Anda di halaman 1dari 56

i

ANALISA KEPEMIMPINAN NAKHODA DALAM


MENCIPTAKAN KEHARMONISAN
DI KAPAL MT. TRANSKO BIMA

Makalah Karya Ilmiah Terapan


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada Diklat Peningkatan
Kompetensi Kepelautan Tingkat - I

Oleh :

YUNI KISWANTO
NIPD : 20.22.2.3.1.30020

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN

POLITEKNIK ILMU PELAYARAN

SEMARANG
ii

2022

HALAMAN PERSETUJUAN
i
“ANALISA KEPEMIMPINAN NAKHODA DALAM
MENCIPTAKAN KEHARMONISAN
DI KAPAL MT. TRANSKO BIMA”

DISUSUN OLEH :

YUNI KISWANTO
NIPD : 20.22.2.3.1.30020

Telah diperiksa dan disetujui, selanjutnya dapat diujikan di depan Dewan


Penguji Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.

Pembimbing I Pembimbing II

CAPT. I.KADEK LAJU, SH,M.M,M.Mar AGUS HARIYANTO, S.Kom, M.Sc


Pembina (IV/a) Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19730203 200212 1 002 NIP. 19800801 200812 1 000

Mengetahui
Ketua Program Diklat Peningkatan
Kompetensi Kelautan

FEBRIA SURJAMAN, MT, M.Mar.E


iii

Penata Muda Tk.I (III/b)


NIP. 197302 8199303 1 002

HALAMAN PENGESAHAN
ii

Makalah yang berjudul “Analisa Kepemimpinan Nakhoda Dalam


Menciptakan Keharmonisan Di Kapal MT. Trasnko Bima” telah diuji
dan disahkan oleh Tim Penguji Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
di Semarang

Telah diujikan dan disyahkan oleh Dewan Penguji


Serta dinyatakan lulus dengan nilai...
Pada tanggal...

Disusun oleh :

YUNI KISWANTO
NIPD : 20.22.2.3.1.30020

Penguji I Penguji II

Capt. TRI KISMANTORO, MM, M.Mar Capt. SUHERMAN, M.Mar


Penata Tk. I (III/d) Pembina (IV/a)
NIP. 19751012 199808 1 001 NIP. 19660915 199903 1 001

Dikukuhkan Oleh
Direktur Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
iv

Capt. DIAN WAHDIANA, MM


Pembina Tk.I (IV/b)
NIP. 19700711 199803 1 003
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji iii


syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa bahwa dengan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini untuk memenuhi kurikulum DP-I Nautika.
Penulisan makalah ini berdasarkan motivasi penulis untuk membahas
beberapa permasalahan yang terjadi di MT. TRANSKO BIMA, dimana
dalam hal ini penulis tertarik menulis judul makalah “Analisa
Kepemimpinan Nakhoda Dalam Menciptakan Keharmonisan di
kapal MT. Transko Bima”. Pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Capt. Dian Wahdiana, M.M selaku Direktur Politeknik ilmu
pelayaran (PIP) Semarang.
2. Capt. Tri Kismantoro, M.M, M.Mar selaku Ketua Program Diklat
Peningkatan Kompetensi Kepelautan (DPKK) dan selaku Penguji I.
3. Capt. I Kadek Laju, SH, M.M, M.Mar selaku Pembimbing I.
4. Agus Hariyanto, S.Kom, M.Sc selaku Pembimbing II.
5. Capt. Suherman, M. Mar selaku Penguji II
6. Bapak/Ibu, seluruh dosen dan staf di PIP Semarang.
7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan.
8. Semua rekan-rekan DP-I Nautika PIP Semarang, Periode XX 2022.
Demikian akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan pihak lainnya.

Semarang, September 2022

Penulis
v

DAFTAR ISI
iv

Lembar Judul......................................................................................... i
Halaman Persetujuan............................................................................ ii
Halaman Pengesahan........................................................................... iii
Kata Pengantar...................................................................................... iv
Daftar Isi................................................................................................. v
Daftar Tabel........................................................................................... vii
Daftar Lampiran..................................................................................... viii
Glosaria.................................................................................................. ix
Bab : I Pendahuluan

A. Latar belakang………………………………………………… 1

B. Tujuan dan manfaat penulisan……………………............... 3

C. Ruang lingkup…………………………………………………. 4

D. Metode penyajian……………………………………………… 4

E. Metode Analisa Data………………………………………….. 6

Bab : II Fakta dan Permasalahan

A. Objek Penelitian………………………………………………. 7

B. Fakta Kondisi………………………………………………….. 8

C. Permasalahan…………………………………………………. 9

D. Masalah Utama………………………………………………... 11

Bab : III pembahasan

A. Landasan teori…………………………………………………. 14
vi

B. Analisis penyebab masalah…………………………………… 24

C. Analisis pemecahan masalah.………………………………... 27

v
vii

BAB : IV Penutup

A. Kesimpulan………………………………………………….. 34

B. Saran…………………………………………………………. 34

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

vi
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ship Particular MT. TRANSKO BIMA.................................... 7

Tabel 2.2 USG (Urgency, Seriousness, Growth).................................. 12

vii
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar kapal MT. TRANSKO BIMA

Lampiran 2 MT. TRANSKO BIMA Ship Particulars  

Lampiran 3 MT. TRANSKO BIMA Crew List

Lampiran 4 Pengarahan Crew Oleh Pemimpin Kapal yaitu Nakhoda

Lampiran 5 Makan Bersama Dalam Menumbuhkan Keharmonisan

Lampiran 6 Pembuatan Seragam Dan Foto Bersama


(Untuk Menumbuhkan Kebersamaan Dan Keharmonisan)

viii
x

GLOSARIA

Nakhoda : Adalah pemimpin kapal sesuai peraturan


perundang-undangan yang berlaku.
Awak Kapal : Adalah orang yang bekerja atau
dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik
kapal atau operator kapal melakukan
tugas di atas kapal sesuai dengan
jabatannya yang tercantum dalam buku
sijil.
Organisasi Kapal : Adalah terdiri dari seorang
Nakhoda selaku pimpinan umum di atas
kapal dan anak buah kapal yang terdiri
dari para perwira kapal dan non perwira
atau bawahan.
DPA (Designation Person : Adalah yang ditunjuk oleh suatu
perusahaan dan memiliki akses langsung
Ashore)
dengan management perusahaan dan
menjadi penghubung antara pihak kapal
dengan managemnent perusahaan, yang
memiliki tanggung jawab untuk
memonitor berbagai aspek terkait
keselamatan dan keamanan kapal.
Owner Superintendent : Adalah orang yang mengelola dan
mengarahkan suatu organisasi. Lebih
mudahnya adalah orang yang
bertanggung jawab pemegang proyek di
lapangan. Levelnya berada diatas
supervisor, foreman, dan mekanik.

ix
xi

Ship Owner : Adalah Pemilik kapal yang berstatus


perseorangan (individual) atau secara
berkelompok dalam suatu perusahaan
(group) yang menyewakan
(mencharterkan) kapal miliknya kepada
penyewa kapal (Charterer) secara C/P
disepakati.
Ship Operator : Adalah Perusahaan pelayaran yang
bergerak mengoperasikan kapal sesui
perjanjian yang telah di sepakati dan
bertanggung jawab kepada Ship Owner
sebagai pemilik kapal.
Ship Charterer : Adalah sebuah perusahaan yang
menyewa kapal ke pada owner atau
pemilik kapal.
Onboard training : Adalah pelaksanaan latihan yang
berlangsung di atas kapal.
Trainee : Adalah instruktur atau pelatih.

Training : Adalah kegiatan pelatihan untuk


meningkatkan kemampuan dan
keterampilan.
Kapal Tanker : Adalah Jenis kapal yang telah didesain
agar mampu mengangkut berbagai jenis
minyak, cairan kimia hingga jenis likuid
lainnya.
Oil Tanker : Adalah Jenis kapal yang telah didesain
agar mampu mengangkut khusus minyak.
Asphalt Pen 60 70 : Adalah bahan hidro karbon yang bersifat
melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air,
x
dan viskoelastis. Dan bahan untuk
xii

pengerasan jalan, Serta di Indonesia


biasanya menggunakan penetrasi 60 70.
Loading Cargo : Adalah kegiatan pemuatan barang.

Discharge Cargo : Adalah kegiatan pembongkaran muatan.

