Anda di halaman 1dari 14

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENANGANAN KETERLAMBATAN PROSES BONGKAR


MUAT KONTAINER DI ATAS KAPAL

DISUSUN OLEH

AGENG WELBY SAKANA


2101001
D-III STUDI NAUTIKA

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 5

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 10

B. Lokasi Penelitian 10

C. Jenis dan Sumber Data 11

D. Pemilihan Informan 12

E. Teknik Analisis Data 12

DAFTAR PUSTAKA 14

2
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Masuknya peti kemas ke Indonesia menjadi kemajuan yang sangat signifikan


bagi perekonomian di negara kepulauan ini. Meningkatnya perkembangan ini
dipengaruhi oleh transportasi yang lebih cepat dan efisien dari pelabuhan asal
menuju ke pelabuhan tujuan dan juga risiko kerusakan sekecil mungkin dengan
jumlah yang lebih besar dan biaya yang lebih ringan dibandingkan transportasi
yang lain. Saat ini peti kemas menjadi sangat populer karena dianggap sangat
menjanjikan dengan keuntungan yang lebih besar dari segi material maupun dari
segi waktu. Tapi kenyataan di lapangan saat pemuatan, pengaturan, dan
pengamanan peti kemas di atas kapal tidak sesuai dengan kemampuan kapal.
Terkadang terjadi beberapa permasalahan dalam kegiatan bongkar muat kontainer
sehingga membutuhkan biaya dan waktu tambahan untuk menyelesaikan kegiatan
bongkar muat kontainer.

Pada pembahasan karya ilmiah kali ini penulis akan meneliti tentang
penanganan keterlambatan proses bongkar muat container di atas kapal. Untuk
menunjang operasional kegiatan bongkar muat diperlukan peralatan bongkar muat
yang memadai di kapal maupun di pelabuhan untuk meminimalisir masalah dalam
kegiatan bongkar muat. Sebagai contoh hal yang penting dalam kegiatan bongkar
muat peti kemas adalah bay plan, yang perlu dilakukan ketelitian dalam
pembuatan maupun pembacaan supaya pelaksanaan kegiatan bongkar muat peti
kemas berjalan dengan baik dan kegiatan berjalan lebih efektif. Serta perlu adanya
pengarahan kepada buruh khususnya foreman (mandor dari buruh) maupun anak
buah kapal sebelum kegiatan bongkar berlangsung tentang keselamatan kerja
sesuai UU No.1/1970. Demi mengurangi risiko kecelakaan tinggi terhadap diri
sendiri dan orang lain saat melakukan pekerjaan.

Kegiatan bongkar muat yang mengalami keterlambatan akan sangat merugikan


pihak perusahaan karena akan membayar sewa lebih untuk operasional kapal yang
sedang bersandar per hari. Yang akan berdampak pada kenaikan harga barang dan
kegiatan jual beli akan menurun akibat kenaikan harga barang.

3
Dalam halini kita tidak tahu siapa yang harus disalahkan. Namun pada
kenyataannya berbagai keterlambatan yang sering terjadi diatas kapal pada
umumnya disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri atau human error Dari
uraian di atas maka penulis tertarik untuk menuangkannya dalam bentuk karya
ilmiah terapan yang berjudul

“Penanganan Keterlambatan Proses Bongkar Muat Kontainer Di Atas


Kapal”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka permasalahan yang diangkat


dalam penelitian ini adalah :
1. Apa faktor dan dampak yang menjadi penyebab keterlambatan proses bongkar
muat di atas kapal?

2. Bagaimana mengatasi keterlambatan kegiatan bongkar muat kontainer di atas


kapal?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini


sesuai rumusan masalah diatas untuk mengetahui

1. Untuk mengetahui faktor dan dampak yang menjadi penyebab


keterlambatan proses bongkar muat di atas kapal.

2. Untuk mengetahui cara penanggulangan keterlambatan bongkar muat kontainer


di atas kapal.

D. MANFAAT PENELITIAN

4
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang penanganan keterlambatan
proses bongkar muat kontainer guna meningkatkan efisiensi kerja.

