Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PEMUATAN DIKAPAL X

MUHAMMAD MAHADIN B
NIT. 19.41.187
NAUTIKA

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PELAYANAN


POLITEKNIK ILMU PELAYARAN MAKASSAR
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan, maka tranportasi laut
merupakan sektor yang sangat penting dalam dunia perdagangan,
sehingga Indonesia harus mempunyai sistem transportasi laut yang
berguna dan berhasilguna (efisiensi dan efektifitas). Kebutuhan
transportasi khususnya dibidang kelautan sangat besar, karena pada
saat ini transportasi laut merupakan suatu alat yang dapat
mengangkut penumpang atau barang dari satu tempat ke tempat yang
lainnya, dengan menempuh jarak yang jauh dengan biaya yang relatif
murah jika dibandingkan dengan menggunakan sarana transportasi
darat maupun transportasi udara.
Dalam dunia perdagangan nasional maupun perdagangan
internasional, pelayaran niaga sangat berperan penting untuk
menunjang proses pendistribusian barang. Hampir semua barang
ekspor dan impor menggunakan sarana angutan kapal laut, walaupun
diantara tempat dimana pengangkutan dilakukan terdapat fasilitas-
fasilitas angkutan lainnya yang berupa angkutan darat seperti truk dan
kereta api. Pengangkutan barang dengan kapal laut dipilih karena
jumlah barang yang diangkut akan lebih besar jika dibandingkan
dengan menggunakan truk, kereta api, atau pesawat terbang dan
biaya angkut juga lebih kecil jika di bandingkan dengannya.
Dalam bisnis pelayaran tujuan utamanya adalah untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga perlu
disadari oleh semua awak kapal akan keutuhan muatan dari
pelabuhan muat sampai pelabuhan bongkar. Untuk itu penanganan
1

dan pengaturan muatan yang baik perlu diperhatikan, tanpa


mengesampingkan keselamatan awak kapal dan peralatan.

Usaha bongkar muat barang dari barge ke kapal, yang


merupakan terdiri dari kegiatan bongkar muat, pengaturan muatan dan
penerimaan/pengiriman. Dari pengertian diatas penulis mengambil
kesimpulan, bahwa proses bongkar muat adalah sebuah kegiatan
pemuatan atau pembongkaran yang dilakukan pada saat kapal berada
di pelabuhan atau pada saat kapal sedang berlabuh jangkar di luar
pelabuhan. Berdasarkan kenyataan diatas saat kapal melakukan
aktifitas bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan dari
dermaga ke kapal atau juga dari kapal ke kapal diperlukan tenaga ahli
dan tenaga kerja atau buruh bongkar muat yang profesional dan
peralatan bongkar muat yang baik pula kondisinya untuk kelancaran
bongkar muat tersebut.
Sering kita lihat bahwa kegiatan bongkar muat yang umumnya
terjadi adalah di pelabuhan. Namun tidak semua kegiatan bongkar
muat terjadi di pelabuhan, tetapi bisa terjadi di luar pelabuhan dengan
sistem dari kapal ke kapal, seperti kegiatan pemuatan di kapal MV.
Bara Anugerah yang terjadi adalah memuat batu bara dengan
menggunakan crane kapal. crane adalah alat derek khusus yang
digunakan dalam mengangkut beban berat.

Pada saat pelaksanaan memuat dari barge ke kapal masih


terdapat kendala yang membuat proses pelaksanaan memuat berjalan
lamban, lambatnya proses bongkar muat di sebabkan tutup palka yang
tidak bisa terbuka dan tertutup kembali pada saat proses pemuatan
yang disebabkan pipa hydrolic dari tutup palka banyak yang bocor atau
rusak, pengoperasian crane yang kurang baik dan tidak tersedianya
vehicle loader juga akan memperlambat proses pemuatan. Tentunya
hal ini membuat proses bongkar muat dan penataan muatan tidak
2

sesuai dengan prinsip yang telah disebutkan diatas. Semua akan


berjalan lancar jika ada kerja sama yang baik antara pemilik muatan ,
pengangkut dan buruh.
Dengan alasan tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian berjudul “Optimalisasi Pelaksanaan Pemuatan Dikapal
x”. Hal ini betujuan untuk mencari pemecahan masalah dengan cara
penanggulangan yang tepat dalam mengatasi permasalahan pada saat
memuat, sehingga dikemudian hari pernasalahan yang sama tidak
akan terulang lagi serta kegiatan operasional dapat berjalan dengan
lancar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka
permalasahan yang perlu di analisa dan di rumuskan adalah
bagaimana pelaksanaan persiapan dalam pemuatan dan
mengoptimalkan penataan muatannya.