Depot Asphalt : Adalah fasilitas industri yang berfungsi


untuk menyimpan Asphalt. Dari TBBM
ini, produk asphalt  kemudian dikirim ke
pengecer maupun industri.
PT. Pertamina (Persero) : Adalah sebuah BUMN yang bertugas
mengelola penambangan minyak dan gas
bumi di Indonesia.
PT. Pertamina Trans Adalah anak usaha Pertamina yang
menyediakan berbagai macam jasa
Kontinental 
maritim. Untuk mendukung kegiatan
bisnisnya, hingga tanggal 31 Desember
2020, perusahaan ini memiliki 11 kantor
cabang dan 25 kantor subcabang yang
tersebar di seluruh Indonesia
PT. Pertamina : Adalah Subholding Integrated Marine
Logistics yang diresmikan pada tahun
International Shipping
2021, awalnya dibentuk melalui spin-
off usaha charter out dengan tujuan untuk
mendapatkan pendapatan riil, yang
nantinya secara konsolidasi akan
memberikan keuntungan kepada PT
Pertamina (Persero) secara profesional,
sesuai dengan praktik pelayaran yang
berlaku.

xi

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu
Negara Maritim terbesar di dunia yang memiliki wilayah lautan
mencapai 2/3 bagian dari luas wilayah daratannya. Indonesia juga
merupakan negara kepulauan (archipelagic state) yang memiliki garis
pantai sepanjang 81.000 KM dan terdiri ± 17.500 pulau pulau yang
terbentang di sekitar garis Khatulistiwa. Negara kepulauan sering juga
disebut negara maritim dimana wilayah suatu negara maritim meliputi
wilayah daratan dan wilayah perairan. Oleh sebab itu, dilihat dari
wilayah dan posisi negara Indonesia yang strategis dan sangat cocok
sekali sebagai alat transportasi laut untuk negara tersebut adalah
kapal. Kapal di jaman modern seperti ini belum bisa digantikan oleh
alat transportasi lain. kapal merupakan suatu alat atau moda
transportasi laut yang digunakan untuk mengangkut barang atau
orang dari suatu tempat ke tempat lain dari suatu titik ke titik yang lain
dari satu pulau ke pulau yang lain atau dari suatu pelabuhan ke
pelabuhan lain dengan jumlah besar ataupun kecil. Sedangkan di atas
kapal di pimpin oleh seorang “Nakhoda”, yang mempunyai pengertian
menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran,
nakhoda adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi
pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung
jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Di dalam lingkunan kerja di atas kapal yang sangat penuh


dengan pekerjaan, tugas, tanggung jawab, dan aturan yang mengikat
dalam dunia maritime di atas kapal sangat membutuhkan suasana
atau lingkungan kerja yang harmonis. Dimana keharmonisan tersebut

1
2

sangat di pengaruhi oleh peran pemimpinnya dalam


menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya. Oleh sebab itu nakhoda
yang di beri tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin
kapal sangat dibutuhkan perannya dalam memimpin kapal untuk
menciptakan lingkungan kerja yang harmonis.

Dengan berhadapan dan selalu tatap muka baik didalam tugas


yang sama maupun menjalankan fungsi masing-masing baik itu
bawahan ataupun perwira dalam pergaulan sehari-hari akan
mengalami situasi yang tidak sama, tidak sependapat, konflik atau
keadaan yang kurang nyaman sehingga menimbulkan keadaan
lingkungan kerja tidak harmonis.

Di dalam suasa kerja yang tidak nyaman atau harmonis tertunya


mempunyai dampak ataupun pengaruh yang tidak baik bagi kapal dan
perusahaan, seperti misalnya menurunnya kwalitas kinerja di atas
kapal itu sendiri, konflik, perkelahian, hubungan yang tidak baik antar
awak kapal.

Berdasarkan uraian permasalahan yang sering terjadi di atas


kapal seperti uraian di atas maka saya tertarik untuk mengangkat dan
membahas judul “Analisa Kepemimpinan Nakhoda Dalam
Menciptakan Keharmonisan Di Kapal MT.Transko Bima”.
MT.Transko Bima merupakan jenis kapal oil tanker yang mengangkut
bitumen atau asphalt cair pen 60 70 milik PT.Pertamina
Transkontinental yang di operasikan oleh PT. Pertamina International
Shipping dan di sewa oleh PT.Pertamina (Persero) dengan daerah
operasional di perairan Indonesia. Dimana pelabuhan muat di Cilacap
dan pelabuhan bongkar di Gresik. MT.Transko Bima sebagai objek
penelitian merupakan tempat dimana saya bekerja sebagai mualim I
dari tanggal 26 April 2021 hingga 30 Maret 2022.
3

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor permasalahan sehubungan


dengan kepemimpinan “Nakhoda” di kapal MT. Transko
Bima.

b. Untuk landasan teori meneliti yang terkait faktor-faktor


permasalahan sehingga dapat menentukan penyebab
kurangnya keharmonisan di kapal MT. Transko Bima

c. Untuk menganalisa faktor-faktor masalah, menentukan


penyebab dan menentukan kepemimpinan nakhoda dalam
menciptakan keharmonisan di kapal MT. Transko Bima.

2. Manfaat Penulisan

a. Akademik

1) Sebagai tambahan referensi, acuan dan bacaan ilmiah


untuk memperkaya pengetahuan khususnya yang
menyangkut kepemimpinan nakhoda dalam menciptakan
suasana kerja yang harmonis di kapal.
2) Dan diharapkan memberi sumbangan saran kepada
lembaga Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang sebagai
bahan kelengkapan perpustakaan sehingga berguna bagi
pembaca maupun siswa pendidikan lainnya.

b. Praktis

Sebagai panduan dan pedoman praktis bagi


Nakhoda, Senior Officer, dalam menjalankan tugas tugas dan
tanggung jawab kepemimpinannya dalam menciptakan
suasana kerja yang harmonis di kapal.
4

C. Ruang Lingkup

Mengingat bahwa bahasan kepemimpinan dan keharmonisan


dapat menyangkut hal yang sangat luas dan harus dibahas dalam
waktu yang relatif singkat dan terbatas dan agar pembahasan tetap
fokus dan tidak melebar, maka sesuai dengan judul di atas maka
penulis membatasi ruang lingkup bahasan penulisan makalah ini yaitu
pada analisa kepemimpinan nakhoda dalam menciptakan
keharmonisan di kapal MT. Transko Bima.

D. Metode Penyajian
Karya tulis ilmiah adalah kegiatan penuangan data lapangan atau
gagasan pemikiran seseorang dalam bentuk karangan atau tulisan
dengan dengan mengikuti aturan dan metode ilmu pengetahuan.
Menurut Syamsudin (1994), tulisan ilmiah adalah naskhah yang
membahas suatu masalah atas dasar konsepsi keilmuan, dengan
memilih metode penyajian tertentu secara utuh, teratur dan konsisten.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa


metode penelitian yang umum dan layak dipergunakan sebagai alat
penelitian, adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi lapangan (Field Research) adalah Merupakan penelitian


yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung
pada objek yang diteliti untuk memperoleh data primer dengan
cara mendatangi atau bekerja di kapal MT.Transko Bima
perusahaan PT.Pertamina International Shipping . Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi
(pengamatan) secara sistematik. Dimana data-data tersebut
mempunyai kebenaran atau keabsahan sehingga dapat
mempertanggungjawabkan penulisan ini.
5

a. Studi pustaka dalam penyusunan makalah ini berasal dari


referensi buku-buku dan literatur-literatur yang relevan dengan
permasalahan yang penulis bahas di makalah ini, baik dari
buku-buku kepustakaan maupun dari berbagai media lainnya.

b. Buku-buku manual dan buku-buku pelajaran ANT I yang erat


kaitannya dengan penulisan makalah ini.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan (Field Research) adalah suatu teknik


penelitian yang mengumpulkan data atau informasi secara
langsung kepada objek penelitian dengan cara wawancara dan
melakukan pengamatan. Studi lapangan dalam penyusunan
makalah ini berasal dari pengalaman dan pengamatan penulis
selama bekerja di MT. Transko Bima, serta diskusi dan tukar
menukar informasi dengan rekan maupun dengan pihak-pihak lain
yang terkait.

3. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam bukunya Prof.Dr.Sugiono


Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D (2011:145)
mengemukakan bahwa “Observasi” merupakan suatu proses yang
komplexs, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan spikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan. Melalui observasi peneliti
akan mengetahui dan belajar tentang perilaku dan makna dari
perilaku tersebut melalui pengamatan dan pencatatan yang
diselidiki secara sistematik dengan cara melakukan penelitian
secara cermat dengan melakukan tinjauan langsung untuk
memperoleh data yang asli atau autentik terkait dengan masalah.
Observasi dalam penyusunan makalah ini dilakukan di
MT.Transko Bima sebagai objek penelitian.
6

E. Metode Analisa Data

Metode analisa data dilakukan berdasarkan metode deskriptif.


