Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ANALISA KERJA PEMECAH GELOMBANG DALAM MEREDUKSI


TINGGI GELOMBANG DI PELABUHAN SOEKARNO HATTA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:
KOMANG SUASTIKA YASA
D321 15 016

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii


BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Batasan Masalah......................................................................................3
1.4 Tujuan......................................................................................................3
1.5 Manfaat/ Kegunaan Penelitian...............................................................3
1.6 Sistematika Penulisan.............................................................................3
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
3.1 Umum........................................................................................................5
3.2 Gelombang................................................................................................6
3.3 Bangunan Pelindung Pantai...................................................................8
3.3.1 Groin..........................................................................................8
3.3.2 Jetty............................................................................................8
3.3.3 Breakwater..............................................................................10
3.3.4 Seawall.....................................................................................11
3.3.5 Artificial Headland.................................................................12
3.3.6 Beach Nourishment................................................................12
3.3.7 Terumbu Buatan.....................................................................13
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN............................................................14
4.1 Tahapan penelitian................................................................................14
4.2 Lokasi Penelitian...................................................................................15
4.3 Kerangka Penelitian..............................................................................16
4.4 Jadwal Penelitian...................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melihat kondisi saat ini sudah begitu banyak bangunan pantai yang
telah dibangun di seluruh wilayah Indonesia seperti bangunan pemecah
gelombang, dinding pantai, groin dan lain-lain. Setiap bangunan memiliki
fungsi masing-masing seperti halnya bangunan pemecah gelombang
merupakan salah satu bangunan pantai yang berfungsi memecah energi
gelombang dengan maksud untuk melindungi pantai atau memperoleh
kondisi perairan yang tenang.

Agar memperoleh perairan yang tenang maka diperlukan pembangunan


bangunan pemecah gelombang, pembangunan ini dilakukan agar daerah
pantai yang ada di belakang bangunan terlindungi dari serangan gelombang
sehingga bangunan yang berada di pantai tetap aman begitupun dengan pantai
itu sendiri. Dan pada daerah pelabuhan, pemecah gelombang berfungsi
sebagai jalan keluar-masuknya kapal ke pelabuhan tersebut. Dengan adanya
pemecah gelombang ini, daerah perairan pelabuhan menjadi tenang dan kapal
bisa melakukan aktifitasnya dengan mudah. Menurut Hinrichsen (1998),
sekitar 50% tingkat kepadatan penduduk dan intensitas pembangunan industri
berada di area pantai. Dengan demikian upaya dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat dalam rangka melindungi wilayah pantai dari serangan
gelombang adalah dengan membangun bangunan pelindung pantai. Seperti
halnya bangunan pemecah gelombang yang ada di depan pelabuhan Soekarno
Hatta Makassar. Bangunan pemecah gelombang ini berguna untuk
melindungi pelabuhan Soekarno Hatta Makassar dari serangan gelombang
sehingga aktifitas bongkar muat yang ada di pelabuhan tersebut tetap dapat
berjalan meskipun gelombang tinggi menerjang kawasan pelabuhan.

Selama ini bangunan pelindung pantai yang akan digunakan atau dibuat
untuk melindungi sebuah area pantai diujicoba di laboratorium agar dapat
diketahui kemampuannya dalam melindungi area dibelakangnya sebelum
dibangun dilokasi. Ujicoba tersebut biasanya dilakukan di laboratorium
teknik pantai dalam hal ini model dari struktur tersebut dibuat dengan skala

1
yang lebih kecil. Setelah model dibuat maka selanjutnya model diletakkan
dalam flume tank atau web basin dan pengujianpun dilakukan. Parameter
lingkungan yang digunakan dalam pengujian berdasarkan lokasi dimana
struktur tersebut akan dipasang.

