Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak


wilayah perairan dan lautan. Banyak aktifitas yang dilakukan dengan
mengandalkan perhubungan melalui laut. Salah satu aktifitas tersebut yaitu
memindahkan orang dan barang dari satu pulau ke pulau lain melalui laut. Oleh
karena itu dibutuhkan industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal
laut.

Untuk mendukung itu semua, terutama sarana transportasi laut dan


pengoperasian kepelabuhan sangat membutuhkan bahan bakar minyak. Hal itu pula
yang mendorong berkembangnya teknologi pengangkutan bahan bakar minyak
melalui laut dari daerah penghasil menuju daerah pengolahan ataupun dari daerah
pengolahan menuju daerah pemakaian produk bahan bakar minyak. Dengan
demikian transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemindahan
komoditi yang diproduksi oleh suatu negara. Hal ini jelas akan mendorong dan
merangsang sarana transportasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan ini
sarana transportasi yang paling banyak dibutuhkan ialah alat transportasi laut
berupa kapal. Alat transportasi ini masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu
kapal tanker yang khusus mengangkut muatan cair (bahan bakar minyak) dan
masih banyak kapal jenis lainnya.

Pertumbuhan perekonomian dunia yang maju pesat serta diiringi


perkembangan jaman yang semakin modern membuat kebutuhan bahan bakar
minyak semakin meningkat. Dikarenakan kapal tanker mengangkut muatan
minyak yang mudah terbakar, maka dari itu sangat penting untuk memperhatikan

1
alat-alat keselamatan terutama alat pemadam kebakaran agar bisa berguna
(berfungsi) dengan baik pada saat penggunaan.

Kebakaran merupakan salah satu resiko yang dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja dalam setiap kegiatan pelayaran kapal laut. Kerugian yang
diakibatkan oleh kebakaran kapal ini pun menimbulkan kerugian finansial yang
cukup besar bahkan sampai memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Kebakaran
juga dapat menimbulkan bahaya dari segi kesehatan, diantaranya yaitu: bahaya
radiasi panas yang dapat mengakibatkan manusia menderita kehabisan tenaga,
kehilangan cairan tubuh, terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan
mematikan jantung.
Kapal tanker bermuatan minyak produk (minyak jadi) sangat rentan
terhadap bahaya kebakaran. Hal ini dapat terjadi karena sifat bahan bakar minyak
mentah yang menjadi bahan bakar minyak jadi seperti: bensin, solar, aftur dan
chemical yang sudah memiliki sifat khas dan cirri tertentu kadang mudah terbakar
jika tercampur dengan materi-materi lain.

Alat-alat pemadam kebakaran sangat diperlukan untuk menunjang


keselamatan suatu operasi kapal, dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku, ini sesuai dengan sasaran dari ISM CODE yaitu untuk menjamin
keselamatan di laut, pencegahan kecelakaan manusia atau kehilangan jiwa dan
menghindari kerusakan lingkungan khususnya lingkungan maritime dan harta
benda. Ketentuan ini di maksudkan untuk menjamin kesiapan dari alat-alat agar
dapat digunakan setiap saat jika diperlukan dan dapat bekerja dengan baik.

Dengan terjamin dan berfungsi dengan baiknya alat-alat pemadam


kebakaran yang berada di kapal tersebut, maka awak kapal akan tenang dalam
melaksanakan pekerjaan (tugasnya). Untuk menjamin hal tersebut, alat-alat
pemadam kebakaran perlu mendapat perawatan rutin dan berkala dari para crew
kapal dan perwira yang bertanggung jawab terhadap peralatan tersebut. Akan
tetapi, dari pengalaman yang saya alami selama praktek di kapal, banyak
menemukan alat-alat pemadam kebakaran yang kurang terawat dan tidak dapat
digunakan dengan baik. Terlebih lagi taruna pernah menjumpai alat pemadam
kebakaran jenis portable yang sudah kosong tetapi masih terpasang rapi
ditempatnya, juga kurangnya kepedulian crew terhadap alat-alat pemadam
kebakaran di atas kapal.
2
Berdasarkan uraian di atas dan pengalaman selama praktek, maka judul
skripsi yang penulis ambil lebih memprioritaskan pada optimalisasi kesiapan
penggunaan alat-alat pemadam kebakaran. Oleh karena itu, saya sebagai penulis
akan mengangkat tentang kesiapan penggunaan alat-alat pemadam kebakaran
bagi anak buah kapal. Serta pentingnya sebuah perawatan alat-alat pemadam
kebakaran bagi keselamatan kapal dan awaknya. Pada saat terjadi bahaya
kebakaran di kapal agar alat-alat pemadam kebakaran bisa berfungsi dengan
baik pada saat di gunakan. Maka dari itu penulis mengangkat judul tentang.

“UPAYA OPTIMALISASI KESIAPAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT


PEMADAM KEBAKARAN DI KAPAL MT.SATRIA SATU”

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana mengoptimalkan penggunaan alat pemadam kebakaran di kapal
MT. SATRIA SATU?
2. Hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mencegah bahaya kebakaran di atas
kapal?
3. Bagaimana cara mengatasi kebakaran apabila terjadi kebakaran di atas kapal?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam mencegah
bahaya kebakaran di atas kapal.
2. Untuk menambah pengetahuan crew kapal dalam penggunaan alat pemadam
kebakaran.
3. Untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan dan disiplin kerja para perwira
dan anak buah kapal dalam menanggulangi kebakaran di kapal
4. Untuk memberikan arahan tentang pentingnya pengoptimalan dan perawatan
alat pemadam kebakaran di kapal kepada anak buah kapal dan perwira junior,
sehingga bisa menambah pengetahuan tentang perawatan dan penggunaan alat
pemadam kebakaran agar berfungsi secara baik dan siap pakai..
5. Untuk meningkatkan keselamatan bagi seluruh awak kapal terhadap bahaya
kebakaran, khususnya di kapal tanker.

3
1.4. MANFAAT PENULISAN
Berdasarkan permasalahan yang muncul diatas, maka penulis berharap akan
beberapa manfaat yang dapat dicapai dan berguna bagi berbagai pihak, antara
lain.
1. Untuk pihak kapal
Sebagai usulan dan saran bagi seluruh awak kapal agar benar-benar bisa
mengoptimalkan penggunaan dan perawatan alat-alat pemadam kebakaran di
kapal
2. Untuk pihak perusahaan
Sebagai kontribusi masukan yang bermanfaat dalam mengambil kebijakan
manajemen bagi perusahaan dan pihak – pihak yang terkait dalam
penanggulangan masalah keadaan darurat kebakaran yang dihadapi agar lebih
maju dan optimal.
3. Untuk penulis
Dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dan pengembangan

pikiran tentang manajemen suatu perusahaan pelayaran dalam mengatasi

kendala – kendala yang dihadapi. Tentunya hal ini sangat bermanfaat bagi

penulis yang nantinya akan terjun langsung saat bekerja di suatu perusahaan

pelayaran.

4. Untuk Pembaca

Dapat menambah wawasan tentang alat-alat pemadam kebakaran dan memberi

masukan kepada pembaca mengenai pentingnya kesiapan penggunaan alat-alat

pemadam kebakaran di atas kapal.

UPAYA OPTIMALISASI KESIAPAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT

PEMADAM KEBAKARAN DI KAPAL MV.THAI HO NO 1 TUGAS

4
AKHIR Oleh : HAMSAL NIT 13617022 KEMENTERIAN RISET

TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI

SAMARINDA JURUSAN KEMARITIMAN PROGRAM STUDI NAUTIKA

SAMARINDA 2017

UPAYA OPTIMALISASI KESIAPAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT

PEMADAM KEBAKARAN DI KAPAL MV.THAI HO NO 1 Diajukan

sebagai persyaratan untukmemenuhi derajat Ahli Madya (A.Md) Pada Program

Studi NautikaJurusan Kemaritiman Politeknik Negeri Samarinda Oleh :

HAMSAL NIT 13 617022 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN

PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA JURUSAN

KEMARITIMAN PROGRAM STUDI NAUTIKA SAMARINDA 2017 i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan

dibawah ini : Nama : HAMSAL NIT : 13617022 Jurusan Program Studi

Jenjang Judul Tugas Akhir : Kemaritiman : NAUTIKA : Diploma III : Upaya

Optimalisasi Kesiapan Penggunaan Alat-Alat Pemadam Kebakaran Di Kapal

MV.THAI HO NO1 Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini

adalah hasil karya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar. Jika dikemudian hari terbukti ditemukan

unsur plagiarisme dalam Laporan Tugas Akhir ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Samarinda, September 2017 HAMSAL NIT. 13 617022 ii

5
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING UPAYA OPTIMALISASI

KESIAPAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT PEMADAM KEBAKARAN DI

KAPAL MV.THAI HO NO 1 NAMA : HAMSAL NIM : 13617022 JURUSAN

PROGRAM STUDI JENJANG STUDI : KEMARITIMAN : NAUTIKA :

DIPLOMA III Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan Pada tanggal,

September 2017 Menyetujui : Pembimbing I Pembimbing II Capt. Agus Roni

Katily, M.Mar NIP. Rusman, ST.,MT.,MM NIP.197403212008121002

Mengetahui: Direktur Politeknik Negeri Samarinda Ir. H. Ibayasid, M,Sc NIP.

