Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

PENERAPAN INSTALASI PERALATAN PEMADAM


KEBAKARAN DI ATAS KAPAL

M. DZAKWAN AZZIDANE

NIT. 21.066.101.025
PROGRAM STUDI PERMESINAN KAPAL

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN BAROMBONG
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR

Judul : Penerapan Instalasi Peralatan Pemadam Kebakaran


Di Atas Kapal
Nama Taruna : M. Dzakwan Azzidane
NIT : 21.066.101.025
Program Studi : Permesinan Kapal

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syara t untuk diseminarkan pada


Seminar proposal Tugas Akhir yang dilaksanakan oleh Program Studi
Permesinan Kapal Politeknik Pelayaran Barombong

Makassar, Juni 2023

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Sukur, S.Si.T., M.T., M.Mar.E Rusli Achmad, S.SiT., M.Si., M.Mar.E

Mengetahui,
Ketua Program Studi Permesinan Kapal

Sukur, S.Si.T., M.T.,


M.Mar.E NIP. 19740824
200912 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan Nenny penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat mengajukan proposal
penelitian ini dengan judul “Penerapan Instalasi Peralatan Pemadam Kebakaran
Di Atas Kapal“ .
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan bagi
Taruna Jurusan Permesinan Kapal dalam menyelesaikan studinya pada program
Diploma III di Politeknik Pelayaran Barombong. Pengajuan proposal Karya Tulis
Ilmiah ini sebagai acuan untuk mengaplikasikan pengetahuan teori yang diperoleh
dalam pendidikan dan pengalaman setelah melaksanakan praktek di atas kapal
dalam penyelesaian masalah yang timbul sesuai dengan pengetahuan penulis.
Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak, terutama kepada pihak yang terhormat.
1. Bapak Sukur, S.Si.T., M.T., M.Mar.E, selaku Ketua Program Studi
Permesinan Kapal Politeknik Pelayaran Barombong, sekaligus sebagai
pembimbing I
2. Bapak Rusli Achmad, S.SiT., M.Si., M.Mar.E, selaku Pembimbing II.

Dan akhirnya penulis berharap semoga proposal Karya Tulis Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi dan memberkati kita
semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 5


B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 18
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan............................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 22


B. Objek Penelitian .......................................................................... 22
C. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 23
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 24
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Emergency Fire Pump ................................................................. 6


Gambar 2.2 APAR Media Air ......................................................................... 10
Gambar 2.3 APAR Media Busa ...................................................................... 10
Gambar 2.4 APAR MediaTepung Kimia Kering ............................................ 11
Gambar 2.5 APAR Media CO2 ....................................................................... 12
Gambar 2.6 Bagian-Bagian APAR ................................................................. 13
Gambar 2.7 CO2 Sistem Di Kapal .................................................................. 14

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara dengan.maritim luas laut yang
sangat besar, sekitar dua pertiga luas daratannya adalah laut.
Dengan luas wilayah laut yang demikian luas, Indonesia diakui
secara internasional sebagai negara maritim sebagaimana
ditetapkan dalam United Nations Convention on the Law of the
Sea (UNCLOS) tahun 1982. Perjanjian tersebut mengesahkan dan
memperluas perairan Indonesia dengan semua ketentuan sebagai
berikut : Pesatnya perkembangan teknologi dan meningkatnya
permintaan sumber daya telah membuat sektor maritim sangat
penting bagi pembangunan negara. Transportasi laut membutuhkan
kapal. Salah satu keuntungan menggunakan kapal laut adalah dapat
mengangkut penumpang dan barang bawaan dengan biaya lebih
murah daripada melalui udara. Oleh karena itu, seiring
berkembangnya zaman dan teknologi, semakin banyak pula
kebutuhan kapal di bidang transportasi.
Dalam dunia maritim, peran transportasi laut berimplikasi
pada kebutuhan akan sarana transportasi antar pulau bahkan antar
negara melintasi samudra dan samudra yang luas, maka sangat
penting dan penting bagi perekonomian nasional. Ada berbagai
jenis kapal dengan kemampuan berbeda, tergantung kebutuhan
transportasi laut Anda. Armada kapal peti kemas yang dapat
digunakan untuk mengangkut kargo dengan cepat, akurat, aman,
efisien, dan efisien serta mencapai tujuan yang diharapkan,
merupakan isu kritis keselamatan: keselamatan kapal, kargo, dan
lingkungan, salah satu elemennya.

