Anda di halaman 1dari 26

CONTAINER CARGO

6.1 SISTIM KONTAINERISASI

6.1.1 Kegunaan Container

Menurut pengamatan dari darat : wadah untuk menyimpan dan mengangkut


barang dengan bentuk dan ukuran tertentu yang dapat dipindahkan dari satu
e yang lain tempat tanpa mengalami kerusakan atau kekurangan.

Menurut pengamatan kapal : Dianggap sebagai bagian dari ruangan kapal


yang dapat dipindahkan ke setiap tempat di darat untuk dimuati dengan
barang atau dibongkar baragnya sejalan dengan kepentingan pemilik barang
dan pengangkut.

6.1.2 Perkembangan Container.

Perkembangan container (watchkeeping safety and cargo management in


port). It may be advantageous to carry cargo in ISO Containers for a number
of reasons. These vary in importance depending on the circumstances :

Reduce ship time in port


Better berth uilization
Improved transhipment and inter modal operation
Reduced time in between producen and consumer
Less pysical handling of cargo – less damage
Good security – less pilferage
Protection against weather and detrimental atmosphere
Quality control to improve self life of perishables
Improve safety for personnal, cargo and equipment
Reduce tally cost
To disctinguish between the loading of container on to a ship or unloading of it
form a ship or the packing or unpacking of taht container with cargo,the
words stuffing and stripping are used with regard to the actual cargo work
( sometime known as vanning and devanning )

6.1.3 Keuntungan Sistem Container

Bagi carrier ( pengangkut ) : kecepatan muat/ bongkar barang ke/ dari kapal
sangat tinggi/ cepat, kerusakan dan kehilangan atas barang sangat kecil,
waktu berlabuh kapal dipersingkat berarti semua biaya dapat di tekan.

Bagi pemilik barang ( Cargo Owner ) : penggunaan container dapat


disesuaikan dengan keperlun dan kepentingan pemilik barang (LCL/ FCL)
dapat mengangkut barang dari/ ke setiap tempat yang dikehendakinya
sampai pedalaman (hinterland) asalkan tersedia sarananya.

Bagi pemilik barang (Cargo Owner) : penggunaan container dapat


disesuaikan dengan keperlun dan kepentingan pemilik barang (LCL/FCL)
dapat menggunakan container yang dilengkapai dengan sarana sesuai
denngan sifat, bentuk dan kondisi barang yang diangkut misalnya freezer dan
lain lain.

6.1.4 Kerugian Sistem Container

Bagi carrier ( pengangkut ) memerlukan organisasi yang lebih rapi dan luas
menggunakan alat alat seperti alat berat , computer dan lain lain , port of call
terbatas pada pelabuhan pelabuhan yang dilengkapi dengan sarana muat/
bongkat yang memadai, memerlukan skill yang tinggi dari para pelaksana,
pengalihan sistem labour intensive ke capital intensive.

Bagi pemilik barang khususnya pengguna FCL : memerlukan peralatan untuk


menangani container di lokasi pemuatan / pembongkaran, menyiapkan
tenaga terlatih untuk memuat , menyusun muatan di dalam container tanpa
menimbulkan akibat kerusakan pada container atau keselamatan kapal yang
mengangkutnya.

6.1.5 Depot Container

Depot adalah tempat terbuka untuk penumpukan container kosong dari CFS
sesudah muatannya di bongkar dari consignee sesudah barang berstatus
CFL dibongkar di tempatnya.

Pemuatan dan pembongkaran container

Cara Lift On lift Off ( LO-LO )menggunakan alat bonkar muat milik kapal atau
yang disediakan oleh darat

Roll ON Roll Off ( RORO ) , pemuatan / pembongkaran container bermuatan


atau kosong dilakukan bersama sama dengan alat angkutnya/ trailer melalui
pintu rampa (di belakang atau di smaping). Sesudah container disusun dalam
palka dengan forklift, alat angkutya meninggalkan kapal, crane kapal/ darat
hanya digunakan apabila pemuatan dilakukan ke atas kapal Ro-Ro

Cara floating On Floating Off (FO–Fo) digunakan untuk memuat/


membongkar container bermuatan/ kosong ke dari tongkang.

