Anda di halaman 1dari 64

i

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL i
PRAKATA ii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 3
C. Batasan Masalah 4
D. Tujuan 4
E. Manfaat 4
F. Hipotesis 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori 6
B. Tinjauan Umum Terhadap Kecelakaan Kerja 12
C. Faktor Manusia 18
D. Ruang Mesin (Engine Control Room) 25
E. Faktor Managemen Perusahaan 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi kejadian 36
B. Situasi dan kondisi 37
C. Temuan 39
D. Urutan kejadian 44
E. Pembahasan 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 56
B. Saran 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kapal supply adalah salah satu alat transportasi laut dan merupakan
sarana yang sangat diperlukan pada pelayanan rig/platform untuk melayani
pengeboran minyak lepas pantai.
Fungsi utama dari kapal supply adalah untuk mengangkut semua jenis
peralatan yang di butuhkan pada rig/platform, seperti mengangkut suku
peralatan dan sukucadang mekanis,mengangkut material kegiatan lepas pantai ,
mengangkut bahan bakar,air tawar dan kebutuhan crew yang ada di rig/platform
, agar kegiatan lepas pantai berjalan dengan baik.Auxiliary Engine (AE)
merupakan mesin bantu pada kapal untuk menghasilakn tenaga listrik hingga
menghidupkan alat-alat bantu lainnya. Alat-alat di dalam kapal supply seperti;
pompa-pompa,sistem kemudi, Bowthurester. penerangan dan lainnya. Mesin
diesel banyak digunakan sebagai motor bantu pada kapal yang di gunakan untuk
menggerakkan alternatur yang pada umunya disebut geberator. dalam
penentuan atau kegiatan Auxiliary Engine (AE) perlu dipertimbangkan sebaik,
mungkin hal ini hal ini untuk menjaga performa dari Auxiliary Engine (AE) agar
selalu dapat memenuhi kebutuhan listrik di kapal saat dalam kondisi berlayar
dan dalam proses bongkar muat di shorebase maupun rig/palatform, dan untuk
menunjang pengoporesian yang maksimal pada Auxiliary Engine (AE) perlu
perawatan atau pemeliharaan, maka seorang Chief engineer harus profesional
dalam memanage kapal. Chief engineer adalah bagian dari organisasi
perusahaan pelayaran yang secara tdak langsung turut andil dalam memikirkan
kemajuanperusahaan yang secar spesifik memikirkan operasional kapal supply
yang menjadi tempatnya bekerja.
Seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan Teknologi moderenisasi
zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan serta tekhnologi maritim saat ini
maka pada kapal-kapal supply juga mengalami perkembangan di berbagai unit
peralatannya sehingga dalam hal ini pelaksanaan tugas-tugas dalam
2

pengoperasian kapal supply termasuk Auxiliary Engine (AE), untuk kelancaran


dan keamanan pengoperasian sangat perlu di perhatikan.
Untuk memenuhi kebutuhan transportasi tersebut perusahaan pelayaran
tidak cukup dengan menyediakan kapal kapal dalam jumlah yang banyak,tetapi
kapal kapal harus merupakan armada tangguh yang dilengkapi dengan tenaga
tenaga pelaut yang potensial,terampil dan bertanggung jawab dalam upaya
pencegahan kecelakaan pada saat melaksanakan perawatan dan perbaikan mesin
di atas kapal untuk menunjang kelancaran operasional kapal,tentunya hal itu
tidak lepas peran dari pada ABK Mesin dalam mengadakan upaya pencegahan
kecelakaanpada saat melaksanakan pemeliharaan, perawatan serta perbaikan di
atas kapal.
Adanya keterampilan yang dimiliki ABK dalam melaksanakan pekerjaan
yang mengacu pada managemen keselamatan sangat dibutuhkan dalam
memenuhi tuntutan pekerjaan yang padat dan penuh resiko kecelakaan. karena
para ABK bekerja di laut lepas yang kadang-kadang bergelombang dan
menyebabkan kapal goyang sehingga dapat menjadi pemicu terjadinya
kecelakaan. Selanjutnya dalam upaya pencegahan kecelakaan dalam
melaksanakan pekerjaan di kamar mesin, dibutuhkan ketelitian, rasa tanggung
jawab dan tingkat disiplin yang tinggi dari ABK agar tidak terjadi kecelakaan
ataupun korban jiwa yang senantiasa mengancam. Dengan terjadinya kecelakaan
tentunya hal ini juga akan mengganggu kelancaran pengoperasian kapal dan
sudah tentu akan berpengaruh terhadap biaya operasi kapal. Untuk menjaga agar
kapal selalu dalam keadaan siap operasi tidak lepas dari peran ABK dalam
menangani upaya pencegahan kecelakaan pada saat melakukan kerja di kamar
mesin, yang merupakan satu kesatuan sistem untuk menunjang kelancaran
beroperasinya kapal sebagai sarana transportasi laut dan terhindarnya kecelakaan
yang tinggi.
Ruang mesin adalah tempat di mana kecelakaan dan insiden polusi dapat
dengan mudah terjadi jika praktik kerja yang aman dan tindakan pencegahan
polusi tidak diikuti secara ketat. Chief Engineer bertanggung jawab untuk
3

memastikan bahwa pentingnya pencegahan kecelakaan/insiden dipahami


sepenuhnya oleh semua termasuk potensi risiko yang terlibat.
Jika keterampilan dan kemampuan ABK dalam melakukan proses
pekerjaan kurang, akan menyebabkan terjadinya kecelakaan seperti yang telah
terjadi di atas kapal SV Allianz Radiant 7 pada saat para ABK bagian mesin
yaitu kejadian jatuhnya salah satu batang torak mesin diesel bantu kapal ketika
diadakan overhaul di pelabuhan nyaris saja menimpa salah seorang ABK mesin
pada saat diangkat keatas ruang kerja, dan menyebabkan kerusakan pada batang
torak serta barang barang yang tertimpa rusak, dimana kita semua tahu bahwa
batang torak adalah salah satu suku cadang yang sangat vital dan harganya
mahal
Kecelakaan tersebut disebabkan oleh rendahnya keterampilan dan
disiplin ABK di dalam mengikuti prosedur kerja dan juga kurangnya
komunikasi. Kecelakaan adalah merupakan kejadian yang tidak pernah
diharapkan, disamping dapat saja terjadi dan tampa diundang ,misalnya pada
saat melakukan pekerjaan perbaikan mesin diesel Bantu.
Atas dasar pertimbangan inilah serta didukung dengan pengalaman selam
bekerja di kapal maka penulis tertarik untuk mengambil judul makalah. Analisis
pengetahuan, pemahaman dan kecakapan keselamatan kerja ABK Bagian
Mesin SV. Allianz Radian 7.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fakta latar belakang penulis mengambil rumusan masalah
yaitu :
1. Mengapa ABK Bagian Mesin SV. Allianz Radian 7 sering tidak
menggunakan kelengkapan keselamatan kerja dalam bekerja?
2. Bagaimana hubungan Tim kerja terampil untuk ABK Bagian Mesin SV.
Allianz Radian 7 dalam memenuhi kriteria Safety First?
3. Bagaimana memelihara kompetensi keselamatan kerja ABK Bagian Mesin
SV. Allianz Radian 7 agar terwujud Safety First?
4

C. Batasan Masalah
Pembahasan terkait dengan kecelakaan kerja luas karena mencakup
lingkup yang besar, agar pembahasan lebih fokus pada masalah yang terjadi
perlu adanya pembatasan masalah, untuk itu penulis membatasi permasalahan.
Rendahnya pengetahuan serta kecakapan ABK mesin saat melaksanakan
pekerjaan yang menyebabkan ancaman kecelakan kerja yang terjadi di kamar
mesin SV. Allianz Radiant 7.

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui alasan tidak disiplinnya ABK bagian mesin menggunakan
alat keselamatan kerja pada saat melaksanakan pekerjaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran perwira bagian mesin dalam hal
penerapan prosedur pekerjaan diatas kapal terutama pada penggunaan alat
keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui solusi yang tepat untuk menjaga kondisi pekerjaan tetap
pada rel yang telah ditentukan yaitu diterapkannya prosedur kerja sehingga
harapan terwujudnya safety first dapat dicapai.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya yaitu :
1. Manfaat Bagi Dunia Akademik Bahan masukan dan diharapkan dapat
memperkaya pengetahuan bagi penulis sendiri maupun teman-teman
seprofesi untuk mengetahui bagaimana upaya dalam mencegah kecelakaan di
atas kapal. Bagi lembaga PIP Makassar sebagai bahan pedoman makalah
untuk kelengkapan pustaka sehingga berguna bagi rekan-rekan pasis dan
yang baru akan bekerja di kapal SUPPLY.
2. Manfaat Bagi Dunia Praktisi di harapkan dapat memberikan sumbangan,
masukan dan saran kepada perusahan terkait maupun perusahaan pelayaraan
sejenis lainnya dalam meningkatkan mutu ABK di dalam upaya pencegahan
kecelakaan kerja di atas kapal SUPPLY, sehingga ABK Indonesia mampu
bersaing dengan ABK yang berasal dari negara lain dan mendapat tempat
untuk bekerja di atas kapal SUPPLY dari perusahaan asing.
5

F. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis pada KIT ini adalah diduga
1. ABK mesin merasa tidak nyaman menggunakan kelengkapan keselamatan
kerja saat bekerja dengan alasan merasa risih karena tidak terbiasa
memakainya.
2. Hubungan tim kerja terampil ABK mesin memenuhi kreteria safety first
ABK mesin harusnya memiliki kerja sama tim yang berkomitmen pada
tujuan bersama dan bertindak sesuai dinamika tim yang ada serta komunikasi
terbuka.
3. Kompetensi keselamatan kerja ABK mesin terwujud sebaiknya diadakan
pelatihan serta familiarisasi alat kerja dan alat keselamatan kerja diatas
kapal.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah
melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan mengerti.
Mubarak (2011), pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui
berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan
bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya. Sedangkan
menurut para ahli mengenai pengetahuan sebagai berikut :
Menurut Notoatmodjo dalam Naomi (2019), pengetahuan
(knowledge) merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra,yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga.
a. Tingkat pengetahuan
Tingkat Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) Pengetahuan terdiri
dari enam tingkatan yang tercangkup dalam domain kognitif yaitu:
1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah disepakati sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat yang paling
rendah.
2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secarabenartentang obyek yang diketahui.
3) Aplikasi (Appllication) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menggunakan materiyang telah dipelajari pada situasi atau
7

kondisi real (sebenarnya).


4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menyatakan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen
tetapi masih di dalam suatu strukturorganisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk
melaksanakan ataubagianbagian di dalam suatu keseluruhan yang
baru.
6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukanjustifikasiataupenilaian terhadap suatu materi atau
obyek.
b. Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pnegetahuan menurut Notoatmodjo (2012)
adalah sebahai berikut :
1) Cara non ilmiah
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba–coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal
dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut dapat di pecahkan.
2) Cara kebetulan
Kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh
orang yang bersangkutan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahn
8

yang dihadapi pada masa lalu.