1
Keselamatan maritim mencakup berbagai aspek seperti
konstruksi kapal, stabilitas, perlengkapan kapal dan inspeksi kapal
oleh otoritas terkait. Perlengkapan kapal meliputi alat pemadam
kebakaran yang dapat berfungsi sebagai tindakan pertolongan
pertama jika terjadi kebakaran di atas kapal selama kapal
beroperasi. Alat pemadam api harus memenuhi standar
keselamatan yang berlaku dan berfungsi dengan baik sesuai
dengan fungsinya, dan dokumen sertifikat tentang kevalidan
keselamatan juga perlu diperiksa.
Kebakaran yang disebabkan oleh api liar termasuk dalam
salah satu kategori kondisi/situasi darurat di lingkungan
perusahaan baik dari luar ataupun dalam lokasi tempat kerja,
termasuk di atas kapal. Kebakaran di kapal dapat terjadi di
berbagai lokasi yang rawan. Kebakaran dapat terjadi di kamar
mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal,
instalasi listrik dan akomodasi kapal yang dapat berasal dari crew
cabin, galley, laundry room, bridge, smoking room, mess room,
dan lain sebagainya.
Maka dari itu demi keamanan dan kenyamanan, alat-alat
keselamatan di atas kapal harusnya diperhatikan baik dalam
kegunaan ataupun kelayakannya dalam fungsi masing-masing agar
nantinya jika ada kejadian atau ada latihan di atas kapal semua
alat-alat keselamatan siap pakai pada fungsinya masing- masing.
Belajar dari beberapa peristiwa kecelakaan kapal laut, maka setelah
itu beberapa kali dikeluarkan peraturan keselamatan secara
regional organisasi IMCO (sekarang menjadi IMO) pada 17 Juni
1960 mengeluarkan peraturan internasional untuk keselamatan
jiwa dilaut dikenal dengan Safety Of Life At Sea 1960, yang terus
disempurnakan dan ditambah pada tahun 1974, 1978, 1981, 1988,
1991, 1997 dan terakhir tahun 2000.
3

Peralatan pemadam kebakaran sangat penting untuk


keselamatan operasional kapal dan harus sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Hal ini sesuai dengan tujuan ISM CODE untuk
memastikan keselamatan maritim, mencegah cedera diri dan
korban jiwa, serta menghindari kerusakan lingkungan, terutama
lingkungan dan properti laut. Peraturan ini bertujuan untuk
memastikan bahwa alat-alat tersebut siap digunakan sehingga
dapat digunakan setiap saat dan berfungsi dengan baik pada saat
dibutuhkan. Namun dalam praktiknya, ini mungkin bukan yang
Anda harapkan.

Terbukti banyak awak kapal yang masih belum paham cara


menggunakan alat pemadam kebakaran di atas kapal. Ini sering
terjadi ketika berlatih menghadapi bahaya kapal atau kebakaran.
Saat saya sedang menelepon dan memberi isyarat untuk
menjemput di posko pemulihan, masih ada anggota kru yang
belum siap. Selama pelatihan pemadaman kebakaran, beberapa
awak kapal mungkin belum sepenuhnya memahami cara
menggunakan alat pemadam kebakaran di atas kapal, yang dapat
berbahaya jika terjadi kebakaran.
Terdapat dua jenis alat pemadam api di kapal yaitu alat
pemadam api portable dan alat pemadam api sistem (sistem
pemadam api tetap). Alat pemadam api ini adalah alat yang
digunakan untuk memadamkan atau memadamkan kebakaran
kecil, biasa digunakan dalam situasi darurat. Alat pemadam api
tidak dimaksudkan untuk digunakan pada kebakaran yang tidak
terkendali, seperti kebakaran dengan asap mencapai langit-langit.
Pada dasarnya alat pemadam api terdiri dari pipa bertekanan tinggi
yang berisi bahan pemadam api. Alat pemadam api portable atau
biasa disebut dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
merupakan salah satu alat pencegah kebakaran yang paling efektif
4

dipasang pada sebuah gedung. Alat pemadam api ringan ini


dirancang untuk memadamkan api kecil dan kebakaran yang tidak
membahayakan keselamatan pekerja.
Alat pemadam ini biasanya terdiri dari tabung silinder
bertekanan yang berisi zat sebagai media pemadam. Media
pemadam ini dapat keluar dari laras silinder saat katup atau tuas
digerakkan. Sistem pemadam api tetap, di sisi lain, banyak
digunakan di industri perkapalan, misalnya. Sistem akan beroperasi
melalui sensor panas, kabel, atau sistem deteksi manual, tergantung
pada sistem yang dipilih, dan akan mengeluarkan perintah jika
terjadi kebakaran.
Fire fighting appliances (alat-alat pemadam kebakaran)
sangat diperlukan untuk keselamatan operasional kapal dan harus
sesuai dengan SOP yang berlaku. Hal ini sesuai dengan tujuan
penerapan norma manajemen keselamatan internasional untuk
memastikan keselamatan maritim, mencegah kecelakaan dan
korban jiwa, serta meminimalkan kerusakan lingkungan, terutama
lingkungan dan properti laut. Tujuan dari ketentuan ini adalah
untuk memastikan bahwa alat-alat tersebut siap secara operasional
sehingga tersedia dan berfungsi dengan baik pada saat dibutuhkan.
Dengan memastikan alat-alat pemadam kebakaran (Fire
fighting appliances) di atas kapal bekerja dengan handal, para
awak kapal dapat menjalankan tugas dengan tenang. Sehubungan
dengan itu, peralatan penyelamat jiwa dan pemadam kebakaran
harus dipelihara secara teratur oleh awak kapal dan perwira yang
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sesuai untuk
memelihara dan merawat peralatan tersebut serta menjaga
kelaikan laut kapal.
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai alat pemadam
kebakaran di atas kapal sehingga saya sebagai penulis akan
mengangkat tentang penerapan instalasi peralatan pemadam
5

