Anda di halaman 1dari 113

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

MAKALAH

IMPLEMENTASI

(ISM-CODE)

BAGI CREW KM BALI AYU

Oleh :

IMBALO SIHOMBING
NIS. 02864 / N-I

PROGRAM PENDIDIKAN DIKLAT PELAUT I


JAKARTA
2023
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

MAKALAH

IMPLEMENTASI

(ISM-CODE)

BAGI CREW KM BALI AYU

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Untuk Penyelesaian Program Diklat Pelaut ANT-I

Oleh :

IMBALO SIHOMBING
NIS. 02864 / N-I

ii
PROGRAM PENDIDIKAN DIKLAT PELAUT I
JAKARTA
2023

ii
.

ii
.

ii
KATA PENGANTAR

Kami memanjatkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas segala

berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “ IMPLEMENTASI

( ISM – CODE ) BAGI CREW KM BALI AYU ” dengan tepat waktu tanpa

adanya hal-hal yang tidak di inginkan.

Penulis sangat menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan, baik dalam hal penyajian materi maupun teknik penulisannya. Hal

ini dikarenakan pengalaman yang dimiliki oleh penulis masih kurang. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan

kritik dan saran yang sifatnya membangun dan dapat digunakan untuk

menyempurnakan makalah ini. Penulis menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan,

petunjuk dalam segala hal yang sangat berarti dan menunjang dalam

penyelesaian makalah ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut (DP I) Nautika Angkatan LXVI di

SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN (STIP).

Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih

kepada Bapak Nasri .MT.M.Mar . E dan bapak Pande Raja Sijabat

S.Kom.MTr Sebagai pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan

penulıs selama penyusunan makalah ini sehingga dapat diselesaikan dengan

ii
baik dan sesuai waktu. Dan pada kesempatan yang berbahagia ini pula

perkenankanlah penulis Juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ahmad Wahid selaku ketua SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

2. ( STIP ) JAKARTA

3. Ibu Meilinasari N.H,S.Si.T.,M.M.Tr ,selaku Ketua Jurusan Nautika

4. Capt.Suhartini S.Si.T.,M.Mar.M.MTr selaku Kepala Divisi Pengembangan

Usaha

5. Bapak Nasri.MT.M.Mar.E selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan saran dan pikirannya mengarahkan

penulis pada sistimatika materi yang baik dan benar

6. Bapak Pande Raja Sijabat,S Kom.MTr , selaku Dosen Pembing II yang telah

meberikan waktunya untuk membimbing proses penulisan makalah ini.

7. Bapak Dr. Capt. Marihot Simanjuntak,MM , Selaku ketua team penguji atas

makalah yang saya tulis .

8. Bapak Dr. Larsen Barasa,MMTr , selaku penguji untuk makalah yang saya

kerjaka.

9. Seluruh Dosen dan staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP)

Jakarta yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

10. Para rekan Pasis jurusan Nautika Angkatan LXVI dan Semua pihak yang

telah turut membantu dan mendukung dalam penyelesaian Maalah Ini .

Seluruh rekan-rekan yang ikut memberikan sumbangsih pikiran dan saran.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan

semua pihak yang membutuhkanya.

ii
Jakarta, 4 Mei 2023

Penulis,

IMBALO SIHOMBING

NIS. 02864 / N-I

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

TANDA PERSETUJUAN MAKALAH ............................................................... ii

TANDA PENGESAHAN MAKALAH ................................................................ iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

ii
A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1

B. IDENTIFIKASI, BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH ... . ... 3-5

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...................................... 6

D. METODE PENELITIAN ................................................................. 8

E. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN .......................................... 10

F. SISTEMATIKA PENULISAN ......................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12

1. PENERAPAN .......................................................................... 12

2. SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (SMS ) ......................... 13

3. KESELAMATAN ..................................................................... 18

4. INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT (ISM)CODE .... 20

5. KAPAL ..................................................................................... 37

B. KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 41

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA .......................................................................... 44

B. ANALISIS DATA ............................................................................ 49

1. Alat Keselamatan Kerja Yang Tidak Memenuhi Standart 49

2. Dampak yang terjadi apabila peralatan keselamatan kerja

diatas kapal tidak sesuai standart ...................................... 51

3. Upaya yang dilakuan agar peralatan keselamatan kerja yang

dipakai crew diatas kapal sesuai standart ......................... 53

C. PEMECAHAN MASALAH ............................................................. 54

1. Masalah atas Alat Keselamatan Kerja Yang Tidak Memenuhi

Standar ................................................................................... 54

2. Dampak yang terjadi apabila peralatan keselamatan kerja

ii
diatas kapal tidak sesuai standart ...................................... 55

3. Upaya yang dilakukan agar peralatan keselamatan kerja yang

dipakai crew diatas kapal sesuai standart ......................... 55

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ................................................................................ 57

B. SARAN................................................................................................

58

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. .59

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. SHIPS PARTICULAR

LAMPIRAN 2. CREW LIST

LAMPIRAN 3. PERLENGKAPAN NAVIGASI

LAMPIRAN 4. PERLENGKAPAN KESELAMATAN

LAMPIRAN 5. PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA DI KAPAL

LAMPIRAN 6. KM BALI AYU

LAMPIRAN 7. CREW BEKERJA MELAKUAN GREASING PADA


PROVISION DAVIT DENGAN MENGGUNAKAN
PERALATAN KESELAMATAN KERJA YANG LENGKAP.
SAFETY HELMET, BAJU WAREPACK, SARUNG TANGAN,
SAFETY SHOE

LAMPIRAN 8. CONTOH CREW YANG TIDAK MENGGUNAKAN


PERALATAN ATAUPUN PERLENGKAPAN KESELAMATAN
KERJA DIATAS KAPAL

LAMPIRAN 9. LAPORAN INSPECTION KESELAMATAN KAPAL

LAMPIRAN 10. CATATAN TRAINING CREW

LAMPIRAN 11. CATATAN SERAH TERIMA AWAK KAPAL

LAMPIRAN 12. PMS CAPT SATURDAY ROUTINE

LAMPIRAN 13. RISK ASSESMENT

LAMPIRAN 14. LAPORAN SERAH TERIMA KAPAL

LAMPIRAN 15. LAPORAN NEARMIS

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kapal merupakan alat transportasi laut yang memegang peranan

penting karena lebih efisien di banding dengan sarana lainnya

dalam pengangkutan barang. Dalam era globalisasi dewasa ini

kita semua dituntut untuk meningkatkan profesionalisme, lebih

kritis dan produktif dalam bekerja.

Untuk mendukung semua itu maka perusahaan pelayaran telah

menerapkan Sistim Manajemen Keselamatan di atas kapal yang

merupakan prodak dari ISM code untuk mendukung pelaksanaan

operasi kapal.

Dengan semakin ramainya lalu lintas laut dan sering terjadi

kecelakaan di laut serta hal – hal yang menuntut kesiapan dan

kesigapan dalam melaksanakan tugas diatas kapal, maka salah

satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah kemampuan awak

kapal dalam mengikuti perkembangan teknologi dan disiplin

1
dalam bekerja.

Perusahaan pelayaran telah menerapkan sistim manajemen di

atas kapal dan dalam pelaksanaannya mengacu pada peraturan

– peraturan antara lain yang terkait dengan peraturan yang

sesuai dengan SOLAS, MARPOL, ISM Code, SCTW dan lain-lain

atau konvensi Nasional

85
maupun Internasional.

Dengan adanya aturan – aturan tersebut maka setiap Crew

kapal harus dapat memahami ISM Code agar kelancaran

pengoperasian kapal yang menggunakan sistim manajemen

keselamatan dapat berjalan secara optimal.

Hasil penelitian penulis saat bekerja di kapal Bali Ayu sebagai

Nakhoda dari tanggal 15 February 2022 hingga 25 February 2023

masih terdapat crew kapal baik bawahan maupun perwira yang

belum dapat menerapkan ISM Code dengan baik di

kapal,sehingga budaya safety belum dilaksanakan dengan baik.

Hal tersebut terbukti dari peristiwa tanggal 20 October 2022

dimana seorang masinis bersama crew yang lain saat akan

menurunkan genset dari deck kapal dimana masinis tersebut

terjatuh saat menghindari ayunan genset yang di hibob

menggunakan crane dari kapal basecrane,kepala masinis

tersebut membentur stantion contener yang mengakibatkan

kepala sisi kiri terluka sehingga harus dibawah ke rumah sakit

untuk mendapatkan perawatan medis.

Dari peristiwa tersebut penulis menganilasa kecelakaan kerja yang

mengakibatkan kepala sisi kiri mengalami luka robek sampai

dijahit di karenkan masinis tidak menggunakan Safety helmet

sesuai prosedur dari buku Sistem Manajemen Keselamatan yang

1
merupakan prodak dari ISM code sudah di berikan oleh

perusahaan sebagai pedoman awak kapal dimana penggunaan

peralatan keselamatan saat bekerja di kapal wajib dilaksanakan.

Pelaksanaan Tool box Meeting,Pembuatan risk

assesment,Pembuatan Nearmis tidak pernah dilakukan

sebelumnya terlebih inisiatif Nakhoda tidak ada untuk melakukan

Implementasi ISM code bagi crew MV BALI AYU.

Peristiwa pada tanggal 10 January 2023 dimana seorang Juru

mudi mengalami luka pada telapak kanan saat melakukan

pekerjaan pelumasan ( greasing ) pada wire gangway tanpa

menggunakan sarung tangan dan ternyata stren atau kumparan

wire ada yang sudah putus hal ini menyebabkan telapak tangan

mengalami luka robek namun tidak sampai di bawa ke rumah

sakit karena Nakhoda dapat melakukan perawatan terhadap luka

tersebut.

Peristiwa pada tanggal 21 January dimana seorang oiler jatuh dari

tangga di kamar mesin namun tidak menimbulkan luka karena

oiler tersebut menggunakan peralatan keselamatan kerja dengan

lengkap, kecelakaan kerja ini terjad dikarenakan safety shoes yang

digunakan tidak sesuai standar English International Standart

Organisation ( EN - ISO 20345 : 2011 ) yang menjamin safety

shoes tersebut dengan kriteria :

85
1. Bahan sepatu dari kulit atau sintetis

2. Dapat di gunakan didalam ruangan maupun diluar ruangan

3. Dapat digunakan pada suhu area kerja panas dan atau dingin

4. Dapat digunakan pada iklim terik matahari, salju , atau hujan.

5. Dapat digunakan pada area bahaya yang berminyak atau

penggunaan bahan kimia.