4) Cara akal sehat (Common sense)
Terkadang akal sehat dapat menemukan teori kebenaran.
Sebelum ilmu pendidikan berkembang, orang tua zaman dahulu
agar anaknya disiplin dan mau menuruti nasehat orang tuanya,
menggunakan hukuman fisik bila anaknya tersebut salah.
Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang
menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman merupakan
metode ( meskipun bukan yang paling baik ) bagi pendidikan
anak–anak.
5) Secara intuitif kebenaran
Secara intuitif diperoleh manusia secara cepat tanpa melalui
proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intutif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini
diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati.
6) Mengggunakan jalan pikiran
Manusis telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan
dalam pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
7) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
Hal ini berati dalam) Induksi berfikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan dalam
suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami
suatu gejala. Karena proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil
pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan
9

bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal


yang abstrak.
8) Dedukasi
Dedukasi dalah pembuatan kesimpulan dari pernyatan-pernyataan
umum ke khusus. Dalam berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu
yang dianggap benar secara umum , berlaku juga kebenarannya
pada sutu peristiwa yang terjadi.
2) Cara Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasaini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metode penelitian
(rescarch methodology).
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain :
1) Faktor pendidikan
Tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin
mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau yang berkaitan
dengan pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari
informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa.
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat
diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima,
serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
2) Faktor pekerjaan Pekerjaan
Seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses
informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.
3) Faktor pengalaman
Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan,
10

semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan


semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut.
2. Pengertian Pemahaman
a. Pemahaman berasal dari kata paham. Dalam Kamus Besar bahasa
Indonesia paham berarti mengerti. Sudaryono (2009: 50) mengatakan:
“Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna
dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan
isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam
bentuk tertentu ke bentuk yang lain.
Menurut Anas Sudijono (2011: 50):Pemahaman (comprehension) adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sudut.
b. Bentuk-bentuk Pemahaman.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi
dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24)
menyatakan bahwa pemahaman dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu :
1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, yaitu menerjemahkan
dalam arti yang sebenarnya, dengan menerapkan prinsip-prinsip.
2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan
bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau
menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok.
3) Tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi. Memiliki
pemahaman tingkat ektraplrorasi berarti seseorang mampu
menganalisa, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada
pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol,
serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan
implikasi dan konsekuensinya. Sejalan dengan pendapat diatas,
11

3. Pengertian Kecakapan Dan Keterampilan


Kecakapan/Keterampilan kerja merupakan Keterampilan yang dapat
bekerja lebih baik dan mampu menggunakan fasilitas kerja yang disediakan
dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan.
Menurut Amirullah dan Budiyono (2014:21) menjelaskan bahwa
“Skill atau keterampilan adalah suatu kemampuan untuk menterjemahkan
pengetahuan ke dalam praktik sehingga tercapai tujuan yang diinginkan”.
Menurut Capt. Dwiyono Soeyone ketua ikatan perwira pelayaran
niaga Indonesia (2018), defenisi Pemahaman Kecakapan Pelaut yang Baik
(Good seamanship), adalah Sikap mental yang penuh tanggung jawab moral
sebagai seorang profesi Lex Specialist yang bekerja di atas kapal dengan
perilaku etika kompeten tingkat AHLI dan TERAMPIL sebagai Pelaut”
Kecakapan pelaut (Seamanship) .
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
untuk mencapai suatu tingkat keterampilan yang baik, perlu memperhatikan
hal sebagai berikut:
a. Faktor individu atau pribadi yaitu kemauan serta keseriusan dari individu
itu sendiri berupa motivasi yang besar untuk menguasai keterampilan
yang diajarkan.
b. Faktor proses belajar mengajar menunjuk kepada bagaimana kondisi
belajar dapat disesuaikan dengan potensi individu, dan lingkungan sangat
berperan dalm penguasaan keterampilan.
c. Faktor situasional menunjuk pada metode dan teknik dari latihan atau
praktek yang dilakukan.
Di kapal. Keahlian akan membuat seseorang ABK mampu
melakukan sesuatu sesuai dengan yang sudah diajarkan. Selain itu
keterampilan setiap orang harus terus diasah dan dikembangkan melalui
program pelatihan ataupun bimbingan. Pelatihan dan sebagainya harus
didukung oleh kemampuan dasar yang sudah dimiliki orang tersebut dalam
dirinya. Kemampuan dasar ini dapat menghasilkan sesuatu yang lebih
12

bermanfaat dan bernilai tambah bagi dirinya maupun bagi orang lain apabila
dikombinasikan dengan bimbingan ataupun pelatihan.
Menurut Adrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2011:50)
mengemukakan bahwa “Pelatihan (training) adalah suatu proses pendidikan
jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi,
pegawai atau karyawan non manajerial mempelajari pengetahuan dan
keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas”.
B. Tinjauan Umum Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Keselamatan Kerja
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, pengertian
keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebuah ilmu untuk antisipasi,
rekoginis, evaluasi dan pengendalian bahaya yang muncul di tempat kerja
yang dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan pekerja, serta
dampak yang mungkin bisa dirasakan oleh komunitas sekitar dan
lingkungan umum. (ILO 2008).
Menurut Gunawan, F. A, dkk mendefinisikan K3 sebagai tindakan
untuk mengendalikan risiko bahaya operasi/produksi (an action to control
the risk from operational hazard).
Dijelaskan bahwa tanpa memahami makna inti K3 ini, tidak
mengherankan jika upaya K3 tidak diperhatikan oleh petugas operasi
(pengawas).Lebih lanjut dijelaskan, bahwa:
a. Tidak mungkin pengendalian risiko bahaya operasi diserahkan
kepada petugas K3, karena risiko operasi muncul akibat kelemahan
pengelolaan operasi yang bukan kewenangan petugas K3. Semua
fungsi harus berkontribusi untuk mengendalikan risiko operasi.
13

b. Karena yang menjadi korban risiko operasi ini bukan petugas K3,
melainkan operasi dan teknik di lapangan, tanggung jawab utama
pengendalian risiko operasi ada pada manajemen operasi. Fungsi
dari petugas K3 hanya pendukung utama upaya pengendalian risiko
operasi.
Agar pengendalian risiko operasi berjalan dengan baik, upaya ini
harus dipadukan dalam seluruh siklus hidup operasi. Diawali saat
perancangan, pengadaan, pembangunan, operasi, hingga
pemeliharaan melalui penerapan sistem manajemen K3.
2. Peraturan undang-undang Keselamatan Kerja
a. Saat ini bukan cuma satu perundang-undangan saja yang mengatur
K3. Beberapa undang-undang K3 yang menjadi payung hukum
terselenggaranya praktik K3 di lingkungan kerja adalah:
1) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang menjadi
aturan pokok K3 karena membahas pengaturan kewajiban
perusahaan dan pekerja dalam menjalankan keselamatan kerja.
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
3) UU No. 23 tahun 1992 mengenai Kesehatan. Di dalamnya
tercantum kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan
fisik pekerja, baik yang baru maupun yang hendak dipindahkan
ke tempat kerja baru sesuai sifat dan jenis pekerjaan masing-
masing. Begitu pula dengan kebijakan pemeriksaan kesehatan
karyawan secara berkala dan kewajiban mengenakan alat
pelindung diri (APD) secara benar dan tepat sesuai peraturan.
4) UU No. 3 tahun 1992 mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
yang kemudian berubah menjadi Sistem Jaminan Sosial Nasional
sesuai UU No. 40 tahun 2004 dan salah satu poinnya membahas
jaminan kecelakaan kerja.
14

5) Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 mengenai Penyakit yang


Timbul Akibat Hubungan Kerja.
6) Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
7) .UU No. 13 tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan. Secara
khusus ada pasal 86 yang menekankan hak pekerja dalam
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
8) Pemerintah No. 50 tahun 2012 mengenai Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
9) Peraturan Presiden No.7 tahun 2019 mengenai Penyakit Akibat
Kerja.
10) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 tahun 2018 mengenai
K3 Lingkungan Kerja.
b. Peraturan-peraturan Yang Berkaitan Dengan Keselamatan Kerja
(Menurut Buku Badan Diklat Perhubungan, BST, Modul-4 : Personil
Safety and Sociaty Responsibility, Departemen Perhubungan Tahun
2000) antara lain;
1) Peraturan pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 tentang kesehatan
kerja.
2) prosedur (keselamatan) kerja pada suatu peralatan, pengoperasian
kapal, terminal dan lain-lain. Solas 2016, beserta amandement-
amandementnya yaitu mengenai keselamatan jiwa di laut.
3) STCW 2010, amandement 2010, yaitu mengenai standart
pelatihan bagi para pelaut.
4) ISM-Code, yaitu mengenai code internasional untuk keselamatan
pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran.
5) International Code of Practice, yaitu petunjuk-petunjuk tentang.

Semua peraturan ini memaksa perusahaan untuk mengembangkan


usaha keselamatan kerja yang dapat mengurangi terjadinya
kecelakaan atau insiden yang merugikan, jika tidak maka akan
15

mendapat tantangan dari lingkungan.


3. Fungsi K3 Dalam Lingkungan Kerja
Sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan di tempat kerja, K3
memiliki berbagai fungsi yang bermanfaat dalam meminimalisir berbagai
risiko kecelakaan kerja. Berbagai fungsi yang dimiliki oleh K3 ini sangat
bermanfaat baik bagi pekerja dan tempatnya bekerja dalam peningkatan
produktivitas. Berikut fungsi dari K3 dalam lingkungan kerja:
a. Sebagai Pedoman
Berkaitan dengan kepanjangan dari K3 yakni Keamanan, Kesehatan,
dan Keselamatan Kerja. K3 menjadi pedoman dalam segala aktivitas
di lingkungan kerja. Pedoman tersebut berkaitan dengan identifikasi
terkait risiko dan bahaya dalam bekerja.
Selain itu juga sebagai pedoman dalam melakukan pemantauan
kesehatan serta keselamatan para pekerja. Fungsi K3 sebagai pedoman
juga diperlukan dalam pembuatan desain, metode, serta prosedur
dalam pengendalian bahaya.
b. Sebagai Fungsi Pemberi Saran
K3 juga menjalankan fungsinya sebagai pemberi saran dalam berbagai
hal di lingkungan kerja. Saran tersebut diperlukan dalam proses
perencanaan dan proses organisasi. Selain itu, juga diperlukan saran
dari K3 dalam pembuatan desain tempat kerja serta pelaksanaan kerja.
Di samping itu, K3 juga sebagai pemberi saran dalam bidang
kesehatan dan keselamatan kerja. Saran tersebut berkaitan dengan
pelatihan, informasi, dan edukasi yang berkaitan dengan kedua bidang
tersebut.
c. Sebagai Acuan Pengukuran Efektivitas
K3 berfungsi sebagai acuan dalam mengukur efektivitas dalam
berbagai tindakan program pengendalian bahaya di lingkungan kerja.
Pengendalian tersebut berkaitan dengan keamanan dalam bekerja.
Oleh karena itu, K3 juga memiliki standar yang digunakan sebagai
16

acuan dalam pengukuran efektivitas kegiatan kerja.


