Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Umum


1. Peti kemas/container
Peti kemas /container adalah alat angkut berbentuk peti persegi panjang yang terbuat
dari besi baja dengan ukuran tertentu dan tahan cuaca. Digunakan untuk mengangkut &
menyimpan sejumlah unit muatan, paket atau barang curahan. Membatasi dan melindungi
isi dari kerusakan atau kehilangan. Dapat dipisahkan dari alat angkut, dihandle sebagai 1
unit muatan serta dapat dipindahkan tanpa membongkar isinya. . Berat maksimum peti
kemas muatan kering 20 kaki adalah 24.000 kg, dan untuk 40 kaki (termasuk high cube
container), adalah 30.480 kg. Sehingga muatan berat/payload yang bisa diangkut adalah
21.800 kg untuk 20 kaki, 26.680 kg untuk 40 kaki. Yang memenuhi persyaratan teknis
sesuai dengan International Organization for Standardization (ISO) sebagai alat atau
perangkat pengangkutan barang yang bisa digunakan diberbagai moda, mulai dari moda
jalan dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal petikemas laut.
2. Pengangkutan
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim,
dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan
atau orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan
pengirim mengikatkan diri untuk membayar angkutan. Dari pengertian diatas dapat
diketahui bahwa pihak dalam perjanjian pengangkut adalah pengangkut dan pengirim.
Sifat dari perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik, artinya masing-masing
pihak mempunyai kewajiban-kewajiban sendiri-sendiri. Pihak pengangkut berkewajiban
untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dari suatu tempat ketempat tujuan
tertentu dengan selamat, sedangkan pengiriman berkewajiban untuk membayar uang
angkutan.

3. Penataan di Kapal
Stowage atau penataan muatan adalah suatu istilah dalam kecakapan pelaut,yaitu
suatu pengetahuan tentang memuat dan membongkar suatu muatan dari dan keatas kapal,
agar terwujut prinsip kerja yang baik. Dimulai dari pemuatan di pelabuhan pemuatan,
pemeliharaan dalam perjalanan dan pelaksanaan bongkar di pelabuhan tujuan.
4. Keselamatan dan Kelaiklautan Kapal
Kelaiklautan kapal, berdasarkan Pasal 1 poin 33 jo. Pasal 117 ayat 2 UU Nomor 17
tahun 2008 tentang Pelayaran, didefinisikan sebagai keadaan kapal yang memenuhi
persyaratan keselamatan kapal, yaitu ketika sebuah kapal memenuhi persyaratan
material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang
dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian; Selanjutnya
dalam pengoperasian kapal memenuhi persyaratan untuk berlayar diperairan tertentu
dalam hal pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat,
pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal,
manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen
keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.
5. SOP Keselamatan Cargo (Cargo Security) Di Atas Kapal
a. Personil kapal harus selalu manjaga terhadap pencurian muatan.
b. Jika container seal hilang atau terbuka selama operasi pemuatan, harus segera
dilaporkan kepada Supervisor Terminal untuk dilakukan penggantian seal dan dicatat
di dalam Dek Log Book.
c. Jika container seal hilang atau terbuka pada saat di kapal, agar segera melapor kepada
Master, dan Master memberikan instruksi kepada Chief Officer agar melakukan
penggantian. Kemudian dicatat di dalam Dek Log Book,dan segera membuat berita
pelaporan kepada Pemilik atau Charterer.
d. Setiap kapal harus membawa seal cadangan dan disimpan dengan baik.