kebakaran di atas kapal Serta pentingnya sebuah perawatan alat-


alat pemadam kebakaran bagi keselamatan kapal dan awaknya.
Pada saat ini terjadi bahaya kebakaran di kapal agar alat-alat
pemadam kebakaran bisa berfungsi secara baik pada saat
digunakan Maka dari itu penulis mengangkat judul tentang
“Penggunaan Peralatan Pemadam Kebakaran Di Atas Kapal”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi instalansi pemadam kebakaran fix dan
portable di atas kapal ?
2. Bagaimana penggunaan alat instalansi pemadam kebakaran fix
dan portable di atas kapal ?
3. Bagaimana pemeliharaan alat instalansi pemadam kebakaran
fix dan portable di atas kapal ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi instalansi pemadam kebakaran fix
dan portable di atas kapal
2. Untuk mengetahui cara penggunaan alat instalansi pemadam
kebakaran fix dan portable di atas kapal.
3. Untuk mengetahui pemeliharaan alat instalansi pemadam
kebakaran fix dan portable di atas kapal.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
a. Untuk menambah pengetahuan pembaca, pelaut maupun
kalangan umum tentang pentingnya suatu pemahaman
penerapan instalasi peralatan pemadam kebakaran di atas
kapal.
b. Memperbanyak perbendaharaan karya ilmiah di
lingkungan Taruna Politeknik Pelayaran Barombong
perihal pentingnya penerapan instalasi peralatan pemadam
6

kebakaran di atas kapal.


c. Memberi sumbangan ide pikiran kepada masyarakat
pelaut pada umumnya dan dunia pendidikan khususnya.
2. Manfaat secara praktis
a. Penelitian ini mampu menambah pengetahuan dan
wawasan sejarah serta sudut pandangan bagi peneliti
mengenai penerapan instalasi peralatan pemadam
kebakaran di atas kapal guna menunjang keselamatan
b. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu dan memberikan manfaat dalam
memperkaya wawasan serta kontribusi pemikiran bagi
masyarakat terkait penerapan instalasi peralatan pemadam
kebakaran dengan benar dan sesuai SOP (Standard
Operasional Procedure) yang telah ditetapkan, sehingga
dapat melaksanakan dan mengetahui perawatan
(maintenance) dan perbaikan fire fighting appliances
(alat- alat pemadam kebakaran) khususnya fixed CO2 dan
portable yang berada di atas kapal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Alat Pemadam Kebakaran

a) Emergency Fire Pump

Menurut modul Basic Safety Trainning ( BST ) fire prenvetif

dan fire fighting halaman 84 merupakan suatu pompa yang di

gunakan untuk membantu memadamkan api dalam keadaan darurat.

Karena pompa utama tidak berfungsi dengan baik. Setiap kapal harus

mempunyai pompa untuk berfungsi sebagai pompa pemadam

kebakaran yang dioperasikan dengan tenaga penggerak motor listrik

(Fire and General Service Pump), tetapi bila tenaga listrik dikapal

sudah tidak bisa digunakan lagi atau sangat berbahaya untuk

digunakan karena terjadinya suatu kebakaran, maka harus ada suatu

pompa pemadam kebakaran darurat dimana sebagai tenaga

penggeraknya adalah motor listrik.

Pompa pemadam kebakaran darurat adalah salah satu

peralatan keselamatan yang harus berada di atas kapal dan berfungsi

untuk memadamkan api apabila dikapal terjadi kebakaran dan

biasanya pompa ini menggunakan tenaga penggerak motor diesel,

karena dimungkinkan apabila menggunakan tenaga listrik pada saat

terjadi Black Out (hilangnya tenaga listrik) akibat kebakaran pompa

tersebut masih dapat digunakan.

7
8

Gambar 2.1: Emergency Fire Pump


Sumber : https://i.ytimg.com/vi/9sW34d5Ypf4/hqdefault.jpg

Sesuai dengan SOLAS 1974 aturan no.52 yang isinya sebagai

berikut :

1) Penerapan

Jika kapal-kapal memiliki isi kotor yang lebih kecil daripada yang

disebutkan di dalam peraturan ini, tata susunan tentang hal tercakup

di dalam peraturan ini harus di yakini oleh badan pemerintah.

