Anda di halaman 1dari 31

KARYA ILMIAH TERAPAN

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN AWAK KAPAL


UNTUK MENGHINDARI KESALAHAN PROSES
BONGKAR MUAT DI KAPAL

Disusun oleh

ADHIKA ATHA SUWANDI


NPT 2101008

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGAM DIPLOMA III


POLITEKNIK TRANSPORTASI
SUNGAI DANAU DAN
PENYEBRANGAN PALEMBANG
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................2
A. LATAR BELAKANG.............................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................2
C. BATASAN MASALAH..........................................................................2
D. TUJUAN PENELITIAN..........................................................................3
E. MANFAAT PENELITIAN......................................................................3
BAB II KAJIAN PUSATAKA....................................................................................4
A. LANDASAN TEORI...............................................................................4
1. Definisi-definisi.......................................................................................4
2. Metode Pembongkaran dan Pemuatan.....................................................9
3. Peralatan Bongkar Muat Di Kapal.........................................................12
4. Peran Awak Kapal Deck Dalam Proses Bongkar Muat........................14
5. Stadart Operasional Prosedur Bongkar Muat........................................19
B. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................22
BAB III....................................................................................................................23
A. JENIS PENELITIAN..............................................................................23
B. LOKASI PENELITIAN.........................................................................23
C. PENGUMPULAN DATA.....................................................................24
D. SUMBER DATA...................................................................................25
E. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL..................................................27
F. ANALISIS DATA.................................................................................27
1. Pengumpulan Data.................................................................................27
2. Menarik Kesimpulan..............................................................................28
G. PENARIKAN KESIMPULAN..............................................................28
H. PROSEDUR PENELITIAN...................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Transportasi laut memberikan konstribusi yang sangat besar bagi

perekonomian dunia dimana pengangkutan barang merupakan bagian

terpenting dalam bisnis transpotasi. Keefektifan terhadap operasional

pelayaran akan menurunkan biaya operasional yang memberikan dampak yang

besar bagi konsumen maupun penyedia layanan transportasi itu sendiri. Perlu

diketahui bahwa konstribusi transportasi laut menjadi semakin penting karena

nilai biaya yang dikeluarkan adalah paling kecil bila dibandingkan dengan

biaya transportasi darat ataupun udara. Selain itu jumlah barang yang dapat

dimuat, lebih banyak dibandingkan dengan moda transportasi lainnya.

Sampai saat ini sarana angkutan laut masih dianggap lebih efisien dan

ekonomis di dalam pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat lain atau

dari suatu negara ke negara lain, karena kemampuan memuatnya yang besar

yang belum dimiliki oleh moda transportasi yang lain.

Dalam perkembangannya kapal laut dapat dibedakan menurut tipenya

atau menurut jenis muatan yang diangkutnya, yaitu adalah kapal Chemical,

merupakan kapal yang khusus dirancang untuk mengangkut muatan kimia cair,

kapal tanker dirancang untuk muatan cair, bulk carrier khusus untuk

dirancang untuk mengangkut muatan dalam bentuk butiran (tidak dalam

kemasan), general cargo dirancang untuk mengangkut muatan campuran,

kapal penumpang/passenger ship dirancang untuk membawa penumpang,

kapal RO-
2

RO dirancang untuk membawa muatan berupa kendaraan bermotor, dan

kapal jenis kontainer dirancang untuk membawa muatan kontainer (peti

kemas).

Kontainer ini sendiri merupakan salah satu jenis media untuk mengemas

muatan berbahaya untuk di muat di kapal. Dimana setiap muatan yang

dikemas tersebut memiliki sifat sensitife dan betul-betul memerlukan

perhatian khusus. Mulai dari pengemasan, pemuatan di kapal, pemisahan

dengan muatan-mua tan lainnya, serta bagaimana menangani muatan pada

saat di kapal. Dalam hal ini jangan sampai ada kesalahan penanganan apalagi

sampai terjadi kebocoran dan akhirnya terjadi kontaminasi dengan muatan

lainnya hingga mengakibatkan banyak kerugian.

Dari uraian di atas maka penulisan tertarik untuk menuangkannya dalam

bentuk karya ilmiah terapan dengan judul “UPAYA PENINGKATAN

KETERAMPILAN AWAK KAPAL UNTUK MENGHINDARI

KESALAHAN PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ada

adalah bagaimana meningkatan keterampilan awak kapal untuk menghindari

kesalahan pada saat proses bongkar muat?

C. BATASAN MASALAH

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulisan memberikan batasan

masalah agar tidak terjadi penyimpangan dan perluasan di dalam pembahasan

karya ilmiah nantinya. Pembahasan karya ilmiah ini dibatasi hanya pada

masalah bongkar muat di kapal tempat taruna praktek berlayar.


