Anda di halaman 1dari 68

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN

POLITEKNIK ILMU PELAYARAN

MAKALAH

UPAYA PENINGKATAN EFEKTIFITAS KEGIATAN SHIP TO SHIP

TRANSFER (STS) DI KAPAL TEGAS TARA

Oleh:

YUS BATARA JAYA

NIS. 20.06.101.046/ N

PROGRAM PENDIDIKAN DIKLAT PELAUT - I

MAKASSAR

2020
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN

POLITEKNIK ILMU PELAYARAN

MAKALAH

UPAYA PENINGKATAN EFEKTIFITAS KEGIATAN

SHIP TO SHIP TRANSFER (STS) DI KAPAL

TEGAS TARA

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Untuk Penyelesaian Program Diklat Pelaut - I

Oleh:

YUS BATARA JAYA

NIS. 20.06.101.046 / N

PROGRAM PENDIDIKAN DIKLAT PELAUT-1

JAKARTA

2020

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN

POLITEKNIK ILMU PELAYARAN

TANDA PERSETUJUAN MAKALAH

Nama : YUS BATARA JAYA

No. lnduk Siswa: 20.06.101.046 / N

Program Pendidikan: Diklat Pelaut - I

Jurusan : NAUTIKA

Judul: UPAYA PENINGKATAN EFEKTIFITAS KEGIATAN

SHIP TO SH1P TRANSFER (STS) DI KAPAL TEGAS TARA

Pembimbing Materi,

Capt. Y. Bima Setyawan, MM

Makassar, September 2020

Pembimbing Penulisan,
Sereati Hasugian, S.Sit.MT

Penata (III/c)

N IP. 198009 2005022001

Mengetahui

Ketua Jurusan Nautika

Capt.Anisah,M.MT.r

Penata (III d )

NIP. 19721214 200212 2 001


KEMENTERIANPERHUBUNGAN

BADANPENGEMBANGANSDMPERHUBUNGAN

POLITEKNIK ILMU PELAYARAN

TANDA PENGESAHAN MAKALAH

Nama

No. Induk Siswa Program Pendidikan Jurusan

JuduI

: YUS BATARA JAYA

: 20.06.101.046 / N

: DIKLAT PELAUT-I : NAUTIKA

: UPAYA PENINGKATAN EFEKTIFITAS KEGIATAN SHIP TO SHIP

TRANSFER (STS) DI KAPAL TEGAS TARA

Penguji 1 Penguji II Penguji III

Capt. Dian Wahdiana,SE,MM Capt.Erwin FM,M.M.Tr Larsen

Barasa,SE.M.M.Tr

Pembina (IV/a) Penata (III/c) Penata


(III/d)

NIP 197007111998032003 NIP 197307082005021001 NIP

197204151998031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Nautika


KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan puji kehadirat Allah Tuhan yang maha Esa,

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul UPAYA

PENINGKATAN EFEKTIFITAS KEGIATAN SHIP TO SHIP TRANSFER

(STS) DI KAPAL TEGAS TARA Sebagai salah satu persyaratan untuk

memenuhi Program ANT-I di Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar. Penulis

menyadari sepenuhnya, bahwa didalam penulisan kertas kerja ini, terdapat banyak

kekurangan-kekurangan baik isi maupun pemilihan kata-kata yang tidak

sesuai.Untuk itulah penulis dengan segala kerendahan hati membuka diri untuk

menerima dan men.ffidaklanjuti segala macam saran maupun kritik yang sifatnya

baik dan membangun.

Penulisan karya tulis ini dapat terlaksana. dengan baik berkat adanya kerja

sama dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan ikhlas

mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Capt. Arifin Soenardjo, M.Hum sela.l.cu Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta.

2. Capt. Anisah, M.M.Tr selaku Ketua Jurusan Nautika Sekolah Tinggi

Ilmu Pelayaran

Jakarta

3. Bapak Capt. Y. Bima Setiawan, MM Selaku Dosen Pembimbing

Materi Makalah.
4. Ibu Sereati Hasugian, S.SiT.MT selaku Dosen Pembimbing

Penulisan Makalah.

5. Ibu saya yang selalu mendoakan anaknya dengan ikhlas, dan.

(almarhum) bapak saya tercinta, serta saudara-saudara saya yang

selalu mendukung saya.

6. Istri dan anak tercinta di rumah yang telah memberikan dorongan

moril, sebagai Inspirasi dan motivasi

7. Semua rekan-rekan Perwira Siswa ANT-I angkatan XXXVII dan

semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Semua Crew VLGC NS CHALLENGER yang telah rnendukung

penulisan ini.

Harapan penulis dengan karya tulis ini agar tulisan yang sangat sederhana ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca baik di lingkungan STIP maupun di luar

kampus tercinta
Jakarta, Januari

2015

Penulis,

DIEGO ARMANDO

MARTIITANUS

NIS.01632/N
v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................................................

TANDA PERSETUJUAN MAKALAH...............................................................................................

TANDA PENGESAHAN MAKALAH...............................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................

DAFTAR ISTILAH..............................................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................................................

B. Indentifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah....................................................................


C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................................................................

D. Metode Penelitian...............................................................................................................

E. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................................................

F. Sistematika Penulisan.........................................................................................................

BAB II : LANDASAN TEORI.............................................................................................................

A. Tinjauan Pustaka.................................................................................................................

B. Kerangka Pemikiran............................................................................................................

BAB III: ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

B. Analisa Data........................................................................................................................

C. Pemecahan Masalah............................................................................................................

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................................

B. Saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................

LAMPIRAN..........................................................................................................................................

DAFTAR TABEL
3.1

3.2

3.3

3.4

Jadwal STS dari Pertamina

Temperatur dan pressure log

Statement of Fact Loading kapal import Aurora Capricon

Statement of Fact STS bongkar dengan Navigator Aries

Halaman

28
29

31

34

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gamhar 2.1 Proses STS Kapal VLGC dan Kapal Fully Pressurized ......... 10
Gambar 2.2 Gambar Tangki muat untuk kapal Fully Pressurized ............. 11
Gambar 2.3 Gambar Type Tangki muat di kapal Fully Refrigerated ........ 12
Gambar 2.4 Contoh Kapal Type Fully Refrigerated .................................. 12
Gambar 2.5 Contoh Gambar Reliquefaction System.................................. 13
Gambar 2.6 Gambar peta Teluk Semangka dan pulau Jawa bagian Barat. 19
Gambar2.7 Cargo Tank ............................................................................ 20
Gambar 2.8 Cargo Control Room .............................................................. 21
Gambar 2.9 Drawing Reliquefaction System dari VLGC NS Challenger.. 22
Ship Particular

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ship to Ship Operation atau yang biasa disingkat dengan kegiatan STS

adalah kegiatan membongkar dan memuat sebuah muatan antara dua kapal

yang saling merapat satu sama lain, baik dalam keadaan diam ataupun

bergerak, jenis muatan yang biasa dibongkar ataupun dimuat dalam

kegiatan STS ini antara lain: Bahan Makanan, Barang, fuel oil dan cargo

lainnya. Alasan kenapa muatan tersebut harus dibongkar secara STS agar

kapal yang sedang beroperasi tetap dapat melanjutkan pekerjaan tanpa

hambatan.