2) Pompa-pompa kebakaran dan sistem-sistem saluran kebakaran Kapal

harus di lengkapi dengan pompa-pompa kebakaran, sistem saluran

kebakaran, hidran-hidran dan selang-selang yang memenuhi

peraturan serta syarat-syarat :

a. Kapal dengan isi kotor 1000 ton atau lebih, harus di lengkapi

dengan dua pompa yang berdiri sendiri.

b. Dikapal dengan isi kotor 1000 ton atau lebih, jika terjadi

kebakaran di satu kompatermen manapun yang dapat


9

menghentikan semua pompa, harus ada sarana pengganti yang

dapat menyediakan air untuk memadamkan kebakaran. Di kapal

isi kotor 2000 ton atau lebih, sarana pengganti itu harus berupa

pompa darurat yang dipasang tetap berdiri sendiri. Pompa

darurat ini harus dapat mengeluarkan dua pancaran yang di

yakini pemerintah / menyemburkan air dengan jarak lebih

kurang 10 meter dan dengan tekanan lebih dari 4 atm.

Mengingat bahaya kebakaran di kapal tersebut dampaknya

sangat buruk, baik menyangkut keselamatan awak kapal dan kapal

itu sendiri. Dalam melaksanakan perbaikan keselamatan kerja juga

harus diperhatikan, ini demi keselamatan pekerja sendiri dan demi

kelancaran perusahaan terhadap semua yang berhubungan dengan

perawatan pompa pemadam kebakaran dan alat-alat pemadam

kebakaran yang lain dengan baik. Dewasa ini banyak awak kapal

yang meremehkan alat-alat pemadam kebakaran karena dinilai

bahaya kebakaran di kapal jarang terjadi sekali sehingga para awak

kapal melalaikan fungsi dan kegunaan alat tersebut. Maka dari itu

seharusnya para awak kapal harus tetap memperhatikan alat-alat

pemadam kebakaran

2. Alat Pemadam Api Ringan

Alat Pemadam Kebakaran adalah alat yang digunakan untuk

memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil. Alat pemadam

kebakaran yang terdapa di kapal bisa juga disebut Alat Pemadam Api

Ringan (APAR) pada umumnya berbentuk tabung yang diisikan dengan


10

bahan pemadam api yang bertekanan tinggi. Dalam hal Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3), APAR merupakan peralatan wajib yang harus

dilengkapi oleh setiap kapal dalam mencegah terjadinya kebakaran yang

dapat mengancam keselamatan pekerja. (https://dinasdamkar

.sukabumikab.go.id/).

APAR merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya

dilakukan secara manual dan langsung diarahkan pada posisi dimana api

berada. A dikenal sebagai alat pemadam api portable yang mudah

dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk awal kebakaran,

selain itu karena bentuknya yang portable dan ringan sehingga mudah

mendekati daerah kebakaran. Dikarenakan fungsinya untuk penanganan

dini, peletakan APAR-pun harus ditempatkan di tempat-tempat tertentu

sehingga memudahkan didalam penggunaannya.

Fungsi / kegunaan APAR : Untuk mencegah dan memadamkan

kebakaran yang masih kecil. Adapun prosedur pemasangan dan

penempatan APAR :

1) Setiap APAR dipasang pada posisi yang mudah dilihat dan

dijangkau

2) Pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis benda / tempat yang

dilindungi

3) Setiap APAR harus dipasang menggantung

4) Pemasangan APAR dengan ketinggian max. 1,2 mtr


11

5) Pemasangan APAR tidak boleh diruangan yang mempunyai suhu

lebih dari 49ºC dan di bawah 4ºC

Sedangkan persyaratan persyaratan teknis APAR :

a. Tabung harus dalam keadaan baik ( tidak berkarat )

b. Dilengkapi dengan etiket cara-cara penggunaan yang memuat urutan

singkat dan jelas tetang cara penggunaannya

c. Segel harus dalam keadaan baik

d. Tidak ada kebocoran pada membran tabung gas tekanan tinggi

(Cartridge)

e. Slang harus dalam keadaan baik dan tahan tekanan tinggi.

f. APAR jenis busa / foam, tabung dalamnya tidak bocor serta lubang

pengeluaran tidak tersumbat

g. Bahan baku pemadaman harus selalu dalam keadaan baik

h. Tutup tabung harus baik dan tertutup rapat

i. Warna tabung harus mudah dilihat Jenis-jenis APAR

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) terdiri dari beberapa jenis, antara

lain :

a. Jenis Air (Water).

APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type

(tersimpan bertekanan) dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat

baik digunakan untuk pemadaman kelas A.


12

Gambar 2.2: APAR Media Air


Sumber : https://alatpemadam.biz

b. Jenis Busa (Foam).

Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran

awa minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung aluminium

sulfat dan natrium bicarbonat yang keduanya dilarutkan dalam air.

Hasilnya adalah busa yang volumenya mencapai 10 kali lipat.

Pemadaman api oleh busa merupakan sistem isolasi, yaitu untuk

mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam reaksi.

Gambar 2.3: APAR Media Busa


Sumber : https://alatpemadam.biz
13

c. Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder).