3

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui upaya

peningkatan keterampilan awak kapal untuk menghindari kesalahan pada

saat proses bongkar muat.

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan memberikan masukan bagi mualim mengenai penanganan

muatan.

2. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dalam hal keterampilan

penanganan muatan.

3. Memberikan masukan bagi pembaca dan diharapkan dapat menambah

wawasan bagi para taruna taruni khususnya di lingkungan

POLTEKTRANS SDP PALEMBANG dalam hal penangan muatan.


BAB II
KAJIAN PUSATAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Definisi-definisi

a. Upaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III tahun 2003

yang dimaksudkan dengan upaya adalah usaha untuk mencapai suatu

maksud,memecahkan persoalan,mencari jalan keluar. Menurut

Poerwadarmita (1991 : 574). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Upaya

adalah usaha untuk mencapai maksud, akal, dan ikhtisar. Upaya

merupakan segala sesuatu yang bersifatmengusahakan terhadap

sesuatu hal supaya dapat lebih berdaya guna sesuai dengan

maksud,tujuan dan fungsi serta manfaat suatu hal tersebut

dilaksanakan.

Dari pengertian diatas,maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pengertian dari upaya adalah suatu kegiatan atau usaha dengan

menggunakan segala kekuatan yang ada dalam mengatasi suatu

masalah.

b. Peningkatan

Menurut seorang ahli bernama Adi S (2000:117). Peningkata n

Mutu Pendidikan. Peningkatan berasal dari kata tingkat, yang berarti

lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan.

Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan

peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan

upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas.

Peningkatan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan


6

kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga

berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan

sebagainya.

c. Keterampilan

Pengertian keterampilan menurut Muzni Ramanto, Soemarjadi,

Wikdati Zahri (1991:2). Kata keterampilan identik dengan kata

kecekatan. Orang yang dikatakan terampil adalah orang yang dalam

mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya secara cepat dan benar.

Akan tetapi, apabila orang tersebut mengerjakan atau mnyelesaika n

pekerjaanya dengan cepat akan tetapi hasilnya tidak sesuai atau salah

maka orang tersebut bukanlah orang yang disebut dengan terampil.

Begitu pun sebaliknya, jika orang tersebut menyelesaikan pekerjaanya

dengan benar tetapi lambat dalam menyelesaikannya, maka orang

tersebut juga tidak dapat dikatakan terampil.

d. Awak Kapal

Awak kapal adalah orang yang bekerja atau di pekerjakan di atas

kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas

kapal sesuai dengan jabatan yang tercantum dalam buku sijil,termasuk

Nakhoda ( UU No. 2/1992 ).

Nakhoda adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan

umum di atas kapal serta menjadi wewenang dan tanggung jawab

tertentu sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku ( UU

No. 21 / 1992 ).

e. Menghindari
7

Menurut berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

menghindari memiliki 1 arti. Menghindari berasal dari kata

dasar hindar. Menghindari memiliki arti dalam kelas verba atau kata

kerja sehingga menghindari dapat menyatakan suatu tindakan,

keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Arti menghindari berarti menjauhkan diri dari. Menghindari juga

berarti mengelak dan sebagainya supaya terlepas dari sesuatu.

f. Kesalahan

Menurut Hukum Pidana Kesalahan adalah dasar untuk

pertanggungjawaban. Kesalahan merupakan keadaan jiwa dari si

pembuat dan hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya.

Mengenai keadaan jiwa dari seseorang yang melakukan perbuatan,

lazim disebut sebagai kemampuan bertanggung jawab, sedangkan

hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya itu merupakan

kesengajaan, kealpaan, serta alasan pemaaf.

g. Proses

Menurut definisinya, proses adalah serangkaian langkah

sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulangkali,

untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh, setiap tahapan

itu secara konsisten mengarah pada hasil yang diinginkan.


8

h. Bongkar Muat

Menurut Badudu (2001:200) dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Bongkar diterjemahkan sebagai: Bongkar berarti

mengangkat, membawa keluar semua isi sesuatu, mengeluarkan semua

atau memindahkan. Pengertian Muat: berisi, pas, cocok, masuk ada

didalamnya, dapat berisi, memuat, mengisi, kedalam, menempatka n.

Pembongkaran merupakan suatu pemindahan barang dari suatu tempat

ke tempat lain dan bisa juga dikatakan suatu pembongkaran barang

dari kapal ke dermaga, dari dermaga ke gudang atau sebaliknya dari

gudang ke gudang atau dari gudang ke dermaga baru diangkut ke

kapal.

i. Kapal

Menurut stitu resmi Wikipedia, ensiklopedia bebas. Kapal,

adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai

dsb) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal

biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci.