Tentunya kegiatan STS ini akan ada masalah didalamnya karena pada

dasarnya tidaklah mudah untuk menyandarkan dua kapal yang saling bergerak

secara mulus, maka dari itu telah ada prosedur dan peraturan yang mengatur

kegiatan STS ini yang dapat digunakan sebagai panduan yang berkaitan

dengan ukuran dan olah gerak dari kapal-kapal yang terlibat.

Kegiatan Ship to Ship transfer ini dilaksanakan harus sesuai dengan

atumn yang ada pada OCIMF (Oil Companies International Marine Forum)

dan ICS (International Chamber of Shipping) dengan tidak mengurangi

Peraturan keselamatan lainnya.

MV. Tegas Tara adalah salah satu jenis kapal supply yang beroperasi

di pengeboran lepas pantai (Offshore) dimana kapal jenis ini memuat barang,

fuel oil dan cargo lain untuk di transfer ke kapal atau STS.
MV. Tegas Tara melakukan bongkar muat secara ship to ship (STS)

dengan kapal lain di Sarawak Malaysia, kapal ini biasa STS dengan kapal

kecil shelter ship atau receiving ship maupun dengan kapal besar yang biasa

kita sebut kapal Import dan Kapal Survei (survey ship). Sering kali di dalam

akan melakukan STS transfer ada kendala delay yang cukup signifikan

khususnya bila kita melakukan STS transfer dengan kapal survey yang

kemudian akan menimbulkan demurrage bagi pihak pencharter, dimana

sebagai pencharter kapal import tersebut mendapat claim demurage.

MV. Vespucci adalah kapal survey dan beroperasi di area offshore

untuk menarik kabel yang ada di bawah permukaan laut dan dibawah ke area

yang telah ditentukan, pekerjaan ini tidak dapat ditunda /berhenti sehingga

proses bongkar muat secara STS dilakukan tanpa memberhentikan kapal untuk

itu kredibilitas SDM yang terkait dengan pekerjaan ini sangat dibutuhkan

disamping kondisi cuaca yang baik karena kondisi kapal tetap beroperasi.

Pada pelaksanaan STS cargo yang biasa dibongkar adalah berjenis

bahan makanan, spare part, fuel oil dan cargo lain yang dibutuhkan kapal

selama pekerjaan berlangsung. Kegiatan STS ini mengalami banyak kendala,

salah satunya delay yang menyebabkan demurage bagi beberapa pihak, seperti

penulis paparkan beberapa masalah seperti diatas maka penulis hanya lebih

memfokuskan masalah adanya delay kepada kegiatan STS antara kapal MV.

Tegas Tara dan kapal Survey yaitu MV. Vespucci. Hal ini terjadi disebabkan

MV. Tegas Tara sebagai kapal yang akan penyuplai ke MV Vespucci

terlambat beberapa jam sehingga keadaan ini hampir menyebabkan pekerjaan

yang dilakukan MV. Vespucci tertunda diakibatkan kondisi cuaca yang tidak
bersahabat saat itu.

Selama penulis berada di MV. Tegas Tara dan sampai saat ini belum

ada protes secara tertulis dari Pencharter kepada MV. Tegas Tara sebagai

penyuplai cargo di perairan Sarawak terkait dengan adanya delay STS

transfer tersebut. Tetapi protes itu selalu dipertanyakan secara lisan oleh

Pihak Pencharter kepada pihak kapal dalam hal ini MV. Tegas Tara, dengan

cara sering kali diadakannya inspeksi terkait dalam hal ini dan akan menjadi

catatan tersendiri bagi mereka dalam menilai performa kapal MV. Tegas Tara,

yang akan banyak berpengaruh pada harga charter dikemudian hari.

Kegiatan STS yang ada di perairan Sarawak semestinya berjalan

dengan lancar tetapi ada beberapa faktor yang masih menjadi kendala baik

secara tehnis dan non tehnis, secara tehnis beberapa diantaranya adalah:

1) Keterlambatan akan jadwal kedatangan kapal-kapal yang terlibat di dalam

kegiatan STS tersebut.

2) Lambatnya proses bongkar muat dengan kapal sebelumnya,

Secara nontehnis diantaranya adalah:

1) Cuaca yang kurang mendukung untuk melakukan kegiatan STS aman.

2) Tidak menentukan jadwal yang diberikan oleh Pertamina

3) Lambatnya administrasi keagenan.

Dengan adanya fenomena dan gejala yang terjadi diatas bagi penulis

adalah sesuatu hal yang menarik dan cukup layak untuk dibahas lebih

mendalam, dan mengingat penulis pernah berada bekerja ditempat dimana

melakukan kegiatan STS sehingga diharapkan penulis mampu memaparkan

fakta-fakta secara obyektif sehingga hasil karya tulis ini bisa


dipertanggungjawabkan kebenarannya dan nantinya bermanfaat kepada

pembaca.

Pemilihan judul "UPAYA PENINGKATAN EFEKTIFITAS

KEGIATAN SHIP TO SHIP TRANSFER (STS) DI KAPAL MV TEGAS

TARA ke MV. VESPUCCI " ini adalah untuk mencari solusi terbaik agar

kegiatan STS yang ada di lokasi pekerjaan yaitu Sarawak Malaysia dapat

berjalan dengan lancer dimana delay yang ada dapat diatasi atau minimal

dapat dikurangi, dan semoga dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat serta

dapat menjadi acuan untuk kelancaran kegiatan STS ditempat lain di

Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah penulis paparkan

terkait pelaksanaan STS yang nantinya akan dibahas lebih rinci pada bab

selanjutnya, maka lebih dahulu penulis merumuskan masalah diatas sebagai

berikut:

1. Mengapa pelaksanaan STS MV Tegas Tara ke MV Vespucci berujung

pada complain?

2. Bagaimana cara menselaraskan jadwal STS diSarawak Malaysia sehingga

tidak terjadi delay?

C. Batasan Masalah

Pembahasan delay yang terjadi pada pelaksanaan STS antara MV.

Tegas Tara dan MV. Vespucci begitu luas karena ada banyak faktor yang

dapat menjadi suspek tapi untuk memudahkan dan lebih spesifik pada kejadian
yang penulis alami, perlu ada pembatasan agar masalah ini menjadi lebih

spesifik, yaitu keterlambatan yang diakibatkan kondisi cuaca yang tidak

bersahabat dan tidak teraturnya jadwal pelaksanaan STS.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab delay pada saat akan membongkar muatan ke

kapal survey, dan solusi pengoperasian saat terjadi kondisi cuaca yang

tidak bersahabat.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun jadwal pelaksanaan STS

agar pelaksanaannya terjadwal dengan baik, dan dapat berjalan sesuai

dengan rencana.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Agar pembaca mendapatkan pengetahuan lebih khususnya untuk

kegiatan STS transfer.

b. Sebagai kertas kerja yang menjadi salah satu persyaratan untuk

program diklat ANT 1 di PIP Makassar.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan untuk pihak pencharter kapal, Pihak kapal dan pihak

managemen perusahaan agar kegiatan STS yang ada di Sarawak

Malaysia dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat.

b. Agar dapat menjadi masukan dan sumbangan pikir untuk teman-teman

pelaut yang bekerja di kapal yang menggunakan proses STS untuk

transfer cargo agar kegiatan STS berjalan tanpa hambatan.


