Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGANTAR

Untuk kelancaran kegiatan angkutan di perairan dapat diselenggarakan


usaha jasa terkait dengan angkutan di perairan. Kegiatan pengusahaan di
pelabuhan terdiri atas penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan
dan jasa terkait dengan kepelabuhanan. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa
kepelabuhanan meliputi penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal,
penumpang, dan barang. Salah satu usaha jasa yang dapat diselenggarakan
di pelabuhan yaitu bongkar muat barang.

Usaha jasa bongkar muat barang dilakukan oleh badan usaha yang didirikan
khusus untuk jasa tersebut. Selain badan usaha yang didirikan khusus untuk
itu kegiatan bongkar muat dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan laut
nasional hanya untuk kegiatan bongkar muat barang tertentu untuk kapal
yang dioperasikannya.
Gambar 1. Bongkar Muat Barang di Pelabuhan

B. KEGIATAN USAHA BONGKAR MUAT BARANG

Kegiatan usaha bongkar muat barang merupakan kegiatan usaha yang


bergerak dalam bidang bongkar dan muat barang dari dan ke kapal di
pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari
kapal ke dermaga / tongkang / truk atau memuat barang dari dermaga /
tongkang / truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal
dengan menggunakan derek kapal atau derek darat.

Gambar 2. Kegiatan Stevedoring

Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan sling / jala-jala barang dari cargo


hook kapal di dermaga dan memindahkan barang (ex tackle) tersebut dari
dermaga ke gudang / lapangan penumpukan, selanjutnya menyusun di
gudang / lapangan atau sebaliknya.
Gambar 3. Kegiatan Cargodoring

Receiving / Delivery adalah pekerjaan penerimaan barang di gudang /


lapangan penumpukan dan menyerahkan ke atas truk penerima barang
untuk cargo yang dibongkar, sebaliknya untuk cargo yang akan dimuat ke
kapal diserahkan ke atas kapal. (Tanggung jawab PBM kalau cargo yang
dibongkar sampai diatas chasis truck penerima barang, kalau cargo yang
dimuat sampai tersusun rapi didalam palka kapal).

Gambar 4. Kegiatan Receiving / Delivery

Kegiatan usaha bongkar muat barang dilakukan oleh badan usaha yang
didirikan khusus untuk bongkar muat barang di pelabuhan. Selain badan
usaha yang dimaksud, kegiatan bongkar muat barang tertentu dapat
dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional hanya untuk kegiatan
bongkar muat barang tertentu untuk kapal yang dioperasikannya. Barang
tertentu yang dimaksud yaitu bberupa barang milik penumpang, curah cair
yang dibongkar atau dimuat melalui pipa, curah kering yang dibongkar atau
dimuat melalui conveyor atau sejenisnya, dan yang diangkut di atas
kendaraan melalui kapal Ro-Ro.

Kegiatan bongkar muat yang dilakukan oleh perusahaan angkutan laut, izin
usahanya melekat pada izin usaha pokoknya. Perusahaan angkutan laut
nasional dapat melakukan bongkar muat semua jenis barang. Apabila di
pelabuhan tersebut tidak terdapat perusahaan bongkar muat barang
Perusahaan angkutan laut nasional sebagaimana harus memiliki kapal yang
dilengkapi dengan peralatan bongkar muat barang dan tenaga ahli.

Pelaksanaan kegiatan usaha bongkar muat barang dilaksanakan dengan


menggunakan peralatan bongkar muat oleh tenagakerja bongkar muat.
Peralatan bongkar muat harus memenuhi persyaratan laik operasi dan
menjamin keselamatan kerja. Tenaga kerja bongkar muat harus memiliki
kompetensi di bidang bongkar muat. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja bongkar muat di pelabuhan, pemerintah, pemerintah daerah, atau
badan hukum Indonesia dapat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
di bidang bongkar muat barang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

C. OPERASI BONGKAR MUAT BARANG DARI DAN KE KAPAL

Operasi bongkar muat barang dari dan ke kapal terdiri atas:

1. Di kapal (stevedoring)
2. Di dermaga (cargodoring)
3. Di gudang / lapangan terbuka.
4. Penerimaan / penyerahan barang (receiving / delivery)

Penjelasan:

1. Untuk operasional di kapal:


a. Perlu mengenal kapal:
Alat-alat bongkar / muat yg ada di kapal jenis alat bongkar muat,
persyaratan minimum, sertifikat)
1) Sistem jenis tutup palka
2) Cargo hatch
3) Cargo hold

b. Mengetahui dokumen barang di kapal, sebelum menggerakkan


barang.
Bill of lading.
1) Merupakan kontrak angkutan barang antara pihak, “ the
merchant “
2) Bukti penerimaan barang di kapal.
3) Merupakan surat berharga yang dapat diperjualbelikan
4) Bukti pembayaran uang tambang / ocean freight.