Sedangkan dalam istilah inggris, dipisahkan antara ship yang lebih

besar dan boat yang lebih kecil. Secara kebiasaannya kapal dapat

membawa perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran

sebenarnya di mana sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh

undang-undang dan peraturan atau kebiasaan setempat.


9

2. Metode Pembongkaran dan Pemuatan

a. Muatan peti kemas

Terdapat 4 metode dalam pembongkaran dan pemuatan peti

kemas yang umum:

1) Trailler storage system

Peti kemas impor yang dibongkar dari kapal dengan

menggunakan crane dan diletakkan pada road trailer yang ditarik

menuju ke suatu posisi yang telah ditentukan dalam areal

penumpukan dan selanjutnya ditarik dengan menggunakan road

tractor/traktor. Trailer-trailer yang membawa peti kemas untuk

ekspor ditempatkan pada storage area dengan road tractor dan

ditarik untuk dimuat ke kapal dengan peralatan pelabuhan. Peti

kemas- peti kemas tersebut disusun satu per satu dengan ketinggia

n satu susun.

2) The havy duty fork-lift truck system

Truck fork-lift dipakai sebagai pengangkut beban berat

dengan kapasitas 42 ton dan sebuah top-lift spreader mampu

menumpuk peti kemas ukuran 40 feet bermuatan penuh dengan

ketinggian susun dua hingga tiga peti kemas, lazimnya dengan

ketinggian susun dua. Sebuah side spreader dapat dipakai untuk

peti kemas ukuran 20 feet dalam keadaan bermuatan penuh


10

maupun kosong serta untuk peti kemas kosong ukuran 40 feet.

Peti kemas kosong dapat ditumpuk hingga ketinggian susun

empat. Truk jenis ini dapat memindahkan peti kemas dari sisi

kapal areal penumpukan.

3) Straddle-carrier system / Sistem straddle carrier

Penanganan peti kemas dengan sistem straddle carrier

adalah yang paling menonjol saat ini. Straddle-carrier dapat

menumpuk peti kemas dengan ketinggian susun 2 atau 3 buah,

menggerakkan peti kemas antara dermaga dan lapangan

penumpukan serta melakukan bongkar dan muat peti kemas ke

dan dari transportasi darat.

4) Gantry crane system.

Pada sistem ini peti kemas ditumpuk dengan menggunak an

rail-mounted atau robber-tyred gantry-crane. Rail crane dapat

menumpuk peti kemas dengan ketinggian hingga susun 5.

Pemindahan peti kemas antara dermaga dan areal penumpukan

dilakukan dengan menggunakan unit tractor trailler. Sistem ini

menghemat penggunaan lahan karena penumpukan bersusun

tinggi. Gantry crane memiliki rekor keamanan yang bagus, biaya

perawatan rendah dan berumur lebih panjang bila dibandingka n

dengan straddle carrier.

b. Muatan curah

Ada 4 sistem dasar pembongkaran muatan curah kering yang

dikenal oleh terminal operator, yaitu grab, system pneumatik, vertical


11

conveyor dan tangga bucket (bucket elevator). Untuk

unit trhrougputantara 50 dan 100 ton per jam, sistem yang paling tepat

dalam sistem pneumatik atau sistem conveyor vertikal. Untuk

throughput antara 1000 s/d 5000 ton per jam, maka sistem yang paling

sesuai adalah sistem grab atau bucket elevator. Sistem atau metode

pembongkaran dan muatan curah kering paling banyak digunaka n

adalah sistem grab.

c. Muatan minyak

1) Sistem lingkaran pipa utama (Ring main system)

Sistem ini umumnya digunakan pada kapal-kapal tanker

pengangkut minyak produk.

2) Sistem langsung (Direct system)

Sistem ini digunakan pada kapal-kapal pengankut minyak

mentah dengan ukuran sedang dan kapal-kapal pengangkut minyak

produk sederhana. Pada sistem ini dibagi menjadi tiga bagian,

dimana tiap bagian dilayani oleh satu pipa, yang mana masing-

masing dihubungkan satu sama lain agar ndapat digunakan secara

bersamaan bila diperlukan.

3) Sistem aliran bebas (Free flow system)

Pada dasarnya system ini menggunakan gaya berat muatan itu

sendiri, yakni dengan cara memasang pintu-pintu saluran dinding-

dinding kedap antara tanki muatan yang dapat diatur dari deck.

Guna pintu saluran adalah untuk mengatur trim kapal.


12

4) Sistem lingkaran ganda pipa utama (Double ring main system)

System ini umumnya digunakan pada kapal-kapal tanker

pengangku minyak produk dengan bermacam-macam grade,

gunanya untuk menghindari terjadinyakontaminasi antar muatan

yang tidak sejenis gradenya.