Pada penelitian tugas akhir ini efektifitas dari struktur pelindung pantai
dalam melindungi area dibelakangnya akan kami ujicoba dengan
menggunakan metode pemodelan berdasarkan pengambilan ukuran dari
bangunan yang sudah terbangun. Dalam menyelesaikan penelitian ini kami
menggunaan bantuan perangkat lunak yang dikembangkan oleh (Nakamura
and Ono, 1990). Parameter efektifitaas bangunan pelindung pantai yang
digunakan dalam pengukuran ini adalah rasio tinggi gelombang (wave height
ratio). Rasio tinggi gelombang merupakan salah satu parameter yang dapat
digunakan untuk mengukur efektifitas kerja dari sebuah bangunan pelindung
pantai yang telah dibangun terhadap kemampuannya dalam melindungi area
dibelakang dari bangunan pelindung pantai itu sendiri. Semakin rendah rasio
tinggi gelombangnya berarti makin bagus bangunan pelindung pantai itu
bekerja mengurangi tinggi gelombang datang. Metode ini dapat digunakan
untuk menguji bangunan pelindung pantai yang telah terpasang dilokasi
dimana sebelumnya belum sempat diujicoba dalam skala laboratorium.

Bangunan yang akan diteliti pada penelitian tugas akhir ini adalah
bangunan pemecah gelombang yang ada di depan Pelabuhan Indonesia IV
Makassar. Efektifitas dari bangunan pemecah gelombang ini dalam
melindungi area pelabuhan akan di simulasikan menggunakan perangkat
lunak yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan fenomena difraksi dan
refraksi gelombang yang disebabkan oleh variasi kedalaman air (Sawaragi,
1995). Dan untuk melengkapi pengujian ini dibutuhkan beberapa data-data
penunjang dari lapangan seperti gambar dari bangunan pemecah gelombang,
kedalaman air, arah gelombang dan lain-lain (Kim, 2015).

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah seberapa efektif


bangunan pelindung pantai yang ada di Pelabuhan Soekarno Hatta dalam
mereduksi tinggi gelombang datang. Arah datang gelombang mana yang
dapat di redam dengan baik oleh breakwater.

1.3 Batasan Masalah

Lokasi yang diteliti hanya pada area Pelabuhan, Tidak mempertimbangkan


gelombang overtopping.

1.4 Tujuan

1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji efektifitas dari


bangunan pelindung pantai dalam melindungi bencana akibat serangan
gelombang khususnya daerah belakang dimana bangunan pelindung pantai
tersebut dibangun.

2. Menentukan pada arah serangan gelombang mana breakwater berfungsi


dengan bagus.

1.5 Manfaat/ Kegunaan Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. Memberikan estimasi kerja pelindung pantai berkaitan dengan
efektifitas bangunan pelindung pantai dalam melindungi area pelabuhan
2. Memberikan masukan kepada pengelola pelabuhan mengenai langkah
yang dapat diambil dalam meningkatkan performa kerja bangunan
pelindung dalam melindungi area pelabuhan.

Sebagai bahan referensi kajian bagi para peneliti khususnya yang


berkecimpung pada bidang rekayasa bangunan pantai.

1.6 Sistematika Penulisan


Guna memudahkan penyusunan skripsi serta untuk memudahkan
pembaca memahami uraian dan makna secara sistematis, maka skripsi
disusun berpedoman pada pola sebagai berikut:

3
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai kerangka acuan yang berisi tentang teori singkat
yang digunakan dalam menyelesaikan dan membahas
permasalahan penelitian.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Meliputi sumber data, lokasi dan waktu pengambilan data, jenis
data (data sekunder), metode pengolahan data dan diagram alur
penelitian.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


Berisi tentang hasil dari seluruh pengolahan data penelitian beserta
pembahasannya.

BAB 5 PENUTUP
Berisi kesimpulan akhir penelitian dan saran pengembangan

4
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Umum

Penelitian tentang bangunan pelindung pantai telah dilakukan


sebelumnya dan telah menghasilkan berbagai macam model dan tipe
pelindung pantai. Pada penelitian ini akan diteliti salah satu jenis bangunan
pelindung pantai yaitu bangunan pemecah gelombang. Penelitian ini untuk
melengkapi penelitian tentang bangunan pemecah gelombang, khususnya
bagaimana mengevaluasi efektifitas sebuah bangunan pelindung pantai yang
sudah dibuat.
Bangunan pelindung merupakan sebuah struktur yang dibangun dengan
tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan tinggi gelombang yang
menuju ke daerah pantai. Sehingga aktivitas di area pantai dapat berjalan
baik tanpa gangguan dari gelombang. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk melindungi pantai yaitu:

a. memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu enahan


kerusakan karena serangan gelombang
b. mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai
c. mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai
d. reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan
cara lain

Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam


tiga kelompok yaitu:

a. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar garis pantai

b. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai

c. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kikra-kira sejajar garis


pantai

5
3.2 Gelombang

Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang


tergantung dari gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah angin
yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut, gelombang pasang
surut dibangkitkan oleh gaya tarik bendabenda langit terutama matahari dan
bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena gempa di laut atau
letusan gunung berapi di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal
yang bergerak, dan sebagainya.

Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah sangat kompleks dan


sulit digambarkan secara matematis karena ketidaklinierannya, tiga dimensi
dan mempunyai bentuk yang sangat random (suatu deret gelombang
mempunyai tinggi dan periode berbeda). Beberapa teori yang ada hanya
menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan
gelombang alam. Ada beberap teori dengan berbagai derajat kekompleksan
dan ketelitian untuk menggambarkan gelombang di alam, diantaranya
adalah teori Airy, Stokes, Gersner, Mich, Knoidal dan Tunggal. Masing-
masing teori tersebut mempunyai batasan keberlakuan yang berbeda. Teori
gelombang Airy merupakan gelombang amplitude kecil, sedangkan teori
yang lain adalah gelombang amplitude batas (finite amplitude waves)
(Bambang Triatmojo,1999).

Interaksi antara gelombang dengan bangunan pantai menjadi menarik


untuk diteliti. Pergerakan gelombang laut pada kenyataannya sangat
random, tidak linear (Goda, 2000). Akan tetapi untuk menyederhanakan
persoalan tentang gerak gelombang yang rumit maka perjalanan gelombang
ini diasumsikan berjalan linier sehingga pergerakan muka air gelombang
dapat dijelaskan pada persamaan berikut ini (Dean dan Dalrymple 1991),

H
η= cos ( kx−ωt )
2

6
H
η0 ( x , y , t ) = cos ( k k x +k y y−ωt ) (1)
2
Kecepatan potensial gelombang disimbolkan Φ 0 yang di definisikan
seperti pada persamaan berikut,
−igH cosh k (h+ z)
Φ 0 ( x , y , z , t )=Real [ 2ω cosh kh
exp ⟨ i ( k x x + k y y −ωt ) ⟩ ]
(2)

Persamaan ini berlaku apabila aliran gelombang tanpa gangguan. Untuk


memperoleh rasio gelombang yakni tinggi gelombang datang dan tinggi
gelombang dibelakang bangunan pemecah gelombang, maka perlu dicari
kecepatan potensial scatter gelombangnya pada tiap daerah gelombang
dengan menggunakan analisis wave boundary method (Kim and Lee, 2010)
dan vertical line source Green’s function yang dikembangkan oleh
(Isaacson, 1978),
−igH cosh k n ( hn + z )
( Φ s )n ( x , y , z , t ) = 2ω ( φ S )n ( x , y ) . exp (−iωt )
cosh ( k n hn )

igH cosh k n ( hn + z )

¿− × ∫ f n ( X ,Y ) G ( x , y ; X ,Y ) dC ( X ,Y ) . exp (−iωt )
2 ω cosh ( k n hn ) S +M n+M Fn −1 Rn

(3)

Dengan menentukan boundary wavenya pada variasi kedalama air,


maka wave height rasio (KD) dan phase (PH) pada tiap daerah perairan
dapat diperoleh dengan persamaan;

|φ 0 ( x , y ) + φS (x , y)|
K D ( x , y )= (daerah perairan I)
|φ0 ( x , y)|
(4)

|φ S (x , y )|
K D ( x , y )= (daerah perairan lain) (5)
|φ0 (x , y )|

7
P H ( x , y ) =arg [ φ0 ( x , y ) +φ s ( x , y ) ] (daerah perairan I) (6)

P H ( x , y ) =arg [ φs ( x , y ) ] (daerah perairan lain) (7)

3.3 Bangunan Pelindung Pantai


Bangunan Pantai adalah segala jenis infrastruktur yang dibangun di
garis pantai dan dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dan darat atau
pelabuhan.