C. Tujuan Penelitian
Dalam pembahasan lebih lanjut pada skripsi ini maka tujuan
penelitan yang di harapkan yaitu untuk mengetahui pelaksanaan
persiapan dalam pemuatan dan mengoptimalkan penataan muatannya.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dalam penulisan skripsi ini. Di dalam
penelitian ini, penulis berharap akan beberapa manfaat yang dapat
dicapai.
1. Manfaat secara teoritis.
Menambah pengetahuan, masukan dan pengalaman bagi
pembaca dalam mengembangkan wawasan dalam bidang
pemuatan muatan.
2. Manfaat secara praktis
3

Memberikan masukan dalam penanganan muatan


khususnya muatan , yang mempunyai sifat dan penanganan yang
khusus.

E. Hipotesis
Adapun yang menjadi hipotesis dari judul tersebut yaitu diduga
bahwa persiapan dalam memuat dan penataan muatan yang belum
optimal yang disebabkan kurangnya perawatan peralatan bongkar
muat dan komunikasi dengan stevedore
4

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pemuatan
Usaha Bongkar Muat Barang adalah kegiatan usaha yang
bergerak dalam bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di
pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery. (Permenhub, No. 16 th. 2014, Pasal 1 ayat 6).
Suatu pemindahan barang dari suatu tempat ketempat lain, dan
bisa juga dikatakn pembongkaran barang dari kapal ke dermaga ke
penimbunan dan juga sebaliknya dari penimbunan ke dermaga
kemudian diangkat ke kapal. ( Sudjatmiko, FDC, Drs, Pokok – pokok
Pelayaran Niaga, Akademi Pressindo Jakarta, 2001 : 384 )
Adapun pengertian pemuatan menurut ( Amir M.S, Seluk Beluk
Niaga dan Perdagangan Internasional, Bharata Karya Aksara, 2000 ).
Muat yaitu menyiapkan dan mengangkutkan barang pada tackle di
atas dermaga yang kemudian barang di angkat keatas palka lalu
melapaskan dan memadatkan muatan di dalam palka.

Menurut Martopo dan Soegiyanto (2004: 07) stowage atau


penanganan muatan yaitu suatu pengetahuan tentang memuat dan
membongkar muatan dari kapal, dan dermaga ke atas kapal
sedemikan rupa agar terwujud 5 prinsip pemuatan yang baik. Menurut
Martopo dan Soegiyanto (2004: 07) pengaturan dan teknik pemuatan
diatas kapal merupakan salah satu kecakapan pelaut yang
menyangkut berbagai macam aspek tentang bagaimana cara
melakukan pemuatan diatas kapal, bagaimana cara melakukan
5

perawatan muatan selama dalam pelayaran, dan bagaimana cara


melakukan pembongkaran di pelabuhan tujuan.
Lima prinsip pemuatan yang harus benar-benar diperhatikan dan
dilaksanakan. Prinsip-prinsip utama pemuatan:
1. Melindungi Awak Kapal dan Buruh
Yang dimaksud dengan melindungi awak kapal dan buruh adalah
suatu upaya agar mereka selamat dalam melaksanakan kegiatan
bongkar muat. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Gunakan alat keselamatan kerja secara benar, misalnya sepatu
keselamatan, helm, kaos tangan, pakaian kerja dan lain-lain.
b. Memasang papan peringatan.
c. Jangan membiarkan buruh lalu lalang di daerah kerja.
d. Memperhatikan komando dari kepala kerja.
e. Jangan membiarkan muatan terlalu lama menggantung.
f. Periksa peralatan muat bongkar sebelum digunakan, dan
peralatan bongkar muat harus dalam keadaan baik.
g. Tangga akomodasi harus diberi jaring.
h. Pada waktu bekerja malam hari, pasang lampu penerangan
secara baik dan cukup.
i. Bekerja secara tertib dan teratur mengikuti perintah.
j. Mengadakan tindakan berjaga-jaga secara baik.
k. Jika ada muatan diatas dek, supaya dibuatkan jalan lalu lalang
orang secara bebas.
l. Semua muatan harus dilashing dengan kuat.
m. Muatan diatas dek tidak mengganggu penglihatan.
n. Muatan berbahaya harus dimuat sesuai dengan SOLAS (tidak
sembarangan).
o. Saat pembongkaran harus di jaga, jangan sampai muatan roboh
sehingga mengenai buruh.

