berada dalam batas normal.
Pengukur tekanan dapat berupa angka-angka dengan satuan
psi(pound persquare inch) atau dapat juga dengan tanda batas
“normal”. Bilamana jarum tidak menunjukan batas normal, alat
pemadam api harus diganti atau disi kembali.
f) Cari kerusakan fisik yang terlihat. Ini adalah pemeriksaan visual
sederhana untuk kerusakan fisik, selang rusak, dll. Jika ditemukan
kerusakan yang menunjukkan bahwa alat pemadam api tidak dapat
dioperasikan atau tidak aman untuk digunakan, peralatan harus diganti
dan diperbaiki sampai perbaikan dilakukan.
4. Pemeliharaan alat pemadam api ringan (jinjing)
Pemeliharaan meliputi pengecekan semua bagian mesin APAR,
bahan pemadam di dalam silinder, dan mekanisme penggerak. Tujuan
dari jadwal perawatan adalah untuk memastikan bahwa alat pemadam
kebakaran berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan bahaya bagi

8
operator atau orang yang melihatnya.
5. Bagian alat pemadam, tempat-tempat pemeriksaan dan usaha perbaikan
Perawatan selang pemadam kebakaran (fire hoses) juga harus
diperhatikan. Selang kebakaran tidak boleh digunakan untuk tujuan selain
memadamkan api atau diuji dengan peralatan lain. Padahal perawatan
peralatan dan selang merupakan bagian penting dari pekerjaan seorang
pemadam kebakaran. Namun, tingkat kesadaran staf di setiap kapal tidak
sama. Namun demikian, pemeliharaan dan pengujian harus dilakukan
untuk memastikan bahwa selang bekerja dengan baik saat dibutuhkan.
Untuk mencegah selang memburuk dari waktu ke waktu, keringkan
dengan baik setelah digunakan sebelum menyimpannya.
6. Alat penyemprot dan cabang (nozzles and branches)
Peralatan ini harus diperiksa dan diuji secara teratur pada
tekanan pompa tertentu untuk memastikan bahwa peralatan berfungsi
dengan baik. Tidak cacat atau (rusak) harus segera diperbaiki dan
disimpan.

5. SIMPULAN DAN SARAN


a. Simpulan
Mempertimbangkan masalah yang dijelaskan pada bab sebelumnya,
kita dapat melihat bahwa semua masalah berasal dari personel di atas
kapal itu sendiri.:
1) Pemeliharaan alat pemadam kebakaran harus diperiksa secara
teratur isi dan tanggal kedaluwarsa untuk memastikan fungsi dan
ketersediaan yang tepat setelah digunakan.
2) ABK harus memiliki pemahaman tentang pentingnya rasa
tanggungjawab dan meningkatkan kedisiplinan agar tidak ceroboh
dalam bekerja karna akan berbahaya bagi kapal dan keselamatan
jiwa manusia.
b. Saran
Adapun Berdasarkan fakta yang ada, sejumlah hal dapat dilakukan
untuk menyelesaikan masalah di kapal:
1) Tentang perusahaan: Penyelenggaraan pelatihan dan kursus
anak buah kapal (ABK), pelatihan sesuai tugas dan jabatan;

9
Pelatihan ini diperoleh melalui kursus kompetensi yang
diselenggarakan oleh Akademi Angkatan Laut atau lembaga lain
yang ditunjuk pemerintah. Perusahaan musti memperbesar dan
memenuhi sesuatu yang tidak bisa menasihati bawak laik laut
2) Tentang kapal: Melakukan pelatihan pemadam kebakaran (fire
drills) secara rutin dan berkala sesuai dengan regulasi SOLAS.
Latihan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman seluruh
awak kapal tentang pentingnya alat pemadam kebakaran.
Petugas penanggung jawab alat pemadam kebakaran harus lebih
memperhatikan pemeriksaan dan pemeliharaan alat pemadam
kebakaran di atas kapal.
Membangun komunikasi dan hubungan kerja yang baik dengan
seluruh awak kapal. Ketika manajemen senior, semua anggota kru dan
manajemen onboard bekerja sama dengan baik, tim keselamatan yang
kuat dan berkualitas terbentuk. Hal ini memungkinkan setiap awak kapal
untuk memahami dan menghargai pentingnya perlengkapan keselamatan,
khususnya alat pemadam kebakaran di atas kapal.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Adzim H. A. (2013) Syarat pemasangan dan penempatan APAR


https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com
penempatan-dan-pemasangan-apar,html. Diakses pada tanggal 20
Mei 2018

[2]. Badan Diklat Perhubungan. 2000A, Advance Fire Fighting Departemen


Perhubungan. Jakarta.

[3]. Badan Diklat Perhubungan. 2000B, Fire Prevention and Fire Fighting
Departemen Perhubungan. Jakarta

[4]. Badan Diklat Perhubungan. 2000C, Gas Tanker Familiarization


Departemen Perhubungan. Jakarta

[5]. Gusti N. R. (2017) Pengecekan Alat Pemadam Kebakaran.


10
https://hargaalatpemadammurah.com/pengecekan-alat-pemdam/.
Diakses pada tanggal 20 Mei 2018

[5]. Penyusun Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar. (2012). Pedoman


Penulisan Skipsi Politeknik Pelayaran Makassar. Makassar:
Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar.

[6]. Pramono H. & DKK (2019). Upay Perawatan alat pemadam api jenis foam.
File://Cusers?ASUS/Downloads?2-article%20text-6-1-10-200313.pdf.
Diakses pada tanggal 5 Agustus 2020

11

Anda mungkin juga menyukai