F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah pada kejadian delay

saat STS antara MV. Tegas Tara dan MV. Vespucci penulis memberikan

hipotesis sebagai berikut:

1. Di duga kondisi cuaca saat kejadian menjadi pemicu terjadinya delay

2. Di duga jadwal STS yang tidak teratur karena banyaknya order.

dalam melakukan kegiatan STS transfer telah penulis sebutkan seperti

diatas, disini akan lebih .lanjut diuraikan

b. Keterlarnbatan akan jadwal kedatangan kapal-

kapal yang terlibat di dalam kegiatan STS

tersebut. Tidak semua kapal yang terlibat di dalam

kegiatan STS di Teluk Semangka akan datang

tepat pada waktunya sehingga kegiatan STS pun

akan mengalami delay.

c. Lambatnya proses bongkar muat kapal sebelumnya.

lambatnya proses bongkar muat kapal yang sedang STS

juga menjadi sebab delay kapal yang aka.'1 melakukar1STS

selan.jutnya, sehingga rangkaian STS nya ak:an menjadi

semakin panjang. beberapa penyebab untuk masalall yang

satu ini antara lain pergantia.1Line muatan yang satu

dengan yang lain, VLGC NS Challenger sebagai Mother

ship di kegiatan STS ini memuat 2 jenis muatan LPG

yaitu Propane dan Butane, yang nantinya akan dibongkar

ke kapal yang lain dengan cara bergantian antara muatan


yang satu dengan yang lain, pergantian muatan ini yang

juga memerlukan wak:tu yang lumayan lama. Masalah

yang kedua ialah masalah perhitungan jumlah muatan

yangdibongkar dan yang diterima selalu ada perbedaan

yang besar sehingga menjadi perdebatan yang panjang,

yang akan berakibat delay kepada kapal yang ak:an sandar

selanjutnya.

Secara non tehnis diantaranya adalah:

• Cuaca yang kurang mendukung untuk melakukan

kegiatan STS secara aman.

Lokasi pekerjaan di Sarawak Malaysia sebenarnya

sudah cukup baik menurut penulis untuk dijadikan

tempat kegiatan bongkarmuat secara STS ini,

dikarenakan wilayahnya berbentuk teluk dimana ombak

dan alun dari laut terbuka tidak secara langsung

berpengaruh besar, yang tetap menjadi masalah

adalah apabila angin yang berhembus dari timur

sangat kencang maka dampaknya langsung mengena ke

lambung kapal.

• Tidak menentunya jadwal STS yang diberikan oleh

Pertamina. Sebelum satu voyage muatan dibongkar

secara STS, Pertamina selalu memberikan jadwal kapan

dan nominasi muatan untuk kapal-kapal yang ak:an


menerima muatan tersebut, tetapi Pertamina juga tidak

pemah konsisten kepada jadwal yang telal1 dibuatnya.

Sehingga hal ini juga menjadi bagian dari banyaknya

delay di dalam kegiatan STS di pelabuhan Teluk

Semangka.

• Lambatnya administrasi keagenan. Di dunia pelayaran

hal yang satu ini termasuk salah satu faktor penunjang

kelancaran operasional kegiatan sebua.h kapal di satu

pelabuhan. Apabila hal ini berjalan lambat tentunya

kegiatan dilapangan yang akan dilaksanakan jadi tertunda

B. IDENTIFIKASIBATASAN DAN RUMUSAN

MASALAH

1. ldentiilkasi Masalah

Dalam pembahasan identifikasi masclah penulis

mengemukakannya berdasarkan pengalaman dan

pengamatannya selama beke:rja di VLGC NS

Challenger sebagai Mwlim satu, penulis melihat,

mengamati dan menilai bahwa kegiatan STS di

pelabuhan Teluk Semangka seharusnya bisa

be:rjalan lancar ataupun minimal mengurangi delay

yang ada. Identifikasi masalah yang penulis angkat

pada makalah ini ada kaitanya antara beberapa hal


yaitu:

a. Kurangnya waktu untuk menyiapkan tangki

muat VLGC NS Challenger.

b. Jadwal kedatangan kapal import yang tidak

sesuai dengan rencana.

c. Pengaturan jadwal STS dari Pertamina yang

tidak sesuaiuntuk

. Discharging ke kapal shuttle shipdari VLGC NS

Challenger.

d. Terlalu padatnya kegiatan STS sehingga

membuat crew kapal merasa kelelahan.

2. Batasan Masalah

Penulis akan membatasi masalah yang ada supaya

pembahasan dan pemecahan masalahnya akan lebih

baik dan tepat. Serta menghindari kerancuan didalam

pembahasan dan pemecahan masalahnya, batasan

masalahnya ada.
a. Kurangnya waktu untuk menyiapkan tangki

muat VLGC NS Challenger.

b. Jadwal kedatangan kapal import yang

tidak sesua1 dengan rencana.

3.

D. METODE PENELITIAN

Di dalam membuat karya tulis ini metode yang

diambil adalah deslcriptif kualitatif dikarenakan

semua yang dipaparkan adalah berdasarkan fakta

yang ada diatas kapaldan berdasarkan pengalaman

yang disertai pengamatan selama penulis bekerja di

VLGC NS Challenger, penulis juga mengambil

informasi dari tanya jawab dan

keteranganketerangan dari rekan-rekan yang bekerja

di VLGC NS Challenger. Nantinya didalam karya

tulis ini akan dilengkapi dengan data-data

penunJ ang kebenaran masalah yang ada dilapangan

selama ini,
Subjek penelitian

VLGC NS Challenger adalah kapal

bermuatan LPG yang bertipe

FullyRefrigerated artinya kapal ini memuat

muatan LPG dengan

temperatur dibawah noL Dan ukurannya VLGC

NS Challenger ber DWT 45000 ton dengan panjang

224m, dengan ukuran yang sebesar ini maka VLGC

NS Challenger di charter oleh pihak Pertamina untuk

memenuhi pendistribusian LPG di tanah air.

E. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Waktu penelitian diambil sejak penulis bekerja di

VLGC NS Challenger yaitu sejak tanggal 10 Juni

2014 sampai 28 September 2014.Tempat penelitian di

pelabuhan Teluk Semangka Lampung.

F. SISTIMATIKA PENULISAN
Agar kertas kerja ini dipahami dan dimengerti secara

baik, maka kertas kerja ini disajikan 4 (empat) bab,

yang masing – masing bab terdiri dari

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang dan

memaparkan fenomena yang terjadi di lapangan.

Mengidentifikasi masalah, membatasi masalah agar

lebih tokus terhadap masalah yang akan dibahas

sehingga didalam merumuskrumya akan lebih

mudah. Menjelaskan tujuan dan manfaat dari

penelitian yang ada.Mengutarakan metode, waktu dan

tempat penelitian dilaksanakan.


