DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PRAKATA ii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 3
C. Batasan Masalah 4
D. Tujuan 4
E. Manfaat 4
F. Hipotesis 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori 6
B. Tinjauan Umum Terhadap Kecelakaan Kerja 12
C. Faktor Manusia 18
D. Ruang Mesin (Engine Control Room) 25
E. Faktor Managemen Perusahaan 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi kejadian 36
B. Situasi dan kondisi 37
C. Temuan 39
D. Urutan kejadian 44
E. Pembahasan 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 56
B. Saran 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapal supply adalah salah satu alat transportasi laut dan merupakan
sarana yang sangat diperlukan pada pelayanan rig/platform untuk melayani
pengeboran minyak lepas pantai.
Fungsi utama dari kapal supply adalah untuk mengangkut semua jenis
peralatan yang di butuhkan pada rig/platform, seperti mengangkut suku
peralatan dan sukucadang mekanis,mengangkut material kegiatan lepas pantai ,
mengangkut bahan bakar,air tawar dan kebutuhan crew yang ada di rig/platform
, agar kegiatan lepas pantai berjalan dengan baik.Auxiliary Engine (AE)
merupakan mesin bantu pada kapal untuk menghasilakn tenaga listrik hingga
menghidupkan alat-alat bantu lainnya. Alat-alat di dalam kapal supply seperti;
pompa-pompa,sistem kemudi, Bowthurester. penerangan dan lainnya. Mesin
diesel banyak digunakan sebagai motor bantu pada kapal yang di gunakan untuk
menggerakkan alternatur yang pada umunya disebut geberator. dalam
penentuan atau kegiatan Auxiliary Engine (AE) perlu dipertimbangkan sebaik,
mungkin hal ini hal ini untuk menjaga performa dari Auxiliary Engine (AE) agar
selalu dapat memenuhi kebutuhan listrik di kapal saat dalam kondisi berlayar
dan dalam proses bongkar muat di shorebase maupun rig/palatform, dan untuk
menunjang pengoporesian yang maksimal pada Auxiliary Engine (AE) perlu
perawatan atau pemeliharaan, maka seorang Chief engineer harus profesional
dalam memanage kapal. Chief engineer adalah bagian dari organisasi
perusahaan pelayaran yang secara tdak langsung turut andil dalam memikirkan
kemajuanperusahaan yang secar spesifik memikirkan operasional kapal supply
yang menjadi tempatnya bekerja.
Seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan Teknologi moderenisasi
zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan serta tekhnologi maritim saat ini
maka pada kapal-kapal supply juga mengalami perkembangan di berbagai unit
peralatannya sehingga dalam hal ini pelaksanaan tugas-tugas dalam
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fakta latar belakang penulis mengambil rumusan masalah
yaitu :
1. Mengapa ABK Bagian Mesin SV. Allianz Radian 7 sering tidak
menggunakan kelengkapan keselamatan kerja dalam bekerja?
2. Bagaimana hubungan Tim kerja terampil untuk ABK Bagian Mesin SV.
Allianz Radian 7 dalam memenuhi kriteria Safety First?
3. Bagaimana memelihara kompetensi keselamatan kerja ABK Bagian Mesin
SV. Allianz Radian 7 agar terwujud Safety First?
4
C. Batasan Masalah
Pembahasan terkait dengan kecelakaan kerja luas karena mencakup
lingkup yang besar, agar pembahasan lebih fokus pada masalah yang terjadi
perlu adanya pembatasan masalah, untuk itu penulis membatasi permasalahan.
Rendahnya pengetahuan serta kecakapan ABK mesin saat melaksanakan
pekerjaan yang menyebabkan ancaman kecelakan kerja yang terjadi di kamar
mesin SV. Allianz Radiant 7.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui alasan tidak disiplinnya ABK bagian mesin menggunakan
alat keselamatan kerja pada saat melaksanakan pekerjaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran perwira bagian mesin dalam hal
penerapan prosedur pekerjaan diatas kapal terutama pada penggunaan alat
keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui solusi yang tepat untuk menjaga kondisi pekerjaan tetap
pada rel yang telah ditentukan yaitu diterapkannya prosedur kerja sehingga
harapan terwujudnya safety first dapat dicapai.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya yaitu :
1. Manfaat Bagi Dunia Akademik Bahan masukan dan diharapkan dapat
memperkaya pengetahuan bagi penulis sendiri maupun teman-teman
seprofesi untuk mengetahui bagaimana upaya dalam mencegah kecelakaan di
atas kapal. Bagi lembaga PIP Makassar sebagai bahan pedoman makalah
untuk kelengkapan pustaka sehingga berguna bagi rekan-rekan pasis dan
yang baru akan bekerja di kapal SUPPLY.