6.1.6 Ukuran Container


Container 20 feet
Ukuran 20’ x 8’ x 8’06”
Tare ( MT Container = 2.3 Ton
Cargo Maximum = 20 – 28 Ton
MGW ( Maximum Gross Weight ) = 22.3 – 30.3 Ton

Container 40 feet
Ukuran 40‘ x 8’ x 8’06”
Tare ( MT Container ) = 3.4 Ton
Cargo Maximimum = 30 Ton
MGW = 33.4 Ton.

High Tube tingginya 9’06” demikian juga ada length dan width yang di luar
ISO standar.

TEU (Twenty Foot Equivalent Unit) sebagai standar unit container Dalam
pengapalan, misal 10 unit container 20’ = 20 Teus dan 10 unit Container 40’ =
20 Teus.

Nomer Container, Setiap container diberi penomoran dari pabrik/ pemilik


dengan 7 digit angka misal DLCU 0909947 (Djakarta Lloyd Container Unit)
22G1 artinya Container 20’ muatan general cargo, 44T2 artinya Container 40’
muatan dalam tanki.

6.1.7 Jenis Jenis Container.

a. General Cargo/ Dry Freight Cargo untuk muatan umum dan dry cargo
dalam peti atau package.
b. Open Top Container untuk barang yang tingginya melebihi tinggi atau
tidak dapat muat bongkar melalui pintu container.
c. Tank Container, untuk barang curah cair, minyak, latek , dll.
d. Side open container untuk barang yang memerlukan/ dapat diperiksa
dari samping, unit mesin, dll.
e. Pen atau Lifestock container untuk pengiriman binatang, hewan ternak,
dll.
f. Special Bulk Container untuk barang curah kering in bulk, tepung, dll.
g. Car Container untuk angkutan kendaraan, mobil, dll.
h. Ventilated Container untuk general cargo, agriculture product dalam
bags,kopi, dll.
i. Flat Rack untuk angkutan khusus barang berat dan volumenya besar.
j. Reefer Container untuk pengiriman barang yang memerlukan
pendinginan.

6.1.8 Pemilihan container berdasarkan jenis muatan

a. Barang barang umum yang sudah terkemas rapi


b. Barang barang yang memerlukan ventilasi
c. Untuk barang yang memerlukan pendinginan
d. Peti kemas khusus untuk memuat hewan ternak
e. Peti kemas untuk memuat barang dari atas ( open Top )
f. Peti kemas Flatrack khusus muatan yang mempunyai OH/OW/OL

6.1.9 Container Khusus.

a. Barang barang umum yang sudah terkemas rapi


b. LASH ( Lighter Aboard Ships = peti Kemas Apung ) : adalah tongkang baik
bermesin sendiri atau harus ditarik yang dipakai untuk menyimpan
muatan. Tongkang ini berfungsi sebagai peti kemas dan diangkut dengan
kapal yang khusus untuk itu. LASH ini adalah peti kemas tetapi
pembongkarannya bisa dilakukan di temgah laut karena mampu
mengapung di air dan kemudian dengan kapal tunda ( untuk yang tidak
bermesin ) ditarik ke tempat tujuan tanpa kesulitan.
c. Sea – Train atau sea bee ( Peti kemas apung berantai ), adalah sama
dengan LASH hanya ukuran barges lebih besar dan berfungsi sebagai peti
kemas laut.
d. Pemadatan container di kapal adalah container diatas deck dengan
spreader sling khusus container, serta perlengkapan hubungan antar
container.
6.1.10 Dimensi/ Ukuran flat rack

a. Dimensi Flat Rak datar (20 ' Flat Rack) dapat dijelaskan sebagai dimensi
dalam dan dimensi luar.
b. Dimensi dalam 20 'Flat Rack adalah sebagai berikut. (Panjang, lebar dan
tinggi 20 'wadah Flat Rack di mili meter, meter dan kaki)
c. Panjang (antara panel ujung) = 5960 mm (5.96 meter atau 19 '55 "atau 19
kaki 55 inci)
d. Panjang (antara tiang sudut) = 5640 mm (5.64 meter atau 18 '05 "atau 18
kaki 05 inci)
e. Lebar = 2380 mm (2,35 meter atau 7 '70 "atau 7 kaki 70 inci)
f. Tinggi = 2270 mm (2,27 meter atau 7'45 "atau 7 kaki 45 inci)