2. Manfaat Praktis
Meningkatkan pengetahuan tentang penanganan keterlambatan
proses bongkar muat kontainer sehingga meningkatkan efisiensi waktu dan biaya
dapat ditekan tanpa menambah risiko keselamatan kerja maupun kemanan
berlayar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi-Definisi

a. Upaya peningkatan merupakan upaya untuk mencapai suatu


maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar masalah,
cara, usaha, ataupun suatu kegiatan.

b. Penerapan adalah proses, cara atau perbuatan menerapkan. Menurut Kamus


Besar Bahasa Indonesia, Penerapan merupakan proses, cara perbuatan
menerapkan. Sedangkan menurut Wahab dalam Van Meter dan Van Horn,
penerapan merupakan tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu-
individu atau kelompok-kelompok yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang
telah digariskan dalam keputusan.

c. Prosedur adalah suatu tata cara atau urutan kerja ataupun pedoman
yang harus diikuti untuk melaksanakan suatu kegiatan sehingga mendapatkan
hasil yang baik. Menurut Zaky Baridwan, Prosedu merupakan urutan-urutan
pekerjaan kerani, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau
lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi
transakisi yang sedang terjadi. Sedangkan menurut Mulyadi, Prosedur merupakan
suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu
departemen atau lebih, yangdibuat untuk menjamin penanganan secara seragam
transaksi
perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

5
d. Menurut F.D.C. Sudjamiko (2007:264) dalam buku yang berjudul
Pokok-Pokok Pelayaran Niaga, bongkar muat berarti pemindahan muatan
dari dan ke atas kapal untuk ditimbun ke dalam atau langsung diangkut ke
tempat pemilik barang dengan melalui dermaga pelabuhan dengan
mempergunakan alat pelengkap bongkar muat, baik yang berada di
dermaga maupun yang berada di kapal itu sendiri.

2. Peralatan bongkar muat

a. Bulk cargo handling equipment merupakan penanganan muatan dalam


menggunakan sabuk konveyor yang digerakan dengan mesin motor yang
terhubung dengan hopper.

b. Liquid cargo handling equipment merupakan penanganan muatan untuk kargo


cair.

c. General cargo handling equipment dapat ditangani dengan crane di dermaga

d. Container crane merupakan alat untuk proses bongkar muat container di


dermaga dengan memindahkan container dari kapal ke truck pengangkut.

3. bay plan
Bay Plan adalah perencanaan peletakan sebuah peti kemas dengan
mempertimbangkan ukuran, berat, jenis peti kemas, tujuan pengiriman serta daya
angkut kapal. Sehingga dengan adanya bay plan dapat menunjang efisiensi waktu
kegiatan bongkar muat pada kapal dan meminimalisir kerusakan pada peti kemas
maupun kapal yang menjadi panduan mualim jaga dalam pelaksanaan operasional
kegiatan bongkar muat peti kemas. Efisiensi penggunaan ruang kapal dalam bay plan
menjadi kunci utama karena akan berpengaruh untuk kegiatan bongkar dan muat di
pelabuhan selanjutnya sehingga menjadi lebih optimal dan tidak ada hambatan karena
adanya muatan peti kemas yang tertumpuk dengan peti kemas lain sehingga dalam
melakukan kegiatan bongkar harus melakukan shifting muatan sehingga waktu
pembongkaran akan bertambah dan biaya juga akan bertambah karena pemindahan
dan mengembalikan muatan tersebut, serta terdaoat risiko rusaknya peti kemas dalam
proses bongkar muatan. Apabila kegiatan pemuatan dan pembongkaran dilakukan di
beberapa pelabuhan maka untuk membedakan antar pelabuhan, diberikan perbedaan
warna serta tanda yang jelas supaya regu yang sedang berdinas jaga mengetahui dimana

6
letak peti kemas yang akan dibongkar dan dimana letak untuk peti kemas akan dimuat.
Dalam bay plan terdapat beberapa istilah koordinat yaitu bay, row dan tier.
a. Bay adalah pembagian muatan deengan urutan nomor membujur dari ujung haluan
menuju ke buritan kapal secara berurutan dengan penomoran ganjil untuk peti kemas
ukuran 20 feet, dan penomoran genap untuk peti kemas ukuran 40 feet.
b. Row adalah pembagian muatan dengan nomor melintang yang perhitungan pertama
dimulai dari tengah. Nomor ganjil untuk penomoran tengah menuju ke sisi kiri
(01,03,05,dst), sedangkan nomor genap untuk penomoran menuju ke sisi kanan
(02,04,06,dst) hingga batas lebar ruang muat kapal.

c. Tier adalah pembagian muatan secara vertikal dari paling bawah didalam palka (in
hold) hingga ke atas palka (on deck).