2. Manfaat Bagi Dunia Praktisi di harapkan dapat memberikan sumbangan,
masukan dan saran kepada perusahan terkait maupun perusahaan pelayaraan
sejenis lainnya dalam meningkatkan mutu ABK di dalam upaya pencegahan
kecelakaan kerja di atas kapal SUPPLY, sehingga ABK Indonesia mampu
bersaing dengan ABK yang berasal dari negara lain dan mendapat tempat
untuk bekerja di atas kapal SUPPLY dari perusahaan asing.
5
F. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis pada KIT ini adalah diduga
1. ABK mesin merasa tidak nyaman menggunakan kelengkapan keselamatan
kerja saat bekerja dengan alasan merasa risih karena tidak terbiasa
memakainya.
2. Hubungan tim kerja terampil ABK mesin memenuhi kreteria safety first
ABK mesin harusnya memiliki kerja sama tim yang berkomitmen pada
tujuan bersama dan bertindak sesuai dinamika tim yang ada serta komunikasi
terbuka.
3. Kompetensi keselamatan kerja ABK mesin terwujud sebaiknya diadakan
pelatihan serta familiarisasi alat kerja dan alat keselamatan kerja diatas
kapal.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah
melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan mengerti.
Mubarak (2011), pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui
berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan
bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya. Sedangkan
menurut para ahli mengenai pengetahuan sebagai berikut :
Menurut Notoatmodjo dalam Naomi (2019), pengetahuan
(knowledge) merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra,yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga.
a. Tingkat pengetahuan
Tingkat Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) Pengetahuan terdiri
dari enam tingkatan yang tercangkup dalam domain kognitif yaitu:
1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah disepakati sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat yang paling
rendah.
2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secarabenartentang obyek yang diketahui.
3) Aplikasi (Appllication) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menggunakan materiyang telah dipelajari pada situasi atau
7
bermanfaat dan bernilai tambah bagi dirinya maupun bagi orang lain apabila
dikombinasikan dengan bimbingan ataupun pelatihan.
Menurut Adrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2011:50)
mengemukakan bahwa “Pelatihan (training) adalah suatu proses pendidikan
jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi,
pegawai atau karyawan non manajerial mempelajari pengetahuan dan
keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas”.
B. Tinjauan Umum Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Keselamatan Kerja
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, pengertian
keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebuah ilmu untuk antisipasi,
rekoginis, evaluasi dan pengendalian bahaya yang muncul di tempat kerja
yang dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan pekerja, serta
dampak yang mungkin bisa dirasakan oleh komunitas sekitar dan
lingkungan umum. (ILO 2008).
Menurut Gunawan, F. A, dkk mendefinisikan K3 sebagai tindakan
untuk mengendalikan risiko bahaya operasi/produksi (an action to control
the risk from operational hazard).
Dijelaskan bahwa tanpa memahami makna inti K3 ini, tidak
mengherankan jika upaya K3 tidak diperhatikan oleh petugas operasi
(pengawas).Lebih lanjut dijelaskan, bahwa:
a. Tidak mungkin pengendalian risiko bahaya operasi diserahkan
kepada petugas K3, karena risiko operasi muncul akibat kelemahan
pengelolaan operasi yang bukan kewenangan petugas K3. Semua
fungsi harus berkontribusi untuk mengendalikan risiko operasi.
13
b. Karena yang menjadi korban risiko operasi ini bukan petugas K3,
melainkan operasi dan teknik di lapangan, tanggung jawab utama
pengendalian risiko operasi ada pada manajemen operasi. Fungsi
dari petugas K3 hanya pendukung utama upaya pengendalian risiko
operasi.
Agar pengendalian risiko operasi berjalan dengan baik, upaya ini
harus dipadukan dalam seluruh siklus hidup operasi. Diawali saat
perancangan, pengadaan, pembangunan, operasi, hingga
pemeliharaan melalui penerapan sistem manajemen K3.
2. Peraturan undang-undang Keselamatan Kerja
a. Saat ini bukan cuma satu perundang-undangan saja yang mengatur
K3. Beberapa undang-undang K3 yang menjadi payung hukum
terselenggaranya praktik K3 di lingkungan kerja adalah:
1) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang menjadi
aturan pokok K3 karena membahas pengaturan kewajiban
perusahaan dan pekerja dalam menjalankan keselamatan kerja.