Melalui bukunya, Sukmadinata (2006) menjelaskan bahwa definisi dari
penelitian dengan metode deskriptif adalah karakteristik penelitian
yang mengungkapkan secara spesifik berbagai fenomena sosial dan
alam yang ada di dalam kehidupan masyarakat. Metode kualitatif
adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat
postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah. (Sebagai lawannya adalah experiment) dimana peneliti
adalah sebagai intrumen kunci, teknik pengumpulan data di lakukan
secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasai (Prof. Dr. Sugiyono : 2011:9).

Adapun teknik analisa kualitatif dilakukan dengan cara


memaparkan hasil observasi, interview mendalam, dan dokumen-
dokumen terkait yang berhubungan dengan kejadian atau
permasalahan terkait dengan gaya kepemimpinan nakhoda dalam
menciptakan keharmonisan di kapal MT. Transko Bima. Kemudian
diadakan tindakan analisa, pengecekan, perbaikan maupun
penggantian (jika diperlukan) sesuai yang diinginkan.
7

BAB II
FAKTA DAN PERMASALAHAN

A. Objek Penelitian

MT.TRANSKO BIMA adalah kapal berjenis oil tanker dengan


muatan bitumen atau asphalt cair pen 60 70 (Gambar MT.TRANSKO
BIMA dapat dilihat pada Lampiran 1). Nama “TRANSKO” di ambil dari
nama “Transkontinental” dan nama “BIMA” diambil dari tokoh
pewayangan yaitu “Padawa Lima”, Dengan owner PT. Pertamina
Transkontinental serta di operasikan oleh PT. Pertamina International
Shipping. “MT.TRANSKO BIMA” beroperasi di kawasan perairan
Indonesia dengan pelabuhan muat Cilacap dan pelabuhan bongkar di
Gresik. Untuk menunjang dan guna kelengkapan penelitian ini penulis
sampaikan data MT. TRANSKO BIMA sebagai berikut.

Tabel 2.1
Ship Particular MT. TRANSKO BIMA
Name MT. Transko Bima
Call Sign YBOJ2
Flag Indonesia
Port Of Registry Jakarta
Owner PT. Pertamina Transkontinental (PTK)
Operator PT. Pertamina International Shipping (PIS)
Agent PT. Pertamina Transkontinental (PTK)
Ship Type Oil Tanker
Classification Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)
Number of Crew 17 Person

Sumber : MT. TRANSKO BIMA (Detail Ship Particular/data kapal)


dapat dilihat pada lampiran 2)

7
8

B. Fakta Kondisi

MT.TRANSKO BIMA yang di operasikan oleh PT.Pertamina


International Shipping (PIS) dan di charter oleh PT.Pertamina
(Persero) melakukan tugasnya di perairan Indonesia dengan
pelabuhan muat di Cilacap. Dimana proses pemuatan menghabiskan
waktu selama kurang lebih 24 jam. Dengan waktu yang di butuhkan
dalam pelayaran dari pelabuhan Cilacap ke pelabuhan Gresik
membutuhkan waktu lamanya sekitar 70 jam. Sedangkan proses
pembongkaraan di pelabuhan Gresik membutuhkan waktu sekitar 30
jam. MT.TRANSKO BIMA dengan kapasitas tanki muat atau full
muatan sekitar 3500 MT harus memenuhi kebutuhan asphalt cair
untuk di daerah Jawa Timur melewati “Depot Pelabuhan Asphalt
Gresik”. Sedangkan kapal tanker yang beroperasi dalam
pengangkutan pendistribusian asphalt cair untuk wilayah pelabuhan
Gresik hanya menggunakan kapal MT.TRANSKO BIMA untuk itu
kegiatan pendistribusian asphalt cair sangatlah sibuk dan padat akan
jadwal pengangkutan pendistribusian ke pelabuhan Gresik.
Dengan terjadinya sibuknya atau padatnya jadwal
pendistribusian asphalt cair ke pelabuhan Gresik tentunya waktu
istirahat kapal dan awaknya sangat minim, dan kinerja di atas kapal
sangat extra agar kelancaran operasional tetap terjamin dan berjalan
lancar. Oleh sebab itu pastinya suasana lingkungan kerja di atas kapal
tidak tentu sama, kadang kala terjadi titik jenu yang tinggi karena
mengemban tugas yang sibuk dan padat dalam menjalankan
tanggung jawabnya. Dengan padatnya tugas, dan titik jenu yang tinggi
sering kali menimbulkan tidak sependapat, konflik dan jika terjadi
kondisi keparahan bisa menimbulkan perkelahian di antar pekerja
atau awak kapal dalam mengemban tugasnya masing masing.
Di lihat faktor faktor pendukung di atas dimana sangat bisa
menimbulkan perpecahan sehingga keharmonisan di lingkungan kerja
9

kurang baik. Maka oleh sebab itu sangat membutuhkan peran


kepemimpinan seorang nakhoda dalam memimpin kapalnya dan
terciptannya keharmonisan di lingkungan kerja di atas kapal. Oleh
sebab itu disini seorang pemimpin kapal atau “Nakhoda” harus dan
dituntut mempunyai wawasan, pengetahuan, dan keterampilan
kepemimpinan (Leadership) yang baik.

C. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Di simpulkan dari data data atau keterangan yang terjadi


berhubungan dengan menurunnya kepemimpinan dan
keharmonisan antar awak kapal MT. Trasnko Bima di sebabkan
karena :

a. Kurangnya pengetahuan dan wawasan ilmu kepemimpinan

MT.TRANSKO BIMA harus memenuhi kebutuhan


asphalt cair untuk di daerah Jawa Timur melewati “Depot
Pelabuhan Asphalt Gresik” dan hanya menggunakan kapal
MT.TRANSKO BIMA, untuk itu kegiatan pendistribusian
asphalt cair sangatlah padat akan jadwal pengankutan
pendistribusian ke pelabuhan Gresik. Maka sangat dibutuhkan
pengetahuan dan wawasan ilmu kepemimpinan agar
operasional kapal berjalan lancar dan harmonis.

b. Kurangnya pemimpin untuk mempelajari karakter bawahannya

Di kalangan antar pekerja, sebagai seorang pemimpin


sangat perlu sekali untuk mempelajari karakter-karakter lawan
kerjannya atau bawahannya agar mempermudah dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya. Dan menentukan sikap
untuk memimpin orang di sekelilingnya agar
kepemimpinannya berjalan lancar dan menghasilkan kinerja
yang baik dan terjalinnya keharmonisan.
10

c. Kurangnya hiburan yang menyebabkan kejenuan atau stess

Padatnya pengopersian kapal MT. TRANSKO BIMA


dalam memenuhi kebutuhan asphalt cair sehinnga
menimbulkan padatnya pekerjaan di atas kapal serta
kurannya hiburan, keadaan ini dapat menimbulkan titik jenu
atau stress bagi pekerja di kapal dan seseorang mudah
marah. Keadaan ini sangatlah mempengaruhi terhadap
keharmonisan di lingkungan kerja di atas kapal.

d. Kurangnya keselarasan yang menyebabkan menurunnya


keharmonisan.

Di atas kapal sering terjadi perbedaan pendapat dalam


mengatasi permasalahan-permasalahan pekerjaan di atas
kapal. Perbedaan-perbedaan pendapat atau ide-ide atar
pekerja tersebut sering kali menimbulkan konflik jika tidak di
pahami ataupun dimaklumi antar pekerja. Pendapat juga
menjadi kesempatan yang bagus agar dapat membuat ide
menjadi lebih baik. Namun, jika ada awak kapal yang tidak
setuju pada suatu ide pekerjaan di atas kapal dan tidak mau
melakukannya, tentu saja akan menyebabkan konflik dan
menurunnya keharmonisan di lingkungan kerja di atas kapal.

e. Kurangnya tenggang rasa dan ketergantungan pekerjaan

Disetiap pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan di


atas kapal sangatlah membutuhkan dan melibatkan dari
berbagai fungsi di atas kapal. Keadaan ini sering kali
memicu konflik di atas kapal, dan konflik ini biasanya terjadi
ketika seseorang pekerja di atas kapal bergantung pada
orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dimana
dalam penyelesaian pekerjaan tersebut kurang adanya
tenggang rasa antar pekerja atau awak kapal maka sering
11

memicu konflik dan menurunnya keharmonisan di


lingkungan kerja di atas kapal. Misalnya, seorang “Mualim I”
tidak dapat melakukan perhitungan stabilitas kapal jika tidak
memiliki data-data tank kondisi bahan bakar dan oli
pelumas yang di dapat dari masinis 2, ini tentunya akan
menghambat pekerjaan mualim I jika seorang masinis 2
terus menerus terlambat memberikan laporan data-data
tank kondisi. Hal ini juga tentu akan mempengaruhi
penyelesaian tugas mualin I dalam perhitungan stabilitas
kapal, sehingga menimbulkan konflik dan menurunnya
keharmonisan di lingkungan kerja di atas kapal.