Sistem ini memang serba guna tetapi karena rumitnya dapat

mengakibatkan kerumitan dalam menangani serta membutuhka n

waktu untuk pembersihannya bila terjadi pergantian jenis muatan.

3. Peralatan Bongkar Muat Di Kapal

a. Kapal Tanker

1) Tangki muatan (Cargo tanks)

Tanki-tanki Muatan (cargo tanks) biasanya terbagi tiga

bagian secara melintang dan dipisahkan dengan dinding - dinding

membujur (longitudinal) sehingga masing - masing disebut Tanki

sayap kiri dan kanan (wing tank) serta Tanki tengah (center tank).

2) Sistem pipa kapal

a) Deck lines

b) Drop lines

c) Stripping lines

d) Cross-overs

e) Bypasses

f) Master valves

g) Tank suction valves

h) Sea suction valves.


13

3) Cargo Pump

Fungsi dari pompa adalah untuk membongkar muatan,

membongkar sisa-sisa muatan atau pengeringan serta tank

washing, ballast dan deballasting. Kapasitas efektif suatu pompa

dipengaruhi oleh tahanan pada pipa dan kerangan, kecepatan dari

aliran, Viscosity dari cairan muatan, jarak ketempat penampunga n

serta Kavitasi di dalam pompa.

b. Kapal Kontainer & Kapal Curah

Yang termasuk alat-alat bongkar muat adalah :

1) Tiang muat (Mast)

Adalah bangunan berbentuk tiang berdiri tegak, tempat untuk

bertumpunya dan menggantungnya batang muat.

2) Batang muat (Boom/Derrick)

Salah satu instalasi cargo handling yang terdiri dari

komponen tiang agung (Mast), batang muat (Boom) yang ujung-

ujungnya dilengkapi peralatan yang disebut heel fitting dan head

fitting yang digunakan untuk tempat menempelnya batang muat

dengan mast dan pada ujung lainnya untuk tempat pemasangan tali

span dan tali muat.

a) Goose neck bracket

Tempat pemasangan pena yang berhubungan dengan heel

fitting.
14

b) Topping bracket

Tempat pemasangan span block yang berhubungan

dengan peralatan head fitting dan cargo.

c) Winch

Winch untuk menggulung tali-tali bongkar muat.

Perlengkapan lainnya yang harus dipasang pada saat kegiatan

bongkar muat adalah block, tali dan hook.

3) Keran dek (Deck Crane)

Merupakan instalasi bongkar muat dimana peralatan ini dapat

melayani dua lubang palka. Peralatan ini mempunyai perbedaan

dengan derrick boom yaitu tidak membutuhkan persiapan

pemasangan perlengkapan bongkar muat karena perlengkapannya

sudah menjadi satu kesatuan. Pengoperasiannya cukup dilakukan

oleh seorang operator dan dapat beputar 3600.

4) Mesin penggerak (Winch)

Suatu alat fungsinya untuk menggerakkan alat-alat muat

bongkar, diantaranya untuk menggerakkan boom secara vertical dan

horizontal, juga untuk mengarea dan menghibob reep muat (cargo

runner).

4. Peran Awak Kapal Deck Dalam Proses Bongkar Muat

a. Mualim Jaga/Officer On Duty

Pada saat bongkar muat,perwira jaga anjungan mempunyai

tanggung jawab pada kegiatan bongkar muat yaitu:


15

1) Membaca stowage plan untuk mengetahui letak tiap muatan serta

jumlah dan beratnya, mengawasi kegiatan bongkar muat untuk

menghindari kapal dalam keadaan hooging atau shagging, trim by

head atau trim by astern, broken stowage, over carriage, dan

sebagai dokumen pertanggung jawaban atas pengaturan muatan.

2) Mengontrol dan memeriksa bekerjanya peralatan bongkar muat.

3) Membaca draft kapal untuk mengetahui jumlah muatan atau

deadweight kapal, untuk keselamatan pelayaran pada darerah

dengan kedalaman yang kecil sehingga kapal tidak grounding atau

kandas.

4) Meronda keliling palka sehubungan dengan stowage, pencurian

lashing, tali maupun pemasangan alat-alat keselamatan seperti jala-

jala / separasi dan lain-lain.

Syarat untuk menjadi mualim jaga:

1) Memiliki Ijazah ANT I, ANT II, ANT III sesuai dengan jabatannya.

2) Memiliki sertifikat keterampilan SAT, SDSD, SSO. Sebagai seorang

officer maka wajib memiliki sertifikat tersebut.

3) Mengusai tentang penanganan & pengaturan muatan.

4) Memahami dan mematuhi standar operasional prosedur dalam

bekerja.