Untuk safety shoes standart Nasional Indonesia safety shoes

harus :

a. Mampu menahan kontaminan minyak : bahan PVC

b. Tidak mudah licin

c. Tidak mudah terpeleset

d. Dapat menahan panas atau

Berdasarkan peristiwa – peristiwa kecelakaan kerja diatas

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “

IMPLEMENTASI INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT CODE

( ISM – CODE ) BAGI CREW MV BALI AYU “ .

B. IDENTIFIKASI, BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

1. Identifikasi Masalah

85
Yang menjadi dentifikasi dalam masalah ini adanya beberapa

permasalahan – permasalahan menegenai peralatan

keselamatan kerja yang tidak digunakan sebagaimana

mestinya sehingga menimbulkan kecelakaan kerja diatas

kapal seperti ;

a. Adanya peristiwa tanggal 20 October 2022 dimana seorang

masinis bersama crew yang lain saat akan menurunkan genset

dari deck kapal dimana masinis tersebut terjatuh saat

menghindari ayunan genset yang di hibob menggunakan crane

dari kapal basecrane,kepala masinis tersebut membentur

stantion contener yang mengakibatkan kepala sisi kiri terluka

sehingga harus dibawah ke rumah sakit untuk mendapatkan

perawatan medis.

b. Adanya peristiwa pada tanggal 10 January 2023 dimana

seorang Juru mudi mengalami luka pada telapak kanan saat

melakukan pekerjaan pelumasan ( greasing ) pada wire

gangway tanpa menggunakan sarung tangan dan ternyata

stren atau kumparan wire ada yang sudah putus hal ini

menyebabkan telapak tangan mengalami luka robek namun

tidak sampai di bawa ke rumah sakit karena Nakhoda dapat

melakukan perawatan terhadap luka tersebut.

85
c. Adanya peristiwa pada tanggal 21 January 2023 ketika seorang

oiler jatuh dari tangga yang menuju kamar mesin,hal tersebut

terjadi karena peralatan keselamatan kerja yaitu safety shoes

yang digunakan tidak sesuai dengan standart EN ISO

2045:2011 atupun Standart Nasional Indonesia ( SNI )

d. Nakhoda tidak pernah menerapkan tool box meeting sebelum

melaksanakan pekerjaan dan juga tidak menerapkan agar

membuat membuat riskassesment terhadap suatu pekerjaan

yang mungkin dapat menimbulkan kescelakaan kerja ataupun

nearmiss,hal ini terlihat denghan tidak ditemukanya file – file

laporan riskassement maupun laporan nearmiss di kapal.

Dari identifikasi masalah yang sudah dijelaskan diatas mengenai

peristiwa kecelakaan pada saat crew bekerja sudah tidak sesuai

dengan ISM code yang mengutamakan keselamatan bekerja di

kapal dimana ism code tersebut telah diratifikasi oleh pemerintah

Indonesia dengan menerbitkan Peraturan mentri nomor 45 tahun

2012 agar menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan untuk

semua awak kapal yang meliputi :

a. Kapal penumpang,termasuk kapal penumpang kecepatan

tinggi semua ukuran.

b. Kapal tangki minyak,kapal tangki pengangkut bahan kimia dan

pengangkut gas dengan ukuran ≥ 500 GT .

85
c. Kapal barang lainnya,kapal barang kecepatan tinggi,kapal

pengangkut curah,kapal ikan,MODU dan unit FSO atau

FPSO,termasuk tongkang ≥ 500 GT.

2. Batasan Masalah

Agar Pembahasan fokus maka makalah ini memiliki batasan

– batasan masalah yaitu :

a. Membahas mengenai peralatan keselamatan kerja di kapal

yang tidak sesuai standar EN ISO 2045:2011 atau SNI

b. Membahas mngenai Dampak yang terjadi apabila peralatan

keselamatan kerja yang digunakan di kapal tidak sesuai

standar EN ISO2045:2011 atau SNI

c. Upaya yang dilakukan agar peralatan keselamatan kerja diatas

kapal sesuai dengan standar EN ISO 2045:2011 atau SNI

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan batasan masalah

diatas,Penulis dapat merumuskan pembahasan masalah

pada makalah ini sebagai berikut :

85
a. Beberapa peralatan keselamatan kerja yang digunakan

crew tidak sesuai standart hal ini terlihat tidak ada nya

identitas yang menyatakan bahwa perlengkapan tersebut

sudah memenuhi standar EN ISO atau SNI contohnya dalam

kotak atau kemasan pada perlengkapan ataupun peralatan

kerja yang akan digunakan crew kapal.

b. Dampak yang terjadi apabila Peralatan keselamatan kerja

diatas kapal tidak sesuai dengan standart bagi crew dan

perusahaan itu seendiri?

c. Upaya yang dilakukan agar peralatan keselamatan kerja

yang dipakai crew diatas kapal sesuai standart

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Dengan adanya penulisan ini agar dapat diketahui betapa

pentingnya jika implementasi ISM yang apabila diabaikan

sangatlah

berakibat fatal. Serta hal tersebut hendaknya dapat

meningkatkan kualitas para crew kapal sehingga kinerja dan

pengoperasian kapal dapat berjalan lancar. Sehingga dalam hal

ini penulis mempunyai tujuan:

85
a. Untuk mengetahui bahwa peralatan keselamatan kerja di

kapal harus memiliki standar yang sesuai dengan standar

EN ISO 2045 : 2011 atau paling tidak mengikuti SNI,dan

standarisasi tersebut dapat kita lihat pada sertifikat atau

pelabelan pada kotak kemasan peralatan..

b. Untuk mengetahui dampak yang terjadi apabila peralatan

keselamatan kerja diatas kapal tidak sesuai standart..

c. Untuk mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan agar

peralatan keselamatan kerja di atas kapal sesuai dengan

standart .

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut:

a. Manfaat Secara Teoritis :

1) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan cara

menerapkan ISM Code di dalam dunia kerja pelayaran

dan memecahkan permasalahan dengan ilmu yang

sudah didapat

2) Dapat menganalisa suatu permasalahan dengan lebih

kritis dan dapat berfikir cerdas dalam menanggapi suatu

permasalahan kerja di atas kapal.

85
b. Manfaat Secara Praktis :

1) Bagi Pihak Crew

Sebagai bahan masukan kepada pihak -pihak terkait di

atas kapal seperti Mualim, Masinis, Bosun, Mandor, Oiler,

Juru Mudi, dan crew kapal lainnya bagaimana

pentingnya implementasi ISM Code di atas kapal yang

harus dilaksakan dengan disiplin dan penuh kesadaran.

2) Bagi Perusahaan pelayaran

Dapat bermanfaat untuk membantu para crew kapal

apabila mendapatkan kesulitan terhadapa Implementasi

ISM CODE diatas kapal. menjadi salah satu acuan

sebelum mengirim crew ke kapal untuk bertugas,

sehingga dapat terlebih dahulu di jelaskan oleh pihak

dari magement dalam hal ini DPA untuk mengetahui

85
bagaimana implementasi ISM Code yang harus di

lakasanakan dikapal dengan baik dan benar.

D. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang menggunakan penelitian terapan dalam

penyusunan suatu makalah, adalah kegiatan untuk menernukan

kebenaran yang obyektif dari suatu permasalahan yang

selanjutnya dapat ditemukan pemecahannya.

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah studi kasus. Metode pendekatan yang

dilakukan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian

yang dilaksanakan selama bekerja di MV. BALI AYU.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan makalah ini penulis mengumpulkan data

dengan cara :

a. Pengamatan dan pengalaman yaitu pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara pengamatan dan menganalisis

secara langsung sewaktu di atas kapal MV. BALI AYU

sehingga dapat diambil langkah untuk melakukan

85
implementasi

(ISM-Code) di atas kapal MV. BALI AYU.

b. Studi kepustakaan yaitu didapat dari buku dan

bahan-bahan referensi lainnya yang memuat tentang

petunjuk-petunjuk tentang implementasi

(ISM-Code) di atas kapal.

c. Pengalaman dari rekan-rekan saat berlayar serta

pengarahan dan petunjuk dari dosen pembimbing.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam makalah ini adalah pentingnya

penggunaan peralatan keselamatansaat bekerja di atas kapal

MV. BALI AYU, yang penulis fokuskan pada pembahasan

implementasi

(ISM-Code) di atas kapal MV. BALI AYU.

4. Teknik Analisis Data

Teknik atau metode analisis data dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menggambarkan

data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan lapangan.

Atas dasar data yang berhasil dikumpulkan, kemudian

dianalisis untuk menemukan faktor-faktor yang mampu

85
meningkatkan implementasi

(ISM-Code) di atas kapal MV. BALI AYU

E. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Dalam hal ini, lokasi penelitian berada diatas KM BALI AYU

disaat penulis melaksanakan Tugas nya diatas kapal sebagi

nakhoda dari tanggal 15 February 2022 sampai dengan tanggal

25 February 2023

2. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang digunakan dalam penyusun makalah ini

adalah di atas kapal MV. BALI AYU

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dibutuhkan dalam penyusunan makalah

guna menghasilkan suatu bahasan yang sistematis dan

memudahkan dalam pembahasan maupun pemahaman makalah

yang disusun, adapun sistematika penulisan adalah sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

85
Menjelaskan pendahuluan yang mengutarakan latar

belakang, identifikasi, batasan dan rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, waktu

dan tempat penelitian dan sistematika penulisan terkait

dengan ISM

BAB II LANDASAN TEORI

Terdiri dari Tinjauan pustaka yang memaparkan

teori-teori untuk menganalisa data-data sebagai

referensi untuk mendapatkan informasi. Pada landasan

teori ini juga terdapat kerangka pemikiran yang

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan uraian tentang data yang diambil dari

lapangan berupa fakta-fakta yang terjadi, selama penulis

bekerja di atas MV. BALI AYU. Hal tersebut digambarkan

dalam deskripsi data, kemudian dianalisis mengenai

permasalahan yang terjadi dan menjabarkan pemecahan

dari permasalahan tersebut sehingga permasalahan

85
yang sama tidak terjadi lagi. Dengan kata lain

menawarkan solusi terhadap penyelesaian masalah

tersebut.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang penutup yang

mengemukakan kesimpulan dari perumusan masalah

yang dibahas dan saran yang berasal dari evaluasi

pemecahan masalah yang dibahas di dalam penulisan

makalah ini dan merupakan masukan untuk perbaikan

yang akan dicapai.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TlNJAUAN PUSTAKA

85
Dalam bab ini penulis memaparkan teori-teori dan istilah-istilah

yang berhubungan dan mendukung dari pembahasan

permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut pada masalah ini

yang bersumber dari referensi buku-buku pustaka yang terkait,

sebagai berikut :

1. PENERAPAN

Menurut Cahyononim dalam J.S Badudu dan Sutan

Mohammad Zain “ penerapan adalah hal, cara atau hasil” .