BAB II: LANDASAN TEORI

Dalam Bab ini dikemukakan teori-teori

yang berkaitan dengan bagaimana seharusnya

STS transfer harus dilakukan dan memaparkan

tinjauan pustaka sebagai referensi yang kuat dan

dapat dipertanggung jawabkan untuk sebagai

panduan didalam memecahkan masalah yang ada.

Menjelaskan kerangka pemikiran tentang bagaimana

teori diatas berhubu.1.gan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasikan sebagai masalal1 yang

penting untuk dipecahkan.

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan penjelasan dari fakta-fakta

yang te1jadi dilapangan selarna penelitian

dilaksanakan dan kemudian diuraikan dalam

beberapa analisa yang menyangkut

permasalahannya dan untuk selanjutnya diambil

langkah pemecahannya.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini merupakan Bab yang berisikan

kesimpulan dan saran yang merupakan pernyataan

singkat dan tepat berdasarkan analisis data

sehubungan dengan masalah penelitian,

memaparkan masukan untk perbaikan yang akan

dicapai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Ship To Ship Transfer Operation

Pengertian dari Ship To Ship (STS) Transfer Operation adalah

suatu kegiatan pembongkaran atau pemuatan minyak bumi atau gas

dengan cara sandar atau lambw1g dengan menggunakan dapra kapsul

karet untuk mencegah benturan karena goyangan ombak.Operasi ini

dilakukan dengan salah satu kapal kapalnya dalam keadaan. berlabuh.

Ungkapan STS termasuk didalamnya olah gerak pendekatan, penyandaran,

pengepilan, penyambungan selang, prosedur keselamatau pemindahan

muatan dan pelepasan selang.(Capt.Suwandi, M.Mar.(2006:379).

b. Kapal Fully Pressurized

Fully Pressurizedyaitu

Fully pressurized carriers:

Designed for excess pressure in the cargo tank

abovell bar. These gas carriers arebuilt in sizes

up to about 3000 m3, and are built for an

excess pressure corresponding to an ambient

temperatue of 45°C. Propane has a saturation

pressure of 17.18 bar at 50°C. IMO has a

requirement when building fully pressurized

tanks that they must be able to bear

ambient (suurounding temperature) cargo

with a temperature on 45°C (gas tanker advance


course)

c. Kapal Import

Kapal Import adalah kapal berjenis muatan

LPG de ngan type Fully Refrigerated

Carrier. Artinya disini adalah kapal gas

dimana type tangki muatnya tidak bileh

melebihi 0,7 bar, biasanya hanya sekitar

0,25-0,3 bar, dan normalnya dibuat dengan

suhu tangki rendah. Tangki muatan ini

dibuat untuk memuat LPG, ammonia , dan

be berapa gas kimia dengan suhu tercndah

-50 derajat celcius us (Gas Tanker Advance

Course).

11
Primar1barner

\ar.k shEll) -- 4_Bul .h!!cd

Tank. top seot

Gambar 2.3

Gambar type tangk i muat dikapa l Fully

Refrigerated
Gambar 2.4

Contoh Kapal Type Fully Refrigerated

d. Reliquefaction Systemyaitu :

Reliquefaction plant is provided to perform

the following essensial functions:

• To cool down cargo tanks, and associated

piping before loading

• To reliquefY cargo tanks vapow generated

during loading and return and

return it the cargo tanks

• To keep the cargo at a temperatwe and pressure

within the design limits of the cargo system

dwing transport (!'ANKER SAFETY GUIDE

LIQUEFIED GAS) lihat gambar dibawah ini

adalah protes reliquefation yang sederbana.

cold vapour
Contoh gambar Reliquefaction System

e. Boiling point the temperature at which the

vapour pressu.re of a liquid equals that of the

atmosphere above its surface; this temperature

varies with pressure.

f Boil-off Vapour produced above a cargo liquid

surface due to evaporation, caused by heat

ingress.or a drop in pressure.

g. Liquefred gas A liquid which has an absolute

vapour pressure exceeding 2.8 bar at 37.8°C,

and certain other substances of similar

characteristics specified in the IMO

Codes.JC.S TANKER SAFETY GUIDE

(LIQUEFIED GAS).

h. LPG Liquefied Petroleum Gases - these are

mainly propane and butane, shipped either

separately or in mixtures.They may be refinery

by-product gases or may be produced in

conjunr.;tion with crude oil or natural gas

i. MARVS The Maximum Allowable Relief

Valve Setting of a cargo tank. (MARVS pad.a

VLGC NS Challenger ada dua untuk kapal

d.alam keadaan berlayar sebesar 275mb, bila

kapal di pelabuhan di setting sebesar 400mb).


J. Reliquefaction Converting cargo boil-off

vapour back into :;

liquid by refrigeration.

14

2. Teori-teori tentang persiapan Bongkar Muat

berdasarkan Tanker

Safety guide {LiiJ.uefled Gas)

a Reliquefaction system tercliri dari:

1. Cargo compressor

Two types may be found, conventional

compressors and oil-free compressors. They

are used mainly ill reliquefaction plant for

compression of refrigerant gases or cargo

vapour. !f used with refrigerants, the

considerations applicable to normal

refrigeration plant should be observed If

used with cargo vapour, special

precautions may be necessary, depending on

the cargo.

The following precautions apply in

addition to those given in paragraph

A5.3.1:

• !f the compressor is fitted with capacity

control, automatic unloading devices require


carefol rouline maintenance;

• Pressure-temperature switches should be

checked and calibrated as aroutine: the set

points should be cufjusted

For certain cargoes (e.g. butadiene, vinyl

chloride, or methylacetylenepropadiene gas)

and reset to the normal maxima and minima

for other cargoes; TC:S TANKER SAFEIY

GuiDE (LIQUHFTBD GAS).

2. Conde nsor

A device or unit used to condensed a

subsantance from its gaseous to its liquid

state.

3. Expansion Valve

A thermal expansion valve (often abbreviated

as TEV, TXV, or TX valve) is a component in

refrigeration and air conditioning system·

that contol the amout of refrigerant flow into

the evaporator thereby controlling the

superheatingat the oullet of the evaporator.


• The cargo tanks. In the direct reliquefaction

systems these act as evaporators in which the

liquid cargo isvaporised Evaporation

removesa certain quantity of heat.from the tank,

the liquid in the tank, and itsswroundings.

• A mechanical compressor. The vapour formed in

the cargo tanks is at a pressure PI; the

compressor draws and compresses it, and

delivers it to the condenser at a pressure P2. In

the process of compression an amount of heat

energy Q2 is added to the gas;the compressor

uses an equal amount of work energy WI

• A condenser (3). The vapour supplied by the

compressor is liquefied in the condenser, giving

up a certain amount of heat Q3 to the cooling

water.

• An expansion valve (4). This reduces the

pressure of the condensate from P2 to PI while

passingfrom the condenser to the cargo tank.

b. Prosedur Ship to Ship(STS)menurut Ship To

Ship Transfer

Guide(Liquified Gases),1995 edition

1. Prosedur

Prosedur yang digunakan bersumber dari


buku yang diberikan oleh perusahaan.