Isi dari bill of lading:


1) Dibuat oleh pihak pengangkut atas permintaan pengirim barang /
shipper.
2) Begitu ditandatangani, otomatis mengikat ( the merchant ).
3) Semua kata kata yang tertera di bill of landing, baik tertulis,
cetak, coretan dan bentuk lain, berlaku.
4) Salah satu bill of landing di “ endorsed” otomatis yang lain tidak
berlaku.

Stowage plan.

1) Ditentukan oleh perwira muat kapal.


2) Menggambarkan, letak, posisi, susunan barang di atas kapal.
3) Pbm. Sebagai pelaksana.

Prinsip pengaturan muatan di kapal:

1) Jangan sampai overslow.


2) Mecegah agar tidak long – hatch.
3) Sejauh mungkin, menggunakan banyak palka, agar bongkar /
muat bisa selesai bersamaan.
4) Muatan yang berat ada di bagian bawah.
5) Memudahkan pembongkaran barang di pelabuhan tujuan.
6) Di atas segalanya, stabilitas kapal – pada waktu muat dan
berlayar baik / positif.

Pengelompokan barang, terkait kecepatan bongkar muat

1. Berdasrkan jenis barang:


1. General cargo / break – bulk.
2. Curah kering / in – bulk.
3. Barang cair / in – bulk.
4. Barang berat / heavy lift cargo.
5. Barang khusus – dari segi ukuran.

2. Menurut kemasan / packing barang.


a. Menggunakan palet di dasar – ikut barang.
b. Dikemas dalam karung – pp, goni, peti crate dsbnya.
c. Dikemas dalam karton – ringan, dalam bungkus – supermi.
d. Dikemas dalam bags - jumbo bags.
e. Barang-barang menggunakan peti kemas ; flat track.
3. Tanda – tanda / marking / labeling di barang:
a. Menunjukkan nama barang, pelabuhan tujuan, ukuran
barang,penerima barang.
b. Tanda-tanda yang ada bersifat universal berupa tulisan , maupun
tanda yang menyolok.
c. Tanda yang tertera di kemasan menunjukkan cara tempat
meletakkan peralatan agar dapat ditangani dengan benar.

4. Pengelompokan berdasarkan sifat barang yang dikapalkan berdasarkan


IMO (International Maritime Organisation).

5. Hal – hal lain yang perlu diketahui:


a. Stowage factor.
b. Filler cargo.
c. Dunnaging.
d. Cargo on deck, kaitannya dengan aturan shipping bussiness.
e. Capacity plan – deck load capacity.
f. Produktivitas bongkar muat.
g. Quick despatch.
h. Cqd ( costomary quick despatch ).
i. Closing time – date
j. Broken stowage.
k. Liner – tramper.
l. Port stay - berth stay.
m. Eta – eta

2. Kegiatan cargodoring
Meliputi :
a. Kegiatan di dermaga.
b. Kegiatan di perjalanan. Dari sisi kapal sampai ke gudang
penumpukan - lapangan terbuka.
c. Kegiatan di gudang.
d. Kegiatan di lapangan.
e. Atau kegiatan sebaliknya.

Yang perlu diamati adalah:

a. Pemilahan terhadap barang yang ditangani (urut-urutannya).


b. Penggunaan alat-alat mekanis (forklift, trailer).
c. Penggunaan alat-alat non mekanis.
d. Pengunaan sdm, tkbm di lapangan. 

Di sini peran supervisor sangat dominan. Prinsipnya adalah bagaimana


pekerjaan bisa dilaksanakan secara:

1. Efektif, efisien, tidak ada waktu terbuang.


2. Lancar, cepat.
3. Dan barang dalam keadaan baik.
4. Tidak ada barang-barang yang menumpuk di dermaga pada waktu
bongkar, atau
5. Selalu ada barang di dermaga sisi kapal, pada waktu muat.