Jenis ini efektif untuk kebakaran kelas B dan C dan juga bisa kelas

A. Tepung serbuk kimia kering berisi dua macam bahan kimia, yaitu

Sodium Bicarboanat & Natrium Bicarbonat, Gas CO2 atau nitrogen

sebagai pendorong. Khusus untuk pemadaman kelas D (logam)

seperti Magnesium, Titanium, Zarcanium, dan lain-lain digunakan

metal-dry powder yaitu campuran Sodium, Potasium, dan Barium

Chloride.

Gambar 2.4: APAR Media Tepung Kimia Kering


Sumber : https://alatpemadam.biz

d. Jenis CO2.

Bahan pemadam jenis CO2 efektif untuk memadamkan kebakaran

kelas B (minyak) dan C (listrik). Berfungsi untuk mengurangi kadar

oksigen dan efektif untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di

dalam ruangan (indoor). Pemadaman dengan gas arang ini dapat

mengurangi kadar oksigen sampai dibawah 12%.


14

Gambar 2.5: APAR Media CO2


Sumber : https://alatpemadam.biz

Adapun tata cara atau prosedur penggunaan APAR (Alat Pemadam Api

Ringan) atau Tabung Pemadam Kebakaran :

a. Tarik/Lepas Pin pengunci tuas Alat Pemadam Api Ringan atau

Tabung Pemadam.

b. Arahkan selang ke titik pusat api.

c. Tekan tuas untuk mengeluarkan isi Alat Pemadam Api Ringan atau

Tabung Pemadam.

d. Sapukan secara merata sampai api padam.


15

Gambar 2.6: Bagian-Bagian APAR


Sumber : https://alatpemadam.biz

Perlu diingat setiap jenis alat pemadam api ringan memiliki kemampuan

jangkauan yang berbeda, disamping itu perhatikan arah angin sebelum

kita mulai menyemprotkan isi tabung pemadam api ringan. Jangan

sampai posisi kita berdiri berlawanan dengan arah angin, karena akan

mebahayakan diri kita sendiri. Sebaiknya kita berdiri diposisi

membelakangi arah angin selain untuk menghindari tiupan hawa panas

juga menghindarkan kita dari media yg kita semprotkan kembali kearah

kita.

3. Sistem Pemadam Kebakaran CO2

CO2 Flooding System adalah salah satu sistem pemadaman api

biasa yang dipasang di sebagian besar kapal. Ini melepaskan karbon

dioksida (CO2) dalam jumlah besar ke ruang yang dilindungi (seperti

ruang mesin, kargo, ruang pembersih, ruang pompa, dll.) Di bawah api.

Tindakan peleburan CO2 memadamkan api sehingga mencegah


16

penyebaran api ke bagian lain kapal. Ini terdiri dari beberapa silinder

CO2 yang berada di ruangan terpisah, disebut ruang CO2. Botol ini

mengandung CO2 dalam keadaan cair. Ketika api di ruang yang

terlindungi lepas kendali atau dalam situasi ketika api tidak dapat

dipadamkan oleh media pemadam kebakaran setempat, CO2 Flooding

System masuk ke dalam gambar. CO2 dari botol yang diarahkan melalui

manifold umum, katup utama dan jalur pipa distribusi ke nozel yang

dilepaskan ke ruang yang terlindungi untuk pemadaman kebakaran.

Karena alasan keamanan, CO2 Flooding System dilepaskan secara

manual dari kabinet pelepasan yang berada di luar ruang yang

terlindungi.

CO2 Flooding Sistem terdiri dari botol CO2 utama, manifold

umum, katup induk atau katup distribusi dan jalur pipa distribusi dengan

nozel seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.6: CO2 Sistem di kapal


Sumber : 52prayoga.blogspot.com
17

Botol CO2 utama mengandung karbon dioksida dalam keadaan cair

dengan tekanan 56 bar pada suhu 20 derajat celcius. Tekanan CO 2 pada

suhu 25 dan 30 derajat celcius masing-masing adalah 64 bar dan 71 bar.

Jadi penting untuk menjaga agar suhu botol CO2 rendah karena

membatasi tekanan di dalam botol.

CO2 Flooding Sistem yang dijelaskan di sini hanya melindungi satu

ruang. Ada sistem yang bisa melindungi banyak ruang seperti ruang

mesin dan ruang pompa bersama. Dalam hal ini kabinet pelepasan

terpisah akan berada di sana untuk ruang mesin dan ruang pompa. Botol

CO2 utama dibagi untuk ruang mesin dan ruang pompa sesuai dengan

volume ruang.

Sistem pemadam kebakaran merupakan sistem yang sangat vital

dalam sebuah kapal, sistem ini berguna untuk menanggulangi bahaya api

yang terjadi di kapal. Sistem pemadam kebakaran secara garis besar

dapat dibagi menjadi dua dilihat dari peletakan sistem yang ada yaitu :

1) Sistem penanggulangan kebakaran pasif, sistem ini berupa aturan

kelas mengenai penggunaan bahan pada daerah beresiko tinggiterjadi

kebakaran dan juga pemasangan instalasi fix pada daerah beresiko

kebakaran.