2. Briefing

Seluruh crew dilakukan briefing mengenai

prosedur yang harus dila.kukan sebelum

kapallain sandar dan sebelum kapallepas.

3. Checklist

Checklist ini merupakan permintaan

persyratan sebelum melakukan operasional atau

biasa disebut ship safety checklist.

4. Control

Mengontrol mesm, kemudi, dan semua

alat navigasi serta

perlengkapan komunikasi apakah telah siap

untuk

5. Trim dan kemiringan kapa

Pastikan kapal dalam keadaan trim yang baik

serta bebas dari

keadaan sekitamya.

6. Manifold

Manifold dan pipa bongkar telah disiapkan.

7. Cuaca

Pastikan cuaca mendukung saat dilakukan

transfer muatan atau kegiatan bongkar muat.

8. Fender
Cekfender dan peralatan tambat lainnya

9. Alat pemadarn kebakaran

Persiapan alat pemadarn kebakaran.

10. Pencegahan pencemaran

Persiapkan seluaruh peralatan guna

menghindari apabila teijadi pencernaran.

c. Yang perlu rnendapat perhatian lr.husus

sebelum operasi pernuatan

rnenurut Capt. Istopo (1999:258), ialah sebagai

berikut:

1. Periksa dengan seksarna sernua lubang

pernbuangan air (deck scupper plug)apakah

sudah tertutup rapat Hal ini menghindari terjadinya penyebaran minyak (Oil

Spill);

2. "Sea suction". Saat merneriksa ruang

pompa, periksalah apakah kerangan

pernbuangan kelaut (sea valve) dalarn posisi

tertutup;

3. Periksa juga sarnbungan pada "manifold'

sudah benar-benar kencang, juga "spill

container" harus disumbat.

4. Harus rnernasang bendera "BRAVO" pada

siang hari dan rnalarn hari menyalakan


penerangan rnerah yang narnpak keliling;

5. Kerangan-kerangan harus pada posisi sesuai

dengan stowage plan.

Maksudnya kerangan mana yang hams

tertutup, dan mana yang harus dibuka,

sehingga siap untuk menerirna muatan.

Yang pertarna adalah kerangan pada

"manifold",."drop", cross-over

6. Sekali lagi periksa tangki-tangki yang akan

diisi harus benar-benar. dalam keadaan kering

sehingga kapal berhak. mcnimbulkan “ Dry

Tank Cert{ficate", dan berhak menerima

muatan (jika akan' melakukan loading).

Jangan lupa periksa juga "forepeak tank” dan

"cofferdam" yang hams juga dalam keadaan

kering:

7. "PV valve", yaitu kerangan yang berhubungan

dengan peranginan

harus dalam posisi terbuka. Ada kapal tipe

khusus yang kerangan ini selalu tertutup karena

waktu menerima muatan diperoleh dari lubang

pengukuran "Ullage";

8. Kita harus memperoleh informasi dari pihak

terminal mengenai hal-hal seperti berikut:


a. Berapa tekanan yang disetujui oleh kedua

pihak (loading rate)

b. Hal ini sangat penting karena tidak boleh

melebihi kapasitas maksimum dari pipa-pipa

kapal maupun kemampuan selang muatan

(cargo hose).

c. Berapa waktu yang diperlukan dan perkiraan

selesai transfer

dan apa tandanya jik:a kapal menghendaki

stop muatan atau dalam keadaan darurat

untuk menyetop pompa dalam waktu singkat

atau segera.

9. Bila perlu pipa-pipa dekat kerangan ditandai

dengan kapur, serta

menulis rencana pemuatan pada papan tulis

(biasanya di ruang pompa).

Di dalam melakukan STS transfer suatu badan atau

institusi yang mengorganiser dalam hal ini adalah Pertamina

memastikan bahwa kapal-kapal yang terlibat harus sesuai dan

tepat dalam hubunganya dengan design, peralatan dan

yang berhubungan dengan penyandaran, penanganan selang


muatan dan peralatan komunikasi dalam menunjang

keselarnatan dan efisiensi (ship to ship transfer guide liquefied

gases second edition 1995).

Faktor cuaca juga perlu adanya nilai batasan untuk

melakukan STS transfer ini karena cuaca akan berpengaruh

pada gelombang air laut yang akan berefek kepada fender yang

ada diantara kapal yang sedang melakukan STS sehingga

lambung bebasnya perlu diperhitungkan (ship tu ship

transfer guide liquefied gases second edition 1995 ).Dari

keterangan diatas maka VLGC NS Challenger memerlukan

waktu untuk mempersiapkan tangki muatnya untuk menunjang

keselamatan baik kapaL muatan dan awak kapalnya. Di pihak

Pertamina sebagai penyelenggara kegiatan STS ini harus dapat

memahami dan mcnyesua1kan jadwal STS agar supaya

kesiapan tangki muat VLGC NS

Challenger bisa siap dan tepat waktu dengan kedatangan

kapal import, sehingga keduanya bisa langsung

melaksanakan STS transfers tanpa ada Delay.

3. lnformasi tentang VLGC NS Challenger.

VLGC NS Challenger dicharter oleh pertamina

selama 12 tahun yangbertujuan untuk melakukan

STS transfers di wilayah barat pulau Jawa

yaitu tepatnya di Teluk Semangka,

Lampung. Pelabuhan Teluk Semangka di pilih


karena kondisi alam dan perairannya aman

untuk melakukan kegiatan STS, pelabuhan ini

berbent uk teluk, sehingga akan mengurangi

gelombang air laut yang datang yang dapat

menggangu pelaksanaan kegiatan STS,

begitupun dengan angin yang kan

berkurangkarena terhalang oleL daratan, tetapi

apabila angin kencang yang. berhembus dari arall

timur akan berpengaruh pada kapal yang sedang

melaksanakan

STS transfer disebabkan bentuk tel uknya terbuka

dari arah timur

Gambar 2.6

Gambar peta teluk semangka dan pulau jawa

bagian barat
19

Situasi seperti ini perlu di perhatikan agar

kegiatan STS dapat betjalan dengan lancar.

Berikut ini instrument-instrumen yang ada di VLGC NS

Challenger.

1. CARGO TANK (TANGKI MUAT).

VLGC NS Challenger mempuyai 4 tangki muat yang

setiap tangkiny.a dipisah oleh dinding (bulkhead)

artinya tiap tangki mempuyai 2 ruang muat kanan dan

kiri, berikut penamaan tangki muat di VLGC NS

Challenger:

CT(cargo tank) JPIJS (P: portiS: Starboard), 2P/2S,

3P/3S, 4P/4S.
Gambar 2.7

Cargo Tank

Gambar 2.8

Cargo Control Room

Data - data yang ada pada tangki muat adalah temperature

dan pressure. temperature yang dapat diukur di tangki muat

dibagi menjadi 3 yaitu bottom, middle, dan top, sedangkan

pressure tangki muat kanan dan kiri menjadi satu.

Keempat tangki muat tersebut dimuati dengan pembagian

muatan sebagai berikut:

Muatan gas Propane di muat pada tangki muat no 1 dan 3,

sedangkan muatan gas Butane pada tangki muat 2 dan 4.