Semua yang direncanakan akan berjalan baik apabila :

1. Maka pada waktu “ meeting di ppsa” sejauh mungkin minta tempat


sandar yang dekat dengan gudang / lapangan penumpukan barang.
2. Akan sangat membantu apabila kita dapatkan informasi muatan sedini
mungkin (bisa merencanakan penempatan di gudang, atau menentukan
muatan mana yang kita siapkan lebih dulu di sisi kapal).
3. Lalu lintas, utamanya di dermaga, hanya mutlak kegiatan bongkar muat.
4. Arus barang, arus mekanis searah,
5. Semua sdm, tkbm disiplin.
6. Kita semua memperhatikan keselamatan maupun keamanan barang dan
sdm.

Pemakaian mekanis
Sebagai supervisor harus mengetahui:
1. Kemampuan alat mekanis yang digunakan ( angkut-angkat).
2. Kemampuan pengemudi–driver ( bersertifikat) terlatih, dan bertanggung
jawab terhadap alatnya ( mengetahui kapal mengisi bahan bakar; kapal
beristirahat).
3. Sejauh mungkin, untuk driver tertentu, memegang alat mekanis tetap.

Sebelum melaksanakan kegiatan bongkar muat barang perlu diambil langka-


langkah sebagai berikut:

Untuk bongkar muatan:


1. Komunikasi yang baik dengan pihak-pihak terkait ( agent pelayaran,
pemilik barang / freight forwarder)
2. Mendapatkan dokumen awal yang diperlukan .
3. Penunjukan kerja.
4. Dikumen barang yang akan dibongkar (b/l, manifest, stowage plan,
invoice, packing list)
5. Dokumen tentang kapal pengangkut ( ship’s particular, eta, bs 1-2,
pkka ).
6. Persiapan pelaksanaan kerja.
7. Mengadakan pertemuan internal ( meeting ) untuk perencanakan
kerja.
8. Mengadakan pertemuan kerja ( meeting ) dengan pihak-pihak terkait.
9. Melakukan boarding o/b setelah kapal tiba.
10.Mengikuti dengan seksama hasil meeting di ppsa, menyebar luaskan
hasilnya ke pihak-pihak terkait.
11.Siap di dermaga pada waktu kapal sandar dan segera melaksanakan
pemeriksaan barang yang akan dibongkar bersama pihak kapal,
mencatat “kelainan yang dijumpai”
12.Segera memerintahkan tkbm – sdm untuk melaksanakan
pembongkaran
13.Melaksanakan kegiatan tally untuk barang- barang yang dibongkar.
14.Menyiapkan – melaksanakan dokumentasi kegiatan bongkar.
15.Menyiapkan laporan terkhir / outurn report hasil pembongkaran
barang.

Untuk pemuatan barang ke kapal.


Diperlukan langkah-langkah yang sama dengan pembongkaran barang
dari kapal, hanya data-data barang yang akan dimuat maupun dokumen
muatan agak berbeda.

D. IZIN USAHA BONGKAR


MUAT BARANG

Izin usaha bongkar muat


barang berikan oleh gubernur pada lokasi pelabuhan tempat kegiatan. Izin
usaha diberikan setelah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.
Persyaratan administrasi meliputi memiliki akta pendirian perusahaan,
memiliki nomor pokok wajib pajak perusahaan, memiliki modal usaha,
memiliki penanggung jawab, menempati tempat usaha, baik berupa milik
sendiri maupun sewa, berdasarkan suratketerangan domisili perusahaan dari
instansi yang berwenang, memiliki tenaga ahli dengan kualifikasi ahli nautika
atau ahli ketatalaksanaan pelayaran niaga, dan memiliki surat
rekomendasi/pendapat tertulis dari Otoritas Pelabuhan atau Unit
Penyelenggara Pelabuhan setempat terhadap keseimbangan penyediaan dan
permintaan kegiatan usaha bongkar muat.
Persyaratan teknis paling sedikit memiliki peralatan bongkar muat berupa
forklift, pallet, ship side-net, rope sling, rope net, dan wire net. Izin berlaku
selama perusahaan bongkar muat masih menjalankan kegiatan usahanya
dan dievaluasi setiap 2 (dua) tahun sekali oleh gubernur. Izin usaha bongkar
muat barang yang telah diberikan harus dilaporkan oleh gubernur secara
berkala setiap 6 (enam) bulan kepada menteri untuk dijadikan bahan
penyusunan sistem informasi angkutan di perairan.