2. Melindungi Kapal
6

Yang dimaksud melindungi kapal adalah suatu upaya agar kapal


tetap selamat selama kegiatan muat bongkar maupun dalam
pelayaran, misalnya menjaga stabilitas kapal, jangan melebihi deck
load capacity yaitu kemampuan suatu geladak untuk menahan
beban di atasnya, memperhatikan SWL (Safety Working Load)
yaitu jumlah bobot maksimum yang diijinkan bagi seutas tali untuk
dapat mengangkut beban tersebut dengan aman, dan lain-lain.
Untuk memenuhi hal tersebut perlu diperhatikan :
a. Pembagian Muatan Secara Vertikal
Menurut Martopo (2004 : 110), Diupayakan agar kapal jangan
sampai memiliki stabilitas yang dapat merusak kontruksi kapal
dan bahkan kapal bisa tenggelam.
b. Pembagian Muatan Secara Horizontal
Diupayakan agar pemuatan muatan pada masing-masing palka
dari depan sampai belakang harus seimbang, sehingga kapal
selalu memiliki trim sedikit kebelakang, tidak hogging maupun
sagging. Hogging adalah suatu keadaan yang diakibatkan
karena penempatan muatan dikonsentrasikan pada ujung-
ujung kapal, sehingga akibatnya kapal akan mudah patah
apabila mendapat ombak besar dan pada bagian ujung-ujung
kapal tepat pada posisi puncak ombak karena struktur kapal
bagian tengah berubah melengkung ke atas. Sagging adalah
suatu keadaan dimana muatan dikonsentrasikan pada tengah-
tengah kapal, akibatnya kapal akan mudah patah apabila
mendapat ombak besar dan pada bagian tengah-tengah kapal
tepat pada posisi lembah ombak dan pada bagian ujung-ujung
kapal tepat pada puncak ombak karena konstruksi bangunan
kapal bagian tengah cembung ke bawah.
c. Pembagian Muatan Secara Transversal (melintang)
Diupayakan agar dalam pemuatan, berat muatan disebelah kiri
dan kanan sama besar agar kapal tidak miring (list), list adalah
7

kemiringan kapal yang disebabakan karena muatan selama


pelayaran.
d. Deck Load Capacity
Deck load capacity (DLC) adalah kemampuan suatu geladak
untuk menahan beban yang ada di atasnya. Mengingat
konstruksi kapal tidak sama, maka DLC tersebut juga
berlainan.

3. Melindungi Muatan
Sesuai dengan peraturan internasional bahwa perusahan
pelayaran atau pihak pengangkut bertanggung jawab atas
keselamatan dan keutuhan muatan sejak kapal muat sampai kapal
bongkar. Oleh karena itu pada waktu memuat, membongkar, dan
selama pelayaran, muatan harus ditangani secara baik. Pada
umumnya kerusakan umum dikapal disebabkan oleh:
a. Pengaruh dari muatan lain yang berada dalam satu ruang
palka.
b. Pengaruh air, misalnya terjadi kebocoran, keringat kapal,
muatan dan kelembaban udara ruang palka.
c. Gesekan muatan dengan badan kapal.
d. Penangasan (panas) yang ditimbulkan oleh muatan itu sendiri.
e. Karena pencurian.
f. Penanganan yang tidak baik.
Untuk mencegah kerusakan muatan tersebut, maka harus
dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Ruang palka harus dipersiapkan secara baik untuk menerima
muatan.
b. Pemasangan dunnage harus baik.
c. Memisahkan muatan satu dengan muatan yang lain secara
baik.
d. Penggunaan ventilasi secara baik.
8

e. Pengikatan muatan harus baik.


f. Mengunakan alat muat bongkar dengan baik.