2.2 Aturan-Aturan yang Berkaitan dengan Pengangkutan Peti Kemas


Sesuatu yang tidak dapat dihindari atau dicegah seperti ketentuan pada Pasal 468 dan 477
Kitab Undang-undang Hukum Dagang atau adanya keadaan memaksa (overmacht) atau
kerusakan disebabkan karena sifat, keadaan cacat dari barang itu sendiri atau juga kesalahan
oleh pemilik petikemas yang terdapat dalam Pasal 91 Kitab Undang-undang Hukum Dagang.
Pasal 468 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang yang berbunyi :
1. Persetujuan pengangkutan mewajibkan si pengangkut untuk menjaga akan keselamatan
barang yang harus diangkutnya, mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya barang
tersebut.
2. Si pengangkut diwajibkan mengganti segala kerugain, yang disebabkan karena barang
tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkannya, atau karena terjadi
kerusakan pada barang itu, kecuali apabila dibuktikannya bahwa tidak diserahkannya
barang atau kerusakan tadi, disebabkan oleh suatu malapetaka yang selayaknya tidak
dapat dicegah maupun dihindarkannya, atau cacat daripada barang tersebut, atau oleh
kesalahan daripada si yang mengirimkannya.
3. Ia bertanggung jawab untuk perbuatan dari segala mereka, yang dipekerjakannya, dan
untuk segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut.
Pasal 477 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang yang menyatakan bahwa “Si
pengangkut adalah bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena terlambat
diserahkannya barang yang diangkutnya, kecuali apabila dibuktikannya, bahwa kelambatan
itu disebabkan karena suatu malapetaka, yang selayaknya tidak dapat dicegah atau
dihindarkannya”.
Pasal 91 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang yang menyatakan bahwa “Pengangkut
dan juragan perahu harus menanggung segala kerusakan yang terjadi pada barang–barang
dagangan dan lainnya setelah barang itu telah mereka terima untuk diangkut, kerusakan–
kerusakan yang diakibatkan karena sesuatu cacat pada barang–barang itu sendiri, karena
keadaan barang yang memaksa, atau karena kesalahan atau kealpaan si pengirim atau
ekspeditur”.

2.3 Fungsi, Kegunaan dan Jenis-jenis Container


1. Fungsi Container
Dalam kegiatan ekspedisi Container memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Sebagai alat angkut,
b. Sebagai Gudang, dan
c. Sebagai alat pengepakan barang.
2. Kegunaan Container
Penggunaan container dalam kegiatan ekspedisi memiliki beberapa kegunaan yaitu :
a. Bagi Pemilik Barang
1) Melindungi barang agar terhindar dari kehilangan dan kerusakan
2) Memudahkan pengiriman barang sehingga bisa tiba di tujuan dengan cepat dan
lancar
3) Menekan biaya pengiriman barang sehingga lebih murah
b. Bagi Pemilik Kapal
1) Meningkatkan kapasitas pemuatan/Loading Capacity menjadi lebih lebih besar.
2) Meningkatkan Frekuensi singgah kapal.
3) Mengurangi biaya –biaya eksploitasi akibat delay kapal
c. Bagi Pelabuhan
1) Mewujudkan Service for the vessel tercapai
2) Mewujudkan Service to the customers tercapai
3. Jenis-jenis container
a. General Cargo Container
General Cargo Container adalah petikemas yang dipakai untuk mengangkut muatan
umum (General Cargo). Diantaranya jenis-jenis General Cargo Container adalah:

1) General Purpose Container


Petikemas yang digunakan untuk mengangkut cargo berupa barang-barang yang
tidak mempunyai spesifikasi khusus ataupun penanganan khusus dapat
menggunakan petikemas jenis ini.

Gambar 1 General Purpose Container


Sumber : http://www.bangkitjayamanunggal.com/jenis-container-menurut-fungsi-
kegunaan/

2) Peti kemas bukaan samping (Open Side Container)

Gambar 2 Open Side Container


Sumber : https://www.arthanugraha.com/mengenal-peti-kemas-kontainer/

Petikemas ini mempunyai pintu di salah satu sisinya. Dipakai untuk


mengangkut kargo yang mempunyai ukuran yang melebar, seperti misalnya kargo
berupa mesin industri.