195903031989031002 iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI UPAYA OPTIMALISASI

KESIAPAN PENGGUNAAN ALAT-ALAT PEMADAM KEBAKARAN DI

KAPAL MV.THAI HO NO 1 NAMA : HAMSAL NIM : 13617022 JURUSAN

PROGRAM STUDI JENJANG STUDI : KEMARITIMAN : NAUTIKA :

DIPLOMA III Laporan Tugas Akhir ini telah di uji dan disetujui Padatanggal,

September 2017 DewanPenguji: Penguji I, Nama : Masriana Sarapa, ANT II

NIP : Penguji II, Nama : Sumanti Syahid, S.Pd., ANT II NIP

196911082014012001 Penguji III, Nama : Amir Hidayat, SE.,M.Si.,AK.,CA

NIP 197311232008121001 Mengetahui: Ketua Jurusan Kemaritiman, Ketua

Program Studi Nutika, M. Adham, S.Kom.,M.Si Amir Hidayat,

SE.,M.Si.,AK.,CA NIP. 196407061989031004 NIP. 197311232008121001 iv

KATA PENGANTAR Allahamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya maka penulis dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini dengan lancar. Judul yang telah

6
penulis terselesaikan dari Laporan Tugas Akhir (LTA) adalah Upaya

optimalisasi kesiapan penggunaan alat-alat pemadam kebakaran pada kapal

mv.thai ho no 1. Laporan Tugas Akhir (LTA) ini disusun sebagai syarat

kelulusan program studi Nautika di Politeknik Negeri Samarinda. Pada

kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan banyak Rasa Terima Kasih

dan Penghargaan yang sebesar besarnya kepada : 1. Bapak Ir. H. Ibayasid,M.Sc

selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda. 2. Bapak M. Adham, S.

Kom.,M,Si selaku Ketua Jurusan Kemaritiman. 3. Capt. Agus Roni Katily

M.Mar selaku dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penulisan laporan ini. 4. Bapak Rusman, ST.,MT.,MM

selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penulisan laporan ini. 5. Para dosen dan staff jurusan

kemaritiman yang telah memberikan ilmu dan perhatian baik bantuan dan

dukungan selama penulis menjalani perkuliahan pada Politeknik Negeri

Samarinda Jurusan Kemaritiman. 6. Seluruh awak kapal MV.THAI HO NO 1

baik perwira maupun ABK yang telah memberikan pengalaman selama praktek

berlayar diatas kapal. 7. Hormat penulis zkepada orang tua serta saudara-

saudara tercinta yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis, agar

tetap selalu semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. vii

8. Teman teman Nautika, Teknika dan KPNK angkatan XI serta teman teman

yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan

memberikan dukungan kepada penulis selama mengerjakan Tugas Akhir.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan

7
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun serta melengkapi demi

kesempurnaan penulisan ini. Semoga Allah SWT, berkenan memberikan

balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya,

sekian dan terima kasih, Amin Ya Rabbal Alamin. Samarinda, september 2017

HAMSAL viii

DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL... HALAMAN

PERNYATAAN ORISINALITAS... HALAMAN PENGESAHAN

PEMBIMBING... HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... ABSTRAK...

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi vii ix

DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3

Batasan Masalah... 3 1.4 Tujuan Penelitian... 3 1.5 Manfaat Penulisan... 4 1.7

Sistematika Penulisan... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 International

Safety Management Code ( ISM CODE)... 7 2.2 Safety Of Life At Sea 1974

(SOLAS 1974)... 8 ix

2.3 Modul Advance Fire Fighting (Modul AFF)... 8 2.3.1 Media Pemadam... 9

2.3.2 Metode Pemadam... 16 2.4 Teori Tentang Api... 22 2.5 Klasifikasi

Kebakaran... 23 2.6 Jenis-Jenis Alat Pemadam Kebakaran... 23 2.6.1 Aat

Pemadam Kebakaran Portable... 23 2.6.2 Alat Pemadam Kebakaran Tetap... 26

2.7 Ketentuan Alat Pemadam Yang Dikemas Dalam Bentuk Portable.. 27 2.8

Syarat-Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Portable... 27 2.9

Ketentuan Pemeriksaan Alat Pemadam Portable... 28 2.10 Ketentuan

Penempatan Alat Pemadam Portable... 28 2.11 Emergency Equipment

8
(perlengkapan Emergency)... 29 2.11.1 Fireman s Out Fitt (Perlengkapan Regu

Pemadam Kebakaran 29 2.11.2 Baju Tahan Panas... 30 2.11.3 Baju Tahan Api

(Entry Suit)... 30 2.12 Sifat-Sifat Bahan Yang Mudah Menyala... 30 2.13

Istilah... 32 2.14 Definisi konsepsional... 33 BAB III METODE PENELITAN

3.1 Definisi oprasional... 36 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian... 38 x

3.2 Objek Penelitian... 38 3.3 Metode Pengumpulan Data... 39 3.3.1 Metode

Observasi... 40 3.3.2 Metode Wawancara... 40 3.3.3 Metode Kepustakaan... 40

3.4 Jenis Dan Sumber Data... 40 3.5 Metode Analisa... 41 BAB IV HASIL

DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil... 42 4.2 Pembahasan... 46 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 58 5.2 Saran... 58 DAFTAR

PUSTAKA xi

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 : Kerangka pemikiran... 31 Gambar

3.3 : Dry powder... 38 Gambar 3.3 : Foam... 39 xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Ship Particular sijil kebakaran

xiii

ABSTRAK HAMSAL. 2017. Upaya Optimalisasi Kesiapan Penggunaan Alat-

Alat Pemadam Kebakaran pada kapal Mv.Thai Ho No 1 dengan pembimbing

pertama Capt. Agus Roni Katily, M.Mar dan Bapak Rusman, ST.,MT.,MM

sebagai pembimbing kedua. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan disiplin kerja dan rasa tanggung

jawab para perwira dan anak buah kapal, dalam melaksanakan kerja di kapal

9
dan untuk memberikan arahan tentang pentingnya optimalisasi dan peningkatan

perawatan alat-alat pemadam kebakaran di kapal kepada anak buah kapal dan

perwira junior. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer dan sekunder. Kata kunci : safety dan pemadam kebakaran v

ABSTRACT HAMSAL, 2017. Effort Optimization of Fire Fire Preparedness

on ship Mv.Thai Ho No 1 with first mentor Capt. Agus Roni Katily, M.Mar and

Mr Rusman, ST., MT., MM as second counselors. The purpose of this study is

to improve the skills, knowledge, skills and discipline of work and the sense of

responsibility of the officers and crew, in carrying out the work on board and to

provide guidance on the importance of optimizing and improving the

maintenance of fire extinguishers on the vessel to the subordinates ships and

junior officers. Method of data retrieval used in this research is primary and

secondary data. Keywords: safety and firefighter vi

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan

ilmu dan teknologi, maka tingkat kebutuhan manusia juga ikut meningkat, salah

satu di antaranya dari sektor perhubungan, khususnya perhubungan laut dimana

kapal yang melakukan pelayaran di laut tidak akan selalu berjalan dengan

lancar, akan tetapi suatu saat akan mengalami suatu kendala baik itu factor dari

luar maupun dari kapal itu sendiri. Faktor dari luar misalnya, adanya ombak

yang besar, pengaruh angin perairan dangkal, dan tubrukan dengan kapal lain.