6.1.11 Container equipment interchange receipt

Pada saat pengalihan tanggung kondisi fisik container baik bermuatan


maupun kosong harus selalu diikuti dengan mencatatnya pada EIR
( Equipment Interchange Receipt )

a. Pada saat serah terima di Depot


b. Pada saat serah terima Container kosong dengan shipper dan waktu
pengembaliannya kepada pengangkut.
c. Pada waktu pemuatan atau pembongkaran container bermuatan atau
kosong ke dan dari kapal.
d. Pada saat penyerahan kepada CFS ( Container Freight Station ) atau
pihak lainnya.
e. Saat menyerahkan atau menerima Container kosong ke/ dari Depot.
6.1.12 Hinterland or inland transportation

Sebagai konsekwensi dari ruangan kapal yang dapat “dipinjam” ke darat


dalam bentuk cotainer, maka timbul:

a. Dry Port : Pelabuhan darat di pedalaman/ Hinterland berfungsi sama,


sekaligus menunjang pelabuhan laut yaitu memproses containerized
cargo baik untuk tujuan import atau export.
b. Angkutan Pedalaman : Sarana angkutan yang menangani angkutan
container yang menghubungkan Dry Port dengan Sea Port atau
sebaliknya.
c. Intermodal Transport : Suatu konsep transportasi yang menggunakan
dua atau lebih alat transportasi berdasarkan satu tarif ( through
billing ) dan pertanggung jawaban tunggal ( through liability ), kadang
kala konsep ini disebut sebagai “ Door to Door Service “

6.2 JENIS KAPAL CONTAINER


6.2.1 Kapal Container terdiri dari Tiga jenis :
a. Full Container
b. Semi Container
c. Feeder Container

Uji coba mengangkut muatan tropis di dalam container pernah dilakukan


tahun 1981 di kapal semi container MV.Mataram pada pelayaran Indonesia –
Eropa dan Indonesia – USA

Muatan yang pernah diuji coba saat itu adalah cengkeh, mrica, pala dan kayu
manis ternyata beberapa container mengalami kondensasi dan timbul
keringat muatan serta keringat kapal.

Masalah tersebuat terjadi pada waktu melewati Terusan Suez dengan suhu
Laut Merah 38°C ganti di laut tengan menjadi 12°C

6.2.2 Bay Plan Kapal Container adalah Stowage Plan pada kapal Container
merupakan bagan penempatan suatu Container “On Deck” dan “ In Hold “
a. Bay, Row and Tier
b. Bay Ganjil untuk container 20”
c. Bay Genap untuk container 40”
6.2.3 Bay Plan Kapal Container adalah Stowage Plan pada kapal Container
merupakan bagan penempatan suatu Container “On Deck” dan “ In Hold
“Pada suatu daftar container hanya dicantumkan posisi BAY/ ROW/ TIER
yang dapat diketahui dimana Container itu dapat ditempatkan.

Contoh : Container List MV.Singosari

SEMARANG–NEW BAY ROW TIER REMARKS


YORK
CTIU 1909223 11 08 82 CONTAINER 20”
DLCU 5612997 09 01 04 CONTAINER 20”
MXCU 8211765 12 08 84 CONTAINER 40”
UFCU 777542 22 05 02 CONTAINER 40”

Noted :
ROW GENAP SEBELAH KIRI DAN
ROW GANJIL SEBELAH KANAN TENGAH KAPAL
6.2.4 Penyusunan Container.
a. Container 40” bisa ditempatkan diatas Container 20”
b. Container 20” tidak bisa ditempatkan diatas container 40”
c. Pintu Container ditempatkan menghadap buritan kapal
d. Container yang dilengkapi dengan alat pendingin/ reefer container
dipasang di dekat electric plug untuk powewr listriknya.
e. Palka kapal Container ada pula yang dilengkapi dengan celluler guide
untuk memudahkan stowage dan lashingnya.
6.3 STACKING MUATAN DALAM CONTAINER.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat merencanakan penumpukan


kontainer

6.3.1 Kualitas Container saat menumpuk kontainer, pastikan bawah cukup


terstruktur secara struktural untuk menangani penumpukan. Wadah kontur
angin dan air yang umum, wadah kargo dan kontainer satu perjalanan
semuanya akan baik-baik saja untuk ditumpuk. Untuk kargo yang layak dan
kontainer satu perjalanan, Anda bisa menumpuknya 9 tinggi. Untuk kontainer
berkapasitas angin dan air, periksa tiang sub-lantai dan sudut untuk
memastikan tidak rusak atau aus.