Adapun menurut Lukman Ali“ penerapan adalah

mempraktekkan atau memasangkan” . Penerapan dapat

juga diartikan sebagai pelaksanaan. Sedangkan menurut

Riant Nugroho “ penerapan pada prinsipnya cara yang

dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan” .

Berbeda dengan Nugroho, menurut Wahab dalam Van Meter

dan Van Horn“ penerapan merupakan tindakan-tindakan

yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

kelompok-kelompok yang diarahkan pada tercapainya tujuan

yang telah digariskan dalam keputusan” . Dari pengertian

diatas,maka dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah

suatu perbuatan mempraktekkan atau cara melaksanakan

sesuatu berdasarkan sebuah teori, metode, dan hal lain untuk

mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang

85
diinginkan oleh individu maupun suatu kelompok atau

golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

2. SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (SMS )

Safety Mangement System adalah merupakan bagian dari

ISM code yang memiliki aturan – aturan tentang bagaimana

melakukan suatu cara untuk dapat menerapkan atau

mengatur para crew di kapal agar dapat bekerja di kapal

dengan mengutamakan keselamatan

Di kapal lokal atau kapal bendera indonesia buku Safety

Management system ini dapat juga kita temukan dan

pelajari dalam buku SISTEM MANJEMEN KESELAMATAN,isi

dari buku tersebut cukup lengkap karena mengatur tentang :

a.Tugas – tugas crew

b. Operasional kapal

c. Manajemen di anjungan

d. Keadaan darurat

e. Healt,Safety,Envoiement,Quality dan Auransi ( HSEQA )

f. Pelaksanaan Drill,Pms,Effiling Ism Code,dan masih banyak

lagi dalam buku tersebut yang tentunya merupakan satu

85
kesatuan dengan ism code.

Sistem manajement Keselamatan atau Safety Management

System yang merupakan bagian dari Ism code didesain untuk

mengelola Resiko Keselamatan ditempat kerja melalaui

kegiatan-kegiatan diatas kapal dimana dalam

pelaksanaannya sangat tergantung pada kepemimimpinan

yang dijalankan dalam menggerakan unsur-unsur manajemen.

Menurut Sutedjo dalam Mu’ alimah mengatakan bahwa

manajemen merupakan sebuah proses kegiatan yang

dilakukan oleh pengelola perusahaan, dengan cara melakukan

perencanaan, pengorganisasian,prakarsa, koordinir, dan juga

mengendalikan operasi untuk mencapai tujuan dari sebuah

organisasi yang sudah ditetapkan. (Sutedjo, 2002).

Sedangkan adalah merupakan

operasional dalam ISM code untuk mengatur wewenang dan

tanggung jawab perusahaan ,nakhoda,instruksi dan

prosedure pengoperasian kapal yang aman.Sistem

manajement keselamatan harus diterapkan pada seluruh

perusahaan yang memiliki armada kapal.

R. Terry George, mengatakan bahwa manajemen merupakan

85
proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan

perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan

pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta

mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia serta nasra sumber lain

(Terry, 2019). Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita

simpulkan bahwa manajemen adalah seni dalam mengatur

sistem baikorang dan perangkat lain agar dapat berjalan dan

bekerja sesuai dengan ketentuan dan tujuan entitas yang

terdiri dari berbagai aktivitas sebagaimana disebutkan oleh

George Terry. Selain membentuk suatu totalitas, susunan

yang teratur dari pandangan, teori,asas, dan sebagainya dan

metode (https://www.kbbi.web.id/sistem).

Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa

Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri

komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk

memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini

sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu entitas

yang berinteraksi. itu, pemaparan di atas menunjukan bahwa

manajemen dalam ekonomi adalah Suatu keadaan yang

terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah

kepada proses perencanaan, pengorganisasian,

85
kepemimpinan, dan pengendalian, yang mana keempat

proses tersebut saling mempunyai fungsi masingmasing

untuk mencapai suatu tujuan organisasi, yaitu pengambilan

keputusan.

Dalam Modul

(Perhubungan,2000), menerangkan bahwa Sistem

Manajemen Keselamatan (SMS) adalah sistem penataan dan

pendokumentasian yang memungkinkan personil perusahaan

untuk secara efektif melaksanakan kebijaksanaan

perusahaan mengenai keselamatan dan pencegahan

pencemaran. Pengenalan suatu Sistem Manajemen

Keselamatan mensyaratkan suatu perusahaan untuk

mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur

prosedur manajemen keselamatan guna menjamin bahwa

kondisi dan kegiatan serta tugas– tugas di darat dan diatas

kapal yang mempengaruhi keselamatan dan perlindungan

lingkungan yang direncanakan,diorganisasikan, dilaksanakan

dan diperiksa sesuai dengan persyaratan-persyaratan.

Suatu sistem SMS yang efektif harus memungkinkan suatu

perusahaan mengukur kinerjanya, mengizinkan daerah-daerah

kegiatan yang di identifikasi untuk mengembangkan sistem

ini dan mengimplementasikannya.

85
Hal ini dapat dicapai melalui pemakaian dari suatu sistem

manajemen keselamatan yang didokumentasikan. Sistem

manajemen keselamatan yang sesuai standar ISM Code

adalah perusahaan harus memberi pelayanan yang

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh

International Safety Management Code yang didalamnya

tentang membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari

pandangan, teori,asas, dan sebagainya.

Pengenalan suatu Sistem Manajemen Keselamatan

mensyaratkan suatu perusahaan untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan prosedur prosedur manajemen

keselamatan guna menjamin bahwa kondisi dan kegiatan

serta tugas– tugas di darat dan diatas kapal yang

mempengaruhi keselamatan dan perlindungan lingkungan

yang direncanakan,diorganisasikan, dilaksanakan dan

diperiksa sesuai dengan persyaratan-persyaratan.suatu

sistem manajemen keselamatan yang didokumentasikan.

Sistem manajemen keselamatan yang sesuai standar ISM

Code adalah perusahaan harus memberi pelayanan yang

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh

International Safety Management Code yang didalamnya

tentang pengoperasian kapal-kapal dan pencegahan

85
pencemaran laut agar kapal dapat beroperasi secara aman

dan mencegah pencemaran lingkungan.

Keuntungan menetapkan suatu Safety

untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan

keterampilan personil management keselamatan guna

pembentukan budaya keselamatan yang mendorong

peningkatan secara terus menerus. Serta kepercayaan clien

yang lebih besar guna meningkatan ketahanan mental

perusahaan. (Kurniawan, 2018) pendokumentasian yang

memungkinkan personil perusahaan untuk secara efektif

melaksanakan kebijaksanaan perusahaan mengenai

keselamatan dan pencegahan pencemaran.

Pengenalan suatu Sistem Manajemen Keselamatan

mensyaratkan suatu perusahaan untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan prosedur prosedur manajemen

keselamatan guna menjamin bahwa kondisi dan kegiatan

serta tugas– tugas di darat dan diatas kapal yang

mempengaruhi keselamatan dan perlindungan lingkungan

yang direncanakan,diorganisasikan, dilaksanakan dan

diperiksa sesuai dengan persyaratan-persyaratan.

85
Pendokumentasian yang memungkinkan personil perusahaan

untuk secara efektif melaksanakan kebijaksanaan

perusahaan mengenai keselamatan dan pencegahan

pencemaran. Pengenalan suatu Sistem Manajemen

Keselamatan mensyaratkan suatu perusahaan untuk

mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur

prosedur manajemen keselamatan guna menjamin bahwa

kondisi dan kegiatan serta tugas– tugas di darat dan diatas

kapal yang mempengaruhi keselamatan dan perlindungan

lingkungan yang direncanakan,diorganisasikan, dilaksanakan

dan diperiksa sesuai dengan persyaratan-persyaratan.

3. KESELAMATAN

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata dan

biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya

seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka

85
(near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai

suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu

pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya

mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk

memperkecil resiko terjadinya kecelakaan.

Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang menyatakan

keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap

perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat

mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu

terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah

memulai pekerjaannya.

Sedangkan pendapat Megginson Leon C yang dikutip oleh

Prabu Mangkunegara bahwa istilah keselamatan mencakup

kedua istilah yaitu resiko keselamatan dan resiko kesehatan

(Megginson, 2000). Dalam kepegawaian, kedua istilah

tersebut dibedakan, yaitu keselamatan menunjukan kondisi

yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau

kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan

aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar,

85
keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan

pendengaran.

Tujuan daripada keselamatan di sini adalah tidak lain

daripada untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan

kerugian-kerugian yang ditimbulkan olehnya. Dalam bukunya

ism code, yang di jelaskan biro klasifikasi indonesia

mengenai “ certification

“ menyatakan tujuan atau sasaran utama

dari ISM adalah pembebasan terhadap kecelakaan dan

diikuti oleh perlindungan lingkungan. Sistem manajemen

keselamatan, berusaha menghindari perbaikan-perbaikan dan

memindahkan kerusakan yangterjadi (Kurniawan, 2018).Dari

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah

suatu usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga

manusia dapat merasakan kondisi yang aman atau selamat

dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk

para pekerja konstruksi.

