Anda di halaman 1dari 11

STOWAGE FACTOR DAN BROKEN STOWAGE

1. Stowage Factor (SF)


Adalah jumlah volume ruangan dalam meterkubik yang digunakan untuk memadat
muatan seberat 1 ton.
Misal muatan plywood SF = 4, artinya 1 ton plywood memerlukan ruang pemadatan
sebesar 4 m3.
Data SF muatan ini digunakan untuk menghitung jumlah berat muatan yang dapat
dimuat disuatu ruang palka.

SF = Volume muatan dalam m3


Berat setiap ton muatan
Misal volume ruangan = 4.000 m3
BS diperhitungkan 10% = 400 m3
Effective space = 3.600 m3
Jika dimuati muatan sawn timber SF = 3, maka berat sawn timber yang didapat
dimuat = 3.600/3 = 1.200 ton.
a. Data lengkap tentang SF muatan-muatan di dunia pelayaran niaga ini terdapat di
dalam buku “Stowaged” karangan Capt. R. E. Thomas7)
b. Namun demikian jika Mualim I meragukan data tersebut dapat dilakukan
perhitungan SF dengan terlebih dahulu mengukur dimensi muatan itu.
Contoh :
- Suatu muatan peti-petian ukurannya 1 m x 0,75 m x 0,25 m, dengan berat 100
kg/peti. SF peti-petian = 1 x 0,75 x 0,25 m3/100kg
= 0,1875 m3/100kg
= 0,1875 x 10
= 1,875 m3/1.000kg
- Suatu muatan drum-drum ukurannya Ø 1 m tinggi 1,5 m dengan berat 500
kg/drum. Ø 1 m berarti R = 0,5 m.
Volume drum = 22/7 x 0,5 x 0,5 x 1,5
= 1.1786 m3/500kg
SF drum = 1.1786 x 2
= 2,36 m3/1.000kg

c. Untuk menghitung berat muatan dapat juga dipergunakan perhitungan :


- B = V x Bj SG = specific gravity (berat jenis)
- B = VxD D = Density (angka memadat)
= .........ton/1 m3.

2. Broken Stowage (ruang rugi)


Adalah ruangan muat yang tidak terisi muatan, dinyatakan dalam %

BS = Broken Stowage
BS = V x I x 100% V = Volume ruangan
V
I = Volume muatan

Pada dasarnya BS tidak mungkin dihilangkan, namun dapat dicegah atau dikurangi
dengan memanfaatkan ruangan seefektif mungkin, penyebab utama BS terdiri dari 4
faktor :
a. Bentuk ruangan
Ruangan yang runcing tidak tepat untuk muatan peti-petian, karena akan terjadi
BS yang besar.(gambar.a)
b. Bentuk muatan itu sendiri
Ruangan diantara muatan merupakan BS.(gambar.b)
c. Pemasangan Dunnage.
Dunnage atau ganjal yang dipasang diantara muatan-muatan dapat menyebabkan
ruang rugi.(gambar c)
d. Kurang ahli dalam memuat
Karena kurangahli atau kurang pengawasan pada waktu muat, muatan kecil-kecil
(X) dimasukan terlebih dahulu, kemudian muatan besar (A) yang menutup mulut
palka. (gambar.d)

BS BS BS
Gambar.a Gambar.b

HATCH COAMING

A A
BS
X X X X
X X X X
X X X X

Gambar. c Gambar.d

Dalam praktek, terjadinya broken stowage selama ini sulit dihindari, sebagai
contoh :
- M.V. Johannes Latuharhary (10.000 ton) 1974, mengangkut tembakau Deli
dari Belawan ke Bremen. Tinggi TD = 3,2 m tetapi tobacco Deli hanya bisa
dimuat 5 Tier x 30 cm = 1,5 m, sehingga BS mencapai 50%, untuk
mengatasinya digunakan filler cargo berupa coffee in bags atau Manau Rattans
dipasang di bawah sebagai flooring dan di lambung kapal karena tembakau
tidak boleh bersentuhan dengan dinding kapal, guna mencegah kondensasi.
- M.V. Setiabudhi (10.000 ton) 1976,mengangkut Amunisi (peluru) class 1
dangerous cargo dari Ploce Yugoslavia ke Jakarta, di palka yang tingginya 3,5
m hanya dapat dimuati setinggi 2 m karena kemampuan Deck Load Capacity.