4. Tujuan K3
a. Tujuan keselamatan kerja terdiri dari tiga, yaitu:
1) Melindungi keselamatan karyawan dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produktivitas nasional.
2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat
kerja.
3) Memelihara sumber produksi dan mengatur penggunaannya
secara aman dan efisien.
b. Tujuan Kesehatan Kerja Terdiri dari Empat, antara lain:
1) Menjaga serta meningkatkan kesehatan masyarakat pekerja di
segala jenis lapangan pekerjaan setinggi mungkin, baik dalam hal
fisik maupun mental, serta kesejahteraan sosial.
2) Mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat
pekerja akibat keadaan atau kondisi di lingkungan kerjanya,
misalnya kecelakaan akibat kerja.
3) Memberikan perlindungan kepada para pekerja ketika
melaksanakan pekerjaan dan kemungkinan terjadinya bahaya
karena faktor yang membahayakan kesehatan di tempat kerja.
4) Menempatkan pekerja di suatu lingkungan pekerjaan berdasarkan
kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya serta keterampilannya.
Penerapan K3 menurut PP No. 50 Tahun 2012 dilakukan melalui
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Penerapan Sistem Manajemen K3 bertujuan untuk:
1) Meningkatkan efektivitas kegiatan perlindungan K3, secara
terstruktur, terencana, dan terintegrasi.
2) Mengurangi dan menghindarkan risiko kecelakaan dan penyakit
sehubungan dengan aktivitas pekerjaan, dengan melibatkan
seluruh unsur di tempat kerja.
17

3) Menciptakan keamanan dan kenyamanan lingkungan kerja,


mewujudkan efisiensi, serta meningkatkan produktivitas.
Setiap poin dalam tujuan K3 ini saling berkaitan satu sama lain.
Penerapan SMK3 baru dinyatakan berhasil apabila ketiga tujuan
tersebut dapat tercapai seluruhnya.
5. Manfaat K3
Manfaat Penerapan K3 tidak hanya berlaku bagi para pekerja di internal
perusahaan, tetapi juga terkait dengan pengaruhnya terhadap lingkungan
eksternal. Cakupannya pun cukup luas, meliputi kesehatan fisik dan
mental, serta sosial.
a. Manfaat K3 bagi Pekerja
Di lingkungan internal perusahaan, karyawan dapat memahami
bahaya dan risiko pekerjaannya, mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, bertindak dalam situasi darurat, serta melaksanakan hak dan
kewajibannya berkaitan dengan peraturan K3.
Tentunya, penerapan tersebut juga akan bermanfaat secara personal.
Mereka dapat tetap memiliki penghasilan dan berkontribusi terhadap
ekonomi keluarga. Selain itu, penerapan K3 juga dapat
menghindarkan dirinya dari penyakit yang mungkin terbawa dari
lingkungan kerja
b. Manfaat K3 bagi Perusahaan
Bagi perusahaan, penerapan K3 memungkinkan produktivitas tetap
optimal dalam berbagai keadaan. Secara finansial, K3 membantu
mengurangi pengeluaran, terutama untuk biaya kesehatan dan asuransi
karyawan.
Di samping itu, perusahaan juga akan mendapatkan citra positif dari
masyarakat. Dari pemerintah, karena penerapan K3 merupakan kewajiban
yang telah diregulasi secara khusus. Atau dari masyarakat umum yang
akan memberikan kepercayaan lebih, bahkan penghargaan bagi perusahaan
yang menerapkan SMK3 dengan baik.
18

6. Usaha Perusahaan Untuk Menciptakan Keselamatan Kerja


Dalam mewujudkan K3, perusahaan atau pemberi kerja perlu mengikuti
sejumlah prinsip berikut:
a. Menyediakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.
b. Menyediakan buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya
c. Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
d. Menyediakan tempat kerja yang aman sesuai standar syarat-syarat
lingkungan kerja (SSLK). Contohnya, tempat kerja steril dari debu
kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan,
kebisingan; aman dari arus listrik; memiliki penerangan yang
memadai; memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang seimbang; dan
memiliki peraturan kerja atau aturan perilaku di tempat kerja.
e. Menyediakan penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat
kerja.
f. Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap di tempat kerja.
g. Memiliki kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
h. Membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
7. Kewajiban Dan Hak Pekerja Terkait (K3)
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut;
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan.
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
19

ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang


masih dapat dipertanggung-jawabkan.
8. Kecelakaan Kerja
a. Teori Heindrich/Teori Domino
Menurut buku Industrial Safety dalam (Pratiwi, 2012)kecelakaan kerja
adalah “Kejadian tak terkontrol atau tak direncanakan yang
disebabkan oleh faktor manusia, situasi atau lingkungan yang
membuat terganggunya proses kerja dengan atau tanpa berakibat pada
cedera, sakit, kematian, atau kerusakan properti kerja.” Menurut Teori
Domino (1969) dalam (Pratiwi, 2012)kecelakaan terdiri atas lima
faktor yang saling berhubungan yaitu kondisi kerja, kelalaian manusia,
tindakan tidak aman, kecelakaan, dan cedera. Teori Domino ini jika
dijelaskan seperti kartu yang disusun tegak jika satu kartu jatuh, maka
kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh
secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita
kenal sebelumnya, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan
memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan
lain. Menurut Heinrich dalam teori Domino ini kunci untuk mencegah
kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman
sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan.
b. Multiple Factor Theories
Dalam jurnal (Winarsunu, 2008) faktor-faktor yang berkontribusi
mencakup 4M, yaitu man, machine, media, dan management. Faktor
man atau manusia meliputi usia, gender, kemampuan, keterampilan,
pelatihan yang pernah diikuti, kekuatan, motivasi, keadaan emosi, dan
lain-lain. Faktor media meliputi lingkungan kerja misalnya suhu,
kebisingan, getaran, gedung, jalan, ruang kerja, dan sebagainya.
Faktor machine atau mesin meliputi ukuran, bobot, bentuk, sumber
energi, cara kerja, tipe gerakan, dan bahan mesin itu sendiri.
Sedangkan faktor management adalah konteks dimana ketiga faktor
20

berada dan dijalankan, meliputi gaya manajemen, struktur organisasi,


komunikasi, kebijakan dan prosedur-prosedur lain yang dijalankan di
organisasi.
Dari kedua teori kecelakaan kerja tersebut dapat disimbulkan
bahwa yang menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu faktor
manusia dan lingkungan. Namun, kedua teori tersebut menjelaskan
bahwa faktor yang mendominasi kecelakaan kerja adalah faktor tidak
aman dari manusia (Unsafe Action). Faktor-faktor yang menjadi
pendukung atau penyebab tidak amanantara lain tidak seimbangnya
fisik (tidak sesuai kekuatan dan jangkauan, posisi tubuh salah,
kepekaan tubuh dan panca indra,cacat fisik dan cacat sementara),
kurang pendidikan atau pelatihan (pengalaman pelatihan/training oleh
pekerja), penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) tidak benar, human
error (tidak melakukan pengamanan sesuai SOP (Standar Operasional
Prosedure), menjalankan alat tanpa perintah,menggunakan alat yang
rusak, dan tidak mengembalikan alat seperti semula), karaktertistik
(usia, gender, massa kerja,tingkat pendidikan, status kerja), beban
kerja antara lain (tekanan batas waktu yang diberikan untuk
mengerjakan tugas dan aktifitas mental), kemampuan dan ketrampilan
(kemampuan dan ketrampilan dalam menguasai bidang pada
pekerjaan tersebut), kekuatantubuh (kebutuhan dalam aktifitas fisik),
kurang motivasi antara lain (tidak ada umban balik, terlalu tertekan,
tidak mendapat pujian dari hasil karya).
9. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Bahwa kerugian-kerugian yang timbul akibat kecelakaan adalah sebagai
berikut :
a. Kerugian terhadap ABK (Anak Bua Kapal)
Kalau seorang ABK (Anak Bua Kapal) meninggal dalam kecelakaan
maka keluarganya akan kehilangan pencari nafkah. Bagaimana
besarnya uang ganti rugi, kehilangan kepala keluarga tak dapat diganti
21

dan tak dapat dinilai dengan uang. b. Kalau seorang cacat dalam
pekerjaan, maka ia tidak dapat lagi melakukan pekerjaan seperti sedia
kala dan sukar untuk mendapat kemajuan. Cacatnya akan menjadi
penghalang
b. Kerugian terhadap pengusaha
Kerugian terhadap pengusaha Tidak semua kecelakaan membawa
korban jiwa manusia akan tetapi juga membawa kerugian bagi
perusahaan, antara lain : a. Kerugian langsung 1) Ongkos pertolongan
pertama 2) Ongkos perawatan dan pengobatan 3) Pembayaran
kerugian jika buruh menderita cacat 4) Pembayaran gaji buruh selama
tidak dapat bekerja 5) Biaya perbaikan mesin/alat produksi b.
Kerugian tersembunyi 1) Kehilangan waktu kerja : dengan adanya
seseorang atau beberapa buruh yang menderita kecelakaan, maka
buruh-buruh yang lain ikut menolong sehingga perusahaan kehilangan
waktu untuk bekerja. 2) Kerugian pada barang modal (mesin) alat-alat
kerja dan bahan baku. 3) Pembayaran upah untuk penggantian si
korban dengan akibat menurunnya hasil karena pengganti belum
terlatih dengan baik.
10. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan KecelakaanMenurut ILO (1989:20) berbagai cara yang
umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja bidang industri
:
a. PeraturanPeraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi.
Peraturan di industri meliputi kondisi kerja umum, perancangan,
kontruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian
peralatan industri, kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan,
pengawasan kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan
kesehatan.
b. StandarisasiYaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi,
ataupun tidak resmi, misalnya jika dikaitkan dengan dunia
22

industricontohnya konstruksi yang aman dari jenis peralatan industri


tertentu seperti penggunaan alat keselamatan kerja, kebiasaan yang
aman dan sehat, ataupun tentang alat pengaman perorangan.
c. PengawasanPengawasan dilakukan supaya peraturan yang ada
benar-benar dipatuhi atau tidak dilanggar, sehingga apa yang
menjadi sasaran maupun tujuan dari peraturan keselamatan kerja
dapat tercapai. Terutama pengawasan terhadap para pekerja untuk
menghindari kecelakaan kerja.
d. PendidikanPendidikan sangat berpengaruh terhadap karakteristik
serta perilaku seseorang. Pendidikan juga berpengaruh terhadap
angka kecelakaan kerja. Pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan
lebih tinggi maka dalam bekerja lebih teliti dan berhati-hati karna
ilmu yang didapat lebih dari pekerja yang pendidikan rendah.Maka
dari itu perlu adanya seleksi dan pelatihan guna mengurangi hal-hal
yang menyebabkan kerugian
e. Pelatihan atau trainingSalah satu contoh pelatihan yaitu berupa
pemberian instruksi praktis bagi para pekerja, khususnya bagi
pekerja baru dalam hal keselamatan kerja. Perlunya pemberian
pelatihan karena pekerja baru cenderung belum mengetahui hal-hal
yang ada di perusahaan yang baru ditempatinya.
Pemberian pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
diharapkan sebelum terjun ke dunia kerja sudah memiliki bekal terlebih
dahulu tentang bagaimana cara dan sikap kerja yang yang aman dan
selamat, sehingga ketika terjun ke dunia kerja mereka mampu menghindari
potensi bahaya yang dapat menyebabkan celaka.
C. Faktor Manusia
1. Kurangnya Pengetahuan,pemahaman dan Keterampilan ABK Deck dan
ABK mesin tentang prosedur kerja
a. ABK Kapal yang belum berpengalaman Pendidikan formal saja tidak
dapat di andalkan untuk mempercepat atau memperlancar proses
23

keahlian yang dibutuhkan, pendidikan formal yang sifatnya sangat


umum itu baik sekali untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang
terampil supaya kelak dapat melibatkan diri di dalam proses keahlian
itu, akan tetapi yang dibutuhkan di sini adalah tenaga kerja yang
terampil sesuai dengan bidang profesi yang digelutinya yakni
pelaksanaan kerja di kapal, dengan tingkat kompetensi dan
profesionalisme sehingga dapat menyesuaikan diri di dalam era
globalisasi dan kemudian dapat memenangkan persaingan yang
semakin ketat. Menempatkan ABK yang terdidik saja tidak dapat
menjamin bahwasanya ABK itu bisa langsung menguasai pekerjaannya
di atas kapal, akan tetapi ABK tersebut seyogyanya juga dibekali
dengan pengalaman yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kapalnya,
sehingga dalam tugasnya kelak ABK tersebut akan dapat langsung
memahami dan menguasai apa yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya. Peralatan kerja, di atas kapal supply memiliki kekhususan
yang disesuaikan dengan sifat pekerjaan dari jenis kapal supply yang
berkaitan dengan daerah operasinya di lokasi kerja. Penggunaan dari
pada alat-alat peralatan kerja tersebut harus benar-benar di kuasai oleh
ABK di dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya sehingga pada
pelaksanaan kerja dibutuhkan personel yang benar-benar terampil untuk
melaksanakan kerja dan dituntut untuk mampu dan mengetahui akan
tugas serta berpengalaman dibidangnya sesuai dengan jabatan, di atas
kapal Seringnya terjadi hambatan-hambatan pada saat pelaksanaan
kerja yang disebabkan oleh sumber daya manusia yang kurang mampu
dan berpengalaman dalam pelaksanaan kerja baik perwira maupun
ABK, masalah ini timbul disebabkan:
a) Perusahaan yang tidak selektif dalam memilih atau menerima ABK
kapal yang akan naik kapal.
b) Tidak tersedianya waktu yang cukup untuk melaksanakan
pengenalan (Familiarisasi) alat kerja dan alat keselamatan.
24