4. (ISM)

85
Latar belakang di buatnya ISM code adalah banyaknya terjadi

kecelakaan kapal,dari kecelakaan – kecelakaan tersebut

pada umunya disebabkan oleh kesalahan manusia dalam

pengoperasian kapal dan hanya sedikit yang tergolong dalam

kegagalanteknologi.

Pda saat itu peraturan dan konvensi yang ada seperti

MARPOL,SOLAS,LOAD LINE ,convention dan peraturan

klafikasi yang sebagian besar hanya mengatur hal – hal yang

bersifat teknis atau perangkat keras dan sedikit mengenai

yang berkaitan dengan manusia atau .

ISM code diperuntukan untuk perusahaan pelayaran (

Shipping Companny ) dan mereka yang terlibat dalam

pengoperasian kapal atau pengelolaan kapal dengan tujuan

dapat memperbaiki kinerja perusahaan dalam operasi kapal

yang aman dan bebas pencemaran.

Menurut Lasse (2015:164) bahwa nakhoda berwenang

mengatur anak buah kapal, nakhoda adalah pengambil

keputusan tertinggi di atas kapal

dan bekerja keras menghindari risiko kecelakaan..

Pada awalnya SOLAS dibuat untuk mengurangi atau

meminimalisir terjadinya kecelakaan dengan aturan-aturan

yang telah tercantum pada bab-bab yang terdapat di SOLAS,

85
tetapi ternyatakecelakaan-kecelakaan tersebut masih banyak

terjadi, oleh sebab itu IMO memandang perlu diadakannya

penyempurnaan dan penambahan pada bab-bab yang

terdapat di SOLAS tersebut maka diadakanlah

amandemen-amandemen.Memasuki tahun 1990an, isu safety

dan lingkungan hidup sangat mempengaruhi industri maritim

sehingga IMO menerbitkan amandemen 1993 dari SOLAS

74/78 mengenai International Safety Management Code yang

kemudian dimasukkan ke dalam Bab IX dari SOLAS 74 yang

diberlakukan secara internasional mulai Juli 1998. IMO

menginginkan "safer ship and clean ocean” .Di Republik

Indonesia sendiri, penerapan ISM Code yang merupakan

bagian dari SOLAS juga dipersyaratkan berlandaskan kepada

beberapa peraturan perundangan sebagai berikut:

a. UU No 21 tahun 1992 tentang Pelayaran

b. UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran yang merupakan

penyempurnaan dari UU No 21 Tahun 1992

c. Keppres No 65 tahun 1980 tentang Ratifikasi SOLAS

d. Peraturan Mentri nomor 45 Tahun 2012 Tentang

Manjement Keselamatan Kapal.

85
Kapal yang telah memenuhi persyaratan mamajemen

keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal akan

diberi sertifikat diantaranya :

1. Sertifikat Manajemen Keselamatan ( Safety Management

Certificate / SMC ) untuk kapal

2. Document Penyesuaian Manjemen Keselamatan (

Document of Compliance / DOC ) untuk perusahaan

Pemberlakuan Manajemen Keselamatan Kapal (ISM Code).

Menurut Sulistijo, 2006, hal 1. IMO mengeluarkan peraturan

baru ISM Code sebagai media untuk menstandarkan “

Management for\ Operation of Ship and Pollution Prevention”

dan menjadi bab IX dari SOLAS 74/78, yaitu “ Management

for the Safe Operation of Ships” .Adapun isi dalam ISM

yang berupa beberapa elemen-elemen, terdiri dari:

1) Umum,

2) Kebijaksanaan keselamatan dan perlindungan lingkungan,

3) Tanggung jawab dan kewenangan perusahaan,

4) Orang yang ditunjuk,

5) Tanggung jawab dan kewenangan nahkoda,

6) Sumber daya dan personal,

85
7) Penyusunan rencana operasi diatas kapal,

8) Kesiapan menghadapi darurat,

9) Laporan dan analisa ketidaksesuaian, kecelakaan dan

kejadian berbahaya,

10)Pemeliharaan kapal dan peralatannya,

11)Dokumentasi,

12)Verifikasi, pemeriksaan dan penilaian ulang dari

perusahaan,

13)Sertifikasi, verifikasi, dan pengawasan,

14)Sertifikasi sementara,

15)Verifikasi, (Sadly, 2019).

Menurut Tim Pusdiklat Perhubungan Laut (2012:2) bahwa

dipicu oleh kejadian tenggelamnya kapal penumpang Ro-Ro

Ferry pada Maret 1987 di Belgia,

Penerapan (IMO) pada

sidang Oktober 2010 menghasilkan resolusi “

yang direvisi terakhir bulan November 1993 dengan judul

“ Penerapan

85
” disingkat

menjadi “ Penerapan ”

dan menjadi lebih terkenal dengan “ ” , selanjutnya

pada bulan Mei 1994 dimasukan ke dalam Konvensi

SOLAS 1974 sebagai bab baru yaitu Chapter IX,

dengan pertimbangan kemudahan untuk efektifitas

penerapannya mengingat bahwa SOLAS sendiri telah

diratifikasi oleh negara-negara anggota IMO termasuk

Indonesia Keppres No.65/1980. Maka secara umum

kedudukan SOLAS termasuk dalam industri

pelayaran dengan sendirinya menjadi hukum positif dan

bersifat , yang artinya merupakan keharusan bagi

setiap negara anggota IMO untuk menerapkan sepenuhnya

semua . Pemberlakuan bagi

kapal berbendera Indonesia diatur dengan Keputusan Direktur

Jenderal Perhubungan Laut Nomor PY.67/1/6-96 tanggal 12

Juli 1996. Ketentuan direvisi tanggal 1 Januari

2002 dan mulai berlaku 1 Juli 2002.

Lasse (2015:166) menjelaskan tentang sebagai

berikut: “ Penerapan

diartikan sebagai peraturan manajemen keselamatan

internasional untuk keamanan maupun keselamatan

pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran yang

85
ditetapkan oleh Dewan Keselamatan Maritim IMO yang masih

dimungkinkan untuk diamandemen. Lengkapnya

sebagaimana petikan dibawah ini” .

Penerapan

penerapan

Mengenai hal ini E.Kosasih dan Hananto.S (2007:175)

menjelaskan , yaitu peraturan mengenai pengaturan

untuk meningkatkan keselamatan di laut dan mencegah

pencemaran di laut. Adapun isi susunan adalah

terdiri dari 16 elemen sebagai berikut:

a. Implementasi

Elemen 1 : Umum;

Elemen 2 : Kebijakan Keselamatan dan Perlindungan

Lingkungan

Elemen 3 : Tanggung Jawab dan Otorita Perusahaan;

85
Elemen 4 : Personel yang Ditunjuk

Elemen 5 : Tanggung Jawab dan Otorita Nakhoda

Elemen 6 : Sumber Daya dan Personel

Elemen 7 : Pengembangan Rancangan untuk

Pengoperasian Kapal;

Elemen 8 : Kesiapan Darurat;

Elemen 9 : Laporan dan Analisa Ketidak-sesuaian,

Kecelakaan dan Kejadian Rawan;

Elemen 10 : Pemeliharaan Kapal dan Perlengkapannya;

Elemen 11 : Dokumentasi;

Elemen 12 : Verifikasi, Tinjau Ulang dan Evaluasi

Perusahaan;

b. Sertifikasi dan Verifikasi

Elemen 13 : Sertifikasi dan Verifikasi Berkala;

Elemen 14 : Sertifikasi Sementara;

Elemen 15 : Verifikasi;

Elemen 16 : Bentuk Sertifikat;

Ketentuan-ketentuan dalam :

3. Umum

Sebuah pendahuluan yang menjelaskan tujuan umum dari

dan sasaran-sasaran yang hendak dicapai.

85
4. Kebijakan mengenai keselamatan dan perlindungan

lingkungan

Perusahaan harus menyatakan secara tertulis

kebijakannya (policy) tentang keselamatan dan

perlindungan lingkungan maritim (kelautan) dan

memastikan bahwa setiap orang dalam perusahaannya

mengetahui dan mematuhinya.

5. Tanggung jawab dan wewenang perusahaan

Perusahaan harus memiliki cukup orang-orang yang

mampu bekerja di atas kapal dengan peranan dan

tanggung jawab yang didefinisikan secara tertulis dengan

jelas (siapa yang bertanggung jawab atas apa).

4 Orang yang ditunjuk sebagai koordinator/penghubung

antara pimpinan perusahaan dan kapal (DPA)

Perusahaan harus menunjuk/mengangkat seseorang atau

lebih di kantor pusat di darat yang bertanggung jawab

untuk memantau dan mengikuti semua kegiatan yang

berhubungan dengan “ Keselamatan” kapal.

5. Tanggung jawab dan wewenang Nakhoda/Master

Nakhoda bertanggung jawab untuk membuat sistem

tersebut berlaku di atas kapal. Ia harus membantu

memberi dorongan / motivasi kepada ABK untuk

melaksanakan sistem tersebut dan memberi mereka

85
instruksi-instruksi yang diperlukan. Nakhoda adalah “ bos”

di atas kapal dan bila dipandang perlu untuk keselamatan

kapal atau awaknya dia dapat melakukan penyimpangan

terhadap semua ketentuan yang dibuat oleh kantor

mengenai “ Keselamatan” dan “ Pencegahan” yang

sudah ada.

6. Sumber daya dan personalia

Perusahaan harus mempekerjakan orang-orang “ yang

tepat” di atas kapal dan di kantor serta memastikan

bahwa mereka semua: Mengetahui tugas-tugas mereka

masing-masing. Menerima instruksi-instruksi tentang cara

melaksanakan tugasnya. Mendapat pelatihan jika perlu.

7. Pengembangan program untuk keperluan operasi-operasi

di atas kapal

Buatlah program mengenai apa yang anda harus

lakukan dan lakukanlah apa yang sudah anda

programkan” . Anda perlu membuat program mengenai

pekerjaan anda di atas kapal dan melakukan pekerjaan

anda sesuai dengan program yang telah dibuat.