21

2. RELIQUEFACTION SYSTEM

Reliquefaction system ini yang akan memproses

mendinginkan tangki muat sampai batas yang

diinginkan, di dalamnya terdapat, compressor, knock out

drum, condensor dan intercooler. Cara kerjanya secara

sederhana adalah vapour dari tangki muat dihisap yang


kemudian diubah menjadi lebih dingin yang

kemudian dikembalikan lagi ke tangki muat. Lihat

gambar-gambar dibawah

Gambar 2.9

Drawing Reliquefaction System dari VLGC NS

Challenger

22

B. KERANGKAPEMIKIRAN

Seperti apa yang telah diatas sebelumnya maka berikut ini

akan penulis paparkan beberapa kerangka pemikiran dimana

kerangka pemikiran ini akan menjelaskan konsep di dalam

memcahkan masalah-masalah yang terkait dengan adanya

delay pada kegiatan STS transfer di pelabuhan Teluk

Semangka khususnya kegiatan STS yang terjadi pada VLGC

NS Challenger dengan kapal import.


Periapan Tangki
muat yang kurang Jadwal STS yang
efektif tidak konsisten

Penyebab
Delay
Terlalu padatnya jawal STS Kurangnya informasi
bongkar muatan. Jadwal STS terhadap
Kurangnya waktu untuk VLGC NS Challenger dari
cooling down tangki. pertamina

Pendekatan pemecahan
masalah

Memanfaatkan waktu kosong dalam Perlu adanya komunikasi yang baik dan
mempersiapkan tangki muat lebih intens antara pertamina, owner
dan VLGC NC Challenger

Keselarasan diantara efektifitas persiapan tangki


muat dan jadwal yang tepat, maka delay akan
diminimalkan
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

Kegiatan STS di pelabuhan Teluk Semangka melibatkan beberapa kapal-kapal

kecil sebagai kapal yang menerima muatan, baik kapal swasta yang di charter

oleh Pertamina ataupun kapal milik Pertamina itu sendiri, karena kapal ini

bertipe Pressurizedmaka harus menerima muatan dengan mencampur muatan

dengan rasio 50% : 50% artinya 50% gas butane dan 50% gas propane dengan

suhu muatan' diatas 0 derajat celcius, kemudian kapal irnpor, kapal ini be:rjeniE:

sama dengan kapal VLGC NS Challengeryaitu kapal gas bertipe Fully

Rerigerated kedua kapal ini membagi 2 jenis muatarmya di tangki muat yang

berbeda dengan suhu yag berbeda pula, seperti contoh VLGC NS Challenger

membagi muatan sebagai berikut untuk butane dimuat di tangki 2 dan 4

dengan menjaga suhu muatan atauptm tangki muat dibawah-0.5 derajat celcius

(karena titik boiling point butane pada tekanan udara normal adalah -0.5 derajat

celcius-dikutip dari gas tanker advance course) dan gas propane dimuat pada

tangki 1 dan 3, dan di jaga temperature muatan dan tangkinya sampai -43(titik

boiling point pada gas propane- dikutip dari gas tanker course advance).

Berikut penulis akan memaparkan data yang menunjukan masalah yang

terjadi diatas kapal dimana kurangnya waktu untuk persiapan tangki muat

danjadwal kedatangan kapal import


Selama penulis bekerja diatas kapal VLGC NS

Challenger sebagai kapal charter dan secara operasional

kapal diatur oleh pertamina, penulis menemukan beberapa

kejadian yang diantaranyaContoh data yang ditemui di atas

kapal:

A. Tidak siapnya tangki muatan kapal untuk Loading

o Pada tanggal 3 Agustus 2014, VLGC NS Challenger

melakukan STS bongkar dengan kapal pressurized

LPG/C Asian Gas dengan nominasi muatan Propane

650 MT, dan Butane650 MT. Pelaksanaan STS

dilakukan dari pagi hari hingga malam hari. Kemudian

setelah selesai STS dgn Asian Gas, VLGC NS

Challenger diharuskan melakukan STS muat dengan

kapal import, dalam hal ini tangki muat VLGC NS

Challenger belum siap untuk dimuati muatan karena

keadaan tangki muat msh dengan keadaan panas dan,

pressure tinggi. Setelah VLGC NS Challenger

melakukan konfirmasi ke Pertamina untuk melaporkan

bahwa tangki muat belum bisa siap dalam waktu yang

sangat terbatas, Pertamina memutuskan kapal import

harus tetap sandar dan melakukan pembongkaran

muatan ke VLGC NS Challenger walaupun dengan


keadaan muat denganjlow rate yang rendah

dikarenakan pressure dalam tangki masih cukup tinggi.

Akhirnya kegiatan STS dengan kapal import selesai

dengan waktu lebih dari 30 jam dan menimbulkan

demurrage bagi Pertarnina. Setelah VLGC NS

Challenger selesai melakukan STS muat dengan kapal

import, VLGC NS Challenger harus melakukan

kembali STS bongkar muatan dengan LPG/C Navigator

Aries dan LPG/C Apoda. Pergerakan kapal dilakukan

secara double move atau pergerakan bergerak langsung

setelah kapal sebelurnnya telah lepas sandar. Dalam hal

ini VLGC NS Challenger harus melakukan STS

nonstop 48 jam dan seterusnya sesuai jadwal yang ada.

B. Tidak updatenya jadwal operasional dari Pertamina

o Pada tanggal 9 September 2014, VLGC NS

Challenger sedang melakukan STS bongkar muatan

dgn LPG/C Gas Widuri. Menurut jadwal yang ada di

VLGC NS Challenger bahwa setelah STS bongkar

dengan Gas Widuri, tidak ada lagi jadwal untuk

STS berikutny dikarenakan VLGC NS Challenger

sudah harus berangkat ke Belanak Kepulauan Natuna

untuk mengambil muatan dari Conoco Phillips. Setelah

VLGC NS Chailenger selesai membongkar muatan


dengan Gas Wjduri, kemudian dikirimkan jadwal

terbaru STS untuk VLGC NS Challenger bahwa

kapal import yang harusnya sandar dengan mother

25

ship lain hurus di sandarkan dengan VLGC NS

Challenger, karena mother ship tersebut mempunyai

masalah tiba-tiba dengan loading line yang

tersumbat. Dalam hal ini VLGC NS Challenger

belum sempat melakukan cooling down tangki muat

sehingga delay kembali terjadi.