Sedangkan dari dalam misalnya, kerusakan suatu sistem di suatu kapal,

kebocoran pada plat lambung kapal, kebakaran kapal dan lain-lain. Dari

beberapa contoh kendala diatas kebakaran merupakan bahaya yang sering

10
menimpah kapal dilaut dan sudah menelan korban, baik harta ( muatan dan

kapal itu sendiri ) maupun jiwa dilaut. Untuk mencegah timbulnya bahaya

kebakaran di atas kapal maka berbagai cara telah dilakukan diantaranya :

memberi peringatan NO SMOKING atau Danger Area pada beberapa tempat

rawan kebakaran dan menyiapkan area tempat merokok dengan nama smoking

area. Akan tetapi bahaya kebakaran tetap saja terjadi, bahkan melebihi

penyebab kecelakaan kapal lainnya. Hal ini diakibatkan salah satu diantaranya

adalah tidak layaknya atau kurangnya perhatian terhadap alat pemadam

kebakaran yang digunakan diatas kapal. Kebakaran yang terjadi diatas kapal

juga berhubungan erat dengan prilaku ABK di atas kapal, dimana sering timbul

kelalaian ABK

2 (Anak Buah Kapal) itu sendiri disamping penyebab lainnya misalnya adanya

hubungan pendek listrik. Oleh karena itu betapa pentingnya tindakan preventif

terhadap kebakaran dengan mengontrol semua sumber-sumber penyebab

kebakaran. Oleh karena itu maka badan klasifikasi menginstruksikan untuk

memasang alarm tanda kebakaran (Fire Extinguishing Pump), hydran, tabung

CO 2, busa (foam) dan lain-lain. Usaha ini cukup membantu untuk menangani

kebakaran akan tetapi kenyataan sering terjadi alat pemadam yang terpasang

tidak mempunyai kapasitas yang mampu memadamkan kebakaran yang terjadi

di atas kapal dan akhirnya kebakaran terus berkembang dan sulit diatasi. Seperti

kejadian yang pernah penulis ketahui di atas kapal ketika salah seorang ABK

merokok dalam kamar. Ketika merokok ia lupa mematikan api rokoknya dan

diletakkan diatas tong sampah, dimana ABK tersebut langsung tertidur karena

capek dan ngantuk setelah jaga. Tidak lama kemudian api rokok tersebut

11
menyala dalam tong sampah, untungnya ABK tersebut cepat bangun dan berlari

mengambil APAR sambil berteriak. Ketika alat pemadam tersebut digunakan

ternyata tidak berfungsi dengan baik dan akhirnya ABK tersebut berlari

kembali untuk mengambil APAR yang lain ketika datang apinya sudah

membesar. Dimana diduga alat pemadam kebakaran yang ada diatas kapal

kurang layak. Dimana kurangnya dilakukan pengecekan terhadap alat-alat

pemadam kebakaran dan penentuan atau penempatan dari suatu alat pemadam

kebakaran tidak sesuai

3 dengan standar IMO, sehingga dalam memadamkan suatu kebakaran yang

terjadi diatas kapal membutuhkan waktu yang sangat lama. Dari papasan data

dan kejadian diatas maka taruna ingin mengangkat judul tugas akhir UPAYA

OPTIMALISASI KESIAPAN PENGGUNAAN ALAT- ALAT PEMADAM

KEBAKARAN DI KAPAL MV.THAI HO NO 1 1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

masalah pokok yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah Bagaimana

mengoptimalkan kesiapan penggunaan alat-alat pemadam kebakaran di kapal?

1.3 BATASAN MASALAH Mengingat sangat luasnya permasalahan yang

dikaji dan guna menghindari terjadinya perbedaan pendapat serta pembahasan

tugas akhir ini tidak keluar dari batasan masalah dan juga keterbatasan penulis

dalam hal ini penulis hanya berfokus pada upaya optimalisasi kesiapan

penggunaan alat-alat pemadam kebakaran di kapal mv.thai ho no 1 1.4

TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulis tugas akhir yang penulis

buat adalah sebagai berikut: 1. Supaya perwira dan abk bertanggung jawab atas

12
tugas yang diberikan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan melakukan

pengecekan alat

4 pemadam api ringan (apar) minimal sekali sebulan sehingga tau apakah alat

tersebut sudah rusak atau masih bagus digunakan. 2. Memberikan gambaran

betapa pentingnya kedisiplinan perawatan dan pengecekan alat-alat pemadam

kebakaran jenis portable atau foam diatas kapal sehingga bisa menambah

pengetahuan tentang perawatan alat-alat pemadam kebakaran dan

penggunaannya agar berfungsi secara baik dan optimal, sehingga pada saat

terjadi kebakaran diatas kapal dapat diatasi secepat mungkin. 1.5 MANFAAT

PENULISAN Adapun manfaat dari penulis tugas akhir yang penulis buat

adalah sebagai berikut: a. Bagi Taruna/I Sebagai bahan masukan bagi para

pembaca khususnya Taruna/I Politeknik Negeri Samarinda tentang pentingnya

diadakan pengecekan dan pemeliharaan alat-alat pemadam kebakaran diatas

kapal sehingga pada saat digunakan dapat berfungsi dengan baik. b. Bagi crew

kapal Mv.Thai Ho No 1 Supaya lebih memperhatikan lagi tentang tugas dan

tanggung jawab yang diberikan terutama bagi mualim III (third officer) yang

bertanggung jawab penuh atas perawatan dan pengecekan alat-alat pemadam

kebakaran yang ada

5 diatas kapal sehingga pada saat terjadi kebakaran yang sesungguhnya dapat

diatasi secepat mungkin. c. Bagi politeknik negeri samarinda Sebagai

persyaratan kelulusan dari program diploma III jurusan nautika dipoliteknik

negeri samarinda 1.6 Sistematika Penulisan Terlebih dahulu penulis akan

menjelaskan sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab yang akan

13
diuraikan secara garis besar: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini

menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika

penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis

menjelaskan tentang konsep teori dan definisi-definisi konsepsional. BAB III :

METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan tentang tempat dan

lokasi penelitian, teknik pengumpulan data dan jenis dan sumber data. BAB

IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisikan hasil dan

pembahasan masalah yang penulis angkat. BAB V : PENUTUP

6 Dalam bab ini berisikan kesimpulan-kesimpulan dari penelitian yang penulis

lakukan serta saran-saran penulis.

BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Internasional Safety Management Code

(ISM CODE) Memberikan standart internasional manajemen keselamatan.

Sistem manajemen tentang petunjuk pengoperasian, pembagian tugas, ataupun

juga prosedur dari cara mengoperasikan alat-alat yang ada dikapal, memelihara

kapal dan menghadapi segala keadaan darurat yang terjadi di atas kapal seperti:

Kecelakaan, pencemaran, kebakaran yang terjadi di atas kapal dan Keadaan

darurat yang lainnya. Caranya yaitu : Membuat sistem manajemen yang mampu

untuk menciptakan kerjasama yang baik dan erat antar menajemen darat dan di

atas kapal untuk mengoperasikan dengan aman. Sistem manajemen di maksud

harus ditunjang oleh pelaksana (SDM) yang berpengetahuan, memiliki

keterampilan serta sarana penunjang yang cukup. Perlu kiranya di sadari bahwa

keputusan yang di ambil di atas kapal dimana keputusan tersebut harus

menjamin bahwa setiap tindakan yang mempengaruhi keselamatan dan

14
pencemaran sudah memperhitungkan semua konsekwensi yang timbul.

Berdasarkan hal tersebut maka International Maritime Organization atau (IMO)

mengeluarkan peraturan baru ISM CODE sebagai alat untuk menstandarkan

Safe Management For Operation Of Ships and Pollution Prevention dan

menjadi Bab IX SOLAS 74/78, yaitu Management For The Safe Operation Of

Ships

8 Yang dimaksud dengan manajemen disini adalah proses kegiatan perusahaan

pelayaran yang menggambarkan pe laksanaan peraturan berlaku baik dikantor

terminal maupun di atas kapal. (Michael Jay 2007,, Modul International Safety

Management Code (ISM CODE), Directorate General Of Sea Transportation.