D. Masalah Utama
Dari 5 (Lima) masalah tersebut diatas diambil 2 (dua) masalah yang
paling dominan untuk diangkat dan dibahas pada bab selanjutnya. Untuk
memilih masalah utamanya maka penulis menggunakan metode analisa USG.
Dikutip dari “https://www.academia.edu/37557148/METODE-USG-
URGENSI-SERIOUSNESS-GROWTH” metode USG digunakan untuk
menentukan masalah utama, dan dilakukan dengan cara membandingkan
masalah yang satu dengan masalah lainnya.

U (Urgency) : Masalah yang jika tidak segera ditangani atau


diselesaikan dapat berdampak fatal untuk
jangka waktu panjang.
S (Seriousness) : Masalah yang jika terlambat diatasi dapat
berpengaruh besar terhadap kegiatan, tetapi
berpengaruh dalam jangka pendek.
G (Growth) : Potensi masalah untuk tumbuh dan
berkembang dalam jangka panjang serta
munculnnya masalah baru dalam jangka
panjang.
12

Metode USG dilakukan dengan cara membandingkan seluruh


masalah yang sudah teridentifikasi satu sama lain. Perbandingan
dinilai dari sisi U, S, dan G dimana nantinya tiap masalah akan
memiliki angka kemunculan dan dijumlahkan dimana total nilai
terbesarlah yang akan menjadi masalah prioritas atau menjadi
masalah utama yang akan diangkat di bab selanjutnya. Berikut hasil
perbandingan masalah yang sudah teridentifikasi yang dapat dilihat
pada table USG.
Tabel 2.2 USG (Urgency, Seriousness, Growth)

Analisa Nilai
No Masalah U S G Prioritas
Perbandingan USGT
A Minimnya A-B A B A
pengetahuan dan A-C A C A
4 - 48 I
wawasan ilmu A-D A D A
kepemimpinan A-E A E A
B Kurangnya pemimpin B-C B C B
untuk mempelajari B-D D B D 1326 III
karakter bawahannya B-E E B B
C Kurangnya hiburan
C-D D C D
yang menyebabkan - 4 - 4 V
C-E E C E
kejenuan atau stess
D Kurangnya keselarasan
yang menyebabkan E D
D-E
menurunnya D 3137 II
keharmonisan

E Kurangnya tenggang
rasa dan E
- - - 2215 IV
ketergantungan
pekerjaan
13

Dari proses pengolahan data terhadap masalah-masalah yang


ada diatas dengan mempergunakan metode USG maka diperoleh
masalah utama yaitu :

1. Mengapa minimnya pengetahuan dan wawasan ilmu


kepemimpinan ?
2. Mengapa Kurangnya keselarasan yang menyebabkan
menurunnya keharmonisan?
14

BAB III

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Sebelum membahas tentang gaya kepemimpinan nakhoda


dalam menciptakan keharmonisan di kapal MT.TRANSKO BIMA,
maka Penulis terlebih dahulu menyusun landasan teori yang akan
digunakan agar mempermudah dalam memahami permasalahan,
penyebab masalah dan pemecahan masalah yang akan diangkat atau
dibahas dalam makalah ini. Penulis melakukan penyusunan landasan
teori bertujuan untuk memahami secara teori baik yang bersumber
dari buku, dokumen, atau sumber sejenis yang berasal dari media
cetak maupun internet. Selain itu untuk melengkapi kelengkapan
penyusunan landasan teori, digunakan sumber lain yang berasal
media lain yang mendukung sumber sehingga diperoleh beberapa
pengertian yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam
makalah ini. Untuk itu penulis akan melakukan tinjauan pustaka
berdasarkan dasar-dasar diatas.

1. Manjemen

Menurut George Robert Terry (2020:13) dalam bukunya Edy


Warsopurnomo berjudul kepemimpinan, Manjemen adalah
sebuah proses yang khas yang terdiri dari beberapa tindakan,
perencanaan, organisasi, mengerakkan, dan pengawasan.

Semua itu di lakukan untuk menentukan dan menciptakan


target atau sasaran yang ingin di capai dengan memanfaatkan
semua sumber daya, termasuk sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.

14
15

2. Kepemimpinan

Edy warsopurnomo (2020:21) mengalir dari pengertian


manajemen adalah “kemampuan atau ketrampilan untuk
memperoleh suatu hasil melalui kegiatan dan atau bersama orang
lain” maka untuk mampu atau terampil mengerakkan orang
kirannya diperlukan motor untuk mengerakkan orang-orang yang
diajak bersama-sama untuk memperoleh sesuatu hasil. Motor
atau daya yang diperlukan dalam hal ini adalah disebut dengan
“Kepemimpinan atau Leadership”.

Jadi, kepemimpinan atau Leadership merupakan “Motor atau


daya pengerak dari semua sumber dan alat (resources) yang
tersedia bagi suatu organisasi”. Resources secara garis besar
dapat di golongkan menjadi dua golongan besar yakni :

a. Human resources

b. Non human resources

3. Fungsi dan peran pemimpin

Menurut Sutrisno (2014:219)“ Pemimpin dalam suatu


organisasi memiliki peranan yang sangat penting, tidak hanya
secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, akan tetapi juga
dalam menghadapi berbagai pihak di luar organisasi yang
kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
organisasi mencapai tujuannya”. Peran tersebut dapat
dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu yang bersifat interpersonal,
informasional, dan dalam pengambilan keputusan.

a. Peranan yang bersifat interpersonal

Dewasa ini telah umum diterima pendapat bahwa salah


satu tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang manajer ialah
keterampilan isani. Keterampilan tersebut mutlak perlu karna
pada dasarnya dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang
16

manajer berinteraksi dengan manusia lain, bukan hanya dengan


bawahannya, akan tetapi juga berbagai pihak yang
berkepentingan, yang dikenal dengan istilah stakeholder, di
dalam dan di luar organisasi. Itulah yang dimaksud dengan
peran interpersonal yang menampakkan diri.

b. Peranan yang bersifat Informasional

Informasi merupakan aset organisasi yang kritikal


sifatnya. Dikatakan demikian karena dewasa ini dan dimasa
yang akan datang sukar membayangkan adanya kegiatan
organisasi yang dapat terlaksana dengan efisien dan efektif
tanpa dukungan informasi yang mutakhir, lengkap, dan dapat
dipercaya karena diolah dengan baik. Peran tersebut mengambil
tiga hal bentuk, yaitu :

1) Pemantau arus informasi yang terjadi dari dan kedalam


organisasi. Seorang manager selalu menerima berbagai
informasi bahkan juga informasi yang sebenarnya tidak harus
ditunjukka kepadanya, tetapi kepada orang lain dalam
organisasi. Dalam kaitan ini perlu ditekankan bahwa berkat
kemajuan dan terobosan dalam bidang teknologi informasi,
yang dihadapi oleh manajer ialah melimpahkan informasi
yang diterimanya.

2) Peran sebagai pemberi informasi. Berbagai informasi yang


diterima oleh seseorang mungkin berguna dalam
penyelenggaraan fungi manajerialnya, akan tetapi mungkin
pula untuk disalurkan kepada orang lain atau pihak lain dalam
organisasi. Peran ini menuntut pemahaman yang mendalam
tentang makna informasi yang diterimanya, dan pengetahuan
tentang berbagai fungsi yang harus diselenggarakan.
17

3) Peran selaku juru bicara organisasi. Peran ini memerlukan


kemampuan menyalurkan informasi secara tepat kepada
berbagai pihak diluar organisasi, terutama jika menyangkut
informasi tentang rencana, kebijaksanaan, tindakan, dan hasil
yang telah dicapai oleh organisasi. Peranan ini juga menuntut
pengetahuan yang mendalam tentang berbagai aspek industri
yang ditanganinya maka, peran tersebut sangat penting
dalam pembentukan dan pemeliharaan citra positif organisasi
yang dipimpinnya.

c. Peran Pengambil Keputusan

1) Peranan ini mengambil tiga bentuk suatu keputusan, yaitu :


Enterpreneur, seorang pemimpin diharapkan mampu
mengkaji terus menerus situasi yang dihadapi oleh
organisasi, untuk mencari dan menemukan peluang yang
dapat dimanfaatkan, meskipun kajian itu sering menuntut
terjadinya perubahan dalam organisasi.

2) Peredam gangguan, peran ini memikul tanggung jawab


untuk mengambil tindakan korektif apabila organisasi
menghadapi gangguan serius yang apabila tidak ditangani
akan berdampak negatif kepada organisasi.

