BS = Broken Stowage
BS = V x I x 100% V = Volume ruangan
V
I = Volume muatan
Pada dasarnya BS tidak mungkin dihilangkan, namun dapat dicegah atau dikurangi
dengan memanfaatkan ruangan seefektif mungkin, penyebab utama BS terdiri dari 4
faktor :
a. Bentuk ruangan
Ruangan yang runcing tidak tepat untuk muatan peti-petian, karena akan terjadi
BS yang besar.(gambar.a)
b. Bentuk muatan itu sendiri
Ruangan diantara muatan merupakan BS.(gambar.b)
c. Pemasangan Dunnage.
Dunnage atau ganjal yang dipasang diantara muatan-muatan dapat menyebabkan
ruang rugi.(gambar c)
d. Kurang ahli dalam memuat
Karena kurangahli atau kurang pengawasan pada waktu muat, muatan kecil-kecil
(X) dimasukan terlebih dahulu, kemudian muatan besar (A) yang menutup mulut
palka. (gambar.d)
BS BS BS
Gambar.a Gambar.b
HATCH COAMING
A A
BS
X X X X
X X X X
X X X X
Gambar. c Gambar.d
Dalam praktek, terjadinya broken stowage selama ini sulit dihindari, sebagai
contoh :
- M.V. Johannes Latuharhary (10.000 ton) 1974, mengangkut tembakau Deli
dari Belawan ke Bremen. Tinggi TD = 3,2 m tetapi tobacco Deli hanya bisa
dimuat 5 Tier x 30 cm = 1,5 m, sehingga BS mencapai 50%, untuk
mengatasinya digunakan filler cargo berupa coffee in bags atau Manau Rattans
dipasang di bawah sebagai flooring dan di lambung kapal karena tembakau
tidak boleh bersentuhan dengan dinding kapal, guna mencegah kondensasi.
- M.V. Setiabudhi (10.000 ton) 1976,mengangkut Amunisi (peluru) class 1
dangerous cargo dari Ploce Yugoslavia ke Jakarta, di palka yang tingginya 3,5
m hanya dapat dimuati setinggi 2 m karena kemampuan Deck Load Capacity.
- M.V. Djatipura (14.000 ton) l978 memadat palletized rubber dari Teluk Bayur
tujuan Norfolk,Virginia USA, di palka bawah (lower hold) yang tingginya 9,2
m hanya mampu disusun 7 tier (1 tier= 1 m),
mengingat kekuatan packing kayu pallet terbawah tidak mampu menahan
beban lebih dari 6 tier.
- M.V. Mataram (17.000 ton) l98l mengangkut 1 unit kapal pesiar berat 72 ton
dari Singapore ke Bilbao (Spain), ditempatkan pada Bay 15 dan 17 diatas
hatchcover palka III, diantara muatan Container.
- M.V. Rimba Satu (8.000 ton) l982 memuat steel constructions dari Wakayama
(Jepang) ke Bontang, karena bentuk muatan yang beraneka ragam, broken
stowage mencapai 30%.
3. Cargo Stowage Plan ( Rencana pemadatan muatan)
Pada sistem konvensional pembuatan stowage plan dilakukan dengan dasar Ports
Itinerary (urut-urutan pelabuhan muat/bongkar),jenis muatan ,stabilitas kapal ,
kepentingan navigasi dan pengoperasian kapal lainnya seperti pengisian bahan bakar
dan air, perbaikan dan perawatan, pergantian crew dan sebagainya. Employment letter
dari perusahaan mencantumkan cargo booking list dan atas dasar itu dibuatlah
Tentative Stowage Plan sambil merencanakan schedule kapal. Sebagai contoh port
itinenary dan cargo distribution m.v. Johannes Latuharhary tahun l976 (catatan:
Suez`Canal dibuka kembali tahun 1975 setelah ditutup karena masa perang yang
cukup lama).
Setelah realisasi pemadatan muatan yang biasanya tidak sesuai dengan tentative
stowage plan maka disusun Final Stowage Plan.
Pada tahun itu teknologi faximile belum ada sehingga bagan stowage plan harus
dikirim dari last port Belawan dan di tujukan ke first port Marseilles, guna
mempersiapkan pembongkaran / gang buruh.
Sampai dengan era kontainerisasi tahun 1980, semua kegiatan itu dikerjakan oleh
pihak kapal dalam hal ini Mualim I, tetapi pada saat sekarang perencanaan muat
bongkar sudah dipersiapkan oleh pihak darat, begitu kapal tiba tinggal meminta
persetujuan kapal untuk perhitungan stabilitasnya.