BP2IP Barombong, Makassar) 2.2 Safety Of Life At Sea 1974 (SOLAS 1974)

Salah satu konvensi Internasional yang berisikan persyaratan kapal dalam

rangka menjaga keselamatan jiwa di laut. Untuk dapat menjamin kapal dapat

beroperasi dengan aman harus memenuhi ketentuan di atas khususnya konvensi

internasional mengenai SOLAS 1974, Bab II-2 Konstruksi : Perlindungan

Penemuan dan Pemadaman Kebakaran. Bagian E, Mengenai upaya-upaya

keselamatan terhadap kebakaran untuk kapal. (Peraturan 55-64) berisi : Tentang

Penerapan, Penempatan dan Pemisahan ruangan-ruangan, konstruksi, ventilasi,

sarana untuk penyelamatan diri, sistem busa di geladak yang dipasang tetap,

sistem gas lamban, kamar pompa muat dan pipa-pipa pancar, selang. Oleh

karena itu kesiapan penggunaan alat-alat pemadam kebakaran sangat penting

dan alat-alat tersebut harus siap serta bisa berfungsi dengan baik pada saat

terjadi kebakaran di atas kapal. (http://www.ifrc.org/docs/idrl/i456en.pdf,

SOLAS 1974) 2.3 Modul Advance Fire Fighting ( MODUL AFF ) Untuk

15
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran secara efektif, perlu disiapkan

alat-alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik. Oleh karena

9 itu harus dilaksanakan perawatan alat-alat pemadam kebakaran secara efisien,

agar penggunaan alat-alat pemadam kebakaran dapat berfungsi dengan baik

saat terjadi bahaya kebakaran dan juga harus di laksanakan latihan-latihan

kebakaran secara teratur sesuai dengan SOLAS 74. a) Kapal penumpang, untuk

seluruh perwira dan seluruh anak buah kapal paling tidak latihan-latihan

pemadam kebakaran satu kali dalam satu minggu. b) Kapal barang, untuk kru

paling tidak satu kali dalam satu bulan. Dengan melakukan latihan-latihan yang

rutin, dapat membina disiplin para kru, mempertinggi kewaspadaan dan

meningkatkan keterampilan serta meningkatkan keefektifan setiap regu, dengan

latihan itu juga akan diketahui sejauh mana kesiapan peralatan alat-alat

pemadam kebakaran untuk digunakan di atas kapal dan kelengkapannya.

(Michael Jay 2007, Modul Advance Fire Fighting, Directorate General Of Sea

Transportation. BP2IP Barombong, Makassar). 2.3.1 Media Pemadam 1. Media

Pemadaman Pengertian Media Pemadam adalah bahan-bahan yang digunakan

untuk dapat memadamkan api/kebakaran. Maksud memahami media pemadam

ini agar dapat mengenal ciri masing-masing media, keunggulan maupun

kelemahannya, sehingga dengan demikian dapat dicapai pemadaman kebakaran

yang efektif dan efisien. Media pemadam ditinjau dari fasenya (ujud fisik)

dibagi 3, yaitu : A. Media Jenis Padat

10 1) Pasir / tanah 2) Tepung kimia kering (Dry chemical powder) a. Tepung

Kimia Regular b. Sodium Bicarbonate ( NaHCO 3 ) PLUS 50C c. Patasium

16
Bicarbonate (KHCO 3 )/PURPLE K d. Potassium Carbonate (Pot Cicarbonate +

Urea yang di kenal Monnex) e. Potassium Chloride (KCL) SUPER K f. Tepung

kimia serbaguna (Multi Purpose Dry Chemical) g. Mono Amonium Phosphate

(MAP), (NH 4 ), H 2 PO 4 h. Potassium Sulfide, K 2 SO 4 3. Ciri cirri tepung

kimia : a. Butirannya sangat halus (Ø 15 60 micron) b. Sangat kering (hampir

0% kandungan air) B. Media pemadam jenis cair 1). Air Dapat digunakan air

tawar dan air laut 2). Busa (Foam) Ada dua jenis busa : (a) Busa kimia

(Aluminium Sulfat + Natrium Bicarbonat) (b) Busa mekanik (Foam Compound

+ Air + Udara) C. Media Pemadam Jenis Gas 1) Gas CO 2 (Carbon Dioksida)

2) Gas N 2 (Nitrogen Gas)

11 Gas CO 2 digunakan sebagai media tanpa bahan media lain, maupun sebagai

tenaga pendorong media tepung kimia kering. Sedangkan gas N 2 umumnya

hanya digunakan hanya untuk tenaga pendorong saja seperti media tepung

kimia kering. 2. Media Pemadam Jenis Cair yang mudah menguap. Media ini

berbahan dasar hydrocarbon, biasanya metana atau ethana, dan atom

hydrogennya didistribusi dengan atom halon (F, Cl, Br, I). Maka nama umum

media ini adalah jenis halon (Halogenated Hydrocarbon). 1. Peralatan

Pemadam dan Sistemnya (Fire Fighting Equipment and System) a) Portable dan

Semi Portable Fire Extinguishers Kebakaran kecil yang terjadi di atas kapal

harus segera dipadamkan dan biasanya dapat dipadamkan dengan mudah

memakai portable fire extinguisher (Alat Pemadam Api Ringan/APAR). Semi

portable fire extinguisher (APAR beroda) dipakai bila diperlukan media

pemadam dengan jumlah yang lebih banyak untuk pemadaman. APAR

biasanya digunakan untuk api yang mula (kecil), karena keterbatasan waktu dan

17
penggunaannya yang singkat, maka akan berhasil apabila dapat menguasai

kebakaran dalam waktu satu menit atau kurang. Untuk alasan itu, penting untuk

mem back up penggunaan APAR dengan selang kebakaran (Pancaran tirai).

Kemudian jika APAR tidak cukup kapasitasnya untuk menyudahi kebakaran

yang terjadi, maka selang kebakaran dapat digunakan untuk menyelesaikan

pemadaman tersebut. b) Sistem Pemadaman Api Tetap/APAT (Fixed Fire

Extinguisher System)

12 Tujuan utama pemadaman adalah cepat mengontrol kebakaran dan

menyelesaikan pemadaman tersebut. Hal ini hanya dapat dilaksanakan jika

media pemadamnya dibawa ketempat kebakaran dengan cepat dan dalam

jumlah yang banyak. Dengan menggunakan system pemadam api tetap, maka

pekerjaan itu dapat dilakukan dengan akurat tanpa melibatkan awak kapal.

Untuk perlindungan bahaya kebakaran di atas kapal maka SOLAS 1974

mengatur tentang APAT ini sebagai berikut: 1). Penggunaan media pemadam

yang dapat menimbulkan gas-gas dalam jumlah banyak sehingga dapat

membahayakan orang tidak boleh diijinkan. 2). Dilengkapi kontrol valve,

petunjuk operasi, diagram yang menunjukkan kompartemen mana pipa-pipa

disalurkan dan konstruksinya sedemikian rupa sehingga dapat dicegah gas yang

ditimbulkan masuk kompartemen lain tanpa sengaja. 3). Bilamana digunakan

media pemadam CO 2 (a) Di ruang muatan, kapasitasnya harus cukup untuk

mengisi minimum 30% volume dari pada kompartemen muatan yang ditutp

rapat. (b) Di kamar mesin kapasitasnya harus mampu untuk mengisi minimum

40% dari isi kotor ruang terbesar. Kapal barang <2000 GRT minimum kapasitas

30%. (c) Pelepasan media CO 2 85%nya harus dapat dilakukan dalam waktu 2

18
menit. (d) Dilengkapi sarana peringatan (Alarm) kesemua ruangan sebelum

digunakan.

13 (e) Ruangan penyimpanan botol CO 2 harus diletakkan ditempat yang aman,

mudah dimasuki dan diberi ventilasi yang baik. (f) Semua pelepasan media gas

tidak boleh dioperasikan secara otomatis. (g) Perintah mengoperasikan system

ini hanya diberikan oleh nakhoda atau perwira senior. Banyak faktor harus

dianalisa bila sistem pemadam api tetap (sistem kombinasi) dipasang di atas

kapal. Semua pertimbangan berdasarkan desain jenis kapal dan potensi bahaya-

bahayanya, oleh karena itu didesain didasarkan. 1) Kelas kebakaran (A, B, C,

dan D) dari potensi bahayanya 2) Media pemadam yang digunakan 3) Lokasi

dari bahaya-bahaya spesifik 4) Potensi peledakan 5) Efek terhadap stabilitas

kapal 6) Metode pemadaman 7) Perlindungan terhadap keselamatan crew.

Umumnya jenis sistem pemadaman api tetap yang dipasang di kapal adalah: 1).