8. Kesiapan terhadap keadaan darurat

Anda harus siap untuk hal-hal yang tidak terduga (darurat).

Itu dapat terjadi setiap saat. Perusahaan harus

mengembangkan rencana-rencana untuk menanggapi

85
situasi-situasi darurat di atas kapal dan mempraktikkan

kepada mereka.

9. Laporan-laporan dan analisis mengenai penyimpangan

(non– conformity) kecelakaan-kecelakaan dan

kejadian-kejadian yang membahayakan.

Tidak ada orang atau sistem yang sempurna. Hal yang

baik tentang sistem ini adalah bahwa sistem ini

memberikan kepada anda suatu cara untuk melakukan

koreksi dan memperbaikinya. Jika anda menemukan

sesuatu yang tidak benar (termasuk kecelakaan dan

situasi-situasi yang berbahaya atau juga yang nyaris

terjadi / near miss) laporkan hal itu. Hal-hal yang tidak

benar tersebut akan dianalisis dan keseluruhan sistem

dapat diperbaiki.

10. Pasal 10: Pemeliharaan kapal dan perlengkapannya

Kapal dan perlengkapannya harus dipelihara dan

diusahakan selalu baik dan berfungsi. Anda harus selalu

mentaati semua ketentuan/aturan dan

peraturan-peraturan yang berlaku. Semua

peralatan/perlengkapan yang penting bagi keselamatan

anda harus selalu terpelihara dan diyakinkan akan

berfungsi dengan baik melalui pengujian secara

85
teratur/berkala. Buat /catatan tertulis semua

pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan.

11. Pasal 11: Dokumentasi

Sistem kerja anda (Sistem Manajemen Keselamatan-SMS)

harus dinyatakan secara tertulis (didokumentasikan) dan

dapat dikontrol. Dokumen-dokumen tersebut harus ada di

kantor dan di atas kapal. Anda harus mengontrol semua

pekerjaan administrasi anda yang berkaitan dengan

sistem tersebut (yakni: laporan-laporan tertulis dan

formulir-formulir).

12. Pasal 12: Tinjauan terhadap hasil verifikasi dan evaluasi

perusahaan

Perusahaan harus mempunyai metode-metode untuk

melakukan pemeriksaan internal untuk memastikan

bahwa sistem tersebut berfungsi dan terus meningkat

13. Pasal 13 s/d 16: Sertifikasi, verifikasi dan kontrol

Pemerintah di negara bendera atau

suatu badan/organisasi yang diakui olehnya (RO), akan

mengirimkan auditor-auditor eksternal untuk mengecek

sistem manajemen keselamatan dari perusahaan di

kantor dan di atas kapal-kapalnya. Setelah memastikan

dirinya bahwa sistem tersebut telah berjalan, pemerintah

85
negara bendera kapal akan mengeluarkan

untuk kantor dan

untuk setiap kapalnya.

Berdasarkan pada arti implementasi yang luas ini,

maka penulis menguraikan pada penerapannya sebagai berikut:

a. Kebijakan Keselamatan dan Perlindungan Terhadap

Lingkungan (Elemen 2)

(D.A Lasse, 2015:225)

Perusahaan menyusun dan memastikan prosedur serta

penerapan kebijakan perlindungan terhadap lingkungan

pada kapalnya. Adapun diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Pencegahan tumpahan minyak dan air yang berminyak.

2) Pembuangan sisa minyak dari ruang mesin.

3) Pengolahan minyak atau air berminyak sebelum

dibuang ke laut.

4) Perawatan atau pembuangan sampah beracun.

85
5) Pemilahan dan pembuangan sampah

6) Perawatan dan pembuangan limbah.

Secara sederhana, hal ini dapat dilihat dengan adanya

SOPEP ( ) ataupun OWS

( ) dalam kondisi baik, lengkap dan

terpelihara.

b. Struktur Organisasi (Elemen 4 dan Elemen 5)

Penekanan penting dalam struktur organisasi adalah

bahwa perusahaan harus menunjuk personel darat yang

dikenal dengan DPA .

Sedangkan organisasi kapal dengan adanya komite

85
keselamatan di atas kapal yang dipimpin juga oleh

nakhoda.

c. Personel di atas Kapal (Elemen 5 dan Elemen 6)

penerapan

85
(D.A Lasse, 2015:227)

Secara garis besar, disini perusahaan harus memastikan

bahwa nakhoda memenuhi syarat untuk menjadi pimpinan

kapal, memahami sistem manajemen keselamatan

perusahaan dan mendapatkan dukungan yang diperlukan

agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Oleh

karena itu kapal harus diawaki oleh pelaut yang memenuhi

syarat, bersertifikat dan sehat secara medis serta sesuai

persyaratan nasional maupun internasional.

Perusahaan juga diharuskan menyusun dan memastikan

prosedur familiarisasi untuk personel baru atau personel

yang dipindah-tugaskan ke tugas baru, pelatihan berkala

yang berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan

lingkungan laut.

“ Setiap kapal wajib diawaki oleh Awak Kapal yang

memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai

85
dengan ketentuan nasional dan internasional” Undang

Undang Pelayaran Nomor 17 Tahun 2008.

d. Operasi Keselamatan awak kapal (Elemen 7)

(D.A Lasse, 2015:228)

Prosedur standar operasional di atas kapal yang

diterapkan perusahaan dalam hal navigasi, muatan dan

atau memindahkan minyak dan material lain yang

berbahaya secara aman, tanpa menyebabkan polusi

lingkungan, dengan menggunakan metode yang efisien

dan aman serta memastikan bahwa kegiatan operasinya

tidak menimbulkan bahaya yang tidak perlu terhadap

orang lain, tempat-tempat atau terhadap suatu benda.

e. Perencanaan Kemungkinan yang Mendasar di Darat

(Elemen 8)

Kemungkinan yang dibentuk di darat untuk menanggapi

suatu kejadian utama yang terjadi di atas kapal, dimana

hal tersebut diluar kemampuan personel kapal atau

85
peralatan kapal maka perusahaan harus membuat

Rencana Darurat Kapal yang dimobilisasi Tim Tanggap

Darurat.

Prosedur tanggap darurat yang dijalankan tim perusahaan

di atas mencakup:

1) Anggota tim, nomor kontak, rincian tanggung jawab

dan fungsinya serta organisasi pendukung eksternal

2) Daftar awak kapal dan alamat keluarga dekat yang

bisa dihubungi

3) Checklist keadaan

4) Rincian sistem pendukung dengan bagian

pendukungnya untuk mengatasi sebuah kejadian yang

dapat meluas.

5) Perencanaan tanggap darurat perusahaan

6) Petunjuk untuk berhubungan dengan media

Tim tanggap darurat melakukan simulasi peristiwa yang

berbeda-beda secara teratur minimal sekali dalam

setahun untuk memastikan bahwa semua anggota tim

dapat memberi reaksi cepat dan efisien ketika

berhadapan dengan suatu kejadian nyata.

f. Perencanaan Darurat di atas Kapal (Elemen 8)

85
Dalam suatu kecelakaan yang terjadi, prioritas nakhoda

adalah memastikan keselamatan bagi semua personel

dan mengambil tindakan untuk mencegah meningkatnya

suatu kejadian. Apabila kecelakaan telah mempengaruhi

atau mungkin berakibat pada kegiatan manouver atau

navigasi kapal seperti kandas, kebakaran, tubrukan atau

benturan, kegagalan lambung kapal, keluar jalur

pengendalian anjungan atau suatu tumpahan minyak yang

membutuhkan pembersihan atau ancaman seperti sebuah

tumpahan minyak, maka nakhoda memerintahkan

kegiatan menurut prosedur yang didokumentasikan di

atas kapal dan segera memberitahu seseorang yang

memenuhi syarat dan tim tanggap darurat perusahaan

melalui telefon atau dengan alternatif cara lain yang lebih

cepat.

Sebagai persiapan matang di atas kapal ketika

berhadapan dengan suatu kejadian darurat nyata, maka

harus selalu diadakan latihan keadaan darurat intensif,

dengan tujuan agar setiap personel awak kapal menyadari

tugas mereka pada saat keadaan darurat. Hasil latihan

didokumentasikan dalam pelaporan selanjutnya

disampaikan kepada DPA dan kejadiannya dicatat dalam

dan .

85
“ Perusahaan harus menetapkan program-program untuk

latihan-latihan kesiapan tindakan-tindakan keadaan

darurat” (Tim Pusdiklat Perhubungan Laut, 2012:16).

g. Ketidak-sesuaian dan Tindakan Korektif (Elemen 9)

(D.A Lasse,

2015:228).

Pengamatan terhadap situasi, kekurangan, dimana bukti

sasaran atau tujuan mengindikasikan tidak terpenuhinya

sebuah persyaratan yang ditetapkan dalam sistem dan

telah dijelaskan oleh DPA atau auditor ketika internal dan

eksternal audit dilaksanakan.

h. Pemeliharaan Kapal dan Perlengkapannya (Elemen 10)

85
(D.A Lasse,2015:228)

Program pemeliharaan dalam kerja harian maupun

memastikan bahwa keadaan lambung kapal,

permesinan dan peralatan kapal dirawat sesuai waktunya

dalam keadaan yang memuaskan agar sistem dan aturan

serta peraturan yang ditetapkan dapat diterapkan,

disamping itu juga agar kodifikasi, petunjuk dan standar

yang direkomendasikan oleh Biro Klasifikasi dan

Organisasi Industri Maritim dapat dijalankan.

85
Peralatan yang dimaksud di atas meliputi:

1) Peralatan keselamatan ( )

2) Peralatan kebakaran ( )

3) Peralatan navigasi

4) Kemudi ( )

5) Peralatan

6) Mesin induk dan perlengkapan manouvering

7) Mesin bantu

8) dan perlengkapan elektrik

9) Peralatan

10)Peralatan radio

i. Dokumentasi Manajemen Keselamatan (Elemen 11)

85
(D.A Lasse, 2015:229)

Semua departemen bertanggung jawab pada sistem yang

dioperasikannya. Artinya, masing-masing bertanggung

jawab terhadap isi dari dokumen dan oleh karena itu

diperlukan persiapan, adanya koordinasi dan konfirmasi

yang cukup serta menyediakan dokumentasi yang

berhubungan bagi DPA di darat.