6.3.2 Sudut Container


Container dirancang untuk ditumpuk di atas kapal. Di kapal mereka
menumpuk seperti container berukuran sama maka bisa di tumpuk di atas
yang lain, berbaris di pojok pos ke pojok pos. Jika diperhatikan dengan
seksama, maka akan terlihat sudut-pojok duduk sedikit lebih rendah dari
bagian bawah dan sedikit lebih tinggi dari bagian atas. Posko sudut dan lantai
container dirancang untuk menahan berat container di atasnya. Jika
menumpuk container 2 x 20 'kontainer dan 1 x 40', pastikan 20” ada di bagian
bawah sehingga keempat pos sudut dari wadah 40 'memiliki pojok sudut
untuk dipasang. Jika Anda melakukan sebaliknya, 20 sudut pojok tidak akan
memiliki penumpukan yang tidak tepat dan 20's bisa jatuh melalui atas yang
40 '.

6.3.3 Mengunci Container.


Saat kontainer dimuat di kapal, harus dilashing. Hal ini mencegah container
jatuh di laut. Jika ingin membuat lebih banyak kestabilan untuk container
yang ditumpuk, maka kita bisa mendapatkan twistlock ini untuk mengunci
container dengan baik
6.3.4 Stacking muatan dalam container.

a. Do not Stack heavy over light


b. Do not stack liquid over solid
c. Do not put flimsy packages under others.
d. Do not stack hgher than packaging can bear
e. Build Auxilary decks or platform
f. Select best stacking pattern
g. Palletize loose cargo wherever possible

6.3.5 Lashing Container


a. Twist Lock dipasang antara 2 container
b. Cone plat (shoe) dipasang di atas deck
6.3.6 CONTAINER YARD ( CY ) / CONTAINER FREIGHT STATION ( CFS )

Container Yard : Lapangan penumpukan container yang akan di mua/


bongkar dari ke kapal. CY dilengkapi dengan alat muat, bongkar, susun
container anatara lain :
a. Container ship loader
b. Portal container crane
c. Straddle carrier
d. Slide Lifter trailer
e. Forklift

CFS ( Container Freight Station ) : Tempat pengisian muatan ke dalam


container ( stuffing ). Container yang akan di kirim atau telah dimuati penuh di
gudang Shipper ( FCL ) atau container yang diturunkan dari kapal dengan
muatan tujuan satu consignee (FCL) tidak melalui CFS.
1. Container Ship Loader 2. Container Portal Crane

3. Straddle Carrier 4. Straddle loader


5. Slide Lifter Trailer 6. Forklift

6.4 SISTEM PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN CONTAINER

FCL ( Full Container Load ) : Container pada muatan (FCL) di dalam


pengiriman barang dengsn container terdapat kemungkinan bahwa suatu
container diisi penuh barang dari satu pemilik dan ditujukan juga untuk satu
alamat penerima disebut dengan istilah FCL.
LCL ( Less than Container Load ) : Container tidak berisi penuh sehingga
harus disatukan dengan barang lain di pelabuhan pemuatan berikutnya,
disebut dengan istilah LCL.
Consolidation : Jika beberapa muatan yang terpisah disatukan untuk
mengisi atu container menjadi penuh yang dilakukan oleh pemilik barang atau
EMKL maupun pelaksanan di Terminal Container disebut KONSOLIDASI.

KONDISI CONTAINER DAN PROSES PENGELOLAAN.

Export Container
FCL – langsung dari shipper
LCL atau Break bulk – melalui CFS baru CY

Export Container Biaya Gerakan Container Export

Import Container
FCL – dari CY Langsung gudang Consignee
FCL dari kapal – melalui CFS dan di kirim ke Consignee berupa LCL atau
break bulk.