4. Melakukan Muat Bongkar Secara Cepat dan Sistematis


Untuk melakukan pemuatan yang cepat, lancar dan sistematis,
pengalaman yang cukup dalam pekerjaan itu memegang peranan
yang besar. Disamping itu, berat, bentuk dan ukuran masing-
masing sleb serta sifat-sifat jenis barang yang dimuat juga
mempengaruhi jenis alat bongkar muat yang dipergunakan
Menjaga agar muatan teratur untuk menghindari adanya
longhatch, overcarriage, overstowage. sehingga biaya yang
dikeluarkan sekecil mungkin, dan muat bongkar dapat
dilaksanakan secara cepat dan aman, maka harus memperhatikan
a. Perhitungan muatan.
b. Perencanaan sebelum pemuatan dan akhir pemuatan
c. Kemampuan gang/hour/buruh.

5. Mencegah Terjadinya Ruang Rugi


Dalam melakukan pemuatan harus diusahakan full and down, yaitu
kondisi dimana suatu ruangan dapat terisi penuh oleh muatan dan
kapal dapat memuat sampai sarat maksimum. Sehingga dapat
diperoleh uang tambang yang maksimal, Untuk mencegah adanya
broken stowage, yaitu prosentase ruang palka yang tidak dapat
diisi oleh muatan
Menurut Gianto dan Martopo dalam buku Pengoperasian
Pelabuhan Laut (2004: 23) Penanganan muatan adalah proses
penataan muatan agar selamat sampai ketempat tujuan. Adapun 3
faktor yang mempengaruhi penanganan muatan yaitu:
9

a. Prokdutivitas bersih, yang didefinisikan sebagai banyaknya


penanganan dalam ton untuk tiap gang bila bekerja selama 1
jam tanpa adanya ganguan.
b. Gangguan yang cenderung terjadi pada setiap shift dan dapat
menyebabkan waktu menganggur yang bisa mengurangi hasil
kerja.
c. Cara gang bekerja, misalnya berapa banyak waktu lembur dan
sebagainya,
Penanganan muatan di pelabuhan yang efisien antara lain :
a. Hubungan kerja antara pihak pemilik kapal dan pihak
pengusaha pelabuhan yang dalam hal ini bagian terminal di
pelabuhan yang bersangkutan.
b. Tersedianya peralatan bongkar muat yang memadai sesuai
dengan jenis komoditi yang ditangani.
c. Pengaturan tata letak muatan dalam kapal yang baik.
d. Pengaturan jam kerja yang baik
e. Pemuatan sesuai waktunya
f. Memperhatikan keselamatan kerja

Stowage Plan
Stowage plan pada sleb harus dilakukan sedemikian rupa agar
broken stowagenya sekecil mungkin.Stowage plant yaitu sebuah
gambaran informasi mengenai rencan pengaturan muatan, serta
berat muatan di atas kapal. Kegunaan stowage plan yaitu :
1) Dapat mengetahui letak muatan, berat, dan jumlahnya\
2) Dapat memperhitungkan jumlah buruh yang akan di perlukan
3) Dapat memperhitungkan lamanya pemuatan
4) Sebagai dokumen tanggung jawab atas pengaturan muatan

Broken Stowage
10

Broken stowage yaitu isi suatu ruangan yang tidak terpakai atau
ditempati oleh muatan.Broken stowage dalam kegiatan pemuatan
barang terjadi karena
1) Bentuk ruang muatan
Hal ini sering terjadi pada palka depan dimana bentuk palka
terpengaruh oleh bentuk haluan kapal sehingga seringkali terjadi
broken stowage
2) Bentuk muatan pada sleb
Bentuk muatan pada sleb bermacam-macam kadang bentuknya
kecil, besar, panjang dan pendek
3) Kurang ahli dalam memuat
Karena kurangnya ketrampilan buruh dalam bidang pemadatan
pemuatan maka broken stowage sering kali terjadi dalam
pemuatan. Biasanya buruh menata muatan pada sleb denagan
asal-asalan atau tidak mengikuti stowage plan maka sangat
merugikan.
Hal di atas merupakan faktor penentu besar kecilnya broken
stowage. Untuk itu perlu perhatian khusus baik dari perwira kapal
maupun stevadore yang hendaknya selalu mengadakan
pemeriksaan atas broken stowage pada saat pemuatan dilakukan
sehingga ruang muat dapat di gunakan secara maksimum.