Jadi muatan dari kapal import terscbut akan di

distribusikan ke kapal-kapal kecil untuk dibawa ke seluruh

wilayah nusantara yang membutuhkan gas LPG, jadwal diatas

adalah jadwal satu voyage untuk VLGC NS Challenger, rata-

rata setiap satu voyagenya VLGC NS Challenger

melayani 10-15 kapal untuk melaksanakan kegiatan STS

ini. Setiap STS dengan kapal pressurized, VLGC NS

Challenger selalu menggunakan booster pump untuk

mentransfer muatannya disebabkan tekanan gas pada tangki

muat di kapal pressurized lebih besar dengan tekanan gas

pada tangki muatan VLGC NS Challenger yaitu berkisar

antara 3-5 bar disaat kapal kosong dan akan bertambah besar

ketika di isi muatan yaitu berkisar antara I 0-12 bar,

dibandingkan dengan tekanan udai"a di tangki muat VLGC


NS Challenger yang berkisar antara 0,140-0,170 bar disaat

penuh muatan, dan aka11 tambah berkurang disaat kosong

yaitu berkisar antara 0,10-0,30 bar. Dikarenakan

pembongkaran muatan ke kapal pressurized bisa dicampur,

maka dipakai hanya satu line saja dan satu hal lagi karena

dikapal pressurized hanya ada satu manifold, dengan

memakai booster pump ini dan memakai satu line, normalnya

muatan gas butane terlebih dahulu yang dibongkar setelah

itu muatan gas propane, maka di dalam pergantian

pembongkaran muatan ini VLGC NS Challenger perlu

membuka tutup kran dan mempersiapkan cargo heater untuk

memanaskan muatan yang akan dibongkar ke kapal

pressmized, dan ini perlu waktu kira-kira setengah jam

karena perlu menurunkan tekanan gas yang ada di pipa,

yaitu dengan cara membuka kembali kran pada tangki muat

sehingga sisa tekanari gas yang tinggi. di dalam pipa turun

ke. dalam tangki muatan VLGC NS Challenger yang

bertekanan gas !ebih rendah. Setelah sisa tekanan yang ada di

pipa turun berkisar 0-0,5 bar baru kran dapat dibuka dan

ditutup untuk pembongkaran muatan gas propane, semua yang

dilakukan itu untuk alasan keselamatan, karena apabila sisa

tekanan yang ada di pipa itu tidak diturunkan maka selain

didalam membuka kran tersebut akan berat juga akan

berbahaya bagi ABK yang membukanya.


Kegiatan STS transfer dengan kapal import dilakukan

setelah VLGC NS Challenger selesai membongkar

muatannya ke kapal kecil, jeda waktu diantara keduanya secara

normal dipakai oleh VLGC NS Challenger untuk melakukan

persiapan tangki muat dengan cara Cooling Down yaitu

mendinginkan tangki dengan medianya adalah uap sisa muatan

yang kemudian melalui Reliquefaction System, uap ini dirubah

dari suhu panas ke suhu yang dingin dan kemudian di alirkan

lagi kembali ke dalam tangki, proses ini berhenti sampai

ruang muat tangki pada kondisi yang diinginkan yaitu untuk

muatan gas butane dibawah suhu -0,5 derajat celcius lebih

dingin lebih baik, begitu juga dengan tangki untuk gas

propane di dinginkan sampai dibawah -43 derajat celcius,

semua proses diatas memerlukan waktu rata-rata 20-24

jam tergantung banyaknya sisa muatan yang ada didalam

tangki, bisa kita lihat jadwal dari kejadian pada bulan agustus

2014 di bawah ini. From:Dedy Alfian

Date: Fri I Aug2014 11:20-10700 Msg: AMOS-S14078604

Subjec:Latet Update Schedule STS Teluk Semangka

To: NS CHALLENGER

To:Andi Susi Wardana

To: Akhmad Mahmud

To: EndySaeful

Cc: HariNunuGoodoBuono,
Cc: PanjiYuliantoKumiKWM

Statement of fact SIS bongkar dengan Navigator

A.ries

B. ANALISIS DATA

Dalam pengoperasian sebuah kapal senng ditemukan

kendala dan hambatan yang satu dengan yang lainnya

sangat berbeda. Dan dari hambatan-hambatan yang

terjadi ini merupakan fakta yang hams dipecahkan

dengan suatu penyelesaian yang baik dan benar.

Karena apabila terjadi suatu hasil yang kurang optimal

dalam pelaksanaan sebuah pekerjaan, mengidentiflkasi

bahwa telah terjadi kesalahan dalam pengerjaan system

tersebut.

Seperti pada temuan data-data diatas, analisis yang

dilakukan akan dibahas sebagai berikut:

1. Tidak siapnya tangki muatan kapal untuk Loading:

a. Pada fakta yang penulis uraikan pada dataa,


delay terjadi karena tidak adanya jeda wal'tu

istirahat untuk kegiatan STS bongkar muatan

dan banyak factor yang menjadi penyebab, salah

satunya adalah kesalahan manajerial. Kesalahan

manajerial terfokus pada pengaturan, perencanaan,

dan pengawasan suatu kegiatan yang akan

dilakukan. Tidak siapnya tangki muat dikapal

VLGC NS Challenger disebabkan antara lain:

1) Kurangnya pengalaman dalam pengaturan

operasi kapal Beberapa orang yang mengatur

operasional kapal charter di Pertarnina

merniliki pengalaman yang sangat minim.

Hal ini dikarenakan mereka merupakan fresh

graduated dari beberapa Universitas di

Indonesia, dan bukan dari bagian maritim dan

tidak mengerti tentang kapal yang akan

dioperasikan. Apabila diposisi ini ditempatkan

orang yang sudah punya pengalaman dan dari

bagian maritim atau bekas perwira dikapal

maka delay akan berkurang atau tidak akan

teijadi karena mengerti dan paham akan

kegiatan kapal.

2) Tidak mau menerima masukan dari pihak

terkait lainnya Bagian operasional kapal


dari pencharter sering kali menerima

masukan dari pihak terkait lainnya seperti

loading master dan pihak kapal untuk

kelancaran dan efektifitas kegiatan bongkar

muat, sehingga efisiensi waktu, bahan bakar

dan lain

sebagainya terbuang begitu saja dikarenakan

sering mengabaikan masukan dari pihak-

pihak yang berada dilapangan langsung.

2. Tidak updatenya jadwal operasional dari Pertamina:

b. Dari deskripsi data b, tidak updatenya

jadwal operasional dari

Pertamina terjadi disebabkan oleh:

1) Kurangnya komunikasi antara pihak

Pertamina terhadap pihak kapal

Jadwal yang selalu berubah-ubah dan

tidak teratur mengakibatkan tidak

terupdatenya jadwal terbaru yang

seharusnya dilakuk:an dari beberapa hari

sebelumnya dan bisa dipersiapkan segala

sesuatunya untuk kelancaran operasional.


2) Keadaan darurat di daerah-daerah yang

memerluk:an pasokan gas

Sering kali di daerah-daerah di Indonesia

bagian barat kehabisan stok gas yang

mengakibatk:an keadaan darurat untuk: kapal

harus melakuk:an kegiatan bongkar muat

yang tidak ses'uai dengan jadwal yang sudah

diberikan ke kapal.

Lamanya proses persiapan tangki muat VLGC NS

Challenger bisa kita lihat pada tabellog di lampiran no

3.3

Bila dilihat dari data tabel log tidak rnaksimalnya

persiapan tangki muat karena tidak adanya jeda

waktu yang cuk:up untuk VLGC NS Challenger

melakukan Cooling Down tangki muat.Yang mana

dapat menambah delay dalarn kegiatan STS untuk:

Loading. Salah satu Penyebab delay yang paling

berpengaruh pada delay untuk STS antaran

VLGC NS Challenger dan kapal import adalah

kurangnya komunikasi antara pihak Pertamina dan

pihak kapal VLGC NS Cha llenger, sehingga


persiapan-persiapan yang harusnya perlu

disiapkan rnenjadi terbengkalai dan tidak teratur.

C. PEMECAHAN MASALAH

1. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Dari prioritas yang kita temukan diatas maka kita

mendapatkan masalah masalah penyebab dan menjadi

altematif pemecahan masalah sebagai berikut:

Altematif pemecahan masalah untuk mengatur waktu

persiapan tangki muat yaitu:

a. Pihak Pertamina

Pihak Pertamina dapat mengatur jadwal dengan baik

dan benar berdasarkan jadwal estimasi kedatangan

kapal-kapal yang akan melakukan bongkar dan muat di

pelabuhan Teluk Semangka. Dan setiap ada perubahan

harap segera di infoka..'l atau komunikasikan dengan

pihak kapal, pemilik kapal dan semua pihak-pihak

terkait.

b. Pihak perusahaan I pemilik kapal


Pihak perusahaan I pemilik kapal harus konsisten

dengan prosedur bongkar muat STS yang ada antara

lain HSSEQ manual perusahaan, STS transfer guide

book, liquefied gas handling principle book, dan lain

sebagainya. Serta tidak dipengaruhi tekanan oleh

pencharter.

c. Pihak kapal

Konsistensi Master atau mualim 1 sebagai penanggung

jawab utama untuk tetap memperhatikan keselamatan

anak buah kapal, kapal itu sendiri, dan muatannya.

2. Evaluasi pemecahan alternatif masalah

Evaluasi pemecahan masalah diambil dari altematif

pemecahan masalab y<mg telah diuraikan di sub bab

sebelumnya sebagai berikut:

a. Pihak Pertamina

1. Keuntungan
Adanya waktu persiapan u ntu k meiakukan

cooling down deng, ii

maksimal, serta teratumya waktu istirahat untuk

crew kapal

sehingga tidak terjadi fatique yang akan

menghilangkan konsentrasi para crew saat

bekeija.

2. Kerugian

Penyuplaian gas ke daerah-daerah di Indonesia

akan sedikit terlambat dikarenakan kapal-kapal

yang akan melakukan STS harumenunggu lebih

lama karena waktu untuk cooling down tangki

dan memuat muatan dari kapal import.

b. Pihak perusahaan atau pemilik kapal

1. Keuntungan

Kapal dapat melakukan semua operasional

dengan safety dan teratur, sehingga alat-alat dan

instrument untuk cargo system juga akan berjalan


dengan baik dan tanpa kendala karena digunakan

berdasarkan prosedur yang ada.

2. Kerugian

Kemungkinan yang dapat terjadi adalah kapal

tidak akan dicharter oleh Pertamina lagi untuk

wak.tu-waktu kedepannya.

c. Pihak kapal

1. Keuntungan

Prosedur-prosedur bongkar muat secara STS

yang ada dapat diimplementasikan dengan benar

sehingga kegiatan operasi dapat beijalan

semestinya berdasarkan standart operasional.

2. Kerugian

Master dan mu::tlim 1 akan menenma

komplain dari Pertaminadikarenakan harus

bersikap tegas untuk menolak permintaan

Pertamina jika operasional dilakukan tanpa

prosedur yang benar. Dan mungkin w1tuk

kedepannya tidak dikontrak kembali untuk

bekerja dikapal-kapal yang masih dalam charteran


Pertamina

3. PEMECAHAN MASALAH YANG DIPILIH

Berikut ini pemecahan masalah yang dipilihuntuk

memecahkan masalah yang diambil oleh penulis sesuai

dengan kasus yang ada. Dari evaluasi pemecahan masalah

diatas setelah dilihat keuntungan dan kerugiannya mal<a

didapatlah pemecahan masalah yang terbaik yang dipilih

oleh penulis dalam upaya memecahkan masalah yang

dihadapi pada sub bah yang sebelumnya.

Pihak Pertamina dapat mengatur jadwal dengan baik dan

benar berdasarkan jadwal cstimasi kedatangan kapal-kapal

yang akan melakukan bongkar dan muat di pelabuhan

Teluk Semangka. Dan setiap ada perubahan harap segera

di infokan atau komunikasikan d ngan pihak kapal,

pemilik kapal dan semua pihak-pihak terkait.

Jadi pemecahan masalah diatas yang telah dipilih oleh

penulis dan menurut penulis menjadi penting untung

dilaksanakan.
BABIV

KESIMPULAN DAN

SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menganalisa dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyebab teijadinya delay pada kegiatan

STS di pelabuhan Teluk Semangka

adalah persiapan tangki muat VLGC NS

Challenger yang kurang efisien,dan

Jadwal STS yang di berikan Pertamina

kurang akurat dan tidak konsisten,

sehingga pemecahan masalah yang

dipilih Pihak Pertamina dapai mengatur


jadwal dengan baik dan benar

berdasarkanjadwal estimasi kedatangan

kapal-kapal yang akan mela:kukan

bongkar dan muat di pelabuhan Teluk

Semangka. Dan setiap ada perubahan

terharap segera di infokan atau

komunikasikan dengan pihak kapal,

pemilik kapal dan semua pihak-pihak

terkait.

2. Persiapan tangki muat di VLGC NS

Challenger bisa dilakukan se- efisien

mungkin dengan cara melakukannya

dengan system kredit sewak.tu tidak

adanyakegiatan STS berlangsung.

B. SARAN-SARAN

Dari kesimpulan yang di dapat, bisa di

sarankan hal-hal sebagai berikut

1. Untuk pihak Pertamina

Perlu adanya ketelitian di dalam


membuat jadwal STS berdasarkan

jadwa1 kedatangan kapal-kapal yang

akan melakukan STS di Teluk

Semangka, dan dapat melihat kondisi

yang ada dilapangan me!alui Loading

Master Pertamina yang sudah di

tugaskan di Teluk Semangka Agar

mengetahui secara langsung keadaan

dan kondisi dilapangan.

2. Untuk pihak perusahaan I pemilik kapal.

Harus lebih tegas dalam menjalankan prosedur yang

sudah terdapat dalam HSSEQ manual perusahaan. Dan

diharapkan agar tidak terpengaruh tekanan dari

pencbarter. Agar semua keselamatan dalam

operrasional pilll dapat terpenuhi.

3. Untuk pihak kapal.

Perlu lebih tepat dalam melihat kesempatan untuk

cooling down tangki muat disaat kapal tidak melakukan

STS dengan kapallain dapat dilakukan cooling down

tangki. Agar pada saat hams melakukan STS muat

secara tiba-tiba tangki muat telah siap untuk menerima

muatan dengan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

London, witherby & Co.Ltd., (ISBN 1-85609-082-5), ISC/OCIMF

SIGTTO,

Ship To Ship Transfer Guide (LIQUEFIED GASES), 2nd edition 1995.

Marine Sun, Gas Tanker Advance Course2003.

Edward Mortimer Ltd., England (ISBN 0-906 270-03-0), ISC

Tanker Safety

Guide (LIQUEFIED GASES)1995.


Istopo, Captain. Kapal dan Muatannya, Jakarta 1999.

Anda mungkin juga menyukai