Untuk memperoleh izin usaha bongkar muat barang, badan usaha


mengajukan permohonan kepada gubernur disertai dengan dokumen
persyaratan. Berdasarkan permohonan, gubernur melakukan penelitian atas
persyaratan permohonan izin usaha bongkar muat barang dalam jangka
waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterima permohonan
secara lengkap. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian persyaratan belum
terpenuhi, gubernur mengembalikan permohonan secara tertulis kepada
pemohon untuk melengkapi persyaratan. Permohonan yang dikembalikan
dapat diajukan kembali kepada gubernur setelah permohonan dilengkapi.
Dalam hal berdasarkan hasil penelitian persyaratan telah terpenuhi,
gubernur menerbitkan izin usaha bongkar muat barang.

Perusahaan bongkar muat yang telah mendapat izin usaha wajib


melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan dalam izin usahanya,
melakukan kegiatan operasional secara terus menerus paling lama 3 (tiga)
bulan setelahizin usaha diterbitkan, mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pelayaran dan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya, menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan
bongkar muat barang kepada Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara
Pelabuhan setempat paling lama 1 (satu) hari sebelum kapal tiba di
pelabuhan, menyampaikan laporan bulanan kegiatan bongkar muat barang
kepada pemberi izin dan Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara
Pelabuhan setempat paling lama 14 (empatbelas) hari pada bulan
berikutnya, melaporkan secara tertulis kegiatan usahanya setiap tahun
kepada pemberi izin dengantembusan kepada Otoritas Pelabuhan atau Unit
Penyelenggara Pelabuhan setempatpaling lambat tanggal 1 Februari pada
tahun berikutnya, melaporkan secara tertulis apabila terjadi perubahan data
pada izin usaha perusahaankepada pemberi izin untuk dilakukan
penyesuaian, dan melaporkan secara tertulis setiap pembukaan kantor
cabang.

Orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dapat


melakukan kerja sama dengan perusahaan bongkar muat asing, badan
hukum asing, atau warga negara asing dalam bentuk usaha patungan
dengan membentuk perusahaan bongkar muat nasional. Batasan
kepemilikan modal asing dalam perusahaan bongkar muat patungan diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
penanaman modal dan wajib dipenuhi selama perusahaan tersebut masih
menjalankan usahanya. Perusahaan pemegang izin usaha yang berbentuk
usaha patungan dapat melakukan kegiatan bongkar muat barang hanya
pada pelabuhan utama di satu wilayah provinsi.

E. PERUSAHAAN BONGKAR MUAT (PMB)

Perusahaan Bongkar Muat (PMB) adalah Badan Hukum Indonesia yang


khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan
bongkar muat barang dari dan ke kapal. Perusahaan bongkar muat barang
dari dan ke kapal yang telah memiliki izin usaha, harus memenuhi kewajiban
sebagai berikut:
1) Memenuhi semua kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usaha;
2) Melakukan kegiatan usahanya, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah izin usaha diterbitkan;
3) Menyampaikan laporan rencana kegiatan bongkar muat kepada
Adpel/Kakanpel setempat selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum
kegiatan bongkar muat dilaksanakan, menurut contoh pada Lampiran IV
Keputusan ini;
4) Menyampaikan laporan bulanan kegiatan operasional perusahaan kepada
Pejabat pemberi izin dan dengan tembusan kepada Adpel/Kakanpel
setempat, menurut contoh pada Lampiran V Keputusan ini;
5) Menyampaikan laporan tahunan kegiatan operasional perusahaan
kepada Pejabat pemberi izin dengan tembusan kepada Adpel/Kakanpel
setempat, menurut contoh pada Lampiran VI Keputusan ini;
6) Melaporkan kepada Pejabat pemberi izin, setiap kali terjadi perubahan
anggaran dasar perusahaan, nama/alamat perusahaan,NPWP, nama dan
alamat Direktur Utama/penanggung jawab perusahaan dan status
kepemilikan peralatan kerja, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
setelah terjadinya perubahan itu;
7) Ikut menciptakan hubungan kerja sama operasional dengan pihak
manapun yang berkaitan dengan kegiatan pelabuhan;
8) Mematuhi dan melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di
lingkungan kegiatan perusahaannya dan terhadap semua tenaga kerja
yang dipekerjakan;
9) Mendidik dan melatih keterampilan pegawai agar tercapai efektifitas dan
efisiensi kerja;
10) Ikut menciptakan citra dan meningkatkan; dan
11) Melaporkan kegiatan operasional sesuai materi yang diminta oleh
dan kepada instansi yang berwenang untuk kepentingan pengumpulan
data dan statistik.