Fire main systems 2). Automatic and manual spinkler systems 3). Spray

systems 4). Foam systems

14 5). Carbon dioxide systems (CO 2 system) 6). Halon 1301 7). Dry chemical

system. c) Fire hose (Selang Kebakaran) Fungsi selang kebakaran.

Menyalurkan air dari sumber air keujung nozzle untuk kegunaan memadamkan

kebakaran. Jenis selang. 1) Selang isap (Suction hose), digunakan pada bagian

isap dari pompa. 2) Selang tekan (Discharge hose), digunakan pada bagian

tekan dari pompa. Jenis bahan. 1) Rembes (Unlined hose/percolating hose) 2)

Tidak rembes (Non percolating hose) 3) Selang hosereel type. Ukuran. 1)

Diameter : bermacam-macam, namun yang sering digunakan adalah ukuran 2

19
dan 1,5 (inchi) 2) Panjang : bervariasi dari 50,, 60,, 70,, 100, (kaki) d)

Penyemprot (Nozzle) Fungsinya: 1) Mempercepat aliran air yang keluar dari

ujung selang. 2) Membentuk pancaran air yang tertentu.

15 Yang dapat dipindah-pindah (Portable) (a) Yang terpasang tetap (Fixed). 1)

Penyemprot tangan (Handling nozzle) a) Tak dapat diatur (Non adjustable spray

nozzle). Bentuk pancaran tirai sudah tetap, tak dapat diatur. b) Dapat diatur

(Adjustable spray nozzle). Bentuk aliran dapat diatur mulai dari pancaran utuh

sampai pancaran 90 0. dengan kapasitas tetap atau dengan kapasitas yang

berubah sesuai perubahan bentuk pancaran. c) Kombinasi khusus (Combinasi

spray nozzle). Pada saat yang bersamaan, dapat diperoleh pancaran utuh dan

pancaran tirai. Penyemprot khusus (Special type nozzle). Digunakan untuk

keperluan-keperluan khusus. e) Jenis Alat Pemadam Kebakaran Tetap 1) Fire

Main System Persyaratan SOLAS 1974 Consolidata 97 Chapter II-2 Part A.

Reg 4 (a) Pipa harus mempunyai diameter yang besar mampu mendistribusikan

air dengan 2 pompa bersamaan. (b) Untuk kapal barang dan penumpang, pompa

harus dapat memberikan tekanan minimum 50 PSI pada 2 hydrant yang terjauh

dan tertinggi. 2) Tipe fire man system ada 2.

16 (a) Single Fire Man System Menggunakan 1 pipa utama dari haluan

keburitan dan umumnya terletak di atas deck. Contoh pada kapal tanker (b)

Looped Fire Man System Menggunakan 2 pipa utama yang pararel yang

berhubungan dengan haluan dan buritan. Contoh pada kapal barang dan

penumpang. Sistem pemadam kebakaran utama (Fire Main) terdiri dari pipa-

pipa (Dicat merah), katub pengontrol, selang dan nozzle yang ditata sampai

20
kesemua bagian-bagian kapal. 3) Sistem Tepung Kimia (Dry chemical system)

Dry chemical sebagai media pemadam kebakaran digunakan untuk

memadamkan. (a) Bahan padat biasa (Ordinary combustible material). Contoh :

kertas, kayu dan textil. (b) Cairan yang mudah terbakar (Flammable liquids). (c)

Gas-gas yang mudah terbakar. (d) Peralatan-peralatan listrik. (e) Logam

(Menggunakan dry powder khusus) 2.3.2 Metode Pemadaman Ada 2 metode

dasar untuk penggunaan tepung kimia kering sebagai media pemadam api.

Metode pertama adalah menyemburkan cukup tepung kimia kering

17 kedalam ruangan tertutup untuk menimbulkan suatu kondisi pemadam

keseluruhan volume ruangan tersebut. Metode ini yang disebut pembanjiran

total atau yang dikenal sebagai total flooding system. Metode yang kedua

adalah menyemburkan tepung kimia kering tersebut. Metode ini disebut

pemadaman setempat atau yang dikenal sebagai local application system. a)

Sistem Pembanjiran total (Total flooding system) Sistem pembanjiran total

dengan tepung kimia kering dalam prinsipnya mirip sistem pembanjiran total

dengan carbon dioxide pada system total flooding. Tepung kimia kering

disemburkan melalui nozzle yang telah dibuat sedemikian rupa (design) dan

ditempatkan untuk dikembangkan dengan konsentrasi yang sama pada semua

bagian-bagian dari ruangan tertutup. Sistem pembanjiran total dapat digunakan

untuk mendistribusikan tepung kimia diseluruh tempat tertutup. Apabila area

yang tidak tertutup tidak melebihi 15% dari seluruh daerah dari sisi langit-langit

dan lantai daerah itu. Sistem pembanjiran total biasanya dioperasikan secara

otomatis dengan sistem deteksi kebakaran. Tetapi juga mempunyai alat pelepas

yang dioperasikan secara manual yang berada diluar ruangan atau dari jauh

21
(remote), alat ini dapat dioperasikan dengan listrik ataupun mekanik. Ujung

pipa pada pembajiran total berada pada titik tertinggi dari area tertutup pada

langit-langit atau atap. Untuk sistem pembanjiran total memerlukan kecepatan

penggunaan yang mencukupi konsentrasi yang diperlukan diseluruh area dalam

jangka waktu 30 detik, setelah pengeluaran dimulai. Faktor-faktor yang

mempengaruhi efisiensi sistem adalah:

18 1. Jumlah minimum bahan kimia kering yang diperlukan. 2. Kecepatan kritis

pengaliran bahan kimia kering untuk memadamkan. 3. Batas atau jarak antar

ujung pipa/nozzle. Faktor-faktor tersebut secara langsung berhubungan dengan

jenis tepung kimia kering yang digunakan dalam sistem dan desain dari

peralatan. b) Sistem Pemadaman Setempat (Local application system) Pada

sistem pemadaman setempat, tepung kimia kering disemprotkan langsung

kepermukaan yang terbakar melalui nozzle-nozzle yang dibuat untuk sistem ini.

Yang diinginkan adalah dapat melindungi seluruh area yang dapat terbakar

dengan penempatan nozzle-nozzle secara baik dan tepat. Daerah yang

berdekatan dimana bahan ba kar kemungkinan tersebar juga harus dilindungi.

Karena sisa-sisa api yang mungkin masih tinggal dapat menyebabkan

penyalaan kembali (Flash back) setelah proses penyemburan tepung kimia

kering selesai. Sistem pemadaman lokal dapat dipergunakan bagi bahaya

kebakaran didalam dan diluar ruangan. Desain pemadaman setempat tergantung

kepada factor-faktor yang ditentukan melalui eksperimen untuk menentukan :

kecepatan penggunaannya, lamanya mengalir, dan jumlah minimum dari tepung

kimia kering yang diperlukan. Faktor ini tergantung lagi dari tepung kimia yang

digunakan. Desain dari unit penyimpan tepung kimia, sistem pipa dan nozzle

22
yang menentukan kecepatan partikel-partikel tepung kimia kering ketika

memasuki daerah kebakaran. c) CO 2 system

19 Beberapa kapal ada yang dilengkapi dengan alat pemadam api tetap sistem

CO 2 (Carbon Dioksida). CO 2 adalah produk komersial standar yang banyak

digunakan dan tersedia dipasaran. Pada temperatur normal, CO 2 tidak berbau,

berwarna gas lembam dengan density mendekati 50% lebih berat dari density

udara. Sebagai media pemadam, CO 2 mempunyai beberapa keunggulan. 1)

Sebagai gas lembam, tidak membahayakan pada kebanyakan material. CO 2

juga tidak boleh berkontaminasi dengan bahan makanan. CO 2 akan menguap

dengan tidak meninggalkan bekas. 2) Mempunyai daya pengisolir besar dan

dapat dipakai dengan aman pada peralatan listrik yang hidup. 3) Jika digunakan

berupa gas dan akan meresap (penetrate) kedalam dengan lain/selain dari pada

itu tidak dapat dimasuki. 4) Dilengkapi tekanan untuk keluar melalui valves,

pipe work dan nozzle. CO 2 memadamkan api dengan cara menurunkan kadar

oksigen dalam atmosfer, sehingga tidak mendukung pembakaran. Menurunkan

kadar oksigen minimal dari 21% hingga 15% akan banyak memadamkan api

permukaan (Surface Fire). Pengeluaran gas CO 2 dalam jumlah yang besar

untuk memadamkan kebakaran dapat membahayakan personil dengan cara

pengurangan kadar oksigen. Pengenceran (dilution) oksigen diudara oleh

konsentrasi CO 2 dalam pemadaman akan menyebabkan sesak nafas.