3) Peti kemas bukaan atas (Open Top Container)

Gambar 3 Open Top Container


Sumber : http://www.bangkitjayamanunggal.com/jenis-container-menurut-fungsi-
kegunaan/

Petikemas ini mempunyai bagian atas yang bisa dibuka. Digunakan untuk
cargo yang mempunyai tinggi ukuran yang melebihi dari tinggi petikemas.
4) Ventilated Container

Gambar 4 Ventilated Container


Sumber : https://www.arthanugraha.com/mengenal-peti-kemas-kontainer/

Petikemas ini mempunyai ventilasi di sisi-sisinya. Digunakan untuk kargo yang


memerlukan sirkulasi udara, misalnya saja untuk kargo yang berupa biji kopi.
b. Thermal Container adalah petikemas yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
Petikemas yang termasuk kelompok Thermal adalah :
1) Insulated Container
Petikemas jenis ini digunakan untuk cargo yang berupa barang yang
membutuhkan perlakuan khusus untuk suhunya dengan mempertahankan suhu
agar tidak terpengaruh dengan suhu di luar petikemas.
Gambar 5 Thermal Container
Sumber : http://www.bangkitjayamanunggal.com/jenis-container-menurut-fungsi-
kegunaan/

2) Reefer Container
Petikemas ini digunakan untuk cargo yang selalu memiliki suhu rendah
(dingin) yang terkontrol. Biasanya digunakan untuk pengiriman barang –
barang perishable/yang mudah rusak atau busuk seperti daging, ikan, sayur dan
buah buahan agar dapat lebih tahan lama.

Gambar 6 Reefer Container


Sumber : http://www.bangkitjayamanunggal.com/jenis-container-menurut-fungsi-
kegunaan/

3) Heated Container
Petikemas ini digunakan untuk kargo dengan barang-barang yang
membutuhkan suhu tinggi, bisa hingga lebih dari 100 derajat celcius. Juga
mempunyai kontrol pengaturan suhu.
Gambar 7 Heated Container
Sumber : https://www.arthanugraha.com/mengenal-peti-kemas-kontainer/

c. Tank Container

Gambar 8 Tank Container


Sumber : http://www.bangkitjayamanunggal.com/jenis-container-menurut-fungsi-
kegunaan/

Petikemas berupa tangki yang ditempatkan dalam kerangka petikemas yang


dipergunakan untuk muatan, baik muatan cair (bulk liquid) maupun gas (bulk gas).

d. Dry bulk Container


Gambar 9 Dry Bulk Container
Sumber : https://www.arthanugraha.com/mengenal-peti-kemas-kontainer/

Petikemas jenis ini digunakan terutama untuk mengangkut muatan dalam bentuk
curah (bulk cargo), seperti butiran, bahan pakan, rempah-rempah.
e. Platform Container adalah Petikemas yang hanya terdiri dari lantai dasar. Petikemas
yang termasuk kelompok ini adalah :
1) Flat rack Container
Petikemas jenis ini digunakan khususnya untuk mengangkut muatan berat
(Alat berat/heavy lift dan kargo overheight atau overwidth).
Ciri khas peti kemas jenis ini adalah sisi dindingnya dapat dilipat hingga
sejajar dengan sisi dasarnya. Sisi dasar peti kemas ini dirancang untuk
mengangkut barang-barang yang memiliki bobot yang sangat berat. Kegunaannya
adalah untuk pengangkutan barang yang berat, besar dan lebih tinggi dari ukuran
peti kemas
Gambar 10 Flat Rack Container
Sumber : http://www.bangkitjayamanunggal.com/jenis-container-menurut-fungsi-
kegunaan/

2) Platform based Container

Gambar 11 Platform Based Container


Sumber : https://www.arthanugraha.com/mengenal-peti-kemas-kontainer/

Petikemas jenis ini dipergunakan untuk muatan dengan ukuran lebih besar dan
beratnya melebihi standar muatan pada umumnya.
f. Collapsible Container

Gambar 12 Collapsible Container


Sumber : https://www.arthanugraha.com/mengenal-peti-kemas-kontainer/
Petikemas yang khusus dibuat untuk muatan tertentu, seperti petikemas untuk
muatan ternak (cattle container) atau muatan kendaraan (auto container).