PROSEDUR BONGKAR MUAT

1. Pemohon mengajukan permohonan dilengkapi dengan persyaratan secara


lengkap
2. Petugas Front Office PTSP memeriksa kelengkapan persyaratan, jika
Berkas sudah lengkap dan benar, maka akan diberikan Tanda Terima
Berkas, sedangkan permohonan yang kurang lengkap akan dikembalikan
lagi kepada pemohon untuk diperbaiki atau dilengkapi.
3. Permohonan yang sudah lengkap dan benar diteruskan ke bagian Back
Office untuk mendapatkan pembahasan dari Tim Teknis.
4. Tim Teknis akan memberikan kajian dan melakukan pemeriksaan lapangan
terhadap permohonan yang memerlukan kajian/survey lapangan dan
memberikan rekomendasi bahwa permohonan tersebut layak/tidak untuk
mendapatkan persetujuan.
5. Permohonan yang tidak memerlukan kajian dan pemeriksaan lapangan
setelah mendapat persetujuan langsung diolah dan dicetak izinnya, tetapi
permohonan yang setelah mendapat pembahasan Tim Teknis ternyata
tidak diizinkan akan diberikan surat pemberitahuan penolakan.
6. Izin ataupun Surat Pemberitahuan Penolakan yang telah diterbitkan
diberikan penomoran, selanjutnya diarsipkan/didokumentasikan secara
manual dan elektronik (scanning).
7. Pemohon menerima informasi bahwa izin selesai, selanjutnya membayar
retribusi izin (khusus bagi yang dikenakan retribusi) dan kemudian
mengambil berkas perizinan di loket yang telah ditentukan.

PERSYARATAN ADMINISTRASI
1. Surat permohonan bermeterai cukup dari Pimpinan Perusahaan yang
ditujukan kepada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung u.p. Kepala BKPMD
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Format Terlampir).
2. Fotokopi Akta Pendirian/Perubahan perusahaan.
3. Fotokopi Pengesahan Akta Pendirian/Perubahan perusahaan dari pihak
yang berwenang. (untuk Jenis PT disahkan oleh Kementerian Hukum dan
HAM)
4. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
5. Memiliki Penanggung Jawab dibuktikan dengan Fotokopi KTP Direktur
Perusahaan.
6. Memiliki modal usaha sesuai ketentuan (sebagaimana ketentuan Pasal 6
ayat (3) KM 14 Tahun 2002):
a. Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Utama : Rp.
1.000.000.000,-
b. Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Regional : Rp.
500.000.000,-
c. Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Lokal : sesuai
penetapan Gubernur.
7. Menempati tempat usaha baik berupa milik sendiri maupun sewa, yang
dibuktikan dengan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau Surat Keterangan
Domisili Perusahaan dari instansi yang berwenang (kepala
desa/kelurahan).
8. Memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang tenaga ahli kualifikasi ahli
nautika atau ahli ketatalaksanaan pelayaran niaga, yang dibuktikan
dengan sertifikat/ijazah tenaga ahli tersebut.
9. Rekomendasi/pendapat tertulis dari Otoritas Pelabuhan/Unit
Penyelenggara Pelabuhan/ Adpel/ Kakanpel setempat terhadap
keseimbangan penyediaan dan permintaan kegiatan usaha bongkar muat.
10.Izin PMA dari BKPM (khusus bagi usaha patungan/ joint venture)

PERSYARATAN TEKNIS
Memiliki sekurang-kurangnya peralatan bongkar muat (diatur secara rinci di
Pasal 6 ayat (4) KM 14 Tahun 2002)

Pelabuhan Pelabuhan
Peralatan Pelabuhan lokal
Utama Regional

1 unit 2,5 ton 1 unit 2,5 ton

1. forklift 2 unit 5 ton 2 unit 5 ton

1 unit 10 ton

2. pallet 75 buah 50 buah


Sesuai penetapan
3. ship side-net ada ada Gubernur

4. rope sling ada ada

5. rope net ada ada

6. wire net ada ada

MASA BERLAKU IZIN

Izin berlaku selama perusahaan bongkar muat masih menjalankan kegiatan


usahanya (Pasal 112 ayat (5) PP 20 Tahun 2010)

STANDAR BIAYA / RETRIBUSI

Nihil (Rp. 0,-) / Tidak dikenakan biaya /retribusi

WAKTU PENYELESAIAN

Maksimal 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak berkas dinyatakan LENGKAP

Anda mungkin juga menyukai