PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
KOMANG SUASTIKA YASA
D321 15 016
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melihat kondisi saat ini sudah begitu banyak bangunan pantai yang
telah dibangun di seluruh wilayah Indonesia seperti bangunan pemecah
gelombang, dinding pantai, groin dan lain-lain. Setiap bangunan memiliki
fungsi masing-masing seperti halnya bangunan pemecah gelombang
merupakan salah satu bangunan pantai yang berfungsi memecah energi
gelombang dengan maksud untuk melindungi pantai atau memperoleh
kondisi perairan yang tenang.
Selama ini bangunan pelindung pantai yang akan digunakan atau dibuat
untuk melindungi sebuah area pantai diujicoba di laboratorium agar dapat
diketahui kemampuannya dalam melindungi area dibelakangnya sebelum
dibangun dilokasi. Ujicoba tersebut biasanya dilakukan di laboratorium
teknik pantai dalam hal ini model dari struktur tersebut dibuat dengan skala
1
yang lebih kecil. Setelah model dibuat maka selanjutnya model diletakkan
dalam flume tank atau web basin dan pengujianpun dilakukan. Parameter
lingkungan yang digunakan dalam pengujian berdasarkan lokasi dimana
struktur tersebut akan dipasang.
Pada penelitian tugas akhir ini efektifitas dari struktur pelindung pantai
dalam melindungi area dibelakangnya akan kami ujicoba dengan
menggunakan metode pemodelan berdasarkan pengambilan ukuran dari
bangunan yang sudah terbangun. Dalam menyelesaikan penelitian ini kami
menggunaan bantuan perangkat lunak yang dikembangkan oleh (Nakamura
and Ono, 1990). Parameter efektifitaas bangunan pelindung pantai yang
digunakan dalam pengukuran ini adalah rasio tinggi gelombang (wave height
ratio). Rasio tinggi gelombang merupakan salah satu parameter yang dapat
digunakan untuk mengukur efektifitas kerja dari sebuah bangunan pelindung
pantai yang telah dibangun terhadap kemampuannya dalam melindungi area
dibelakang dari bangunan pelindung pantai itu sendiri. Semakin rendah rasio
tinggi gelombangnya berarti makin bagus bangunan pelindung pantai itu
bekerja mengurangi tinggi gelombang datang. Metode ini dapat digunakan
untuk menguji bangunan pelindung pantai yang telah terpasang dilokasi
dimana sebelumnya belum sempat diujicoba dalam skala laboratorium.
Bangunan yang akan diteliti pada penelitian tugas akhir ini adalah
bangunan pemecah gelombang yang ada di depan Pelabuhan Indonesia IV
Makassar. Efektifitas dari bangunan pemecah gelombang ini dalam
melindungi area pelabuhan akan di simulasikan menggunakan perangkat
lunak yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan fenomena difraksi dan
refraksi gelombang yang disebabkan oleh variasi kedalaman air (Sawaragi,
1995). Dan untuk melengkapi pengujian ini dibutuhkan beberapa data-data
penunjang dari lapangan seperti gambar dari bangunan pemecah gelombang,
kedalaman air, arah gelombang dan lain-lain (Kim, 2015).
2
1.2 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan
3
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai kerangka acuan yang berisi tentang teori singkat
yang digunakan dalam menyelesaikan dan membahas
permasalahan penelitian.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Meliputi sumber data, lokasi dan waktu pengambilan data, jenis
data (data sekunder), metode pengolahan data dan diagram alur
penelitian.
BAB 5 PENUTUP
Berisi kesimpulan akhir penelitian dan saran pengembangan
4
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Umum
5
3.2 Gelombang
H
η= cos ( kx−ωt )
2
6
H
η0 ( x , y , t ) = cos ( k k x +k y y−ωt ) (1)
2
Kecepatan potensial gelombang disimbolkan Φ 0 yang di definisikan
seperti pada persamaan berikut,
−igH cosh k (h+ z)
Φ 0 ( x , y , z , t )=Real [ 2ω cosh kh
exp ⟨ i ( k x x + k y y −ωt ) ⟩ ]
(2)
igH cosh k n ( hn + z )
❑
¿− × ∫ f n ( X ,Y ) G ( x , y ; X ,Y ) dC ( X ,Y ) . exp (−iωt )
2 ω cosh ( k n hn ) S +M n+M Fn −1 Rn
(3)
|φ 0 ( x , y ) + φS (x , y)|
K D ( x , y )= (daerah perairan I)
|φ0 ( x , y)|
(4)
|φ S (x , y )|
K D ( x , y )= (daerah perairan lain) (5)
|φ0 (x , y )|
7
P H ( x , y ) =arg [ φ0 ( x , y ) +φ s ( x , y ) ] (daerah perairan I) (6)
3.3.1 Groin
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif
tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja,
beton (pipa beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus
pantai sehingga pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada
“downcurrent side” terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang
berlanjut .