g. Air Mode Container

Gambar 13 Air Mode Container


Sumber : https://www.arthanugraha.com/mengenal-peti-kemas-kontainer/

Petikemas yang khusus dibuat dan dipergunakan oleh pesawat terbang yang
berbadan besar untuk mengangkut barang-barang penumpang atau air kargo melalui
udara.
2.4 Dasar Keselamatan Tentang Barang di Kapal
1. Melindungi kapal
a. Pembagian muatan secara vertical (tegak)
1) Apabila muatan dipusatkan diatas, stabilitas kapal akan kecil mengakibatkan
kapal langsar (tender).
2) Apabila muatan dipusatkan dibawah, stabilitas kapal besar dan mengakibatkan
kapal kaku (stiff ).
b. Pembagian muatan secara longitudinal (membujur)
1) Menyangkut masalah trim (perbedaan sarat/draft depan dan belakang)
2) Mencegah terjadinya hongging : apabila muatan dipusatkan pada ujung – ujung
kapal (palka depan dan palka belakang) dan sangging : apabila muatan
dipusatkan di tengah kapal (palka tengah)
c. Pembagian muatan secara transversal (melintang)
Mencegah kemiringan kapal. Apabila muatan banyak dilambung kanan, kapal akan
miring ke kanan dan sebaliknya.
d. Pembagian muatan secara khusus pada geladak antara (Deck load capacity) terutama
untuk tween deck
Kemampuan geladak untuk menyangga muatan (dlc = deck load capacity) terutama
untuk geladak antara (tween deck)
2. Melindungi Muatan
Yаng dіmaksud dеngаn melindungi muatan аdаlаh menyangkut tanggung jawab
pihak pengangguk (Carrier) terhadap keselamatan muatan уаng dіmuat dаrі ѕuаtu
pelabuhan kе pelabuhan tujuannya dеngаn aman sebagaimana kondisi muatan seperti saat
penerimaannya tanggung jawab pihak pengangkut terhadap keselamatan muatan
bеrdаѕаrkаn “ From Sling to sling “ atau “ From Trackle to Trackle “.
a. Faktor-faktor penyebab kerusakan muatan di atas kapal
Untuk dараt menjaga keselamatan/melindungi muatan maka pihak carrier dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, harus mengenal betul аkаn sifat-sifat
serta jenis-jenis dаrі ѕеtіар muatan sehingga dараt menghindari kerusakan muatan
yang dіakibatkan оlеh :
1) Keringat kapal
2) Keringat muatan
3) Kebocoran/kebasahan dаrі muatan lаіn
4) Pergeseran dеngаn kulit/badan kapal
5) Pergeseran dеngаn muatan laainnya
6) Penangan muatan
7) Muatan lainnya
8) Penanggasan (Spontaneous heating)
9) Pencurian (Pilferage)
b. Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah kerusakan muatan di atas kapal
Agar dараt menghindari/mencegah kerusakan уаng dіakibatkan оlеh hal-hal
tеrѕеbut dі atas, maka уаng harus dі lakukan dеngаn baik dan tepat аdаlаh :
1) Penggunaan penerapan (Dunnage)
2) Pengikatan dan pengamanan (Lashing and securing)
3) Pemberian ventilasi
4) Pemisahan muatan
5) Perencanaan уаng prima
3. Melindungi ABK dan buruh
Melindungi abk dan buruh dapat dilakukan dengan melengkapi alat – alat bongkar muat
yang sesuai dengan standard an sesuai dengan jenis muatan yang dibongkar/dimuat serta
melengkapi abk dan burh dengan alat keselamatan.
4. Pemanfaatan ruang muat secara maksimal/full and down
a. Dengan memuat secara maksimal sesuai kapasitas ruang muat adalah untuk membuat
broken strowage yang sekecil mungkin .
b. Penggunaan tiller cargo
c. Perencanaan ruang muatan yang tepat, pemilihan ruang muat sesuai dengan
muatannya
5. Pemuatan secara sistematis
Pemuatan secara sistematis dilakukan untuk melindungi muatan dengan mencegah
terjadinya :
a. Long hatch
b. Over carriage
c. Over stowage