5) Paham dan bertanggung jawab mengenai tugas sebagai Mualim jaga.


16

b. Mualim I/Chief Officer

Mualim I bertanggung jawab atas:

1) Perencanaan muatan yang aman dan efisien. Menyelenggarakan

ringkasan seluruh muatan yang dimuat selama berdinas di kapal

dan dilanjutkan oleh Mualim I berikutnya. Informasi dapat

diperoleh dari Bill of Lading atau resi mualim/laporan ullage

(untuk kapal tanker).

2) Secara langsung mengawasi persiapan, pemuatan, pengamanan dan

pembongkaran muatan.

3) Menghitung kondisi kapal mengyangkut draft kapal setelah selesai

operasi muatan.

Syarat untuk menjadi mualim I yaitu:

1) Memiliki ijazah ANT II untuk kapal tak terbatas, ANT III untuk

kapal dibawah 3000 DWT.

2) Mempunyai sertifikat keterampilan yang mumpuni.

3) Mengusai tentang perancanaan muatan.

4) Menguasai tentang penanganan dan pengaturan muatan.

5) Bisa mongoperasikan cargo crane.

6) Mampu membuat perancanaan dan pembagian tugas pada

bawahan.

7) Memahami dan mematuhi standar operasional prosedur dalam

bekerja.

8) Paham dan bertanggung jawab mengenai tugas sebagai chief

officer.
17

c. Bosun/Boatswain

Bosun bertanggung jawab atas:

1) Pemeliharaaan peralatan bongkar muat.

2) Membantu operasi muatan, pencucian palka,dan tugas jaga labuh.

3) Merencanakan pelaksanaan pelumasan alat bongkar muar.

4) Tugas-tugas lain yang diberikan oleh Nahkoda dan Mualim I

(Chief Officer).

5) Mencatat dan melaporkan semua pelaksanaan kerjanya kepada

Chief officer.

Syarat untuk menjadi bosun:

1) Sesuai peraturan STCW 1978 Amandemen 2010 : Reg. II/5 and

STCW 1978 Amandemen 2010 Code Section A-II/5 untuk

menjadi Bosun di kapal pesiar dan Cargo diharuskan memilik i

kompetensi dan bersertifikasi Rating As Able deck.Untuk kapal

tanker Bosun juga diwajibkan untuk memiliki sertifikat BOCT (

Basic of Chemical Tanker). Hal ini sama persis dengan

persyaratan untuk menjadi AB. Perbedaanya adalah jabatan bosun

didapatkan karena promosi dari captain atau perusahaan.

2) Bisa mongoperasikan cargo crane.

3) Mengerti dan mematuhi standart operasional prosedur dalam

bekerja.

4) Mengerti tentang penanganan dan pengaturan muatan.

5) Mampu membuat perencaan dan pembagian tugas pada bawahan.


18

6) Paham dan bertanggung jawab mengenai tugas sebagai seorang

bosun.

d. Juru Mudi/AB (Able Boedid Seaman)

Tanggung jawab juru mudi adalah:

1) Membantu Mualim Jaga pada saat jaga anjungan dalam bongkar

muat seperti mengawasi bongkar muat, meronda keliling palka,

dan mengontrol bekerjanya peralatan bongkar muat.

2) Mencatat dan melaporkan kegiatan/pelaksanaan bongkar muat di

buku harian jurumudi.

3) Mengemudikan derek dan crane saat dibutuhkan.

4) Penanganan kargo, peralatan bongkar muat seperti yang diarahkan

oleh perwira.

Syarat menjadi Juru mudi:

1) Memiliki kompetensi dan bersertifikasi Rating as Able Deck dan

memiliki sertifikat BOCT (Basic Of Chemical Tanker)

2) Mampu mengoperasikan crane dan derek.

3) Mengerti tentang penanganan muatan.

4) Paham dan bertanggung jawab mengenai tugas sebagai seorang

Juru mudi.

5) Mengerti dan mematuhi standart operasional prosedur dalam

bekerja.
19

e. Kelasi/OS (Ordinary Seaman)

Tanggung jawab Kelasi yaitu:

1) Membantu mengamankan dan mengencangkan kargo, memeriksa

segala keausan atau masalah lain atau ketidakpatuhan yang

mungkin membahayakan keselamatan di atas kapal.

2) Membantu dalam penanganan dan pengoperasian peralatan, mesin

bongkar muat.

Syarat menjadi seorang kelasi yaitu:

1) Mengerti tentang tali-temali.

2) Mengerti tentang pengoperasian alat bongkar muat.

3) Mengerti tentang bongkar muat.

4) Mengerti dan mematuhi standart operasional prosedur dalam

bekerja.

5) Paham dan bertanggung jawab mengenai tugas sebagai seorang

Kelasi.