3) Pembagi sumber dana dan daya. Tidak jarang orang


berpendapat bahwa makin itnggi posisi manajerial
seseorang, wewenang pun makin besar. Wewenang atau
kekuasaan itu paling sering menampakkan diri pada
kekuasaan untuk mengalokasikan dana dan daya. Termasuk
diantaranya wewenang untuk menempatkan orang pada
posisi tertentu, wewenang mempromosikan orang,
menurunkan pangkat. Kewenangan itulah yang membuat
para bawahan bergantung kepadanya.
18

4. Gaya kepemimpinan

Menurut Rivai dan Mulyadi dalam Kumala & Agustina


(2018:27) mendefinisikan bahwa “Gaya kepemimpinan adalah
sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi
bawahan agar sasaran organisasi dapat tercapai atau dapat pula
dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan
strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang
pemimpin”.

Menurut Soekarso dalam Kumala & Agustina (2018:2)


definisi gaya kepemimpinan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Gaya Kepemimpinan adalah perilaku atau tindakan pemimpin


dalam mempengaruhi para anggota atau pengikut.

b. Gaya Kepemimpinan adalah perilaku atau tindakan pemimpin


dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan manajerial.

5. Macam macam gaya kepemimpinan

Dari berbagai literatur dalan dan luar negeri yang


diperoleh ada banyak gaya kepemimpinan, ada lima gaya
kepemimpinan menurut Fahmi (2013 : 72) seperti berikut :

a. Gaya Kepemimpinan otokratisasi dan dictatoral

Gaya kepemimpinan otokratisasi disebut juga


kepemimpinan diktator atau direktif. Orang yang menganut
pendekatan ini mengambil keputusan tanpa konsultasi dengan
para pegawai yangharus melaksanakannya atau pegawai yang
dipengaruhi keputusan tersebut. Pemimpin menentukan apa
yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka
mematuhinya. Gaya kepemimpinan ini berdasarkan terhadap
kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi.
19

b. Gaya kepemimpinan militeralistis

Gaya kepemimpinan ini banyak menggunakan sistem


perintah, sistem komando dari atas kebawahan sifatnya keras
sangat otoriter, menghendaki bawahan agar selalu patuh,
penuh acara formalitas.

c. Gaya kepemimpinan paternalistis

Bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak


atau seorang ibu yang penuh kasih.

d. Gaya kepemimpinan laissez laire

Gaya kepemimpinan ini membiarkan bawahan berbuat


semaunya sendiri akan semua pekerjaan dan bertanggung
jawab dilakukan oleh bawahan dalam pencapaian tujuan
organisasi.

e. Gaya kepemimpinan demokratis

Gaya kepemimpinan ini dikenal pula dengan istilah


kepemimpinan konsultatif atau konsensus. Orang yang
mengatur pendekatan ini melibatkan para pegawai yang harus
melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya.
Sebenarnya yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin.
Tetapi hanya setelah menerima masukan dan rekomendasi dari
anggota tim. Kritik terhadap pendekatan ini menyatakan bahwa
kepemimpinan demokratis sesuai dengan sifatnya, cenderung
menghasilkan keputusan yang paling popular atau disukai tidak
selalu merupakan keputusan terbaik, dan bahwa kepemimpinan
demokratis sesuai dengan sifatnya, cenderung menghasilkan
keputusan yang disukai daripada keputusan yang tepat. Gaya
ini juga dapat mengarah pada kompromi yang pada akhirnya
memberikan hasil yang diharapkan.
20

6. Awak Kapal

Pengertian Crew atau awak kapal menurut pasal 1 undang-


undang No. 17 tentang Pelayaran tahun 2008, Awak Kapal adalah
orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik
kapal atau operator kapal melakukan tugas di atas kapal sesuai
dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.

7.  Nakhoda

Nakhada kapal ialah seseorang yang sudah menanda tangani


Perjanjian Kerja Laut (PKL) dengan pengusaha kapal dimana
dinyatakan sebagai nakhoda, serta memenuhi syarat sebagai
nakhoda dalam arti untuk memimpin kapal sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku “ Pasal 342 KUHD secara
ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab atas kapal hanya
berada pada tangan nakhoda, tidak ada yang lain. Jadi apapun
yang terjadi diatas kapal menjadi tanggung jawab nakhoda, kecuali
perbuatan kriminal.

a. Nakhoda sebagai Pemegang Kewibawaan Umum

Mengandung pengertian bahwa semua orang yang berada


di atas kapal, tanpa kecuali harus taat serta patuh kepada
perintah-perintah nakhoda demi terciptanya keamanan dan
ketertiban di atas kapal. Tidak ada suatu alasan apapun yang
dapat dipakai oleh orang-orang yang berada di atas kapal untuk
menentang perintah nakhoda sepanjang perintah itu tidak
menyimpang dari peraturan perundang-undangan. Aetiap
penentangan terhadap perintah Nakhoda yang demikian itu
merupakan pelanggaran hukum, sesuai dengan pasal 459 dam
460 KUH. Pidana, serta pasal 118 UU. No.21, Th. 1992. Jadi
menentang perintah atasan bagi awak kapal dianggap
21

menentang perintah nakhoda karena atasan itu bertindak untuk


dan atas nama nakhoda.

b. Nakhoda sebagai Pemimpin Kapal

Nakhoda bertanggung jawab dalam membawa kapal


berlayar dari pelabuhan satu ke pelabuhan lain atau dari tempat
satu ke tempat lain dengan selamat, aman sampai tujuan
terhadap penumpang dan segala muatannya.

c. Nakhoda sebagai penegak hukum

Nakhoda adalah sebagai penegak atau abdi hukum di atas


kapal sehingga apabila diatas kapal terjadi peristiwa pidana,
maka Nakhoda berwenang bertindak selaku Polisi atau Jaksa.
Dalam kaitannya selaku penegak hukum, nakhoda dapat
mengambil tindakan antara lain :

1) menahan atau mengurung tersangka di atas kapal.

2) membuat berita acara pemeriksaan (BAP).

3) mengumpulkan bukti-bukti.

4) menyerahkan tersangka dan bukti-bukti serta berita acara

pemeriksaan (BAP) pada pihak polisi atau jaksa di pelabuhan


pertama yang disinggahi.

d. Nakhoda sebagai pegawai catatan sipil

Apabila diatas kapal terjadi peristiwa-peristiwa seperti


kelahiran dan kematian maka Nakhoda berwenang bertindak
selaku pegawai catatan sipil. Tindakan-tindakan yang harus
dilakukan nakhoda jika di dalam pelayaran terjadi kelahiran
antara lain :

1) Membuat berita acara kelahiran dengan 2 orang saksi


(biasanya perwira kapal).
22

2) Mencatat terjadinya kelahiran tersebut dalam buku harian


kapal.

3) Menyerahkan berita acara kelahiran tersebut pada kantor


catatan sipil di pelabuhan pertama yang disinggahi Jikalau
terjadi kematian :

a) Membuat berita acara kematian dengan 2 orang saksi


(biasanya perwira kapal).

b) Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam buku harian


Kapal.

c) Menyerahkan berita acara kematian tersebut pada kantor


catatan sipil di pelabuhan pertama yang disinggahi.

d) Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam berita


acara. Kematian maupun buku harian kapal, karena
wewenang membuat visum ada pada tangan dokter
Apabila kelahiran maupun kematian terjadi di luar negeri,
berita acaranya diserahkan pada Kantor Kedutaan besar
R.I. yang berada di negara yang bersangkutan.

8. Manajemen sumber daya manusia

Werther dan Darvis (1996) dalam bukunya Dr. Dewi


Hanggraeni, SE, MBA (2012:4) berjudul “Manajemen suberdaya
manusia” Mengindentifikasikan Manajemen sumber daya manusia
sebagai “Aktifitas-aktivitas yang mencoba memfasilitasi orang-
orang di dalam organisasi untuk berkonstribusi dalam pencapaian
rencana strategis organisasi”. Secara ringkas sumber daya
manusia berhubungan dengan bagaimana sebuah organisasi
merancang system formal yang menjamin pemanfaatan sumber
daya manusia secara efektif dan efisien guna mendukung
pencapaian tujuan dan rencana strategis organisasi.
23

Aktivitas manajemen sumber daya manusia merentang dari


proses memperoleh, melatih, mengembangkan, menilai,
mengkompensasi, dan merencanakan karir pekerja sembari
memperhatikan hubungan ketenagakerjaan, kesehatan,
keselamatan, keamanan, dan keadilan pekerja.

9. Pengertian manajemen operasional

Manajemen operasional menurut T. Hani Handoko (2007:8)


adalah: “Manajemen Operasional adalah pelaksanaan kegiatan-
kegiatan manajerial yang dibawakan dalam pemilihan,
perancangan, pembaharuan, pengoperasian, dan pengawasan
sistem-sistem produksi”.

10. Sistem Pengendalian Manajemen

Menurut Suadi (1999:8-9) Sistem pengendalian manajemen


adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa sub sistem yang
saling berkaitan, yaitu: pemrograman, penganggaran, akuntansi,
pelaporan, dan pertanggungjawaban untuk membantu manajemen
mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan, agar mau
mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu secara efektif
dan efisien.”