Menyadarkan personil (pingsan) pada atmosfer ini biasanya akan tidak

menimbulkan efek sakit setelah

23
20 personil dibawa keluar dari ruangan tersebut. CO 2 umumnya tidak

berwarna, tetapi jika dioperasikan (discharged) dari botol penyimpanannya

pada tekanan tertentu akan menyerupai kabut asap. Agar efektif,

pengoperasiannya sebelum benda-benda metal disekitarnya mencapai suhu

yang lebih tinggi dari pada suhu penyalaan sendiri atau kebakaran sudah

berlangsung lama sehingga gas CO 2 yang mempunyai efek pendingin yang

kecil, akan dihamburkan oleh panas dalam ruangan tersebut. Kemudian panas

dari metal itu akan membuat penyalaan kembali pada objek yang terbakar.

Waktu discharge (penyemburan) untuk mencapai konsentrasi CO 2 yang

diinginkan adalah 1 menit untuk kebakaran biasa (nyala dipermukaan) atau

yang dikenal sebagai surface fires. Sedangkan untuk kebakaran yang membara

dan penyimpanan panas yang tinggi (deep seated fires), desain konsentrasi

harus dapat dipertahankan selama 7 menit dan dalam 2 menit awal

pengembangan konsentrasi harus dapat mencapai 30% (pada total flooding

system). d) Metode Pemadaman Total Flooding Pada sistem pemadaman total

flooding CO 2 disempurnakan melalui suatu nozzle yang telah dibuat

sedemikian rupa dan ditempatkan untuk dikembangkan dengan konsentrasi

yang sama pada semua bagian-bagian dari ruangan tertutup. Jumlah CO 2 yang

diperlukan untuk mencapai kondisi pemadaman dapat dihitung berdasarkan

volume ruangan dan konsentrasi berapakah yang diperlukan untuk

memadamkan bahan-bahan yang terbakar diruangan tersebut. Keterpaduan

ruang tertutup itu sendiri adalah bagian amat penting dari sistem total flooding

ini.

24
21 Kalau ruangan tersebut dalam keadaan tertutup rapat terutama pada dinding

dan lantai. Kondisi pemadamannya dapat bertahan lama dan diperkirakan dapat

menjamin pengendalian kebakaran yang lengkap dan menyeluruh. Tapi kalau

ada dinding atau lantai yang terbuka maka campuran CO 2 yang berat tersebut

akan mengalir keluar dengan cepat dan tempatnya tersebut diisi oleh udara

segar dari luar melalui dinding atasnya yang terbuka (masuk dari posisi yang

lebih tinggi dari posisi CO 2 yang keluar). Kalau suasana pemadaman hilang

terlalu cepat, bara-bara yang masih menyala mungkin masih ketinggalan dan

menyebabkan nyala api. Penting sekali lubang-lubang terbuka ditutup untuk

mengurangi kebocoran, jika tidak maka CO 2 tambahan diperlukan sebagai

kompensasi kekurangan tadi. Ada hal lain juga yang perlu dingat bahwa karena

berat relatif dari CO 2, suatu lubang di atas ruangan menolong menghilangkan

tekanan udara selama penyemburan. Konsentrasi minimum yang disamakan

pada sistem pembanjiran total ini adalah 34% oleh volume terhadap permukaan

yang terbakar misal kebakaran bahan bakar cair. Bahaya-bahaya kebakaran

listrik, termasuk mesin-mesin listrik yang kecil diperlukan konsentrasi CO 2

50%. Presentase ini dicantumkan berdasarkan peralatan yang tertutup seperti

generator-ganerator, dimana amat sulit mencegah kebocoran kalau rotor belum

berhenti. Metode ini dapat juga dipakai untuk total flooding maupun local

application system dimana suatu titik api yang kecil perlu pendinginan yang

agak lama. e) Local Application Siatem local application adalah sistem

pemadaman CO 2 dengan instalasi, perpipaan dan nozzle yang tetap, dimana

CO 2 diarahkan langsung pada objek

25
22 yang terbakar. Digunakan untuk kebakaran bahan cair dan gas (yang

menyala), bahan padat yang tipis (tidak membara) dimana sumber bahaya tidak

tertutup atau dalam ruangan, tetapi pemadaman tidak perlu sistem total

flooding, misalnya tanki penyimpanan, electrical transformer, dan sebagainya.

Penempatan: 1) Di dalam ruangan (tertutup) 2) Tertutup sebagian 2.4 Teori

Tentang Api Kebakaran timbul karena adanya reaksi berantai antara ketiga

unsur secara cepat dan seimbang. 1. Adapun unsur-unsur tersebut adalah : 1)

Bahan bakar. 2) Zat asam (O 2 ) yang cukup 3) Suhu atau temperature yang

cukup tinggi. Ketiga unsur inilah yang menjadi penyebab utama timbulnya api

yang merupakan bagian dari kebakaran. Jadi tanpa bersatunya ketiga unsur ini

maka kebakaran tidak akan terjadi. 2. Penyebab utama kebakaran di atas kapal.

Penyebab utama kebakaran di atas kapal disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain

23 a. Karena kelalain manusia. b. Adanya peristiwa alam c. Kurang

memadainya alat-alat pemadam kebakaran. d. Kurangnya pengetahuan crew

kapal dalam menggunakan alat pemadam kebakaran Diantara beberapa faktor

di atas penyebab utama kebakaran yang sering terjadi diatas kapal disebabkan

oleh kelalaian manusia. 2.5 Klasifikasi Kebakaran Menurut modul Advance

Fire Fighting Pemadam kebakaran tingkat lanjutan, badan diklat perhubungan

(2000:21) mengatakan bahwa penggolongan kebakaran berdasarkan jenis yang

terbakar dan media pemadam adalah bahan yang tepat untuk memadamkan

kebakaran tersebut. Dalam klasifikasi menurut NFPA (National Fire

Protectioan Association) dari Amerika dan banyak dipakai atau dipedomani

oleh banyak Negara terbagi atas empat yaitu : 1. Klas A : bahan padat biasa

26
(Ordinary combustible matrials) 2. Klas B : bahan cair atau gas dan padat

mudah mencair. 3. Klas C : kebakaran listrik. 4. Klas D : kebakaran logam

(metal). 2.6 Jenis-Jenis Alat Pemadam Kebakaran. Ada dua system alat

pemadam kebakaran di atas kapal, yaitu alat pemadam kebakaran portable dan

instalasi pemadam kebakaran tetap.

24 2.6.1 Alat Pemadam Kebakaran Portable Alat pemadam kebakaran portable

ini biasa disebut botol pemadam kebakaran. Jika ditinjau dari media

pemadaman dibagi mejadi 3 yaitu : a) Media pemadam jenis padat. b) Media

pemadam jenis cair. c) Media pemadam jenis gas. Prinsip penggunaan media

pemadam mempunyai fungsi utama yang berbeda-bada dalam memadamkan

kebakaran. Oleh sebab itu teknik dasar penggunaannya mengarah pada fungsi

utamanya agar pemadaman efektif. Sebagai pedoman prinsip penggunaan

media pemadam adalah : a) Media padat Fungsi utamanya penyelimutan,

namun untuk tepung kimia regular maupun serbaguna selain penyelimutan, juga

memutus rantai reaksi api (secara kimiawi) b) Media cair Fungsi utamanya

pendinginan dan penyelimutan, secara kimiawi (memutus rantai reaksi api). c)

Media Gas Fungsinya penyelimutan, pengenceran Oksigen dan pendinginan

Jenis alat-alat pemadam kebakaran jinjing (Portable Fire Extinguisher) a) Jenis

alat pemadam kebakaran air tawar

25 Alat pemadam kebakaran Soda Acid termasuk kategori alat pemadam

kebakaran air tawar. Dengan menekan pen pada alat pemadam kebakaran Soda

Acid akan mengakibatkan tabung larutan asam sulfat pecah, dan bercampur

dengan larutan yang berisi soda bicarbonate. Reaksi yang terjadi pada kedua

27
asam dan basa tersebut akan menyemprot lewat pipa pengeluaran sedangkan

pada botol api air tawar, kita hanya tinggal menekan pen penekannya dan gas

dari tabung atau udara dibawah tekanan yang terkontrol pada manometer,

menekan air dan keluar lewat pipa pengeluaran. Alat-alat pemadam kebakaran

jenis ini digunakan untuk memadamkan kebakaran klas A. b) Jenis alat

pemadam kebakaran busa Digunakan untuk kebakaran pada cairan yang mudah

menyala, misalnya bensin, bensol, spritus dan sebagainya, alat pemadam jenis

busa merupakan lapisan liat untuk menutup permukaan cairan dengan udara

dari api. Dengan menekan pen penekan akan memecahkan selaput timah pada

tabung dalam. Busa akan terjadi bila larutan aluminium sulfat bereaksi dengan

larutan dalam tabung. Hanya bisa bereaksi dengan sempurna apabila botol

dibalikkan. Dari hasil campuran kedua larutan akan menghasilkan busa dengan

tekanan yang tinggi 7-10 atmosfer, dengan daya semprot sampai 5 meter

mendatar. Alat-alat pemadam

26 kebakaran jenis ini digunakan untuk memadamkan kebakaran klas B. c.)