5. Stadart Operasional Prosedur Bongkar Muat

Secara umum Mualim-I (Chief Officer) bertanggung jawab atas

kegiatan yang menyangkut bongkar muat di kapal . Dalam melaksanakan

tanggung jawabnya Mualim-I (Chief Officer) dibantu oleh Perwira Jaga,

Bosun, Juru Mudi. Berikut adalah tahap untuk melaksanakan bongkar

muat:

a. Pembongkaran Kontainer

1) Mualim I (Chief Officer) harus menyiapkan perencanaan

pembongkaran yang menunjukkan jumlah seluruh kontainer yang

akan dibongkar dipelabuhan.


20

2) Mualim I (Chief Officer) mengkalkulasi kondisi kapal pada saat

pembongkaran muatan.

3) Mualim I (Chief Officer) bekerja sama dengan terminal supervisor

dan menyetujui perencanaan pembongkaran setelah membuat

persetujuan yang diperlukan berkenaan dengan perubahan tempat

tujuan yang diberikan oleh agen. Satu salinan perencanaan yang

telah disetujui harus diberikan kepada Foreman, Mualim Jaga dan

juru mudi jaga.

4) Petugas jaga harus konsisten memeriksa apakah lashing telah

diperiksa dengan benar bahwa lashing tersebut telah dilepaskan

dari kontainer dengan aman sesuai perencanaan pembongkaran.

5) Petugas jaga harus melakukan pengecekan terhadap sepatu

kontainer (Twislock), apakah Twislock pin telah terbuka sesuai

dengan perencanaan pembongkaran.

6) Petugas jaga harus meyakinkan bahwa peralatan lashing kontainer

(Lashing Gear) telah dirapikan ditempat yang disediakan.

b. Pemuatan Kontainer

1) Mualim I telah menerima daftar kontainer (Container List) untuk

memastikan kategori masing-masing kontainer dengan petugas

darat (Stevedore-planner).

2) Mualim I harus memastikan tinggi dan berat tidak melebihi batas

maksimum yang di ijinkan di palka/ruangan muat (In Hole) dan

berat masing- masing Row tidak melebihi batas kemampuan (Deck

Load Capacity) dari Tank Top.


21

3) Mualim I harus memastikan bahwa kontainer dimuat sesuai dengan

kategorinya kontainer termasuk berat masing- masing kontainer dan

tujuan. Serta meyakinkan bahwa kontainer yang dimuat tidak

melebihi kemampuan Deck (Deck Load Capacity) tutup palka

(Hatch Cover).

4) Petugas jaga harus memastikan bahwa got dalam keaadan aman

sehingga tidak ada genangan air yang dapat merusak muatan.

5) Petugas jaga mencatat seluruh aktifitas berdasarkan waktu ke

dalam Port Log sebagai bukti keterangan suatu hal yang terjadi

pada saat proses bongkar muat.

6) Petugas jaga senatiasa mengecek draft untuk memastikan bahwa

stabilitas kapal aman saat proses bongkar-muat.

c. Sebelum keberangkatan

1) Mualim I harus memperoleh perencanaan muatan/kontainer yang

terakhir (Final Stowage Plan) dari agen, mencatat setiap perubahan

dan perencanaan awal muatan dan memperbaharui data pada

loading computer.

2) Sebagaimana mestinya untuk memastikan bahwa stabilitas dan

tegangan yang terjadi masih dapat diterima. Mualim I harus

memberikan kepada nakhoda tentang kondisi kapal saat berangkat.

3) Nakhoda harus memastikan bahwa kapal cukup stabilitas, apabila

nakhoda merasa ada kelainan terhadap kapal dan memutuskan

kapal tidak berangkat berdasarkan pengalaman, pertimbanga n,


22

pengamatan maka nakhoda harus segera melaporkan kepada

perusahaan.

4) Petugas jaga harus memastikan bahwa Lashing pada kontainer

sudah dilaksanakan dengan benar dan termasuk Twistlock sudah

terkunci dengan benar.

5) Petugas Jaga harus memastikan bahwa peralatan lashing telah

diletakkan ditempatnya semula.

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menuangkan pokok pokok

pikiran kedalam sebuah kerangka berpikir yang dirangkai pada suatu skema

alur pembahasan sebagai berikut :

Inti permasalahan :
Kurangnya Keterampilan Awak Kapal
Untuk Mengenghindari Kesalahan
Proses
Bongkar Muat
Standart Operasional
Pengamatan Prosedur Bongkar Muat Di
Penerapan
Kapal

Hasil Pengamatan Penyelesaian


BAB III

METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka penelitian

ini akan dilaksanakan dan dirancang melalui penelitian secara kuantitatif

yakni dengan menggunakan pendekatan survey. Penelitian survey memiliki

tiga tujuan utama yaitu menggambarkan keadaan saat tertentu,

mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk membandingkan,

dan menentukan hubungan kejadian yang spesifik.

