, CPFF
BAGIAN II
CONTAINERIZATION (PENGKONTENERAN)
Containierization adalah satu sistem pengangkutan antar moda yang menggunakan
kontainer standard yang ditetapkan oleh ISO (international standard
organization). Standar kontainer ini boleh dimuatkan dan dikunci kemas di atas
kapal kontainer, kereta api, dan truk.
Oleh karena itu angkutan kontainer cenderung dijalankan secara terpadu dimana
peti kemas berisi muatan diangkut dengan berbagai sarana (mode) transportasi
yang tersedia seperti truck (trailer), kereta api, lighter, bahkan angkutan darat
jarak jauh (landbridge) di Amerika dan angkutan dengan kapal-kapal kontainer.
SISTEM PEMUATAN KONTAINER
1.Pemuatan melalui dermaga
Barang-barang dari si pengirim (shippers) dibawa ke dermaga atau pelabuhan
dimana barang barang ituakan dimuat kedalam peti kemas yang untuk selanjutnya
diangkut dengan kapal laut. Cara ini sering disebut dengan cara CY-CY /
dermaga-dermaga.
Untuk dapat menggunakan seluruh lantai kontainer, hanya four away entry
pallets harus digunakan. Apabila pallets ditempatkan terdiri dari beberapa layer
di atas satu sama lainya, maka harus digunakan papan pemisah antara pallets.
JENIS MUATAN
Barang-barang berukuran panjang
Barang ukuran panjang ataupun berat,
pengangkutanya akan menggunakan
container.
FUNGSI KEMASAN
(FUNGSI SECARA UMUM)
1. Melindungi dan mengawetkan produk seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan
mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
2. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.
3. Meningkatkan efisiensi, seperti memudahkan perhitungan, memudahkan
pengiriman dan penyimpanan.
4. Untuk menarik minat konsumen sehingga produk dikemas semenarik mungkin
(eye catching).
FUNGSI KEMASAN
(FUNGSI DASAR)
1. Perlindungan, dapat melindungi dan memelihara isi selama penyimpanan dan
pengangkutannya dari pabrik pemuat ke pusat konsumen. Perlindungan tidak
hanya pada barang yang hilang, rusak atau pencurian, namun juga tergantung
sifat isinya juga terhadap pengembunan, suhu yang tinggi atau rendah, cahaya
gas, hama, pembusukkan dan kerusakan alam lainnya.
2. Pencegahan
3. Penampilan, desain kemasan termasuk faktor-faktor bentuk, ukuran, warna,
hiasan, cap dagang, nama, dll.
PETUNJUK DALAM MEMILIH KEMASAN
1. Barang-barang harus bisa masuk dan tertata baik dalam kemasan, mudah
dibagikan dan tertutup rapat.
2. Bila kemasan terdiri dari beberapa kemasan/packaging yang berukuran kecil
sebaiknya dimasukkan dalam palet dan diikat rapat agar tidak mudah
berceceran, mengurangi resiko kecurian, dan memudahkan dalam penanganan.
3. Memperhitungkan kemungkinan barang akan tertindih, jadi kemasan harus
cukup kuat dalam menahan beban.
PETUNJUK DALAM MEMILIH KEMASAN
4. Perhatikan penambahan bahan kemasan yang kemungkinan bisa bermasalah di
Negara tujuan atau peraturan di negara tujuan, dan hindari kemasan yang
berbahaya bagi lingkungan.
5. Hindari menggunakan kemasan bekas yang memungkinkan terjadinya
kerusakan atau resiko salah penanganan.
6. Untuk barang besar, maka ukuran kemasan harus bisa menyesuaikan.
7. Pembungkus sebaiknya kedap air.
KETERANGAN YANG DIPERLUKAN BAGI KEMASAN
1. Keadaan dan jenis barang
2. Volume
3. Berat
4. Jumlah kemasan
5. Jenis angkutan
6. Tujuan akhir
TIPE KEMASAN
Eksportir/penjual/shipper biasanya bertanggungjawab untuk mengemas barangnya.
Jenis kemasan yang diisyaratkan bagi tiap barang, bermacam-macam tergantung
dari sifat dan volumnenya, serta jenis angkutan yang akan digunakan.
a. Bagged cargo
b. Peti atau karton dari fibre
c. Peti kayu
d. Krat kayu
e. Kantong/sak
f. Drum (tong)
g. Pembungkus yang dapat mengkerut
h. Lift vans
i. Pencegahan terhadap karat
PEMBAGIAN BARANG BERDASARKAN INTERNATIONAL
MARITIME DANGEROUS GOODS (IDMS)
Kelas 1 : Bahan peledak
Kelas 2 : Gas dipadatkan dicairkan atau dilarutkan dibawah tekanan.