Jenis alat pemadam kebakaran bubuk kimia kering Bubuk kimia kering ini

terjadi dari Phosporic acid bihidrogenate- Amonium, berbentuk butir butir

halus, yang ukurannya kurang dari 100 mesh. Setiap butir dibuat menurut

prosedur kimia, untuk mencegah percampuran dengan udara lembab.

Keuntungan pemakaian alat pemadam kebakaran ini antara lain : 1) Serbuk

kimia ini dapat memadamkan semua klas kebakaran. 2) Tidak berbahaya bagi

manusia dan binatang dan tidak mengotori, sebab mudah dibersihkan. 3) Waktu

penyimpanan lebih lama, karena anti udara lembab. 4) Mempunyai daya

pemadam yang terbaik untuk segala jenis api. 5) Dapat digunakan pada keadaan

28
panas tinggi ataupun cuaca dingin 6) Pengisian mudah dilaksanakan dengan

mengganti tabung gas dan serbuk lainnya. c) Jenis alat pemadam kebakaran CO

2 Silinder (botol api) dibawah test tekanan 276 atmosfer, berisi CO 2 cair

dibawah tekanan, dimana pada suhu 32 o C bertekanan 69 atmosfer dan pada

suhu -10 o C bertekanan sekitar 30 atmosfer. d) Jenis alat pemadam kebakaran

Carbon Tetra Chlorida Digunakan pada kebakaran instalasi listrik, radio,

generator dan lain lain harus digunakan suatu bahan pemadam yang tidak

menyalurkan

27 listrik, tepat digunakan alat pemadam kebakaran ini. Karena mempunyai

cairan yang mudah menguap menjadi gas yang sangat menyesakkan. Harus

diperhatikan bahwa gas ini sangat berbahaya dalam ruang tertutup 2.6.2 Alat

Pemadam Kebakaran Tetap a) Instalasi pompa pemadam kebakaran b) Instalasi

spingkler c) Instalasi CO 2 d) Instalasi busa pemadam e) Instalasi uap 2.7

Ketentuan Alat Pemadam Yang Dikemas Dalam Bentuk Tabung Syarat untuk

semua jenis alat pemadam portable, yang biasanya dikemas dalam tabung : 1.

Tabung harus dalam keadaan baik 2. Etiket harus mudah dibaca dan dimengerti

3. Sebelum dipakai segel harus dalam keadaan baik. 4. Selang harus tahan

tekanan tinggi. 5. Agent / bahan pemadam selalu dalam keadaah baik. 6. Isi

tabung gas sesuai dengan tekanan yang dipergunakan. 7. Belum lewat masa

berlakunya. 8. Warna tabung harus mudah dilihat.

28 2.8 Syarat - Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Portable

1. Tanda untuk menyatakan tempat alat pemadam yang dipasang pada dinding

2. Tanda untuk menyatakan tempat alat pemadam yang dipasang pada tiang

29
kolom 3. Kebakaran dan jenis alat pemadam yang dapat digunakan 4. Jangka

waktu pemeriksaan,pengisian kembali dan percobaan tekanan 5. Cara dan

konstruksi pemasangan alat pemadam 6. Suhu maksimum tempat penyimpanan

alat pemadam 7. Checklist item pemeriksaan alat pemadam 8. Prosedur

pengisian kembali tabung alat pemadam. 9. Warna tabung pemadam portable

umumnya berwarna merah. 2.9 Ketentuan Pemeriksaan Alat Pemadam Portable

1. Penempatan APAR (sesuai dengan yang direkomendasikan atau tidak) 2.

Bebas halangan dan mudah terlihat. 3. Terdapat Operating Instruction yang

dapat terbaca dengan jelas. 4. Segel & indikator tekanan tidak rusak, pecah,

patah, atau hilang. 5. Berat yang sesuai dengan kapasitasnya. 6. Indikator

tekanan berfungsi dengan baik.

29 7. Untuk unit yang menggunakan roda, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut

pada roda tersebut, bisa beroperasi atau tidak; dan 8. terdapat label pada alat

pemadam api tersebut (berkaitan dengan jenisnya) 2.10 Ketentuan Penempatan

Alat Pemadam Kebakaran Portable Untuk peletakan atau penempatan alat

pemadam kebakaran portable tidak boleh lebih 3 m dari sumber potensi

kebakaran. Namun untuk jarak antara alat pemadam portable satu dengan yang

lainnya tidak boleh lebih dari 15 m 2.11 Emergency Equipment (Perlengkapan

Emergency) Dilansir dari modul Advance Fire Fighting. Perlengkapan

emergency disimpan di dalam locker yang harus setiap saat dapat diambil bila

diperlukan. Jika locker tersebut dikunci, kunci harus ditempatkan pada tempat

penyimpanan yang aman, digantung didinding. Tempat penyimpanan tersebut

biasanya lemari dinding kecil berkaca dan tersedia palu (Hammer) untuk

memecahkan kaca tersebut bilamana terjadi keadaan darurat. 2.11.1 Fireman s

30
out fitt (perlengkapan regu pemadam kebakaran) Fireman s out fitt terdiri dari :

a) Sepatu (boats) b) Sarung tangan (gloves)

30 c) Topi (helmet) d) Pakaian pelindung (outler protective clothing) e)

Breathing apparatus yang terdiri sendiri (SCBA) f) Tali penyelamat (life line)

g) Senter kedap (approved flash light) atau lampu keselamatan (flame savety

lamp) h) Kampak kebakaran (fire axe) Sepatu dan sarung tangan harus terbuat

dari karet atau yang sejenis tidak sebagai material penghantar listrik. 2.11.2

Baju tahan panas (pnoximity suit) Baju tahan panas terdiri dari : a) Baju yang

menutup seluruh tubuh b) Pelindung kepala sampai bahu dan bagian depan

dada atas. Pelindung kepala dilengkapi kacamata transparan yang tahan

terhadap refleksi panas. c) Sarung tangan tebal d) Sepatu boat khusus 2.11.3

Baju tahan api (entry suit) Terdiri dari : a. Sepatu

31 b. Celana c. Pakaian d. Pelindung kepala 2.12 Sifat-Sifat Bahan Yang

Mudah Menyala Dilansir dari buku : Fire Prevention And Fire Fighting,

Pemadaman kebakaran Tingkat Lanjutan, Badan Diklat Perhubungan. Sifat-

sifat bahan yang mudah menyala / terbakar sangat dipengaruhi oleh tiga faktor :

1. Titik menyala 2. Adanya panas 3. Co2 Dalam penulisan skripsi ini penulis

menuangkan pokok-pokok pikiran kedalam sebuah kerangka berpikir yang

dirangkai pada suatu skema alur pembahasan sebagai berikut: BAHAYA

KEBAKARAN PENGOPERASIAN ALAT PEMADAM PERAWATAN DAN

PEMERIKSAAN SOSIALISASI DAN LATIHAN KEGIATAN Gambar : 2.1

kerangka pemikiran PENGOPERASIAN ALAT PEMADAM SECARA

OPTIMAL

31
32 Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api

yang tidak terkendali, sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa maupun

harta. Bahaya kebakaran sangat rentan sekali terjadi di atas kapal baik dari

kelalaian manusia maupun dari alam itu sendiri. Maka dari itu alat-alat

pemadam kebakaran yang dapat berfungsi dengan baik sangatlah diperlukan

dalam pemgoperasian kapal tersebut. Dalam kenyataan yang selama ini penulis

temui, penggunaan alat-alat pemadam kebakaran di atas kapal masih kurang

optimal. Ini dikarenakan kurangnya perawatan dan pemeriksaan, sehingga alat-

alat pemadam kebakaran tidak dalam kondisi baik dan apabila digunakan

sewaktu-waktu tidak dalam keadaan siap. Perawatan dan pemeriksaan juga

dipengaruhi oleh jarak pelayaran yang tergolong pendek, bongkar dan muat dari

kapal yang tergolong cepat. Upaya yang harus dilakukan agar alat-alat

pemadam kebakaran dapat berfungsi dengan baik adalah harus dilakukan

perawatan dan pemeriksaan secara rutin. Selain itu juga harus sering

dilakukannya sosialisasi dan latihan penggunaan alat-alat pemadam kebakaran.