B. LOKASI PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Tempat penelitian untuk Karya Ilmiah Terapan ini adalah diatas kapal

yang dimana ketika penulis akan melaksanakan Praktek Laut (PRALA) di

atas kapal, selama 12 bulan dengan mengumpulkan data-data yang akan

didapat selama praktek nantinya. Sehingga penulis dapat menjawab

rumusan masalah yang sudah di rumuskan dalam Karya Ilmiah Terapan ini

melalui observasi sesuai dengan keadaan sesungguhnya di atas kapal.

2. Tempat Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu


pada saat penulis melaksanakan praktek berlayar di atas kapal.
3. Lokasi Penelitian

Penulis akan melaksanakan praktek laut selama satu tahun di atas

kapal ditahun 2023 ini hingga 2024 sebagai Deck Cadet. Dalam kurun

waktu tersebut kegiatan yang dilakukan tidak hanya meneliti permasalahan

yang diangkat dalam karya ilmiah terapan ini, melainkan juga mengerjakan

tugas-tugas dari Politeknik Transportasi sungai, Danau, dan Penyebrangan

Palembang serta dari para mualim dalam memperlancar pengoperasian

kapal yang membatasi waktu penulis dalam melaksanakan penelitian.


24

C. PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan

peneliti untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Pengumpulan data

dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan nyata.

Dalam penyampaian hasil penelitian ke dalam sebuah tulisan tentunya harus

disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian. Masing-masing

bagian dari tulisan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh sebab

itu sangat dibutuhkan data – data yang akurat. Untuk memperoleh data – data

tersebut secara akurat, maka diperlukan beberapa metode pengumpulan data.

Metode pengumpulan data ada beberapa macam tergantung dari bagaimana

penyampaian hasil penelitian tersebut nantinya.

Namun demikian, dari sekian banyak metode penelitian tidak ada satu

metode yang dianggap paling sempurna. Tiap – tiap metode memiliki kelebihan

dan kekurangan masing – masing. Untuk membuat penyampaian hasil

penelitian kedalam sebuah tulisan agar dapat memenuhi kriteria – kriteria yang

diwajibkan, maka harus dilengkapi dengan metode pengumpulan data lebih

dari satu. Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa teknik pengump

ulan data diantaranya :

1. Observasi

Metode observasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan

cara melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku,

obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam

mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Penulis mengadakan

pengamatan secara langsung di atas kapal ketika melaksanakan.


25

Penulis menitikberatkan beberapa hal saat pengamatan yaitu mengenai

proses bongkar muat diatas kapal. Hal ini dilaksanakan untuk

membandingkan serta mencari kesesuaian antara keterangan yang

diperoleh dari studi pustaka dengan fakta-fakta di atas kapal.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi beberapa pertanyaan langsung kepada responden

untuk dijawab sesuai dengan pengetahuan dan sikap responden. Kuesioner

dapat menggunakan media kertas maupun dengan internet. Penulis memilih

menggunakan media internet dengan membagikan link google form kepada

responden untuk kemudian diisi oleh responden.

3. Dokumentasi

Penulis juga menggunakan metode dokumentasi yaitu metode

yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto / gambar mengenai

proses bongkar muat di kapal.

D. SUMBER DATA

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh atau

semua informasi yang merupakan benda nyata, sesuatu yang abstrak,

peristiwa, atau gejala. Adapun data yang penulis kumpulkan bersumber dari

dua data yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau

pertama. Penulis memperoleh data-data primer dengan observasi langsung

terhadap obyek penelitian yaitu alat-alat bongkar muat di kapal. Observasi


26

dilakukan dengan mencoba pengoperasian secara langsung dengan di

dampingi oleh mualim jaga.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah suatu data yang diperoleh dari hasil

kumpulan data sebelumnya. Peneliti melaporkan hasil observasi orang lain

yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Maksudnya data

sekunder merupakan data yang diperoleh terlebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang di luar penyelidik sendiri walaupun yang

dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli. Data ini penulis dapatkan

dari :

a. Buku-buku atau literatur- literatur

Data ini berupa rangkuman dan ringkasan yang penulis

dapatkan dari buku serta literatur lainnya mengenai proses bongkar

muat di kapal serta buku tentang peta elektronik.

b. Fasilitas Internet

Penulis menggunakan fasilitas internet untuk memperoleh data


pendukung yang dapat dijadikan sebagai referensi.
27

E. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek (Arikunto, 2006). Populasi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh crew atau ABK (Anak Buah

Kapal).