2.Peralatan Pemuatan
Dalam melakukan hal pemuatan harus ada kesiapan peralatan
yang dipergunakan atau di butuhkan untuk menyelenggarakan
pemuatan.
Alat-alat yang dapat dipergunakan untuk mempersiapkan
muatan ke atas palka bermacam-macam seperti sling, chain alloy,
spider, dan sebagainya, ada beberapa jenis alat pembantu
pemuatan steel slab yang terpenting yaitu :
11

a. Dunnage
Digunakan untuk mengatur susunan slab untuk mempermudah
pemuatan maupun
pembongkaran di pelabuhan tujuan, Dunnage juga di gunakan
sebagai pengatur
space cargo agar tidak terjadi kerusakan pada cargo tersebut,
penyusunan dunnage
harus sesuai dengan standar yang telah di tentukan. Berikut
ukuran dunnage yang
telah di tentukan untuk pemuatan steel slab :
1) 10cm x 10cm x 200cm
2) 10cm x 10cm x 60cm
ketempat lain yang di tentukan dengan mekanisme pendongkrak
(luffing),
pemutar (slewing), dan pejalan (traveling).

b. Alloy Chain ( rantai )


Alloy chain yaitu alat bantu yang mengaitkan dan mengunci antara
c hook (Ganco slab) dengan Steel slab dan spreader.

c. Shackle "Screw Pin"


Shacle jenin ini menggunakan bentuk pin dengan pemutar scrup
tanpa menggunakan pengunci. Hanya dikencangkan saja sampai
batas maksimal ulirnya agar tidak lepas, intinya sama seperti scrup
yang dikencangkan pada lubangnya. Shackle ini digunakan untuk
aplikasi non permanen (aplikasi yang membutuhkan shackle yang
dapat dibongkar kembali).

d. Spreader
Sprearder kegunaanya amat bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas bongkar maupun muat. Spreader tersedia dengan
12

berbagai kegunaan yaitu spreadder untuk peti kemas, sprearder


beam untuk general cargo, dan clamp untuk curah kering, dalam
spearder pada slab yaitu spreader yang mempunyai kekuatan
hingga 50 tons.

e. Forklift
Biasanya pada pemuatan steel slab sangat membutuhkan forklift
karena untuk menata barang di dalam palka agar barangnya bisa
di padatkan. Forklift Merupakan alat pemuatan atau
pembongkaran barang yang di gunakan mengangkat barang
dengan untuk general cargo, dan clamp untuk curah kering, dalam
spearder pada slab yaitu sprearder yang mempunyai kekuatan
hingga 50 tons.

f. Shackle "Screw Pin"


Shacle jenin ini menggunakan bentuk pin dengan pemutar scrup
tanpa menggunakan pengunci. Hanya dikencangkan saja sampai
batas maksimal ulirnya agar tidak lepas, intinya sama seperti scrup
yang dikencangkan pada lubangnya. Shackle ini digunakan untuk
aplikasi non permanen ( aplikasi yang membutuhkan shackle yang
dapat dibongkar kembali.

g. Strapping Band
Merupakan Tali yang berfungsi sebagai material handling untuk
berbagai keperluan pengemasan ( packing). Strapping Band
memiliki kekutan yang tinggi terutama yang digunakan pada
lashing slab dalam ruang kapal yang bergantung pada ukuran dan
ketebalannya.
h. Seal
13

Dalam arti yaitu alat yang digunana untuk penghalang atau


pengunci antara ujung strapping band agar tidah lepas yang di
hubungkan dengan EDGE Protector.

i. EDGE Protector
Edge Protector disebut juga sebagi siku srapping band yang
terbuat dari baja digunakan untuk pelindung sisi barang dan
kerusakan strapping. Demikian jenisjenis peralatan pemuatan dan
pembongkaran steel slab yang dapat dipergunakan. Bagi pemilik
muatan perlu memperhatikan alat-alat yang di guanakan untuk
memuat atau membongkar muatan agar barang tidak rusak,
dengan demikian dia dapat memberikan tangkisan yang tepat bila
pengangkut menolak tuntutan claimnya, bila dia mengetahui
bahwa muatanya dimuat atau dibongkar memakai alat yang tidak
memenuhi syarat.