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
3) UU No. 23 tahun 1992 mengenai Kesehatan. Di dalamnya
tercantum kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan
fisik pekerja, baik yang baru maupun yang hendak dipindahkan
ke tempat kerja baru sesuai sifat dan jenis pekerjaan masing-
masing. Begitu pula dengan kebijakan pemeriksaan kesehatan
karyawan secara berkala dan kewajiban mengenakan alat
pelindung diri (APD) secara benar dan tepat sesuai peraturan.
4) UU No. 3 tahun 1992 mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
yang kemudian berubah menjadi Sistem Jaminan Sosial Nasional
sesuai UU No. 40 tahun 2004 dan salah satu poinnya membahas
jaminan kecelakaan kerja.
14
dan tak dapat dinilai dengan uang. b. Kalau seorang cacat dalam
pekerjaan, maka ia tidak dapat lagi melakukan pekerjaan seperti sedia
kala dan sukar untuk mendapat kemajuan. Cacatnya akan menjadi
penghalang
b. Kerugian terhadap pengusaha
Kerugian terhadap pengusaha Tidak semua kecelakaan membawa
korban jiwa manusia akan tetapi juga membawa kerugian bagi
perusahaan, antara lain : a. Kerugian langsung 1) Ongkos pertolongan
pertama 2) Ongkos perawatan dan pengobatan 3) Pembayaran
kerugian jika buruh menderita cacat 4) Pembayaran gaji buruh selama
tidak dapat bekerja 5) Biaya perbaikan mesin/alat produksi b.
Kerugian tersembunyi 1) Kehilangan waktu kerja : dengan adanya
seseorang atau beberapa buruh yang menderita kecelakaan, maka
buruh-buruh yang lain ikut menolong sehingga perusahaan kehilangan
waktu untuk bekerja. 2) Kerugian pada barang modal (mesin) alat-alat
kerja dan bahan baku. 3) Pembayaran upah untuk penggantian si
korban dengan akibat menurunnya hasil karena pengganti belum
terlatih dengan baik.
10. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan KecelakaanMenurut ILO (1989:20) berbagai cara yang
umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja bidang industri
:
a. PeraturanPeraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi.
Peraturan di industri meliputi kondisi kerja umum, perancangan,
kontruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian
peralatan industri, kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan,
pengawasan kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan
kesehatan.
b. StandarisasiYaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi,
ataupun tidak resmi, misalnya jika dikaitkan dengan dunia
22
D. Ruang Mesin
1. Ruang Mesin ( Engine Room ) Lingkungan Keja
a. Ruang Mesin ( Engine Room ) adalah ruang di mana dipasang mesin-
mesin kapal dengan berbagai fungsi, Ruang Mesin ( Engine Room )
merupakan jantung kapal karena di dalamnya terdapat mesin-mesin yang
vital bagi operasional.
Secara sebagai berikut:garis besar yang ada di ruang mesin
1) Engine Control Room ( ECR)
2) Mesin Utama (Main engine)
3) bantu (Auxiliary Engine)
4) Ruang kerja/Bengkel workshop,dll.
Ini semua di kelolah oleh ABK (anak bua mesin) yang bertanggung
jawap atas pengoperasiannya , inilah alasan mengapa kesalahan
26
Bagian paling sensitif dari tubuh ialah mata. Alat pelindung diri
goggles berfungsi untuk melindungi mata dari benda tajam, ataupun
benda lainnya.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. LOKASI KEJADIAN
Adapun lokasi kejadian, di kapal SV. Allianz Radiant 7 jenis kapal
OSV/MSV milik ALLIANZ MIDDLE EAST LCC yang stanby (Off charter)
di Abudhabi.sedang melakukan perawatan (maintenence) AE no. 1, kejadian
ini terjadi pada saat melakukan Top overhaul di jetty Ali & Sons Marine
Engineering Fictory Abu Dahbi.
Table 2.10. Daftar kecelakaan kerja yang pernah terjadi di atas kapal
SV.Allianz Radiant 7.
Oiler Penyebab Akibat Lokasi
Kerja
Oiler 1 1.kurangnya 1.Ancaman Di atas kapal
pemahaman ABK keselamatan kerja SV.Allianz
terhadap terhadap ABK radiant 7
keselamatan kerja mesin.