Import Container Biaya gerakan container Import


Proses Pengelolaan dan beban biaya pada masing masing kondisi pengiriman sbb :

Biaya penanganan container

Kondisi CY / FCL

IMPORTIR EXPORTIR
1. Lift on Full di CY Lift on Empty di Dipo
2. Haulage Full dari CY ke gudang Haulage Empty dari Dipo/ CY ke gudang
Importir exportir

3. Haulage Empty dari Gudang Importir Haulage Full dari gudang Exportir ke CY
ke Dipo CY
4. Lift on empty e Depo CY Lift on Fulldi CY
Kondisi CY / FCL

6.5 CONTAINER CLEANING AND BILL OF LADING

6.5.1 Container Cleaning.


Whenever a container is emptied of cargo it should be inspection for :
cleanliness, damage and out of date labels. It may not always be possible for
the container operator or owner to inspect a container in the interval between
stripping of one cargo and stuffing with the next and and some instances no
cleaning may be required. However any decision not so to do must be taken
on its own merits, having do regards for the condition of the interior after
stripping and the nature of the cargoto be stuffed.

6.5.2 When to clean.


One or more of the following circumsyances may make it necessary to
consider cleaning the interior of the container between cargoes :
a. In the even of spillage – of either liquids or solids
b. To remove a source of taint (noda) – with may affect future cargo.
c. To remove insfestation - which may not always be apparent at time of
nspection.
d. To remove the residueof a previous cargo, e.g bulk for quarantine or other
reasons.
e. As a safety or good operating practice to removw old dunnage, packing
materials, residue from chafed packages, etc.
NOTES :

Some of cargoes which might permanently effect the interior of a container are listed
in
the section on Obnoxious Cargoes different types and levels of contaminations from
residue or spillage require different methods of cleaning. As mentioned above the
degree
to which the interior is cleaned must depend to certain extent on the commodities
likely
to be carried out – and even on the trade :

a. Removal of loose solid residue by means of a simple sweep with a broom.


b. Cool Fresh water wash, using soap or detergent
c. Hot fresh water wash, using soap or detergent
d. Steaming
e. Replacement of highly contaminated parts (e.g. the woodeen floor) which
involves repair rather than cleaning methods.

6.5.3 Fumigation.

Container maybe fumigated for the following reasons

a. When empty the cargo – to destroy residueal infestation from previous


cargo.
b. When Stuffed – To fumigate a particulair cargo, e.g. malt.
c. To comply with Quarantine requirement, e.g Australian Plant Quarantine
Regulations.
d. Normally carried out by specialist companies are usually shipped after
having been cleared of any residue of fumigation.
e. Special occasions may arise, however when container have to be shipped
while under fumigation, in such instances full agreement and
understanding must be reached between ship and shore staff, correct
stowage - with approriate ventilation – provided, warning notices, labels
and restriction of acccess to unauthorized persons must be clearly
marked. Container under methyl Bromide and phosphene gas fumigation
are dangerous and must be carried out stricyly in accordance with
appropriate legislation and refference to the authorities.

6.5.4 Fumigation Methods

a. Methyl Bromide may be injected into container via specialist inlets on the
top side rails or other suitable point.
b. Phosphene may be introduced in the form of pallets, which emit gas as a
result of reaction with the moisture in the air. This gas is even more
dangerous than Methyl Bromide and residue of pallets must be removed
from rhe container before cargo handling personnel are permiited entry.