2) Sistem penanggulangan kebakaran aktif, sistem ini berupa

penanggulangan kecelakaan yang bersifat lebih aktif misal,

penempatan alat pemadam api ringan pada daerah yang beresiko

kebakaran.
18

Pada dasarnya prinsip pemadaman adalah memutus “segitiga api”

yang terdiri dari panas, oksigen, dan bahan bakar. Sehingga dengan

mengetahui hal ini maka dapat dilakukan pemilihan media pemadaman

sesuai dengan resiko dan kelas dari kecelakaan tersebut.

ISM Code memberikan standart internasional manajemen

keselamatan. Sistem manajemen tentang petunjuk pengoperasian,

pembagian tugas, ataupun juga prosedur dari cara mengoperasikan alat-

alat yang ada di kapal, Memelihara kapal dan Menghadapi segala

keadaan darurat yang terjadi di atas kapal seperti: Kecelakaan,

Pencemaran, Kebakaran yang terjadi di atas kapal dan Keadaan darurat

yang lainnya. Sistem manajemen yang sudah ada inilah yang perlu dinilai

kembali. Agar disesuaikan dengan yang dikehendaki oleh ISM Code

(BAB IX SOLAS 1974/1978). Seperti yang dijelaskan diatas, Penilaian

kembali ini penting sebagai dasar untuk mulai merencanakan safety

manajemen sistem pada setiap perusahan. Baik sistem manajemen tertulis

maupun tidak tertulis dalam melakukan perawatan maupun segala

kegiatan di atas kapal.

Untuk perlindungan bahaya kebakaran di atas kapal maka SOLAS

1974 mengatur tentang APAT ini sebagai berikut:

a. penggunaan media pemadam yang dapat menimbulkan gas-gas

dalam jumlah banyak sehingga dapat membahayakan orang tidak

boleh diijinkan.
19

b. Dilengkapi kontrol valve, petunjuk operasi, diagram yang

menunjukkan kompartemen mana pipa-pipa disalurkan dan

konstruksinya sedemikian rupa sehingga dapat dicegah gas yang

ditimbulkan masuk kompartemen lain tanpa sengaja.

c. Bilamana digunakan media pemadam CO2

1) Di ruang muatan, kapasitasnya harus cukup untuk mengisi

minimum 30% volume dari pada kompartemen muatan yang

ditutp rapat.

2) Di kamar mesin kapasitasnya harus mampu untuk mengisi

minimum 40% dari isi kotor ruang terbesar. Kapal barang

<2000 GRT minimum kapasitas 30%.

3) Pelepasan media CO2 waktu 2 menit. 85%nya harus dapat

dilakukan dalam

a) Dilengkapi sarana peringatan (Alarm) kesemua ruangan

sebelum digunakan

b) Ruangan penyimpanan botol CO2 harus diletakkan ditempat

yang aman, mudah dimasuki dan diberi ventilasi yang baik.

c) Semua pelepasan media gas tidak boleh dioperasikan secara

otomatis.

d) Perintah mengoperasikan sistem ini hanya diberikan oleh

nakhoda atau perwira senior


20

B. Kerangka Berpikir

Peralatan Pemadam Kebakaran


Di Atas Kapal

Penyebab kurangnya
Meningkatkan pemahaman
pemahaman kru mengenai
kru mengenai penggunaan
penggunaan alat
alat pemadam kebakaran
pemadam kebakaran

1. Kurangnya kesadaran crew


kapal dalam melaksanakan 1. Meningkatkan kesadaran
tugas dan tanggung jawab crew kapal dalam
2. Kurangnya Motivasi melaksanakan tugas dan
3. Kurangnya Informasi tanggung jawab
2. Memberikan Motivasi
3. Memperbanyak Informasi

Optimalisasi Penggunaan
Peralatan Pemadam
Kebakaran Di Atas Kapal
21

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu dilakukan oleh :

1. Andreas Martin Christian Hutabarat, 2020, “Optimalisasi Kesiapan

Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran Di Kapal MV. Manalagi Samba“,

Alat pemadam kebakaran adalah alat perlindungan dalam situasi

kebakaran yang digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan

api, yang umumnya digunakan dalam situasi darurat. Penggunaan alat

pemadam kebakaran tersebut dilaksanakan untuk mencegah terjadinya

kebakaran yang menjaalar atau membesar ke bagian kapal lainnya.

Mengingat pentingnya fungsi dari alat pemadam kebakaran, maka

keberadaan komponen alat pemadam kebakaran tersebut harus dirawat

dengan baik. Dalam hal ini penulis menggunakan metode Fishbone,

dimana metode analisa yang digunakan untuk menganalisa faktor-faktor

penyebab tidak optimalnya penggunaan alat pemadam kebakaran,

dampak yang ditimbulkan, dan upaya yang dilakukan untuk

mengoptimalkan penggunaan alat pemadam kebakaran tersebut. Dengan

melaksanakan prosedur tersebut diharapkan kelancaran operasional

penggunaan alat pemadam kebakaran dapat berfungsi secara normal dan

optimal, sehingga kegiatan pelayaran dan perusahaan tidak mengalami

kerugian yang disebabkan terganggunya operasional kapal.