c) Belum ada atau jarangnya perusahaan yang memberi


pelatihanpelatihan kepada ABK yang baru diterima.
b. Kurangnya pelatihan khusus untuk kapal - kapal offshore bagi ABK
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa di sekolah pelayaran hanya
secara umum mempelajari jenis-jenis ilmu pelayaran secara umum
seperti kapal-kapal cargo, container, tanker and passenger tapi belum
ada tempat pendidikan yang membuka program khusus untuk kapal-
kapal khusus seperti anchor handling dan survey. Satu-satunya sumber
yang dapat dikembangkan adalah sumber daya manusia, jika peralatan
kerja yang sering digunakan semakin hari akan semakin berkurang
fungsinya jika tidak di berikan perawatan yang baik, sedangkan
sumberdaya manusia berkembang sebaliknya setiap hari sumber daya
manusia itu semakin terampil dan berpengalaman, hanya sumber daya
manusialah yang dapat berkembang ditingkatkan dan dibina sepanjang
ia mampu. Sumber daya manusia yang berhubungan dengan tingkat
kompetensi ABK memegang peranan yang sangat penting dalam
pengoperasian kapal sesuai dengan pengalaman yang pernah penulis
alami pada saat pelaksanaan anchor handling di atas kapal SV. Alliant
Radiant 7 alami di atas kapal saat ABK kamar mesin mengerjakan
pengelasan pipa air pendingin laut motor bantu ABK mesin tidak
menggunakan perlengkapan keselamatan pada waktu mengelas hingga
terkena percikan las yang mengakibatkan luka bakar ringan pada kulit
tangan dan radang mata. Ini dikarnakan dari faktor sumber daya
manusia yang kurang terlatih dimana sebagian ABK maupun perwira
kapal yang ada di atas kapal belum begitu memahami pekerjaan dan
tanggung jawab masing-masing sehingga dapat menimbulkan
kecelakaan, bahkan ancaman kecelakaan kerja yang fatal dan dapat
merugikan semua pihak, baik perusahan pemilik kapal, pencharter
bahkan ABK yang bekerja di atas kapal. Untuk bekerja di atas kapal
diperlukan sumber daya manusia yang terlatih dan terampil di
25

bidangnya dalam pengoperasian serta memiliki tingkat kesulitan dan


resiko yang sangat tinggi.
2. Kurangnya kedisiplinan ABK terhadap pentingnya mengikuti prosedur
penggunaan peralatan kerja

Kurangnya kontrol kerja terhadap ABK pada penggunaan peralatan


kerja dalam urutan susunan crew di atas kapal kita mengetahui bahwa crew
kapal terdiri dari perwira dan rating. Perwira bertugas untuk memastikan
pekerjaan yang diberikan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik dan
mengawasi kerja dari ABK deck maupun ABK mesin agar operasi kapal
dapat berjalan lancar, tanpa adanya kontrol dari perwira, maka ABK yang
bertugas sebagai pelaksana lapangan akan bekerja dengan seenaknya sendiri
tanpa mengikuti prosedur yang ada. Walaupun sebelum memulai suatu
pekerjaan diadakan tool box meeting dan risk assessment yang menyebutkan
beberapa hal tentang prosedur yang harus dilakukan secara bertahap dan
sesuai dengan urutannya. Untuk itu selama proses penyelesaian pekerjaan
secara tidak langsung di kontrol oleh sistem kerja tersebut dan hal tersebut
akan mengakibatkan banyaknya kecelakaan yang terjadi di atas kapal.

D. Ruang Mesin
1. Ruang Mesin ( Engine Room ) Lingkungan Keja
a. Ruang Mesin ( Engine Room ) adalah ruang di mana dipasang mesin-
mesin kapal dengan berbagai fungsi, Ruang Mesin ( Engine Room )
merupakan jantung kapal karena di dalamnya terdapat mesin-mesin yang
vital bagi operasional.
Secara sebagai berikut:garis besar yang ada di ruang mesin
1) Engine Control Room ( ECR)
2) Mesin Utama (Main engine)
3) bantu (Auxiliary Engine)
4) Ruang kerja/Bengkel workshop,dll.
Ini semua di kelolah oleh ABK (anak bua mesin) yang bertanggung
jawap atas pengoperasiannya , inilah alasan mengapa kesalahan
26

manusia menjadi penyebab utama kecelakaan terkait kegagalan ruang


mesin. Oleh karena itu prosedur ,poster,atau tanda peringatan dan
panduan terjait peralatan permesinan yang sangat penting harus di ikuti
secara ketat untuk meningkatkan krselamatan personel diatas kapal
meminimalkan kesalahan manusia.beberapa faktor kerja dan
lingkungan kerja sebagai berikut;
1) Ketersedianan dan kesesuaian alat kierja ;
Pekerjaan Overhaul mesin kapal, mesin diesel merupakan bagian
penting dalam sebuah kapal untuk dapat menggerakkan kapal maka
itu sebuah mesin kapal perlu dilakukan perawatan untuk menjaga
performannya agar tetap berfungsi secara normal,jenis overhaul yang
di kerjakan di kapal SV.Allianzradiant 7 berdasarkan jam kerja
mesin batu no.1 yaitu top overhaul dimana perbaikan bagian atas
mesin bantu no.1 melakukan pemeriksaan,pembersihan dan
penggatian beberapa komponen . sebelum melakukan top overhaul
harus dipastikan prosedur Top overhaul mesin bantu,peralatan kerja
dan peralatan keselamatan kerja dan sebelumnya harus dipastikan
bahwa semua alat - alat penunjang harus dalam kondisi baik dan siap
digunakan baik dari peralatan untuk top overhaul sampai alat-alat
pelindung keselamatan kerja dan semua ABK yang bekerja di
ruangan mesin menggunakan alat keselamatan kerja yang lengkap
(PPE).

2) Faktor lingkungan kerja yang tidak aman ( tidak sesuai standar )


juga dapat menjadi salah satu penghambat dalam pekerjaan ini
dimana kontruksi ruangan mesin sempit dan tidak tetata dengan baik
hingga pengaruh bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap
ABK kamar mesin bekerja
3) seperti gangguan terhadap pekerjaan saat melakukan top overhaul,
gangguan komonikasi, ancaman keselamatan kerjadan menurunnya
performan kerja, kurang kosentrasi dalam bekerja,dan ganguan
27

emosional. Dalam kasus ini Keoala Kamar Mesin (KKM) sebagai


seorang pemimpin diruangan mesin kapal harus mampu menjaga
suasana selalu kondusif, aman dan nyaman agar tidak terjadi
ketegangan ketika sedang melakukan suatu pekerjaan.

b. Prosedur Kerja di Ruang Mesina.


a) Semua Staf Ruang Mesin harus berpakaian sesuai dan harus
memakai baju kerja, sepatu keselamatan, sarung tangan, kacamata
dan helm sesuai matriks VMS PPE.
b) Ruang Mesin dan ruang mesin harus tetap bersih, rapi dan sebebas
mungkin dari noda atau sumber minyak/bahan bakar, yang
semuanya harus diidentifikasi dan dihilangkan.
c) Untuk mencegah kebakaran, setiap kemungkinan sumber panas
yang tidak dapat dikendalikan harus dilindungi dan setiap
kebocoran bahan bakar harus dibersihkan dan sumbernya harus
diidentifikasi dan dihilangkan.
d) Kaleng pengumpul kebocoran minyak, baki atau alat pengumpul
sementara lainnya tidak diperbolehkan. Simpan-semua di sekitar
tangki dan mesin harus selalu dijaga kebersihannya dan baki
drainase bersih.
e) Kain kotor, limbah kapas, dll. harus dibuang dan semua limbah
tersebut harus dikumpulkan dan dibuang sesuai dengan instruksi
yang ditetapkan dalam Prosedur Keselamatan dan Lingkungan.
f) Perhatian khusus harus diberikan oleh semua Perwira Insinyur
terhadap katup, flensa, kantong termometer, pengukur tekanan dan
elemen lain yang mungkin lepas, pada pipa bertekanan bahan bakar
dan minyak pelumas, yang mengakibatkan semprotan cairan yang
mudah terbakar ke permukaan yang panas.
g) Perhatian khusus terhadap potensi bahaya ini diperlukan di ruang
mesin tak berawak di mana mereka dapat tetap tidak terdeteksi
untuk waktu yang lama.
28

h) Tingkat pengisian maksimum untuk tangki tersebut harus


diidentifikasi yang menyisakan margin keamanan untuk ekspansi
ini. Level ini harus dicatat pada daftar periksa.
i) Bengkel harus dijaga dalam kondisi bersih dan rapi dengan semua
alat disimpan dalam keadaan baik.
j) Area yang digunakan untuk pengelasan dan mematri harus
ditentukan dengan jelas dan dilengkapi dengan sarana yang
diperlukan untuk mencegah kecelakaan dan kebakaran.
k) Botol oksigen dan asetilena harus disimpan di luar ruang mesin dan
area akomodasi. Mereka tidak boleh disimpan bersama tetapi
dipisahkan dan diikat dengan aman. Loker yang berisi botol gas
harus diidentifikasi dengan benar.
l) Bahan kimia harus digunakan sesuai dengan instruksi pembuatnya
termasuk pedoman apapun mengenai penggunaan pakaian
pelindung
m) Informasi tentang perawatan medis yang harus diikuti jika terjadi
kecelakaan harus dipasang di tempat yang tepat. Lembar data
produk harus disimpan dengan bahan kimia beserta pakaian
pelindung yang sesuai. Seorang petugas harus ditunjuk untuk
bertanggung jawab atas pengelolaan bahan kimia.
n) Chief Engineer harus memastikan bahwa semua pemeriksaan dan
tindakan pencegahan untuk menghindari sengatan listrik dilakukan
oleh Electrical Engineer Officer. Kabel telanjang, terputus/usang
atau peralatan listrik terbuka tidak diperbolehkan di dalam pesawat.
Semua peralatan listrik harus dilindungi dan setiap situasi yang
berpotensi berbahaya segera dilaporkan kepada Chief Engineer dan
diperbaiki oleh Engineer Officer.
o) Insinyur Kelistrikan (ETO) harus memeriksa area akomodasi
termasuk kabin secara berkala untuk memastikan bahwa tidak ada
29

masalah yang berpotensi bahaya yang dapat terjadi akibat


penggunaan peralatan yang tidak sah atau perubahan kabel listrik.
p) alat angkat harus diuji secara berkala sesuai aturan yang berlaku
dan/atau rekomendasi pembuat, di bawah pengawasan Chief
Engineer yang harus memelihara catatan yang sama yang mencakup
sertifikasi. Balok, gendongan, dan peralatan serupa harus dirawat
dalam kondisi baik dan disimpan secara terpisah.
Harapan yang didefinisikan dengan jelas. Penting bagi pelaut
di semua tingkatan organisasi untuk memahami dengan jelas apa itu
diharapkan dari mereka dan standar apa yang diperlukan.Di setiap
kapal:
1) Perusahaan memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk
membangun sistem manajemen keselamatan dan kebijakan dan
program kesehatan dan keselamatan kerja, dan untuk memastikan
bahwa master tersebut dilengkapi dengan sumber daya dan
fasilitas yang diperlukan untuk mengoperasikan kapal dengan
aman dan dalam sesuai dengan kebijakan dan prosedur Perseroan.
2) Nakhoda bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan dan
prosedur Perusahaannaik ke kapal, dan melaporkan segala
kekurangan kepada manajemen berbasis darat untuk pembetulan.
3) Setiap orang di kapal memiliki tanggung jawab atas kesehatan
dan keselamatan kerja mereka sendiri dan orang lain, antara lain:
a) Mematuhi instruksi, prosedur keselamatan dan tindakan lain
yang ada untuk keselamatan mereka sendiri atau orang lain.
b) Melaporkan setiap cacat pada peralatan atau kondisi tidak
aman kepada orang yang bertanggung jawab, dan
c) tidak mengganggu atau mengubah perangkat keselamatan apa
pun yang disediakan di kapal.
Semua anggota Crew harus memiliki deskripsi pekerjaan.
Selain itu, setiap pelaut harus merasa percaya diri untuk
30