6.5.5 BILL OF LADING ( B/L ) .

a. Ocean Bill of lading


Jenis B/L ini digunakan hanya bagi pengapalan FCL to FCL baik yang
diurus oleh Shipper sendiri maupun yang dikerjakan oleh Freight
Forwarding yang mengapalkan satu peti kemas FCL atau lebih.

b. Consolidated Ocean B/L


Jenis B/L ini digunakan oleh pengapalan LCL yang dibawa sendiri oleh
Shipper ke kantor agent pengangkut , bukan diserahkan ke freight
forwarding di luar pelabuhan.

c. Combined Transport B/L


Jenis B/L ini digunakan bagi pengapalan door to door servise yang mana
pengangkutan dilaksanakan oleh beberapa pengangkutan secara terpadu
berdasarkan multi modal transportation system dan intermodal
transportation system dan di dalam angkutan itu hanya dikeluarkan satu
document pengangkutan yaitu Combined Transport B/L tsb dan pemilik
muatan hanya berhubungan denngan satu pengangkut.
Multi modal transportation system adalah sistem transportasi terpadu
yang melibatkan beberapa jenis sarana transportasi yang masing masing
mempunya ciri tersendiri berbeda satu dgn lainnya dengan tujuan utama
kecepatan dan keselamatan perjalanan muatan.

Contoh Soal 1
Kapal semi container berada di pelabuhan akan memuat sbb :
a. 10 unit Container 20’ berisi drum2 Dangerous Cargo Class 6
Poison
b. 20 unit open-top container 20
c. 10 unit Reefer Container 40’

Jawab :
a. 10 unit container 20’ berisi drum2 dangerous cargo class 6 poison :
Pemadatannya hrs dipisah tidak boleh dimuat dalam satu palka dengan
muatan lainnya karena muatan ini berbahaya untuk kapal, crew dan
lingkungan.
b. 20 unit open-top container 20 feet :
Container ini biasanya digunakan utk membawa kaca dgn membuka
bagiaan atasnya, penanganannya sbb :
- Pada bagian atasnya hars ditutup dgn terpal
- Jangan menempatkan container lain diatasnya.
- Harus diletakan pada tier terakhir.

c. 10 unit reefer container 40 feet : adalah container yang dilengkapi dgn


mesin pendingin yang digunakan utk mengangkut muatan yg memerlukan
suhu dingin, penanganannya :
- Tempatkan container kearah belakang kearah electric plug.
- Check temperature secara berkala
- Pastikan pendingin bekerja dng baik
- Cek pembacaan temperatur dipastikan jalan dan disesuikan dgn
temperature sebenarnya

Contoh Soal 2
FCL & LCL atau terminologi yg digunakan dlm pemuatan barang didlm
Container. Terangkan maksudnya masing2 ?

Jawab :
FCL (Full Container Load) : Perusahaan pelayaran bertanggung jawab sejak dr
container yard dipelabuhan bongkar. Kewajiban dr shipper di pelabuhan. Muat
a/ mengambil (pick up) peti kemas kosong, stuffing & haulage container yg
sudah berisi ke container yard di pelabuhan.Kewajiban dr consignee
dipelabuhan. bongkar a/ mengambil peti kemas dr container yard di pelabuhan.
haulage & unstuffing ditempatnya atau di CFS & repositioning MT container ke
depot.
Ciri2nya : Berisi muatan dr satu shipper & dikirim utk satu consignee. Peti
kemas diisi (stuffing) oleh shipper (shipper load and count) & peti kemas yg
sudah diisi diserahkan di container yard (CY) pelab. muat.
Di pelab. bongkar, peti kemas diambil oleh consignee di container yard & di
unstaffing oleh consignee.
Perusahaan pelayaran tdk bertanggung jawab atas kerusakan & kehilangan
barang yg ada dlm peti kemas.

LCL (Less than Container Load) : Perusahaan pelayaran bertanggung jawab


sejak barang diterima dr shipper di CFS (container freight station) dipelabuhan
muat sampai barang diserahkan ke consignee di CFS dr pelabuhan bongkar.
Terdapat beberapa kombinasi dr FCL & LCL dr pengiriman & penerimaan
barang seperti FCL/LCL atau sebaliknya LCL/FCL.
Ciri2nya : peti kemas berisi muatan dr beberapa shipper & ditujukan utk
beberapa consignee.
Muatan diterima dlm keadaan break bulk & diisi (stuffing) di container freight
stasion oleh perusahaan pelayaran. Dipelabuhan bongkar, peti kemas di
unstuffing di CFS oleh perusahaan pelayaran & diserahkan kpd beberapa
consignee dlm keadaan breakbulk. Perusahaan pelayaran bertanggung jawab
atas kerusakan & kehilangan.

Anda mungkin juga menyukai