3.3.1 Groin
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif
tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja,
beton (pipa beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus
pantai sehingga pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada
“downcurrent side” terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang
berlanjut .

Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah


efektif. Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri
bangunan yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak
tertentu. Hal ini dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu
signifikan.

Selain tipe lurus seperti yang ada pada gambar ada juga groin tipe L dan
tipe T, yang kesemuanya dibangun berdasarkan kebutuhan.

3.3.2 Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi
muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh
sedimen pantai. Pada penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran,
pengendapan dimuara dapat mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan
tersebut jetty harus panjang sampai ujungnya berada di luar sedimen
sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhedap pembentukan endapan
tersebut. Pasir yang melintas didepan muara geelombang pecah. Dengan
jetty panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat tertahan dan pada

8
alur pelayaran kondisi gelombang tidak pecah, sehingga memungkinkan
kapal masuk kemuara sungai.

Selain untuk melindingi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan


untuk mencegah pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan
pengendalian banjir. Sungai-sungai yang bermuara pada pantai yang
berpasir engan gelombang yang cukup besar sering mengalami
penyumbatan muara oleh endapan pasir.karena pengaruh gelombang dan
angin, endapan pasir terbentuk di muara. Transport akan terdorong oleh
gelombang masuk kemuara dan kemudian diendapkan. endapan yang sangat
besar dapat menyebabkan tersumbatnya muara sungai. penutupan muara
sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir didaerah sebelah hulu muara.
Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit
demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan
pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara
sungai dalam arah yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang
pantai.

Jetty dapat digunakan untuk menanggulangi masalah tersebut,


mengingat fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir, maka dapat
digunakan salah satu dari bangunan berikut, yaitu jetty panjang, jetty
sedang, jetty pendek. Jetty panjang apabila ujungnya berada diluar
gelombang pecah.tipe ini efektif untuk menghalangi masuknya sedimen
kemuara, tetapi biaya konstruksi sangat mahal, sehingga kalau fungsinya
hanya untuk penaggulangan banjir maka penggunaan jetty tersebut tidak
ekonomis. Kecuali apabila daerah yang harus dilindungi terhadap banjir
sangat penting. Jetty sedang dimana ujungnya berada anatar muka air surut
dan lokasi gelombang pecah, dapat menahan sebagian transport sedimen
sepanjang pantai. Alur diujung jetty masih memungkinkan terjadinya
endapan pasir. Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan berada pada
permukaan air surut.fungsi utama bnagunan ini adalah menahan

9
berbeloknya muara sungai dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang
telah ditetapkan untuk bisa mengerosi endapan, sehingga apada awal musim
penghujan di mana debit besar (banjir) belum terjadi, muara sungai telah
terbuka.

Selain ketiga tipe jetty tersebut, dapat pula dibuat bangunan yang
ditempatkan pada kedua sisi atau hanya satusisi tebing muara yang tidak
menjorok kelaut. Bangunan ini sama sekali tidak mencegah terjadinya
endapan dimuara, fungsi bangunan ini sama dengan jetty pendek, yaitu
mencegah berbeloknya muara sungai degan mengkonsentrasikan aliran
untuk mengerosi endapan.

3.3.3 Breakwater
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis
pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk
perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi
gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang
bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang
pantai.

Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan


menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas
pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan
pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi.
Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe
pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di
sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan
jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai
lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan
perlindungan pantai terhadap erosi. pemecah gelombang lepas pantai dibuat

10
sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka
tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas
pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan
yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh
celah.

Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak


dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi
pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi
karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang
bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas
pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka
bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan
meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya
dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam
gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian
diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui
pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan
diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi,
kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan
kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam
(kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).

Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi


pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen
sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan
dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan
terbentuknya endapan sediment tersebut.

11
3.3.4 Seawall
Seawall hampir serupa dengn revetment (stuktur pelindung pantai yang
dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring), yaitu dibuat
sejajar pantai tapi seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung.
Seawall juga dapat dikatakan sebagai dinding banjir yang berfungsi sebagai
pelindung/penahan terhadap kekuatan gelombang. Seawall pada umumnya
dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu
atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi gelombang, tetapi
gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali
dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.

3.3.5 Artificial Headland


Tanjung buatan adalah struktur batuan yang dibangun di sepanjang
ujung pantai mengikis bukit-bukit untuk melindungi titik strategis, yang
memungkinkan proses-proses alam untuk melanjutkan sepanjang bagian
depan yang tersisa. Hal ini secara signifikan lebih murah daripada
melindungi seluruh bagian depan dan dapat memberikan perlindungan
sementara atau jangka panjang dengan aktif  dari berbagai macam resiko.
Tanjung sementara dapat dibentuk dari gabions atau kantong pasir, namun
umurnya biasanya tidaklah panjang  antara 1 sampai 5 tahun

Tanjung buatan berfungsi menstabilkandaerah pesisir pantai,


membentuk garis pantai semakin stabil, garis pantai menjadi lebih menjorok
sehingga energi gelombang akan hilang pada daerah shoreline dan akhirnya
membentuk pesisir rencana yang lebih stabil dan dapat berkembang.
Stabilitas akan tergantung pada panjang dan jarak dari tanjung. struktur
pendek dengan celah panjang akan memberikan perlindungan lokal tetapi
tidak mungkin mengizinkan bentuk rencana stabil untuk dikembangkan.
Jika erosi berlangsung terus-menerus tanjung mungkin perlu diperpanjang
atau dipindahkan untuk mencegah kegagalan struktural, meskipun tanjung
buatan akan terus memberikan perlindungan sebagai breakwaters perairan
dekat pantai.

12
3.3.6 Beach Nourishment
Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk
memindahkan sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi,
sehingga menjaga pantai tetap stabil.

Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau
terdapat kekurangan suplai pasir. Stabilitasi [antai dapat dilakukan dengan
penambahan suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi
terjadi secara terus menerus , maka suplai pasir harus dilakukan secara
berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir . Untuk pantai yang
cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian kurang
efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sis
lain dari pantai.

3.3.7 Terumbu Buatan


Terumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan
Amerika usaha ini telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-
mula dilakukan dengan menempatkan material natural berukuran kecil
sebagai upaya untuk menarik dan meningkatkan populasi ikan. Di
Indonesia, terumbu buatan mulai disadari peranan dan kehadirannya oleh
masyarakat luas sejak tahun 1980-an, pada saat dimana Pemda DKI. Jakarta
menyelenggarakan program bebas becak, dengan merazia seluruh becak
yang beroperasi di ibu kota dan kemudian mengalami kesulitan dalam
penampungannya, sehingga pada akhirnya bangkai becak tersebut dibuang
ke laut.
Berbagai macam cara, baik tradisional maupun modern, bentuk
dan bahan telah digunakan sebagai terumbu buatan untuk meningkatkan
kualitas habitat ikan dan biota laut lainnya.

Saat ini sedang terjadi pergeseran paradigma rekayasa pantai dari


pendekatan rekayasa secara teknis yang lugas (hard engineering approach)
ke arah pendekatan yang lebih ramah lingkungan (soft engineering

13
approach). Salah satu contoh misalnya adalah bangunan pemecah
gelombang (breakwater) yang semula ambangnya selalu terletak di atas
muka air laut, kini diturunkan elevasinya hingga terletak dibawah muka air
laut.

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Tahapan penelitian
Subjek dari penelitian tugas akhir ini adalah bangunan pemecah
gelombang yang berada di depan pelabuhan Makassar IV. Oleh karena itu
maka tahapan penelitian ini dimulai dengan:
a. Studi literatur dimana hal ini perlu dilakukan sebagai langkah awal dari
rencana kegiatan penelitian. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari
sumber pengetahuan yang terdahulu yang dilakukan oleh para peneliti
yang bisa dijadikan sebagai rujukan awal dari penelitian yang akan
dilakukan.
b. Survey lokasi dan pengambilan data awal tentang bangunan pemecah
gelombang tersebut, seperti panjang bangunan, lebar bangunan dan
kordinat dari lokasi bangunan pemecah gelombang tersebut.
c. Berikutnya mengumpulkan data tentang kondisi perairan di sekitar
wilayah pelabuhan. Arah datang gelombang dominan perlu diketahui
untuk dianalisis dan juga untuk kegiatan simulasi ketinggian
gelombang pada arah tersebut. Arah datang gelombang nanti akan
tergambar dengan bantuan program mawar gelombang.
d. Selanjutnya membuat gambar peta 2D dari bangunan pemecah
gelombang tersebut serta area sekitar pelabuhan. Hal ini penting untuk
menentukan titik tinjauan yang akan digunakan dalam perhitungan
analisis gelombang.
e. Memasukkan semua data dan parameter yang telah dikumpulkan
dilapangan ke dalam program. Kemudian data akan diolah dengan
bantuan beberapa program komputer.
f. Data dari hasil olahan ini akan ditampilkan dalam bentuk grafik dan
gambar yang memberikan gambaran terhadap kondisi di lapangan. Dari

14
hasil analisis ini juga akan menjadi bahan masukan atau rekomendasi
kepada pihak terkait jika dianggap ada hal yang perlu untuk diperbaiki.
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar di
Jl. Nusantara, Butung Kecamatan Wajo kota Makassar Provinsi Sulawesi
Selatan.Secara geografis terletak pada koordinat 05°07‟25”LS dan
119°22‟20’’BT di lokasi telah ada bangunan pelindung pantai baik yang
dibangun oleh pengelola pelabuhan maupun yang terbentuk secara natural
yaitu berupa pulau-pulau kecil. Peta lokasi yang ditampilkan pada gambar
yang diperoleh dari google earth. Peta ini tentu saja bukan data terbaru dari
lokasi penelitian yang sebenarnya. Oleh karena itu maka dalam penelitian
nanti akan dilakukan pengambilan data gambar terbaru dengan
menggunakan kamera yang diterbangkan bersama drone.

Gambar 1. Rencana lokasi penelitian

15
4.3 Kerangka Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data:
Data Bangunan Pemecah Gelombang
Data Lingkungan

Membuat Gambar 2D dari Bangunan


Pemecah Gelombang

Mengolah Data yang diperoleh menggunakan


Program

Menampilkan Grafik dan Gambar Terhadap


Kondisi di Lapangan dari Analisis

Kesimpulan

Selesai

16
4.4 Jadwal Penelitian
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian untuk tahun pertama
Tahun ke-1
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Survey literature
2 Survey awal
3 Pengambilan data
4 Pengambilan gambar 2D
5 Analisa hasil data
6 Seminar dan Pelaporan

17
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hinrichsen, D. (1998). Coastal Waters of the World: Trends, Threats, and
Strategies. Washington, D.C. Island Press.

[2] Nakamura, T. and Ono, T. (1990) :Estimation method of two-dimensional


wave diffraction around an array of offshore breakwaters including wave
directional characteristics. Proceedings of Coastal Engineering in Japan,
Vol.37, pp.534-538

[3] Sawaragi, T. (1995): Coastal Engineering-Waves, Beaches, Wave-Structure


Interactions. Developments in Geotechnical Engineering, 78. Elsevier
Science BV.

[4] Young C. Kim (2015). Design of Coastal Structures and Sea Defenses, Series
on Coastal and Ocean Engineering Practice -Vol. 2, World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd.

[5] Triatmodjo, B. (2014). Perencanaan Bangunan Pantai. Beta Offset


Yogyakarta.

[6] Yoshimi Goda. (2000). Random Seas and Design of Maritime Structure,
Advanced Series on Ocean Engineering-Vol. 15, World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd.

[7] Robert G. Dean, Robert A. Dalrymple. (1991). Water Wave Mechanics for
Engineers and Scientists, World Scientific Publishing Company

[8] Kim, S.D and Lee, H.J. (2010). Boundary element modelling of wave
diffraction by interaction with wave-offshore structure and dredged region.
Polish Maritime Research. 17. Hal. 67-71.

[9] Isaacson, M.Q. (1978): Vertical cylinders of arbitrary section in waves, J.


Waterway,

[10] www.digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-28138-3108100703-Paper.pdf diakses


pada Selasa 9 Juni 2020

18
[11] https://syahrin88.wordpress.com/2010/09/09/bangunan-pelindung-pantai/
diakses pada Selasa 9 Juni 2020

19

Anda mungkin juga menyukai