Kelas 3 : Cairan yang mudah menyala
Kelas 4.1 : Barang padat mudah menyala
Kelas 4.2 : Zat yang dapat terbakar secara spontan
Kelas 4.3 : Zat yang mengeluarkan gas-gas yang mudah menyala bila basah
Kelas 5.1 : Zat yang mudah berkarat (oksidasi)
Kelas 5.2 : Peroxit organic
Kelas 6.1 : Zat-zat beracun
Kelas 6.2 : Zat-zat yang dapat menularkan penyakit
Kelas 7 : Zat-zat radioakti
Kelas 8 : Barang-barang karatan
Kelas 9 : Aneka zat-zat berbahaya, yaitu zat-zat lainnya yang berdasarkan pengalaman
menunjukan atau tampak mempuyai sifat-sifat berbahaya yang tidak termasuk dalam kelas-
kelas yang diuraikan diatas.
CARA PENGIRIMAN KARGO KONTAINER
Full container load (FCL) muatan kontainer penuh
Istilah ini berarti sebuah kontainer yang memuat penuh barang, dan pengirim
(shipper) yang bertanggung jawab pada pengemasan dan penerima barang
(consignee) pada pengeluaran kemasan dari kontainer.
Less than container load (LCL) muatan kurang dari satu kontainer
Istilah ini barang dalam kuantitas apapun yang dimaksudkan untuk dibawa dalam
sebuah kontainer. Pihak pembawa (shipping line) atau pemilik kapal yang
bertangung jawab untuk pengemasan dan pengeluaran barang dari kontainer.
SYARAT-SYARAT PENGANGKUTAN BARANG
DENGAN KONTAINER
a) FCL (full container load)
• Pemilik barang bertangung jawab untuk packing dan unpacking barang-barang
ke dan dari kontainer.
• Pengepakan/pembongkaran barang-barang dilakukan di gudang pemilik
barang.
• Container Mty diperoleh dari pelayaran yang tersedia di Mty depot maupun di
tempat lain.
• Ongkos angkut (haulage) dari Mty depot ke gudang pemilik barang menjadi
beban pemilik lain.
SYARAT-SYARAT PENGANGKUTAN BARANG
DENGAN KONTAINER
b) L.C.L (lesss than container load)
• Pengangkut bertangung jawab untuk packing dan unpacking barang-barang ke
dan dari kontainer.
• Pemilik barang menyerahkan/mengambil barang dari gudang CFS secara bulk.
c) F.C.L/L.C.L
• Pemilik barang bertangugng jawab atas pengepakan barang kedalam kontainer/
pengangkut bertanggungjawab atas pemongkaran barang dari CTR di CFS.
d) L.C.L/F.C.L
• Pengangkut bertanggung jawab atas pengepakan barang kedalam kontainer
dan pemilik barang bertanggung jawab atas pembongkaran barang-barang dari
dalam kontainer.
CONTAINER FREIGHT STATION (CFS)
Container Freight Station (CFS) adalah mode pengiriman dari gudang LCL
negara asal sampai ke gudang LCL negara tujuan. CFS-CFS menandakan
bahwa mode pengiriman barang tersebut dengan cara LCL.
CFS juga sering diartikan merupakan gudang dimana dilakukan pengepakan
barang/pembongkaran ke/dari kontainer.
Pemilik barang menyerahkan barang-barang mereka secara break bulk ke
perusahaan pelayaran untuk dimasukan oleh perusahaan pelayaran.
Dalam hal import pemilik barang mengambil barang mereka di CFS, setelah di
bongkar oleh pelayaran ke dalam gudang.
Barang-barang di terima secara break bulk.
MUAT DAN PELEPASAN KARGO KONTAINER
Dari gate (pintu) ke stacking area (area penyusunan)
1. Interchange cost (biaya pemindahan)
2. Lift off cost (biaya penurunan)
3. Monitorring cost (biaya pemonitoran)
4. Storage cost (biaya penyimpanan)
LCL/FCL
Menunjukan sebuah barang kiriman dimana pembawa (carrier) atau pemilik kapal
bertanggung jawab untuk pengemasan kedalam kontainer dan penerimaan barang
bertangung jawab mengeluarkan barang dari kontainer.