2. ABK mesin acuh taka 2. memperlambat
acuh betapa pentingnya suatu kerjaan.
keselamatan kerja. 3. rusaknya
3. kurangnya batang torak AE
kedisiplinan & no.1
keterampilan ABK 4. merugikan
mesin. pihak perusahaan
Oiler 1.tidak menggunakan 1.ancaman Di atas
2 PPE karna alasan hanya keselamatan kapal
sebenta. kerja. SV.Allianz
2. ABK mesin acuh 2. luka bakar radiant 7
tak acuh terhadap ringan di bagian
pentingnya tangan terkena
keselamatan kerja. percikan api pada
saat mengelas
Sumber ; SV.allianz radiant 7.
37
C. TEMUAN
1. Kurangnya Ketrampilan Dan Kemauan Anak Buah Kapal.
Kemampuan ABK belum memadai dalam bekerja di perusahaan
karena kepentingan diatas kapal maka perusahaan banyak memperkerjakan
tenaga tenaga muda dan pelaut baru, hal inipun berefek juga dalam operasi
kapal. Mereka dating dari bermacam perusahaan, ada yang dengan system
SMS lebih baik dan ada yang kurang baik. Bila ABK berasal dari
perusahaan yang berbasis manajemen lebih baik maka tidak ada masalh,
tetapi bila ABK berasal dari perusahaan yang manajemen kurang baik atau
benar – benar baru sebagai pelaut dalam arti kata pertama kali jadi pelaut,
hal ini yang menimbulkan masalah. Permasalahan tersebut akan perlu waktu
dalam beradaptasi dan pamilirisasi terutama dalam menggunakan peralatan
– peralatan keselamatan kerja yang ada. Keterampilan dalam bekerja
40
diatas kapal dan perusahaan kurang peduli dengan dengan keselamatan baik
untuk ABK maupun untuk kelancaran pekerjaan . Disamping itu
kenyamanan hidup dikapal juga amat menentukan kinerja anak buah kapal
seperti akumodasi yang baik, lingkungn bersih dan sehat, keperluan sehari –
hari serta makanan yang baik jaga harus terpenuhi.Akan tetapi bila hal ini
kita amati lebih jauh, maka masalah belum pahamnya anak buah kapal
tersebut disebabkan oleh karena factor manusianya yang apatis,acuh tak
acuh dengan berpikiran bahwa yang penting ia sudah bekerja denagn baik
dan kepalah kerja sudah memberikan kondite yang baik.
3. Latar Belakang ABK Yang berbeda.
ABK diatas kapal SV. Allianz Radiant 7 mempunyai latar belakang
pendidikan dan bangsa yang berbeda-beda, ada yang dari SD sampai SMP,
hal ini sangat besar mempengaruhi cara pikir dan wawasan mememahami
pentingnya melaksanakan prosedur kerja yang benar. Untuk kelacaran
pelaksanaan proses perawatan kapal. Mereka hanya berpikir sesaat dalam
arti mereka bekeja hanya sebatas meyelesaikan kontrak kerja. Bahkan
menjadi pelaut pun tanpa pengetahuan sama sekali dilakukan tidak sehat,
dalam banyak penerimaan seleksi diperusahaan dengan jalan tidak sehat
kolusi dan sebagainya.ini sangat merugikan dan berbahaya bagi ABK itu
sendiri juga bagi seluruh kapal, mereka tidak berpikir sebagai seorang pelaut
professional yang harus mengetahui, mengikuti perkembangang teknologi
angkutan laut suatu contoh: sekarang ini hendak jadi pelaut sangat sulit
banyak-banyak persyaratan yang harus dimiliki si pelaut tidak seperti di era
tahun 1970. banyak persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki si pelaut.
Menyangkut keselamatan kapal, disetiap pelabuhan sekarang sering diaudite
oleh yang namanya port state control.