14. KAPAL

Definisi Kapal dalam undang – undang pelayaran no 17

tahun 2008 dijelaskan bahwa Kapal adalah kendaraan air

dengan bentuk dan jenis tertentu,yang di gerakkan dengan

tenaga angin,tenaga mekanik,energi lainnya,ditarik atau

ditunda,termasuk kendaraan yang berdaya

dinamis,kendaraan di bawah permukaan air,serta alat apung

dan bangunan terapung yang tidak berpindah – pindah.

Adapun jenis – jenis kapal ssat ini yang bisa ketahui adalah

sebagai berikut : kapal tanker, kapal roro, kapal feri, kapal

pesiar, kapal cargo, kapal bulk carrier, kapal tongkang, kapal

85
hoppertongkang, kapal angkat berat, kapal floating

production, dan kapal container.

Sejarah kapal sejalan dengan petualangan manusia. Perahu

yang dikenal pertama kali dikenal pada masa Neolitikum,

sekitar 10.000 tahun yang lalu. Kapal-kapal awal ini memiliki

fungsi yang terbatas: mereka dapat bergerak di atas air, tetapi

hanya itu. Terutama digunakan untuk berburu dan memancing.

Kano tertua yang ditemukan arkeolog sering dibuat dari

batang pohon coniferous, menggunakan peralatan batu

sederhana.

1
9
7 8 2
5
4 3
6

Gbr 2.1 Konstruksi bangunan kapal contener MV BALI AYU

a.Bagian-bagian utama kapal :

85
1) Smokestack atau cerobong,
2) Buritan,
3) Propeler dan kemudi,
4) Portside (sebelah kanan dikenal dengan namastarboard),
5) Jangkar,
6) Bulbous bow,
7) Haluan,
8) Geladak,
9) Anjungan
Untuk menentukan arah, pada masa lalu kapal berlayar tidak

jauh dari benua atau daratan. Namun sesuai dengan

perkembangan akhirnya para awak kapal menggunakan

bintang sebagai alat bantu navigasi dengan alat bantu berupa

kompas dan astrolabe serta peta.

Ditemukannya jam pasir oleh orang-orang Arab juga ikut

membantu navigasi ditambah dengan penemuan jam oleh

John Harrison pada abad ke-17. Penemuan telegraf oleh S.F.B

Morse dan radio oleh C. Marconi, terlebih lebih penggunaan

radar dan sonar yang ditemukan pada abad ke 20 membuat

peranan navigator agak tergeser. Satuan kecepatan kapal

dihitung dengan knot di mana 1 knot = 1,85200 km/jam.

Menjelang akhir abad ke-20, navigasi sangat dipermudah oleh

GPS, yang memiliki ketelitian sangat tinggi dengan bantuan

85
satelit.Selain dari itu system komunikasi yang sangat modern

juga menunjang navigasi dengan adanya beberapa macam

peralatan seperti radar type harpa memungkinkan para

navigator / Mualim bisa melihat langsung keadaan kondisi laut.

Radar arpa ini adalah radar modern yang bisa mendeteksi

langsung jarak antara kapal dgn kapal, kapal dengan daratan,

kapal dengan daerah berbahaya, kecepatan kapal, kecepatan

angin dan mempunyai daya akurasi gambar yang jelas. Selain

dari itu ada lagi system Global Maritime Distress safety system

(GMDSS) Suatu system keselamatan pelayaran secara global.

Kalau suatu kapal berada dalam kondisi berbahaya system ini

akan memancarkan berita bahaya yang berisi posisi kapal,

nama kapal, jenis marabahaya, tersebut secara otomatis, cepat,

tepat dan akurat. Untuk system komunikasi lainnya ada

International Maritime Satelite (INMARSAT) Suatu system

pengiriman berita menggunakan E-Mail, Telephone, Telex,

ataupun Faximile

b. Kapal

1) Nakhoda

2 ) Ch Officer

85
3) Ch Enginer

4 ) 2nd officer

5 ) 3rd Officer

6 ) 2nd Eng

7 ) 3rd Eng

8 ) 4th Eng

9 ) Boatswain

10 ) Ab 1

11 ) Ab 2

12 ) AB 3

13 ) Foreman engine

14 ) oiler 1

15 ) Oiler 2

16 ) Oiler 3

17 ) Cook

B. KERANGKA PEMIKIRAN

85
Dalam pelaksanaan suatu manajemen untuk memperlancar

semua perencanaan dilapangan diperlukan teknik yang jitu

sehingga pelaksanaanya dapat terlaksana dengan hasil yang

diinginkan yaitu terciptanya keselamatan kapal dan crew dalam

pelayaran selain itu juga dapat mencegah terjadinya percemaran

terhadap lingkungan sekitarnya dengan penerapan ISM code oleh

semua komponen yang terkait, untuk lebih jelas dapat diuraikan

sebagai berikut :

Latar Belakang Masalah.


1. ISM code belum diterapkan dengan baik oleh crew di kapal.

1. Untuk mencapai Tujuan ISM code yaitu menjamin


keselamatan di laut dalam pengoperasian kapal maupun
pada saat pemeliharaan kapal

1. Untuk menghindari kecelakaan dalam melakasanakan


pekerjaan yang dapat menimbulkan korban jiwa.

Identifikasi Maslah
1.Terjadinya peristiwa kecelakaan – kecelakan kerja oleh crew MV.
Bali Ayu

2. Peralatan perlengkapan kerja di kapal yang tidak sesuai standar


dan ketidak disiplinan crew yang tidak menggunakan
perlengkapan keselamatan kerja di kapal.
85 3.Nakhoda tidak menerapkan ISM code,SMS ( SMK ) di kapal
sebagaimana mestinya
Batasan Masalah

a. Membahas mengenai peralatan keselamatan kerja di kapal yang


tidak sesuai standar EN ISO 2045:2011 atau SNI
b. Membahas mngenai Dampak yang terjadi apabila peralatan
keselamatan kerja yang digunakan di kapal tidak sesuai standar EN
ISO2045:2011 atau SNI
c. Upaya yang dilakukan agar peralatan keselamatan kerja diatas

Rumusan Masalah

a. Adanya beberapa perlengkapan keselamatan kerja yang tidak


sesuai standart
b. Dampak yang terjadi apabila peralatan kerja yang di gunakan
crew tidak sesuai standart EN ISO ataupun SNI
c. Upaya yang dilakukan agar peralatan keselamatan kerja diatas
kapal sesuai dengan standar EN ISO 2045:2011 atau SNI

Pemecahan Masalah

1.Memilih perlengkapan keselamatan kerja yang tidak sesuai


standar dn selanjutnya melaporkan ke perusahaan agar dapat di
ganti dengan yang sesuai standar EN ISO 2045 : 2011 atau paling
tidak Sesuai dengan standar SNI
85 2. Manajemen dari perusahaan dalam hal ini dari team DPA aktif

memberikan circular – circular tentang pentingnya keselamatan


khususnya pada saat crew melaksanakan kerja haria di kapal
dimana circular – circular tersebut dapat membantu crew untuk
Dengan Menerapkan Ism code , kecelakaan saat bekerja
di kapal MV BALI AYU dapat dihindari.

85
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

Untuk memenuhi kebutuhan transportasi laut tersebut perusahaan

pelayaran tidak cukup dengan menyediakan kapal-kapal dalam

jumlah banyak, tetapi kapal-kapal harus merupakan armada yang

tangguh yang di lengkapi dengan tenaga-tenaga pelaut potensial.

Terampil dan bertanggung jawab dalam upaya pencegahan

kecelakaan pada saat melaksanakan perawatan dan perbaikan

mesin pembangkit tenaga listrik di atas kapal untuk menunjang

kelancaran operasional kapal, tentunya hal ini tidak terlepas dari

peran ABK Mesin dan Deck dalam mengadakan upaya

pencegahan kecelakaan pada saat melaksanakan pemeliharaan,

perawatan serta perbaikan di atas kapal.

Hal ini diharapkan dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja yang

dapat timbul pada saat upaya pencegahan kecelakaan kerja

dalam melaksanakan perawatan dan perbaikan di atas kapal MV.

85
Bali Ayu. ABK Mesin dituntut memiliki pengalaman, pengetahuan

dan disiplin yang tinggi untuk mencegah terjadinya risiko

kecelakaan pada saat mengadakan perawatan dan perbaikan di

atas kapal.

Peristiwa ini terjadi dimana seorang ABK kamar mesin di kapal

MV. Bali Ayu terluka karena tergencet pada saat mau

memindahkan dari atas deck kapal ke dermaga berlian Surabaya

Pada saat di angkat pakai darat tiba-tiba

mengayun dan mengenai tubuh seorang ABK hingga ia terjatuh di

dek kapal, hingga ABK terluka berat dan perlu perawatan

di rumah sakit.

Waktu penelitian pada bulan october tahun 2022. Ketika penulis

bertugas sebagai Nakhoda di atas kapal MV. Bali Ayu. Tempat

penelitian dilakukan secara langsung .

Berdasarkan pengalaman maupun pengamatan yang penulis alami

di kapal MV. Bali Ayu pada PT. SPIL dengan sistem pelayaran jarak

pendek yang selalu beroperasi secara terus-menerus sehinggga

perawatan akan alat-alat keselamatan di atas kapal sering

terabaikan

Selain itu Masinis bekerja di atas kapal tidak semudah yang di

bayangkan, karena sifat pekerjaan yang memerlukan perhitungan

yang matang dan kerja yang cekatan di atas kapal. Seorang

85
masinis memiliki keterampilan di dalam pengoperasian mesin

kapal, terutama yang berpengalaman sesuai dengan profesi di

atas kapal. Kemahiran yang di miliki oleh seseorang masinis dapat

mempengaruhi kondisi kapal dalam keadaan prima. Di dalam

pengoperasian di atas kapal seorang masinis mempunyai tugas

yaitu :

1. Melaksanakan perawatan dan perbaikan motor penggerak

2. Bertanggung jawab kepada Kepala Kamar Mesin

3. Merangkap kepala kerja Departemen mesin

4. Melakukan tugas pekerjaan sesuai jadwal dan pemeliharaan

terencana.