4. Komunikasi
Sebelum dimulainya suatu pemuatan dan pembongkaran, suatu stem
komunikasi yang terpercaya harus tersedia dan dites untuk pengontrolan operasi
suatu sistem tambahan yang siap sedia juga harus ada serta di setujui. Harus
diberikan cadangan untuk waktu yang diperlukan terhadap tindakan-tindakan
dalam menanggapi semboyansemboyan atau tanda-tanda. Sistem-sistem ini harus
mencakup tanda-tanda untuk :

a. Siap sedia (Stand by),


b. Mulai memuat atau mulai membongkar,
c. Kurangi kecepatan muat atau bongkar,
d. Berhenti memuat atau membongkar,
e. Berhenti karena diakibatkan keadaan darurat (Emergency stop).
Setiap tanda-tanda yang diperlukan harus disetujui dan dimengerti. Apabila jenis
atau tingkat minyak berbeda yang akan ditangani, namanama dan perinciannya
harus dimengerti dengan jelas oleh personil jaga kapal dan yang bertugas didarat
selama operasi bongkar muat berlangsung.

5. PeMUATAN
Menurut Otto S. Karlio (2012:1) penataan atau stowage dalam istilah kepelautan
merupakan salah satu bagian yang penting dari ilmu kecakapan pelaut. Dalam menyusun
muatan kontainer didalam kapal terdapat persyaratan yang harus dipenuhi sebagai
berikut:
a. Melindungi kapal dengan membagi muatan secara membujur untuk menciptakan
keadaan kapal yang seimbang dan kapal menjadi layak laut.
b. Melindungi anak buah kapal dan buruh dari risiko kecelakaan kerja.
c. Melindungi muatan kontainer dari kerusakan pada saat di kapal dan proses kegiatan
bongkar muat di pelabuhan tujuan. Memastikan bahwa muatan yang akan diterima

7
dalam keadaan baik serta melakukan pencegahan kerusakan muatan kontainer dengan
tindakan-tindakan sebagai berikut:
1) Memisahkan muatan container
2) Lashing muatan
3) Memperhatikan proses peletakan muatan agar dilaksanakan secara teratur dan
sistematis sesuai dengan bay plan sehingga menghindari:
a) Long hatch (pemuatan yang hanya dilakukan terkonsentrasi pada 1 palka saja
sehingga akan terjadi kerugian waktu dan biaya).
b) Over stowage (penempatan muatan yang menindis muatan dengan tujuan yang
berbeda sehingga pada saat pembongkaran diperlukan shifting yang akan menyebabkan
kerugian waktu dan biaya).

6. KETERLAMBATAN
Menurut Ervianto (2004), mengungkapkan bahwa keterlambatan adalah waktu
pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan rencana kegiatan
awal sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan mengikuti menjadi tertunda
atau tidak diselesaikan tepat sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Menurut
Callahan (1992), keterlambatan (delay) adalah apabila suatu aktifitas mengalami
penambahan waktu, atau tidak diselenggarakan sesuai dengan rencana yang
diharapkan. Keterlambatan kegiatan bongkar muat oleh awak kapal dapat diindetifikasi
jelas melalui schedule.