2. Heru Pratomo, 2017, “Optimalisasi Kesiapan Penggunaan Alat Pemadam

Kebakaran di MV.Oriental Mutiara ”, Tujuan dari penelitian ini yaitu

untuk mengetahui bagaimana cara pnggunaan alat pemadam kebakaran


22

dengan benar dan cara perawatannya serta penanggulangan apabila

terjadi di atas kapal sesuai dengan sijil kebakaran. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa Personel (crew kapal) tidak melaksanakan prosedur

dalam perawatan, penggunaan dan perbaikan alat pemadam kebakaran,

mengapa pengetahuan para crew kurang tentang alat pemadam kebakaran

yang ada di kapal serta penanggulangan apabila terjadi kebakaran, yaitu

karena pengetahuan mengenai SOLAS kurang. Tidak tegasnya Nakhoda

dalam memberikan hukuman, kurangnnya informasi oleh mualim III, dan

juga jarang di adakannya latihan pemadaman api serta penggunaan alat

pemadam kebakaran dan peralatan safety lainnya. Dapat disimpulkan

bahwa peran mualim terhadap alat pemadam kebakaran ditas kapal

sangat penting berkaitan dengan perawatan, perbaikan agar alat pemadam

dalam kondisi bagus dan siap digunakan apabila terjadi kebakaran di

kapal. Pentingnya latihan kebakaran di atas kapal secara rutin untuk

melatih kesigapan dan pengecekan alat pemadam kebakaran itu sendiri.

3. Muhammad Ghiffary Trisha Putra, 2019, “Pengaruh Latihan

Penanggulangan Keadaan Darurat Terhadap Keterampilan Anak Buah

Kapal Dalam Penggunaan Peralatan Pemadam Kebakaran Fixed Dan

Portable Di MV. Pan Global”, Hasil penelitian adalah 1) Kurangnya

kesadaran serta kedisiplinan Anak Buah Kapal dalam melaksanakan

latihan penanggulangan keadaan darurat di atas kapal 2) Upaya yang

dapat dilakukan agar keterampilan Anak Buah Kapal meningkat yaitu

dengan melaksanakan latihan secara rutin, menonton safety movie serta


23

memberikan motivasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1)

Pemahaman Anak Buah Kapal terhadap penggunaan peralatan pemadam

kebakaran masih kurang karena rendahnya kesadaran pada crew kapal

akan pentingnya penguasaan penggunaan alat pemadam kebakaran, 2)

Upaya – upaya yang di perlukan untuk meningkatkan keterampilan Anak

Buah Kapal tentang penggunaan alat-alat pemadam kebakaran di atas

kapal yaitu dengan melaksanakan drill dengan rutin, memberikan

motivasi kepada ABK, serta menampilkan video Safety Movie secara

rutin. Saran dari penelitian ini adalah 1) Sebaiknya agar pemahaman anak

buah kapal dalam penggunaan alat pemadam kebakaran meningkat maka

perlu di laksanakan familiarisasi yang dilakukan secara rutin, 2)

Sebaiknya agar tercapai keterampilan yang maksimal dalam

menanggulangi kebakaran maka anak buah kapal hendaknya

melaksanakan fire drill dengan sungguh-sungguh.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kualitatif yang

memiliki sifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisisa. Menurut

Bogdan dan Taylor (1975), dimana mereka mengartikan bahwasanya

“Penelitian kualitatif juga termasuk metodologi yang dimanfaatkan untuk

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Data deskriptif adalah

data yang ditulis menggunakan kata-kata secara mendetail”.

Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam jenis penelitian ini dengan

landasan teori yang dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian

sesuai dengan fakta di lapangan. Penelitian deskriptif adalah metode

penelitian yang berusaha menggambarkan penggunaan peralatan pemadam

kebakaran di atas kapal.

B. Objek Penelitian

Menurut Husein Umar (2013:18), objek penelitian adalah sebagai

berikut: “Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang

menjadi objek penelitian. Juga di mana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa

juga ditambakan hal-hal lain juga di anggap perlu.”

Menurut Supriati (2015:44) pengertian objek penelitian adalah :

“Variabel yang diteliti oleh peneliti di tempat penelitian yang dilakukan.”

24
25

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa objek

penelitian adalah suatu gambaran sasaran ilmiah yang akan dijelaskan untuk

mendapatkan infomasi dan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Objek penelitian didasarkan pada observasi di atas kapal. Dengan

menitikberatkan penelitian pada penggunaan peralatan pemadam kebakaran

di atas kapal. Di mana waktu penelitian ini dilaksanakan selama 12 bulan

tepatnya pada saat penulis melaksanakan praktek laut.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional adalah definisi praktis/operasional (bukan

definisi teoritis) tentang variable atau istilah penting lain dalam penelitian

yang dipandang penting.