- M.V. Djatipura (14.000 ton) l978 memadat palletized rubber dari Teluk Bayur
tujuan Norfolk,Virginia USA, di palka bawah (lower hold) yang tingginya 9,2
m hanya mampu disusun 7 tier (1 tier= 1 m),
mengingat kekuatan packing kayu pallet terbawah tidak mampu menahan
beban lebih dari 6 tier.
- M.V. Mataram (17.000 ton) l98l mengangkut 1 unit kapal pesiar berat 72 ton
dari Singapore ke Bilbao (Spain), ditempatkan pada Bay 15 dan 17 diatas
hatchcover palka III, diantara muatan Container.
- M.V. Rimba Satu (8.000 ton) l982 memuat steel constructions dari Wakayama
(Jepang) ke Bontang, karena bentuk muatan yang beraneka ragam, broken
stowage mencapai 30%.
3. Cargo Stowage Plan ( Rencana pemadatan muatan)
Pada sistem konvensional pembuatan stowage plan dilakukan dengan dasar Ports
Itinerary (urut-urutan pelabuhan muat/bongkar),jenis muatan ,stabilitas kapal ,
kepentingan navigasi dan pengoperasian kapal lainnya seperti pengisian bahan bakar
dan air, perbaikan dan perawatan, pergantian crew dan sebagainya. Employment letter
dari perusahaan mencantumkan cargo booking list dan atas dasar itu dibuatlah
Tentative Stowage Plan sambil merencanakan schedule kapal. Sebagai contoh port
itinenary dan cargo distribution m.v. Johannes Latuharhary tahun l976 (catatan:
Suez`Canal dibuka kembali tahun 1975 setelah ditutup karena masa perang yang
cukup lama).
Setelah realisasi pemadatan muatan yang biasanya tidak sesuai dengan tentative
stowage plan maka disusun Final Stowage Plan.
Pada tahun itu teknologi faximile belum ada sehingga bagan stowage plan harus
dikirim dari last port Belawan dan di tujukan ke first port Marseilles, guna
mempersiapkan pembongkaran / gang buruh.

PORT ITINERARY dan CARGO DISTRIBUTION LIST


LOADING / TG. PALEMBANG SINGAPORE PORT BELAWAN TOTAL
DISCHARGIN PRIOK KLANG
G
MARSEILLES 500 T - - 1000 T - 1500 T
AMSTERDAM 1000 T - 1000 T 1000 T 500 T 3500 T
HAMBURG - 1000 T - 500 T 1000 T 2500 T
ANTWERP - 500 T - - - 500 T
LONDON 500 T - 500 T 500 T 500 T 2000 T
TOTAL 2000 T 1500 T 1500 T 3000 T 2000 T 9000 T

Sampai dengan era kontainerisasi tahun 1980, semua kegiatan itu dikerjakan oleh
pihak kapal dalam hal ini Mualim I, tetapi pada saat sekarang perencanaan muat
bongkar sudah dipersiapkan oleh pihak darat, begitu kapal tiba tinggal meminta
persetujuan kapal untuk perhitungan stabilitasnya.
CARGO HOLDS
No. of hatches/Holds: 5/5
Type of hatch covers: Folding type
Tank top strength: Min. 18,40 mt/m²
Max. 26,00 mt/m²

Hatch size: No.1: 17,80 m x 18,60 m


No.2 - 5: 20,47 m x 18,60 m
Ship Bale and Grain Capacity
Grain capacity is the space that is available for liquid type cargo,like bulk grain which can flow
into every corner.
Bale capacity is the space that is available for bagged or baled crgoes,generally,a ship’s bale
capacity is about 7-10% less than grain capacity.