Seorang masinis harus familiar dalam mengoperasikan semua alat-

alat atau peralatan kerja yang ada di atas kapal tunda secara tepat

guna. Pada waktu kapal sedang berlayar atau sedang beroperasi

ada beberapa permasalahan-permasalahan yang mengkibatkan

sering terjadinya kendala-kendala yang mengakibatkan

terhambatnya pengoperasian dari kapal.

Pada saat penulis berada di atas kapal terjadi kasus kecelakaan di

atas disebabkan oleh karena pekerjaan yang dilaksanakan oleh

Anak Buah Kapal belum sepenuhnya memahami pentingnya

keselamatan kerja di atas kapal. Sebagian dari Anak Buah

85
Kapal (ABK) tersebut kurang memahami keselamatan kerja di

atas kapal yang menuntut keterampilan terhadap tugas yang

diberikan kepadanya. Untuk itu ABK harus mengetahui dan

memahami penyebab-penyebab kecelakaan kerja sehingga dapat

mencegahnya. Dalam melaksanakan pekerjaan Anak Buah Kapal

bagian mesin terlihat kurang melaksanakan keselamatan kerja,

karena belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan

dan keselamatannya. Tindakan manusia sebagai penyebab

terbesar terjadinya kecelakaan, serta pencegahan kecelakaan kerja

yang ada hubungannya dengan keselamatan kerja di atas kapal.

Selain dari pada itu, mereka hanya mementingkan selesainya

pekerjaan, sehingga faktor keselamatan kurang di perhatikan.

Beberapa contoh terjadi kecelakaan kerja dalam kurun waktu 6

(enam) bulan disebabkan :

1. Masinis II mengalami kecelakaan kerja pada jari kaki kirinya

hampir putus akibat tertimpa (takal) karena saat

memindahkan ke store mesin yang bersangkutan

tidak menggunakan sepatu pengaman.

2. Anak Buah Kapal mengalami pembengkakan pada kaki

kanannya dan kepalanya terluka yang diakibatkan terpeleset di

tangga pada saat masuk kekamar mesin karena tidak memakai

helm pengaman dan sepatu pengaman.

85
3. Juru mudi (ABK) mengaiami kecelakaan pada punggngnya

sehingga membuat terluka memar yang diakibatkan karena

terkena sabetan (wire) cargo hook crane barge pada saat

kegiatan membantu membantu membongkar container yang

berada ditier 82.

Di Pelabuhan yang mana jam kerja motor diesel Bantu nomor II

sudah mencapai jam kerja untuk overhaul setelah diadakan

persiapan seadanya untuk mengangkat bagian-bagian dari motor

Bantu pada saat diangkat dari kedudukannya

tiba-tiba terlepas dibawahnya Setelah dianalisa apa yang

mengakibatkan ternyata Anak Buah Kapal Mesin tersebut tidak

memakai sarung tangan dan memakai sandal pada waktu

mengangkat. Dari kejadian di atas apa yang dikerjakan oleh Anak

Buah Kapal Mesin dan deck dalam persiapan pekerjaan tidak

memperhatikan keselamatan kerja Anak Buah Kapal hanya

mementingkan cepat selesainya pekerjaan tapi tidak memikirkan

keselamatannya.

Keadaan peralatan-peralatan kerja dan bagian-bagian dari mesin

yang sudah dibuka tidak disimpan ditempat yang aman, sehingga

menghalangi ruang gerak bagi Anak Buah Kapal dalam

melaksanakan pekerjaan, serta lantai kamar mesin kotor dan licin,

disebabkan oleh tetesan-tetesan oli dari bagian-bagian mesin yang

85
dibongkar, yang mana setiap saat dapat menimbulkan terjadinya

suatu kecelakaan bagi Anak Buah Kapal. Hal ini terjadi

dikarenakan :

1. Ventilasi Kurang Berfungsi : Salah satu ventilasi dikamar mesin

dalam keadaan rusak mengakibatkan suhu dikamar mesin

tidak sirkulasi, udara kurang normal dapat menimbulkan

turunnya stamina ABK tersebut.

2. Tingkat kebisingan dan getaran di atas batas normal :

Kebisingan dan getaran dari motor bantu dan motor induk

disebabkan karena kurangnya perawatan di atas kapal. Yang

dapat mempengaruhi konsetrasi, memicunya keletihan mental

dan menurunnya moral kerja.

3. Perlengkapan keselamatan kerja : Perlengkapan keselamatan

kerja (alat pelindung diri) yang di oleh perusahaan untuk

Anak Buah Kapal hanya helm dan sarung tangan yang

seharusnya:

a. Baju kerja ( )

b. Sepatu pengaman ( )

c. Topi pengaman ( )

d. Sumbat telinga ( )

e. Sarung tangan, dan

85
f. Kaca mata

Dan sering didapati para pekerja tidak memakainya, karena merasa

terganggu dengan menggunakan alat pelindung diri dalam

melaksanakan suatu pekerjaan walaupun hal ini dapat berakibat

mungkin terjadinya kecelakaan pada organ-organ tubuhnya

B. ANALISIS DATA

Dari rumusan masalah yang penulis uraikan pada bab diatas

maka penulis menganalisis data dengan mencari penyebab

permasalahan untuk menemukan pemecahannya diantaranya

yaitu :

1. Alat Keselamatan Kerja Yang Tidak Memenuhi Standart

Sesuai pengalaman penulis saat bertugas diatas kapal MV

BALI AYU yang telah menemukan beberapa peralatan

keselamatan kerja yang tidak sesuai standart adalah sebagai

berikut :

a. Safety Shoes

Hasil pengamatan penulis saat memperhatikan kondisi safety

shoes yang digunakan oleh crew,ternyata kwalitas nya kurang

85
bagus atau belum sesuai standart,karena safety shoes tersebut

ketika digunakan pada lantai yang berminyak crew terlicin

karena kondisi tapak sepatu bukan yang tahan terhadap minyak

sehingga seharusnya sepatu tersebut memiliki

bahan anti slip terhadap minyak.

Standart safety shoes yang baik hendaknya haruslah sesuai

dengan ketentuan

ketentuan dari EN.ISO.20345 : 2011 adalah semua sepatu

safety shoes sekarang harus mampu melindungi ujung jari kaki

dari benturan 200 joule yang artinya besar kekuatan yang

mampu ditahan sepatu di bagian ujung jari kaki sebelum putus.

b. Sarung tangan

Untuk pekerjaan Panas atau pengelasan diatas kapal , penulis

mengamati sarung tangan yang digunakan oleh mandor tidak

85
sesuai standart,hal ini disebabkan kurangnya kesadaran

mandor sebagai operator dalam pengelasan bahwa jenis

sarung tangan yang terbuat dari kaos berbahan katun tersebut

seharusnya bukan untuk pekerjaan panas, namun ada kalanya

hal tersebut diabaikan karena tidak ingin merepotkan dirinya

untuk mencari sarung tangan yang sudah sesuai standart yang

aman di gunakan saat melakukan pengelasan,dimana sarung

tangan tersebut sudah tahan terhadap panas api,tahan

terhadap percikan api dan anti electric strom,sedangkan sarung

tangan dari bahan kaos katun tidaklah aman dari panas

api,percikan api dan electric strom .

Pada saat crew melaksanakan pekerjaan harian penulis juga

menemukan masih adanya crew yang bekerja diatas kapal

tidak menggunakan alat pelindung kepala ( ) yang

sesuai standart hal ini dikarenakan kurangnya jumlah safety

helmet diatas kapal,dan juga ada beberapa dari safety helmet

diatas kapal yang sudah rusak dan belum mendapatkan

penggantian peralatan keselamatn pelindung kepala dari

perusahaan.

. Selain itu kecelakaan kerja umumnya akibat kurangnya standar

85
pengamanan untuk para pekerja. Umumnya, sepaerti halnya

juga pada saat kapal dock dimana perusahaan mengambil jasa

kerja dari subkontraktor melalui tenaga alih daya. Pekerja

‘ harus melengkapi keselamatan kerja sendiri.

Perusahaan ‘ tidak mau menyiapkannya.

Akibatnya, pekerja menggunakan perlengkapan keselamatan

yang tidak sesuai standar, mengingat harga sepatu, baju, helm

dan kaca mata terbilang relatif mahal. Hal itu berbeda dengan

karyawan langsung dari perusahaan kapal. Umumnya, seluruh

perlengkapan keselamatan sudah disiapkan oleh perusahaan

namun namun terkadang dikarenakan biaya yang dikeluarkan

begitu besar maka sering sekali peralatan keselamatan kerja

yang di berikan oleh perusahaan kwalitasnya tidak sesuai

standart karena harga lebih murah.

2. Dampak yang terjadi apabila peralatan keselamatan kerja

diatas kapal tidak sesuai standart.

a. Bagi crew

Hal ini tentunya sangat membahayakan bagi keselamatan crew

itu sendiri dimana kecelakaan dapat menyebabkan cacat

sementara,permanent yang membuat crew tersebut tidak

dapat lagi bekerja diatas kapal,kecelakaan kerja yang

85
diakibatkan oleh peralatan keselamatan yang tidak sesuai

standart juga dapat menimbulkan kematian contohnya ketika

crew terjatuh dideck dimana kepala bagian belakang bisa saja

membentur benda keras dimana hal ini sangat fatal karena

dapat merenggut nyawa crew itu sendiri.

Berdasrkan pengalaman penulis yang didapatkan

dikapal,peristiwa tanggal 22 october 2022 saat kapal akan

sandar kanan di pelabuhan Pulau Bay bengkulu dimana saat

itu sedang hujan seorang juru mudi tergelincir di

menyebabkan crew terjatuh dan bagian pinggang nya

mengenai bolder sehingga mengakibatkan pembengkakan

pada bagian tulang ekor.

Kecelakaan kerja tersebut terjadi karena crew tersebut

menggunakan safety shoes yang tidak sesuai

standart,seharusnya safety shoes yang digunakan saat dalam

keadaan hujan adalah sepatu yang memiliki anti slip pada

kondisi lantai basah yaitu sepatu boots berbahan

karet,sehingga crew tidak mudah terlicin saat bekerja dalam

kondisi hujan.

b. Bagi perusahaan

85
Kecelakaan kerja tanggal 22 october 2022 yang menimpa

seorang Juru mudi tersebut membuat perusahaan harus

menghubungi perwakilan di bengkulu untuk membawa crew

tersebut ke rumah sakit,dan mencari pengganti juru mudi untuk

dapat bertugas menggantikan crew yang mengalami

kecelakaan kerja.