4. Pengetahuan ABK Tentang Keselamatan Kerja
Kurang Karena kapal bekas bendera Singapore maka semua buku
pentunjuk berbahasa inggris, sedangkan ABKnya seperti diterangkan di atas
kurang menguasai bahasa inggris, terutama ABK bangsa Indonesia sehingga
42
D. URUTAN KEJADIAN
Adapun kejadian yang terjadi yaitu dimana pada saat diadakan
perbaikan (over houl) batang torak waktu diangkat keatas ruang kerja terlepas
dan jatuh karena kecerobohan ABK SV. Allianz Radiant 7 Dengan pemahaman
akan keselamatan kerja maka dapat mengurangi resiko kecelakaan diatas kapal,
Berdasarkan analisa dari kejadian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
insiden yang terjadi diakibatkan
44
E. Pembahasan
1. Untuk mengetahui alasan tidak disiplin ABK (anak buah kapal) bagian mesin
menggunakan alat keselamatan pelindung diri pada saat melaksanakan
pekerjaan top overhoul AE no. 1 (mesin bantu no.1) yang mengakibatkan
jatuhnya batang torak waktu diangkat keruang kerja nyaris menimpah salah
seorang ABK(anak nuah kapal) bagian mesin karena kecerobohan ABK(anak
nuah kapal) bagian mesin mengakibatkan kecelakaan kerja dan dapat
memperlambat proses kerja, serta kerugian perusahaan, dengan pemahaman
serta keterampilan akan keselamatan kerja maka dapat mengurangi resiko
kerja diatas kapal.
Solusi bagi ABK untuk menigkatkan pengetahuan pemahaman dan
keterampilan kerja baiknya :
a. Pragram latihan
b. Patuhi prosedur kerja
c. Kedisiplinan menggunakan alat keselamatan kerja pada saat kerja
d. Selalu fokus dalam suatu kegiatan.
e. Aktif saat kegiatan berlangsung.
2. Untuk mengetahui hubungan tim kerja terampil ABK (anak nuah kapal)
mesin yang memiliki latar yang berbeda dan pendidikan yang berbeda, untuk
memenuhi kriteria safety first adalah dengan membentuk tim kerja yang
terdiri dari berbagai pemikiran namun dengan kerjasama yang baik solusi-
solusi baru dan ide-ide kreatif dan menciptakan suasana lingkungan kerja
yam menyenangkan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan aman.
3. Untuk memelihara kompetensi keselamatan kerja ABK (anak nuah kapal)
agar terwujud safety first alangkah baiknya diatas kapal ataupun perusahaan
ikut membantu ABK ( anak buah kapal ) untuk mengembangkan
Kompetensinya demi keberhasilan perusahaan dengan melakukan beberapa
hal dibawah ini;
a. Pelatihan skill secara profesional
b. Melakukan kegiatan di luar rutinitas
54
c. Rotasi kerja
d. Promosi jabatan
e. Memberikan catatan tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan
pekerjaan yang harus di lakukan.
55
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan dari bab I sampai bab IV maka penulis mencoba
membuat kesimpulan-kesimpulan dari sebagian pembahasan sebagai berikut:
1. Dalam hal ini perusahaan pelayaran dalam proses seleksi penerimaan dan
penempatan ABK (anak nuah kapal) kurang tepat.
2. Kurang berjal (anak nuah kapal) annya pelatihan diatas kapal menyebabkan
sering terjadi kecelakaan kerja dan kerugian dalam pengoperasian kapal dan
kesalahan dalam menerapkan prosedur kerja dan buku SMS (safety
management system) harus dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa yang
digunakan oleh ABK (anak nuah kapal)
3. Pelatihan dan pengenalan peralatan keselamatan pada ABK (anak nuah
kapal) yang tidak sesuai menyebabkan proses pelaksanaan pekerjaan sering
terhambat dengan peralatan yang kurang lengkap.dan faktor kepemimpinan
yang kurang komunikatif.
B. Saran
Dari kesimpulan-kesimpulan diatas maka penulis menyampaikan saran-
saran untuk mendapatkan solusi pemecahan yang diharapkan dimasa mendatang
sebagai berikut :
1. Sebaiknya diadakan pelatihan-pelatihan on board,kepada perusahaan training
ditingkatkan tentang keselamatan kerja pada ABK (anak nuah kapal)
sehingga sasaran kelancaran operasi kapal dapat terlaksana dengan
kelancaran operasi kapal dapat terlaksana dengan lancar sesuai dengan yang
diterapkan.
2. Peranan nahkoda dan kepala kamar mesin dan masinis II dalam memimpin
pengawasan pekerjaan untuk menjamin keselamatan kerja sehingga dapat
mencegah kecelakaan kerja berkesimpulan untuk ABK (anak buah kapal)
akan menunjang dan meningkatkan sehingga lebih profesional.
56
DAFTAR PUSTAKA
https://e-jurnalmitrapendidikan.com/index.php/e-jmp/artikel/download/851/589
Code of Safe Working Practices for Merchant Seafarers. London. Maritime &
Coastguard Agency.
58
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN GAMBAR