berhenti bekerja jika mereka merasa tidak aman – terkadang


dikenal sebagai 'otoritas berhenti bekerja'.
Penting bahwa proses induksi yang komprehensif dan jelas
dilakukan, sehubungan dengan Persyaratan khusus perusahaan dan
kapal, untuk setiap anggota awak yang bergabung. Itu induksi harus
digunakan untuk menjelaskan peraturan dan harapan dalam format yang
mudah dipahami. Semua anggota kru harus diberikan salinan atau
ikhtisar aturan yang sesuai mereka, bersama dengan informasi di mana
informasi lengkap dapat ditemukan. Contohnya aturan dapat mencakup:
a. buku pegangan Perusahaan.
b. buku panduan kapal; dan
c. kartu saku.
Harus ada kebijakan, prosedur, dan aturan keselamatan yang
jelas dan ringkas yang terkandung di dalamnya sistem manajemen
keselamatan dan dokumentasi terkait. Ini harus ditinjau secara teratur
untuk memastikan bahwa mereka sesuai, tetap berlaku dan dapat
dikomunikasikan kepada crew dengan berbagai cara antara lain:
a. selama induksi Perusahaan dan kapal.
b. sebagai bagian dari program pelatihan on-board dan eksternal
c. melalui pengawasan dan pemantauan di kapal dan
d. dalam rapat komite keselamatan.
Pelaut perlu menyadari apa yang terjadi jika aturan tidak diikuti.
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan kebijakan budaya yang adil
seperti yang dijelaskan di bawah ini dan memastikan bahwa semua
orang mengetahui Kode Etik Perilaku untuk Merchant Navy.
Rencana perbaikan dengan target dan sasaran yang dapat
dicapai dengan jelas berguna dalam pengelolaan berkelanjutan dan
perbaikan berkelanjutan. Adalah penting bahwa rencana ini
dikomunikasikan dengan baik dan itu semua pelaut terlibat, baik dalam
pengembangan maupun pelaksanaannya. Rencana perbaikandapat
31

berdiri sendiri atau dimasukkan ke dalam alat perencanaan lainnya.


Mereka harus digunakan untuk mengatur prioritas dan mengukur
kemajuan.
2. Alat Keselamatan Kerja Di Kapal:
a. Keselamatan kerja adalah prioritas utama untuk seorang pekerja,
termasuk seorang pelaut ketika bekerja di kapal. Perusahaan mesti
memastikan bahwa karyawannya sudah mengikuti prosedur keamanan
serta aturan yang berlaku. Agar keamanan maksimal bisa di capai,
langkah dasarnya ialah dengan memastikan bahwa seluruh awak kapal
menggunakan alat pelindung diri. Berikut ini alat pelindung diri apa
saja yang mesti di gunakan oleh awak kapal :
1) Topi pengaman/helm safety
2) Pakaian Pelindung./coverall safety
3) Kacamata safety
4) Penyumbat telinga/Ear plug
5) Penutup telinga
6) Sarung Tangan Safety
7) .Safety Harness
8) Sepatu Safety
9) Welding perisai

b. Fungsi Alat Keselamatan Kerja yang Paling Utama Di Kapal;

Gambar 2.1. Helm Safety

Bagian paling penting dari tubuh ialah bagian kepala. Maka


32

dari itu di perlukan perlindungan terbaik untuk kepala salah satunya


yaitu dengan menggunakan helm Safety. Alat ini berguna melindungi
kepala dari kejatuhan benda tajam, keras dan lainnya.

Gambar 2.2.Pakaian Pelindung/coverall

Alat pelindung ini berguna untuk melindungi tubuh pekerja dari


bahan-bahan yang berbahaya semisal terkena percikan minyak panas,
tergores benda tajam, percikan pengelasan dan hal lainnya yang bisa
membahayakan tubuh.
Gambar 2.3.Goggles/kacamata safety

Bagian paling sensitif dari tubuh ialah mata. Alat pelindung diri
goggles berfungsi untuk melindungi mata dari benda tajam, ataupun
benda lainnya.

Gambar 2.4.Ear plug


33

Di dalam ruang mesin kapal menghasilkan suara sekitar 110 hingga


12 db. Nilai tersebut merupakan frekuensi udara yang amat tinggi untuk
telinga. Bahkan hanya beberapa menit saja bisa mengakibatkan sakit
kepala, iritasi, serta gangguan pendengaran. Ear plug akan melindungi
telinga terhadap suara keras.

Gambar 2.5Ear plug (penyumbat telinga besar)

merupakan alat untuk menyumbat atau penutup telinga yang bertujuan


melindungi dan mengurangi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga,
lebih lanjut alat ini juga sebagai penurun intensitas suara hingga
mencapai 30db ditambah penggunaanya yang praktis.

Gambar 2.6.Sarung Tangan Safety.

Semua awak yang berada di kapal mesti menggunakan sarung tangan


Safety, sebab alat ini akan melindungi tangan dari panasnya mesin, benda
tajam ataupun benda lainnya yang bisa mencederai tangan. Apabila
tangan awak luka tentu kinerjanya tidak akan maksimal.

Gambar 2.7.Safety Harness


34

Di dalam kapal terdapat sejumlah perbaikan baik itu di dasar maupun di


permukaan yang tinggi. Untuk menghindari supaya tidak terjatuh dari
area perbaikan yang tinggi tersebut mesti menggunakan Safety Harness.
Alat ini berguna sebagai pelindung jatuh sewaktu berada di ketinggian.
Gambar 2.8. Sepatu Safety

Umumnya ruang internal kapal berisikan benda tajam serta mesin-mesin


yang terbuat dari bahan logam keras. Dengan menggunakan sepatu
Safety, kaki pun akan terlindungi dan berjalan pun tidak akan canggung.

Gambar 2.9.Welding perisai


35

Pengelasan merupakan kegiatan yang umum dilakukan di kapal


untuk sejumlah perbaikan. Welding perisai ini berguna untuk melindungi
mata dari kontan langsung dengan sinar ultraviolet yang berasal dari
percikan las.
E. Manajemen Perusahaan Pelayaran
HM. Thamrin. AR (2015) menyebutkan bahwa tugas wewenang dan tanggung
jawab perusahaan pelayaran yang diatur dalam ISM code mempunyai cukupan
luas, antara lain :

1. Kebijakan keselamatan dan perlindungan lingkungan.


2. Wewenang dan tanggung jawab perusahaan.
3. Wewenang dan tanggung jawab Nahkoda.
4. Sumber daya dan potensial
5. Kesiapan menghadapi keadaan darurat
6. Perawatan kapal dan peralatannya
7. Dokumrentasi , sertifikasi, vertifikasi dan pengawasan , tujuan ssistem
ISM-CODE ( Internasional Safety Management Code ) dalam
keselamatan operasional kapal dan pencegahan kecelakaan kapal untuk
1) Memastikan keselamatan di laut.
2) Mencegah kecelakaan manusia/hilangnya nyawa/jiwa.
3) Menghindari kerusakan-kerusakan lingkungan yang di akibatkan
kecelakaan dan pencemaran di laut
4) Menjaga muatan barang yang di angkut dan konstruksi kapal.
36

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. LOKASI KEJADIAN
Adapun lokasi kejadian, di kapal SV. Allianz Radiant 7 jenis kapal
OSV/MSV milik ALLIANZ MIDDLE EAST LCC yang stanby (Off charter)
di Abudhabi.sedang melakukan perawatan (maintenence) AE no. 1, kejadian
ini terjadi pada saat melakukan Top overhaul di jetty Ali & Sons Marine
Engineering Fictory Abu Dahbi.
Table 2.10. Daftar kecelakaan kerja yang pernah terjadi di atas kapal
SV.Allianz Radiant 7.
Oiler Penyebab Akibat Lokasi
Kerja
Oiler 1 1.kurangnya 1.Ancaman Di atas kapal
pemahaman ABK keselamatan kerja SV.Allianz
terhadap terhadap ABK radiant 7
keselamatan kerja mesin.
2. ABK mesin acuh taka 2. memperlambat
acuh betapa pentingnya suatu kerjaan.
keselamatan kerja. 3. rusaknya
3. kurangnya batang torak AE
kedisiplinan & no.1
keterampilan ABK 4. merugikan
mesin. pihak perusahaan
Oiler 1.tidak menggunakan 1.ancaman Di atas
2 PPE karna alasan hanya keselamatan kapal
sebenta. kerja. SV.Allianz
2. ABK mesin acuh 2. luka bakar radiant 7
tak acuh terhadap ringan di bagian
pentingnya tangan terkena
keselamatan kerja. percikan api pada
saat mengelas
Sumber ; SV.allianz radiant 7.
37

Dari beberapa kejadian yang di paparkan di atas, penulis mencoba


Analisa penyebab terjadinya kecelakaan di kamar mesin SV.Allianz Radiant 7,
karna kurangnya pengetahuan, pemahaman dan kedisiplinan ABK tentang
prosedur kerja dan keselamatan kerja di kapal ( kamar mesin).

B. SITUASI DAN KONDISI


1. Pemahaman ABK Terhadap Keselamatan Kerja
SV. Allianz Radiant 7 dilengkapi dengan 2 (dua) unit mesin induk
tipe Cummin KTA50-M2 2 X 1600 BHP pada putaran 1800 rpm. sandar di
jetty Ali & Sons Marine Enggineering Abu di intruksi dari kantor
ALLIANZ MEDDLE EAST yang mana jam kerja motor diesel Bantu
nomor 1 sudah mencapai jam kerja antara 2000 – 4000 jam untuk overhaul
setelah diadakan persiapan seadanya untuk mengangkan bagian bagian dari
motor Bantu pada saat cylinder head diangkat ruang kerja cylinder head tiba
- tiba terlepas dan terjatuh nyaris menimpah salah seronag ABK mesin yang
berada disampin. Setelah dianalisa apa yang mengakibatkan ABK mesin
tersebut tidak memakai sarung tangan dan memakai sandal pada waktu
menaiki tangga. Dari kejadian diatas apa yang dikerjakan oleh ABK mesin
dalam persiapan pekerjaan tidak memperhatikan keselamatan kerja. ABK
hanya mementingkan cepat selesainya pekerjaan tapi tidak berpikir
keselamatan kerja.
ABK yang berada diatas kapal SV. Allianz Radiant 7adalah ABK yang
kurang memahami tentang prosedur kerja diatas kapal, kurang mengerti
tentang jaminan keselamatan melalui prosedur kerja. ABK kurang
memahami kegunaan dari keselamatan kerja terlihat dari mulai
mempersiapkan sampai pelaksanaan pekerjaan dan tidak memperhatikan
resiko yang akan terjadi yang berhubungan dengan factor keselamatan
kerja.Hal ini karena ABK cenderung ingin melakukan proses kerja secara
terburu – buru dan cepat serta menurut caranya sendiri, keadaan diatas
memperlihatkan kurangnya pengetahuan dan pelatihan pada prosedur kerja.
38