Hold capacity: Grain (cbm) Bale (cbm)


No.1: 12.601,90 11.940,00
No.2: 14.659,30 14.007,40
No.3: 13.498,10 12.806,50
No.4: 14.239,30 13.597,60
No.5: 14.451,80 14.016,60
Total: 69.450,40 66.368,10

Hold dimensions: Length (m) Beam (m)


No.1: 29,37 F/19,00 - A/32,26
No.2: 29,37 32,26
No.3: 29,37 32,26
No.4: 29,37 32,26
No.5: 31,15 F/32,26 - A/31,10
PERHITUNGAN DLC
1. Satuan ton/m2 h = tinggi maksimum
h = tinggi muatan dalam muatan
maksimum kaki dalam
h = c x f C = DLC dalam lbs/
meter ft
2

c f = dalam
= DLC SF muatan
ton/m2 dalam cft/ton
f = SF dalam cbm/ton

Misal 1 :
Sebuah geladak memiliki DLC = 4 ton/m2 akan dimuati pelat besi SF = 0,5. Hitung
tinggi maksimum yang diijinkan !
Jawab : h = 4 x 0,5 = 2 m

SF = 0,5 cbm/1 ton


D = 2 ton/cbm
2 ton
1m

1m 2 ton

1m 1m
Jika DLC tidak diketahui, dapat digunakan standar SF kapal.
Hold Capacity (cbm)
Standar SF = 1,4 diperhitungkan dari perbandingan antara
DWT kapal

h
DLC = 1,4

Misal 2 :
Sebuah geladak antara tinggi 4 m tidak diketahui DLCnya, akan dimuati pelat SF =
0,5. Hitung tinggi maksimum pelat besi tersebut !
Jawab
4
DLC = = 2,857 T/m2 cbm = cubic meter
1,4
= m3
h = c x f
= 2,857 x 0,5 = 1,429 m

Misal 3 :
Sebuah geladak antara tingginya 4 m dengan DLC = 4 T/ m2 akan dimuati pelat besi SF
= 0,5 dan sawn timber SF = 4 hingga penuh. Hitung : tinggi masing-masing muatan.
Jawab :
misal tinggi besi = x m dan tinggi kayu = y m
x + y = 4 m ............ (1)
SFbesi = 0,5 cbm/1 ton Density besi = 1/sf = 1/0,5 = 2 ton/cbm
SFkayu = 4 cbm/1 ton Density kayu = 1/sf = ¼ = 0,25 ton/cbm

2x + ¼ y = DLC
2x + ¼ y = 4 ............(2)

(1) x + y = 4 1 x + y = 4
(2) 2x + ¼ y = 4 4 8x + y = 16
7x = 12
x = 12/7 y = 4 – 1,7
= 1,7 m = 2,3 m
3. Sebuah geladak antara tingginya 4,2m memiliki daya tahan geladak (DLC) = 4 ton/ m2.
Palka tersebut akan dimuati 3 jenis muatan yaitu :
Steel plate SF = 0,4
Cotton SF = 2,5
Timber SF = 1,2
Hitung : Berapa tinggi masing-masing muatan agar tidak melampaui kekuatan
geladaknya ?
Jawab :
COTTON c

4,2 m TIMBER a + b + c = 4,2 m


b

STEEL PLATE a

4 ton/m2

Terlebih dahulu dihitung density (D) masing-masing dan diurutkan dari yang nilainya
paling kecil :
SF steel plate = 0,4 D = 1/SF = 1/0,4 = 2,5
SF cotton = 2,5 D = 1/SF = 1/ 2,5 = 0,4
SF timber = 1,2 D = 1/SF = 1/ 1,2 = 0,83
DAcotton = 0,4
DBtimber = 0,83
DCplate = 2,5

hC = C – (h x dA)
(dC – dB) + (dC – dA)