CARGO HOLDS
No. of hatches/Holds: 5/5
Type of hatch covers: Folding type
Tank top strength: Min. 18,40 mt/m²
Max. 26,00 mt/m²
c f = dalam
= DLC SF muatan
ton/m2 dalam cft/ton
f = SF dalam cbm/ton
Misal 1 :
Sebuah geladak memiliki DLC = 4 ton/m2 akan dimuati pelat besi SF = 0,5. Hitung
tinggi maksimum yang diijinkan !
Jawab : h = 4 x 0,5 = 2 m
1m 2 ton
1m 1m
Jika DLC tidak diketahui, dapat digunakan standar SF kapal.
Hold Capacity (cbm)
Standar SF = 1,4 diperhitungkan dari perbandingan antara
DWT kapal
h
DLC = 1,4
Misal 2 :
Sebuah geladak antara tinggi 4 m tidak diketahui DLCnya, akan dimuati pelat SF =
0,5. Hitung tinggi maksimum pelat besi tersebut !
Jawab
4
DLC = = 2,857 T/m2 cbm = cubic meter
1,4
= m3
h = c x f
= 2,857 x 0,5 = 1,429 m
Misal 3 :
Sebuah geladak antara tingginya 4 m dengan DLC = 4 T/ m2 akan dimuati pelat besi SF
= 0,5 dan sawn timber SF = 4 hingga penuh. Hitung : tinggi masing-masing muatan.
Jawab :
misal tinggi besi = x m dan tinggi kayu = y m
x + y = 4 m ............ (1)
SFbesi = 0,5 cbm/1 ton Density besi = 1/sf = 1/0,5 = 2 ton/cbm
SFkayu = 4 cbm/1 ton Density kayu = 1/sf = ¼ = 0,25 ton/cbm
2x + ¼ y = DLC
2x + ¼ y = 4 ............(2)
(1) x + y = 4 1 x + y = 4
(2) 2x + ¼ y = 4 4 8x + y = 16
7x = 12
x = 12/7 y = 4 – 1,7
= 1,7 m = 2,3 m
3. Sebuah geladak antara tingginya 4,2m memiliki daya tahan geladak (DLC) = 4 ton/ m2.
Palka tersebut akan dimuati 3 jenis muatan yaitu :
Steel plate SF = 0,4
Cotton SF = 2,5
Timber SF = 1,2
Hitung : Berapa tinggi masing-masing muatan agar tidak melampaui kekuatan
geladaknya ?
Jawab :
COTTON c
STEEL PLATE a
4 ton/m2
Terlebih dahulu dihitung density (D) masing-masing dan diurutkan dari yang nilainya
paling kecil :
SF steel plate = 0,4 D = 1/SF = 1/0,4 = 2,5
SF cotton = 2,5 D = 1/SF = 1/ 2,5 = 0,4
SF timber = 1,2 D = 1/SF = 1/ 1,2 = 0,83
DAcotton = 0,4
DBtimber = 0,83
DCplate = 2,5
hC = C – (h x dA)
(dC – dB) + (dC – dA)
DA = 0,4
DB = 0,83
DC = 2,5
4,2 m
1m
1m
DLC = 4 ton/m2
4. Sebuah kapal cargo mempunyai geladak antara yang masih kosong berukuran 21,35
m x 13,7 m x 3,7 m akan dipenuhi dengan aman oleh muatan :
a. Kuningan SF = 0,5 BS = 5%
Freight US $ 52,5 per weight ton
b. Melamin SF = 0,7 BS = 2,5%
Freight US $ 50 per weight ton
c. Fine cotton SF = 2 BS = 2,5%
Freight US $ 55 per measurement ton
Hitung :
a. Berat dan tinggi masing-masing muatan
b. Total freight
Jawab :
Dihitung nilai density masing-masing :
Kuningan SF = 0,5 Density = 1/ 0,5 = 2
Melamin SF = 0,7 Density = 1 / 0,7 = 1,43
Cotton SF = 2 Density = ½ = 0,5
- Muatan mulai yang terkecil
Dcotton = DA = 0,5
Dmelamin = DB = 1,43
Dkuningan = DC = 2
- Nilai DLC = h / 1,4 (karena DLC tidak diketahui)
= 3,7 / 1,4
= 2,64 ton/m2 (nilai 1,4 adalah std SF)