2. Perlengkapan Keselamatan Kerja


Kepala Kamar Mesin dan Masinis dua sangat diperlukan untuk
meningkatkan semangat atau kinerja dari ABK. Dikapal SV. Allianz
Radiant 7 ABK bersifat acuh tak acuh dengan perlengkapan keselamatan
kerja untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan diatas kapal karena Perwira
Senior kurang mengawasi ABK juga kurang memberi mereka pangertian
tentang pentingnya menggunakan perlengkapan kerja apabila akan dan
selama bekerja diatas kapal.
Kendala yang terjadi, pelaut pelaut Indonesia kurang memiliki motivasi dan
tanggung jawab yang memadai, karena sebagai seorang pelaut muda mereka
merasa mampu untuk bekerja walaupun tidak mengikuti petunjuk prosedur
kerja. Contoh kasus, ketika memulai pekerjaan seorang ABK mesin di
wajibkan menggunakan safety helmed ( topi pengan) dan safety shoes
(sepatu kerja ) serta sarung tangan dengan benar tetapi selalu mengabaikan
dan tidak tersedianya peralatan pendukung keselamatan kerja sehingga
ABK menganggap semua peralatan keselmatan kerja membuat repot dan
mengganggu proses pelaksanaan kerja.
3. Disiplin Dan Ketrampilan ABK Mesin
Dalam hal ini berkenaan dengan kelalaian seorang ABK mesin dalam
melaksanakan pekerjaanya tidak mempergunakan alat – alat keselamatan
kerja yang seharusnya dipatuhi demi keselamatan jiwa bagi ABK mesin itu
sendiri dan pihak- pihak namun ABK Mesin tersebut tidak
melaksanakannya, hal ini menunjukan bahwa tingkat kedisiplinan ABK
Mesin sangat rendah dan tidak mengikuti pengarahan dan instruksi yang
diberikan oleh atasan.Namun yang penulis jumpai pada saat berada di atas
kapal masih banyak ditemukan beberapa hal :
a. Kurangnya komunikasi antara ABK mesin dengan atasan seperti
pengabaian instruksi mengenai upaya – upaya pencegahan kecelakaan,
serta diabaikannya penggunaan alat-alat keselamatan kerja pada saat
39

melaksanakan perawatan dan perbaikan, sehingga dapat menimbulkan


resiko terjadinya kecelakaan.
b. Kurang disiplinnya ABK mesin dalam upaya pencegahan kecelakaan
kerja terhadap perawatan dan perbaikan mesin diesel Bantu,yang
berkenaan dengan penggunaan alat – alat keselamatan serta tidak
memperhatiakan cara perawatan secara rutin dan berkala serta
mengabikan buku petunjuk.
Ketidak disiplinan Abk Mesin dapat dikatakan dua jenis disiplin dalam
organisasi yaitu yang bersifat preventif dan yang bersifat korelatif.
Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong ABK
Mesin untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi
standar yang telah ditetepkan .Artinya melalui kejelasan dan penjelasan
tentang pola sikap, tindakan dan prilakun yang diinginkan dari setiap
perusahaan diusahakan pencegahan jangan sampai para anak buah kapal
berprilaku negative, seperti lalai dalam penggunaan alat-alat keselamatan
kerja seperti memakai masker, helm, sarung tangan dan lain sebagainya
yang telah ditetapkan pihak perusahaan.

C. TEMUAN
1. Kurangnya Ketrampilan Dan Kemauan Anak Buah Kapal.
Kemampuan ABK belum memadai dalam bekerja di perusahaan
karena kepentingan diatas kapal maka perusahaan banyak memperkerjakan
tenaga tenaga muda dan pelaut baru, hal inipun berefek juga dalam operasi
kapal. Mereka dating dari bermacam perusahaan, ada yang dengan system
SMS lebih baik dan ada yang kurang baik. Bila ABK berasal dari
perusahaan yang berbasis manajemen lebih baik maka tidak ada masalh,
tetapi bila ABK berasal dari perusahaan yang manajemen kurang baik atau
benar – benar baru sebagai pelaut dalam arti kata pertama kali jadi pelaut,
hal ini yang menimbulkan masalah. Permasalahan tersebut akan perlu waktu
dalam beradaptasi dan pamilirisasi terutama dalam menggunakan peralatan
– peralatan keselamatan kerja yang ada. Keterampilan dalam bekerja
40

memang mutlak harus dipenuhi sebagai seorang pelaut professional.


Ketrampilan kerja yang tinggi sangat diperlukan untuk menunjang
semua tugas pekerjaan yang dibebankan pada dirinya dan dikembangkan
dengan kemampuan seorang pelaut yang baik serta handal dibidangnya. Hal
yang terjadi di SV.Allianz Radiant 7 justru ABK kurang menunjukan
ketrampilan kerja sebagai serang professional. Kurangnya ketrampilan dan
penurunan kinerja anak buah kapal dapat dilihat dari tidak disiplinnya dalam
melaksanakan disiplin waktu kerja seperti ini menunjukan tidak
profesionalnya pelaut itu karena dinilai kurang motivasi kerja pada dirinya.
Hal demikian ini memang perlu pengawasan lebih, guna menjaga
kemungkinan yang lebih jauh lagi,Untuk mempengaruhi ABK lainnya.
2. Sumber Daya Manusia Yang Apatis,
Bertindak Semaunya Terganggunya pengoperasian kapal disebabkan
oleh anak buah kapal yang kurang pelatihan pada prosedur kerja. Hal ini
sangat terlihat ketika penulis bekerja diatas kapal Kepala Kamar Mesin
apabila melakukan pelatihan mereka kurang terampil dalam menerapkan
prosedur kerja dari cara menggunakan, mengoperasikan ataupun
mengembalikan alat-alat keselamatan kerja tersebut setelah selesai bekerja.
Kapal bergerak dalam pelayanan jasa untuk melayani persediaan
pekerjaan lepas pantai di rig pengeboran maupun platforn, termasuk kargo
di bawah dek seperti curah kering sement ,bitonate ,air tawar, bahan bakar
minyak, Allianz Middle east dituntut terus stand by 24 jam penuh.
Kesibukan tersebut membuat pemahanan pada keselamatan kerja ,mayoritas
ABK berasal dari Indonesia yang notabene kurang mahir berbahasa inggris.
Dengan kurangnya pengetahuan bahasa inggris menjadi kendala untuk
mempelajari prosedur kerja padahal semua langkah dalam prosedur kerja
menggunakan bahasi inggris. Oleh karena itu ABK mengalami kesulitan
dalam menjalankan kegiatan kerja. Bekerja dengan tidak memikirkan
keselamatan kerja tentu mengudang bahaya kecelakan kerja bahkan
keselamatan jiwa.Titik kelemahan dapat juga disebapkan oleh pemimpin
41

diatas kapal dan perusahaan kurang peduli dengan dengan keselamatan baik
untuk ABK maupun untuk kelancaran pekerjaan . Disamping itu
kenyamanan hidup dikapal juga amat menentukan kinerja anak buah kapal
seperti akumodasi yang baik, lingkungn bersih dan sehat, keperluan sehari –
hari serta makanan yang baik jaga harus terpenuhi.Akan tetapi bila hal ini
kita amati lebih jauh, maka masalah belum pahamnya anak buah kapal
tersebut disebabkan oleh karena factor manusianya yang apatis,acuh tak
acuh dengan berpikiran bahwa yang penting ia sudah bekerja denagn baik
dan kepalah kerja sudah memberikan kondite yang baik.
3. Latar Belakang ABK Yang berbeda.
ABK diatas kapal SV. Allianz Radiant 7 mempunyai latar belakang
pendidikan dan bangsa yang berbeda-beda, ada yang dari SD sampai SMP,
hal ini sangat besar mempengaruhi cara pikir dan wawasan mememahami
pentingnya melaksanakan prosedur kerja yang benar. Untuk kelacaran
pelaksanaan proses perawatan kapal. Mereka hanya berpikir sesaat dalam
arti mereka bekeja hanya sebatas meyelesaikan kontrak kerja. Bahkan
menjadi pelaut pun tanpa pengetahuan sama sekali dilakukan tidak sehat,
dalam banyak penerimaan seleksi diperusahaan dengan jalan tidak sehat
kolusi dan sebagainya.ini sangat merugikan dan berbahaya bagi ABK itu
sendiri juga bagi seluruh kapal, mereka tidak berpikir sebagai seorang pelaut
professional yang harus mengetahui, mengikuti perkembangang teknologi
angkutan laut suatu contoh: sekarang ini hendak jadi pelaut sangat sulit
banyak-banyak persyaratan yang harus dimiliki si pelaut tidak seperti di era
tahun 1970. banyak persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki si pelaut.
Menyangkut keselamatan kapal, disetiap pelabuhan sekarang sering diaudite
oleh yang namanya port state control.
4. Pengetahuan ABK Tentang Keselamatan Kerja
Kurang Karena kapal bekas bendera Singapore maka semua buku
pentunjuk berbahasa inggris, sedangkan ABKnya seperti diterangkan di atas
kurang menguasai bahasa inggris, terutama ABK bangsa Indonesia sehingga
42

tidak dapat dimengerti petunjuk-petunjuk dan keterangan yang ditulis


prosedur keselamatan kerja di atas kapal. Meskipun kapal tersedia buku-
buku mengenai berbagai petunjuk pelaksanaan prosedur kerja yang
diletakkan anjungan, crew mess room yang mudah untuk dibaca oleh semua
awak kapal. Namun karena tidak bisanya berhasa inggris awak kapal dan
tidak perna mau membaca dan belajar dari buku -buku yang ada dikapal
sehingga pengetahuan mengenai keselamatan kerja tidak bertambah. Para
ABK yang betul – betul biasa bekerja dengan benar sangat terbatas bahkan
ada yang tidak tahu sama sekali, ini sangat membahayakan apa bila
dibiarkan, sebab akan membahayakan bagi ABK itu sendiri maupun seluruh
orang yang berada diatas kapal SV. Allianz Radiant 7 jenis kapal Supply
yang dapat mengancam jiwa setiap saat.Apa bila kapal tersebut dioperasikan
oleh tenaga – tenaga yang memiliki pengetahuan dan disiplin tinggi penulis
yakin kapal bisa beroperasi dengan aman.
5. Tidak Berjalan Safety Management system ( SMS )
Personil yang berkait dengan Safety Management System (sms)
harus diberikan ketentuan yang jelas,definsi ,tanggung jawab dan otorita
mereka untuk membantu dalam memotivasi mereka guna memahami
pentingnya peran serta mereka untuk keselamatan kerja dengan pemahaman
pada peralatan keselamatan kerja diatas kapal.
Tidak berjalannya prosedur kerja yang memadai,perlu
dipertimbangkan dalam pengaruhnya terhadap penurunan kinerja kerja anak
buah kapal. Didalam melaksanakan pekerjaan, sering terjadi ketidak
efektifan, dimana yang sebenarnya didahulukan adalah pekerjaan yang
penting yaitu sesuatu yang sudah harus digunakan sewaktu melakukan
overhaul mesin di kamar mesin.tiba
Peranan KKM sanagat penting dalam menghadapi permasalahan
serta langkah tindak yang akan diambil untuk menstop penurunan kinerja
anak buah kapal. Dan yang tidak kalah penting dalam upaya meningkatkan
kinerja anak buah kapal diatas kapal adalah peningkatan rencana kerja
43

melalui penerapan manajemen kepegawaian dan kepemimpinan, serta


peningkatan terhadap segala fasilitas dan sarana diatas kapal sebagai salah
satu factor penunjang penting dalam meningkatkan kinerja anak buah kapal.
6. Kurangnya Pengawasan Dari Atasan
ABK yang berasal dari macam daerah kadang-kadang mempunyai
perangai yang berbeda-beda sehingga dalam tingkah laku sering kali
mengikuti kebiasaan masing masing. Hal ini juga dibawah dalam pergaulan
dan lingkungan kerja diatas kapal dimana dalam melakukan tugas kadang-
kadang merasa lebih pintar dari yang lain.
Hal ini diperbesar lagi karena kurangnya pengawasan dari atasan
yang menyebabkan ABK yang lain menjadi menurun kinerja kerjanya.
Setiap pemimpin diatas kapal seharusnya sudah mampu menyadari akan
pentingnya manajemen kepegawaian dengan menerapkan prinsip-prinsip
kepemimpinan yang baik dalam meningkatkan kinerja anak buah kapal
diatas kapal, karena hal ini merupakan patokan penilaian terhadap
suksesnya seorang didalam memimpin anak buah dan terhadap organisasi
yang dipimpinnya.
Kurangnya komunikasi berarti adanya ketidaksamaan didalam
memberi data – data yang konkrit dan dapat dipercaya kebenarannya. Data
yang jelas diolah menjadi suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya serta
bermanfaat untuk mengambil keputusan saat itu atau kemudian hari dengan
informasi yang kurang baik mengakibatkan pelaksanaan prosedur kerja
tidak berjalan lancar.