2.5 Daftar Istilah/Pengertian dalam Muatan

1. Optional cargo
Muatan yang memiliki lebih dari satu pelabuhan bongkar dan menunggu keputusan
shipper, misalnya : tanjung perak / singapore / tokyo
2. Delicate cargo
Muatan yang peka terhadap bau – bauan.
3. Filler cargo
Muatan yang dipakai untuk mengisi ruangan yang tidak bisa dipakai (mengisi broken
stowage).
4. Heavy lift cargo
Muatan berat, yaitu muatan yang beratnya melebihi kemampuan daya angkat
boom/derrick kapal.
5. Odorus cargo
Muatan yang mengeluarkan baud an dapat merusak muatan lain karena baunya.
6. Longlength cargo
Muatan yang panjangnya, melebihi panjang mulut palka (hatch coaming).
7. Refrigerated cargo
Muatan dingin, muatan yang memerlukan ruangan khusus pendingin.
8. Transshipment cargo
Muatan yang dipindahkan ke kapal lain.
9. Dangerous cargo
Muatan berbahaya, muatan yang sifatnya membahayakan kapal, isi dan para abk.
10. Ad valorem cargo
Muatan yang berharga/bernilai tinggi.
11. Back freight
Pembayaran kembali kepada kapal, karena kapal membawa kembali muatan ke
pelabuhan asalnya.
12. Dead freight
Uang yang harus dibayarkan kepada kapal karena satu pihak tidak menepati janji untuk
memuai kapal dengan muatan penuh.
13. Surchange
Uang tambahan dari freight rate oleh karena ukuran / berat muatan melebihi ukuran yang
ditentukan.
14. Constructive total loss
Kapal satu muatan yang rusak, dimana biaya untuk menyelamatkan atau memperbaiki
akan melebihi nilai harga muatan/kapal tersebut.
15. Deadweight factor perbendingan antara is ruang muatan dan daya angkut muatan kapal
tersebut.
16. Demmurage
Uang yang harus dibayarkan oleh pencharter karena muat bongkar melebihi
laydays yang tercantum didalam charter party.
17. General average
Perbandingan pengorbanan dari semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan nilai
dari barang yang dimilikinya, pada waktu sejumlah barang muatan dikorbankan untuk
menyelamatkan kapal dan muatan lainnya dari suatu bahaya.
18. Indispute
Suatu keadaan dimana terjadi perbedaan jumlah muatan antara keadaan sebenarnya dan
data di dalam dokumen.
19. Revenue ton
Suatu ukuran untuk menentukan freight (uang tambang), pertimbangan antara berat dan
volume barang.
20. Measurement ton
Suatu ukuran muatan yang perhitungan 1 measurement ton sama dengan 40 oft.
21. Marko
Selisih antara berat muatan yang dimuat dan dibongkar.
22. Flenzen
Muatan yang datangnya terlambat pada saat akan berangkat, sehingga belum ditempatkan
di palka dengan baik (temporary stowage).
23. Over carriage cargo
Keadaan dimana suatu muatan terbawa melewati pelabuhan bongkarnya, karena kelalaian
dalam membongkar.

24. Over stowage cargo


Keadaan dimana suatu muatan akan dibongkar berada di bagian bawah dari muatan
pelabuhan berikutnya.
25. Long hatch
Keterlambatan muat bongkar, karena terlambat di salah satu palka.
26. Shortlanded cargo
Jumlah muatan yang dibongkar kurang dari yang sebenarnya disebut ‘shortlanded
indispute’, lawannya overlanded.
27. Claim
Tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh penerima barang, karena barangnya rusak,
kurang.
28. Tracer
Pengusutan terhadap muatan – muatan yang rusak atau hilang/kurang, dengan cara
menghubungi kapal dan pelabuhan – pelabuhan lain yang disinggahi.
29. Cargo outturn report
Laporan hasil kegiatan muat bongkar barang di pelabuhan.
30. Full and down
Suatu keadaan dimana kapal dimuati hingga seluruh ruang muat penuh dan mencapai
sarat maximum yang diijinkan.
31. Stowage factor
Stowage factor adalah jumlah ruangan dalam cuft atau cbm yang digunakan untuk
memadat muatan seberat 1 ton.
32. Capacity plan
Capacity plan adalah bagian kapal yang berisi data – data tentang kapasitas ruang muat,
daya angkut, ukuran palka dan tangki, deadweight seale, free board, letak titik berat
palka / tangki dll.
33. Deck load capacity
Deck load capacity adalah kemampuan sebuah geladak untuk menahan beban muatan
diatasnya, dinyatakan dalam ton / m2 atau lbs / ft2.