1. Alat pemadam kebakaran adalah alat-alat dan bahan-bahan yang

digunakan untuk dapat memadamkan api/kebakaran

2. ISM Code adalah International Safety Management Code adalah

ketentuan internasional tentang menagemen untuk pengoprasian kapal

secara aman, mencegah pencemaran dan daoat diubah (amanded) oleh

IMO

3. Hydrant adalah berfungsi sebagai penyambung dengan selang pemadam

kebakaran.

4. SOLAS 1974, Part 1, Chapter II-2 Construction-Fire protection, fire

detection and fire extinction. Mengenai upaya-upaya keselamatan

terhadap kebakaran untuk kapal.


26

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2018 : 193), ”Teknik pengumpulan data adalah

suatu langkah yang dinilai strategis dalam penelitian, karena mempunyai

tujuan yang utama dalam memperoleh data”.

Dalam penyampaian hasil penelitian kedalam sebuah tulisan tentunya

harus disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian. Masing-

masing bagian dari tulisan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh

sebab itu sangat dibutuhkan data-data yang akurat. Untuk memperoleh data-

data tersebut secara akurat dan bisa dijamin tingkat validitasnya, maka

diperlukan beberapa metode pengumpulan data.

Dalam penelitian penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data :

a. Metode Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara

mengamati atau meninjau secara cermat dan langsung di lokasi penelitian

untuk mengetahui kondisi yang terjadi atau membuktikan kebenaran dari

sebuah desain penelitian yang sedang dilakukan. Penulis melakukan

pengamatan secara langsung di atas kapal mengenai penggunaan

peralatan pemadam kebakaran di atas kapal.


27

b. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung

kepada informan atau narasumber. Dalam wawancara, terdapat instrumen

yang baru. Wawancara yaitu uraian penelitian yang disajikan dalam

bentuk daftar pertanyaan secara langsung kepada Perwira di atas kapal.

c. Metode Studi Kepustakaan

Menurut Nazir (2013:93), Studi kepustakaan merupakan teknik

pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-

buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada

hubungannya dengan masalah yang dipecahkan yang relefan dengan

permasalahan yang diangkat dengan maksud untuk memahami teori yang

berkaitan dengan permasalahan yang diambil.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2018 : 335), yang dimaksud dengan teknik

analisis data adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi kepustakaan,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


28

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis desktriptif,

yaitu dengan cara menggambarkan data-data yang diperoleh dari observasi,

wawancara dan studi kepustakaan. Atas dasar data yang berhasil

dikumpulkan, kemudian dianalisisa untuk menemukan masalah mengenai

penggunaan peralatan pemadam kebakaran di atas kapal.


DAFTAR PUSTAKA

Ansori, N. dan Mustajib, M.I. (2013), Sistem Perawatan Terpadu.


Yogyakarta: Graha Ilmu.
Assauri, Sofyan. (2008), Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Bogdan dan Taylor, (1975), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remadja Karya
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1996), Kamus Besar Bahasa
Indonesia, PT. Balai Pustaka, Jakarta
Husein Umar. (2013), Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta:
Rajawali.
Manzini, R. (2010), Maintenance For Industrial Systems. London:
Springer.
Nazir. Ph.D, (2013), Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia
Prawirosentono, Suyadi. (2001), Manajemen Operasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. (2008), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA.
Supriati. (2015), Metodologi Penelitian Komputerisasi Akuntansi.
Bandung: LABKAT. Tjiptono
Tampubolon, P. Manahan. (2004), Manajemen Operasional. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Zuriah Nuzul, (2009), Metodologi Penelitian Sosial Pendidikan Teori-
Aplikasi, Jakarta: PT Bumi Aksara
Andreas, Martin Christian Hutabarat (2020), Optimalisasi Kesiapan
Penggunaan Alat-Alat Pemadam Kebakaran Di Kapal MV. Manalagi Samba.
Diploma thesis, Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, http://repository.pip-
semarang.ac.id/2818/1/52155677%20N_SKRIPSI_FULLTEXT.pdf
diakses pada tanggal 29 Mei 2023

29
30
Heru, Pratomo (2017), Optimalisasi Kesiapan Penggunaan Alat Pemadam
Kebakaran Di Mv.Oriental Mutiara. Diploma Thesis, Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang.http://repository.pip-semarang.ac.id/306/
diakses pada tanggal 29 Mei 2023
Muhammad, Ghiffary (2019), Pengaruh Latihan Penanggulangan Keadaan
Darurat Terhadap Keterampilan Anak Buah Kapal Dalam Penggunaan Peralatan
Pemadam Kebakaran Fixed Dan Portable Di Mv. Pan Global. Diploma Thesis,
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang. http://repository.pip-semarang.ac.id/2100/
diakses pada tanggal 29 Mei 2023
https://i.ytimg.com/vi/9sW34d5Ypf4/hqdefault.jpg

Anda mungkin juga menyukai