D. URUTAN KEJADIAN
Adapun kejadian yang terjadi yaitu dimana pada saat diadakan
perbaikan (over houl) batang torak waktu diangkat keatas ruang kerja terlepas
dan jatuh karena kecerobohan ABK SV. Allianz Radiant 7 Dengan pemahaman
akan keselamatan kerja maka dapat mengurangi resiko kecelakaan diatas kapal,
Berdasarkan analisa dari kejadian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
insiden yang terjadi diakibatkan
44

1. Sumber Daya Manusia Yang Apatis, Bertidak semaunya,


a. Seleksi Anak buah Kapal dan Penempatan Yang Tepat,
Tanpa proses seleksi anak buah kapal yang baik,kesuksesan
pribadi maupun operasionalsulit dicapai.Penempatan untuk sekedar
mengisi lowongan sangat merugikan baik bagi pihak perusahaan
maupun ABK yang bersangkutan, mutu tenaga kerja secara keseluruhan
perlu dipertimbangkan dan ditingkatkan, mka seharusnya tenaga kerja
yang yang potensial saja yang diterrima dan ditempatkan. Calon-calon
tanggung jawab, atau pencalonan berlatar belakang politis harus di
kesampingkan Kode internasional maejement keselamatan (ISM code)
mempersyaratkan bahwa tiap kapal harus diawaki oleh para pelaut yang
memenuhi persyaratan/kualifikasi dan dalam kondis fisik yang sehat.
Perusahaaan harus mencamtumkan antara lain sebagai berikut :
1) Persyaratan minimum untuk anak buah kapal atas dasar ketentuan
pemerintah atau persyaratan perusahaan.
2) Persyaratan minimum untuk kualifikasi bagi anak buah kapal dengan
tambahan bukti perihal ketentuan latihan yang harus diikuti sebelum
diterima perusahaan.
3) Ketentuan yang mencakup pelaksanaan fisik dan mental
4) .Ketentuan yang mencakup pemeliharaan kesehatan bagi ABK.
Sehingga ada waktu dilaksanakan pemeriksaaan bila terjadi suatu
kecelakaan, bukti-bukti yang cukup dapat diajukan. Perusahaan harus
mendokumentasikan dalam system manajemen keselamatan perihal
sertifikat kompentensi dan sertifikat keterampilan yang diakui. Salah
satu persyaratan dalam rangka sertifikasi sesuai internasional
manajemen keselamatan yaitu mengharuskan adanya seperangkat
peraturan atau prosedur instruksi yang menetapkan prosedur untuk
menilai dan memilih perwira dan anak buah kapal.
Laporan-laporan yang berkaitan dengan penilaian tersebut harus
didokumentasikan dalam arsip personalia. Kesehatan dan kebugaran
semua pelaut harus diperiksa secara medis, peraturan nasional
45

sehubungan dengan kesehatan untuk pekerja jasa dilaut harus dipenuhi


Pengecekan kesehatan awak kapal agar dilakukan secara berkala,
hasil pemeriksaan didokumentasikan.dan dapat dijadikan sebagai bukti
yang penting bila suatu saat diperlukan.
b. Kurang disiplin menggunakan alat keselamatan pelindung diri.
Perlu dicamkan bahwa cara kerja yang baik dan aman
sebenarnya merupakan kebiasaan saja dan hal itu bias dikembangkan
dengan kesadaran serta pengertian yang cukup. Sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang seharusnya teruji didalam keadaan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah, sebaiknya seluruh karyawan
bekerja sesuai dengan harkat jasmaniah maupun rohaniah mereka.
Faktor kecelakaan bagi ABK dapat dikurangi dengan cara melengkapi
diri ABK dengan alat pelindung (perlengkapan keselamatan kerja)
dalam melaksanakan pekerjaan. Jenis-jenis alat pelindung adalah
sebagai berikut :
1) Baju kerja (Overall )
2) Sepatu pengaman (Safety shoes)
3) Topi pengaman (Helmed)
4) Sumbat telinga (Ear plug)
5) Tali pengaman (Safety Belt)
6) Sarung tangan
7) Kaca mata
8) Dan lain sebagainya.

Hendaknya atasan harus terus menerus melakukan pengamatan


terhadap pelaksanaan kerja (ABK), sehingga dapat dipastikan bahwa
setiap bawahan sudah membiasakan diri bekerja dengan alat pelindung
diri. Dan alat pelindung diri yang tersedia dirawat sebaik mungkin dan
dipergunakan bila perlu.
46

2. Kurangnya Pengetahuan ABK Tentang Keselamatan Kerja


Pengenalan Dan Familirisasi Serta Latihan-latihan keselamatan bagi
ABK kurang. Perusahaan harus menyusun prosedur yang dapat menjamin
bahwa personil baru dan personil baru yang dialih tugaskan diberikan
pengenalan yang cukup sesuai dengan tugasnya pada bidang keselamatan
kerja. Untuk personil-personil baru adalah tugas perusahaan untuk membuat
prosedur baik untuk dikapal maupun didarat. Bagaimana seorang anak buah
kapal dan karyawan tersebut dapat menjalankan tugasnya dan terbiasa
dalam lingkungan kerja.
Video dapat menyampaikan keterangan lisan, serta menerangkan
masalah-masalah rumit dan menggambarkan kejadian dalam sederet
gerakan. Dengan demikian demonstrasi tentang aspek-aspek keselamatan
sering memberikan kesan yang hidup. Setelah selesai ditayangkan anak
buah kapal dan pekerja dapat diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan dan membahas hal-hal khusus, teknik pelaksanaan pemutaran
video dapat di sesuaikan dengan kondisi kerja.
Metode pengenalan tugas baru tersebut harus dilaksanakan secara
bersama-sama dan dilengkapi dengan praktek kerja sebenarnya hanya
melihat dari video tidaklah cukup.
Latihan keselamatan adalah penting mengingat banyak kecelakaan
terjadi pada pekerjaan baru yang belum terbiasa dengan bekerja secara
aman. Latihan selanjutnya adalah melakukan pekerjaan yang semestinya
termasuk keselamatannya. Pelatih atau pemimpin harus menerangkan dan
memberi segenap demonstrasi dan akhirnya dilakukan sendiri oleh para
pekerja baru, dan para pekerja harus terlatih dalam pemeliharaan dan
perbaikan mesin berikut aspek-aspek keselamatannya
Pencegahan kecelakaan dipadang dari aspek manusianya harus
bermula pada hari pertama ketika semua karyawan memulai bekerja, setiap
karyawan harus diberitahu secara tertulis uraian mengenai jabatan yang
mencakup fungsi, hubungan kerja, wewenang, tugasdan tanggung jawab,
47

serta syarat-syarat kerjanya. Setelah itu harus dipegang prinsip bahwa


keslamatan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan
terletak pada pekerja yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat,
terganggu emosinya, dan pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan
kerugiaan.
Kelengahan dan kelalaian manajemen dalam pengelolahan sumber
daya manusia, perusahaan dapat berakibat kecelakaan atau kerugian.setiap
anggota manajemen harus tanggap dan serba hati-hati dalam memimpin
bawahannya.
Perusahaan harus membuat dan mempertahankan prosedur untuk
mengindetifikasi pelatih yang mungkin diperlakukan dalam menunjang
sistem manajemen keselamatan dan menjamin bahwa pelatihan tersebut
diberikan pada personil terkait. ISM CODE mengatur tentang :
1) Pengenalan untuk personil yang baru dan yang di pindahkan.
2) Prosedur untuk menentukan training yang diperlukan.
Dengan latihan maka salah satu sasaran yang diharapkan dapat dicapai
adalah agar pekerjaan dapat dilakukan secara lebih cepat dan lebih baik.
Dengan latihan tersebut maka para karyawan akan diajar atau dilatih
bagaimana melaksanakan pekerjaan secara lebih cepat dan lebih baik dari
pada yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melaksanakan petunjuk-
pentunjuk cara melaksanakan pekerjaan dalam latihan, maka diharapkan
para karyawan tersebut akan dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan
lebih baik dari pada sebelumnya.
Dengan pekerjaan yang lebih cepat ini maka bagi perusahaan industri
dapat diharapkan penurunan biaya perunit untuk tenaga kerja, sedang bagi
perusahaan jasa maka dengan pekerjaan yang lebih cepat ini berarti service
yang baik bagi langganan-langganan. Dan dengan pekerjaan yang lebih baik
maka berarti perusahaan tersebut akan dapat membuat barang /jasa dengan
kualitas yang lebih baik sesuai standar yang telah ditetapkan, hal mana
berarti akan dapat memperkuat dan memperluas pemasarannya. Agar
48

dengan pelatihan tersebut pekerjaan’akan dapat diharapkan lebih cepat dan


lebih baik, maka metode kerja yang diajarkan harus telah diuji terlebih
dahulu.Hasil pengujian tersebut harus betul –betul meyakinkan bahwa
metode pekerjaan yang akan dikerjakan tersebut dapat mempercepat
pekerjaan dan dapat pula menghasilkan kerja yang lebih baik.Untuk itu
maka metode itu tidak hanya baik secara teoritis tetapi juga harus baik
dalam praktek yang sesungguhnya
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sebenarnya latihan tidak hanya
diarahkan kepada karyawan yang melaksanakan pekerjaan kasar atau
ketrampilan saja, tetapi dapat juga diberikan pada tenaga staf pimpinan –
pimpinan serta pengawas. Hal ini berarti pengertian pekerjaan disini tidak
dibatasi hanya pada pekerjaan – pekerjaan dalam bidang manajemen yang
lebih memerlukan kemampuan pikiran dan mental.
a. Pengenalan Prosedur Kerja, kurang Pengenalan Prosedur Kerja pada
kapal – kapal sangat diperlukan sesuai dengan jenis dan jumlah pekerjaan
yang akan dikerjakan. Yang paling utama bagi ABK baru harus
mengenal tentang manfaat dan tujuan dari diadakannya prosedur kerja
pada kapal tersebut. Sistem prosedur kerja yaitu tata cara dan bagian apa
saja yang harus dikerjakan sebelum melaksanakan suatu pekerjaan
dimana pekerjaan yang satu berhubungan dengan pekerjaan yang lain
dalam kelompok – kelompok tersendiri dalam satu system. 37 Pada kapal
SV. ALLIANZ RADIANT 7 diawaki oleh beberapa macam suku asal
dimana factor budaya dapat berpengaru terhadap pelaksanaan posedur
kerja. Dalam melaksanakan prosedur kerja para ABK sering
mengabaikan aturan-aturan yang berlaku terutama pada suatu pekerjaan
yang kecil dan sepele. Untuk menanggulangi dan mencegah hal diatas
sebaiknya diatasi dengan cara mengimplementasikan semua prosedur
kerja yang ada dikapal dalam memenuhi kewajiban ABK harus
memastikan bahwa pelatihan prosedur kerja harus dilaksanakan sesuai
dengan aturan dalam ISM Code. Sehingga secara bertahap dan terus
49