4 – (4,2 x 0,4) 4 – 1,68 2,32


hC = = = = 0,62 m
(2,5 – 0,83) + (2,5 – 0,4) 1,67 + 2,1 3,77

Sisa tinggi palka = 4,2 m – 0,62 m = 3,58 m


DLC terpakai oleh muatan C = 0,62 x DC
= 0,62 x 2,5
= 1,55 ton/m2
Sisa DLC = 4 T – 1,55 T = 2,45 T/m2
Sisa DLC – (sisa tinggi x DA)
hB = DB - DA
= 2,45 – ( 3,58 x 0,4 )
0,83 – 0,4
= 2,45 – 1,432 = 2,37 m
0,43
Sisa tinggi untuk muatan A = 4 – 0,62 – 2,37 = 1,21 m
Bukti Perhitungan :

DA = 0,4

DB = 0,83

DC = 2,5
4,2 m

1m
1m

DLC = 4 ton/m2

Cotton = 1,21 m x 0,4 = 0,48 T/m2


Timber = 2,37 m x 0,83 = 1,97 T/m2
Plate = 0,62 m x 2,5 = 1,55 T/m2
Tinggi Plk = 4,2 m DLC = 4,00 T/m2

4. Sebuah kapal cargo mempunyai geladak antara yang masih kosong berukuran 21,35
m x 13,7 m x 3,7 m akan dipenuhi dengan aman oleh muatan :
a. Kuningan SF = 0,5 BS = 5%
Freight US $ 52,5 per weight ton
b. Melamin SF = 0,7 BS = 2,5%
Freight US $ 50 per weight ton
c. Fine cotton SF = 2 BS = 2,5%
Freight US $ 55 per measurement ton
Hitung :
a. Berat dan tinggi masing-masing muatan
b. Total freight
Jawab :
Dihitung nilai density masing-masing :
Kuningan SF = 0,5 Density = 1/ 0,5 = 2
Melamin SF = 0,7 Density = 1 / 0,7 = 1,43
Cotton SF = 2 Density = ½ = 0,5
- Muatan mulai yang terkecil
Dcotton = DA = 0,5
Dmelamin = DB = 1,43
Dkuningan = DC = 2
- Nilai DLC = h / 1,4 (karena DLC tidak diketahui)
= 3,7 / 1,4
= 2,64 ton/m2 (nilai 1,4 adalah std SF)

- Measurement ton dihitung 40 cft = 1.143 cbm

C – ( h x dA ) 2,64 – (3,7 x 0,5)


HC = = (2 – 1,43) + (2 – 0,5)
(dC + dB) + (dC + dA)

2,64 – 1,85 0,79


= = = 0,38 m
0,57 + 1,5 2,07

Sisa tinggi palka = 3,7 m – 0,38 m = 3,32 m


DLC terpakai muatan C = 0,38 x DC
= 0,38 x 2 = 0,76 ton/m2
Sisa DLC = 2,64 T – 0,76 T = 1,88 T

Sisa DLC – (sisa tinggi x DA)


HB =
DB - DA
1,88 – ( 3,2 x 0,5 )
= 1,43 – 0,5
= 1,88 – 1,66 = 0,24 m
0,93

Sisa tinggi muatan A = 3,7 – 0,38 – 0,24 = 3,08 m

21,35 x 13,7 x 3,08 x 0,975


a. Berat muatan A (cotton) = = 768,5 T
1,143
Freight = 768,5 x US$ 55 = US $ 42.268
21,35 x 13,7 x 0,24 x 0,975
b. Berat muatan B (melamin) = 0,7 = 97,8 T

Freight = 97,8 x US $ 50 = US $ 4.890


21,35 x 13,7 x 0,38 x 0,95
c. Berat muatan C (kuningan) = = 211,2 T
0,5
Freight = 211,2 x US $ 52,5 = US $ 11.088

Anda mungkin juga menyukai