7. KONTAINER
Menurut R. P. Suyono (2005 : 263) Peti kemas adalah satu kemasan
yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai
berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut
muatan yang ada didalamnya.
Menurut Sudarsono (1994) Peti kemas dapat dikatakan sebagai
gudang mini yang bergerak dari satu tempat ke lain tempat sebagai akibat
dari adanya pengangkutan.
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa kontainer atau
peti kemas merupakan suatu ruangan dengan ukuran maupun bentuk terntu
yang digunakan untuk menyimpan barang dan juga mengangkut barang
untuk di pindahkan ke tempat tujuan yang dapat dipakai berulang kali.
Adapun jenis-jenis kontainer atau peti kemas berdasarkan fungsi
penggunaannya yaitu:

a. Dry Storage Container

8
Kontainer ini merupakan jenis kontainer yang pertama dan yang paling popular dan umu
digunakan. Kontainer ini memiliki ukuran 10 feet, 20 feet dan 40 feet (high cube) yang
dapat memuat sebagian besar jenis kargo yang bersifat kering.

b. Open Top Container


Kontainer ini dengan atap yang konvertibel yang dapat dilepas bagian atas dari
kontainer. Kontainer jenis ini cocok untuk muat kargo yang lebih tinggi dari container
atau kargo yang tidak dapat dimuat karena tidak bisa masuk melalui pintu container.

c. Tunnel container
Kontainer jenis ini mirip dengan dry storage container, hanya saja kontainer ini memiliki
2 sisi pintu yang dapat dibuka sehingga dapat mempercepat proses pemuatan.

d. Open Side Storage Container


Kontainer jenis ini terdapat dibuka dari bagian sampingnya sehingga dalam memuat
kargo yang lebih lebar dan panjang yang mana pada kontainer dry storage container
tidak dapat dimuat, pada kontainer jenis ini kargo dengan dimensi yang lebih besar
dapat dimuat.

e. Refrigerated ISO Container (REEFER)


Kontainer jenis ini dilengkapi dengan pendingin yang berfungsi untuk pengiriman kargo
dengan zat yang mudah membusuk seperti daging, buah dan sayuran. Kontainer ini
biasa digunakan pada kargo yang harus terkirim pada suhu tertentu.

9
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu deskriptif dengan pendekatan
kualitatif untuk menjabarkan objek yang diteliti serta kaidah yang diambil dari teori-teori
yang diambil dari topik pembahasan. Penulis menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan tujuan menjelaskan, menjabarkan dan menggambarkan sebuah
kejadian secara lebih rinci dengan hasil penulisan berupa kata-kata maupun pernyataan
keadaan yang sebenarbenarnya.

Menurut Sukmadinata (2017:72), penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian


yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomenafenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena buatan manusia yang bisa mencakup aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan
fenomena lainnya.

Perreault dan McCarthy (2006: 176) menjelaskan penelitian kualitatif merupakan


jenis penelitian yang bertujuan untuk menggali informasi secara dalam dan terbuka
pada berbagai tanggapan. Penelitian ini mencoba untuk orang untuk mengemukakan
berbagai pikiran mereka tentang suatu topik tanpa memberikan banyak pedoman atau
arahan pada mereka.

Menurut Sugiyono (2018:15) metode penelitian deskriptif kualitatif adalah metode


penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme yang biasa digunakan untuk
meneliti kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti 21 berperan sebagai instrumen
kunci dan melakukan melukiskan suatu keadaan secara objektif atau berdasarkan fakta-
fakta yang tampak.

B. LOKASI PENELITIAN
1. Waktu penelitian

Untuk waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah selama penulis melaksanakan
praktek laut diatas kapal yakni selama 12 bulan dengan mengumpulkan data-data yang
akan didapat selama praktek nantinya.

2. Tempat penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu pada saat penulis
melaksanakan praktek berlayar di atas kapal.

10
C. JENIS DAN SUMBER DATA
Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data
yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung atau
observasi langsung di atas kapal. artinya, cara pengumpulan data dengan menggunakan
mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dari sumber-
sumber ini diperoleh

data sebagai berikut :

1. Metode Lapangan

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada
obyek yang diteliti. Data dan informasi dikumpulkan melalui Observasi, yaitu
mengadakan pengamatan secara langsung dilapangan saat penulis melaksanakan praktek
lapangan. Di dalam suatu penelitian, selain menggunakan metode pokok, digunakan juga
metode pelengkap yang saling melengkapi atau saling mengisi. Observasi merupakan
metode pelengkap, teknik observasi digunakan dengan maksud untuk mendapatkan atau
mengumpulkan data secara langsung mengenai gejala-gejala tertentu dengan melakukan
pengamatan serta mencatat data yang berkaitan dengan pokok masalah yang diteliti.
Observasi yang penulis lakukan adalah dengan mengadakan pengamatan lansung,
mengamati cara-cara kerja prosedur darurat terkhusus pada prinsip penggunaan alat
keselamatan yang dilakukan oleh seluruh awak kapal, setelah itu oleh Perwira jaga akan
melakukan pengecekan prinsip serta tindakan yang harus diambil saat terjadi keadaan
darurat diatas kapal. Di samping itu observasi yang sangat penting dalam penelitian
deskriptif.