Hal ini tentunya membuat perusahaan mengeluarkan biaya

perawatan dan biaya pengiriman crew pengganti ke

bengkulu,belum termasuk terkendalanya beberapa opersional

kapal seperti menghentikan sementara kegiatan

bongkar,karena crew saat itu lebih fokus untuk menyelamat kan

crew,sehingga crew yang bertgas membuka lashing container

menjadi tertunda melaksakannya.

3. Upaya yang dilakuan agar peralatan keselamatan kerja yang

dipakai crew diatas kapal sesuai standart.

Check kondisi peralatan keselamatan kerja dengan

baik,pastikan bahwa peralatan tersebut masih laik untuk

digunakan bila perlu pastikan peralatan tersebut sudah

sesuai dengan

b. Menginventarisir segala peralatan perlengkapan

85
keselamatan kerja yang ada dikapal dengan memisahkan

peralatan yang sudah rusak atau sudah tidak sesuai

standart lagi,sehingga tidak memungkinkan bagi crew untuk

menggunakannya lagi.

c. Membuat permintaan penggantian peralatan keselamatan

kerja kepada management dengan melampirkan kronologi

kecelakaan kerja sehingga menjadi pertimbangan untuk

pengadaan peralatan keselamtan kerja yang lebih baik lagi

seprti contoh pada permintaan

d. Melakukan pelatihan,familirisasi dan pengawasan terhadap

penggunaan peralatan keselamatan kerja dengan baik dan

benar sesuai standart pemakaian.

C. PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan analisis data yang telah membahas penyebab

permasalahan, maka penulis mencari pemecahan sebagai berikut :

1. Masalah atas Alat Keselamatan Kerja Yang Tidak Memenuhi

85
Standar

Pemecahannya adalah :

Kepala departement dan dalam hal ini sebagai

penanggung jawab saat anak buah nya bekerja di

departementnya masing – masing berkewajiban untuk :

a. Melakukan pengechekan terhadap kondisi peralatan

keselamatan kerja diatas kapal dengan baik dan routine .

b. Mengumpulkan atau menginventarisir peralatan

keselamatan kerja diatas kapal yang sudah tidak laik

pakai,dan selanjutnya melaporkannya kepada Nakhoda.

c. Membuat laporan perihal kondisi peralatan keselamatan

kerja diatas kapal yang sudah tidak sesuai standart,mulai

dari kwalitasnya,masa expirenya,dan tingkat kerusakannya.

d. Membuat riskassesment terlebih dahulu sebelum

melaksanakan pekerjaan di anjungan

bersama seluruh team yang akan melaksanakan pekerjaan

yang dipimpin

langsung oleh Nakhoda,sehingga Nakhoda juga dapat

mengevaluasi laporan setiap pekerjaan di deck atau di

engine room yang terkait dengan peralatan keselamatan

kerja yang akan dipersiapkan atau digunakan.

85
2. Dampak yang terjadi apabila peralatan keselamatan kerja

diatas kapal tidak sesuai standart :

a. Crew dapat mengalami cedera seperti : jatuh,terlicin,patah

tulang dan bahkan dapat merenggut nyawa.

b. Pekerjaan sebagai pelaut menjadi terhenti atau tidak dapat

bekerja di kapal lagi karena dampak kecelakaan yang

terjadi menyebabkan cacat permanent .

c. Kegiatan opersaional kapal menjadi tertunda,pengeluaran

biaya untuk perawatan medis atau pun biaya untuk

pengiriman crew pengganti.

3. Upaya yang dilakukan agar peralatan keselamatan kerja yang

dipakai crew diatas kapal sesuai standart.

a. Memasukkan materi masalah peralatan keselamatan kerja

diatas kapal untuk pembahasan dalam rapat safety

meeting yang dilaksanakan di atas kapal sesuai evaluasi

yang sudah dilakukan untuk selanjutnya akan ditingkatkan

lagi pembahasannya bersama team management seperti

pembicaraan dengan Port Captain,Manager Nautika atau

dengan staf DPA,agar peralatan keselamatan kerja yang

85
tidak sesuai standart tersebut dapat di evaluasi kembali

lagi oleh divisi armada.

b. Mencari data – data perihal standart perlengkapan

peralaatan keselamatan kerja diatas kapal seperti sfety

shoes,mantel hujan,safety helmet,safety belt,gas

detector,masker oxygent dan sebagainya melalui buku –

buku perlengkapan keselamatan kerja di kapal sebagai

referensi untuk pihak perusahaan sehingga perlengkapan

keselamatan dikapal dapat disupply sesuai standart.

c. Tidak menggunakan lagi peralatan keselamatan kerja yang

sudah rusak agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja saat

digunakan.

85
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari penyebab masalah dan pemecahan masalah yang penulis

uraikan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Alat keselamatan kerja yang tidak memenuhi standar hal ini

dikarenakan pemilihan peralatan keselamatan kerja yang harga

murah ternyata membahayakan saat digunakan karena

kurangnya kwalitas peralatan, dan juga rendahnya

pengetahuan tentang peraturan dan prosedur penggunaan

alat keselamatan kerja yang baik dan benar

2. Dampak yang ditimbulkan ketika peralatan keselamatan kerja

yang tidak standart digunakan membuat patah tulang,luka

bakar,bahkan dapat merenggut nyawa.

3. Upaya yang dilakukan dengan cara mengevaluasi setiap

kecelakaan kerja yang disebabkan peralatan keselamatan kerja

yang tidak berkualitas atau tidak sesuai standart sehingga top

management di kapal dapat duduk bersama team armada

85
diperusahaan untuk melaporkan hasil evaluasi sehingga

kedepannya dapat di pertimbangkan kembali untuk menyuplai

peralatan keselamatan kerja yang sesuai standart.

85
B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas,maka untuk meningkatkan

keselamatan kerja dan untuk mencegah kecelakaan kerja di kapal

dapat disarankan sebagai berikut :

1. Sebelum bekerja,usahakan diadakan pertemuan singkat (

sesuai aturan yang berlaku diatas kapal,yang

mengacu pada sistem manajement keselamatan perusahaan dan

kapal.

2. Usahakan diadakan pertemuan ( ) dan latihan –

latihan keselamatan secara berkala sesuai jadwal.Agar para ABK

mengerti cara penggunaan alat – alat keselamatan,tahu letaknya

dan memahami fungsi dari alat tersebut.

3. Sesuai aturan dalam ISM Code elemen 6 dan 3 disarankan

perusahaan harus membuat prosedure untuk menjamin setiap

personil baru dan personil yang dipindah tugaskan ke bagian baru

harus di berikan pengenalan tentang tugas – tugasnya yang

baru.Untuk menunjang keselamatan kerja diatas kapal,disaran kan

kepada perusahaan untuk mengirim alat – alat keselamatan kerja

yang sesuai dengan standart internasional.Seluruh ABK harus

disiplin,terampil dan merawat alat – alat keselamatan kerja diatas

kapal.

85
DAFTAR PUSTAKA

A. Utoyo Hadi (2007) Peresepsi Masyarakat Pelayaran Dalam

Penerapan ISM Code Bagi Keselamatan Pelayaran Dan

Perlindungan Lingkungan Laut” .

Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (2015) Manajemen

Keselamatan dan kesehatan kerja, Jakarta : PT.Sapdodadi.

E. Kosasih dan Hananto.S (2007) Manajemen perusahaan

pelayaran: suatu pendekatan praktis dalam bidang usaha

pelayaran-Ed. 1-1-. Jakarta: PT RajaGrafindo

Kurniawan, (2018) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja. Rosdakarya.

Lasse (2015) Manajemen Bisnis Transportasi Laut, Carter dan

Klaim. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Megginson,(2000). Small Business. Management: An

Entrepreneur's Guidebook. Third Ed. Irwin McGraw-Hill.

Riant Nugroho (2010) Kebijakan Publik di Negara-Negara

Berkembang. Yogyakarta, Pustaka. Pelajar

S Badudu dan Sutan Mohammad Zain (2012) Kamus Umum

Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Sadly, (2019). nteraksi dan Motivasi. Belajar Mengajar. Jakarta:

Bina. Aksara

Susetyo Nugroho (2003) “ Penerapan ISM Code” .

Sutedjo, (2002) Manajemen. Jakarta

85
LAMPIRAN 1. SHIPS PARTICULAR

85
LAMPIRAN 2. CREW LIST

85
LAMPIRAN 3. PERLENGKAPAN NAVIGASI

85
LAMPIRAN 4. PERLENGKAPAN KESELAMATAN

85
85
LAMPIRAN 5. PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA DI KAPAL

85
LAMPIRAN 6. KM BALI AYU

85
LAMPIRAN 7. CREW BEKERJA MELAKUAN GREASING PADA
PROVISION DAVIT DENGAN MENGGUNAKAN
PERALATAN KESELAMATAN KERJA YANG
LENGKAP. SAFETY HELMET, BAJU WAREPACK,
SARUNG TANGAN, SAFETY SHOE

85
LAMPIRAN 8. CONTOH CREW YANG TIDAK MENGGUNAKAN
PERALATAN ATAUPUN PERLENGKAPAN
KESELAMATAN KERJA DIATAS KAPAL

85
LAMPIRAN 9. LAPORAN INSPECTION KESELAMATAN KAPAL

85
85
85
85
85
85
LAMPIRAN 10. CATATAN TRAINING CREW

85
85
85
85
LAMPIRAN 11. CATATAN SERAH TERIMA AWAK KAPAL

85
85
LAMPIRAN 12. PMS CAPT SATURDAY ROUTINE

85
LAMPIRAN 13. RISK ASSESMENT

85
LAMPIRAN 14. LAPORAN SERAH TERIMA KAPAL

85
LAMPIRAN 15. BERLABUH JANGKAR

85
85

Anda mungkin juga menyukai