menerus pelatihan yang dilaksanakan akan menambah keterampilan dan


mengingatkan ABK akan tugas-tugas, prosedur-prosedur yang mereka
harus ikuti dan pengoperasian yang sesuai dari semua perlengkapan,alat-
alat dan fasilitas yang dipakai dalam menyelenggarakan proses
perawatan serta memberi kontribusi berdasarkan pengetahuan dan
informasi yang dimiliki untuk kelancaran operasi kapal. Dengan
diadakannya jadwl dari ABK mengikuti pelatihan diharapkan kapal
beroperasi dengan aman, tidak terjadi kecelakaan kerja dan tdak ada
masalah apabila harus diuji ole penguji dari luar seperti Auditor.
b. Rendahnya Pemahaman cara penggunaan perlengkapan keselamatan
kerja dari ABK. Pemahaman tentang fungsi atau kegunaan
perlengkapan keselamatan kerja dikapal tanker terutama dalam
mempersiapkan suatu pekerjaan sangat diperlukan. Perlengkapan
keselamatan kerja dari sebuah kapal tanker sangat bervariasi dan banyak
serta fungsi kegunaan dari masing-masing prosedur tidak sama.
Peranan perlengkapan keselamatan kerja dalam proses kegiatan sangat
menentukan kelancaran pengoperasian kapal ABK datang dan berasal
dari berbagai latar belakang.di atas kapal SV. ALLIANZ RADIANT 7
sebagian besar dari suku-suku dri Indonesia selalu mempunyai kendala
masalah bahasa dan latar belakang pengalamn kerja dikapal lain.
Untuk menunjang pengoperasian kapal diperlukan ABK yang mengikuti
dan melaksanakan segala kegiatan kerja dengan dasar prosedur kerja
yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan. ABK harus berani
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini yang mereka
anggap baik dan benar. Peran serta para masinis sangat besar terhadap
pemahaman keselamatan kerja, dengan pemahaman yang baik dan benar
pada manajemen perusahaan serta prosedur kerja yang ada dapat
menghindari kecerobohan ABK. ABK yang terampil dan mampu bekerja
dengan mengutamakan keselamatan kerja serta dapat mengikuti
perkembangan kemajuan teknologi. Dengan pemahaman akan
50

keselamatan kerja maka mengurangi resiko kecelakaan di kamar mesin.


Berdasarkan hasil penelitian dengan pengumpulan data primer tentang
dasar-dasar keselamatan kerja yang meliputi definisi keselamatan kerja,
tujuan, pelaksanaan program keselamatan kerja, gangguan keselamatan,
definisi kecelakaan kerja, faktor penyebab kecelakaan kerja dan upaya
pencegahan kecelakaan kerja serta alat pelindung diri didapatkan hasil
distribusi pihak yang terkait (ABK mesin) menurut pengetahuan dan
pemahaman dan keterampilan tentang dasar-dasar keselamatan kerja
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.11. Distribusi Responden menurut pengetahuan,pemahaman dan
kecakapan ABK mesin SV.Allianz Radiant 7 Alianz Middle East Ship
Management LCC Abudhabi Tahun2022.
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tinggi 5 crew 91,5 %
Sedang 2 crew 8,5 %
rendah 0 crew 0%
Jumlah (n) 7 crew 100 %
Sumber: data primer VS.Allianz Radian 7.

Berdasarkan tabel 2.3. diatas dapat diketahui bahwa ABK mesin


yang mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak 5 ABK mesin atau
sebesar 91,5%, sedangkan sebanyak 2 ABK mesin atau sebesar 8,5%
mempunyai pengetahuan sedang dan tidak ada ABK mesin atau sebesar
0% yang memiliki pengetahuan rendah.
Dari hasil penelitian menunjukkan dari 7 ABK mesin diketahui
yang memiliki pengetahuan keselamatan kerja sedang 2 ABK mesin atau
8,5 % sementara 5 ABK mesin atau 91,5 % mempunyai pengetahuan
keselamatan kerja yang tinggi dan 0 % yang mempunyai penetahuan,
pemahaman keselamatan kerja rendah atau tdak ada responden yang
masuk dalam kategori rendah tentang pengetahuan,pemahaman dan
keterapilan keselamatan kerja.
51

Pengetahuan ABK mesin yang tinggi ini dipengaruhi oleh adanya


pendidikan serta pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja , juga karena
pengalaman dan imformasi yang di dapat dari rekan kerja.namun
demikian untuk lebih meningkatkan lagi kesadaran keselamatan kerja di
kalanga ABK mesin SV.Allianz Radiant 7 perlu sikap konsisten dari
perusahaan dan dikapal untuk selalu mengadakan pelatihan tentang
keselamatan kerja dan tentang peralatan keselamatan kerja alat pelindung
diri guna memberikan perhatian ke ABK mesin dalam meningkatkan
kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja serta menerapkan safety
management system (SMS) di kapal.
52
53

E. Pembahasan
1. Untuk mengetahui alasan tidak disiplin ABK (anak buah kapal) bagian mesin
menggunakan alat keselamatan pelindung diri pada saat melaksanakan
pekerjaan top overhoul AE no. 1 (mesin bantu no.1) yang mengakibatkan
jatuhnya batang torak waktu diangkat keruang kerja nyaris menimpah salah
seorang ABK(anak nuah kapal) bagian mesin karena kecerobohan ABK(anak
nuah kapal) bagian mesin mengakibatkan kecelakaan kerja dan dapat
memperlambat proses kerja, serta kerugian perusahaan, dengan pemahaman
serta keterampilan akan keselamatan kerja maka dapat mengurangi resiko
kerja diatas kapal.
Solusi bagi ABK untuk menigkatkan pengetahuan pemahaman dan
keterampilan kerja baiknya :
a. Pragram latihan
b. Patuhi prosedur kerja
c. Kedisiplinan menggunakan alat keselamatan kerja pada saat kerja
d. Selalu fokus dalam suatu kegiatan.
e. Aktif saat kegiatan berlangsung.
2. Untuk mengetahui hubungan tim kerja terampil ABK (anak nuah kapal)
mesin yang memiliki latar yang berbeda dan pendidikan yang berbeda, untuk
memenuhi kriteria safety first adalah dengan membentuk tim kerja yang
terdiri dari berbagai pemikiran namun dengan kerjasama yang baik solusi-
solusi baru dan ide-ide kreatif dan menciptakan suasana lingkungan kerja
yam menyenangkan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan aman.
3. Untuk memelihara kompetensi keselamatan kerja ABK (anak nuah kapal)
agar terwujud safety first alangkah baiknya diatas kapal ataupun perusahaan
ikut membantu ABK ( anak buah kapal ) untuk mengembangkan
Kompetensinya demi keberhasilan perusahaan dengan melakukan beberapa
hal dibawah ini;
a. Pelatihan skill secara profesional
b. Melakukan kegiatan di luar rutinitas
54

c. Rotasi kerja
d. Promosi jabatan
e. Memberikan catatan tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan
pekerjaan yang harus di lakukan.
55

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah diuraikan dari bab I sampai bab IV maka penulis mencoba
membuat kesimpulan-kesimpulan dari sebagian pembahasan sebagai berikut:
1. Dalam hal ini perusahaan pelayaran dalam proses seleksi penerimaan dan
penempatan ABK (anak nuah kapal) kurang tepat.
2. Kurang berjal (anak nuah kapal) annya pelatihan diatas kapal menyebabkan
sering terjadi kecelakaan kerja dan kerugian dalam pengoperasian kapal dan
kesalahan dalam menerapkan prosedur kerja dan buku SMS (safety
management system) harus dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa yang
digunakan oleh ABK (anak nuah kapal)
3. Pelatihan dan pengenalan peralatan keselamatan pada ABK (anak nuah
kapal) yang tidak sesuai menyebabkan proses pelaksanaan pekerjaan sering
terhambat dengan peralatan yang kurang lengkap.dan faktor kepemimpinan
yang kurang komunikatif.
B. Saran
Dari kesimpulan-kesimpulan diatas maka penulis menyampaikan saran-
saran untuk mendapatkan solusi pemecahan yang diharapkan dimasa mendatang
sebagai berikut :
1. Sebaiknya diadakan pelatihan-pelatihan on board,kepada perusahaan training
ditingkatkan tentang keselamatan kerja pada ABK (anak nuah kapal)
sehingga sasaran kelancaran operasi kapal dapat terlaksana dengan
kelancaran operasi kapal dapat terlaksana dengan lancar sesuai dengan yang
diterapkan.
2. Peranan nahkoda dan kepala kamar mesin dan masinis II dalam memimpin
pengawasan pekerjaan untuk menjamin keselamatan kerja sehingga dapat
mencegah kecelakaan kerja berkesimpulan untuk ABK (anak buah kapal)
akan menunjang dan meningkatkan sehingga lebih profesional.
56

3. Sebaiknya ABK (anak buah kapal) baru sebelum mengadakan kegiatan


mempersiapkan pekerjaan diberikan pengenalan tentang fungsi dari
perlengkapan keselamatan kerja terlebih dahulu dan familiarisasi
ditingkatkan.
4. Sebaiknya manual SMS (safety management system) diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia Karena sebagian besar ABK (anak buah kapal ) adalah
berasal dari Indonesia sesuai code 6.
57

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo dalam Naomi (2019), pengetahuan (knowledge)


http://repository.poltekkes-denpsar.ac.id

Departemen RI dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka:


Jakarta, 1991, hlm. 54.

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998,


hlm. 160-161.).

Capt.Dwiyono Soeyono ketua ikatan korps pelayaran niaga Indonesia (Jakarta 16


april 2018). https://www.collinsdictionary.com/english/seafare

Adrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2011:50) Treninghttps://repository.unj.ac.id

Amirullah dan Budiyono(2014:21) skiil

https://e-jurnalmitrapendidikan.com/index.php/e-jmp/artikel/download/851/589

ISO/Oleh Admin 99. https://www.isomanajemen.com/kepanjangan-dari-K3

/Perundangan/Undang-Undang/UU.1. 1970. http://www.nakertrans 90.id

Sutiyar, Condr. J.LA. Dage. Thamrin Rais/Mar. CH.ENG’R, Kamus Istilah


Pelayaran dan Perkapalan, Penerbit Pustaka Beta.

Indonesia.Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


https://jdih.esdm.goid/peraturan/uu-1-1970.

Indonesia. Undang - Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;


https://jdih.esdm.goid/peraturan/uu-23-1992.

Indonesia. Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga


Kerja; https://jdih.esdm.goid/peraturan/uu-3-1992.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5263/pp-no-50-tahun-2012.

Code of Safe Working Practices for Merchant Seafarers. London. Maritime &
Coastguard Agency.
58

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 2.13. Ship Particular SV. Allianz Radiant 7.


59

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 2.14. KAPAL SV.ALLIANZ RADIANT 7 ; 2021

Sumber gambar SV.Allianz Radiant 7

Gambar 2.15. SV.Allianz Radiant 7 di Jetty ALI &


SONS MARINE ENGGINERING ABUDHABI.

Sumber gambar SV.Allianz Radiant 7


60

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 2.16. Proses Top mesinutama, tampa mematuhi

Sumber gambar SV.Allianz Radiant 7


61

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 2.17. Proses pengelasan di kamar mesin


tampan mematuhi standar PPE ( SV. Allianz radiant 7
).

Sumber gambar SV.Allianz Radiant 7


62

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 2.18. proses top overhal mesin bantu no.1, tampa


menggunakan PPE.

Sumber gambar SV.Allianz Radiant 7

Gambar 2.19. proses top overhal mesin bantu no.1, tampa


menggunakan PPE.
63

Anda mungkin juga menyukai