2. Tinjauan Pustaka

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca serta mempelajari literature,
buku-buku serta tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas,
untuk memperoleh landasan teori yang akan digunakan dalam membahas masalah yang
diteliti.

D. PEMILIHAN INFORMAN

11
Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data
yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung. Dari
sumber-sumber ini maka diperoleh data-data

sebagai berikut :

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru
yang memiliki sifat up to date. Teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data
adalah melalui pengamatan secara langsung. Penulis akan mengamati langsung proses
penanganan muatan diatas kapal yang disesuaikan oleh prosedur penanganan.

2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
melalui pihak kedua (biasanya diperoleh melalui badan / instansi pemerintah maupun
swasta). Data sekunder dapat juga diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, laporan,
jurnal dan lainnya. Objek penelitian proposal atau berhubungan dengan permasalahan
yang akan dibahas yang diperlukan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan formal dari
keadaan nyata dalam observasi. Serta dari informasi lain yang telah disampaikan pada
saat kuliah.

E. TEKNIK ANALISIS DATA


Metode penelitian Kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengungkap gejala holistic-kontekstual menjadi pengumpulan data dari latar alami
dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrument kunci. Penelitian kualitatif bersifat
deskriptif, yaitu cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif, proses dan
makna lebih ditonjolkan. Menurut Sugiyono, Metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.
Agar penelitiannya menjadi penelitian yang berkualitas maka data-data yang
dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data sekunder. Begitu penting
dan keharusan keterlibatan peneliti dan pengahayatan terhadap permasalahan dan subjek
penelitian, maka dapat dikatakan bahwa peneliti melekat erat dengan subjek penelitian.
Jadi tujuan dari metodologi ini yakni bukan suatu generalisasi melainkan pemahaman
secara mendalam terhadap suatu masalah.

Ada 3 tahapan dalam menganalisis data yaitu :

1. Reduksi data

12
Merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang penelitidapat menemukan
kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu
menerapkan metode observasi, wawancara atau sebagai dokumen yang berhubungan
dengan subjek yang sedang diteliti. Maknanya pada tahap ini yakni peneliti harus bisa
merekam data lapangan dalam bentuk catatan lapangan, harus bisa ditafsirkan atau
diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang sedang diteliti.
Selama proses reduksi data, peneliti dapat melanjutkan untuk meringkas dan menemukan
tema. Reduksi data berlangsung selama penelitian dilapangan sampai penelitian tersebut
selesai. Reduksi data merupakan analisis yang menekankan untuk mengorganisasikan
data, dengan demikian kesimpulannya dapat diverifikasi untuk dijadikan temuan
penelitian terhadap masalah-masalah yang sedang diteliti.

2. Melaksanakan penyajian data

Penyajian data yang telah diproleh kedalam sejumlah daftar kategori setiap data yang
didapat, penyajian data biasanya dalam bentuk teks naratif. Dalam penyajian data disusun
secara sistematis sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab
terhadap masalah yang diteliti. Maka dalam display data, peneliti disarankan untuk tidak
gegabah dalam mengambil kesimpulan.

3. Mengambil kesimpulan

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian
data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk menerima
masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data di
lapangan, dengan cara merefleksi kembali, penulis dapat bertukar pikiran dengan teman,
trigulasi sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

13
Ervianto, Wulfram I. 2004. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta:
Salemba Empat

Perreault, William D. and E. Jerome McCarthy. 2006. Essentials of Marketing: A


Global-Managerial Approach, Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.

Martopo, Arso dan Soegiyanto. 2004. Penanganan dan Pengaturan Muatan.


Semarang : Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang

Moleong, Lexy, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya: Bandung.

14

Anda mungkin juga menyukai