34. Container stack load


Kemampuan geladak (4 sepatu container) untuk menahan berat container yang
ditempatkan diatasnya.
35. Cy (container yard)
Lapangan penumpukan container dimana container disusun rapi memakai top leader atau
secara berbaris.
36. Cfs (container freight station)
Container freight station merupakan tempat dimana muatan dimuat ke dalam container
(stuffing) atau muatan dikeluarkan dari container (stripping).
37. Teu (twenty feet equivalent unit)
Unit padanan petikemas ukuran 20 kaki, missal cont 20’ = 1 teu dan 1 cont 40’ = 2
teu’s.
38. Lash (lighter aboard ship)
Lash adalah jenis kapal yang mampu mengangkut muatan berupa lighters (tongkang =
barges).
39. Obo (oil bulk ore)
Kapal pengangkut minyak sekaligus biji besi.
40. Vlcc (very large crude carrier)
Kapal tanker pengangkut minyak mentah ukuran besar.
41. Vlcc (ultra large crude carrier)
Kapal tanker pengangkut minyak mentah ukuran sangat besar.
42. Roro (roll on roll of)
Jenis kapal yang dilengkapi dengan ramp (jembatan = jalan) untuk kendaraan
masuk/keluar kapal langsung ke dermaga.
43. Swl (safety working load)
Keamanan muat dari peralatan muat bongkar dikapal sesuai certificate yang dimilikinya.
44. Fcl (less than container load)
Container yang berisi muatan untuk satu tujuan (consignee)
45. Lcl (less than container load)
Container yang berisi muatan lebih dari satu tujuan.
46. Gang hour
Kemampuan buruh dalam muat bongkar setiap jamnya.
47. Ullage
jarak tegak dari permukaan cairan didalam tangki hingga tank top (lawannya innage =
sounding).
48. Thievage
Prosentase air di dalam muatan cair dalam tangki (misalnya latex, palm oil).
49. Cargo stowage plan
Suatu bagan kapal dimana muatan ditempatkan, dilengkapi data tujuan/jumlah/berat
muatan serta pelabuhan muatnya masing – masing.
50. Container bay plan
Suatu bagan penempatan container didalam palka dan diatas geladak, dengan urutan bay
ganjil/genap dihitung dari depan, row ganjil/genap dihitung dari tengah dan dilihat dari
belakang, tier in hold dan on deck.
51. Port Dues
Biaya pelabuhan yang dikenakan untuk penggunaan fasilitas-fasilitas pelabuhan dan tidak
berhubungan dengan suatu pelayanan khusus pada pelabuhan yang disinggahi.
52. Port Charges
Pungutan Pelabuhan yang dikenakan untuk suatu pelayanan khusus pada Pelabuhan yang
disinggahi.
53. Overbrengan (Pindah lokasi)
Memindahkan barang dari gudang/tempat penumpukan yang satu ke gudang/tempat
penumpukan yang lain dalam daerah pelabuhan atau dari ship side ke gudang khusus
untuk itu.