Untuk pihak perusahaan agar selalu memenuhi permintaan spare part alat-alat

pemadam kebakaran yang diminta oleh pihak kapal. Apabila penggunaan,

perawatan dan pemeriksaan alat-alat pemadam kebakaran sudah optimal. Maka

alat-alat pemadam kebakaran dapat digunakan dengan baik pada saat terjadi

bahaya kebakaran di atas kapal.

33 Pada akhirnya bahwa perawatan, pemeriksaan dan latihan pemadaman api

(fire drill) ditujukan untuk upaya optimalisasi penggunaan alat-alat pemadam

kebakaran di atas kapal. 2.13 Istilah 1. Coferdam, adalah berguna untuk

32
memisahkan ruangan muatan depan dan belakangnya. Untuk pemisahan muatan

dan stabilitas, maka tankinya dibagi oleh beberapa sekat melintang dan

membujur. 2. Perawatan, adalah suatu usaha atau kegiatan untuk mencegah atau

memperlambat kerusakan suatu barang dengan harapan bisa mempertahankan

bentuk maupun fungsi dari barang itu seperti saat masih baru sehingga bisa

dioperasikan dengan baik setiap saat dibutuhkan. 3. Foam Type Extinguiser,

adalah alat pemadam kebakaran yang berupa busa dan alat ini umumnya bisa

dijinjing (dibawa ). 4. Nozzle, adalah pipa penyemprot yang dapat digunakan

baik untuk aliran terkumpul maupun aliran terpencar seperti kabu 2.14 Definisi

Konsepsional Definisi konsepsional merupakan pembahasan tentang suatu

konsep dengan menggunakan konsep lain. Dimana penulisannya disesuaikan

dengan maksud dari penulis itu sendiri terhadap variabel yang

34 bersangkutan. Sehingga lebih jelas pembahasannya. Berdasarkan uraian

diatas, maka penulis mengemukakan definisi konsepsional sebagai berikut: 1.

ABK ABK adalah anak buah kapal atau awak kapal, yaitu semua orang yang

bekerja dikapal, yang bertugas mengoperasikan dan memelihara serta menjaga

kapal dan muatannya. www.pelaut.web.id.2014 2. Advance Fire Fighting ( AFF

) Advance Fire Fighting adalah cara atau proses memadamkan api pada saat

terjadi kebakaran di suatu tempat atau ruangan di atas kapal. Michael Jay 2007,

Modul Advance Fire Fighting, Directorate General Of Sea Transportation.

BP2IP Barombong, Makassar. 3. Media Pemadam adalah bahan-bahan yang

digunakan untuk dapat memadamkan api/kebakaran.

http://www.falck.nl/nl/safety_services/documents/manual%20advanced

%20Fire%20Fighting%20at%20Sea%200115.pdf, Modul advance fire fighting

33
4. Foam Type Extinguiser, adalah alat pemadam kebakaran yang berupa busa

dan alat ini umumnya bisa dijinjing (dibawa ). Michael Jay 2007, Modul

Advance Fire Fighting, Directorate General Of Sea Transportation. BP2IP

Barombong, Makassar.

35 5. Alat pemadam api ringan (apar) adalah alat pemadam kebakaran jinjing

jenis portable extinguiser 6. Perawatan, adalah suatu usaha atau kegiatan untuk

mencegah atau memperlambat kerusakan suatu barang dengan harapan bisa

mempertahankan bentuk maupun fungsi dari barang itu seperti saat masih baru

sehingga bisa dioperasikan dengan baik setiap saat dibutuhkan. Michael Jay

2007, Modul Advance Fire Fighting, Directorate General Of Sea

Transportation. BP2IP Barombong, Makassar.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Oprasional Untuk memberikan

penjelasan pada indikator yang digunakan pada penelitian ini, dan dalam

pemecahan masalah yang baik sesuai dengan judul penulisan. Dari penjelasan

latar belakang dan pembahasan dari teori yang telah di jelaskan di depan, maka

akan dirumuskan tentang Difinisi Oprasional sehubungan dengan optimalisasi

kesiapan penggunaan alat pemadam kebakaran di kapal mv.thai ho no 1,

selanjutnya yang telah dikemukakan terlebih dahulu secara operasional dapat

dijabarkan sebagai berikut: 1. Internasional Safety Management Code (ISM

CODE) Memberikan standart internasional manajemen keselamatan. Sistem

manajemen tentang petunjuk pengoperasian, pembagian tugas, ataupun juga

prosedur dari cara mengoperasikan alat-alat yang ada dikapal, memelihara

kapal dan menghadapi segala keadaan darurat yang terjadi di atas kapal seperti:

34
Kecelakaan, pencemaran, kebakaran yang terjadi di atas kapal dan Keadaan

darurat yang lainnya. 2. Apar (alat pemadam api ringan) atau fire extinguiser

adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan

kebakaran kecil. Alat pemadam api ringan (apar) pada umumnya berbentuk

tabung yang diisikan dengan bahan pemadam api yang bertekanan tinggi. 3.

Media Pemadaman

37 Pengertian Media Pemadam adalah bahan-bahan yang digunakan untuk

dapat memadamkan api/kebakaran. Maksud memahami media pemadam ini

agar dapat mengenal ciri masing-masing media, keunggulan maupun

kelemahannya, sehingga dengan demikian dapat dicapai pemadaman kebakaran

yang efektif dan efisien. 4. Fire drill Fire drill adalah latihan-latihan pemadam

api yang dilakukan setiap setiap saat untuk melatih keterampilan para crew dan

membiasakan diri atas tugas masing-masing baik itu pada saat pengecekan dan

memeriksa alat-alat pemadam sehingga bisa tau alat mana yang sudah rusak

dan akan diperbaiki sehingga pada saat terjadi kebakaran yang sesungguhnya

alat tersebut sudah siap digunakan. 5. Perawatan, adalah suatu usaha atau

kegiatan untuk mencegah atau memperlambat kerusakan suatu barang dengan

harapan bisa mempertahankan bentuk maupun fungsi dari barang itu seperti

saat masih baru sehingga bisa dioperasikan dengan baik setiap saat dibutuhkan.

6. Foam Type Extinguiser, adalah alat pemadam kebakaran yang berupa busa

dan alat ini umumnya bisa dijinjing (dibawa ). 7. Nozzle, adalah pipa

penyemprot yang dapat digunakan baik untuk aliran terkumpul maupun aliran

terpencar seperti kabu yang digu 8. Advance Fire Fighting ( AFF )

35
38 Untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran secara efektif, perlu

disiapkan alat-alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik. 3.2

Tempat Dan Waktu Penelitian Adapun tempat dan waktu penelitian ini di

laksanakan di atas kapal MV.THAI HO NO 1 adalah salah satu kapal milik

perusahaan COMPLETE LOGISTIC SERVICE BERHAD yang beralamat di

25, Jalan berangan 42000 pelabuhan klang darul ehsan Malaysia. 3.3 Objek

Penelitian Adapun objek penelitian yang menjadi pokok pembahasan dalam

penyusunan laporan tugas akhir ini adalah APAR yang penulis angkat adalah

sebagai berikut: Sumber: samsung j1. Gambar: Dry powder

39 Sumber: Www.Google.co.id Gambar: Foam 3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang di gunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah berdasarkan

teori dan literatur yang di dapatkan di bangku kuliah dan berkaitan dengan judul

tugas akhir ini. Adapun metode penyusunan dalam pengumpulan data yang di

gunakan adalah sebagai berikut :

36

Anda mungkin juga menyukai