ISTILAH KOMBINASI LAIN
FCL
Pengirim boleh membawa kontainer tersebut ke tempat penyimpanan kontainer
dengan/atas pengeluaran mereka sendiri (merchant haulage), ketika pemilik kapal
dengan pengeluaran mereka, mengambil alih untuk mengambil kontainer di tempat
pengirim barang, ini disebut sebagai (carrier’s haulage).
PRAKTEK
MEMBUAT PERHITUNGAN
TARIF FREIGHT
CONTOH 1
1. Seorang eksportir sepatu ingin mengirimkan komoditi eksportnya dari Tg Priok ke
Amsterdam, dengan jumlah sepatu sebanyak : 240.000 pasang sepatu. Setiap 20 lusin
pasang sepatu dikemas kedalam satu unit “box” karton yang berukuran sama yaitu :
55Cm x 65Cm x 120Cm; sedangkan ukuran bagian dalam petikemas, ukurannya:
20’ adalah : 590 Cm x 220Cm x 225Cm; berat muatan max : 18 ton
40’ adalah : 1.200Cm x 220Cm x 225Cm; berat muatan max : 25 ton
Pertanyaan :
a. Berapa tarif angkutan yang harus dibayar oleh pihak eksportir apabila tarif per box
petikemas adalah : US$ 1.000,-/20’ dan US$ 1.500-/40’.
b. Berapa pula biaya angkutan per pasang sepatu, serta mana yang lebih murah, antara
penggunaan petikemas yang 20’ dengan 40’? dan petikemas manakah yang lebih
banyak dipakai 20’ atau 40’?
JAWABAN
1. Jumlah “box” karton yang diperlukan; (240.000 : 12) : 20 = 1.000 box
2. Volume dan kapasitas isi muatan 20”: 590 Cm x 220 Cm x 225 Cm= 29.205.000 Cm³
3. Volume dan Kapasitas isi muatan 40”: 1.200 Cm x 220 Cm x 225 Cm= 59.400.000 Cm³
4. Volume box karton : 55 Cm x 65 Cm x 120 Cm = 429.000 Cm³.
5. Apabila dimuat ke dalam petikemas 20’ = 29.205.000 : 429.000= 68 Box
6. Apabila dimuat pada petikemas 40’ = 59.400.000 : 429.000 =138 Box
7. Petikemas 20’ yang diperlukan : 1.000 box : 68 box = 14 unit sisa 48 Box
8. Petikemas 40’ yang diperlukan : 1.000 box : 138 box = 7 Unit sisa 34 Box
9. Jika dimuat pada petikemas 20’: maka sisa 48 box karton, diisi ke dalam satu unit
petikemas 20’, jadi seluruh petikemas 20’ yang dipakai adalah : 15 TEU, maka tariff
yang harus dibayar adalah :
15 x US$.1.000,-=US$. 15.000,-
Biaya angkutan per pasang sepatu : (US$15.000,-: 240.000) =US$.0.06
JAWABAN
10. Petikemas 40’ yang diperlukan : 1.000 box : 138 box = 7 Unit sisa 34 Box
11. Jika dimuat pada petikemas 40’: sisa box yang belum termuat : 34 Box.
12. Maka sisanya tersebut diisi ke dalam petikemas 20’, maka jumlah petikemas yang
dipergunakan adalah :
7 Unit petikemas 40’
1 Unit petikemas 20’
13. Biaya angkutan yang harus dibayar:
• 7 x US$.1.500,- =US$. 10.500,-
• 1 x US$.1.000,- = US$.1.000,- +
Jumlah ………. = US$.11.500,-
Pertanyaan :
1. Berapa uang tambang yang harus dibayar oleh exporter, apabila tariff angkutan
M³ adalah : US$.95,-
JAWABAN
1. Jumlah peti krat yang diperlukan : 100 : 20 = 5 unit peti Per krat.
2. Per peti krat, berat : 450 kg, dan volumenya : 3 M³/Unit. Atau (1m x 2m x 1,5m)
3. Berat seluruhnya : 5 x 450Kg = 2.250 Kg = 2,25 Ton
4. Volume seluruhnya : 5 x 3 M³= 15 M³
5. 15 M³ x US$.95,-= US$.1.425,-
JAWABAN
6. Perhitungan dengan menggunakan pendekatan ini dibebankan khusus untuk
pemuatan barang ke dalam petikemas, yang tidak memenuhi kapasitas muat
petikemas bersangkutan (Less Container Load). Dari contoh soal di atas,
diketahui bahwa yang akan diangkut itu hanya berjumlah 15 M³, sedangkan
kapasitas muat petikemas 20’ adalah 29 M³. Jadi terdapat sisa ruang muatan
pada petikemas tersebut seluas 14 M³.