54. Gilir Kerja (Shift)


Shift adalah jam kerja selama 8 jam termasuk istirahat 1 jam kecuali hari jum’at siang
istirahat 2 jam, untuk kegiatan bongkar muat dengan penggantian tenaga kerja bongkar
muat pada setiap gilir kerja.
55. Gang Tkbm
Jumlah tenaga tkbm dalam satu regu kerja.
56. Stevedore
Pelaksana penyusun rencana dan pengendalian kegiatan bongkar muat di atas kapal
57. Quay Supervisor
Petugas pengendali kegiatan operasional b/m di dermaga dan mengawasi kondisi barang
sampai ke tempat penimbunan atau sebaliknya.
58. Chief Tally
Penyusun rencana pelaksanaan dan pengendalian perhitungan fisik, pencatatan dan
survey kondisi barang pada setiap pergerakan b/m dan dokumentasi serta membuat
laporan periodik.
59. Telly Clerk
Pelaksana yang melakukan perhitungan pencatatan jumlah, merk dan kondisi setiap
gerakan barang berdasarkan dokumen serta membuat laporan.
60. Foreman
Pelaksana dan pengendali kegiatan operasional b/m dari dan ke kapal sampai ke tempat
penumpukan barang atau sebaliknya, dan membuat laporan periodik hasil kegiatan
bongkar muat.
61. Mistry
pelaksana perbaikan kemasan barang dalam kegiatan stevedoring, cargodoring dan
receiving/delivery.
62. Watchman
pelaksana keamanan barang pada kegiatan stevedoring, cargodoring dan receiving/
delivery.
63. Slack
Slack adalah perbandingan antara kinerja yang mungkin dicapai dengan kinerja yang
terealisasi.
64. Peralatan Bongkar Muat Non Mekanik
Adalah alat pokok penunjang pekerjaan b/m yang meliputi jala-jala lambung kapal
(shipside net), tali baja (wire sling), tali rami manila (rope sling), jala-jala baja (wire net),
jala-jala tali manila (rope net), gerobak dorong, palet.
65. B/M di Rede
Pekerjaan b/m dari kapal yang sandar di dermaga ke tongkang di lambung kapal dan
selanjutnya mengeluarkan dari tali/ jala-jala (eks tackle) dan menyusun di tongkang serta
membongkar dari tongkang ke dermaga dan sebaliknya.
66. Commanding Hatch
Palka yang menentukan dimana palka tersebut memiliki isi kerja yang paling banyak dan
paling mungkin mempengaruhi waktu awal atas waktu kerja yang menyeluruh.
67. Lifo Term
Liner in free out, merupakan kombinasi, memuat dengan menggunakan liner term dan
membongkar dengan menggunakan fios term.
68. Filo Term
Free in liner out, juga merupakan kombinasi, memuat dengan menggunakan fios term
dan membongkar dengan menggunakan liner term.
69. Sagging
Muatan terkosentrasi di tengah kapal
70. Hogging
Muatan terkonsentrasi diujung-ujung kapal
71. Bulky
Bulky Adalah muatan yang bervolume besar tetapi muatannya ringan.

72. Overstowing
Overstowing adalah gambaran buruknya penumpukan (muatan yang ditumpuk untuk
pelabuhan berikutnya di atas muatan muatan pelabuhan bongkar yang lebih awal)
73. Shifting
Memindahkan muatan di dalam palka yang sama atau ke palka yang berbeda atau lewat
darat.
74. Lashing/Unlanshing
Mengikat/memperkuat muatan atau sebaliknya melepaskan pengikat/penguat muatan
75. Dunnaging
Memasang atas/pemisah muatan
76. Sweeping
Mengumpulkan muatan-muatan yang tercecer
77. Bagging/Unbagging
Memasukan muatan curah ke dalam karung atau sebaliknya yaitu membuka karung atau
sebaliknya yaitu membuka karung dan mencurahkan muatan.
78. Restowage
Menyusun kembali muatan dalam palka
79. Sorting
Pekerjaan memilih/ memisahkan muatan yang tercampur atau muatan yang rusak.
80. Trimming
Meratakan muatan di dalam palka kapal.
81. Cleaning
Pekerjaan membersihkan palka kapal.
82. Longdistance
Pekerjaan cargodoring yang jaraknya mellebihi dari 130 meter.

Anda mungkin juga menyukai