Kegiatan pengendalian dapat diklasifikasikan dalam dua jenis


yaitu, pengendalian manajemen (management control) dan
pengendalian operasional (operational control). Pengendalian
manajemen mengarah pada pengendalian kegiatan secara
menyeluruh demi mendapatkan keyakinan bahwa strategi
perusahaan telah dijalankan secara efektif dan efisien. Sedangkan
pengendalian operasional hanya menyangkut tugas-tugas tertentu
telah dilaksanakan secara efektif dan efisien.
24

11. Keharmonisan

Secara etimologi keharmonisan berasal dari kata harmonis


yang berarti serasi, selaras. Titik berat dari keharmonisan adalah
keadaan selaras atau serasi. Keharmonisan bertujuan untuk
mencapai keselarasan dan keserasian, baik dalam kehidupan
rumah tangga maupun dalam kehidupan bernegara (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1989: 299).

Keharmonisan dari segi terminologi bermakna keadaan


rukun atau berarti berada dalam keadaan selaras, tenang dan
tentram tanpa perselisihan dan pertentangan, bersatu dalam
maksud untuk saling membantu. Harmoni dapat pula berarti
berprilaku rukun atau menghilangkan tanda-tanda ketegangan
dalam masyarakat atau antara pribadi-pribadi sehingga hubungan-
hubungan sosial tetap terlihat selaras dan baik. Kata rukun dan
kerukunan mempunyai pengertian damai dan perdamaian dalam
kehidupan sehari-hari.

B. Analisis Penyebab Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dibahas pada Bab II dapat di


simpulkan yang menjadi sumber permasalahan terkait dengan gaya
kepemimpinan nakhoda dalam menciptakan keharmonisan di kapal
MT. TRASKO BIMA adalah sebagai berikut:

1. Minimnya pengetahuan dan wawasan ilmu kepemimpinan

Penyebabnya adalah :
a. Kurangnya pengadaan pelatihan kepemimpinan bagi nakhoda

Dengan banyaknya tugas dan tanggung jawab seorang


pemimpin kapal yang di embannya di dalam padatnya
pekerjaan di atas kapal, tentunya sangat membutuhkan
25

keahlian atau ketrampilan khusus untuk menjadi pemimpin di


atas kapal di setiap perusahaan pelayaran. Apalagi kapal
yang di pimpinnya mengemban tugas berat dari perusahaan,
misalnya kapal tersebut harus memenuhi standar “sire” serta
harus mengoperasikan kapal dengan lancar dan aman.

Dengan keadaan di atas kadang kadang perusahaan


mengabaikan untuk memberikan pelatihan khusus bagi
nakhoda agar kepemimpinannya seperti yang di harapkan
oleh perusahaan. Perihal seperti ini sangat perlu untuk segera
di atasi agar supaya pengoperasian kapal berjalan dengan
lancar dan tetap mendatangkan profit bagi perusahaan.
Dukungan-dukungan atau motivasi perusahaan sangatlah
perlu dan di butuhkan bagi seorang pemimpin kapal yaitu :
nakhoda.

b. Kurangnya motivasi perusahaan kepada pemimpin kapal

Di dunia kerja seperti kapal yang penuh dengan halang


rintang dalam bekerja, pastinya tidak selamanya
menghasilkan kinerja atau profit yang bagus seperti yang di
harapkan perusahaan. Seringkali terjadi penurunan kinerja di
atas kapal dan dari pihak perusahaan menyalahkan nakhoda
atau pemimpin kapal yang kurang mumpuni dalam memimpin
kapalnya. Oleh sebab kejadian seperti ini, pemberian
dukungan atau motivasi dari pihak perusahaan sangatlah
minim.

Sedangkan pemberian dukungan atau motivasi dari


pihak perusahaan sangat perlu sekali di butuhkan bagi
nakhoda dalam memimpin kapalnya agar wawasan seorang
nakhoda berkembang sesuai yang di harapkan perusahaan
dan kelancaran operasional kapal tetap terjaga.
26

2. Kurangnya keselarasan yang menyebabkan menurunnya


keharmonisan

Penyebabnya adalah:
a. Terjadinya perbedaan pendapat dalam bekerja

Disetiap pekerjaan di atas kapal pastinnya melibatkan


dari berbagai fungsi dalam menyelesaikan pekerjaan. Dengan
terlibatnya berbagai fungsi tersebut dalam penyelesaian
pekerjaan tentunya pasti muncul ide-ide atau pendapat dari
setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.
Munculnya ide-ide atau pendapat tersebut muncul di
pengaruhi oleh : pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan
pengalaman kerja di setiap orang yang terlibat dalam
pekerjaan tersebut.

Perbedaan pendapat ini sering kali menimbulkan


suasana hati yang tidak baik. Suasana hati yang tidak baik
inilah yang memicu terjadinya konflik antar pekerja di atas
kapal sehingga keharmonisan di lingkungan kerja menurun.

b. Terjadinya stress awak kapal

Dengan padatnya pekerjaan dan kurangnya hiburan di


atas kapal dan sering terjadinya perbedaan pendapat yang
memicu konflik. Situasi ini sangatlah tidak baik karena
menimbulkan seseorang mudah marah di tengah-tengah
tekanan lingkungan kerja.
Apabila kemarahan sudah muncul di antara pekerja,
tentunya akan menimbulkan keharmonisan di atas kapal
menurun dan menimbulkan suasana yang tidak baik di
lingkuan kerja. Keadaan ini harus segera di atasi karena
pastinya akan mengganggu kinerja di atas kapal, dan jika di
biarkan berlarut larut bisa menimbulkan perkelahian.
27

C. Analisis Pemecahan Masalah

1. Minimnya pengetahuan dan wawasan ilmu kepemimpinan yang di


sebabkan oleh :

a. kurangnya pengadaan pelatihan kepemimpinan bagi nakhoda,

di selesaikan dengan cara :

1) Pemberian pelatihan kepemimpinan bagi nakhoda,

seperti :

a) Pelaksanaan training kepemimpinan dari perusahaan


yang di laksanakan sebelum nakhoda tersebut di kirim
ke kapal (On board).

b) Dari pihak perusahaan memberikan falitas diklat


kepemempinan di “Pertamina Maritime Training
Certer” seperti : Leader ship and team work training”.

Dengan di laksanakan pelatihan kepemimpinan bagi


nakhoda, di harapkan seorang nakhoda mempunyai bekal
kepemimpinan dan mumpuni dalam pelaksanaan
kepemimpinannya di atas kapal dan sesui yang di
harapkan perusahaan.

2) Pembekalan ke pada nakhoda sebelum di kirim ke kapal


(On board) seperti :

a) Pemberian pembekalan dan pengetahuan “Visi dan


Misi” serta wawasan biografi perusahaan kepada
nakhoda dimana yang akan memimpin kapalnya
sangat lah perlu sekali agar nakhoda dalam
memimpin kapal tidak canggung dan seperti yang di
harapkan perusahaan. Visi dan misi serta wawasan
28

biografi perusahaan PT. Pertamina International


shipping tersebut seperti :

Visi PT. Pertamina International Shipping

(1). Perusahaan shipping terkemuka di Asia.

(2). Mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Misi PT. Pertamina International Shipping

(1). Penciptaan nilai bagi pemangku penciptaan.

(2). Mitra maritime terpercaya dan handal.

(3). Opersional yang aman dan berkesinambungan.

(4). Agen pembangunan ekonomi Indonesia

Biografi PT. Pertamina International Shipping

Jakarta, 27 Maret 2021 – PT. Pertamina


International Shipping (PIS) sebagai anak perusahaan
PT Pertamina (PERSERO) terus berkomitmen dalam
meningkatkan kualitas dan pelayanan untuk Energi
Indonesia. Dalam mewujudkan komitmen tersebut, PT
Pertamina International Shipping baru saja
melaksanakan rapat koordinasi pada 25 Maret 2021
yang bertujuan untuk menyelaraskan langkah seluruh
organ di PT. Pertamina International Shipping, agar
dapat bergerak maju dalam harmoni untuk mencapai
tujuan dan menjaga bisnis perusahaan yang
berkelanjutan.
29

Melalui Rapat Koordinasi Direktorat Operasi


Pertamina International Shipping (PIS) mengajak
seluruh perwira pertamina untuk selalu semangat dan
percaya diri dalam menjawab tantangan perubahan
Bisnis Shipping dan Marine yang tidak menentu
dimasa depan.

Salah satu program unggulan direktorat operasi


adalah pelaksanaan program integrated tonnage
management, yang merupakan program untuk
mengintegrasikan seluruh kapal yang dioperasikan
untuk melayani kebutuhan pengangkutan Domestik
dan Internasional baik captive market maupun non
captive market.