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik

penentuan sampel yang penulis gunakan adalah purposive sampling.

Teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut

yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Margono, 2005). Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian

adalah anak buah kapal Deck.

F. ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah teknik analis is

Nonstatistik, yaitu dalam analisis ini tidak di lakukan perhitungan statistik.

Kegiatan analisis ini dilakukan dengan membaca dan menyimpulkan data yang

telah diolah. Penulis juga menggunakan teknik analisis data yang

menggunakan langkah- langkah seperti yang dikemukakan oleh Lexy J.

Meoleong, yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis

data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan


28

menggunakan observasi (pengamatan), wawancara, dan dokumentasi.

Dalam pengumpulan data ini penulis akan mengamati tingkah laku awak

kapal dalam kepatuhannya menjalankan standar operasional prosedur

bongkar muat saat penulis melaksanakan PRALA (Praktek Laut) selama ±

12 bulan.

2. Menarik Kesimpulan

Menarik Kesimpulan merupakan kemampuan penulis dalam

menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses

penelitian. Dalam proses ini penulis akan menarik kesimpulan sesuai

dengan hasil penelitian yang sudah penulis dapatkan dari pengamatan

langsung oleh sumber data primer (awak kapal) di atas kapal lalu

membandingkannya dengan sumber data sekunder.

G. PENARIKAN KESIMPULAN

Dalam karya ilmiah ini penulis menggunakan metode penarikan

kesimpulan induktif, yaitu berfikir dari hal- hal yang khusus kemudian

membawanya kepada hal- hal yang bersifat umum. Sebagai contoh kasus

yang terjadi di satu dan kapal lainnya yang sama-sama melakukan proses

bongkar muat sehingga kesimpulan ini nantinya akan dapat berguna sebagai

acuan apabila dikemudian hari ditemukan permasalahan yang sejenis dengan

pembahasan dalam penulisan ini.

H. PROSEDUR PENELITIAN

Dalam penyusunan ini melalui beberapa tahap yang ditempuh oleh

penulis. Hal itu dilakukan agar dalam penyusunan dapat sistematis antara lain:

1. Pra penelitian
29

Menyiapkan peralatan dan perlengkapan penelitian diatas kapal.

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan adalah kamera, buku dan alat

tulis.

2. Tahap pengumpulan data primer (penelitian lapangan)

Periode Pengumpulan data primer (penelitian lapangan) adalah

selama penulis melaksanakan praktek laut.

3. Tahap pengumpulan data sekunder (studi pustaka)

Untuk meningkatkan logika berpikir, penulis melakukan studi

pustaka terhadap literatur- literatur yang berhubungan dengan karya ilmiah

terapan. Media yang penulis gunakan dalam tahap ini buku-buku referensi,

alat tulis, serta media internet.

4. Hasil penelitian dan pembahasan masalah

Hasil penelitian diperoleh berdasarkan temuan masalah yang ada.

Pembahasan masalah dilakukan dengan membandingkan temuan masalah

dengan teori-teori yang ada.

5. Pemecahan masalah

Pemecahan masalah diberikan dalam bentuk prosedur pengoperasian

peralatan bongkar muat yang benar.

6. Kesimpulan dan saran.

Kesimpulan diberikan dari hasil pemecahan terhadap masalah yang

dibahas. Saran diberikan untuk seluruh individu dan instansi yang terlibat

dalam permasalahan proses bongkar muat di kapal.


DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S dan Mohammad, Sutan. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Daily, Medan Bisnis. (2013). Proses Bongkar Muat Diduga Penyebab Kapal
Semen Miring. http://www.mdn.biz.id/n/67703/. Diakses pada tanggal 15
April 2019.

Handayaningrat, Soewarno. (2006). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan


Manajemen. Jakarta : Gunung Agung.

McDaniel, The Law Offices of Countryman &. (2006). A Cargo Nightmare Prize
Contender. http://www.cargolaw.com/2006nightmare_hyundai_fort.html.
Diakses pada tanggal 15 April 2019.

Muzni Ramanto, Soemarjadi, Wikdati Zahri. (1991:2). Pendidikan Keterampilan.


Jakarta: Depdikbud.

Poerwadarmita. (1991:4). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

S, Adi. (2000:117). Peningkatan Mutu Pendidikan. Jakarta : PT. Primacon Jaya.

Andi,Ilham. (2014). Penanganan dan Pengaturan Muatan di kapal kontainer.


http://mypelajaranpelaut.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 10 Maret
2021

Luthfiyah Fitwi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif (Sistematika Penelitian


Kualitatif).
http://wordpress.com/teknologipendidikan/metodepenelitiankualitatif-
sistematika-penelitiankualitatif. Diakses pada tanggal 11 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai