Anda di halaman 1dari 59

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ELECTRONIC CHART DISPLAY AND

INFORMATION SYSTEM (ECDIS) UNTUK MENUNJANG


KESELAMATAN PELAYARAN
PADA KAPAL LNG/C TANGGUH PALUNG

o
0

KARYA ILMIAH TERAPAN

Oleh :
DYAN TRI WAHYU NUGROHO
NIPD : 101.09.01.23.011

PROGRAM PENDIDIKAN DIKLAT PELAUT I


NAUTIKA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN
ILMU PELAYARAN
JAKARTA
2023
OPTIMALISASI PENGGUNAAN ELECTRONIC CHART
DISPLAY AND INFORMATION SYSTEM (ECDIS) UNTUK
MENUNJANG KESELAMATAN PELAYARAN
PADA KAPAL LNG/C TANGGUH PALUNG

KARYA ILMIAH TERAPAN

Oleh :

DYAN TRI WAHYU NUGROHO


NIPD : 101.09.01.23.011

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan


Untuk Penyelesaian Program Pelaut - I

PROGRAM PENDIDIKAN DIKLAT PELAUT I


NAUTIKA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN
PENINGKATAN ILMU PELAYARAN
JAKARTA
2023

i
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN
PENINGKATAN ILMU PELAYARAN

TANDA PERSETUJUAN KARYA ILMIAH TERAPAN


Nama : DYAN TRI WAHYU NUGROHO
NIPD : 101.09.01.23.011
Program Pendidikan : Diklat Pelaut - I
Jurusan : NAUTIKA
Judul : OPTIMALISASI PENGGUNAAN ELECTRONIC
CHART DISPLAY AND INFORMATION
SYSTEM (ECDIS) UNTUK MENUNJANG
KESELAMATAN PELAYARAN PADA KAPAL
LNG/C TANGGUH PALUNG

Jakarta, April 2023


Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Capt.Drs. Kemal Syarif, Sp1. M.Mar Octawarman Arief, S.S


Penata (III/d)
NIP. 19811027 201012 1 001

Mengetahui :
Kepala Seksi Pengajaran

Capt. Suhardi, M.Si, M.Mar


Pembina (IV/a)
NIP. 19760201 200212 1 008

ii
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN
PENINGKATAN ILMU PELAYARAN

TANDA PENGESAHAN KARYA ILMIAH TERAPAN

Nama : DYAN TRI WAHYU NUGROHO


NIPD : 101.09.01.23.011
Program Pendidikan : Diklat Pelaut - I
Jurusan : NAUTIKA
Judul : OPTIMALISASI PENGGUNAAN ELECTRONIC
CHART DISPLAY AND INFORMATION
SYSTEM (ECDIS) UNTUK MENUNJANG
KESELAMATAN PELAYARAN PADA KAPAL
LNG/C TANGGUH PALUNG

Ketua Penguji Sekretaris Penguji Anggota Penguji

Capt. Asep Yedi Heryadi, MM, M.Mar, Dr. Setijo Harsono, MM Capt. Sugiyanto, M.Mar
Pembina (IV/a)
NIP.1970810 200502 001

Mengetahui :
Kepala Bidang Penyelenggaraan

Capt. Didi Sumadi, M.Mar


Pembina (IV/a)
NIP. 19670318 200312 1 001

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


Karena atas kehendak-Nya dapat menyelesaikan karya ilmiah terapan ini
tepat pada waktunya dan sesuai dengan yang diharapkan. Pada
penulisan karya ilmiah terapan ini penulis mengambil judul:
“OPTIMALISASI PENGGUNAAN ELECTRONIC CHART DISPLAY AND
INFORMATION SYSTEM (ECDIS) UNTUK MENUNJANG
KESELAMATAN PELAYARAN PADA KAPAL LNG/C TANGGUH
PALUNG”
Dalam penyusunan karya ilmiah terapan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dorongan yang sangat berharga dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. Ir. Ahmad, M.MTr.,QIA.,CFr.A, selaku Direktur Balai Besar Pendidikan
Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran.
2. Capt. Didi Sumadi, M.Mar, selaku Kepala Bidang Penyelenggaraan.
3. Capt. Suhardi, M.Si, M.Mar., selaku Kepala Seksi Pengajaran.
4. Capt. Asep Yedi Heryadi, M.M., selaku Kepala Seksi Rencana dan
Program.
5. Capt. Kemal Syarif, M.Mar selaku Pembimbing Materi.
6. Bapak Octawarman Arief, S.S, selaku Pembimbing Teknis.
7. Keluarga besar, istri dan anak-anak saya yang telah memberikan
motivasi.
8. Seluruh Dosen dan Instruktur Pengajar di BP3IP Jakarta.
9. Rekan-rekan Pasis Program DP-I Nautika Periode I Gelombang 1
Tahun 2023 BP3IP Jakarta.
Karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan waktu, maka
penulisan karya ilmiah terapan ini jauh dari sempurna dan untuk itu
penulis akan dengan senang hati dapat menerima kritik dan saran untuk
perbaikan karya ilmiah terapan ini. Akhir kata, semoga karya ilmiah
terapan ini dapat membawa manfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya.

Jakarta, April 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH TERAPAN ...................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KARYA ILMIAH TERAPAN ....................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Batasan Masalah ..................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................... 4
E. Tujuan Dan Manfaat Masalah .................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu .................................................................. 15
B. Metode Pengumpulan Data .................................................... 15
C. Teknik Analisis ....................................................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................ 18
B. Analisis Data .......................................................................... 20
C. Pemecahan Masalah ............................................................. 25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 35
B. Implikasi ................................................................................. 35
C. Saran ..................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 37
LAMPIRAN
PENJELASAN ISTILAH

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 4.1 Tampilan ECDIS di kapal LNG/C Tangguh Palung.............18
Gambar 4.2 Diagram Fishbone ..............................................................20
Gambar 4.3 Skema ECDIS terhadap input informasi alat navigasi .......26
Gambar 4.4 Blok diagram input data tampilan ENC pada ECDIS ..........29

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ship Particular


Lampiran 2. Crew List
Lampiran 3. ECDIS Type Approval
Lampiran 4. ECDIS Control Unit
Lampiran 5. ECDIS Display
Lampiran 6. ECDIS Symbol
Lampiran 7. Passage Plan Meeting

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kapal merupakan salah satu angkutan yang sangat diperlukan
untuk mendukung perdagangan dan ekonomi global. Bukan hal baru
lagi jika kapal menjadi andalan utama transportasi yang sangat
penting bagi jalur laut. Anggota Indonesia National Shipowners
Association (INSA) atau Asosiasi Pelayaran Nasional Capt. Supriyanto
mengatakan, ketergantungan dengan moda transportasi laut terus
berkembang sampai saat ini karena kapal mempunyai ciri khas
tersendiri. "Terus berkembang karena dia beda sama transportasi lain,
pertama, kapal paling efisien karena bisa mengangkut dalam jumlah
besar. Kedua, kapal aman karena regulasi pelayaran selalu di
upgrade untuk keselamatan kapal. Ketiga, lebih ramah lingkungan
dimana regulasinya semakin ketat dalam mengatur pencemaran dan
pemakaian bahan bakar yang ramah lingkungan".
Berdasarkan pasal 44 UU No. 17 Tahun 2008, navigasi adalah
proses mengarahkan gerak kapal dari satu titik ke titik yang lain
dengan aman dan lancar serta untuk menghindari bahaya dan/atau
rintangan pelayaran. Salah satu instrumen penting dalam navigasi
adalah Electronic Chart Display and Information System (ECDIS).
ECDIS adalah sebuah sistem peralatan navigasi berbasis peta
elektronik yang dapat menampilkan informasi-informasi untuk
keperluan navigasi yang didapat dari berbagai sensor dan peralatan
navigasi kapal seperti Global Positioning System (GPS), Automatic
Information System (AIS), Radio Detection and Ranging (RADAR),
Aotomatic Radar Plotting Aid (ARPA), Speed Log, Gyro Compass,
Echo Sounder, Wind Sensor, Navtex Receiver, dan sebagainya
secara real time sehingga informasi-informasi tersebut berguna untuk
meningkatkan keselamatan pelayaran.
Adapun fungsi ECDIS selain untuk memenuhi regulasi juga
mempunyai kelebihan lain yakni mengurangi resiko kecelakaan laut
seperti tubrukan, tenggelam, kandas, kebakaran, dsb. Mengurangi
biaya pengelolaan dan pengoperasian kapal (efisiensi penggunaan
BBM), pemilihan rute pelayaran yang terbaik, otomatisasi pekerjaan-
pekerjaan rutin di atas kapal diantaranya plotting, updating.
Menambah pengetahuan Nahkoda dengan informasi-informasi
tambahan dari berbagai sensor yang terhubung dengan ECDIS,
seperti prakiraan cuaca, Notice to Mariner (NTM) atau Berita untuk
Pelaut, Navtex, GMDSS.
Sebagaimana disebutkan di atas guna mendukung
perdagangan dan ekonomi global, ECDIS sebagai salah satu

1
instrumen dalam navigasi, memiliki peranan untuk meningkatkan
keselamatan pelayaran, sehingga memungkinkan untuk para
Nahkoda dan Mualim melakukan pengawasan navigasi yang lebih
efektif, tepat dan cermat. Kemajuan teknologi komputer dan sistem
informasi telah menghadirkan ECDIS sebagai cara baru dalam
bernavigasi di atas kapal. ECDIS telah menduduki tempat terdepan
dalam prioritas pengembangan teknologi navigasi laut dan tercatat
sebagai kemajuan yang paling berarti sepanjang zaman, semenjak
peradaban manusia memulai penjelajahan samudera. Peranan
ECDIS di kapal sangat substansial, terutama untuk para Nahkoda
dan Mualim jaga navigasi. Peta elektronik ini dapat menggantikan
peranan peta kertas yang ada sekarang ini. Dengan penggunaan
yang tepat dan pengetahuan mengenai batasan-batasan sistem ini
serta potensinya, ECDIS akan membantu meningkatkan efisiensi
serta keselamatan di atas kapal. ECDIS menawarkan sejumlah
kelebihan dalam bernavigasi dibandingkan bernavigasi dengan cara
konvensional dan yang pasti sebagai langkah maju cara bernavigasi
yang lebih aman dan modern.
LNG/C Tangguh Palung adalah salah satu armada moda
transportasi laut yang dioperasikan oleh perusahaan K Marine Ship
Management Pte., Ltd. (KMSM) yaitu perusahaan pelayaran di
Singapore yang bergerak dalam bidang pengangkutan LNG. Kapal
berbendera Panama ini mempuyai operasi trayek operasi world wide
seperti Jepang, Korea, China yang merupakan alur pelayaran padat.
Maka dari itu pengawasan atas keselamatan navigasi dan kelancaran
operasi kapal menjadi prioritas utama ketika melewati area pelayaran
tersebut. Untuk menciptakan kegiatan navigasi yang aman dan
efektif, maka perusahaan ini memasang ECDIS pabrikan Jepang,
Furuno dengan tipe FMD 3300 yang berbasis pada sistem komputer
di anjungan pada semua armada niaganya secara serentak. Selain
itu ECDIS juga terintegrasi dengan beberapa alat-alat navigasi lain
dengan sistem Local Area Network (LAN) guna memudahkan para
Nahkoda dan Mualim dalam pengawasan bernavigasi ataupun
berolah gerak.
Maker atau Manufacture ECDIS perlu memberikan Diklat ECDIS
di kapal mengingat teknologi yang terus berkembang. Adanya diklat
ECDIS dari maker untuk memastikan crew kapal menggunakan
peralatan ini dengan aman dan efektif. Diklat ini dapat membantu
pengguna memahami cara mengoperasikan peralatan ECDIS dengan
benar dan meminimalkan risiko kesalahan yang dapat mengancam
keselamatan kapal. Disamping itu juga, Diklat dari maker dapat
membantu kru kapal memahami teknologi terbaru yang update
secara terus menerus. Hal ini dapat membantu kru kapal untuk
memanfaatkan fitur terbaru yang disediakan oleh maker ECDIS,
termasuk pembaruan perangkat lunak dan hardware.
Namun realita yang terjadi di lapangan, masih ada Mualim yang
belum memahami lebih dalam cara pengoperasian ECDIS karena

2
sering terjadi salah pemahaman dalam penggunaannya dan temuan
pada saat audit baik internal maupun eksternal. Hal ini dapat
menimbulkan bahaya navigasi yang akan mengancam keselamatan
kapal dan awak kapal seperti, resiko tubrukan pada saat berlayar
pada alur pelayaran ramai, resiko kandas jika tidak tepat dalam
pemilihan skala peta pada ECDIS, dan resiko bahaya navigasi yang
lain serta dapat menghambat kelancaran operasi kapal apabila ada
masalah terhadap ECDIS. ECDIS harus selalu dalam keadaan up to
date, sehingga dapat menyediakan informasi terkini yang mampu
membantu pengawasan navigasi dan dapat memberikan peringatan
kepada Mualim jaga jika kapal akan memasuki daerah yang tidak
boleh dilayari ataupun ada bahaya navigasi. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengetahuan yang baik oleh Nahkoda dan para Mualim
tentang ECDIS ini sehingga faktor keselamatan saat bernavigasi
dapat lebih optimal.
Pada tanggal 26 November 2022, pada saat itu kapal berlayar di
Korea. Pada saat Mualim III jaga malam (16.00 – 20.00), kapal
dipanggil oleh Korean Navy. Mualim III segera menginformasikan
Nahkoda dari kejadian tersebut. Setelah beberapa petugas dari Port
Control (traffic service pelabuhan) menjelaskan melalui VHF radio di
CH 10, ternyata kapal diperingatkan karena menuju daerah
berbahaya yaitu area Militer dan disarankan untuk menghindari area
tersebut.
Kesalahan tersebut terjadi karena Mualim III tidak langsung
memasukkan koreksi yang berasal dari broadcast Navarea dari
Navtex tersebut langsung kedalam ECDIS, Mualim III hanya
membaca beritanya, tetapi tidak melakukan update di ECDIS secara
manual. Dari kejadian tersebut dapat membahayakan kapal karena
memasuki area militer. ECDIS dengan peta informasi yang tidak
update jika digunakan sebagai acuan rute pelayaran sangat
berbahaya bagi keselamatan kapal.
Pada tanggal 30 Januari 2023 jam 09.00 WIB saat kapal sandar
di Australia. Seperti yang pihak kantor himbau seminggu sebelumnya
bahwasanya kapal akan menghadapi eksternal audit. Setibanya kapal
sandar di dermaga, yang bertindak sebagai inspektor adalah seorang
berkewarganegaraan Australia.
Setelah beberapa jam tiba giliran untuk pemeriksaan bagian
anjungan. Seluruh Mualim yang tidak berdinas jaga dan termasuk
Nahkoda ikut hadir dalam pemeriksaan di anjungan. Pertanyaan demi
pertanyaan dilontarkan inspektor kepada Mualim II sebagai
penanggung jawab bagian alat-alat navigasi dan tak jarang
pertanyaan juga disodorkan kepada Mualim lainnya.
Namun pertanyaan terhenti ketika inspektor menanyakan
beberapa pertanyaan seputaran ECDIS. Beberapa Mualim tidak bisa
menjawab beberapa makna dan fungsi dari simbol-simbol yang
terdapat didalam ECDIS. Hal ini menjadi suatu catatan kesalahan

3
bagi inspector yang harus diselesaikan bagi pihak kapal dalam jangka
waktu tertentu.
Penerapan penggunaan ECDIS sebagai sebuah alat navigasi
yang terhitung baru dan juga merupakan salah satu penemuan
mutakhir, apabila tanpa disertai pemahaman secara mendalam oleh
penggunanya maka akan sia-sia hal tersebut. Atas dasar itu, penulis
merasa perlu untuk membahas tentang pentingnya Mualim untuk
dapat memaksimalkan kinerja sebuah ECDIS dengan memahami
secara jelas dan mendalam tentang dan sistem dasar
pengoperasiannya. Dengan demikian pengawasan navigasi dan olah
gerak lebih optimal, serta dapat memperkecil resiko kecelakaan di
laut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik
memilih judul Karya Ilmiah Terapan: "OPTIMALISASI
PENGGUNAAN ELECTRONIC CHART DISPLAY AND
INFORMATION SYSTEM (ECDIS) UNTUK MENUNJANG
KESELAMATAN PELAYARAN PADA KAPAL LNG/C TANGGUH
PALUNG"

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Permasalahan yang diambil dalam Karya Ilmiah Terapan ini
didasari oleh pengamatan dan fakta yang terjadi pada saat penulis
bekerja di atas kapal, maka disusunlah beberapa masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Terjadinya kesalahan dalam pengoperasian ECDIS.
2. Data-data informasi dalam ECDIS tidak up to date.
3. Peralatan ECDIS kadang menunjukan ketidakakuratan posisi
4. Pengoperasian ECDIS tidak sesuai prosedur.

C. BATASAN MASALAH
Mengingat luasnya pembahasan permasalahan berdasarkan
uraian identifikasi masalah di atas, maka penulis hanya membatasi
masalah pembahasan Karya Ilmiah Terapan ini berdasarkan
pengamatan dan fakta yang terjadi pada saat penulis bekerja di atas
kapal LNG/C Tangguh Palung yaitu “Terjadinya kesalahan dalam
pengoperasian ECDIS”

D. RUMUSAN MASALAH
Setelah masalah teridentifikasi dan kemudian diberi batasan
masalahnya, maka untuk langkah selanjutnya adalah memberikan
rumusan masalah guna mempermudah dalam menjabarkan

4
permasalahan selanjutnya pada bab-bab berikutnya. Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Mengapa terjadinya kesalahan dalam pengoperasian ECDIS?
2. Bagaimana mengatasi kesalahan dalam pengoperasian ECDIS?
3. Apa pengaruh kesalahan dalam pengoperasian ECDIS terhadap
keselamatan pelayaran?

E. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan Karya Ilmiah Terapan
Tujuan dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini adalah:
a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan dalam
pengoperasian ECDIS di kapal LNG/C Tangguh Palung.
b. Untuk mencari pemecahan masalah kesalahan dalam
pengoperasian ECDIS.
c. Untuk mengetahui apa pengaruh kesalahan dalam
pengoperasian ECDIS terhadap keselamatan pelayaran.

2. Manfaat Karya Ilmiah Terapan


a. Teoritis
Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
para pembaca tentang penggunaan Electronic Chart Display
and Information System (ECDIS) yang benar sehingga dapat
menunjang keselamatan pelayaran.
b. Akademis
1) Diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi rekan-
rekan satu profesi yang akan dan yang telah bekerja di
atas kapal tentang pengoperasian Electronic Chart
Display and Information System (ECDIS).
2) Sebagai pedoman bagi rekan-rekan Pasis yang sedang
menuntut ilmu di Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan
Peningkatan Ilmu Pelayaran (BP3IP) Jakarta.
c. Praktis
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan awak
kapal LNG/C Tangguh Palung pada khususnya supaya bisa
menerapkan apa yang sudah penulis jabarkan dalam Karya
Ilmiah Terapan ini dalam meningkatkan sistem manajerial dan
kinerja dari para Mualim dalam hal pemanfaatan Electronic
Chart Display and Information System (ECDIS) untuk sarana
navigasi yang dapat membantu pengawasan navigasi dan
meningkatkan keselamatan pelayaran.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA
Sehubungan dengan masalah yang akan dibahas, penulis
merasa perlu untuk menggunakan beberapa teori dan definisi yang
dapat mendukung dalam penyajian dan kebenaran dari penulisan ini.
1. Electronic Chart Display and Information System (ECDIS)
Menurut Shilavadra Bhattacharjee (2021), ECDIS adalah
pengembangan sistem peta navigasi yang digunakan di kapal
angkatan laut dan kapal laut. Dengan penggunaan sistem bagan
elektronik, menjadi lebih mudah bagi awak navigasi kapal untuk
menentukan lokasi dan mendapatkan petunjuk arah.
Selain meningkatkan keselamatan navigasi, ECDIS sangat
memudahkan beban kerja navigator dengan kemampuan
otomatisnya seperti perencanaan rute, pemantauan rute,
penghitungan ETA otomatis, dan pembaruan ENC. Selain itu,
ECDIS menyediakan banyak fitur navigasi dan keamanan canggih
lainnya, termasuk perekaman data berkelanjutan untuk analisis
selanjutnya.
Berdasarkan Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974 Chapter V
terdapat referensi relevan yang dapat diartikan langsung terhadap
ECDIS:
a. SOLAS regulations V/19, Carriage requirement for
shipborne navigational systems and equipment.
Berdasarkan SOLAS 1974, Consolidated Edition 2014,
IMO:296, regulasi 19.2.2.1.4. nautical charts and nautical
publications to plan and display the ship's route for the
intended voyage and to plot and monitor positions throughout
the voyage. An electronic chart display and information system
(ECDIS) is also accepted as meeting the chart carriage
requirements of this subparagraph. Ships to which paragraph
2.10 applies shall comply with the carriage requirements for
ECDIS detailed therein. Pada paragraf 2.10 Ships engaged on
international voyages shall be fitted with an electronic chart
display and information system (ECDIS).

6
b. Regulation 27 Nautical charts and nautical publications
Nautical charts and nautical publications, such as sailing
drections, list of lights, notice to mariners, tide tables and all
other nautical publications necessary for intended voyage,
shall be adequated and up to date.
c. Pelatihan dalam penggunaan ECDIS
Menurut Dadi Kuntjoro (2018:9), ECDIS Kontrol Navigasi
Terpadu Dari Anjungan seluruh Perwira navigasi (navigator) di
atas kapal diharuskan untuk dilatih dalam penggunaan ECDIS
sebagai berikut:
1) Mengikuti model pelatihan IMO model course 1.27 yang
dilaksanakan oleh badan pelatihan dan mengikuti
standard minimum persyaratan IMO.
2) Pelatihan pengenalan kapal yang dilaksanakan oleh
badan pelatihan perusahaan sesuai persyaratan
International Safety Management Code (ISM Code).
3) Pelatihan “peralatan khusus kapal” yang dilaksanakan
oleh pabrikan (maker) ECDIS, atau oleh “pelatihan
dengan dasar komputer”.
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa dalam
pemenuhan persyaratan pelatihan keterampilan ECDIS harus
memenuhi atau melebihi tingkatan pengetahuan dan
kompetensi yang disebutkan STCW 2010 Bab II dan
kompetensi lebih rinci dituangkan ke dalam STCW Code
Section A-II/1 - 4.
Persyaratan minimum wajib untuk sertifikasi perwira jaga
navigasi di kapal 500 tonnage atau lebih
a) Setiap calon sertifikasi harus:
(1) Wajib menunjukkan kompetensi untuk melaksanakan,
pada tingkat operasional, tugas, tugas dan tanggung
jawab yang tercantum dalam kolom 1 tabel A-II/1;
(2) Sekurang-kurangnya memiliki sertifikat yang sesuai
untuk melakukan komunikasi radio VHF sesuai
dengan persyaratan Regulasi Radio; Dan
(3) Jika ditunjuk untuk memiliki tanggung jawab utama
untuk komunikasi radio selama insiden marabahaya,
memegang sertifikat yang sesuai yang diterbitkan atau
diakui menurut ketentuan Peraturan Radio.
b) Pengetahuan, pemahaman dan kecakapan minimum yang
diperlukan untuk sertifikasi tercantum dalam kolom 2 tabel
A-II/1.

7
c) Tingkat pengetahuan subyek yang tercantum dalam kolom
2 tabel A-II/1 harus cukup bagi perwira jaga untuk
melaksanakan tugas jaga mereka.
d) Latihan dan pengalaman untuk mencapai tingkat
pengetahuan, pemahaman dan kecakapan teoretis yang
diperlukan harus didasarkan pada bagian A-VIII/2, bagian
4-1-Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan dinas jaga navigasi dan juga harus
mempertimbangkan persyaratan yang relevan dari bagian
ini dan panduan yang diberikan dalam bagian B dari Kode
Etik ini.
e) Setiap calon sertifikasi wajib memberikan bukti telah
mencapai standar kompetensi yang dipersyaratkan sesuai
dengan metode pembuktian kompetensi dan kriteria
penilaian kompetensi yang ditabulasikan pada kolom 3
dan 4 Tabel A-II/1.
f) Setiap calon sertifikasi sebagai perwira tugas jaga
navigasi kapal 500 tonase kotor atau lebih yang dinas
pelayarannya, sesuai dengan paragraf 2.2 regulasi II/1,
merupakan bagian dari program pelatihan yang disetujui
sebagai memenuhi persyaratan Bagian ini harus
mengikuti program pelatihan onboard yang disetujui yang:
(1) Memastikan bahwa, selama masa wajib dinas
pelayaran, calon menerima pelatihan praktis yang
sistematis dan pengalaman dalam tugas, tugas dan
tanggung jawab seorang perwira jaga navigasi,
dengan memperhatikan pedoman yang diberikan
dalam seksi B-II/ 1 dari Kode ini;
(2) Diawasi secara ketat dan dipantau oleh petugas yang
memenuhi syarat di atas kapal dimana layanan
pelayaran yang disetujui dilakukan; Dan
(3) Didokumentasikan secara memadai dalam buku
catatan pelatihan atau dokumen sejenis.
g) Hal-hal berikut ini dapat dihilangkan dari hal-hal yang
tercantum dalam kolom 2 Tabel A-II/1 untuk penerbitan
sertifikat terbatas untuk dinas pelayaran dekat pantai,
mengingat keselamatan semua kapal yang mungkin
beroperasi di wilayah yang sama. perairan:
(1) Celestial navigation dan;
(2) Sistem elektronik penentuan posisi dan navigasi yang
tidak mencakup perairan yang sertifikatnya berlaku.

8
d. IMO Model course 1.27
This model course intends to provide the knowledge, skill
and understanding of ECDIS and electronic charts to the
thorough extent needed to safely navigate vessels whose
primary means of navigation is ECDIS. The course
emphasizes both the application and learning of ECDIS in a
variety of underwaycontexts. This is achieved through
sophisticated navigation simulation that provides each trainee
with unrestrained access to ownship operations integrated
with a complete type-approved ECDIS with numerous chart
formats installed. The course is designed to meet the STCW
requirements in the use of ECDIS, as revised by the 2010
Manila Amendments, specifically as these apply to Tables A-
II/1, A-II/2 and A-II/3, and also to revised guidelines pertaining
to training and assessment in the operational use of ECDIS in
Table B-I (paragraphs 36 through 66), assessment in
navigational watchkeeping, and evaluation of competence,
both in Table B-II.

e. Resolusi A.817 (19) Performance standars for electronic


chart display and information system (ECDIS)
Standarisasi kemampuan kerja dari ECDIS diambil dari
Resolusi A.817 (19) adalah sebagai berikut:
1) Fungsi utama dari ECDIS adalah untuk membantu
bernavigasi dengan aman.
2) ECDIS dengan pengaturan cadangan data pendukung
yang cukup dan terkoreksi dengan up to date, dapat
diterima sebagai peta navigasi yang telah sesuai
peraturan V/20 dari konvensi SOLAS.
3) Dalam hal peralatan navigasi yang menjadi bagian dari
Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS)
dan persyaratan untuk peralatan navigasi berupa
elektronik yang menganut Resolusi IMO A.694 (17),
ECDIS harus memenuhi persyaratan standar kemampuan
dari peraturan di atas.
4) ECDIS harus mampu menampilkan semua informasi
penting tentang peta navigasi untuk pelayaran yang
efisien dan aman, yang dibuat, didistribusikan, dan
diawasi badan hidrografi pemerintah.
5) ECDIS harus mempunyai fasilitas up-date informasi
navigasi dan koreksi peta yang mudah didapatkan dan
dipercaya.
6) Penggunaan ECDIS harus dapat mengurangi beban kerja
bila dibandingkan dengan menggunakan peta kertas.
ECDIS harus memudahkan para pelaut untuk membuat

9
perencanaan pelayaran dan pengawasannya dalam waktu
yang efisien. Dan harus dapat memberikan posisi kapal
secara berkelanjutan.
7) ECDIS harus menyediakan informasi yang terpercaya dan
lengkap setidaknya sama dengan peta kertas yang
diproduksi oleh badan hidrografi yang diawasi pemerintah.
8) ECDIS harus menyediakan nada peringatan (alarm) yang
sesuai atau memperlihatkan informasi yang sesuai dari
kesalahan dan kerusakan dari peralatan navigasi yang
menjadi sumber datanya.
9) Jika informasi peta yang relevan untuk updating maka
ECDIS dapat beroperasi dalam Mode Raster Chart
Display System (RCDS).

2. Peningkatan Keselamatan Pelayaran


a. Pemaksimalan alat navigasi
Menurut L. Tetley & D. Calcutt (2021:123), maka setiap
kapal harus senantiasa melakukan pengamatan yang layak,
baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun semua
sarana yang tersedia yang sesuai dengan keadaan dan
suasana yang ada sehingga dapat membuat penilaian
sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan. Tujuan
pengamatan di kapal adalah untuk membuat penilaian yang
lengkap terhadap situasi kapal dan perairan, dan bahaya
tubrukan.
Dalam melakukan pengamatan ini seorang Mualim harus
menggunakan semua sarana yang sesuai, baik secara
penglihatan, pendengaran, maupun alat elektronik seperti
RADAR. Apabila dalam keadaan daya tampak terbatas, maka
kombinasi dari semuanya itu harus dapat digunakan secara
bersamaan. Dalam hal ini ECDIS dapat digunakan sebagai
media tampilan data dan keseluruhan alat-alat navigasi
sehingga apa yang ditekankan oleh aturan 5 dari Collision
Regulation (COLREG) dapat dipenuhi. Tapi semua itu dapat
terlaksana dengan baik jika didukung akan kemampuan
pengetahuan para Mualim atas alat tersebut yang memadai.

b. Peran ECDIS bagi Mualim jaga guna meningkatkan


keselamatan dalam bernavigasi
Menurut L. Tetley & D. Calcutt dalam buku Electronic
Navigation Systems (2021:236), dijelaskan bahwa dengan
kemampuan pengetahuan yang memadai dari Mualim jaga
yang dapat memakai secara optimal fasilitas–fasilitas yang
terdapat pada ECDIS yang dapat mempermudah dan

10
membantu Mualim jaga dalam bernavigasi. Fasilitas-fasilitas
tersebut adalah:
1) Route Planning
Memungkinkan bagi para Mualim dapat dengan mudah
dan cepat dalam pembuatan rancangan pelayaran yang
secara otomatis disertai perhitungan jarak, haluan, off-
track alarm, kedalaman dan semua informasi lain yang
dibutuhkan dalam sebuah rancangan pelayaran yang baik
dan benar. Sehingga dapat mengurangi beban kerja dan
menghemat waktu bagi Mualim dalam pembuatan
rancangan pelayaran.
2) Route Monitoring
Dengan fasilitas ini dapat mempermudah mualim dalam
melakukan pengawasan saat bernavigasi. Karena ECDIS
akan menampilkan posisi kapal lengkap dengan
pergerakannya dan daerah yang dilalui. ECDIS juga akan
menampilkan informasi– informasi yang dibutuhkan oleh
Mualim seperti posisi, haluan, kecepatan, time to go dan
informasi lain.
3) Indication/Alarm
ECDIS akan memberikan peringatan kepada Mualim, jika
terdapat sesuatu yang harus diperhatikan seperti
penggunaan skala peta yang tidak sesuai, terjadi
perbedaan sumber data, rancangan pelayaran melebihi
daerah aman dan kesalahan pada peralatan tersebut.
4) Record of Voyage
ECDIS dapat merekam alur pelayaran atau rancangan
pelayaran yang telah dilalui. Sehingga dapat
memudahkan bagi Mualim jika mendapatkan rancangan
pelayaran yang sama nantinya.
5) Back-up Arrangement
Jika terjadi kegagalan dalam pengoprasian ECDIS, maka
ECDIS akan otomatis memberikan tampilan graphical
chart yang tetap memberikan informasi yang dibutuhkan
untuk bernavigasi dengan aman. Untuk kapal LNG
Tangguh Palung telah dilengkapi dengan peralatan
cadangan jika terjadi kegagalan dalam pengoperasian
ECDIS seperti Navstation (aplikasi pihak ketiga yang
menyediakan peta elektronik yang update).
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui begitu
mengagumkan fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam ECDIS
yang sangat mempermudah dan membantu para mualim
dalam meningkatkan keselamatan bernavigasi. Sehingga

11
tanpa pengetahuan yang memadai dari para Mualim tentang
ECDIS akan tidak ada gunanya.
c. ECDIS mempermudah navigasi para Mualim
Menurut Tjahjo Kuntjoro, Dady. (2018:89) dalam buku
ECDIS Kontrol Navigasi Terpadu Dari Anjungan, dengan
kemampuan ECDIS yang dapat diintegrasikan dengan alat –
alat navigasi lain, ECDIS dapat menyediakan semua informasi
yang dibutuhkan oleh para Mualim dalam bernavigasi. ECDIS
juga dapat dengan mudah di update sehingga ECDIS akan
tetap terjaga keakuratannya dengan informasi terkini. ECDIS
juga sangat membantu Mualim pada saat pengawasan
selama bernavigasi. Setelah penulis mengambil garis besar
tentang pembelajaran dari buku tersebut maka materi yang
tercantum diantaranya:
1) Pengenalan tentang ECDIS
2) Pengoperasian umum ECDIS
3) Berlayar dengan ECDIS
4) Rancangan pelayaran dengan ECDIS
5) Monitoring dengan ECDIS
Dari silabus tersebut dapat dilihat kemampuan ECDIS
dalam membantu seorang Mualim dalam bernavigasi.

3. Keselamatan Pelayaran
Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan
dapat dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan
pencegahan kecelakaan pada saat melaksanakan kerja di bidang
pelayaran Keselamatan kerja telah menjadi perhatian pemerintah
dan pebisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi
penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pemeliharaan kebijakan keselamatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran, Pasal 1 butir 32 menyatakan bahwa keselamatan dan
keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya
persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut
angkutan di perairan, kepelabuhan, dan lingkungan maritim.
Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan kapal
adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan
kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan,
garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan
penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan
pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan

12
kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Keselamatan pelayaran
telah diatur oleh lembaga internasional yang mengurus atau
menangani hal-hal yang terkait dengan keselamatan jiwa, harta
laut, serta kelestarian lingkungan.
Untuk memenuhi persyaratan keselamatan kapal, maka
terhadap bagian-bagian kapal di atas, harus dilakukan
pemeriksaan dan pengujian. Setelah pemeriksaan dan pengujian
terpenuhi, maka kapal tersebut diberikan sertifikat keselamatan.

4. Familiarisasi
Menurut H. Malayu S.P Hasibuan (2019:16), familiarisasi
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi awak kapal,
khususnya bagi ABK yang akan bekerja di atas kapal. Dalam hal
ini perusahaan harus memperhatikan keutamaan familiarisasi ini
agar berjalan dengan efektif sesuai dengan prosedur perusahaan.
Sedangkan menurut Siagian (2018:176) familiarisasi merupakan
tindakan atau proses membuat akrab; hasil menjadi akrab;
sebagai, sosialisasi dengan adegan darah.
Sesuai dengan ISM Code section 6.3 procedures are
established to ensure that new personnel and personnel
transferred to new assignments related to safety and protection of
the marine environment are given proper familiarisation with their
duties, and any instructions which are essential to be provided
prior to sailing are identified, documented and given.
Dalam konvensi STCW ‘2010’ tidak ada secara resmi
menekankan pada sistem ECDIS akan tetapi awak kapal harus
memenuhi persyaratan kompetensi sebagaimana tercantum pada
STCW ‘2010’ Code B II/1 (Penilaian kemampuan dan
keterampilan dalam jaga navigasi), calon penerima sertifikat harus
memiliki bukti keterampilan dan kemampuan mempersiapkan
untuk pelayaran (passage), termasuk interpretasi dan
menggunakan informasi dari peta-peta nautika”. Adapun minimal
standar performa untuk peralatan ECDIS dinyatakan dalam IMO
resolusi A.817 (19), yaitu “Performance Standards for Electronic
Chart Display and Information Systems (ECDIS)”.
Menurut SOLAS 1974 Amandemen 2009 baru 9 Chapter V
juga terdapat referensi relevan yang diartikan langsung tehadap
ECDIS, Regulasi 18 mengenai pengakuan dan survey sistem
navigasi dan peralatannya, beserta standarisasi fungsinya
Pemaksimalan alat navigasi sesuai COLREG 1972 aturan 5
menyatakan bahwa tiap kapal harus senantiasa melakukan
pengamatan yang layak, baik dengan penglihatan dan
pendengaran maupun semua sarana yang tersedia yang sesuai
dengan keadaan dan suasana yang ada sehingga dapat membuat
penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan.

13
B. KERANGKA PEMIKIRAN

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ELECTRONIC CHART DISPLAY AND


INFORMATION SYSTEM (ECDIS) UNTUK MENUNJANG KESELAMATAN
PELAYARAN PADA KAPAL
LNG/C TANGGUH PALUNG

IDENTIFIKASI MASALAH
Terjadinya kesalahan dalam pengoperasian ECDIS.
Data-data informasi dalam ECDIS tidak up to date.
Peralatan ECDIS kadang menunjukan ketidakakuratan posisi
Pengoperasian ECDIS tidak sesuai prosedur

BATASAN MASALAH
Terjadinya kesalahan dalam pengoperasian ECDIS

RUMUSAN MASALAH
Mengapa terjadinya kesalahan dalam pengoperasian ECDIS?
Bagamana mengatasi kesalahan dalam pengoperasian ECDIS?
Apa pengaruh kesalahan dalam pengoperasian ECDIS terhadap
keselamatan pelayaran?

TEKNIK ANALISIS
Metode Analisis Akar Penyebab (Root Cause Analysis/ RCA) yang
digunakan yaitu Fishbone Diagram. Faktor-faktor penyebab masalah yang
akan dianalisis adalah Man, Machine, Method, Material dan Environment

ANALISIS DATA
Hasil Analisis Akar Penyebab (Root Cause Analysis/ RCA) dengan Metode
Investigasi 5 Whys dan Fishbone Diagram dari faktor-faktor Man, Machine,
Method dan Environment

PEMECAHAN MASALAH
Langkah pemecahan masalah berdasarkan hasil Analisis Data dengan
Metode Root Cause Analysis (investigasi 5 whys dan Fishbone Diagram)

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU


Lokasi yang menjadi tempat penelitian penulis untuk membuat
karya ilmiah terapan ini adalah kapal LNG/C Tangguh Palung, kapal
berbendera Panama milik perusahaan Ocean 1919 Shipping yang
dioperasikan oleh K Marine Ship management Pte.Ltd (KMSM). Waktu
penelitian dilaksanakan saat penulis bekerja sebagai Mualim II sejak
16 November 2022 sampai dengan 16 Februari 2023.

B. METODE PENGUMPULAN DATA


Metode yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah terapan
ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Menurut Nazir (2018:63) metode deskriptif merupakan suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah memberi gambaran
secara sistematis suatu keadaan nyata dalam penggunaan Electronic
Chart Display And Information System (ECDIS) di kapal LNG/C
Tangguh Palung, biasanya hasil penelitian yang menggunakan
metode deskriptif ini memiliki makna yang sama dan alami seperti
data yang dimiliki.
Menurut Sugiyono (2018:9) bahwa metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat, yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan pada maknadari pada generaslisasi.
Menurut Lexy J. Moleong (2018:157) bahwa data adalah teknis
atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data dimaksudkan untuk
memperoleh bahan bahan yang relevan, akurat dan nyata.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
menyusun karya ilmiah terapan ini menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, pada penelitian ini penulis akan memberikan
berbagai macam data yang bersifat kualitatif, sumber data yang
penulis pergunakan pada saat penyusunan karya ilmiah terapan ini
adalah sebagai berikut:

15
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2018:456) data primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung, dalam hal ini penulis memperoleh data primer secara
langsung dari observasi maupun penggunaan instrumen
pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuan. Data
primer dalam penelitian ini berupa pengalaman penulis selama
bekerja sebagai mualim II di kapal LNG/C Tangguh Palung.
Data primer yang digunakan, fakta yang penulis temui saat
kapal diadakan audit di pelabuhan. Pada saat pemeriksaan bagian
anjungan. Seluruh Mualim yang tidak berdinas jaga dan termasuk
Nahkoda ikut hadir dalam pemeriksaan di anjungan. Pertanyaan
demi pertanyaan dilontarkan inspektor kepada Mualim II dan tak
jarang pertanyaan juga disodorkan kepada Mualim lainnya.
Namun pertanyaan terhenti ketika inspektor menanyakan
beberapa pertanyaan seputaran ECDIS. Beberapa Mualim tidak
bisa menjawab beberapa makna dan fungsi dari simbol-simbol
yang terdapat di dalam ECDIS.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang hendak dianalisis oleh
peneliti telah tersedia dan telah dikumpulkan oleh orang lain atau
peneliti lain. Data sekunder diperoleh dari buku-buku yang
berkaitan dengan objek penelitian atau yang berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas, yang diperlukan sebagai pedoman
teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata dalam observasi.
Serta dari informasi lain yang dapat mendukung penelitian yang
dilakukan oleh penulis.
Data sekunder yang digunakan yaitu penelitian terdahulu
oleh Beta Dedie Allison, Perwira Siswa BP3IP Tahun 2020 yang
berjudul: “Optimalisasi Penggunaan Electronic Chart Display And
Information System (ECDIS) Untuk Menunjang Keselamatan
Pelayaran Di MT. Absolute”. Bahwa dalam penggunaan ECDIS
diperlukan kemampuan dan pemahaman perwira tentang
prosedur pengoperasiannya.

C. TEKNIS ANALISIS DATA


Menurut Lexy J. Moleong (2004:103), analisis data didefinisikan
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan
tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh
data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan
hipotesis tersebut.

16
Metode yang digunakan untuk menganalisa data pada karya
ilmiah terapan ini dipaparkan dengan metode kualitatif, dimana dalam
penulisannya memaparkan tentang semua kejadian atau peristiwa
yang terjadi di kapal yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas di dalam karya ilmiah terapan ini.
Menurut Sarwono (2019:239), prinsip pokok teknik analisis
kualitatif adalah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul
menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai
makna. Dalam hal ini setelah seluruh data dari hasil penelitian
diperoleh, dilaksanakan teknik analisis data.
Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penyusunan
karya ilmiah terapan ini yaitu analisis akar penyebab (root cause
analysis – RCA). Root cause analysis yang digunakan untuk analisis
data adalah diagram tulang ikan (fishbone diagram).
Fishbone diagram juga merupakan alat untuk menemukan akar
masalah. Model diagram tulang ikan ini berdasarkan pada diagram
ishikawa (fishbone diagram) atau diagram sebab dan akibat. Diagram
Ishikawa menunjukkan penyebab-penyebab dari peristiwa tertentu.
Fishbone diagram juga merupakan alat untuk menemukan akar
masalah (root cause).
Dari masalah yang sudah ditemukan, kemudian dikelompokkan
dalam beberapa kategori yang kita tentukan. Apabila pada industri
manufaktur, maka kategori atau faktor yang bisa dipakai adalah:
manusia (man), mesin (machine), metode (method) dan lingkungan
(environment). Kategori-kategori ini dapat diganti sesuai kebutuhan.
1. Faktor Manusia
Maksud dari manusia disini adalah sumber daya manusia
Untuk faktor manusia ini yang menjadi faktor penyebab masalah
adalah fokus pada perwira dek di kapal LNG/C Tangguh Palung.
2. Faktor Metode
Metode adalah teknik atau proses kerja yang cukup jelas
tugasnya dan apa yang perlu dilakukan sehingga setiap orang
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Untuk faktor metode
yang menjadi masalah adalah prosedur pengoperasian ECDIS
tidak dilaksanakan dengan baik.
3. Faktor Mesin
Untuk faktor mesin yang menjadi masalah adalah peralatan
ECDIS di kapal LNG/C Tangguh Palung.
4. Faktor Lingkungan
Untuk faktor lingkungan penulis akan memasukkan faktor
eksternal yang menjadi masalah yaitu kurangnya peran
perusahaan dalam memberikan familiarisasi bagi crew baru
tentang prosedur pengoperasian ECDIS.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA
Pengambilan data pada Karya Ilmiah Terapan ini dilakukan di
atas kapal LNG/C Tangguh Palung yang berbendera Panama dengan
call sign H9NH. Kapal jenis LNG Carrier yang dibangun pada tahun
2008 ini memiliki Gross Register Tonnage 97.897 Ton. Kapal LNG/C
Tangguh Palung merupakan kapal milik perusahaan Ocean 1919
Shipping yang dioperasikan oleh K Marine Ship management Pte.Ltd
(KMSM). Kapal dilengkapi dengan peralatan bantu navigasi terkini
yaitu ECDIS yang telah dipasang oleh pihak perusahaan.
Daftar peralatan di anjungan yang sudah terintegrasi dengan
ECDIS. Adapun peralatan navigasi yang diintegrasikan dengan ECDIS
di LNG/C Tangguh Palung adalah:
1. ECDIS
Terdapat 2 (dua) instalasi ECDIS tipe FURUNO FMD 3300 di
LNG/C Tangguh Palung yaitu Primary dan Secondary, , kedua
ECDIS dapat digunakan untuk bernavigasi. Secondary ECDIS
digunakan sebagai back up jika ECDIS primary mengalami
kegagalan fungsi.
2. Radio Detection and Ranging (RADAR)
Tersedia 2 (dua) instalasi RADAR yaitu RADAR dan Automatic
Radar Plotting Aids (ARPA) dengan kemampuan penentu secara
otomatis nilai Closest Point Approach (CPA) beserta waktu
tempuhnya.
3. Global Positioning System (GPS)
GPS yang digunakan di LNG/C Tangguh Palung yaitu FURUNO
Navigator GP-150-Dual yang dapat memberikan informasi posisi
yang akurat dan sebagai sumber data yang dihubungkan dengan
Radar, Course Recorder, Automatic Identification System dan
lainnya.
4. Automatic Identification System (AIS)
Tipe yang dipakai di LNG/C Tangguh Palung adalah FURUNO
FA-150. Alat ini memancarkan informasi kapal seperti nama,
nama panggilan (call sign), tujuan dan lain sebagainya sehingga
sangat membantu dalam perolehan informasi data kapal di sekitar.
5. Doppler speed log
Tipe yang dipakai di LNG/C Tangguh Palung adalah FURUNO
DS-60 ini memberikan informasi kecepatan kapal terhadap air

18
(speed through the water). Alat ini juga menjadi input data
kecepatan untuk RADAR.
6. Gyro Compass dan Repeater
Terdapat 1 (satu) Gyro Compass buatan Yokogawa. Digunakan
untuk arah pedoman utama untuk sistem kemudi. Repeater-nya
Bearing Repeater Compass tipe CMZ700D terletak di sebelah
kanan dan kiri anjungan.
Dari keterangan dan informasi daftar diatas, bisa dilihat bahwa
LNG/C Tangguh Palung mempunyai cukup banyak alat navigasi
penting yang telah dihubungkan dengan ECDIS sehingga informasi
tersebut cukup bisa dilihat dalam ECDIS yang sangat mempermudah
Mualim dalam melakukan pengawasan selama bernavigasi.

Gambar 4.1 Tampilan ECDIS di kapal LNG/C Tangguh Palung

19
Berikut rangkuman kejadian-kejadian yang penulis temui pada
saat berada diatas kapal LNG/C Tangguh Palung antara lain:
Pada tanggal 26 November 2022, pada saat itu kapal berlayar di
Korea. Pada saat Mualim III jaga malam (16.00 – 20.00), kapal
dipanggil oleh Korean Navy. Mualim III segera menginformasikan
Nahkoda dari kejadian tersebut. Setelah beberapa petugas dari Port
Control (traffic service pelabuhan) menjelaskan melalui VHF radio di
CH 10, ternyata kapal diperingatkan karena menuju daerah berbahaya
yaitu area Militer dan disarankan untuk menghindari area tersebut.
Kesalahan tersebut terjadi karena Mualim III tidak langsung
memasukkan koreksi yang berasal dari broadcast Navarea dari
Navtex tersebut langsung kedalam ECDIS, Mualim III hanya membaca
beritanya, tetapi tidak melakukan update di ECDIS secara manual.
Dari kejadian tersebut dapat membahayakan kapal karena memasuki
area militer. ECDIS dengan peta informasi yang tidak update jika
digunakan sebagai acuan rute pelayaran sangat berbahaya bagi
keselamatan kapal.
Pada tanggal 30 Januari 2023 jam 09.00 WIB saat kapal sandar
di Australia. Seperti yang pihak kantor himbau seminggu sebelumnya
bahwasanya kapal akan menghadapi eksternal audit. Setibanya kapal
sandar di dermaga, yang bertindak sebagai inspektor adalah seorang
berkewarganegaraan Australia.
Setelah beberapa jam tiba giliran untuk pemeriksaan bagian
anjungan. Seluruh Mualim yang tidak berdinas jaga dan termasuk
Nahkoda ikut hadir dalam pemeriksaan di anjungan. Pertanyaan demi
pertanyaan dilontarkan inspektor kepada Mualim II sebagai
penanggung jawab bagian alat-alat navigasi dan tak jarang
pertanyaan juga disodorkan kepada Mualim lainnya.
Namun pertanyaan terhenti ketika inspektor menanyakan
beberapa pertanyaan seputaran ECDIS. Beberapa Mualim tidak tepat
dalam menjawab beberapa makna dan fungsi dari simbol-simbol yang
terdapat didalam ECDIS.

B. ANALISIS DATA
Metode Analisis Akar Penyebab (Root Cause Analysis/ RCA)
yang digunakan yaitu fishbone diagram. Dari masalah yang sudah
ditemukan, kemudian dikelompokkan dalam beberapa kategori yang
ditentukan. Faktor-faktor penyebab masalah yang akan dianalisis
adalah man, material, machine dan method sebagai berikut:

20
Man Method

Kurangnya pemahaman
Pengoperasian ECDIS
Mualim dalam
tidak dilaksanakan
pengoperasian ECDIS
sesuai prosedur

Kurangnya keterampilan Prosedur pengoperasian


Mualim dalam diabaikan Terjadinya
mengoperasikan ECDIS
kesalahan
dalam
Perwira dek kurang pengoperasian
Peralatan ECDIS tidak maksimal saat familiarisasi
berfungsi dengan baik ECDIS
tentang penggunaan
ECDIS

Tidak dilakukan update


Pelaksanaan pre joining
secara berkala
ship familiarization kurang
maksimal

Machine Environment

Gambar 4.2 Diagram Fishbone

PENYEBAB DARI ASPEK:


1. MAN:
Penyebab Utama (L1): Kurangnya pemahaman Mualim
dalam pengoperasian ECDIS
L: Level
Penyebab (L2): Kurangnya keterampilan Mualim dalam
mengoperasikan ECDIS
2. METHOD:
Penyebab Utama (L1): Pengoperasian ECDIS tidak
dilaksanakan sesuai prosedur
L: Level
Penyebab (L2): Prosedur pengoperasian diabaikan
3. MACHINE:
Penyebab Utama (L1): Tidak dilakukan update secara
berkala

21
L: Level
Penyebab (L2): Peralatan ECDIS tidak berfungsi dengan baik
4. ENVIRONMENT:
Penyebab Utama (L1): Pelaksanaan pre joining ship
familiarization kurang maksimal
L: Level
Penyebab (L2): Perwira dek kurang maksimal saat
familiarisasi tentang penggunaan ECDIS
Dari hasil analisa di atas maka penulis dapat menguraikan
penyebab utamanya sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman Mualim dalam pengoperasian ECDIS
Mualim kurang memahami pengoperasian ECDIS mengingat
tidak semua kapal dilengkapi dengan peralatan ini. Dampak dari
hal diatas bisa berupa kerugian operasi, tidak maksimalnya
pemanfaatan waktu saat bernavigasi, kesalahpahaman dalam
pencitraan tampilan ECDIS itu sendiri yang dapat menyebabkan
bahaya navigasi seperti kandas dan bahaya navigasi lain yang
dapat mengancam keselamatan kapal. Mualim harus mengetahui
penggunaan ECDIS dalam penentuan posisi, dimana keakuratan
posisi kapal di ECDIS (posisi berdasarkan GPS) harus di koreksi
dengan penggunaan radar, baringan visual untuk mengecek
keakuratan posisi kapal di ECDIS.
Sesuai dengan penjelasan pada bab II, penggunaan ECDIS
sangat potensial untuk efektivitas dalam bernavigasi, khususnya
pada saat pembuatan rancangan pelayaran dan pengawasan
posisi kapal. Penentuan posisi kapal yang biasa memakan waktu
dapat dipersingkat. ECDIS memungkinkan penampilan posisi
kapal yang akurat setiap saat dalam tampilan peta elektroniknya,
tentunya setelah melalui proses integrasi dengan alat-alat navigasi
lain dan proses pengaturan terlebih dahulu. Sistem Local Area
Network pada pengintegrasian ECDIS memungkinkan alat-alat
navigasi yang lain seperti ARPA, Radar, AIS, Gyro Compass, dan
lain sebagainya dapat dihubungkan dengan ECDIS. Sehingga
ECDIS dapat menampilkan data navigasi yang menyeluruh.
Tapi alangkah sia-sianya bila fungsi yang sangat
mengagumkan dari ECDIS tidak dimanfaatkan hanya karena
alasan kurangnya pemahaman para Mualim akan alat tersebut.
Dan pada kenyataannya ECDIS bukan merupakan alat navigasi
yang baru, di negara Amerika Serikat, ECDIS bahkan telah
digunakan tidak hanya di kapal niaga yang berukuran besar, tapi
juga pada Sailing Yacht.
Solusi yang harus dicari adalah bagaimana para Mualim
dapat dengan efektif dan memiliki pemahaman yang memadai

22
dalam cara penggunaan serta perawatan ECDIS dengan benar
untuk mewujudkan terjaganya aspek keselamatan yang dinamis,
juga menyadari betapa pentingnya penggunaan ECDIS itu sendiri
bagi keselamatan pelayaran.

2. Pengoperasian ECDIS tidak dilaksanakan sesuai prosedur


Pada saat Mualim jaga menerima informasi bahwa adanya
bahaya navigasi. Mualim III tidak langsung melakukan koreksi di
ECDIS, bahkan tugas tanggung jawab yang seharusnya tidak
menghabiskan waktu lama ini ditunda.
Faktor utama untuk meningkatkan disiplin kerja Mualim
adalah kemauan dan kesadaran diri sendiri dari Mualim tersebut.
Tanpa adanya itu usaha apapun yang dilakukan pihak luar tidak
bisa merubah keadaan untuk meningkatkan keterampilan dari
Mualim tersebut.
Hal ini bisa terindikasi pada waktu mereka melaksanakan
latihan-latihan diatas kapal, mereka kadang kadang terlihat
bermalas-malasan dalam berlatih serta acuh tak acuh ketika
diperintahkan untuk memperagakan cara mempergunakan
ECDIS. Padahal ini penting sekali untuk navigasi bersama apabila
memang terjadi hal-hal yang memerlukan keterampilan dari
Mualim Jaga.
Demikian juga apabila ada pekerjaaan ekstra atau lembur,
mereka lebih sering menolak dengan berbagai macam alasan
seperti contoh mereka merasa bahwa sudah di luar jam kerja atau
dinas mereka, tidak ada tambahan uang lembur atau tidak
mengerti cara mengerjakan. Padahal pekerjaan itu harus
diselesaikan dengan segera seperti kalau ada permasalahan
genting terkait keselamatan kapal atau pun manusia yang ada di
atas kapal.
Dengan adanya penolakan pekerjaan secara otomatis
operasi kapal menjadi terganggu dan tidak tepat waktu seperti
yang direncanakan sehingga pemilik kapal atau penyewa kapal
komplain ke perusahaan pemilik kapal. Padahal jika Mualim lebih
aktif bertanya apabila tidak mengerti dan lebih sering mengerjakan
pekerjaan akan semakin cakap dan terampil seperti yang
diharapkan.
Nakhoda bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan
kerja di atas kapal. Dalam suatu organisasi di atas kapal
diperlukan suatu pengawasan kerja yang baik, yang merupakan
kunci dari pada suksesnya suatu tugas. Atasan harus selalu
berusaha untuk menumbuh kembangkan kerja sama yang baik
antara Nakhoda dengan Mualim maupun sesama Mualim dengan
jalan mengarahkan dan membimbing secara terus menerus dan
selalu memberikan contoh yang baik.

23
Masalah pengawasan yang kurang di atas kapal dapat
disebabkan karena belum adanya keteladanan dari seorang
pimpinan yang berhasil membina kerjasama yang baik. Tunjukkan
dengan tegas dan jelas tanggung jawab setiap Mualim, jelaskan
peranan dan arti dari itu semua dalam rangka keseluruhan tugas-
tugas yang dihadapi demi diperoleh hasil kerja dari daya guna
yang sebesar besarnya.
Kurang dilaksanakan pengawasan dengan baik ini, hal ini
dilihat dari atasan yang selalu sibuk sendiri, tidak memperhatikan
akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pimpinan di atas
kapal dengan tidak mengadakan pengawasan dengan baik
terhadap hasil kerja Mualim dan percaya begitu saja terhadap
laporan laporan yang diberikan Mualim sehingga dalam
mengambil keputusan pun hanya berdasarkan laporan dari
bawahannya saja. Dari sini bisa dilihat bahwa dalam menjalankan
tugasnya sebagai pimpinan di kapal kurang menerapkan prinsip-
prinsip kepemimpinan yang baik, atasan kurang pandai membaca
situasi kerja Mualim, bisa juga ini disebabkan karena atasan
terlalu terpusat pada pekerjaan-pekerjaan administrasi, seperti
laporan-laporan kepada perusahaan, perhitungan pemuatan,
laporan kerja lembur Mualim dan sebagainya, perhatian terhadap
cara kerja Mualim menjadi berkurang.

3. Tidak dilakukan update secara berkala


Dari hasil pengamatan penulis selama bekerja di kapal
LNG/C Tangguh Palung menemukan berbagai permasalahan
diantaranya sebagai berikut:
a. ETA (Waktu tiba kedatangan) berbeda.
Kejadian itu terjadi karena mualim jaga tidak cek ETA
kedua ECDIS, dimana ETA ECDIS Primary diatur pada
waypoint yang tepat, sedangkan ECDIS secondary ETA diatur
di waypoint yang berbeda. Karena kurangnya ketelitian akan
berdampak pada waktu tiba yang tidak tepat.
b. Kurang Up-date peta
Beberapa peringatan navigasi dari Navtex atau Inmarsat-
C tidak langsung di update di dalam ECDIS oleh perwira jaga.
Hal itu dikarenakan beberapa perwira jaga beranggapan jika
update peringatan navigasi adalah tugas Mualim II.
c. Data kapal lain tidak terdeteksi
Pada saat memasuki perairan ramai, data kapal lain
tidak terlihat (AIS). Hal itu disadari pada layar ECDIS yang
tidak dapat menampilkan data dari kapal lain, sedangkan data
di Radar bisa terdeteksi. Hal itu dikarenakan adanya
pengaturan yang tidak tepat di ECDIS, dimana data AIS yang

24
seharusnya terlihat, tetapi tidak. Hal itu menjadi penyebab
utama mengapa kapal lain tidak dapat terdeteksi.

4. Pelaksanaan pre joining ship familiarization kurang maksimal


Selain Pre On Board Training, on board training merupakan
salah satu cara yang digunakan untuk mengadakan familiarisasi
ulang akan tugas dan tanggung jawab crew yang naik keatas
kapal. On board training berfungsi untuk memperjelas apa yang
telah disampaikan di shore base melalui pre on board trainingnya.
Diatas kapal LNG/C Tangguh Palung, on board training berjalan
kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh kesibukan kerja.
Setelah crew naik kapal, biasanya akan diadakan serah terima
tugas jaga dari crew lama ke crew yang baru naik.
Serah terima Mualim biasanya dilakukan dalam waktu yang
terbatas, Mualim baru dituntut sudah mengerti akan tugas dan
tanggung jawabnya diatas kapal setelah kedua Mualim tersebut
(Mualim lama dan Mualim baru) melapor kepada Nakhoda bahwa
serah terima tugas kerja dan jaga telah diserahkan dengan baik.
Dikarenakan kesibukan kapal dan cepatnya waktu bongkar dan
muat di pelabuhan, hal ini menyebabkan Mualim yang baru hanya
berpegang kepada apa yang telah diserahterimakan saja. Apabila
Mualim baru kurang berperan aktif, akan mengakibatkan
kesalahan dalam pemakaian ECDIS.
Familiarisasi terhadap alat-alat navigasi yang ada di
anjungan paling lambat dilaksanakan tidak lebih dari tujuh hari,
namun amat disarankan sebelum kapal melakukan pelayaran,
familiarisasi ECDIS dilakukan oleh mualim II yang menerangkan
tentang ECDIS yang ada diatas kapal dan prosedur-prosedur
lainnya yang berkenaan tentang ECDIS baik pada saat berlayar
dan saat kapal sandar di pelabuhan.

C. PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan analisis data di atas, maka dapat diketahui
pemecahan masalahnya sebagai berikut:
1. Memberikan Familiarisasi Kepada Mualim Tentang Prosedur
Pengoperasian ECDIS
Pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan yang harus
dikuasai adalah kemampuan menggunakan peta navigasi
elektronik dan publikasinya, seperti sailing directions, table pasang
surut, Notice to Mariners, dan alat-alat navigasi lainnya dengan
pemahaman yang sesuai standar. Untuk meningkatkan
pemahaman Mualim maka perlu diberikan familiarisasi secara
maksimal.

25
Familiarisasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
Mualim. Pentingnya familiarisasi tercantum di dalam ISM Code
elemen 6, sumber daya dan personil, bahwa perusahaan harus
mempekerjakan orang-orang “yang tepat” di atas kapal dan di kantor
serta memastikan bahwa mereka semua mengetahui tugas-tugas mereka
masing-masing. Instruksi tentang cara melaksanakan tugasnya dan
mendapatkan pelatihan jika diperlukan. Pengarahan yang
berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan lingkungan
berupa familiarisasi (pengenalan) yang efektif terhadap tugas-
tugasnya.
Tujuan utama program familiarisasi kepada Mualim yaitu
untuk meningkatkan kecakapan atau kemampuan Mualim sesuai
dengan jabatan dan tanggung jawabnya. Program-program
tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
kerja Mualim dalam mencapai sasaran kerja yang telah
ditetapkan. Meskipun usaha-usaha tersebut memakan waktu,
tetapi akan mengurangi perputaran tenaga kerja dan membuat
Mualim menjadi lebih produktif.
Adapun materi yang diberikan pada saat pelaksanaan
familiarisasi dihari pertama adalah menggunakan silabus
pembelajaran tentang ECDIS yang telah disesuaikan dengan IMO
model course tentang ECDIS, dimana ini menjelaskan tentang;
a. Pengenalan ECDIS secara umum
Pada bab ini para peserta pelatihan akan diberikan
penjelasan tentang apakah ECDIS, sejarah ECDIS dan
perangkat penyusun ECDIS. Mualim perlu memahami tentang
apa itu ECDIS, manfaat yang didapat dari penggunaan ECDIS
dan bahaya yang mungkin bisa terjadi jika mengabaikan
penggunaannya.
Dalam pelaksanaan familiarisasi, materi yang perlu
disampaikan diantaranya yaitu:
1) Hal-hal yang harus dilakukan ketika melakukan
pengawasan navigasi dalam pelayaran, misalnya cek
keakuratan posisi kapal di ECDIS yang terhubung dengan
GPS, dimana terjadi kemungkinan posisi kapal tidak
akurat.
2) Troubleshooting
3) Installation ARCD
4) Cara update ENC
5) Pengoperasian fasilitas–fasilitas pada ECDIS yang dapat
meningkatkan keselamatan
6) Pembuatan rancangan pelayaran
7) Pengawasan pelayaran dengan ECDIS

26
Dari sini para Mualim dapat belajar dan memahami
pengoperasian ECDIS yang benar dan baik yang dapat
meningkatkan keselamatan pelayaran dan mempermudah
para Mualim pada saat berdinas jaga.
b. Pengintegerasian ECDIS
ECDIS merupakan alat yang sangat membantu para
Mualim dalam bernavigasi karena ECDIS merupakan sentral
informasi untuk Mualim. Mualim harus memahami bahwa
ECDIS mempunyai kemampuan dimana dapat diintegrasikan
dengan alat-alat bantu navigasi seperti Radar, ARPA, Speed
log, AIS, GPS. Sehingga semua informasi dapat disediakan
oleh ECDIS dan dapat mengurangi beban kerja Mualim.
Skema Integrasi ECDIS dengan alat – alat navigasi:

Radar Scaner DGPS

Radar & GPS


Gyro ARPA
Meteorology Sensor Water Sounder Device
Compass
System Electronic Chart Display and Information system
Sebagai Perencanaan dan Pengawasan rute
pelayaran
Main
Engine
Machinery Unmanned System Thruster

Dual Axis Doppler, Shallow Sounder

Gambar 4.3 Skema ECDIS terhadap input informasi alat


navigasi

2. Meningkatkan pengawasan dalam penggunaan ECDIS sesuai


dengan prosedur pengoperasian
Nakhoda sebagai pimpinan yang tertinggi di atas kapal
sangat memegang peranan penting untuk dapat mempersatukan
semua tujuan dan kepentingan masing-masing awak kapal,
mengatasi setiap perbedaan-perbedaan yang ada diantara
mereka, dan mengarahkan mereka untuk bekerjasama sebagai
suatu tim yang kompak dan harmonis untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh pihak perusahaan pelayaran. Hal ini tentunya
membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki kemampuan
dalam melaksanakan pengorganisasian yang baik.
Hal lain yang tak kalah pentingnya untuk mencapai tujuan
kerja yang baik adalah pengawasan kerja melalui perencanaan

27
kerja yang baik. Dalam membuat rencana kerja, Nakhoda dapat
dibantu oleh para-Perwira dek dan mesin, dalam hal ini adalah
Mualim I, Kepala Kamar Mesin (KKM), dan para Mualim dalam
meningkatkan pengawasan bersama oleh anggota yang terkait,
disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada disekitarnya.
Demikian juga dalam pelaksanaannya harus mendapatkan
pengawasan yang teliti dan akurat sejak pekerjaan itu dimulai,
sedang berlangsung sampai berakhirnya pekerjaan tersebut, ada
baiknya juga kalau pimpinan mengadakan pengawasan langsung
tanpa mengganggu pekerjaan para staf serta bawahannya. Hal ini
sangat penting agar pemimpin dapat membuat suatu analisa yang
benar tentang pekerjaan tersebut, sebab dengan demikian
kekurangan-kekurangan yang terjadi dapat segera dibetulkan atau
diperbaiki dan bila hasilnya sudah baik maka diusahakan agar
dapat dipertahankan.
Pengawasan terhadap Mualim dalam melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan prosedur kerja yang benar sangat
penting untuk dilakukan setiap saat dan berkesinambungan,
dengan pengawasan yang baik diharapkan membawa perubahan
yang signifikan terhadap perkembangan Mualim dalam
pemahamannya terhadap prosedur kerja yang benar. Hal ini baik
untuk Mualim agar lebih mudah mengontrol sampai sejauh mana
perkembangan pengajaran dan pelatihan maupun motivasi-
motivasi yang diberikan selama ini memberikan efek positif
kepada perkembangan pemahaman Mualim tentang prosedur
kerja yang benar maupun kepribadian Mualim yang semakin baik
dan kompak dalam bekerja.
Adapun prosedur pengoperasian ECDIS di atas kapal yaitu:
a. Host Key List
1) F4 : To make instant position
2) F8 : Ahead (To turn on the Navigation mode)
3) F9 : To turn on the Trial Maneuver mode
4) Shift + F7 : Std. Display
5) Shift + F8 : Show all Layers
6) Shift + F11 : To turn on/off the display of a radar picture
7) Ctrl + A : alarm (To acknowledge an alarm)
8) Ctrl + (+/-) : zoom in / zoom out
9) Alt + H : N/H/C Up
10) Alt + G : Gain (To adjust the video signal gain level)
11) Alt + K : Rain (To adjust the rain clutter
suppressions)

28
12) Alt + T : Sea (To adjust the sea clutter
suppressions)
13) Alt + Q : Overlay On/Off
14) Esc : Close Windows
15) +/- : Load Better / Smaller Scale Raster Chart
16) Ctrl+A : Access to AIS messaging window
17) Ctrl + Shift : to switch from True to Relative vector

b. Toolbar Panel
1) MOB yaitu penandaan pada saat kejadian orang jatuh ke
laut
2) Event untuk plot titik posisi baru
3) Zoom in untuk membesarkan objek yang tertentu pada
ENC
4) Zoom out untuk mengembalikan ENC pada keadaan
semula
5) Std Display Mode untuk tampilan dari ENC
6) Select Area untuk memilih area tertentu pada ENC
7) Auto Center untuk ECDIS akan secara otomatis
menempatkan posisi kapal pada tengah-tengah ENC
8) Ship Properties untuk pengaturan terhadap posisi kapal
(GPS / DR), simbol kapal pada ENC, data kapal, Voyage
(tujuan, ETA), Track, Alarm (CPA, TCPA, Guard Zone,
XTE, Angel Danger)

c. Tampilan ENC pada ECDIS


Tampilan ENC pada ECDIS yang dapat menampilkan
semua informasi yang dibutuhkan Mualim dalam bernavigasi
adalah berasal dari integrasi beberapa peralatan navigasi
sehingga ECDIS dapat menjadi sebuah alat sentral informasi
bagi navigator. Dibawah ini akan dijelaskan blok diagram
sebuah ECDIS.

29
Gambar blok diagram sebuah ECDIS

ECDIS DISPLAY
GPS/DGPS
OFFICAL CHART LORAN-C
UPDATES S-52 COMPLIANT DATA
S-52 COMPLIANT RADAR/ARPA
S-57 COMPLIANT DATA
SYSTEM ELECTRONIC SPEED
NAVIGATIONAL
MANUAL CHART HEADING
CHART(SENC)
UPDATES
OTHER DEVICE
ELECTRONIC
NAVIGATIONAL
CHART (ENC)

S-57 COMPLIANT

Gambar 4.4. Blok diagram input data tampilan ENC pada ECDIS

d. Pembuatan Rancangan Pelayaran Dengan ECDIS


Pada subjek pembelajaran ini menjelaskan kepada para
Mualim dalam pembuatan ECDIS dengan baik dan benar.
Adapun langkah-langkah pembuatan rancangan pelayaran
dengan ECDISsebagai berikut:
1) Klik create new route
2) Klik waypoint dengan mouse langsung pada ENC
3) Dengan keyboard (Klik Route Plan dan isi pada tabel
tersebut dengan posisi yang telah ditentukan sebelumnya
4) Membuat route dari waypoint.
a) Load one atau several route
b) Pilih waypoint
c) New route
d) Enter name dan created route
e) Untuk melanjutkan plot waypoint, klik pada route dan
aktifkan menu append waypoint
e. Modify Waypoint
Digunakan untuk menggeser atau memindahkan posisi
waypoint dari posisi awal, caranya sebagai berikut:

30
1) Klik waypoint over, klik waypoint yang akan dipindah atau
digeser, tahan dan geser waypoint tersebut dengan
mouse.
2) Untuk membatalkan, klik kanan dan undo.
f. Insert a new waypoint
Berguna untuk menambahkan waypoint, dengan cara
klik kanan pada waypoint yang akan ditambahkan, dan
kemudian klik insert new mark.
g. Waypoint Properties
Akan menampilkan posisi lintang, bujur dan perkiraan
waktu tiba ditujuan.
h. Route Properties
Akan menampilkan waktu berangkat, jumlah waypoint,
panjang waypoint, jarak.
i. Route Option
Menampilkan pilihan akan rancangan pelayaran. GC
(Great Circle), RL (Rhumbline).
j. Route Alarm
Menampilkan beberapa alarm keselamatan seperti XTE,
point arrival limit.
Setelah pembuatan rancangan pelayaran selesai, maka
ECDIS akan sangat membantu Mualim jaga pada saat
bernavigasi. Karena ECDIS akan menampilkan semua
informasi dari semua peralatan navigasi yang telah
terintegrasi dalam ECDIS.
Adapun data-data yang secara otomatis muncul adalah:
1) Radius belok kapal
2) Deviasi sesuai posisi waypoint itu berada
3) Jarak antara waypoint dan jarak keseluruhan
4) ETA
5) Time to Go yaitu waktu yang dibutuhkan untuk ke
waypoint selanjutnya dari posisi kapal pada saat itu
6) Time to Arrival yaitu waktu yang diperlukan untuk sampai
ke tujuan dari posisi kapal pada saat itu
7) Bearing to waypoint yaitu baringan kearah waypoint yang
dituju dari kapal
8) Distance to Next Waypoint
Dengan semua fasilitas yang terdapat pada ECDIS
akan sangat memudahkan Mualim jaga dalam berdinas

31
jaga, tapi ada hal-hal yang harus dilakukan dalam
penggunaan ECDIS selama Mualim jaga melakukan
pengawasan. Adapun hal-hal tersebut adalah:
a) Mualim jaga harus selalu memeriksa apakah integrasi
ECDIS dengan peralatan navigasi lain, sehingga
semua informasi dari peralatan dapat ditampilkan oleh
ECDIS.
b) Semua alarm seperti XTE, Shallow water effect,
turning radius dan lainnya harus selalu dalam
keadaan aktif. Sehingga ECDIS dapat memberikan
peringatan secara dini atas bahaya navigasi yang
mungkin ada.
c) Mualim jaga harus selalu berlayar mengikuti
rancangan pelayaran yang telah dibuat pada ENC.
d) Mualim jaga harus selalu memasukkan koreksi ENC
yang datang baik dari Navtex atau media lainnya.
Sehingga jika ada koreksi yang memaksa perubahan
rancangan pelayaran dapat dilakukan dan diketahui
secara dini.
Dalam memudahkan Mualim jaga saat melakukan
pengawasan (monitoring) route plan yang telah dibuat
maka ECDIS dilengkapi dengan fasilitas di bawah ini:
(1) Automatic Route Check
ECDIS akan memberikan alarm otomatis saat
kapal mendekati bahaya navigasi seperti batas
kedalaman, bangkai kapal, gosong dan lain-lain.
(2) Automatic Track Monitoring
Mualim jaga akan mendengar alarm bila kapal
sudah terlalu menyimpang dari haluan yang telah
ditetapkan.
(3) Collision Avoidance
Fungsi yang dimiliki radar ini dapat ditampilkan
langsung ke dalam tampilan ECDIS. Hal ini
dikarenakan data Radar telah dihubungkan dan
diolah ECDIS kemudian diterjemahkan sebagai
data yang ditambahkan pada ENC.

3. Melakukan update pada peralatan ECDIS secara berkala


Sebagaimana pada analisis data di atas, penyebab dari
faktor peralatan diantaranya yaitu kurangnya waypoint yang
dimasukkan / salah dalam memasukkan posisi, kurang Up-date
peta dan terlalu jauh jarak membuat kapal lain tidak terdeteksi.

32
Adapun cara untuk menyelesaikan penyebab permasalahan itu
dengan cara:
a. Memasukkan data waypoint dengan teliti dan hati – hati
Untuk mendapatkan rute yang sesuai dengan rancangan
pelayaran di kertas peta, dalam menginput data seperti
waypoint diperlukan ketelitian dalam memasukkan data
tersebut dan hati-hati, karena jika salah 1 derajat saja itu akan
membuat perbedaan yang cukup jelas, dan jangan sampai
tertinggal dalam memasukkan waypoint ke dalam rute, satu
waypoint penting dalam membuat rute tersebut.
b. Up-date Peta
Sama seperti peta kertas pada umumnya, jika
mendapatkan tujuan pelabuhan baru yang belum pernah di
datangi, perlu adanya pemesanan peta baru melalui
perusahaan, hal itu juga berlaku di ECDIS, dengan memesan
peta baru, membuat ECDIS menjadi Up-date dan peta di
ECDIS akan terbaca dan terlihat di layar.
c. Mendekat dengan jarak yang aman dan tidak terlalu jauh
ECDIS akan bekerja mendapatkan informasi dari kapal
lain apabila jarak antara kapal sendiri dan kapal lain tidak
terlalu jauh. Contohnya ketika akan melakukan situasi
penyusulan namun kapal tersebut tidak terdeteksi cara efektif
untuk mendapatkan informasi dari kapal tersebut dengan
mendekatinya, sehingga akan terdeteksi identitas dari kapal
tersebut.

4. Peran Perusahaan dalam mengadakan pre joining ship


familiarization
Saat ini perusahaan pelayaran semakin dihadapkan akan
pentingnya soft skill bagi pelaut terkhusus untuk para-Perwira,
organisasi dan kehidupan sosial bermasyarakat. Dalam kehidupan
di atas kapal banyak kita jumpai kasus-kasus indisipliner dan
beberapa kasus negatif lainnya karena hal sepele akibat
ketidakmampuan seseorang dalam menguasai emosi dan
pikirannya, tuntutan organisasi dan perusahaan akan pelaut juga
semakin kompleks. Oleh karena itu setiap pelaut terkhusus
Mualim harus memiliki pengetahuan yang lebih untuk dapat
mengatur dan menguasai emosi dan pikirannya guna tetap
menjaga motivasi kerja dan bersosialisasi ketika bekerja di atas
kapal.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan pelaut yang unggul
adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill
saja tetapi juga cekatan dalam aspek soft skill. Ungkapan dan
himbauan terkait pentingnya soft skill sudah banyak disampaikan
oleh para pakar, menteri dan pimpinan tertinggi negeri ini.

33
Sebagaimana istilah human capital investment itu penting.
Skill yang sulit dikuasai robot adalah soft skill. Orang yang bisa
interact, bisa care, dan bisa berdiplomasi. Berdasarkan studi
World Bank, banyak anak sekolah tapi tidak belajar apa-apa
sehingga saat mereka lulus, mereka tidak memiliki kemampuan
untuk meningkatkan produktivitas. Disinilah pentingnya kualitas
pendidikan dan ketepatan ilmu yang diberikan.
Soft skills dapat diartikan sebagai perilaku personal dan
interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja
manusia. Soft skills sebagai keterampilan hidup yang sangat
menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya antara lain
berupa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner, dan disiplin. Soft
skills sangat diperlukan untuk kecakapan hidup seseorang. Soft
skills merupakan kunci menuju hidup yang lebih baik, sahabat
lebih banyak, sukses lebih besar, dan kebahagiaan yang lebih
luas. Untuk itu, sebelum perwira baru dikirim ke kapal pihak
perusahaan perlu mengadakan pre joining ship familiarization.
Bersamaan dengan pemasangan ECDIS, pihak perusahaan
melaksanakan pelatihan kilat tentang ECDIS dengan memanggil
instruktur dari pabrikan ECDIS tersebut. Pada saat yang
bersamaan dengan pelatihan kilat ECDIS semua Perwira Dek
mendapatkan sertifikat ECDIS. Pihak perusahaan beranggapan
bahwa sumber daya manusia di LNG/C Tangguh Palung
berkompeten dan siap mengoperasikan ECDIS, karena ECDIS
merupakan alat yang sangat mudah dioperasikan dengan
berbasis komputerisasi. Dilihat dari jumlah kru di LNG/C Tangguh
Palung terdapat Nahkoda dan 4 Mualim. Para Mualim di LNG/C
Tangguh Palung sudah mempunyai sertifikat ECDIS, tetapi dalam
hal pengoperasian, masih ditemukan beberapa Mualim kurang
memahami dengan baik dan tidak disiplin dalam cara pemakaian
ECDIS sesuai prosedur. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya
beberapa kejadian yang membuktikan tentang Mualim kurang
memahami dengan baik cara pemakaian ECDIS sesuai prosedur
dan Mualim tidak disiplin dalam penggunaan ECDIS.

34
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai
penggunaan ECDIS dalam rangka menunjang keselamatan
pelayaran, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kurangnya pemahaman Mualim dalam mengoperasikan ECDIS
sesuai prosedur disebabkan belum maksimalnya pelaksanaan
familiarisasi di atas kapal.
2. Pengoperasian ECDIS tidak dilaksanakan sesuai prosedur
dikarenakan kurangnya pengawasan Mualim senior.
3. Tidak dilakukan update pada peralatan ECDIS secara berkala
oleh mualim jaga sehingga bekerja secara maksimal.
4. Pelaksanaan pre joining ship familiarization oleh perusahaan bagi
perwira baru kurang maksimal.

B. IMPLIKASI
Akibat kesalahan dalam pengoperasian Electronic Chart Display
and Information System (ECDIS) yaitu resiko kecelakaan kapal lebih
tinggi sehingga dapat membahayakan keselamatan pelayaran dan
menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan dan awak kapal itu
sendiri.

C. SARAN
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, penulis memberikan
saran untuk mengoptimalkan penggunaan ECDIS di atas kapal,
sebagai berikut:
1. Nakhoda dan Mualim senior harus memberikan familiarisasi
secara langsung tentang penggunaan ECDIS sesuai dengan
kompetensi yang harus dimiliki dan berbagi pengetahuan kepada
Mualim tentang prosedur penggunaan ECDIS dan segala sesuatu
yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya dengan optimal.
2. Mualim senior harus meningkatkan pengawasan selama
penggunaan ECDIS dengan cara menyesuaikan dengan checklist
serah terima jaga untuk memastikan bahwa pengoperasian sesuai
dengan prosedur.

35
3. Mualim Jaga harus selalu melakukan update pada peralatan
ECDIS, dengan cara melaporkan update kepada mualim
pengganti pada saat serah terima jaga dan ditulis di dalam log
book, meliputi update peta dan berita navigasi dari Navtex,
Inmarsat dan Notice to Mariner yang mempengaruhi pelayaran.
4. Pihak Perusahaan hendaknya meningkatkan perannya dalam
mengadakan pre joining ship familiarization dengan mengeluarkan
tanda bukti pre joining berupa sertifikat dan memberikan update
terbaru tentang ECDIS di kapal bagi semua officer yang akan
bekerja di kapal.

36
DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharjee, Shilavadra. 2021. “Apa itu Electronic Chart Display and


Information System (ECDIS)?”. Diakses pada 10 April 2023,
dari https://www.marineinsight.com/marine-navigation/what-is-
electronic-chart-display-and-information-system-ecdis
Hasibuan, Malayu S.P. 2019, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan
kesebelas Jakarta: PT. Bumi Aksara
International Maritime Organization, Standard Training for Certification and
Watchkeeping (STCW) 1978 Amandemen 2010, London.
International Maritime Organization: Safety of Life at Sea 1974
amandemen 2014, London, 2014.
International Maritime Organization: International Regulation for
Prevention Collision 1974 London.
International Maritime Organization: Model Course 1.27 Operational Use
of Electronic Chart Display Information System (ECDIS) 2010
Edition
Moleong, Lexy J. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda
Nazir. 2018. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sarwono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitiatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Siagian. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kepemimpinan dan
Perilaku Administrasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Tetley, L. & D Calcutt. 2021. Electronic Navigation Systems 3rd Edition,
New York: Routledge
Tiahjo Kuntjoro, Dady. 2018. ECDIS Kontrol Navigasi Terpadu Dari
Anjungan, Jakarta

37
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
ECDIS Type Approval
Lampiran 4

ECDIS Control Unit


Lampiran 5

ECDIS Display
Lampiran 6

ECDIS Symbol
Lampiran 7

Passage Plan Meeting


PENJELASAN ISTILAH

Automatic Identification : Sebuah sistem pelacakan otomatis


System digunakan pada kapal dan dengan
pelayanan lalu lintas kapal (VTS) untuk
mengidentifikasi dan menemukan kapal
oleh elektronik pertukaran data dengan
kapal lain di dekatnya, BTS AIS, dan satelit.
Automatic Radar Plotting : Komputer pengolahan data radar dibantu
Aid sistem yang menghasilkan vektor prediksi
dan informasi gerakan lainnya kapal.
Collision Regulations : Sebuah Konvensi internasional yang
digagas oleh IMO (International Maritime
Organization). Dalam bahasa indonesia
Colreg biasa dikenal dengan P2TL
(Peraturan Pencegahan Tubrukan Laut).
ECDIS : Sebuah sistem peralatan navigasi berbasis
peta elektronik yang dapat menampilkan
informasi-informasi untuk keperluan
navigasi yang didapat dari berbagai sensor
dan peralatan navigasi kapal seperti GPS,
AIS, RADAR, ARPA, Speed Log, Gyro
Compass, Echo Sounder, Wind Sensor,
Navtex Receiver, dan sebagainya secara
real time sehingga informasi-informasi
tersebut berguna untuk meningkatkan
keselamatan pelayaran. (SOLAS Ch. V)
Echosounder : Suatu alat navigasi untuk mengukur
kedalaman laut dengan cara mengirimkan
gelombang/getaran akustik dari permukaan
ke dasar laut yang akan kembali diterima
oleh transducer yang terpasang di dasar
kapal. Penghitungan kedalaman didapat
dari waktu tempuh arah yang berbeda yang
berasal dari kecepatan suara di dalam air.
(SOLAS Ch. V)
Global Postioning : Sistem untuk menentukan letak di
System permukaan bumi dengan bantuan
penyelarasan sinyal satelit. Sistem ini
menggunakan 24 satelit yang mengirimkan
sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini
diterima oleh alat penerima di permukaan,
dan digunakan untuk menentukan
letak, kecepatan, arah, dan waktu. (SOLAS
Ch. V)
GMDSS : Sebuah kesepakatan internasional
berlandaskan beberapa prosedur
keselamatan, jenis peralatan dan protokol
komunikasi yang digunakan untuk
meningkatkan keselamatan dan
mempermudah pertolongan bagi kapal dan
pesawat terbang yang mengalami bencana.
(SOLAS Ch. IV)
Gyro Compass : Bentuk giroskop, digunakan secara luas di
kapal yang menggunakan roda giroskop
bertenaga listrik yang berputar cepat dan
gaya gesekan di antara faktor-faktor lain
yang menggunakan hukum fisik dasar,
pengaruh gravitasi, dan rotasi bumi untuk
menemukan arah utara yang sebenarnya.
(SOLAS Ch. V)
Hand over : Serah terima tugas antara crew di atas
kapal.
International Maritime : Badan khusus PBB yang bertanggung
Organization jawab untuk keselamatan dan keamanan
aktivitas pelayaran dan pencegahan polusi
di laut oleh kapal.
International Safety : Kodifikasi penting produk International
Management Code (ISM) Maritime Organitation (IMO) untuk
Code memberlakukan semua instrumen Hukum
Internasional dalam keselamatan dan
perlindungan laut secara ragam dan
menyeluruh.
International Ship and : Langkah-langkah khusus peningkatan
Port Facility Security keamanan pelayaran menjadi penting untuk
Code (ISPS) Code diimplementasikan secara konsisten di atas
kapal. ISPS Code merupakan aturan yang
menyeluruh mengenai langkah-langkah
untuk meningkatkan keamanan terhadap
kapal dan fasilitas pelabuhan, aturan ini
dikembangkan sebagai tanggapan terhadap
ancaman yang dirasakan dapat terjadi
terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan
pasca serangan 11 September 2001 di
Amerika Serikat.
List of Light : Publikasi yang menggambarkan mercusuar
dan alat bantu navigasi maritim lainnya.
Local Area Network : Suatu Jenis Jaringan Komputer dengan
mencakup wilayah lokal.
Lookout : Pengamatan atau pengawasan keliling
melakukan pengawasan situasi secara
keliling baik secara visual atau dengan
pandangan mata, maupun dengan
pendengaran untuk mendengarkan isyarat
bunyi.
Navtex : Frekuensi internasional secara automatis,
melalui layanan cetak langsung untuk
pengiriman berita navigasi, peringatan
badan meterologi dan perkiraan yang
mencakup informasi keselamatan kelautan
untuk kapal, yang menerima masukan
secara otomatis dari kapal yang ada di laut
dalam radius perkiraan 370 km dari garis
pantai. (SOLAS Ch. IV)
Notice to Mariner : Informasi untuk pelaut tentang hal-hal
penting yang memengaruhi keselamatan
navigasi, termasuk informasi hidrografi
baru, perubahan saluran dan bantuan
navigasi, dan data penting lainnya.
Port Control : Sistem monitoring lalu-lintas pelayaran yang
diterapkan oleh pelabuhan, atau suatu
manajemen armada perkapalan.
Position Fixing : Tugas yang harus dilaksanakan oleh
Perwira Navigasi selanjutnya adalah
menentukan posisi kapal pada setiap
periode tertentu sesuai kebutuhan baik
secara visual, dengan bantuan peralatan
electronic, ataupun secara astronomis.
Radio Detection and : Peralatan navigasi yang berfungsi untuk
Ranging mengukur jarak yang berada di objek
sekeliling kapal. (SOLAS Ch. V)
Raster Chart Display : Merupakan peta laut raster yang memenuhi
System spesifikasi IHO dan diproduksi secara digital
dengan melakukan scan pada peta laut
kertas.
Safety Of Life At Sea : Konvensi dari IMO (International Maritime
(SOLAS) Organization) berisi panduan keselamatan
di laut, yang berisi peraturan-peraturan
sebagaimana tercantum dalam Konvensi
Internasional tentang keselamatan jiwa di
laut.
Sailing Direction : Petunjuk tertulis yang menggambarkan rute
yang akan diambil oleh perahu dan kapal
selama navigasi pantai dan pendekatan
pelabuhan.
Standard of Training : Standar minimum yang harus dipenuhi oleh
Certification and anak buah kapal berkaitan dengan
Watchkeeping for pelatihan anak buah kapal atau crew,
Seafarers sertifikasi dan petugas jaga untuk pelaut
yang sesuai dengan aturan Flag state pada
saat di kapal.
Speed Log : Suatu alat navigasi elekronik yang berfungsi
untuk mengukur kecepatan kapal dan dapat
juga berfungsi untuk melihat seberapa jauh
jarak yang telah ditempuh oleh kapal
tersebut. (SOLAS Ch. V)
Tide table : Tabel yang menunjukkan waktu serta
tingkat pasang surut (pasut) harian pada
suatu lokasi tertentu.
Wind sensor : Sebuah instrumen cuaca yang berfungsi
untuk membaca kecepatan dan arah angin.

inprotected.com

Anda mungkin juga menyukai