Selain tipe lurus seperti yang ada pada gambar ada juga groin tipe L dan
tipe T, yang kesemuanya dibangun berdasarkan kebutuhan.
3.3.2 Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi
muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh
sedimen pantai. Pada penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran,
pengendapan dimuara dapat mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan
tersebut jetty harus panjang sampai ujungnya berada di luar sedimen
sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhedap pembentukan endapan
tersebut. Pasir yang melintas didepan muara geelombang pecah. Dengan
jetty panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat tertahan dan pada
8
alur pelayaran kondisi gelombang tidak pecah, sehingga memungkinkan
kapal masuk kemuara sungai.
9
berbeloknya muara sungai dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang
telah ditetapkan untuk bisa mengerosi endapan, sehingga apada awal musim
penghujan di mana debit besar (banjir) belum terjadi, muara sungai telah
terbuka.
Selain ketiga tipe jetty tersebut, dapat pula dibuat bangunan yang
ditempatkan pada kedua sisi atau hanya satusisi tebing muara yang tidak
menjorok kelaut. Bangunan ini sama sekali tidak mencegah terjadinya
endapan dimuara, fungsi bangunan ini sama dengan jetty pendek, yaitu
mencegah berbeloknya muara sungai degan mengkonsentrasikan aliran
untuk mengerosi endapan.
3.3.3 Breakwater
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis
pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk
perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi
gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang
bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang
pantai.
10
sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka
tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas
pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan
yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh
celah.
11
3.3.4 Seawall
Seawall hampir serupa dengn revetment (stuktur pelindung pantai yang
dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring), yaitu dibuat
sejajar pantai tapi seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung.
Seawall juga dapat dikatakan sebagai dinding banjir yang berfungsi sebagai
pelindung/penahan terhadap kekuatan gelombang. Seawall pada umumnya
dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu
atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi gelombang, tetapi
gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali
dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.
12
3.3.6 Beach Nourishment
Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk
memindahkan sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi,
sehingga menjaga pantai tetap stabil.
Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau
terdapat kekurangan suplai pasir. Stabilitasi [antai dapat dilakukan dengan
penambahan suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi
terjadi secara terus menerus , maka suplai pasir harus dilakukan secara
berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir . Untuk pantai yang
cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian kurang
efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sis
lain dari pantai.
13
approach). Salah satu contoh misalnya adalah bangunan pemecah
gelombang (breakwater) yang semula ambangnya selalu terletak di atas
muka air laut, kini diturunkan elevasinya hingga terletak dibawah muka air
laut.
14
hasil analisis ini juga akan menjadi bahan masukan atau rekomendasi
kepada pihak terkait jika dianggap ada hal yang perlu untuk diperbaiki.
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar di
Jl. Nusantara, Butung Kecamatan Wajo kota Makassar Provinsi Sulawesi
Selatan.Secara geografis terletak pada koordinat 05°07‟25”LS dan
119°22‟20’’BT di lokasi telah ada bangunan pelindung pantai baik yang
dibangun oleh pengelola pelabuhan maupun yang terbentuk secara natural
yaitu berupa pulau-pulau kecil. Peta lokasi yang ditampilkan pada gambar
yang diperoleh dari google earth. Peta ini tentu saja bukan data terbaru dari
lokasi penelitian yang sebenarnya. Oleh karena itu maka dalam penelitian
nanti akan dilakukan pengambilan data gambar terbaru dengan
menggunakan kamera yang diterbangkan bersama drone.
15
4.3 Kerangka Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data:
Data Bangunan Pemecah Gelombang
Data Lingkungan
Kesimpulan
Selesai
16
4.4 Jadwal Penelitian
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian untuk tahun pertama
Tahun ke-1
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Survey literature
2 Survey awal
3 Pengambilan data
4 Pengambilan gambar 2D
5 Analisa hasil data
6 Seminar dan Pelaporan
17
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hinrichsen, D. (1998). Coastal Waters of the World: Trends, Threats, and
Strategies. Washington, D.C. Island Press.
[4] Young C. Kim (2015). Design of Coastal Structures and Sea Defenses, Series
on Coastal and Ocean Engineering Practice -Vol. 2, World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd.
[6] Yoshimi Goda. (2000). Random Seas and Design of Maritime Structure,
Advanced Series on Ocean Engineering-Vol. 15, World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd.
[7] Robert G. Dean, Robert A. Dalrymple. (1991). Water Wave Mechanics for
Engineers and Scientists, World Scientific Publishing Company
[8] Kim, S.D and Lee, H.J. (2010). Boundary element modelling of wave
diffraction by interaction with wave-offshore structure and dredged region.
Polish Maritime Research. 17. Hal. 67-71.
18
[11] https://syahrin88.wordpress.com/2010/09/09/bangunan-pelindung-pantai/
diakses pada Selasa 9 Juni 2020
19