“Program ini diharapkan dapat mendukung


peningkatan revenue serta profit perusahaan, dan
juga sebagai upaya untuk mendukung program
pemerintah dalam meningkatkan TKDN. Saya sangat
yakin dan percaya, bahwa seluruh perwira pertamina
khususnya perwira milenial direktorat operasi akan
siap dan mampu menghadapi tantangan-tantangan
tersebut. Kita maju bersama dengan kekuatan penuh
menyongsong masa depan PIS, shipping the energy
worldwide, energizing the nation with pride, PT. PIS
delivery promises,” ujar Arief Kurnia Risdianto,
Direktur Operasi Pertamina International Shipping.

Selain meningkatkan operasional yang handal


dengan 4 PIlar Utama sebagai pondasi operasional
yaitu comply terhadap standard international, marine
safety & security, standard performance yang tinggi,
30

Operasi yang efisien serta digitalisasi, PT. Pertamina


International Shipping (PIS) juga terus berkomitmen
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang salah satunya adalah dengan meningkatkan nilai
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Komitmen ini sejalan dengan visi dari


Pertamina International Shipping (PIS) yaitu sebagai
perusahaan shipping terkemuka di Asia, mendorong
pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang juga
dituangkan dalam misi sebagai agen pembangunan
ekonomi Indonesia. Tujuan peningkatan penggunaan
produk dalam negeri di lingkungan Pertamina Grup
adalah untuk memberdayakan industri dalam negeri.

Pada tahun 2020, nilai TKDN PT Pertamina


International Shipping mencapai 40,42%. Nilai
tersebut terdiri atas 20 unit kapal yang telah dibangun
di 4 galangan dalam negeri, di mana hal ini telah
melebihi nilai minimum yang harus dipenuhi yaitu 30
persen.

“Kami ingin terus berupaya untuk meningkatkan


penggunaan barang serta jasa dari Indonesia dengan
cara memberdayakan produk-produk dalam negeri
serta mengurangi penggunaan barang-barang impor,
seperti penggunaan kapal-kapal berbendera
Indonesia, yang dimiliki oleh perusahaan pelayaran
nasional Indonesia, serta diawaki oleh orang
Indonesia, untuk berlayar baik di dalam negeri
maupun di international water, dengan mengibarkan
bendera kebanggaan kita, bendera
31

Indonesia.Tentunya kami ingin meningkatkan nilai


TKDN secara konsisten. Harapannya adalah agar
perekonomian Indonesia semakin baik,”ujar Arief
Kurnia Risdianto, Direktur Operasi Pertamina
International Shipping.

Diberikan pembekalan tentang “Visi dan misi serta


Biografi perusahaan seperti di atas, akan memberikan
wawasan bagi nakhoda dalam memimpin kapal serta
mencinerjikan pola pikir agar dalam kepemimpinannya dapat
seperti yang di harapkan oleh perusahaan.

b. Kurangnya motivasi perusahaan kepada pemimpin kapal,


diselesaikan dengan cara :

1) Pengadaan jaringan komunikasi antara kantor


(perusahaan) dan kapal.

Dalam perihal komunikasi antara kantor dan kapal


ini, dari pihak kantor yaitu perusahaan menugasi DPA
(Designation Person Ashor) dan OS (Owner
Suprintendent) untuk melaksanakan jalinan komunikasi
yang standby 24 jam.

Dimana jalinan komunikasi tersebut dari pihak kantor


(DPA dan OS) akan selalu memonitor kapal melalui
telepon (WA) dan memberikan dukungan dukungan dan
motivasi kepada pihak kapal khususnya nakhoda sebagai
pemimpin kapal agar kapalnya berjalan lancar, bahkan
jika terjadi ketidak sesuaian di atas kapal dapat di
kordinasikan dalam mencari jalan keluar masalah kepada
DPA dan OS.
32

Dengan keadaan di atas maka tercipta hubungan


kerja yang sinerji antara kapal dan pihak kantor serta
tercapaianya motivasi-motivasi pihak kantor ke kapal.

2) Menciptakn komunikasi atara pemimpin kapal (Wa group).

Dalam hal ini dari pihak perusahaan membuat


jaringan komunikasi “WA group” untuk seluruh nakhoda di
perusahaan tersebut dengan maksud sebagai wadah
untuk sharing atau tukar menukar pikiran dalam hal
memecahkan segala permasalahan yang ada di atas
kapal.

Dengan adanya wadah tempat untuk sharing atau


tempat untuk menukar pikiran, jadi segala sesuatu
permasalahan di atas kapal terasa ringan.

2. Kurangnya keselarasan yang menyebabkan menurunnya


keharmonisan disebabkan oleh :

a. Terjadinya perbedaan pendapat dalam bekerja, diselesaikan


dengan cara :

Dalam keadaan bekerja yang di lakukan secara


bersama sama tentunya sering terjadi perbedaan perbedaan
pendapat dalam bekerja untuk menyeselaikan pekerjaan
tersebut. sebagai seorang pemimpin kapal tentunya harus
mempunyai strategi-stategi dalam mengatasi keadaan seperti
di atas seperti di atasi dengan cara :

1) Memberikan pengarahan kepada crew agar selalu


menjaga dan meningkatkan persodaraan di atas kapal.

2) Mengadakan makan bersama yang di ikuti seluruh crew.


Agar terjalin kebersamaan dan persodaraan di lingkungan
kerja yaitu kapal.
33

3) Membuat seragam bersama untuk menumbuh


kembangkan kebersamaan di antara pekerja di atas kapal.

Dengan adanya cara-cara seperti di atas akan


terjalin kebersamaan, persodaraan, dan rasa senasib
sehingga dalam prakteknya di lingkungan kerja jika terjadi
perbedaan-perbedaan pendapat akan menjadi ide ide
yang muncul pada forum kerja, dimana yang akan
digunakan untuk memecahkan atau menyesesaikan
pekerjaan tersebut.

b. Terjadinya stress awak kapal, diselesaikan dengan cara :

Untuk mengurangi kebosanan, kejenuhan serta


kelelahan mental, untuk itu perlu disiapkan adanya
penyegaran. Sarana penyegaran ini sebaiknya disesuaikan
dengan keadaan dan situasi di atas kapal seperti di
adakannya :

1) Sarana hiburan : televisi dengan antenna parabola, video


dan alat permainan lainnya seperti game bersama, jadi
membuat keadaan di atas kapal terjalin kekompakan dan
keharmonisan.
2) Sarana olah raga : alat-alat kebugaran tubuh, lapangan
pimpong dan sarana lain yang mendukung.

3) Pengadaan pesiar atau refresing bagi crew kapal agar


tidak terjadi kejenuan di atas kapal.

4) Akomodasi dan makanan yang layak serta di gemari oleh


crew kapal.

Penangulangan situasi kejenuan atau stress seperti di


atas setidaknya bisa membuat crew kapal penyegaran
sehingga terhindar dari jenu dan stress. Tentunya dengan
adanya penyegaran, akan membuat kinerja meningkat.
34

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari permasalahan, penyebab masalah dan pemecahan masalah


yang telah penulis uraikan pada Bab sebelumnya yang berkaitan
dengan analisa peran kepemimpinan nakhoda dalam menciptakan
keharmonisan di atas kapal MT. TRANSKO BIMA, maka penulis
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

3. Minimnya pengetahuan dan wawasan ilmu kepemimpinan.

Penyebabnya adalah :
a. Kurangnya pengadaan pelatihan kepemimpinan bagi
nakhoda.

b. Kurangnya motivasi perusahaan kepada pemimpin kapal

4. Kurangnya keselarasan yang menyebabkan menurunnya


keharmonisan.

Penyebabnya karena :

a. Terjadinya perbedaan pendapat dalam bekerja

b. Terjadinya stress awak kapal

B. Saran
Berdasarkan dari pembahahasan dan simpulan yang telah
dijelaskan sebelumnya, peneliti menyampaikan saran untuk perbaikan
yang disampaikan kepada semua pihak yang terkait sebagai berikut :

1. Pengadaan pelatihan ataupun training leader ship atau


kepemimpinan serta pemberian pembekalan sebelum nakhoda di

34
35

kirimkan ke kapal agar lebih di tingkatkan kembali agar performa


kapal tetap terjaga.

2. Pemberian dukungan dan motivasi terhadap pemimpin kapal yaitu


nakhoda agar tetap terjalin serta di tingkatkan karena sangat
membantu sang pemimpin kapal yaitu “Nakhoda” dalam
mengemban tugas dan menjalankan roda kepemimpinannya di
atas kapal.

3. Penciptaan keadaan yang bertujuan mempersatukan crew seperti


pengarahan, makan bersama, pembuatan seragam kebersamaan
harus dilaksanakan dan di tingkatkan. Karena metode-metode
tersebut menjadi salah satu cara yang ampuh dalam
mempersatukan crew kapal dan terhindar dari adanya perpecahan
persodaraan di atas kapal.