3.Faktor Yang Mempengaruhi Pemuatan


Faktor yang mempengaruhi kegiatan pemuatan adalah
berkaitan dengan masalah kwantitas barang yang dapat dipindahkan
pada kegiatan tersebut sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
a. Peralatan yang dibutuhkan
Spesifaki teknis peralatan seperti daya angkat, kecepatan,
kemampuan maneuver hal ini sangat memegang peranan yang
penting.

b. Sifat barang yang akan ditangani


Melalui peralatan harus diketahui sifat barang tersebut contohnya
adalah berapa jumlah berat barang, kemampuan / kekuatan
baranf, sehingga dapat ditentukan apakah perlu menggunakan alat
tambhan atau tidak.
14

c. Daya angkat suatu peralatan


Setiap peralatan harus dioperasikan secara maksimal maka dari
sini dapat diketahui keuntungan utama dan kapasitas maksimum
adalah menaikan kwantitas barang yang dipindahkan yang
akhirnya akan menekan biaya perton barang

B. Kerangka Berpikir
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan kerangka
berpikir untuk memaparkan secara kronologis dalam setiap
penyelesaian pokok permasalahan penulisan yaitu kelancaran
pelaksanaan memuat yang dilaksanakan diluar dermaga. Untuk
memenuhi kelancaran tersebut maka harus mengadakan persiapan
terlebih dahulu, baik persiapan alat bongkar muat dikapal maupun di
pelabuhan serta perlengkapan pemuatan.
Pada penanganan dan pengaturan muatan terutama pada saat
pemuatan maka harus diperhatikan benar-benar prinsip-prinsip
pemuatan agar kegiatan memuat tersebut berjalan dengan sistematis
cepat dan aman. Pada kenyataan banyak terjadi kendala pada saat
memuat diantaranya tutup palka yang tidak bisa terbuka dan tertutup
kembali pada saat proses pemuatan disebabkan pipa hydrolic dari
tutup palka banyak yang bocor atau rusak, sehingga hal ini tidak
sesuai dengan prinsip pemuatan yang ke tiga yaitu melindungi
muatan, bahwa perusahan pelayaran atau pihak pengangkut
bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan muatan sejak
kapal muat sampai kapal bongkar.
kemudian susahnya pengaturan penataan muatan oleh buruh
yang dikarenakan tidak tersediannya loader vehicle pada saat
memuat, sehingga kapal menjadi miring atau trim yang terlalu besar.
Selain itu dikarenakna penataan yang tidak optimal menyebabkan
terdapatnya broken stowage yang besar didalam palka, sehingga
sangat membahayakan kapal apabila sudut runtuh yang di miliki
15

muatan mengubah stabilitas kapal pada saat berlayar. Hal ini tentu
tidak sesuai dengan prinsip pemuatan yang ke dua yaitu melindungi
kapal Yang dimaksud melindungi kapal adalah suatu upaya agar kapal
tetap selamat selama kegiatan muat bongkar maupun dalam
pelayaran, misalnya menjaga stabilitas kapal

persiapan dan penataan


memuat

Persiapan sebelum memuat Pelaksanaan penataan muatan


di atas kapal

ndala saat persiapan Kendala-kendala saat penataan


memuat Upaya-upaya yang dilakukan Upaya-upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala untuk mengatasi kendala
Gambar

Efektif efisien, dan cepat sesuai Efektif, efisien, dan cepat sesuai
prinsip-prinsip pemuatan prinsip-prinsip pemuatan

2.1 : Kerangka Pikir


Pelaksanaan memuat
Penilitian
menjadi optimal

BAB III
PENUTUP
16

KESIMPUAN

Dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Optimalisasi adalah proses peningkatan sesuatu dengan perbuatan
untuk meningkatkan proses pelaksanaan bongkar muat.
2. Pelaksanaan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang
diharapkan.
3. Memuat adalah pekerjaan memuat barang dari atas dermaga,
tongkang atau dari dalam gudang untuk dapat dimuat di dalam
kapal.

DAFTAR PUSTAKA

Arso Martopo. (2001 ). Muatan berbahaya. Semarang: Politeknik llmu


Pelayaran Semarang.
Gianto. (1990) Pengaturan muatan Semarang: Politeknik llmu Pelayaran
Semarang.
17

Indrawanto. (1999). Kapal dan Muatannya. Jakarta: Koperasi Karyawan


BP3IP.
Istopo. (1991 ). kapal dan muatannya
Fakhrurrozi, (2017). Penanganan,pengaturan dan pengamanan muatan
kapal. Yogyakarta: Cv Budi Utama.
Muhajirin. (1990). Penanganan Muatan. Semarang: Politeknik llmu
Pelayaran Semarang.
Sutiyar. (1996). Kamus Istilah Pelayaran dan Perkapalan. Jakarta:
Pustaka Beta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
(1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai