Anda di halaman 1dari 77

EFEKTIVITAS CARA KERJA BOW THRUSTER PADA

MT. SILVER SINCERE

KARYA ILMIAH TERAPAN


Oleh
SAOR GABE
NIPD. 201.10.01.23.013

PROGRAM PENDIDIKAN DIKLAT PELAUT I


TEKNIKA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU PELAYARAN
JAKARTA
2023
EFEKTIVITAS CARA KERJA BOW THRUSTER PADA
MT. SILVER SINCERE

KARYA ILMIAH TERAPAN


Oleh
SAOR GABE
NIPD. 201.10.01.23.013

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan


Untuk Penyelesaian Program Diklat Pelaut - I

PROGRAM PENDIDIKAN DIKLAT PELAUT I


TEKNIKA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN PENINGKATAN ILMU PELAYARAN
JAKARTA
2023

i
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DANPENINGKATAN
ILMU PELAYARAN

TANDA PERSETUJUAN KARYA ILMIAH TERAPAN

Nama : SAOR GABE


NIPD : 201.10.01.23.013
Program Pendidikan : Diklat Pelaut – I
Jurusan : TEKNIKA
Judul : EFEKTIVITAS CARA KERJA BOW THRUSTER
PADA MT. SILVER SINCERE

Jakarta, April 2023


Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Arief Rahman, M.Si., M.Mar. E Dra. Cyntia L. Siwy, MA

Mengetahui :
Kepala Seksi Pengajaran

Capt. Suhardi, M.Si, M.Mar


Pembina ( IV/a )
NIP. 19760201 200212 1 008

ii
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
BALAI BESAR PENDIDIKAN PENYEGARAN DAN
PENINGKATAN ILMU PELAYARAN

TANDA PENGESAHAN KARYA ILMIAH TERAPAN

Nama : SAOR GABE


NIPD : 201.10.01.23.013
Program Pendidikan : Diklat Pelaut – I
Jurusan : TEKNIKA
Judul : EFEKTIVITAS CARA KERJA BOW THRUSTER
PADA MT. SILVER SINCERE

Ketua Penguji Sekretaris Penguji Anggota Penguji

Achmad Hidayat, M.M.Tr., M.Mar. E Isman Hidayat, S.Kom Ir. Toto Sugiarto
Pembina (IV/a)
NIP. 19750728 201012 1 001 NIP.
Mengetahui :
Kepala Bidang Penyelenggaraan

Capt. Didi Sumadi, M.Mar


Pembina (IV/a)
NIP. 19670318 200312 1 001

iii
KATA PENGANTAR

Memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena


atas kehendak-Nya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan ini tepat
pada waktunya dan sesuai dengan yang diharapkan. Pada penulisan
Karya Ilmiah Terapan ini penulis mengambil judul:
" EFEKTIVITAS CARA KERJA BOW THRUSTER PADA
MT. SILVER SINCERE”
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dalam
penyusunan serta penulisan Karya Ilmiah Terapan ini, sehingga masih
banyak kekurangan dan hasilnya masih belum sempurna. Oleh sebab itu
penulis membukakan diri untuk menerima kritik serta saran-saran yang
positif guna menuju keperbaikan Karya Ilmiah Terapan ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu, sehingga Karya Ilmiah Terapan ini
dapat terwujud terutama kepada yang terhormat.
1. Dr. Ir. Ahmad, M.MTr., Q1A., CFr.A, Direktur Balai Besar Pendidikan
Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran.
2. Capt. Didi Sumadi, M.Mar, Kepala Bidang Penyelenggaraan.
3. Capt. Suhardi, M.Si., M.Mar, Kepala Seksi Pengajaran.
4. Capt. Asep Yedi Heryadi, M.M, Kepala Seksi Rencana dan Program.
5. Arief Rahman, M.Si., M.Mar. E, Pembimbing Materi.
6. Dra. Cyntia L. Siwy, MA, Pembimbing Teknis
8. Bapak dan Ibu Dosen/Instruktur BP3IP Jakarta
9. Rekan-rekan Pasis Kelas ATT I Gelombang 1 Tahun 2023, BP3IP
Jakarta.
10. Keluarga yang telah mendukung hingga selesainya Karya Ilmiah
Terapan ini.
Akhir kata semoga Karya Ilmiah Terapan ini dapat memberikan
manfaat bagi Penulis dan semua pihak yang membutuhkannya.

Jakarta, April 2023


Penulis,

SAOR GABE
NIPD. 201.10.01.23.013

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 3
C. Batasan Masalah ........................................................................ 3
D. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
E. Tujuan Dan Manfaat Penulisan .................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 5
B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu ...................................................................... 22
B. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 22
C. Teknis Analisis Data .................................................................... 26
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................ 32
B. Analisis Data ............................................................................... 35
C. Pemecahan Masalah .................................................................. 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 57
B. Implikasi ...................................................................................... 57
C. Saran .......................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENJELASAN ISTILAH

v
DAFTAR TABEL

HALAMAN
Tabel 4.1. Data-data bow thruster ......................................................... 33
Tabel 4.2. Penyebab dari faktor............................................................. 35
Tabel 4.3. Pemecahan Masalah ............................................................ 43

vi
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN
Gambar 2.1. Hydraulic bow thruster ...................................................... 8
Gambar 3.1. Analisis Akar Penyebab.................................................... 29
Gambar 3.2. Fishbone Diagram ............................................................ 31
Gambar 4.1. Penyumbatan pada pipa................................................... 39
Gambar 4.2. Kerusakan pada bearing .................................................. 42

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ship Particular


Lampiran 2. Crew List
Lampiran 3. Perawatan Rutin

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bow Thruster


Gambar 2. MT. SILVER SINCERE

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam industri shipping, bow thruster digunakan untuk
membantu kapal bermanuver di perairan yang sempit seperti
pelabuhan yang ramai dan sempit atau di dermaga. MT. SILVER
SINCERE menggunakan bow thruster sebagai sistem bantu manuver
kapal tersebut. Efektivitas cara kerja bow thruster pada MT. SILVER
SINCERE sangat penting untuk memastikan kapal tersebut dapat
beroperasi dengan lancar dan aman. Hasil pengukuran dan analisis
yang akurat dapat membantu kapten kapal dan kru untuk membuat
keputusan cerdas terkait bermanuver, kecepatan, dan navigasi kapal.
Bow thruster merupakan salah satu teknologi yang sudah ada
saat ini. Awalnya digunakan di kapal feri dan kapal tunda, bow thruster
telah menjadi alat yang populer di kapal, layanan minyak lepas pantai,
dan kapal kargo lintas laut. Di sisi lain, mereka menggunakan alat ini
untuk pengeboran minyak, mendistribusikannya melalui kapal, mengisi
anjungan, dan berlabuh di dermaga. Bow thruster biasanya
dioperasikan saat docking dan bermanuver. Selain itu, dilengkapi
dengan set roda gigi yang terbuat dari baja tempa untuk daya tahan
dan keandalan yang baik. Pitch permanen dengan 4 bilah baling-
baling kaplan dipadukan dengan sistem roda gigi untuk mengurangi
energi yang terbuang. Ini menghasilkan daya dorong maksimum yang
sebanding dengan diameter tunnel.
Bow thruster akan berfungsi dengan baik apabila memenuhi
dua persyaratan yaitu ketepatan pengoperasian dan perawatan yang
berkelanjutan. Ketepatan pengoperasian dimulai dari kepatuhan
terhadap prosedur yang sudah ada atau langkah-langkah
pengoperasian yang biasanya tertera dalam manual book.
Terjadinya kegagalan fungsi pada bow thruster dapat berdampak
serius pada operasi kapal, terutama ketika kapal sedang bermanuver
di perairan yang sempit atau padat. Oleh karena itu, penting untuk
mengevaluasi efektivitas cara kerja bow thruster pada kapal MT.
SILVER SINCERE, terutama terkait dengan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kegagalan fungsi pada bow thruster tersebut.
Latar belakang yang menjadi dasar pengamatan kegagalan
fungsi pada bow thruster dapat meliputi beberapa hal seperti
penggunaan bow thruster secara berlebihan, kurangnya pemeliharaan
atau perawatan rutin, atau terjadinya kerusakan komponen pada
sistem bow thruster tersebut. Kegagalan fungsi pada bow thruster
memiliki konsekuensi serius bagi operasi kapal. Dalam penelitian ini,
penulis ingin memahami penyebab kegagalan fungsi tersebut, baik
dari segi pemeliharaan, atau faktor lainnya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan atau
rekomendasi guna mencegah kegagalan serupa di masa depan.

1
Efektivitas cara kerja bow thruster pada kapal dapat diukur dari
seberapa baik sistem tersebut dapat membantu kapal dalam
manuver/sandar, sehingga mengurangi risiko tabrakan dan kerusakan
pada kapal serta mempercepat waktu bongkar muat. Untuk
meningkatkan efektivitas cara kerja bow thruster pada kapal, beberapa
langkah yang dapat dilakukan antara lain melakukan perawatan dan
perbaikan secara teratur pada sistem bow thruster agar selalu
berfungsi dengan optimal dan dapat diandalkan dalam situasi darurat
dan memastikan bahwa perencanaan manuver dilakukan secara
matang dan memperhitungkan kondisi cuaca dan arus laut yang
berdampak pada kinerja bow thruster.
Berdasarkan pengalaman penulis pada saat olah gerak kapal
mengalami kesulitan sandar. Panel kontrol menampilkan alarm.
Penyebab terhentinya operasi adalah terjadinya kegagalan fungsi
pada bow thruster. Penulis sendiri mengalami saat berada di kapal
bow thruster sering mati saat olah gerak dan panel kontrol
menampilkan alarm over heat minyak hidrolik. Hal ini terjadi pada saat
bow thruster dioperasikan sekitar 30 menit maka minyak hidrolik
menjadi panas, sehingga melebihi batas suhu tertinggi yaitu 80°C dan
sensor hydraulic oil over heat trip bekerja memberikan signal ke relay
untuk memutus arus listrik yang masuk ke elektro motor sehingga bow
thruster berhenti.
Overheat pada minyak hidrolik maka viscosity minyak turun
sehingga daya dorongpun menurun disebabkan oleh beberapa faktor
seperti terlalu banyak beban pada bow thruster, kebocoran pada
sistem hidrolik, dan kurangnya pelumasan pada sistem hidrolik.
Menurut laporan dari perwira deck hal ini telah terjadi berulang- ulang
tanpa ada penanganan lebih lanjut. Seharusnya indikasi tersebut
harus segera direspon dan dicari penyebabnya serta segera
melaksanakan langkah-langkah perbaikan.
Peningkatan suhu menyebabkan kegagalan sistem dan
membuat bow thruster tidak berfungsi dengan baik bahkan berhenti
bekerja sama sekali. Setelah diselidiki, ternyata pompa pendingin
minyak hidrolik mengalami kerusakan. Kerusakan pada pompa
pendingin minyak hidrolik menyebabkan masalah pada kinerja bow
thruster.
Kegagalan fungsi bow thruster menyebabkan gangguan pada
operasi kapal, khususnya pada saat melakukan manuver seperti
bermanuver di pelabuhan, sandar di dermaga, atau saat berlayar di
perairan sempit. Hal ini dapat mengakibatkan risiko kecelakaan dan
kerugian material yang besar. Kurangnya perhatian dari kru mesin
menyebabkan kurang optimalnya perawatan berkala sesuai PMS
terhadap bow thruster sehingga mengalami penurunan efisiensi. Hal
ini mempengaruhi kinerja kapal saat manuver, terutama saat
bermanuver di pelabuhan atau saat sandar. Untuk menghindari
terjadinya kegagalan fungsi pada bow thruster, diperlukan perawatan

2
rutin dan pemeliharaan yang baik pada sistem bow thruster. Selain itu,
penggunaan bow thruster harus sesuai dengan petunjuk penggunaan
yang disarankan oleh maker bow thruster dan harus dilakukan oleh
personil yang terlatih dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
sistem propulsi kapal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mengangkat
permasalahan ini ke dalam pembahasan Karya Ilmiah Terapan
dengan judul: “EFEKTIVITAS CARA KERJA BOW THRUSTER PADA
MT. SILVER SINCERE”

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini penulis
mengidentifikaskan beberapa masalah yang terjadi di atas kapal MT.
SILVER SINCERE sebagai berikut :
1. Terjadinya kegagalan fungsi pada bow thruster.
2. Rusaknya pompa pendingin minyak hidrolik.
3. Bow thruster sering mati saat olah gerak.
4. Kurang optimalnya perawatan berkala sesuai PMS terhadap bow
thruster.
5. Bow thruster mengalami penurunan efisiensi.

C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat betapa luas dan kompleksnya permasalahan yang
terjadi di atas MT. SILVER SINCERE maka dalam pembahasan dalam
Karya Ilmiah Terapan ini penulis hanya akan membatasi masalah
pada:
“Terjadinya kegagalan fungsi pada bow thruster”.

D. RUMUSAN MASALAH
Dari pembatasan masalah di atas, dengan demikian dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Mengapa terjadinya kegagalan fungsi pada bow thruster?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi
pada bow thruster?

3
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Karya Ilmiah Terapan
Secara garis besar maksud dari penulisan Karya Ilmiah
Terapan ini yaitu:
a. Untuk mengalisis penyebab terjadinya kegagalan fungsi pada
bow thruster.
b. Untuk melakukan analisis faktor penyebab terjadinya kegagalan
fungsi pada bow thruster.
c. Untuk mengalisis pemecahan terjadinya kegagalan fungsi pada
bow thruster.
2. Manfaat Karya Ilmiah Terapan
a. Aspek Teoritis
1) Agar supaya hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pengetahuan kepada pembaca tentang
bagaimana perwira mesin di atas kapal dalam
meningkatkan efektivitas cara kerja bow thruster.
2) Agar supaya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi bagi para Pasis yang ingin mendalami
pengetahuan menjadi perwira mesin yang bertanggung
jawab terhadap penanganan terjadinya kegagalan fungsi
pada bow thruster.
b. Aspek Praktis
1) Memberikan sumbang saran kepada para perwira mesin
yang bekerja di kapal untuk meningkatkan efektivitas cara
kerja bow thruster.
2) Sebagai pedoman bagi penulis untuk penanganan terjadinya
kegagalan fungsi pada bow thruster.
3) Sebagai masukan bagi pihak perusahaan pelayaran dalam
meningkatkan efektivitas cara kerja bow thruster.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mempermudah pemahaman dalam makalah ini, penulis
membuat tinjauan pustaka yang akan memaparkan teori-teori yang
terkait dan mendukung pembahasan pada Karya Ilmiah Terapan ini.
Adapun beberapa sumber yang penulis dijadikan sebagai landasan
teori adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Efektivitas
Handoko T. Hani (2010:31) menyatakan bahwa efektivitas
berhubungan dengan pencapaian tujuan yang diinginkan dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien dan tepat
waktu. Efektivitas juga mencakup kemampuan untuk mengelola
perubahan dan beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis.
Efektivitas dalam konteks cara kerja bow thruster pada MT.
SILVER SINCERE dapat dijelaskan sebagai kemampuan bow
thruster untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu membantu
dalam manuver kapal dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia secara efisien dan tepat waktu. Berikut adalah beberapa
aspek yang terkait dengan efektivitas cara kerja bow thruster:
a. Tujuan utama dari bow thruster adalah membantu dalam
manuver kapal, terutama saat parkir atau berlabuh. Efektivitas
bow thruster dapat dilihat dari kemampuannya untuk mencapai
tujuan ini dengan baik. Hal ini berarti bow thruster harus mampu
memberikan dorongan yang cukup, kemudi yang akurat, dan
respons yang tepat waktu untuk memudahkan manuver kapal
dengan efektif.
b. Efektivitas cara kerja bow thruster melibatkan penggunaan
sumber daya ini secara efisien. Hal ini berarti bow thruster harus
dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga
meminimalkan konsumsi energi yang tidak perlu dan
memaksimalkan output dorongan yang dihasilkan.
c. Efektivitas bow thruster juga berkaitan dengan penggunaan
sumber daya yang tepat waktu. Ini berarti bow thruster harus
siap digunakan saat diperlukan, dan responnya harus cepat dan
responsif terhadap perintah pengendali. Ketersediaan bow
thruster yang optimal, perawatan teratur, dan pemantauan yang
baik akan memastikan bahwa bow thruster siap digunakan
kapan pun diperlukan.
d. Efektivitas cara kerja bow thruster juga terkait dengan
pemeliharaan dan perawatan yang tepat. Melalui penerapan
Planned Maintenance System (PMS), bow thruster harus
menjalani pemeriksaan rutin, perawatan berkala, dan

5
penggantian komponen yang aus atau rusak. Dengan
melakukan pemeliharaan yang baik, bow thruster dapat
beroperasi secara optimal, menghindari kegagalan yang tidak
diinginkan, dan meningkatkan efektivitasnya dalam menjalankan
tugasnya.
Dengan menjaga efektivitas cara kerja bow thruster, MT.
SILVER SINCERE dapat memastikan bahwa bow thruster bekerja
secara optimal dalam membantu manuver kapal. Hal ini akan
meminimalkan risiko kegagalan, meningkatkan efisiensi
operasional kapal, dan mendukung pencapaian tujuan manuver
dengan baik menggunakan sumber daya yang tersedia secara
efisien dan tepat waktu.
2. Bow Thruster
a. Pengertian Bow Thruster
Menurut Emediong Christopher Umana (2022: 1), Bow
Thruster adalah adalah jenis sistem berbentuk baling-baling
yang dipasang di haluan (bagian depan) dan buritan (dikenal
sebagai stern thruster) kapal. Ukurannya lebih kecil
dibandingkan dengan baling-baling kapal dan membantu
manuver kapal yang lebih baik pada kecepatan yang lebih
rendah. Bow thruster umumnya digunakan untuk manuver
kapal di dekat perairan pantai, kanal, atau saat memasuki atau
meninggalkan pelabuhan saat mengalami arus buruk atau
angin kencang. Bow thruster membantu kapal tunda dalam
merapatkan kapal untuk menghindari pemborosan waktu dan
biaya yang tidak perlu karena kapal tidak dapat berlabuh di
pelabuhan. Kehadiran bow thruster di kapal menghilangkan
kebutuhan dua kapal tunda saat meninggalkan dan memasuki
pelabuhan, dan dengan demikian menghemat lebih banyak
anggaran. Saat ini kapal memiliki pendorong haluan dan
buritan, yang membuat tidak bergantung pada kapal tunda
untuk bermanuver di batas pelabuhan (jika peraturan
pelabuhan tidak mewajibkan penggunaan kapal tunda).
Ada dua fungsi dari Bow Thruster yaitu:
1) Alat bantu manuver yang merupakan olah gerak dalam lalu
lintas pelabuhan yang sempit, bersandar baik di pelabuhan
ataupun di kapal yang lain.
2) Alat bantu dynamically positioning system yang merupakan
upaya untuk menjaga agar kapal dan bangunan laut lainnya
bisa tetap pada posisi yang ditentukan. Dynamic positioning
adalah system pengendali computer yang dapat mengatur
posisi kapal secara otomatis dengan menggunakan
propeller dan thruster.

6
Komponen Bow Thruster :
1) Tunnel Thruster merupakan tabung atau terowongan untuk
menyalurkan air laut agar kapal mendapatkan dorongan dari
air laut tersebut.
2) Rectractable Thruster memiliki fungsi hampir sama dengan
tunnel akan tetapi ini dapat ditarik kembali dengan motor
hidrolik setelah bekerja.
3) Jet Thruster merupakan pompa yang mengambil suction dari
dasar kapal dan discharge ke kanan atau kiri yang
mendorong sampai 360 derajat.
4) Azimuth Thruster merupakan pendorong yang dapat
dikemudikan dengan baling baling. (Muhammad Ikram Alfais
S.Ali, 2021: 13).
b. Jenis-Jenis Bow Thruster
Dalam hal ini sebuah unit bow thruster memiliki beberapa
jenis, adapun jenis-jenis di antaranya sebagai berikut:
1) Rectractable Thruster
Rectractable Thrusters hampir sama dengan
tunnel/terowongan, tetapi dapat ditarik kembali ke dalam
sarung/bungkus setelah tugas. Dapat menyediakan kemudi
hidrolik untuk dapat ditarik masuk dan dikemudikan elektris
dari 20kW ke 1000 kW. Motor naik turun, sehingga garis
pengarah tidak pernah diputus. Material sarung/bungkus
thrusters dapat berupa aluminium atau konstruksi baja,
tergantung pada material kapal. Suatu busi penuh dan main
paket dikemudikan hidrolik terdiri dari suatu sistem yang
dapat ditarik masuk dengan motor hidrolik, tenaga hidrolik
sistem tertutup mengemasi dengan kendali klep dan suatu
panel pengawas utama dengan joystick untuk kendali.
2) Azimuth thruster
Azimuth thruster mampu bergerak berputar 360
derajat. Dengan daya yang diperlukan dari 150kW ke
1300kW. GME penggunaan menetapkan baling-baling titik
nada/lemparan dalam bentuk kemudi terbuka atau dengan
alat pemercik. Tiap-tiap bentuk wujud dapat dioptimalkan
untuk kecepatan kapal atau untuk daya dorong tonggak
penambat kapal maksimum. Azimuth thrusters ada tersedia
dalam Z-Drive Bentuk wujud dengan mesin diesel langsung
mengemudi atau dalam L-Drive Bentuk wujud untuk motor
elektrik atau motor hidrolik mengemudi. Sistem kendali
datang dengan suatu alat penghubung untuk Sistem auto
pilot. (Imam Maulana, 2017: 15)

7
c. Bagian-Bagian Bow Thruster System
Bow thruster system terdiri atas bagian-bagian yang
berfungsi untuk menjalankan system tersebut. Bagian-bagian
utama yang membangun bow thruster sytem sebagai berikut:

Gambar 2.1. Bagian-bagian bow thruster


Sumber: Manual Book
Keterangan:
1) Remote control unit
Sebuah perangkat yang digunakan untuk mengontrol
dan mengoperasikan bow thruster pada. Bow thruster
adalah suatu sistem propulsi tambahan yang terpasang di
bagian depan kapal untuk membantu manuver dan
memudahkan kapal saat berlabuh, berbelok, atau saat
beroperasi di area yang sempit.
2) Relay box
Sebuah kotak atau wadah yang berfungsi sebagai
pusat kontrol untuk sistem bow thruster pada kapal. Relay

8
box ini berfungsi untuk menghubungkan dan mengatur
aliran listrik antara kontroler atau panel kontrol utama kapal
dengan motor dan komponen lain yang terkait dengan
operasi bow thruster.
3) Shut-off valve
Katup atau valve yang digunakan untuk mengatur
aliran fluida pada sistem bow thruster kapal.
4) Header tank
Tangki penyimpanan khusus yang digunakan dalam
sistem bow thruster kapal. Header tank ini berfungsi
sebagai sumber fluida, seperti minyak hidrolik, yang
diperlukan untuk mengoperasikan bow thruster.
5) Press switch
Sebuah sakelar atau tombol tekan yang digunakan
untuk mengoperasikan bow thruster pada kapal. Press
switch berfungsi sebagai pengontrol aktivasi atau
deaktivasi bow thruster.
6) Press gauge
Alat atau perangkat yang digunakan untuk mengukur
tekanan pada sistem bow thruster kapal. Alat ini
memberikan informasi visual tentang tekanan fluida atau
udara yang terlibat dalam operasi bow thruster.
7) Press filter
Penyaring yang digunakan dalam sistem bow thruster
untuk memisahkan partikel atau kotoran dari fluida yang
mengalir melalui sistem.
8) Hydro power unit
Unit daya hidraulis ini bertanggung jawab untuk
menyediakan tenaga dan tekanan hidraulis yang
dibutuhkan untuk menggerakkan picth propeller.
9) Electric motor
Motor listrik yang digunakan sebagai sumber daya
untuk menggerakkan bow thruster pada kapal.
10) Flexible coupling
Perangkat mekanis yang menghubungkan dua poros
secara elastis, memungkinkan transfer daya dan
pergerakan antara mereka. Dalam konteks bow thruster,
flexible coupling menghubungkan poros motor dengan
poros propulsi bow thruster.

9
11) Feedback and pitch transmitting box
Komponen penting dalam sistem bow thruster kapal.
FTB bertanggung jawab untuk mengatur dan mengontrol
sudut pitch atau sudut putaran baling-baling bow thruster.
Ini memungkinkan operator untuk mengatur arah dan
kekuatan dorongan yang dihasilkan oleh bow thruster.
12) Gear pod
Jenis spesifik dari bow thruster yang menggunakan
desain pod yang terintegrasi dengan baling-baling dan unit
daya. Gear pod ini menyediakan daya dorong dan kontrol
yang diperlukan untuk manuver kapal.
13) Pitch control pod
Kontrol sudut pitch yang terintegrasi dalam unit pod.
Sudut pitch mengacu pada sudut putaran baling-baling
bow thruster, yang mempengaruhi arah dan kekuatan
dorongan yang dihasilkan.
14) Gear pod cap
Penutup yang melindungi komponen internal bow
thruster dari elemen lingkungan.
15) Piping insert
Komponen yang digunakan dalam sistem pipa untuk
menghubungkan dua bagian pipa yang berbeda secara
tepat dan aman.
16) Hydr control unit
Unit kontrol yang digunakan untuk mengendalikan
operasi bow thruster pada kapal. Unit kontrol ini
bertanggung jawab atas pengaturan dan pemantauan
kinerja bow thruster, termasuk arah dorongan, kecepatan,
dan responsivitasnya.
17) Head oil pipe
Pipa yang digunakan untuk mengalirkan minyak ke
dalam head atau bagian utama dari bow thruster.
18) Propeller blade
Bilah baling-baling yang digunakan dalam bow
thruster.
19) Blade carrier
Komponen yang digunakan untuk memasang dan
menjaga stabilitas bilah propeller pada bow thruster.

10
20) Blade hub
Bagian yang menghubungkan propeller blade pada
poros atau shaft bow thruster. Blade hub berfungsi untuk
menjaga posisi dan stabilitas bilah propeller serta
mentransfer tenaga dari poros ke bilah propeller.
21) Hub cover
Komponen yang digunakan untuk menutup dan
melindungi hub blade (hub bilah) pada bow thruster. Hub
cover berfungsi sebagai pelindung dari elemen lingkungan
seperti air, debu, atau kerusakan fisik pada hub blade.
22) Moving cylinder yoke
Komponen yang digunakan dalam sistem hidraulik
atau pneumatik untuk menghubungkan dan mendukung
silinder bergerak. Yoke ini berfungsi sebagai struktur
pendukung yang memungkinkan gerakan linier silinder
dengan stabil dan terkendali.
d. Cara Kerja Bow Thruster
Prinsip kerja bow thruster adalah mengubah energi
mekanik menjadi energi kinetik atau daya dorong. Proses kerja
dari bow thruster adalah sumber energi listrik dari generator
diubah menjadi energi mekanik olek electromotor, proses
tersebut terjadi karena adanya perbedaan induksi magnet yang
relative antara stator dan rotor pada electromotor, hal tersebut
mengakibatkan rotor berputar. Putaran rotor pada electromotor
diteruskan ke gear transmission, pada gear transmission
putaran tersebut masuk dari input shaft kemudian disalurkan ke
main shaft, pada main shaft terdapat roda gigi yang berfungsi
mengatur putaran dari electromotor diteruskan ke penggerak
akhir. Setelah putaran sesuai yang diharapkan maka putaran
pada main shaft disalurkan ke output shaft untuk
menggerakkan propeller. Propeller hub menerima putaran dari
output shaft pada transmission gear untuk memutar propeller
blade. Setelah propeller blade berputar maka timbullah gaya
kinetik, gaya kinetik tersebut terjadi akibat adanya gaya axial
antara propeller blade dengan media (air), sehingga
menghasilkan gaya dorong. Pada propeller blade dapat diatur
blade angel-nya untuk mengontrol pitch propeller sesuai yang di
harapkan oleh anjungan.
3. Perawatan
a. Pengertian Perawatan
Menurut Ir. Jusak Johan Handoyo, (2015: 52) dalam buku
Sistem Perawatan Permesinan Kapal, perawatan adalah faktor
paling penting dalam mempertahankan keandalan suatu
peralatan. Perawatan memerlukan biaya yang besar dan

11
sangat menggiurkan untuk selalu mencoba menunda pekerjaan
perawatan agar dapat menghemat biaya, namun jika dituruti hal
tersebut, akan segera disadari bahwa sebenarnya penundaan
itu akan mengakibatkan kerusakan yang lebih fatal dan justru
membutuhkan biaya perbaikan yang lebih besar dari biaya
perawatan yang seharusnya dikeluarkan.
Menurut Syamsul Hadi, (2019: 2) dalam bukunya
Perawatan dan Perbaikan Mesin Industri, “perawatan atau
maintenance merupakan salah satu fungsi utama usaha,
dimana fungsi-fungsi lainnya seperti pemasaran, produksi,
keuangan, dan sumber daya manusia. Fungsi perawatan perlu
dijalankan secara baik, karena dengan dijalankannya fungsi
tersebut fasilitas-fasilitas produksi akan terjaga kondisinya.
Perawatan terhadap peralatan dan mesin menjadi sangat
penting dalam menunjang beroprasinya suatu industri, sehingga
perlu mendapatkan perhatian yang sangat besar. Oleh karena
itu aktivitas perawatan merupakan bagian yang sangat vital dari
suatu industri untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi”.
Tujuan perawatan perlu dijalankan secara baik:
1) Mesin/alat tersedia dalam kondisi menguntungkan
2) Kesiapan peralatan cadangan dalam kondisi darurat.
3) Keselamatan manusia dan lingkungan
4) Usia pakai mesin/alat lebih panjang. Dalam kaitannya dengan
proses produksi yang produktif dalam Total Produktif
Maintenance (TPM) maka perawatan dan perbaikan
mempunyai beberapa target pencapaian , antara lain:
a) Zero accident, menurunkan tingkat kecelakaan
b) Zero breakdown, menurunkan hingga nol berhentinya
operasi
c) Zero chronic damage, menurunkan hingga nol kerusakan
kronis pada mesin
d) Zero defect, menurunkan hingga nol cacat produksi
e) Minimized set up, Start-up, Shut-down, speed looses and
change over: meminimalisasi waktu penyetelan, waktu
start, berhenti, menurunnya kecepatan produksi,
meminimalisasi waktu pergantian komponen atau proses
produksi.
b. Alasan Melakukan Perawatan
Menurut Kurniawan, (2018: 2) dalam bukunya Teknik dan
Aplikasi Manajemen Perawatan Industri “yang dalam bahasa
Indonesia biasa disebut perawatan merupakan sebuah tindakan
pemeliharaan, perbaikan, penggantian, pembersihan,
penyetelan, dan pemeriksaan kepada objek, objek disini yang

12
dimaksud bisa mesin, material, metode, lingkungan, dan
manusia. Hal ini dilakukan agar dapat memperoleh kenyamanan
dan keamanan terhadap objek tersebut, dengan tujuan dapat
memenuhi kebutuhan manusia, dapat berfungsi dengan baik,
dan dapat digunakan hingga jangka waktu yang diinginkan.
Selain tujuan tersebut, dilakukan nya perawatan juga memiliki
keinginan mempunyai sistem yang lebih teratur, rapih, bersih,
dan fungsional”.
Ada beberapa alasan penting mengapa perawatan mesin
sangat penting:
1) Mesin yang terawat dengan baik akan bekerja dengan lebih
efisien dan dapat mengurangi biaya energi.
2) Mesin yang terawat dengan baik akan lebih handal dan tidak
mudah rusak, sehingga dapat mengurangi downtime dan
biaya perbaikan.
3) Perawatan mesin yang tepat dapat membantu mengurangi
risiko kecelakaan kerja yang disebabkan oleh mesin yang
rusak atau tidak berfungsi dengan baik.
4) Mesin yang terawat dengan baik akan memiliki umur yang
lebih panjang dan dapat mengurangi biaya pembelian mesin
baru.
5) Mesin yang terawat dengan baik menjamin terlaksananya
setiap kegiatan berjalan lancar.
Menurut Jusak Johan Handoyo (2015: 37) beberapa tujuan
dilakukan perawatan, diantaranya adalah:
1) Untuk memungkinkan kapal dapat beroperasi secara regular
dan meningkatkan keselamatan, baik awak kapal maupun
peralatan.
2) Untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara sistematis
tanpa mengabaikan hal-hal terkait, dan melakukan
pekerjaanya dengan cara paling ekonomis.
3) Untuk membantu perwira kapal menyusun rencana dan
mengatur dengan lebih baik, sehingga meningkatkan kinerja
kapal, dan mencapai maksud dan tujuan yang sudah
ditetapkan oleh para manager di pusat kantor.
4) Untuk memberikan perawatan yang berkesinambungan
sehingga perwira yang baru naik dapat mengetahui apa yang
telah dikerjakan dan apa yang harus dikerjakan.
c. Jenis-jenis Perawatan
Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2015: 757) dalam
bukunya “Operations Management” terdapat dua tipe
pemeliharaan yaitu Preventive Maintenance dan Corrective
Maintenance.

13
1) Preventive Maintenance
Kegiatan pemeliharaan atau perawatan untuk
mencegah terjadinya kerusakan yang tidak terduga, yang
menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan
pada waktu digunakan dalam proses produksi.
2) Corrective Maintenance
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah
terjadinya kerusakan atau terjadinya kelainan yang terjadi
pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi
dengan baik. Pemeliharaan korektif dimaksudkan agar
kerusakan yang terjadi akibat tidak terpeliharanya
peralatan ataupun terpelihara peralatan namun umurnya
dari peralatan tersebut yang sudah tua, dapat
ditanggunglangi sehingga proses dapat berjalan dengan
lancar kembali.
Secara sepintas dapat dilihat bahwa kegiatan corrective
maintenance jauh lebih murah biayanya dibandingkan dengan
mengadakan preventive maintenance. Hal itu karena
pemeliharaan korektif dilakukan apabila terjadi kerusakan pada
fasilitas ataupun alat produksi. Tetapi sekali kerusakan
terjadinya pada fasilitas atau peralatan selama proses produksi
berlangsung, maka akibat dari kebijaksanaan corrective
maintenance saja akan jauh lebih besar dari pada preventive
maintenance. Sehingga dalam hal ini perusahaan perlu
mempertimbangkan tentang kebijakan yang dilakukan
perawatan fasilitas atau peralatan sehingga efisiensi dalam
perawatan dapat terpenuhi.
Menurut Jusak Johan Handoyo (2017: 45) hambatan-
hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan perawatan
kapal adalah:
1) Waktu untuk menyelenggarakan perawatan dan perbaikan
kapal yang sangat sempit sehubungan dengan jadwal
operasi kapal yang sangat padat yang berkisar 240 hari
dalam setahun, meski perawatan dan perbaikan tersebut
sangat diperlukan.
2) Kurangnya koordinasi antara pihak kapal dengan pihak
perusahaan.
3) Rute operasi kapal yang acak (Tremper) dan merupakan
pelayaran jarak pendek serta seringnya terjadi perubahan
pelabuhan tujuan kapal (Deviasi) yang menyulitkan
pelaksanaan dari jadwal perawatan kapal yang telah
disusun.
4) Masih adanya kesulitan mendapatkan suku cadang
peralatan kapal.

14
5) Keterampilan dan pengetahuan awak kapal yang terbatas
serta sulitnya mendapatkan awak kapal yang
berpengalaman.
6) Posisi kapal yang jauh dari fasilitas perbaikan..
d. Perawatan Bow Thruster
Bow thruster akan berfungsi dengan baik apabila
memenuhi dua persyaratan yaitu ketepatan pengoperasian dan
perawatan yang berkelanjutan. Ketepatan pengoperasian
dimulai dari kepatuhan terhadap prosedur yang sudah ada atau
langkah-langkah pengoperasian yang biasanya tertera dalam
manual book. Pada system perawatan bow thruster terdapat
system perawatan terencana dan insidentil. Dimana sistem
perawatan terencana (planed maintenance system) tersebut
merupakan system perawatan yang dilakukan secara berkala
baik harian, tiga harian, mingguan, bulanan, dan seterusnya
berdasarkan jam kerja mesin. Sedangkan perawatan insidentil
merupakan sistem perawatan yang dilakukan diluar jadwal yang
telah tersusun, dikarenakan adanya kerusakan atau tidak
optimalnya bagian-bagian mesin.
Perawatan pada bow thruster bertujuan untuk menjaga
kehandalan dan memperpanjang umur pakai komponen ini,
serta menghindari terjadinya kerusakan dan kegagalan yang
dapat menyebabkan gangguan operasional pada kapal.
Perawatan pada bow thruster yang dapat dilakukan antara
lain:
1) Pemeriksaan visual secara rutin terhadap komponen-
komponen pada bow thruster seperti baling-baling, poros,
gearbox, dan motor listrik. Hal ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kerusakan atau keausan pada komponen
dan mengambil tindakan perbaikan sebelum kerusakan
semakin parah.
2) Pembersihan secara rutin terhadap bagian-bagian pada bow
thruster untuk mencegah penumpukan kotoran atau korosi
pada komponen. Kotoran atau korosi dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen dan mengurangi kinerja bow
thruster.
Dalam Bow Thruster Manual bahwa perawatan tahunan
yang disarankan, langkah-langkah sebagai berikut:
1) Lepaskan dan bersihkan baling-baling dan lumasi poros
baling-baling dengan Molykote br2plus.
2) Ganti zinc anode jika diperlukan.
3) Periksa semua sambungan kabel, pastikan semuanya bersih
dan kencang.

15
4) Vakum kisi-kisi motor di bagian atas, untuk menghilangkan
debu karbon. Hindari menghirup debu karbon saat dengan
udara bertekanan.
5) Periksa sikat karbon motor: Tarik kembali pegas penahan
sikat dan geser sikat bolak-balik pada penahannya dan
harus longgar dan meluncur bebas.
4. PMS (Planned Maintenance System)
PMS (Planned Maintenance System) adalah sistem
perawatan kapal yang dilakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan terhadap peralatan dan perlengkapan agar
kapal selalu dalam keadaan laik laut dan siap operasi. Perawatan
kapal merupakan pekerjaan rutin yang dikerjakan pada saat kapal
standby ataupun sedang beroperasi. Fungsi perawatan kapal
sendiri untuk menjaga performa kapal dan mencegah/mengurangi
kerusakan pada permesinan dan peralatan kapal.
Menurut Widiatmaka, Pambudi (2018), “Plan Maintenance
System (PMS) adalah sistem perawatan kapal yang dilakukan
secara terus menerus atau berkesinambungan terhadap peralatan
dan perlengkapan agar kapal selalu dalam keadaan baik dan siap
operasi”. Perawatan kapal merupakan pekerjaan rutin yang
dikerjakan pada saat kapal standby ataupun sedang beroperasi.
Fungsi perawatan kapal sendiri untuk menjaga performa kapal dan
mencegah/mengurangi kerusakan pada permesinan dan peralatan
kapal. Penerapan perawatan kapal saat ini biasanya dilakukan
berdasarkan pengalaman para Captain dan Chief Engineer Kapal,
bahkan ada yang melakukan perawatan kapal berdasarkan style
suku tertentu. Ini menyebabkan tidak ada standar dan pedoman
dalam merawat kapal, apalagi awak kapal kerap di rolling per enam
bulan atau satu tahun sekali sesuai dengan kebijakan Perusahaan
Pelayaran. Konsep planned maintenance ditujukan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dengan pelaksanaan kegiatan
maintenance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang
dapat memberi data yang lengkap untuk mengambil keputusan.
Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance antara lain
laporan permintaan perawatan, laporan pemeriksaan, laporan
perbaikan dan lain-lain
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam PMS bow
thruster antara lain:
a. Jadwal perawatan
Tentukan jadwal perawatan rutin untuk bow thruster
berdasarkan rekomendasi produsen atau aturan klasifikasi.
PMS harus mencakup pemeriksaan rutin, perawatan baterai,
pelumasan, penggantian suku cadang, dan pembersihan
secara berkala.

16
b. Catatan perawatan
Pastikan untuk mencatat semua tindakan perawatan yang
telah dilakukan pada bow thruster, termasuk tanggal, jenis
tindakan, dan hasil dari pemeriksaan atau penggantian suku
cadang. Informasi ini dapat membantu dalam pemeliharaan
catatan perawatan yang teratur dan memudahkan pengambilan
keputusan di masa depan.
c. Prioritas perawatan
Evaluasi keadaan bow thruster dan prioritaskan tindakan
perawatan yang perlu dilakukan. Prioritas perawatan dapat
ditentukan berdasarkan tingkat kegagalan potensial, biaya
perbaikan, dan risiko terhadap keselamatan dan keandalan
sistem.
d. Pelaporan dan pengukuran kinerja
Pastikan bahwa PMS bow thruster diintegrasikan dengan
sistem pelaporan dan pengukuran kinerja kapal secara
keseluruhan. Informasi ini dapat membantu pemilik kapal dalam
mengambil keputusan mengenai anggaran dan strategi
perawatan di masa depan.
5. Suku Cadang
Menurut Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto
(2013: 5) menyatakan definisi suku cadang adalah sebagai berikut:
“suku cadang atau spare part adalah suatu alat yang mendukung
pengadaan barang untuk keperluan peralatan yang digunakan
dalam proses produksi”.
Secara umum suku cadang dapat di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Suku cadang baru yaitu komponen yang masih dalam kondisi
baru dan belum pernah di pakai sama sekali kecuali suatu di
lakukan pengetesan.
b. Suku cadang bekas atau copotan yaitu komponen yang pernah
di pakai untuk periode tertentu dengan kondisi:
1) Masih layak pakai yaitu secara teknis komponen tersebut
masih dapat digunakan atau mempunyai umur pakai
2) Tidak layak pakai yaitu secara teknis komponen tersebut
sudah tidak dapat lagi di pakai walaupun di lakukan
perbaikan atau rekondisi Pada kenyataan di lapangan,
umumnya banyak pemakai yang lebih menyukai suku
cadang yang masih apa adanya.
Kegiatan untuk mengurus suku cadang dari proses
penerimaan, pengecekan, dan penempatan, serta penataan suku
cadang ke dalam tempat yang sudah ditentukan, agar barang
menjadi terawat, aman, dan mudah ditemukan apabila akan
digunakan atau dibutuhkan. Tersedianya tempat penyimpanan

17
yang memenuhi persyaratan, antara lain:
a. Penyimpanan suku cadang sedemikian rupa sehingga
terlindung dari kemungkinan kerusakan, misalnya karena
kelembaban udara, bahaya kebakaran, kebocoran atap tempat
penyimpanan. Tersedianya berbagai alat pencegah seperti
pengaturan suhu udara, alat pemadam kebakaran, ventilasi
yang baik merupakan keharusan mutlak.
b. Tata cara penyimpanan yang memudahkan pengambilannya
jika akan digunakan. Pada tahap ini terlihat lagi pentingnya
klasifikasi dan kode identifikasi yang jelas tempat
penyimpanannya, sehingga menjadi jelas dan mempermudah
dalam pencarian suku cadang.
c. Adanya sistem pengendalian stok yang handal dengan tujuan
agar suku cadang yang diperlukan selalu tersedia di tempat
penyimpanan untuk digunakan sewaktu-waktu. Untuk menjamin
hal demikian, perlu diketahui dengan jelas suku cadang yang
sering digunakan lebih banyak, maupun suku cadang yang
jarang digunakan. Artinya barang jangan sampai terjadi,
alat/barang yang jarang dipakai banyak terdapat di gudang,
sedangkan barang/alat yang sering digunakan hanya terdapat
dalam jumlah yang sedikit. Untuk melakukan penyimpanan
dengan maksud untuk menampung barang-barang sebelum
dipakai, diperlukan sebuah tempat yang disebut dengan Engine
Room Store yang disertai dengan salinan laporan penerimaan
dari departemen penerimaan dan pemeriksaan, maka suku
cadang disimpan secara cermat, yaitu:
1). Suku cadang disimpan berdasarkan nomor suku cadang.
2). Frekuensi penggunaan suku cadang .
3). Sifat, ukuran dan bentuk suku cadang tersebut.
d. Adanya keamanan suku cadang yang disimpan, dalam arti
tidak mudah dijangkau oleh pihak-pihak yang tidak
berkepentingan, baik dari dalam organisasi maupun pihak-
pihak diluar organisasi. Salah satu langkah pengamanan yang
ditempuh adalah pembatasan akses bagi orang-orang yang
tiadak berkepentingan ke daerah penyimpanan suku cadang.
Standarisasi suku cadang merupakan pembakuan mengenai
jenis, ukuran, kualitas, dan harga perlengkapan benda-benda
perbekalan. Karena dengan adanya standarisasi akan diperoleh
keuntungan sebagai berikut:
a. Mempermudah penggantian suku cadang, dikarenakan bentuk,
ukuran, dan tipe yang ditetapkan secara internasional.
b. Perawatan menjadi mudah dan sederhana
c. Peralatan menjadi favorit, mudah diperoleh.

18
d. Stok suku cadang mencukupi
e. Maintenance teratur
f. Kerusakan kecil tidak menyebabkan tidak berfungsinya
peralatan yang bersangkutan.
Perawatan suku cadang sebelum digunakan bertujuan untuk
menjamin suku cadang agar dapat bekerja dengan efektif. Untuk
memudahkan pengecekan maka dibuat rencana perawatannya.
Perawatan dapat berupa jadwal pembersihan, penggantian
pelumasan dan uji coba peralatan tanpa beban. Peralatan yang
baru dihidupkan hendaknya tidak langsung dibebani. Peralatan
dibiarkan hidup beberapa menit, sementara itu diadakan itu
diadakan pengecekan pada bagian-bagian tertentu. Apabila tidak
ada kelainan, barulah peralatan dapat dibebani sedikit demi sedikit
sampai pada beban yang diharapkan.
Pada umumnya suku cadang yang bagian-bagiannya terbuat
dari logam/baja ada kecenderungan berkarat (korosi). Proses
korosi akan terjadi bila logam bereaksi dengan oksigen, air atau
bermacam- macam asam. Korosi sangat merugikan karena cepat
merusak suku cadang. Oleh sebab itu korosi harus dicegah.
Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan cara:
a. Membersihkan, yaitu menjaga peralatan tetap bersih selalu
dibersihkan sehabis dipakai.
b. Melindungi logam agar tidak terkena zat-zat penyebab korosi
antara lain dengan mengolesi oli, mengecat, melapisi dengan
anti karat.
Suku cadang asli atau bersertifikat adalah bagian atau
komponen dari suatu produk yang diproduksi oleh pabrikan asli
atau produsen resmi dari produk tersebut. Suku cadang ini memiliki
sertifikat yang mengonfirmasi bahwa suku cadang tersebut
memenuhi standar kualitas dan spesifikasi yang ditentukan oleh
produsen. Ini memastikan bahwa suku cadang yang digunakan
memiliki kualitas yang sama dengan produk asli dan memastikan
kinerja dan kehandalan produk. Suku cadang asli juga seringkali
dilengkapi dengan garansi dari produsen, yang memberikan
jaminan bahwa suku cadang tersebut akan bekerja dengan baik
selama jangka waktu yang ditentukan. Berikut adalah beberapa
manfaat dari penggunaan suku cadang asli atau bersertifikat:
a. Kualitas Terjamin
Suku cadang asli memiliki kualitas yang terjamin karena
diproduksi oleh produsen resmi dan memenuhi standar kualitas
yang ditentukan.
b. Kinerja yang Stabil
Penggunaan suku cadang asli memastikan bahwa produk
beroperasi dengan stabil dan memenuhi spesifikasi yang

19
ditentukan.
c. Garansi
Banyak produsen menyediakan garansi untuk suku
cadang asli, yang memberikan jaminan bahwa suku cadang
akan bekerja dengan baik selama jangka waktu yang
ditentukan.
d. Keamanan
Penggunaan suku cadang asli memastikan bahwa produk
bekerja dengan aman dan tidak membahayakan pengguna.
e. Durabilitas
Suku cadang asli memiliki durabilitas yang lebih baik
karena memenuhi standar kualitas yang ditentukan.
f. Kompatibilitas
Suku cadang asli dipastikan kompatibel dengan produk
asli dan memastikan bahwa produk beroperasi dengan lancar.

B. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan pada Batasan Masalah dan Teori yang berkaitan
dengan Pokok Permasalahan, Penulis akan menggunakan Metode
Analisis Root Cause Analysis (RCA) dengan fishbone diagram dan
untuk menganalisa akar penyebab masalah “terjadinya kegagalan
fungsi pada bow thruster” dan mencari pemecahan masalah, maka
penulis menuangkan dalam Kerangka Pemikiran berikut ini:

20
JUDUL
EFEKTIVITAS CARA KERJA BOW THRUSTER PADA KAPAL
MT. SILVER SINCERE PT. CCK PETROLEUM

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Terjadinya kegagalan fungsi pada bow thruster.
2. Rusaknya pompa pendingin minyak hidrolik.
3. Bow thruster sering mati saat olah gerak.
4. Kurang optimalnya perawatan berkala sesuai PMS terhadap bow
thruster.
5. Bow thruster mengalami penurunan efisiensi.

BATASAN MASALAH
Terjadinya kegagalan fungsi pada bow thruster

RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa terjadinya kegagalan fungsi pada bow thruster?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi
pada bow thruster?

TEKNIK ANALISIS DATA


1. Dalam rangka untuk mencari akar penyebab masalah, dalam Karya
Ilmiah terapan ini menggunakan Metode Analisis Akar Penyebab (Root
Cause Analysis/ RCA), dengan Fishbone Diagram
2. Faktor-faktor yang diperkirakan atau diduga sebagai sebagai faktor akar
penyebab masalah antara lain Man, Machine, Method, Material dan
Environment

ANALISIS DATA
Berdasarkan faktor-faktor penyebab masalah (Man, Machine, Method,
Material dan Environment) yang dituangkan dalam Teknik Analisis Data,
maka dilanjutkan melakukan Analisis Akar Penyebab Root Cause Analysis
(RCA) dengan Fishbone Diagram sehingga dapat ditemukan akar masalah.

PEMECAHAN MASALAH
Langkah pemecahan masalah berdasarkan hasil analisis data
Root Cause Analysis (RCA) dengan Fishbone Diagram yaitu
pemecahan akar masalah.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Lokasi Penelitian penulis untuk mengerjakan Karya Ilmiah
Terapan ini di MT. SILVER SINCERE, berbendera Malaysia. MT.
SILVER SINCERE adalah kapal yang memiliki alur pelayaran yang
dirancang untuk melakukan perjalanan ocean going sehingga penulis
mempertimbangkan peraturan dan kebijakan yang berlaku di wilayah
tertentu dalam melaksanakan penelitian. Selain itu, penulis juga
memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan saat melakukan
penelitian di atas kapal. (Gambar Kapal dapat dilihat dalam Lampiran
3).
Waktu penetian berlangsung pada saat Penulis bekerja sebagai
Chief Engineer di MT. SILVER SINCERE sebagaimana tercantum
dalam Crew List, terhitung sejak tanggal 14 Oktober 2022 sampai
dengan tanggal 10 Februari 2023. (Crew List dapat dilihat dalam
Lampiran 2).

B. METODE PENGUMPULAN DATA


Adapun sumber data yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan metode pengumpulan data, sumber data terdiri dari data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Teknik ini merupakan suatu metode yang sistematis dan yang
dipertimbangkan dengan baik melalui pengamatan, penelitian serta
pengumpulan data dari kapal secara langsung di Kapal MT.
SILVER SINCERE pada saat penulis bekerja di kapal tersebut.
Salim (2019: 103), ”data primer adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan oleh peneliti (penulis) secara langsung dari
sumber datanya atau melalui pengamatan langsung, peneliti
(penulis) dapat memperoleh data primer yang mendetail tentang
kejadian atau apa yang terjadi pada saat itu juga, sehingga data
primer ini disebut juga data asli atau memiliki sifat up-to-date”.
Diharapkan dari pengamatan dimana penulis ikut terlibat atau
bagian yang integral dari sistem yang diamati atau bagian dari tim
kerja dalam organisasi di atas kapal maka data dan informasi yang
diperoleh relatif banyak, realistis dan akurat.
MT. SILVER SINCERE dilengkapi dengan bow thruster tipe
TT1100-FP, yang diproduksi oleh Suzhou Marine Ltd. Model bow
thruster ini memiliki daya dorong sebesar 32 KN dan dilengkapi
dengan empat bilah vane yang memiliki sudut tetap (fixed pitch
blades).

22
Panjang terowongan (tunnel length) dari bow thruster ini
sebesar 1100 mm dan bermuara pada sebuah lubang melingkar di
lambung kapal yang digunakan untuk pemasangan bow thruster.
Bow thruster digunakan pada kapal untuk memberikan
manuverabilitas tambahan, terutama saat bermanuver di pelabuhan
atau ruang yang sempit. Bow thruster bekerja dengan
menghasilkan gaya lateral yang mendorong bagian depan atau
belakang kapal ke port atau starboard, memungkinkan untuk
gerakan yang lebih tepat dalam ruang yang terbatas.
Dalam hal ini, data primer hasil pengamatan oleh penulis
adalah informasi yang diambil langsung oleh penulis melalui proses
observasi langsung terhadap bow thruster. Dalam konteks
efektivitas cara kerja bow thruster pada MT. SILVER SINCERE,
terjadi kegagalan fungsi bow thruster dapat menyebabkan
gangguan pada operasi kapal, khususnya pada saat melakukan
manuver seperti bermanuver di pelabuhan, sandar di dermaga,
atau saat berlayar di perairan sempit. Hal ini dapat mengakibatkan
risiko kecelakaan dan kerugian material yang besar.
Penulis melakukan pengamatan dan pencatatan secara
langsung terkait dengan masalah terjadi kegagalan fungsi pada
bow thruster di MT. SILVER SINCERE, antara lain:
a. Menurunnya tekanan minyak hidrolik brow thruster
Tekanan minyak hidrolik pada bow thruster sangat
penting untuk menjaga kinerja dan fungsi yang optimal pada
peralatan tersebut. Tekanan yang rendah dapat menyebabkan
beberapa masalah pada bow thruster, termasuk kegagalan
fungsi yang dapat menyebabkan kapal kehilangan kemampuan
untuk bermanuver dengan baik. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa menurunnya tekanan minyak hidrolik dapat
menyebabkan kegagalan fungsi pada bow thruster:
1) Kurangnya daya dorong:
Tekanan hidrolik yang rendah dapat menyebabkan
berkurangnya daya dorong pada bow thruster. Hal ini dapat
menyebabkan kesulitan dalam melakukan manuver kapal,
terutama dalam kondisi cuaca buruk atau saat kapal
sedang bermanuver di sekitar dermaga atau area terbatas.
2) Pengoperasian yang tidak konsisten
Tekanan hidrolik yang tidak stabil dapat menyebabkan
pengoperasian yang tidak konsisten pada bow thruster, dan
dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengarahkan
kapal dengan tepat. Hal ini dapat menyebabkan masalah
keamanan dan keselamatan bagi kapal dan kru.

23
3) Kegagalan motor
Tekanan hidrolik yang rendah dapat menyebabkan
kegagalan motor pada bow thruster, yang dapat
menghentikan fungsi bow thruster secara keseluruhan. Hal
ini dapat menyebabkan kapal tidak dapat bergerak atau
bermanuver dengan baik, dan dapat menyebabkan bahaya
bagi kapal dan kru.
b. Minyak hidrolik over heating
Minyak hidrolik pada bow thruster berfungsi sebagai
media penggerak yang sangat penting dalam menjaga kinerja
dan fungsi optimal pada peralatan tersebut. Overheating atau
kenaikan suhu minyak hidrolik dapat menyebabkan beberapa
masalah pada bow thruster, termasuk kegagalan fungsi yang
dapat menyebabkan kapal kehilangan kemampuan untuk
bermanuver dengan baik. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa overheating pada minyak hidrolik dapat
menyebabkan kegagalan fungsi pada bow thruster:
1) Penurunan viskositas minyak hidrolik
Kenaikan suhu minyak hidrolik dapat menyebabkan
penurunan viskositas minyak, sehingga minyak menjadi
lebih tipis dan sulit untuk melakukan pelumasan atau
menjaga gesekan yang optimal antara komponen-komponen
pada bow thruster. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
keausan pada komponen bow thruster, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan kegagalan fungsi.
2) Kehilangan kemampuan penyaringan minyak hidrolik
Suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan minyak
hidrolik menjadi teroksidasi dan membentuk partikel-partikel
yang halus, yang dapat menyumbat filter minyak hidrolik. Hal
ini dapat mengurangi kemampuan penyaringan minyak
hidrolik, sehingga partikel-partikel tersebut dapat masuk dan
merusak komponen-komponen pada bow thruster.
3) Kegagalan komponen kritis
Kenaikan suhu minyak hidrolik dapat menyebabkan
kegagalan pada beberapa komponen kritis pada bow
thruster, seperti pompa, motor, dan katup hidrolik.
Kegagalan komponen-komponen ini dapat menyebabkan
kegagalan fungsi pada bow thruster secara keseluruhan,
yang dapat menyebabkan kapal kehilangan kemampuan
untuk bermanuver dengan baik.
Inspeksi dan penyesuaian secara berkala pada bow thruster
dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dalam
manual book. Berikut ini adalah inspeksi dan penyesuaian secara
berkala pada bow thruster:

24
a. Pengecekan baling-baling (propeller). Dilakukan setiap 500
jam.
b. Pemeriksaan sistem listrik. Dilakukan setiap 1000 jam kerja.
c. Pemeriksaan sistem hidrolik. Dilakukan setiap 1000 jam kerja.
d. Pemeriksaan casing (tubuh luar). Dilakukan setiap 1000 jam
kerja.
e. Penyesuaian posisi baling-baling. Dilakukan setiap 1500 jam
kerja.
f. Pembersihan. Dilakukan setiap 500 jam kerja atau sesuai
dengan kondisi yang diperlukan.
g. Penggantian bearing (bantalan). Dilakukan setiap 2000 jam
kerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh atau dikumpulkan oleh penulis dari
pihak lain, dan penulis akan memasukkan data sekunder antara lain
dari perusahaan berupa Ship Particular dan Crew List, serta hasil
penelitian terdahulu yang akan diambil data yang relevan.
Salim (2019: 104), data sekunder adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan Penulis dari berbagai sumber yang telah ada
(penulis sebagai tangan kedua)”. Data yang telah diolah oleh pihak
lain dalam hal ini peneliti sajikan dalam data sekunder yang bersifat
mendukung dan melengkapi data primer. Data tersebut diperoleh
dari perpustakaan, dokumen, buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan ilmiah dan sumber-sumber tertulis lain.
a. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu Santhi Wilastari, Artikel
Sains Teknologi Transportasi Maritim Tahun 2021 yang berjudul
“Pengaruh Rusaknya Komponen As Propeler Bow Thruster
Ketika Kapal Sedang Maneuver Di KM. Dharma Ferry VIII” yang
bertujuan untuk mengetahui cara- cara pengoperasian dan
perawatan bow thruster, mengetahui masalah- masalah
pemeliharaan bow thruster, dan cara perbaikan bow thruster
pada kapal ro-ro passanger. Pengumpulan data yang digunakan
oleh penulis adalah metode kualitatif dan disimpulkan bahwa
cara pengoperasian bow thruster dapat dilakukan dengan
memeriksa lubricating oil pada komponen hidroliknya, menguras
serta menggantinya dengan yang baru, inspeksi, overhaul jika
terjadi kerusakan dan kemudian dilaksanakan pengujian.
Sedangkan cara pengoperasiannya dengan cek pada komponen
kemudian paralel generator untuk menambah daya listrik jika
diperlukan dan diarahkan tombol on pada panel untuk
pengoperasian bow thruster. Masalah pada pemeliharaan bow
thruster antara lain kurangnya perawatan dan pengawasan
terhadap bow thruster. Selanjutnya, perbaikan pada bow
thruster yaitu pembersihan pada panel yang berkarat, jika lampu

25
indicator putus maka ganti dengan yang baru, berikan pelumas
pada roda gigi didalam carter bow thruster dibutuhkan generator
untuk bow thruster yang membutuhkan daya yang besar, o-ring
poros propeller untuk menahan bocornya lub oil pada
pelumasan roda gigi dan poros electro motor.
b. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu Dimas Ricky Setiawan
dalam Laporan Penelitian Tahun 2017, yang berjudul “Analisa
Pengoperasian Bow Thruster Pada Saat Manouver Di MV.
Nusantara Sejati” yang bertujuan untuk mengetahui faktor
penyebab gangguan pengoperasian bow thruster pada saat
manouver di MV. Nusantara Sejati dan untuk mengetahui
dampak dari gangguan kinerja bow thruster pada saat manouver
di MV. Nusantara Sejat serta untuk mengetahui upaya
mengatasi gangguan pada pengoperasian bow thruster pada
saat manouver di MV. Nusantara Sejati. Pengumpulan data
yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif dan
disimpulkan bahwa penyebab overload pada bow thruster
adalah sistem kontrol dari pesawat bantu bow thruster tersebut
yang malfungsion atau tidak bekerja dengan baik sehingga
pengontrolan bow thruster tidak normal, dan berakibat pada
terjadinya trouble/gangguan terhadap komponen utama
penyusun bow thruster yaitu pada drive motor (electromotor),
gear transmission dan baling-baling (dengan controllable pitch
propeller). Pengoperasian bow thruster yang tidak normal
berdampak pada terganggunya proses manuver kapal, serta
mengakibatkan peningkatan beban kerja dari generator yang
mensuplai arus listrik untuk pengoperasiannya dan dapat
memicu terganggunya pengoperasian bow thruster yang bisa
menyebakan trip out, upaya yang dilakukan untuk menghindari
terjadinya kendala pengoperasian pada bow thruster adalah
melakukan penggantian komponen yang rusak/ tidak berfungsi
dengan baik dengan komponen- komponen yang baru.

C. TEKNIK ANALISIS DATA


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
mencakup hasil dari pengamatan langsung, reduksi data, analisis,
interpretasi data. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik
kesimpulan.
Menurut Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono (2019: 321),
bahwa aktivitas dalam analis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data
reduction, data display dan conclusion drawing/verification.
Dalam hal ini penulis melakukan analisis secara langsung di
lapangan yaitu diatas kapal dan setelah turun dari kapal melakukan

26
analisis data dari hasil pengamatan selama penulis diatas MT.
SILVER SINCERE.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
mencakup hasil dari pengamatan langsung, reduksi data, analisis,
interpretasi data. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik
kesimpulan.
Berikut ini adalah metode analisis data tahapan Model Miles and
Huberman.
1. Metode Analisis Data Model Miles and Huberman
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan
transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis
dilapangan sebagaimana ketahui, reduksi data berlangsung
terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik
dan diverifikasi.
Pada tahap ini, penulis melakukan pemilahan dan
pemilihan terhadap data yang telah diperoleh pada saat
melakukan penelitian observasi langsung di atas MT. SILVER
SINCERE, dan data yang akan dilakukan analisis lebih lanjut,
yang berkaitan masalah terjadi kegagalan fungsi pada bow
thruster.
b. Data Display (Penyajian data)
Penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat deskriptif. Dengan menggunakan informasi
yang diperoleh dari lapangan yang dituangkan berbentuk teks
dengan sebaik mungkin tanpa adanya rekayasa dan
penambahan yang tidak sesuai dengan penelitian. Hal tersebut
dilakukan bertujuan agar penyajian data yang telah direduksi
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini
peneliti telah berusaha menyajiikan data yang tepat dan akurat
sesuai dengan permasalahan dan keadaan yang terdapat pada
objek penelitian.
Pada tahap ini, penulis akan menyajikan data hasil dari
langkah reduksi data, Adapun data yang akan penulis sajikan
berupa deskriptif naratif dan gambar-gambar yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan di analisis.

27
c. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)
Setelah semua data yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian diperoleh serta menghubungkan
dengan teori yang sesuai dengan permasalahan pada
penelitian. Maka barulah didapatkan kesimpulan yang
sempurna yang sesuai dengan jenis dan permasalahan
penelitian. Dari beberapa data yang diperoleh kemudian
dikembangkan dengan kerangka pemikiran dan teori yang telah
didapat agar kesimpulan akhir sesuai dengan tujuan penelitian
dan tidak menyimpang dari permasalahan.
Inti dari tahap ini, setelah penulis memperoleh data yang
berkaitan terjadinya permasalahan terjadi kegagalan fungsi
pada bow thruster, selanjutnya untuk menarik kesimpulan
terhadap permasalahan yang terjadi, penulis akan
menggunakan Metode Root Cause Analysis (RCA) dengan
Diagram Tulang Ikan atau disebut juga dengan Fishbone
Diagram.
Dalam teknik analisis data menggunakan Metode Analisis
Akar Penyebab (Root Cause Analysis–RCA), Antonius Alijoyo
dan tim (2020: 5), RCA berfokus pada proses identifikasi
sumber risiko atau masalah untuk menentukan:
1) Apa yang terjadi
2) Mengapa hal tersebut terjadi
3) Menurunkan tingkat kemungkinan peristiwa risiko dapat
terjadi atau menurunkan tingkat konsekuensi dari peristiwa
risiko yang terjadi.
RCA (Root Cause Analysis) adalah sebuah metode
analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebab
mendasar dari sebuah masalah. Dalam konteks ini, RCA
digunakan untuk mengidentifikasi penyebab mendasar
kegagalan fungsi pada bow thruster.
Proses RCA dimulai dengan mengumpulkan data yang
terkait dengan kejadian tersebut. Setelah data terkumpul,
analisis mendalam dilakukan untuk mengidentifikasi akar
penyebab dari terjadi kegagalan fungsi pada bow thruster.
Analisis ini dapat melibatkan berbagai teknik seperti diagram
fishbone.
Dalam proses ini, RCA mengidentifikasi faktor penyebab
utama dari terjadi kegagalan fungsi pada bow thruster.
Penyebab mendasar dapat terdiri dari beberapa faktor yang
saling terkait, seperti perawatan yang tidak memadai dan
kegagalan bahan. Setelah penyebab mendasar diidentifikasi,
solusi yang tepat dapat dikembangkan untuk mencegah
masalah terjadi lagi di masa depan. Solusi ini dapat melibatkan

28
perubahan pada prosedur perawatan dan penggunaan bahan
yang lebih tahan lama.
Dalam hal ini, RCA akan membantu mengidentifikasi dan
mengatasi masalah pada bow thruster dengan memastikan
bahwa solusi yang diberikan tidak hanya menyelesaikan gejala
sementara, tetapi juga mencegah masalah terjadi lagi di masa
depan dengan mengatasi penyebab mendasar. Dengan
demikian, proses RCA dapat membantu meningkatkan
keandalan dan kinerja bow thruster secara keseluruhan.

1. MAN 2. MACHINE

ABK mesin kurang teliti Menurunnya tekanan


dalam perawatan bow minyak hidrolik
thruster

Kurangnya pelatihan Pengikisan atau


korosi pada pipa
dan pengalaman
hidrolik

3. ENVIRONMENT 4. METHOD 5. MATERIAL

Identifikasi dini
Kegagalan sistem Cepat rusaknya
kerusakan pada bow
pendingin air laut bearing pada bow
thruster berjalan
kurang maksimal thruster

Pipa saluran air laut Penerapan Planned


Spare part tidak
mengalami Maintenance System
sesuai standar
penyumbatan (PMS) tidak sesuai
prosedur

Gambar 3.1. Analisis Akar Penyebab


Pada gambar 3.1. diatas menunjukkan satu gejala awal
(Symptom 1), maka tanya mengapa terjadi dan memperoleh
penyebabnya Symptom 2, kemudian bertanya lagi mengapa
dan seterusnya sehingga sampai pada satu akar masalah yang
disebut Root Cause.
2. Metode Analisis Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram)
Fishbone Diagram disebut Diagram Tulang Ikan karena
bentuknya mirip seperti tulang, dan dapat disebut juga dengan
Diagram Ishikawa, sesuai dengan nama pendirinya yaitu Khouru
Ishikawa.

29
Fishbone Diagram merupakan alat untuk menemukan akar
masalah (root cause), dari faktor-faktor yang dianggap sebagai
penyebab timbulnya masalah. Dalam hal ini penulis akan mencari
akar penyebab masalah dari faktor Manusia (Man), Mesin
(Machine), Metode (Method), Material dan Lingkungan
(Environment).
Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam
penyusunan Karya Ilmiah Terapan ini yaitu Diagram Tulang Ikan
(Fishbone Diagram) yang merupakan alat untuk menemukan akar
masalah.
Penulis dalam melakukan analisis data dengan Fishbone
Diagram, masing-masing faktor yang akan dicari akar penyebab
masalah adalah sebagai berikut:
a. Faktor Manusia (Man)
Faktor dari manusia disini yang dianggap menjadi faktor
penyebab masalah adalah fokus pada ABK mesin di atas MT.
SILVER SINCERE.
b. Faktor Mesin (Machine)
Faktor mesin (Machine) yang oleh Penulis akan dijadikan
faktor penyebab adalah pipa hidrolik.
c. Faktor Lingkungan (Environment)
Faktor Lingkungan (Environment) yang akan dianalisis
sebagai faktor penyebab masalah adalah penyumbatan pada
pipa.
d. Faktor Metode (Method)
Faktor Metode yang akan dianalisis sebagai faktor
penyebab masalah adalah prosedur Planned Maintenance
System (PMS).
e. Faktor Material (Material)
Faktor material yang dianggap sebagai faktor penyebab
masalah adalah spare part.

30
Adapun Fishbone Diagram yang penulis tampilkan sebagai berikut:
PENYEBAB (Cause))
FAKTA : panel kontrol
menampilkan alarm
Akar permasalahan over heat minyak
yang tercetak Tebal 3. ENVIRONMENT 1. MAN hidrolik
GEJALA / SYMPTOM :
bow thruster
berhenti

Pipa saluran air laut Kurangnya pelatihan dan


mengalami penyumbatan pengalaman

Kegagalan sistem pendingin air ABK mesin kurang teliti dalam


laut Terjadi
perawatan bow thruster
kegagalan
fungsi pada
Identifikasi dini kerusakan bow thruster
Cepat rusaknya bearing pada pada bow thruster berjalan Menurunnya tekanan minyak
bow thruster kurang maksimal hidrolik

Spare part tidak sesuai standar Penerapan Planned Pengikisan atau korosi pada
Maintenance System pipa hidrolik
(PMS) tidak sesuai
prosedur
AKIBAT / MASALAH
(EFFECT)

5. MATERIAL 4. METHOD 2. MACHINE

Gambar 3.2. Fishbone Diagram

31
BAB IV
PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA
MT. SILVER SINCERE adalah kapal yang terdaftar di bawah
bendera Malaysia. Kapal ini diperkuat dengan 2 mesin induk Daihatsu
6DKM-20e dengan masing-masing menghasilkan 956 Kw daya pada
750 MCR RPM. Mesin Daihatsu 6DKM-20e adalah mesin diesel
kecepatan menengah yang umum digunakan pada berbagai jenis
kapal, termasuk kapal cargo, kapal tanker, dan kapal dukungan lepas
pantai. Mesin ini dikenal karena keandalannya, daya tahannya, dan
efisiensi bahan bakarnya, serta memiliki catatan kinerja yang terbukti
dalam aplikasi kelautan.
Berdasarkan pengalaman penulis pada saat olah gerak kapal
mengalami kesulitan sandar. Panel kontrol menampilkan alarm.
Penyebab terhentinya operasi adalah terjadinya kegagalan fungsi
pada bow thruster. Penulis sendiri mengalami saat berada di kapal
bow thruster sering mati saat olah gerak dan panel kontrol
menampilkan alarm over heat minyak hidrolik. Hal ini terjadi pada saat
bow thruster dioperasikan sekitar 30 menit maka minyak hidrolik
menjadi panas, sehingga melebihi batas suhu tertinggi yaitu 80°C dan
sensor hydraulic oil over heat trip bekerja memberikan signal ke relay
untuk memutus arus listrik yang masuk ke elektro motor sehingga bow
thruster berhenti.
Kegagalan fungsi pada bow thruster memiliki dampak yang
serius dalam operasi kapal, terutama dalam hal manuverabilitas.
Dalam kasus ini, kegagalan fungsi bow thruster menyebabkan kapal
kehilangan kemampuan untuk melakukan manuver yang dibutuhkan
untuk olah gerak, mematikan bow thruster dan menghentikan kapal di
tengah-tengah tugas operasional.
Dalam situasi seperti ini, kapal dapat mengalami penundaan
dalam menjalankan tugasnya, yang dapat berdampak pada
keuntungan perusahaan dan mengganggu jadwal operasional kapal.
Selain itu, kegagalan fungsi bow thruster menimbulkan biaya
tambahan untuk perbaikan atau penggantian komponen yang rusak,
serta biaya tambahan untuk pengisian ulang minyak hidrolik yang
terpakai. Dalam kasus ini, perhatian khusus harus diberikan pada
suhu minyak hidrolik dan sistem pendinginan untuk mencegah
overheat dan kerusakan pada komponen bow thruster.
Untuk menjaga efektivitas cara kerja bow thruster, perusahaan
harus melakukan pemeliharaan dan perawatan rutin pada
komponennya untuk mencegah kegagalan fungsi yang tidak
diinginkan. Hal ini meliputi pemantauan suhu minyak hidrolik selama
pengoperasian, pemeriksaan rutin pada sensor hydraulic oil over heat
trip, dan penggantian atau perbaikan komponen yang rusak atau aus.
Langkah-langkah ini dapat membantu menjaga efektivitas bow

32
thruster dan mencegah kegagalan fungsi yang dapat menyebabkan
biaya tambahan bagi perusahaan.
Tabel 4.1. Data-data bow thruster
Keterangan Data Bow Thruster
Produk : Suzhou Marine Ltd.
Model bow thruster : TT1100-FP
Daya dorong : 32 KN (Kilonewton)
Fixed pitch blades : Empat bilah vane
Tunnel length : 1100 mm
Suhu normal pada saat operasi : 500C-700C

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang berhasil dilakukan


terdapat permasalahan terjadi kegagalan fungsi pada bow thruster di
MT. SILVER SINCERE. Berdasarkan fakta tersebut penulis akan
memaparkan permasalahan yang dialami sebagai berikut:
1. Menurunnya tekanan minyak hidrolik pada bow thruster
Menurunnya tekanan minyak hidrolik pada bow thruster
memiliki dampak yang signifikan pada efektivitas cara kerja bow
thruster pada kapal MT. SILVER SINCERE milik PT. CCK
Petroleum. Tekanan minyak hidrolik normal yang direkomendasikan
oleh maker untuk bow thruster tipe TT1100-FP dengan daya dorong
32 KN dan empat bilah vane yang memiliki sudut tetap (fixed pitch
blades) adalah 15 MPa (megapascal). Fakta yang terjadi tekanan
minyak hidrolik pada angka 8 MPa.
Beberapa dampak yang terjadi akibat menurunnya tekanan
minyak hidrolik antara lain:
a. Tekanan minyak hidrolik yang rendah dapat mengakibatkan
penurunan kekuatan dorongan yang dihasilkan oleh bow
thruster. Hal ini berarti kemampuan kapal untuk melakukan
manuver, seperti berlabuh atau berbelok, akan terpengaruh.
Kapal mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk
merespons perintah dan membutuhkan jarak yang lebih
panjang untuk melakukan manuver yang diinginkan.
b. Menurunnya tekanan minyak hidrolik dapat mempengaruhi
kemampuan manuver kapal secara keseluruhan. Dalam situasi
navigasi yang membutuhkan kontrol yang akurat, seperti saat
berlabuh atau bermanuver di daerah sempit, kemampuan bow
thruster untuk memberikan dorongan samping yang memadai
dapat terhambat. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam
melakukan manuver yang presisi dan mempengaruhi
keamanan operasional kapal.
c. Tekanan minyak hidrolik yang rendah juga dapat menyebabkan

33
peningkatan waktu respon bow thruster. Waktu yang diperlukan
untuk mencapai kekuatan dorongan yang diinginkan atau
merespons perintah operator dapat menjadi lebih lama. Ini
dapat menghambat efisiensi operasional kapal dan
menyebabkan penundaan dalam manuver yang diinginkan.
d. Dengan tekanan minyak hidrolik yang rendah, kinerja bow
thruster pada kapal dapat menjadi tidak stabil. Dorongan
samping yang dihasilkan mungkin tidak konsisten atau tidak
dapat diandalkan, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam
menjaga keseimbangan dan kontrol kapal selama manuver.
2. Minyak hidrolik over heating
Minyak hidrolik yang mengalami over heating pada bow
thruster memiliki dampak yang signifikan terhadap efektivitas cara
kerja bow thruster pada MT. SILVER SINCERE. Suhu normal saat
pengoperasian bow thruster berkisar antara 50 hingga 70 derajat
Celsius sesuai manual book. Fakta yang terjadi melebihi batas
suhu tertinggi yaitu 80°C. Beberapa dampak yang terjadi akibat
minyak hidrolik yang mengalami over heating antara lain minyak
hidrolik yang overheat menyebabkan penurunan efisiensi sistem
secara keseluruhan.
Minyak yang terlalu panas cenderung memiliki resistansi
yang lebih tinggi terhadap aliran dan tekanan, sehingga
mempengaruhi kemampuan pompa hidrolik untuk menghasilkan
tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan baling-baling bow
thruster. Akibatnya, daya dorongan bow thruster dapat menurun,
menyebabkan kinerja yang tidak optimal. Minyak hidrolik yang
overheat memiliki sifat termal yang buruk, yaitu kurang mampu
menyerap dan menghilangkan panas dengan efisien. Hal ini
menyebabkan peningkatan suhu pada komponen bow thruster,
seperti motor hidrolik atau bagian-bagian mekanis lainnya.
Peningkatan suhu dapat mengakibatkan kerugian energi
termal dan penurunan efisiensi konversi energi. Dalam hal ini,
energi yang seharusnya digunakan untuk menghasilkan daya
dorongan akan terbuang sebagai panas. Overheating pada minyak
hidrolik dapat mempengaruhi kinerja pompa hidrolik. Jika tekanan
hidrolik menurun akibat suhu yang tinggi, pompa hidrolik akan
mengalami kesulitan dalam menghasilkan tekanan yang diperlukan
untuk menjaga beban yang dihadapi oleh bow thruster. Hal ini
dapat menyebabkan peningkatan beban pada bearing yang tidak
sesuai dengan desain dan kapasitas bearing tersebut. Akibatnya,
bearing menjadi rentan terhadap keausan dan kerusakan lebih
cepat.

34
B. ANALISIS DATA
Berdasarkan masalah terjadi kegagalan fungsi pada bow
thruster, maka untuk mencari solusi pemecahan masalah perlu
melakukan analisis data yang dianggap mempengaruhi terjadinya
masalah. Penulis melakukan analisis data sebagai berikut:
Fakta : panel kontrol menampilkan alarm over heat
minyak hidrolik
Gejala / Symptom : bow thruster berhenti
Masalah : terjadi kegagalan fungsi pada bow thruster

Tabel 4.2. Penyebab dari faktor


1. Man
Penyebab (L1) : ABK mesin kurang teliti dalam
L : Level
perawatan bow thruster
Penyebab (L2) : Kurangnya pelatihan dan
( Akar Masalah )
pengalaman

2. Machine
Penyebab (L1) : Menurunnya tekanan minyak hidrolik L : Level
Penyebab (L2) : Pengikisan atau korosi pada pipa
( Akar Masalah )
hidrolik

3. Environment
Penyebab (L1) : Kegagalan sistem pendingin L : Level
Penyebab (L2) : Pipa saluran air laut mengalami
( Akar Masalah )
penyumbatan

4. Method
Penyebab (L1) : Identifikasi dini kerusakan pada bow
L : Level
thruster berjalan kurang maksimal
Penyebab (L2) : Penerapan Planned Maintenance
System (PMS) tidak sesuai ( Akar Masalah )
prosedur

5. Material
Penyebab (L1) : Cepat rusaknya bearing pada bow
L : Level
thruster
Penyebab (L2) : Spare part tidak sesuai standar ( Akar Masalah )

35
1. Faktor Penyebab Man
Analisis faktor penyebab man adalah analisis sebab-akibat
terhadap unsur manusia yang mempunyai kontribusi timbulnya
masalah adalah terjadi kegagalan fungsi pada bow thruster.
Berikut ini adalah uraian hasil analisis akar penyebab masalah dari
faktor man.
a. ABK mesin kurang teliti dalam perawatan bow thruster
ABK mesin kurang teliti dalam perawatan bow thruster,
maka mempengaruhi terjadinya kegagalan fungsi pada bow
thruster. ABK mesin kurang teliti dalam memeriksa kondisi
minyak hidrolik, jarang mengganti minyak hidrolik yang telah
tercemar dan telah mencapai umur pemakaian yang
direkomendasikan oleh maker, maka tekanan minyak hidrolik
tidak optimal. Hal ini menyebabkan kegagalan fungsi pada bow
thruster, seperti tidak dapat menghasilkan daya dorong yang
cukup.
Terjadinya masalah ABK mesin kurang teliti dalam
perawatan bow thruster, disebabkan oleh kurangnya pelatihan
dan pengalaman.
b. Kurangnya pelatihan dan pengalaman
Kurangnya pelatihan dan pengalaman dapat berdampak
pada terjadinya kegagalan fungsi pada bow thruster karena ABK
mesin yang kurang terlatih dan berpengalaman cenderung tidak
mampu memahami cara kerja bow thruster dengan baik.
Beberapa dampak yang dapat terjadi akibat kurangnya pelatihan
dan pengalaman antara lain:
1) Kurang memahami karakteristik bow thruster. ABK mesin
yang kurang terlatih tidak memahami karakteristik bow
thruster dengan baik, seperti tekanan minyak hidrolik yang
normal atau suhu optimal pada saat pengoperasian. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan pada komponen bow
thruster atau bahkan kegagalan fungsi pada bow thruster.
2) Kurang memahami tindakan perbaikan. Terjadi kegagalan
fungsi pada bow thruster, ABK mesin yang kurang terlatih
tidak mampu melakukan tindakan perbaikan yang tepat. Hal
ini dapat memperburuk kerusakan pada bow thruster dan
meningkatkan biaya perbaikan.
Berdasarkan rangkaian analisis sebab-akibat dari faktor man,
maka dapat diketahui bahwa akar masalah terjadi kegagalan fungsi
pada bow thruster adalah kurangnya pelatihan dan pengalaman.
2. Faktor Penyebab Machine
Analisis faktor penyebab machine adalah analisis sebab-
akibat terhadap unsur machine yang mempunyai kontribusi

36
timbulnya masalah adalah terjadi kegagalan fungsi pada bow
thruster. Berikut ini adalah uraian hasil analisis akar penyebab
masalah dari faktor machine.
a. Menurunnya tekanan minyak hidrolik
Menurunnya tekanan minyak hidrolik pada bow thruster
dapat berdampak pada terjadinya kegagalan fungsi pada bow
thruster. Hal ini terjadi karena tekanan minyak hidrolik diperlukan
untuk menggerakkan bilah vane pada bow thruster sehingga
dapat menghasilkan daya dorong yang dibutuhkan untuk
mengontrol arah kapal. Beberapa dampak yang dapat terjadi
akibat menurunnya tekanan minyak hidrolik pada bow thruster
antara lain:

1) Menurunnya tekanan minyak hidrolik pada bow thruster


dapat mengakibatkan berkurangnya daya dorong yang
dihasilkan oleh bow thruster. Hal ini dapat mengurangi
efektivitas kemampuan bow thruster dalam mengontrol arah
kapal, terutama pada kondisi cuaca yang buruk.
2) Tekanan minyak hidrolik yang rendah dapat mengakibatkan
meningkatnya gesekan pada komponen bow thruster,
seperti bearing. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan
pada komponen tersebut dan mengurangi umur pakai bow
thruster.
3) Menurunnya tekanan minyak hidrolik pada bow thruster
dapat menyebabkan kebocoran pada sistem hidrolik. Hal ini
dapat menyebabkan kehilangan minyak hidrolik dan
mengurangi kinerja bow thruster.
4) Tekanan minyak hidrolik terus menurun hingga di bawah
batas yang dianjurkan oleh produsen, bow thruster dapat
mengalami kegagalan fungsi. Hal ini mengakibatkan
kesulitan dalam mengontrol arah kapal dan memperbesar
risiko kecelakaan.
Terjadinya masalah menurunnya tekanan minyak hidrolik,
disebabkan oleh pengikisan atau korosi pada pipa hidrolik.
b. Pengikisan atau korosi pada pipa hidrolik
Pengikisan atau korosi pada pipa hidrolik pada bow
thruster dapat menyebabkan kegagalan fungsi yang serius.
Ketika pipa mengalami pengikisan atau korosi, dinding pipa
menjadi tipis dan rentan terhadap kebocoran atau bahkan
kerusakan struktural. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan
tekanan hidrolik yang diperlukan untuk menggerakkan bow
thruster dengan efektif.

37
Pengikisan atau korosi pada pipa hidrolik terjadi karena
berbagai faktor, seperti kontak dengan air laut, kondisi
lingkungan yang keras, paparan bahan kimia yang korosif, atau
ketidakcocokan material pipa dengan lingkungan kerja.
Akibatnya, pipa dapat mengalami retakan, lubang, atau
kebocoran, yang secara langsung mempengaruhi kemampuan
bow thruster untuk memberikan dorongan yang diperlukan
dalam manuver kapal.
Kegagalan fungsi bow thruster akibat pengikisan atau
korosi pipa hidrolik dapat memiliki konsekuensi serius pada
manuverabilitas dan kendali kapal. Kapal mengalami kesulitan
berbelok dengan presisi, manuverasi dalam area yang sempit,
atau melakukan manuver darurat saat menghindari hambatan
atau situasi berbahaya lainnya. Ini dapat mempengaruhi
efisiensi operasional, meningkatkan risiko kecelakaan, dan
membatasi kemampuan kapal untuk beroperasi dengan aman
dan efektif.
Berdasarkan rangkaian analisis sebab-akibat dari faktor
machine, maka dapat diketahui bahwa akar masalah masalah
terjadi kegagalan fungsi pada bow thruster adalah pengikisan atau
korosi pada pipa hidrolik.
3. Faktor Penyebab Environment
Analisis faktor penyebab environment adalah analisis sebab-
akibat terhadap unsur environment yang mempunyai kontribusi
timbulnya masalah adalah terjadi kegagalan fungsi pada bow
thruster. Berikut ini adalah uraian hasil analisis akar penyebab
masalah dari faktor environment.
a. Kegagalan sistem pendingin
Sistem pendingin yang tidak berfungsi dengan baik
menjadi penyebab kegagalan fungsi pada bow thruster. Sistem
pendingin pada bow thruster berfungsi untuk menjaga suhu
mesin dan komponen lain agar tetap dalam kondisi operasional
yang aman. Suhu mesin dan komponen lain terlalu panas,
menyebabkan kerusakan pada sistem dan akhirnya
menyebabkan kegagalan fungsi pada bow thruster.
Kegagalan pada sistem pendingin disebabkan oleh
penyumbatan pada pipa pendingin air laut. Ketika sistem
pendingin mengalami kegagalan, maka suhu mesin akan
meningkat dan menyebabkan kerusakan pada komponen mesin.
Terjadinya masalah kegagalan sistem pendingin,
disebabkan oleh pipa saluran air mengalami penyumbatan.
b. Pipa saluran air laut mengalami penyumbatan
Pipa saluran air laut yang mengalami penyumbatan dapat
menjadi penyebab kegagalan fungsi pada bow thruster. Pipa

38
saluran air pada bow thruster berfungsi untuk memberikan
pendingin pada sistem, mendinginkan bagian-bagian mesin, dan
menjaga suhu mesin agar tetap stabil saat bow thruster bekerja.
Pipa saluran air laut mengalami penyumbatan, maka sirkulasi air
menjadi terhambat dan suhu mesin bow thruster akan
meningkat, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
mesin dan akhirnya kegagalan fungsi pada bow thruster.

Gambar 4.1. Penyumbatan pada pipa


Sumber: Dokumentasi kapal
Penyumbatan pada pipa saluran air laut disebabkan oleh
berbagai faktor seperti kotoran, karat, dan bahan-bahan asing
lainnya yang terbawa oleh air laut. Penyumbatan pipa saluran
air laut terjadi akibat penumpukan endapan yang berasal dari
air laut.
Berdasarkan rangkaian analisis sebab-akibat dari faktor
environment, maka dapat diketahui bahwa akar masalah terjadi
kegagalan fungsi pada bow thruster adalah pipa saluran air laut
mengalami penyumbatan.
4. Faktor Penyebab Method
Analisis faktor penyebab method adalah analisis sebab-akibat
terhadap unsur method yang mempunyai kontribusi timbulnya
masalah adalah terjadi kegagalan fungsi pada bow thruster.
Berikut ini adalah uraian hasil analisis akar penyebab masalah dari
faktor method.
a. Identifikasi dini kerusakan pada bow thruster berjalan
kurang maksimal
Bow thruster merupakan perangkat yang terpasang di
bagian depan kapal dan digunakan untuk membantu manuver
kapal saat sandar dan bermanuver di pelabuhan atau perairan
yang sempit. Bow thruster tidak berfungsi dengan maksimal,
maka kemampuan kapal untuk melakukan manuver dapat
terganggu.
Untuk mengidentifikasi dini kerusakan pada bow thruster,
beberapa tanda-tanda yang dapat diperhatikan antara lain:

39
1) Terdengar suara berisik atau berderak dari bow thruster, hal
tersebut dapat menjadi tanda bahwa ada masalah pada
perangkat tersebut. Suara yang tidak normal ini bisa
disebabkan oleh beberapa hal seperti gesekan atau keausan
pada komponen bow thruster.
2) Kapal tidak dapat melakukan manuver dengan lancar, hal ini
bisa menjadi indikasi bahwa bow thruster tidak berfungsi
dengan baik. Penurunan performa dapat disebabkan oleh
banyak hal seperti kerusakan pada blade, keausan pada
bearing, atau masalah pada motor listrik.
3) Bow thruster terasa sangat panas saat dioperasikan, hal ini
bisa menjadi tanda bahwa ada masalah pada perangkat
tersebut. Panas berlebih bisa disebabkan oleh masalah pada
sistem pendingin.
4) Terasa getaran pada bagian bow thruster, hal ini bisa
menjadi tanda bahwa ada kerusakan pada komponen
perangkat tersebut. Getaran dapat disebabkan oleh banyak
hal seperti ketidakseimbangan blade, kerusakan pada
bearing, dan masalah pada motor listrik.
Terjadinya masalah identifikasi dini kerusakan pada bow
thruster berjalan kurang maksimal, disebabkan oleh penerapan
Planned Maintenance System (PMS) tidak sesuai prosedur.
b. Penerapan Planned Maintenance System (PMS) tidak sesuai
prosedur
Planned Maintenance System (PMS) adalah suatu sistem
perawatan terencana yang dirancang untuk memastikan bahwa
semua komponen pada kapal diperiksa secara teratur,
diperbaiki, dan dirawat dengan benar untuk menghindari
kegagalan fungsi pada peralatan kapal. Dalam konteks terjadi
kegagalan fungsi pada bow thruster, penerapan PMS yang tidak
sesuai prosedur dapat menyebabkan masalah yang serius pada
perangkat tersebut.
Beberapa penerapan PMS yang tidak sesuai prosedur
pada bow thruster antara lain:
1) ABK mesin kapal tidak melakukan inspeksi dan perawatan
rutin pada bow thruster sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan dalam PMS, maka kemungkinan besar masalah
pada bow thruster tidak terdeteksi secara dini dan dapat
memperburuk kondisi perangkat tersebut. Hal ini dapat
menyebabkan kegagalan fungsi pada bow thruster dan
membuat kapal tidak dapat melakukan manuver dengan
lancar.
2) Mengabaikan perbaikan yang direkomendasikan maka
perangkat tersebut masih berisiko mengalami kegagalan
fungsi yang lebih serius di masa depan.

40
3) ABK mesin menggunakan suku cadang yang tidak cocok
atau kurang tepat untuk bow thruster, maka perangkat
tersebut tidak akan berfungsi dengan optimal dan dapat
memperburuk kondisi bow thruster yang sudah rusak.
4) ABK mesin tidak melakukan pemeriksaan sebelum dan
sesudah penggunaan bow thruster, maka masalah pada
perangkat tersebut tidak akan terdeteksi secara dini dan
dapat memperburuk kondisi bow thruster.
Berdasarkan rangkaian analisis sebab-akibat dari faktor
environment, maka dapat diketahui bahwa akar masalah masalah
terjadi kegagalan fungsi pada bow thruster adalah penerapan
Planned Maintenance System (PMS) tidak sesuai prosedur.
5. Faktor Penyebab Material
Analisis faktor penyebab material adalah analisis sebab-akibat
terhadap unsur material yang mempunyai kontribusi timbulnya
masalah adalah terjadi kegagalan fungsi pada bow thruster.
Berikut ini adalah uraian hasil analisis akar penyebab masalah dari
faktor material.
a. Cepat rusaknya bearing pada bow thruster
Bearing pada bow thruster adalah salah satu komponen
penting yang berfungsi untuk menopang dan memutar poros
dari bow thruster. Terjadi kerusakan pada bearing, maka akan
mempengaruhi kinerja bow thruster dan dapat menyebabkan
kegagalan fungsi pada bow thruster secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang dapat mempercepat kerusakan
pada bearing adalah beban berlebihan yang diterapkan pada
bearing. Hal ini terjadi ketika bow thruster digunakan dalam
kondisi yang berat atau terlalu sering digunakan. Beban
berlebihan dapat mengakibatkan ausnya lapisan pelindung pada
bearing dan mempercepat terjadinya kerusakan pada bearing.
Selain itu, kondisi lingkungan yang buruk seperti paparan
air laut dan cuaca yang ekstrim mempercepat terjadinya
kerusakan pada bearing. Paparan air laut dan cuaca yang
ekstrim dapat menyebabkan korosi pada bearing dan merusak
pelumas pada bearing, sehingga mempercepat kerusakan pada
bearing.

41
Gambar 4.2. Kerusakan pada bearing
Sumber: Dokumentasi kapal
Kerusakan pada bearing dapat menyebabkan gesekan
yang berlebihan dan panas yang terjadi pada poros bow
thruster, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan
fungsi pada bow thruster.
Terjadinya masalah cepat rusaknya bearing pada bow
thruster, disebabkan oleh spare part tidak sesuai standar.
b. Spare part tidak sesuai standar
Spare part bearing pada bow thruster yang tidak sesuai
standar dapat mempengaruhi kinerja bow thruster dan dapat
menyebabkan kegagalan fungsi pada bow thruster. Hal ini
terjadi ketika spare part bearing yang digunakan pada bow
thruster tidak sesuai dengan spesifikasi atau standar yang
ditetapkan oleh maker.
Spare part bearing yang tidak sesuai standar dapat
mempercepat kerusakan pada bearing dan komponen lainnya
pada bow thruster. Penggunaan spare part bearing yang tidak
sesuai standar dapat mengakibatkan tidak cocoknya dimensi
dan karakteristik material bearing yang digunakan pada bow
thruster. Suku cadang bearing tidak sesuai standar, maka dapat
menyebabkan beban yang tidak merata pada poros bow
thruster dan mempercepat ausnya lapisan pelindung pada
bearing, sehingga mempercepat terjadinya kerusakan pada
bearing.
Kerusakan pada bearing pada bow thruster dapat
menyebabkan gesekan yang berlebihan dan panas yang terjadi
pada poros bow thruster, yang pada akhirnya dapat

42
menyebabkan kegagalan fungsi pada bow thruster.
Berdasarkan rangkaian analisis sebab-akibat dari faktor
material, maka dapat diketahui bahwa akar masalah terjadi
kegagalan fungsi pada bow thruster adalah spare part tidak sesuai
standar.

C. PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan hasil Analisa akar penyebab masalah (Root Cause
Analysis) sebagaiman diuraikan diatas, penulis melakukan
pemecahan masalah terhadap akar penyebab masalah untuk masing-
masing faktor sebagai berikut:
Tabel 4.3. Pemecahan Masalah

No Faktor Akar Solusi PIC Batas Progress


Penyebab Masalah Waktu
1. Man Kurangnya Sementara: Chief 1 week Done
pelatihan dan Evaluasi Engineer
pengalaman keterampilan ABK
mesin
Utama: Chief
Pelatihan Engineer
tambahan
2. Machine Pengikisan Sementara: 2nd 1 week Done
atau korosi Memeriksa pipa Engineer
pada pipa dan saluran dalam
hidrolik sistem hidrolik
Chief
Utama: engineer
Mengganti pipa
yang bocor atau
rusak
3. Environment Pipa saluran Sementara: 2nd 1 week Done
air mengalami Engineer
Pembersihan pipa
penyumbatan
saluran air
Utama: 2nd
Penggantian pipa Engineer
saluran air

4. Method Penerapan Sementara: Chief 1 week Done


Planned Pemantauan dan Engineer
Maintenance Penilaian Kinerja
System (PMS)
tidak sesuai Utama: Chief
prosedur Pengembangan Engineer
prrosedur yang
Tepat

43
No Faktor Akar Solusi PIC Batas Progress
Penyebab Masalah Waktu
5. Material Spare part Sementara: Chief 1 week Done
tidak sesuai Mengganti spare Engineer
standar part dengan yang
sesuai
Utama: Perusahaan
Spare part adalah
produk asli dan
memenuhi standar
kualitas
Berdasarkan pada table pemecahan masalah diatas, berikut ini
adalah pemecahan dari masing-masing faktor penyebab:
1. Faktor Penyebab Man
Pemecahan masalah dari akar masalah pada faktor man
adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi keterampilan ABK mesin
Evaluasi keterampilan ABK mesin sangat penting dalam
meningkatkan efektivitas cara kerja bow thruster pada kapal.
ABK mesin yang terlatih dan memiliki keterampilan yang
memadai dapat memastikan kinerja sistem bow thruster secara
optimal, menghindari kerusakan atau kegagalan, dan
memperpanjang umur sistem. Berikut adalah beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh chief engineer untuk mengevaluasi
keterampilan ABK mesin dalam konteks efektivitas cara kerja
bow thruster:
1) Pelatihan reguler
ABK mesin harus mendapatkan pelatihan reguler
tentang sistem bow thruster dan cara kerjanya. Pelatihan ini
dapat mencakup teori, praktikum, dan simulasi untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam
mengoperasikan dan memelihara sistem bow thruster.
2) Uji keterampilan
Chief engineer dapat melakukan uji keterampilan pada
ABK mesin untuk menilai kemampuan mereka dalam
mengoperasikan dan memelihara sistem bow thruster. Uji
keterampilan dapat mencakup simulasi kerusakan atau
kegagalan pada sistem bow thruster untuk menguji
kemampuan ABK mesin dalam mengidentifikasi dan
memperbaiki masalah tersebut.
3) Pengawasan
Chief engineer melakukan pengawasan terhadap

44
kinerja ABK mesin dalam mengoperasikan dan memelihara
sistem bow thruster.
4) Evaluasi kinerja
Chief engineer dapat melakukan evaluasi kinerja ABK
mesin dalam mengoperasikan dan memelihara sistem bow
thruster. Evaluasi kinerja dapat dilakukan dengan
menggunakan kriteria atau standar yang telah ditentukan,
seperti waktu pemeliharaan, tingkat kegagalan sistem, dan
efektivitas pemecahan masalah.
5) Pelaporan dan Tindak Lanjut
ABK mesin harus melaporkan setiap masalah atau
kegagalan yang terjadi pada sistem bow thruster, dan chief
engineer harus menindaklanjuti laporan tersebut dengan
cepat dan efektif. Hal ini akan membantu meningkatkan
efektivitas cara kerja bow thruster dan mencegah terjadinya
kerusakan atau kegagalan yang lebih serius di masa depan.
Dalam mengevaluasi keterampilan ABK mesin dalam
konteks efektivitas cara kerja bow thruster, penting untuk
memastikan bahwa evaluasi dilakukan secara teratur dan
sistematis. Hal ini akan membantu meningkatkan keterampilan
ABK mesin dalam mengoperasikan dan memelihara sistem bow
thruster, meningkatkan efektivitas cara kerja bow thruster, dan
memperpanjang umur sistem.
b. Pelatihan tambahan
Pelatihan tambahan bagi ABK mesin sangat penting
dalam meningkatkan efektivitas cara kerja bow thruster pada
kapal. Pelatihan tambahan dapat memberikan pengetahuan
dan keterampilan yang lebih mendalam tentang sistem bow
thruster dan cara kerjanya, serta memberikan wawasan baru
tentang teknologi atau metode terbaru yang dapat
meningkatkan kinerja sistem.
Berikut adalah beberapa pelatihan tambahan yang dapat
diberikan oleh chief engineer kepada ABK mesin untuk
meningkatkan efektivitas cara kerja bow thruster:
1) ABK mesin dapat diberikan pelatihan tentang teknologi
terbaru yang terkait dengan sistem bow thruster. Pelatihan
ini dapat mencakup pemahaman tentang sistem kontrol dan
monitoring terbaru, penggunaan sistem sensor, dan
teknologi terbaru dalam perawatan dan perbaikan sistem.
2) ABK mesin dapat diberikan pelatihan tentang cara merawat
dan memperbaiki sistem bow thruster dengan baik dan
efektif. Pelatihan ini dapat mencakup pemahaman tentang
pemeliharaan rutin, diagnosis masalah, dan teknik
perbaikan.

45
3) ABK mesin dapat diberikan pelatihan tentang keselamatan
dalam mengoperasikan dan memelihara sistem bow
thruster. Pelatihan ini dapat mencakup pemahaman tentang
prosedur keselamatan, penggunaan peralatan pelindung diri,
dan penanganan darurat.
4) ABK mesin dapat diberikan pelatihan tentang manajemen
waktu dalam memelihara dan memperbaiki sistem bow
thruster. Pelatihan ini dapat membantu mereka mengatur
jadwal pemeliharaan dan perbaikan, serta mengoptimalkan
waktu yang tersedia untuk melakukan tugas-tugas tersebut.
5) ABK mesin dapat diberikan pelatihan tentang cara
berkomunikasi dan bekerja sama dengan kru departemen
dek dan anggota kru lainnya. Pelatihan ini dapat membantu
mereka memperbaiki koordinasi dan kolaborasi saat
memelihara dan memperbaiki sistem bow thruster.
Dalam memberikan pelatihan tambahan kepada ABK
mesin, penting untuk memastikan bahwa pelatihan tersebut
relevan dengan sistem bow thruster pada kapal dan
disampaikan secara terstruktur dan sistematis. Hal ini akan
membantu meningkatkan efektivitas cara kerja bow thruster,
mengurangi risiko kegagalan sistem, dan memperpanjang umur
sistem.
Pada ISM Code (International Safety Management Code),
referensi terkait "Keahlian, Pengetahuan, dan Keterampilan
Personel" dapat ditemukan dalam Bagian 6.3, yaitu "Training".
Bagian ini menekankan pentingnya memiliki personel yang
memiliki keahlian, pengetahuan, dan keterampilan yang sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan
operasi kapal dengan aman.
Dalam Bagian 6.3 dari ISM Code, dijelaskan tentang
persyaratan pelatihan dan sertifikasi yang harus dipenuhi oleh
personel di atas kapal. Persyaratan ini meliputi:
1) Keahlian dan pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas masing-masing.
2) Pelatihan dan sertifikasi yang diperlukan untuk masing-
masing jabatan pada kapal.
3) Pengetahuan tentang prosedur keselamatan, sistem
manajemen keselamatan, dan kebijakan kapal.
4) Keterampilan dalam melaksanakan tugasnya serta
pengetahuan tentang perilaku dan lingkungan di sekitar
kapal.
Dalam Bagian ini juga dijelaskan tentang rencana
pelatihan dan pengembangan personel, serta penggunaan
pelatihan simulasi dan inspeksi secara berkala untuk

46
mengevaluasi kinerja personel. Persyaratan ini dirancang untuk
memastikan bahwa personel di atas kapal memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang memadai untuk
menjalankan tugasnya dengan aman dan efektif. Hal ini juga
berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau insiden di
atas kapal yang disebabkan oleh kesalahan personel.
2. Faktor Penyebab Machine
Pemecahan masalah dari akar masalah pada faktor machine
adalah sebagai berikut:
a. Memeriksa pipa dan saluran dalam sistem hidrolik
Kebocoran pada pipa hidrolik dapat mempengaruhi
efektivitas cara kerja bow thruster pada kapal. Berikut adalah
beberapa langkah 2nd engineer untuk memeriksa kebocoran
pipa hidrolik:
1) Kebocoran pipa hidrolik dapat terjadi karena tekanan sistem
hidrolik yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena
itu, penting untuk memeriksa tekanan sistem hidrolik untuk
mengetahui apakah tekanannya sesuai dengan spesifikasi
pabrik.
2) Periksa sistem pipa hidrolik untuk mengetahui apakah ada
pipa yang rusak atau bocor. Periksa pipa hidrolik pada setiap
bagian, termasuk di dekat pompa, katup, dan sambungan
pipa. Periksa juga apakah pipa hidrolik telah aus atau rusak
akibat usia atau keausan.
3) Kebocoran pipa hidrolik dapat disebabkan oleh kurangnya
pelumas atau penggunaan pelumas yang tidak sesuai. Oleh
karena itu, penting untuk memeriksa kualitas dan kuantitas
pelumas hidrolik untuk memastikan bahwa mereka sesuai
dengan spesifikasi maker.
4) Periksa sambungan pipa hidrolik untuk mengetahui apakah
ada sambungan pipa yang longgar atau rusak. Periksa juga
apakah baut pengikat dan ring karet pada sambungan pipa
telah aus atau rusak.
5) Periksa reservoir hidrolik untuk mengetahui apakah ada
kebocoran atau kerusakan pada reservoir. Periksa juga
apakah level cairan hidrolik dalam reservoir telah mencapai
level minimum.
Setelah memeriksa kebocoran pipa hidrolik dilakukan,
langkah selanjutnya adalah memperbaiki pipa yang rusak atau
bocor. Perbaikan dilakukan segera untuk memastikan
efektivitas cara kerja bow thruster dan menghindari kerusakan
yang lebih parah pada sistem hidrolik. Selain itu, 2nd engineer
perlu melakukan pemeliharaan dan perawatan berkala pada
sistem hidrolik untuk memastikan keandalannya dan

47
memperpanjang umur pakainya.
b. Mengganti pipa yang bocor atau rusak
Penggantian pipa yang bocor atau rusak memiliki dampak
signifikan dalam menjaga kinerja bow thruster dan mencegah
terjadinya kegagalan fungsi yang dapat mempengaruhi
manuverabilitas dan kendali kapal. Pipa yang bocor dapat
mengakibatkan kebocoran pada sistem hidrolik, mengurangi
tekanan dan aliran fluida yang diperlukan untuk menggerakkan
bow thruster dengan efektif. Dengan mengganti pipa yang
bocor atau rusak, kelancaran aliran hidrolik dapat dipulihkan,
memastikan bow thruster berfungsi dengan optimal. Hal ini
memungkinkan kapal untuk melakukan manuver dengan
akurasi dan keandalan yang diperlukan, mempengaruhi
kemampuan kapal untuk berbelok, berlabuh, atau berlayar
secara aman dan efisien. Dengan demikian, penggantian pipa
yang bocor atau rusak tidak hanya memperbaiki kebocoran,
tetapi juga menjaga kinerja bow thruster dan mencegah
terjadinya kegagalan fungsi yang dapat mengganggu
manuverabilitas dan kendali kapal.
Untuk mencegah penurunan kinerja dari sistem bow
thruster, pemantauan yang teratur pada pipa hidrolik menjadi
sangat penting. Berikut adalah beberapa langkah yang perlu
dilakukan:
1) Melakukan inspeksi visual secara berkala pada pipa hidrolik
untuk mencari tanda-tanda kebocoran, korosi, atau
kerusakan fisik lainnya. Periksa juga sambungan pipa dan
komponen terkait untuk memastikan tidak ada kebocoran
atau keausan yang terjadi.
2) Selama pemantauan rutin, periksa adanya tanda-tanda
kebocoran pada pipa hidrolik dan pastikan tidak ada
penurunan tekanan yang signifikan dalam sistem.
Kebocoran dan penurunan tekanan dapat mengindikasikan
masalah pada pipa atau komponen lain yang
mempengaruhi kinerja bow thruster.
3) Memantau suhu pipa hidrolik secara teratur. Jika ada
kenaikan suhu yang signifikan, itu dapat menunjukkan
adanya gesekan berlebihan, kebocoran internal, atau
masalah lain yang dapat mengurangi kinerja sistem.
Identifikasi dan perbaiki masalah tersebut segera.
4) Memeriksa tingkat fluida hidrolik secara teratur untuk
memastikan bahwa sistem memiliki jumlah yang cukup.
Kekurangan fluida dapat menyebabkan penurunan kinerja
atau kerusakan pada sistem hidrolik.

48
3. Faktor Penyebab Environment
Pemecahan masalah dari akar masalah pada faktor
environment adalah sebagai berikut:
a. Pembersihan pipa saluran air
Pipa saluran air pendingin air laut pada bow thruster
berfungsi untuk mengalirkan air untuk mendinginkan sistem
bow thruster agar tidak terlalu panas. Pipa saluran air pendingin
air laut mengalami penyumbatan kotoran dan endapan di
dalamnya, maka sirkulasi air pendingin air laut akan terhambat
dan dapat mengakibatkan overheat pada sistem bow thruster.
Oleh karena itu, pembersihan pipa saluran air pendingin air laut
sangat penting untuk menjaga efektivitas cara kerja bow
thruster pada kapal.
Berikut adalah langkah-langkah pembersihan pipa saluran
air pendingin air laut oleh 2nd engineer pada bow thruster:
1) Persiapan alat dan bahan
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti air
bersih, sikat atau pembersih pipa, dan alat pengukur suhu.
2) Memeriksa kondisi pipa saluran air
Periksa kondisi pipa saluran air untuk mengetahui
tingkat kotoran dan endapan yang ada di dalamnya.
3) Mengeluarkan air dari sistem
Keluarkan air dari sistem bow thruster, dengan cara
menutup klep air pendingin air laut dari pompa air laut dan
membuka klep air pendingin air laut pada outlet bow
thruster.
4) Membersihkan pipa saluran air
Bersihkan pipa saluran air dengan menggunakan sikat
atau pembersih pipa dan air bersih. Pastikan semua kotoran
dan endapan yang menempel di dalam pipa saluran air
terangkat.
5) Memeriksa suhu air pendingin air laut
Setelah pipa saluran air selesai dibersihkan, hidupkan
bow thruster dan pastikan suhu air pendingin air laut berada
pada rentang normal.
6) Uji coba
Lakukan uji coba pada bow thruster untuk memastikan
efektivitas cara kerjanya setelah pipa saluran air pendingin
air laut dibersihkan.
Pembersihan pipa saluran air pendingin air laut harus
dilakukan secara teratur untuk menjaga kebersihan dan

49
kecukupan aliran air pendingin air laut pada sistem bow
thruster. Hal ini akan membantu menjaga efektivitas cara kerja
bow thruster dan mencegah kerusakan atau kegagalan pada
sistem tersebut.
Jadwal perawatan atau pemeliharaan pipa saluran air
pendingin air laut pada bow thruster:
1) Inspeksi Visual.
Setiap bulan. Memeriksa pipa saluran air secara visual
untuk memeriksa retakan, kebocoran, atau kerusakan
lainnya.
Setiap enam bulan. Memeriksa sambungan pipa dan
klampanya untuk memastikan tidak ada kebocoran atau
ketidakrataan.
2) Pembersihan.
Setiap tiga bulan. Membersikan pipa saluran air
dengan menggunakan air bersih atau solusi pembersih yang
direkomendasikan oleh pabrikan. Hapus penumpukan kerak
atau kotoran yang dapat menghambat aliran air.
3) Pemeriksaan Aliran Air:
Setiap enam bulan. Memeriksa aliran air yang masuk dan
keluar dari pipa saluran air pendingin air laut. Pastikan aliran
air lancar dan tidak ada hambatan yang signifikan. Jika
terjadi penurunan aliran atau masalah lainnya, lakukan
investigasi lebih lanjut dan perbaikan.
4) Penggantian Suku Cadang.
Setiap dua tahun. Mengganti selang pipa saluran air
dengan yang baru untuk memastikan kualitas dan kekuatan
yang optimal.
Setiap lima tahun. Ganti klampanya dan fitting yang rusak
atau aus untuk memastikan koneksi yang kokoh dan bebas
kebocoran.
5) Perawatan Rutin oleh Profesional.
Setiap tahun. Menjadwalkan perawatan rutin oleh teknisi
yang berpengalaman atau perusahaan layanan yang
spesialis dalam perawatan bow thruster. Teknisi akan
melakukan pemeriksaan menyeluruh, membersihkan
komponen, dan memeriksa kondisi keseluruhan pipa saluran
air.
b. Penggantian pipa saluran air
Sistem pendingin air laut pada bow thruster terdiri dari
beberapa komponen utama, seperti:

50
1) Bow thruster menggunakan udara dari lingkungan sekitarnya
untuk proses pendinginan. Udara diambil melalui ventilasi
atau celah di bagian bow thruster dan dialirkan melalui
saluran-saluran yang telah dirancang secara khusus.
2) Heat exchanger digunakan untuk mentransfer panas dari
komponen-komponen bow thruster ke media pendingin air
laut, air laut. Penukar panas ini membantu menurunkan
suhu komponen yang panas sebelum air dikembalikan ke
lingkungan.
3) Pipa-pipa pendingin air laut mengalirkan air dari heat
exchanger menuju komponen-komponen bow thruster yang
membutuhkan pendinginan. Air yang mengalir melalui pipa
ini membawa panas dari komponen-komponen dan
mengeluarkannya melalui heat exchanger.
4) Pompa digunakan untuk menggerakkan air melalui sistem
pendingin air laut. Pompa menghasilkan tekanan yang
diperlukan untuk memastikan aliran yang cukup dan
konsisten dalam pipa pendingin air laut.
5) Sistem pendingin air laut dilengkapi dengan saringan untuk
menangkap partikel-partikel atau kotoran yang dapat
menyumbat pipa atau merusak komponen. Saringan ini
membantu menjaga kebersihan sistem pendingin air laut.
Pipa saluran air pendingin air laut pada bow thruster
adalah bagian penting dalam menjaga suhu optimal pada
sistem bow thruster. Pipa saluran air pendingin air laut
mengalami kerusakan atau kebocoran, maka sirkulasi air
pendingin air laut akan terganggu dan dapat mengakibatkan
overheat pada sistem bow thruster. Oleh karena itu,
penggantian pipa saluran air pendingin air laut yang rusak atau
bocor oleh 2nd engineer sangat penting untuk menjaga
efektivitas cara kerja bow thruster pada kapal.
Berikut adalah langkah-langkah penggantian pipa saluran
air pendingin air laut pada bow thruster:
1) Persiapan alat dan bahan
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti pipa
saluran air baru, perekat pipa, gunting pipa, dan alat
pengukur suhu.
2) Mematikan sistem bow thruster
Matikan sistem bow thruster untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja selama proses penggantian pipa
saluran air.
3) Melepaskan pipa saluran air lama
Lepaskan pipa saluran air lama dengan memotong atau

51
membuka klem pengikat.
4) Membersihkan area pemasangan
Bersihkan area pemasangan pipa saluran air yang
akan diganti dengan menggunakan sikat atau lap bersih.
Pastikan tidak ada kotoran atau endapan yang menempel di
area tersebut.
5) Memasang pipa saluran air baru
Pasang pipa saluran air baru pada posisi yang tepat
dan gunakan perekat pipa untuk memperkuat pengikatan
pipa.
6) Memeriksa suhu air pendingin air laut
Setelah pipa saluran air baru terpasang, hidupkan bow
thruster dan pastikan suhu air pendingin air laut berada pada
rentang normal.
7) Uji coba
Lakukan uji coba pada bow thruster untuk memastikan
efektivitas cara kerjanya setelah pipa saluran air pendingin
air laut diganti.
Penggantian pipa saluran air pendingin air laut harus
dilakukan secara teratur untuk menjaga kebersihan dan
kecukupan aliran air pendingin air laut pada sistem bow
thruster. Hal ini akan membantu menjaga efektivitas cara kerja
bow thruster dan mencegah kerusakan atau kegagalan pada
sistem tersebut.
4. Faktor Penyebab Method
Pemecahan masalah dari akar masalah pada faktor method
adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan dan Penilaian Kinerja
Pemantauan dan penilaian kinerja terhadap prosedur
kerja pada bow thruster sangat penting untuk meningkatkan
efektivitas cara kerja dan mencegah terjadinya kegagalan
fungsi pada bow thruster. Hal ini dapat dilakukan chief engineer
dengan cara sebagai berikut:
1) Menerapkan sistem pemantauan dan evaluasi kinerja secara
teratur
Dalam hal ini, engineer harus memastikan bahwa
sistem pemantauan dan evaluasi kinerja dilakukan secara
teratur untuk memastikan bahwa prosedur kerja bow thruster
dilakukan dengan benar dan efektif.
2) Membuat catatan dan dokumentasi
Catatan dan dokumentasi harus dilakukan secara

52
teratur untuk memastikan bahwa semua pekerjaan
perawatan dan perbaikan yang dilakukan pada bow thruster
didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi yang baik
dapat membantu dalam pemantauan kinerja dan identifikasi
masalah pada masa yang akan datang.
3) Melakukan inspeksi secara teratur
ABK mesin harus melakukan inspeksi secara teratur
pada bow thruster untuk memastikan bahwa semuanya
berfungsi dengan baik. Inspeksi yang dilakukan dapat
mencakup pemeriksaan visual dan pemeriksaan fungsional.
4) Melakukan evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja dapat dilakukan dengan
membandingkan data yang terkumpul dari pemantauan
dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Data yang
telah dikumpulkan dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan masalah dan memperbaikinya sebelum terjadi
kegagalan fungsi pada bow thruster.
5) Mengidentifikasi dan memperbaiki masalah
Setiap masalah yang ditemukan harus diidentifikasi
dan diperbaiki secepat mungkin. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memeriksa dan mengganti bagian-bagian yang
rusak atau memperbaiki prosedur kerja yang tidak sesuai.
Dengan menerapkan pemantauan dan evaluasi kinerja
yang baik serta mengidentifikasi dan memperbaiki masalah
pada bow thruster dengan cepat, efektivitas cara kerja bow
thruster dapat meningkat dan mencegah terjadinya kegagalan
fungsi pada bow thruster.
b. Pengembangan prosedur yang tepat
Pengembangan prosedur yang tepat sangat penting
dalam meningkatkan efektivitas cara kerja bow thruster. Berikut
adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh chief
engineer dalam pengembangan prosedur yang tepat:
1) Identifikasi dan analisis kebutuhan prosedur
Lakukan analisis terhadap prosedur yang telah ada dan
identifikasi kelemahan dan kebutuhan perbaikan yang
diperlukan.
2) Pemilihan metode dan teknik
Pilih metode dan teknik yang tepat untuk memperbaiki
prosedur yang ada atau membuat prosedur baru yang lebih
efektif.
3) Penulisan prosedur
Menulis prosedur dengan jelas, terinci, dan mudah

53
dipahami oleh semua ABK mesin. Pastikan prosedur
mencakup langkah-langkah yang diperlukan untuk
melakukan tugas secara efektif dan aman.
4) Pelatihan ABK mesin
Berikan pelatihan kepada ABK mesin tentang prosedur
yang telah dikembangkan. Pastikan ABK mesin memahami
dengan baik dan dapat mengimplementasikan prosedur
dengan tepat.
5) Implementasi prosedur
Terapkan prosedur yang baru dikembangkan atau
diperbaiki secara konsisten dan rutin. Pemantauan dan
evaluasi prosedur harus dilakukan secara teratur untuk
memastikan efektivitasnya.
Dalam konteks bow thruster, prosedur yang tepat dapat
membantu mencegah kegagalan fungsi dan memastikan
bahwa perawatan dan pemeliharaan dilakukan dengan benar.
Selain itu, prosedur yang jelas dan terstruktur juga dapat
membantu dalam meningkatkan keselamatan dan keamanan
kapal.
Planned Maintenance System (PMS) adalah suatu sistem
yang dirancang untuk memastikan pemeliharaan rutin dan
terjadwal dari peralatan dan sistem pada kapal. Ini bertujuan
untuk memastikan bahwa peralatan tersebut tetap berfungsi
dengan baik, mengurangi risiko kegagalan, dan meningkatkan
efektivitas operasional kapal.
Pelaksanaan PMS pada bow thruster dapat dilakukan
melalui langkah-langkah berikut:
1) Perencanaan Pemeliharaan. Sebelumnya, harus ada
perencanaan pemeliharaan yang terperinci untuk bow
thruster. Ini melibatkan penentuan jadwal pemeliharaan
rutin berdasarkan rekomendasi produsen dan peraturan
industri. Rencana ini mencakup kegiatan pemeriksaan,
perawatan, dan penggantian komponen yang diperlukan.
2) Jadwal Pemeliharaan Rutin. Berdasarkan rencana
pemeliharaan, jadwal pemeliharaan rutin untuk bow thruster
harus ditentukan. Ini mungkin mencakup kegiatan seperti
pemeriksaan visual, pemeriksaan fungsional, penggantian
oli, pembersihan komponen, penggantian filter, dan
penggantian suku cadang yang aus atau rusak.
3) Pemeliharaan Harian. Sebagai bagian dari PMS, bow
thruster perlu diperiksa secara harian untuk memastikan
tidak ada kebocoran, kerusakan, atau masalah lain yang
mempengaruhi fungsionalitasnya. Pemeriksaan harian
dapat mencakup pemeriksaan tekanan, suhu, getaran, dan

54
kebocoran pada sistem bow thruster.
4) Catatan Pemeliharaan. Setiap kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan pada bow thruster harus dicatat secara terperinci.
Ini meliputi tanggal pemeliharaan, kegiatan yang dilakukan,
hasil pemeriksaan, dan suku cadang yang diganti. Catatan
ini sangat penting untuk melacak riwayat pemeliharaan dan
membantu dalam perencanaan pemeliharaan yang lebih
baik di masa depan.
5) Penggunaan Teknologi dan Alat Bantu. Dalam
meningkatkan efektivitas PMS, teknologi dan alat bantu
dapat digunakan. Contohnya, sensor-sensor yang dipasang
pada bow thruster dapat memberikan data real-time tentang
kinerja dan kondisi komponen. Hal ini dapat membantu
dalam pemantauan proaktif, mendeteksi potensi kerusakan,
dan merencanakan pemeliharaan lebih efisien.
6) Pelatihan dan Pengetahuan. Untuk menjalankan PMS yang
efektif, awak kapal harus diberikan pelatihan yang memadai
tentang perawatan bow thruster.
5. Faktor Penyebab Material
Pemecahan masalah dari akar masalah pada faktor material
adalah sebagai berikut:
a. Mengganti spare part dengan yang sesuai
Bearing adalah salah satu komponen penting dalam bow
thruster yang berfungsi untuk mengurangi gesekan dan keausan
antara dua bagian mesin yang bergerak. Bearing rusak atau
aus, maka hal ini dapat mempengaruhi kinerja bow thruster dan
mengurangi efektivitasnya.
Untuk mengganti spare part bearing yang sesuai dengan
standar kualitas pada bow thruster, ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan oleh chief engineer, antara lain:
1) Identifikasi jenis dan spesifikasi bearing yang diperlukan
untuk bow thruster. Pastikan untuk menggunakan bearing
yang sesuai dengan standar kualitas dan spesifikasi yang
diperlukan.
2) Cari supplier yang terpercaya dan menyediakan bearing
dengan kualitas yang terjamin. Pastikan untuk memeriksa
sertifikasi dan reputasi supplier sebelum membeli bearing.
3) Lakukan penggantian bearing sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan. Pastikan untuk mengikuti instruksi dengan
hati-hati dan memastikan bahwa bearing dipasang dengan
benar.
4) Lakukan pengujian kinerja bow thruster setelah penggantian
bearing. Pastikan bahwa bow thruster berfungsi dengan baik

55
dan tidak ada masalah yang terkait dengan penggantian
bearing.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas dan
menggunakan spare part bearing yang sesuai dengan standar
kualitas, maka penggantian bearing pada bow thruster dapat
dilakukan dengan efektif dan aman. Hal ini dapat meningkatkan
kinerja bow thruster dan memperpanjang masa pakai mesin.
b. Spare part adalah produk asli dan memenuhi standar
kualitas
Spare part bearing adalah komponen yang sangat penting
dalam mesin, termasuk pada sistem bow thruster. Kualitas
bearing yang buruk dapat menyebabkan masalah pada sistem
bow thruster seperti suara berisik, getaran, dan bahkan
kegagalan fungsi. Oleh karena itu, penting untuk memastikan
bahwa spare part bearing yang digunakan adalah produk asli
dan memenuhi standar kualitas.
Penggunaan spare part bearing yang tidak asli atau tidak
memenuhi standar kualitas dapat menyebabkan kerusakan
pada sistem bow thruster. Misalnya, bearing palsu atau
berkualitas rendah tidak dapat menahan beban yang
diterapkan, atau cepat aus dan mengalami keausan lebih cepat
daripada bearing asli. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan
pada sistem bow thruster dan meningkatkan biaya perbaikan.
Oleh karena itu, penting untuk selalu memastikan bahwa
spare part bearing yang digunakan adalah produk asli dan
memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh maker mesin
tersebut. Hal ini dapat dilakukan perusahaan membeli spare
part dari produsen resmi atau distributor terpercaya, serta
memeriksa nomor seri dan label kualitas pada spare part
tersebut sebelum dipasang pada sistem bow thruster.

56
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegagalan fungsi bow thruster disebabkan oleh kurangnya
pelatihan dan pengalaman ABK mesin.
2. Penurunan tekanan hidrolik yang diperlukan untuk
mengoperasikan bow thruster terjadi akibat pengikisan atau korosi
pada pipa hidrolik yang mengakibatkan kebocoran pada pipa.
3. Penyumbatan pada pipa saluran air pendingin air laut terjadi akibat
endapan yang disebabkan oleh kotoran, karat, dan bahan asing
lain yang terbawa oleh air laut.
4. Masalah pada bow thruster tidak terdeteksi secara dini akibat
penerapan PMS yang tidak mengikuti prosedur yang sesuai.
5. Kerusakan pada bearing bow thruster akibat penggunaan spare
part bearing yang tidak memenuhi standar dan mengakibatkan
beban yang merata pada poros tidak terjaga.

B. IMPLIKAS
Menjaga dan memastikan kinerja yang baik dari bow thruster
menjadi krusial bagi kelancaran operasi kapal dan keselamatan
pelayaran. Implikasinya adalah bahwa bow thruster yang berfungsi
dengan baik memungkinkan kapal untuk melakukan manuver secara
efektif dan tepat waktu, meningkatkan efisiensi operasional,
mengurangi risiko kecelakaan, dan menjaga keselamatan pelayaran.
Selain itu, kinerja yang baik dari bow thruster juga membangun
reputasi perusahaan yang dapat mempengaruhi hubungan dengan
pelanggan dan kesuksesan jangka panjang dalam industri maritim.
Dengan demikian, menjaga dan memelihara bow thruster menjadi
prioritas yang penting bagi perusahaan untuk menjaga kelancaran
operasi kapal dan keselamatan pelayaran.

C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka penulis
memberikan saran yang dapat dijadikan langkah konkrit sebagai
berikut:
1. Memberikan pelatihan yang meliputi tentang cara-cara mengetahui
tanda-tanda awal kegagalan atau kerusakan pada bow thruster.
2. Melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan secara teratur untuk
mendeteksi pengikisan atau korosi yang muncul pada sistem pipa
hidrolik.

57
3. Melakukan perawatan dan pembersihan berkala pada pipa saluran
air pendingin air laut dengan memperhatikan adanya kemungkinan
timbulnya endapan akibat kotoran, karat, dan bahan asing lainnya..
4. Melakukan pengawasan dan inspeksi berkala pada bow thruster
dengan memperhatikan prosedur PMS yang sesuai untuk
mengidentifikasi masalah sedini mungkin dan mencegah kegagalan
atau kerusakan yang lebih serius.
5. Memastikan bahwa pemasangan spare part bearing yang benar
dan berkualitas dapat memastikan kondisi bow thruster pada kapal
tetap terjaga dengan baik.

58
DAFTAR PUSTAKA

Antonius Alijoyo. 2020. Root Cause Analysis. Analisis Akar Penyebab.


CRMS. Bandung.

Emediong Christopher Umana. 2022. Maneuverability of A Vessel Using


Bow Thrusters. Department of Marine Engineering Akwa Ibom
State University. Akwa Ibom State.

Handoko, T. Hani. 2010. Manajemen Pemasaran. Edisi 4. BPFE.


Yogyakarta.

Heizer, Jay & Barry Render. 2015. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh
Buku. 1. Salemba Empat. Jakarta.

Maulana, Imam. 2017. Analisa Performa Bow Thruster Antara Penggerak


Hidrolik Dengan Penggerak Elektrik. Teknik Sistem Perkapalan.
Unsada. Jakarta.

Jusak Johan Handoyo. 2015. Manajemen Perawatan Kapal. Edisi III.


Jakarta.

Jusak Johan Handoyo. 2017. Teknik Kelistrikan Kapal. EGC. Jakarta.

Kurniawan, Fajar. 2018. Teknik dan Aplikasi Manajemen Perawatan


Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Alfais, Muhammad Ikram S.Ali. 2021. Analysis of Ship Guidance Service


In Makassar New Port Container Terminal. Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Pambudi Widiatmaka. 2018. Manajemen Perawatan dan Perbaikan Kapal.


Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.

Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto Indrajit. 2013.


Manajemen Persediaan. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta.

Salim dan Haidir. 2019. Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan


Jenis. Kencana. Jakarta.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT


Alfabet. Bandung.

Hadi, Syamsul. 2019. Perawatan dan Perbaikan Mesin Industri:


Yogyakarta.
Indrawati, Woro Hesti. 2022. Pedoman Umum Penyusunan Karya Ilmiah
Terapan. Balai Besar Pendidikan penyegaran Dan Peningkatan
Ilmu Pelayaran Jakarta BP3IP.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Gambar 1

Gambar 1. MT. SILVER SINCERE


Sumber: Marinetraffic.com
Gambar 2

Gambar 2. Bow Thruster


Sumber: sjmatek.en. com
PENJELASAN ISTILAH

Control unit : berfungsi untuk mengontrol


operasi bow thruster, termasuk
arah putaran dan kecepatan
propeller.

Controllable pitch bow thruster : bow thruster dengan propeller


yang memiliki pitch yang bisa
diatur sesuai kebutuhan.

Fixed pitch bow thruster : bow thruster dengan propeller


yang memiliki pitch tetap.

Motor : sumber daya untuk


menggerakkan propeller pada
bow thruster.

Nozzle : bagian yang menutupi propeller


dan membantu mengarahkan
aliran air sehingga menghasilkan
daya dorong yang lebih efektif.

Propeller : merupakan komponen utama dari


bow thruster yang berfungsi
untuk menghasilkan daya dorong
untuk menggerakkan kapal.

Retractable bow thruster : bow thruster yang dapat ditarik


masuk ke dalam kapal saat tidak
digunakan.

Tunnel bow thruster : bow thruster yang dipasang di


dalam terowongan di bawah garis
air kapal.

Tunnel : bagian terowongan yang


menghubungkan dua bagian
kapal untuk memasang bow
thruster pada bagian depan
kapal.
inprotected.com

Anda mungkin juga menyukai