4. Tersedianya falitas-falitas dalam mengilangkan kejenuan atau


stress di atas kapal agar di tingkatkan lagi, agar supaya crew
kapal terhindar dari kejenuan atau stress sehingga kinerja di atas
kapal tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Abdi Seno, Msi, M.Mar. 2015. Karya Ilmiah Terapan DP-1, Penerbit
Politeknik Ilmu Pelayaran, Semarang.

Prof. Dr. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
Penerbit Alfabeta, Bandung.

Edi Warsono. 2020. Kepemimpinan. Penerbit Politeknik Ilmu Pelayaran,


Semarang.

Dr. Dewi Hanggraeni, SE, MBA. 2012. Manajemen Sumber Daya


Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/264927/File_10-Bab-II-
Landasan-Teori.pdf

https://www.academia.edu/34895081/METODE_USG_docx
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
MT. TRANSKO BIMA

GENERAL INFORMATION
Ship’s Name MT. TRANSKO BIMA
Flag / Port of Registry INDONESIA / JAKARTA
Call Sign / IMO No. YBOJ2 / 9418951
Service Speed 11.0 Knot
Official No. K-20081624
Ship’ Type Heavy Oil / Asphalt Tanker
Builder Chuandong Shipyard Co. Ltd
Delivered June 08, 2008
Keel Laid March 15, 2007
Bottom / Hull Double
Launched February 03, 2008
Owner / Operator PT. Pertamina Trans Kontinental /
PT. Pertamina International Shipping
Class BKI
MMSI No. 525 104 001
INM-C No. 4525 03695
FBB Telephone +870-773159992
Email transkobima.yboj2@pertamina.com
SPECIAL INFORMATION
LOA / LBP 101.9 M / 96.0 M
Breadth / Depth Moulded 16.0 M / 8.0 M
DWT / Draft Summer 4923 MT / 5.9 M
Draft Loaded / Ballast 5.9 M / 4.4 M
Gross / Net Tonnage 3633 T / 1464 T
Light Weight 2489 MT
Keel to Top of Mast 25.5 M
Airdraft Loaded / Ballast 19.6 M / 21.1 M
(Bow / Stern) - Manifold 50 M / 52 M
(Bow / Stern) - Bridge 76.2 M / 25.7 M
Dist Side-Manifold 4.0 M
Dist. Between Manifold 1.0 M
Parallel W/L Loaded 96.3 M
Parallel W/L Ballast 92.5 M
Cargo Tank Cap. 98% 4302.521 cbm
Slop Tank Cap. 98% 180.481 cbm
FW (Aft) Tank Cap. 100% 156.000 cbm
S. Ballast Tank Cap. 100% 2191.180 cbm
Fuel Tank Cap. 98% 170.00 cbm
Diesel Tank Cap. 98% 55.00 cbm
Lampiran 2
MT. TRANSKO BIMA Ship Particulars
CARGO RELATED INFORMATION
No. of Tank 1P/S, 2P/S, 3P/S, 4P/S, 5P/S, Slop P/S
Type of Tank Integral Tank / SBT / Dbl Bottom
Size / Type of Manifold 2 x 8” Steel (P/S)
Flange / Reducer Available ANSI / 8” – 6”, 8” – 8”, 8” – 10”
Portable Cargo Hose 4 x (6” x 6 M)
Cargo Pump Capacity Screw 2 x (317cbm/h x 0.8 mpa)
Stripping Pump Capacity Screw1 x (76.9cbm/h x 0.8 mpa)
Ballast Pump Capacity 2 x (125 cbm/h x 0.25 mpa)
Maximum Load Rate / Temp. 450 cbm / 180⁰ C
Heating Equipment All Cargo System / Heating Coil
DECK MACHINERY
Windlass 2 x SWL = 5 T / 97.9 KN
Mooring Winch 2 x SWL = 5 T / 50 KN
Mooring Ropes 4 x 220 M / 55 mm / Polyester
Anchor Type Speke Anchor / 2850 Kg
Anchor Chain Length (P/S) Ø48mm (8 Shackle / 8 Shackle)
Deck Crane Rotary Crane, SWL = 0.9 T
Emergency Fire Pump 1 x 11 Kw x 0.48 mpa
Panama Chocks / Fairleads SWL = 65T / (50T + 25T)
Capstan / Bollard SWL = 24T / 25T
SEGREGATION & CARGO TANK CAPACITY 98% / 100%
Line S – COT 1 P/S 696.410 cbm / 710.622 cbm
Line P – COT 2 P/S 927.889 cbm / 946.826 cbm
Line S – COT 3 P/S 934.287 cbm / 953.354 cbm
Line P – COT 4 P/S 870.297 cbm / 888.058 cbm
Line S – COT 5 P/S 873.638 cbm / 891.467 cbm
Line Slop – Slop P/S 180.481 cbm / 184.164 cbm
TOTAL (INCLUDE SLOP) 4483.002 cbm / 4574.491cbm
TOTAL (EXCLUDE SLOP) 4302.521 cbm / 4390.327cbm
TF F T S W
Freeb/m 1.866 1.966 2.00 2.10 2.25
Draft/m 6.134 6.034 6.00 5.90 5.75
DWT/mt 5061 4923 5061 4923 4716
Displc/mt 7549 7411 7549 7411 7204
At Full Loading FWA 134 mm TPC 13.8 mt
ENGINE Total Crew
M/E Yanmar (8320ZCd-8) / 2427 Kw (3300 PS) 16 Person
A/E Henan Diesel (TBD604BL6) / 2 x 350 Kw All Indonesian
Four Blade Fixed Propeller (Nickel
Propeller
Aluminium Bronze)
Boiler Exh. Gas Thermal Oil Boiler

Lampiran 3
MT. TRANSKO BIMA Crew List
CREW LIST
Name of Vessel / Nama Kapal : MT. TRANSKO BIMA / YBOJ2
Gross Tonage / GT Kapal : 3633 T
Agent in Port / Keagenan : PT. PERTAMINA TRANS KONTINENTAL
Owner's / Pemilik : PT. PERTAMINA INTERNATIONAL SHIPPING
Date Of Arrival / Tanggal Tiba : February 21, 2022
Date Of Departure / Tanggal Berangkat : February 23, 2022

Duties on Board / Sex / Nationality/ Travel Doc No. / Doc.Of Travel Exp / Seaferer Code /
No. Name / Nama Awak
Jabatan Jenis Kelamin Kebangsaan No. Seaman Book Tgl Berakhir Buku Pelaut Kode Pelaut
1 ADE TARYONO MASTER M INDONESIAN G 7316167 23-Apr-24 6200096571
2 YUNI KISWANTO CH/OFF M INDONESIAN F 004082 22-Mar-24 6200478947
3 MOVE DWI W. 2ND/OFF M INDONESIAN E 144122 19-Jan-24 6201591729
4 WIDHI K. 3RD/OFF M INDONESIAN E 128974 28-Oct-23 6211504778
5 FANS LILIK EDI R. CH/ENG M INDONESIAN G 092097 4-Aug-24 6200317810
6 DAVID SETYO NUGROHO 2ND/ENG M INDONESIAN F 207086 27-Dec-23 6200411519
7 GUNARNO 3RD/ENG M INDONESIAN E 098331 22-Jul-23 6200129395
8 YUGO HARDIAWAN K. 4TH/ENG M INDONESIAN F 075834 22-Nov-22 6211709766
9 LAODE MUHAMAD RIFAI BOATSWAIN M INDONESIAN F 276659 11-Sep-24 6200097659
10 M. RIFKI MUSADDIQ MAAL A/B M INDONESIAN G 035578 4-Jan-24 6200203511
11 RUSMAN A/B M INDONESIAN F 182820 19-Oct-23 6201333553
12 M.AMIN NURHALIM A/B M INDONESIAN E 104694 1-Aug-23 6200567628
13 JOKO SUDIRMAN R. OILER M INDONESIAN F 295599 13-Nov-22 6200156175
14 CANDRA SEPTIYAN OILER M INDONESIAN F 129010 2-Apr-23 6201307864
15 BAGA SAROHA TOBING OILER M INDONESIAN F 321875 28-Feb-23 6200428191
16 PUJI PRAYITNO ARIS COOK M INDONESIAN E 062746 18-Apr-23 6200363431
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Total Crews / Total Awak : 16
Lampiran 4
Pengarahan Crew Oleh Pemimpin Kapal yaitu Nakhoda
Lampiran 5
Makan Bersama Dalam Menumbuhkan Keharmonisan
Lampiran 6
Pembuatan Seragam Dan Foto Bersama
(Untuk Menumbuhkan Kebersamaan Dan Keharmonisan)

Anda mungkin juga menyukai