Anda di halaman 1dari 4

Menyusun renacana pengaturan muatan ( Cargo Stowage Plan )

1. Persiapan penyusunan rencana pengaturan muatan

1.1 Jenis muatan diidentifikasi berdasarkan booking list / shipping order

Booking list yaitu suatu daftar pemesanan ruangan kapal untuk dimuati komoditas tertentu.

Shipping Order atau Shipping instruction (SI) merupakan Surat yang dibuat oleh Shipper yang ditujukan pada
Carrier atau kapal untuk menerima dan memuat muatan tertera dalam surat tersebut.

Jenis muatan berdasarkan sifatnya

1. Muatan Basah Kapal ( Wet Cargo )

Muatan basah itu adalah muatan-muatan cair yang disimpan di botol-botol, drum-drum, sehingga apabila
tempatnya pecah/bocor akan membasahi muatan-muatan lainnya. Contoh : susu, cat-cat, minyak lumas

2. Muatan Kering Kapal( Dry Cargo )

Muatan kering kapal adalah muatan-muatan kering yang rusak bila basah , misalnya :

a. Muatan-muatan ini tidak merusak jenis muatan lain

b. Mudah dirusak oleh muatan lain

c. Muatan kering ini harus dipisahkan terhadap muatan basah dalam palka tersendiri

d. Dalam satu palka, pemuatan muatan kering haruslah diatas dan muatan basah dibawah.

Contoh jenis muatan tepung, beras, biji-bijian, bahan- bahan pangan kering, kertas rokok dalam bungkusan

3. Muatan Kotor Kapal / Berdebu ( Dirty / Dusty Cargo )

Muatan kotor / berdebu antara lain semen, biji timah, arang, dan lain sebagainya. Muatan ini menimbulkan
debu yang dapat merusak jenis barang lain terutama muatan bersih. Setelah dibongkar muatan ini selalu
meninggalkan debu atau sisa yang perlu dibersihkan. Dalam pemuatan perlu dipisahkan terhadap muatan
lainnya bahkan dipisahkan terhadap sesama golongannya sendiri.

4. Muatan Bersih Kapal ( Clean Cargo )

Muatan bersih kapal ini tidak merusak muatan lain dan tidak meninggalkan debu atau sisa yang perlu
dibersihkan setelah di bongkar. Tidak merusak jenis barang lain. Contoh : sandang, benang tenun, perkakas
rumah tangga (piring, mangkok, gelas), barang-barang kelontong.

5. Muatan Berbau Kapal ( Odorous Cargo )

Jenis muatan ini dapat merusak / membuat bau jenis barang lainnya, terutama terhadap muatan seperti teh,
kopi, tembakau dll., maupun dapat pula merusak sesama golongannya sendiri. Contoh : kerosin, amoniak,
greasy wool, crade rubber, lumber (kayu), ikan asin dll.

6. Muatan Bagus / Enak ( Delicate Cargo)

Yang termasuk dalam golongan ini adalah golongan muatan yang pada umumnya terdiri dari bahan-bahan
pangan. Jenis barang ini dengan mudah dapat dirusak oleh barang-barang yang mengandung bau, muatan
basah dan muatan kotor / berdebu. Contoh : beras, tepung, teh, tepung terigu, susu bubuk dalam plastik,
tembakau, kopi.

7. Muatan Berbahaya ( Dangerous Goods )


Jenis barang ini adalah golongan muatan yang mudah menimbulkan bahaya ledakan ( explosif ) maupun
kebakaran. Pemuatan / pemadatan muatan ini haruslah ditempatkan yang tersendiri dan pemuatannya harus
sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam buku petunjuk yaitu blue book.Contoh : dinamit,
mesin, kepala peluru, black powder, fire works, gasoline, carbon disulfide, korek api, film dll.Terdapat jenis
barang-barang yang digolongkan sebagai muatan yang bersifat netral artinya bahwa muatan yang tidak rusak
/ dapat dirusak oleh muatan-muatan lainnya, seperti : rotan, bambu, kayu balok, timah, muatan dalam
container dll

Sesuai IMDG CODE,klarifikasi muatan berbahaya akan dibagi kedalam kelas-kelas berikut :

a. Kelas 1 : Bahan -Bahan peledak (Explosives)

b. Kelas 2 : Gas-2 yang dimanfaatkan,dicairankan, atau di larutkan dibawah tekanan (Gasescompressed)

c. Kelas 3 : Cairan yang mudah menyala (flammable liquids)

d. Kelas 4 : Benda padat yang mudah menyala (flammable solids)

e. Kelas 5 : zat-zat yang mengoksidasi (oxidizing substances) dan Peroksida organik yang mudah terbakar

f. Kelas 6 : zat-zat beracun (poisonous) infeksi (infectious)

g. Kelas 7 : zat-zat radio aktif (radioactivematerials)

h. Kelas 8 : Bahan-Bahan yang bersifat (corrosive)

i. Kelas 9: Bermacam2 zat berbahaya yang Dapat menimbulkan bahaya yang tidak dicakup oleh class ini

1.2 Denah dan kondisi ruang muat (palka) kapal diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan.

a. Ruang palka harus kedap air, maksudnya barang-barang yang ada di dalam ruang palka harus dapat terjamin
tidak kemasukan air

b. Ruang palka tidak mudah terpengaruh panas dari luar sehingga jika ada es yang berada di ruang palka tidak
mudah mencair atau suhu yang rendah di dalam palka tidak berubah naik.

Persiapan ruang muat meliputi dua hal yaitu pembersihan ruang muat dan pengecekan ruang muat.

a. Permbersihan Ruang Muat

1. Mengeluarkan sisa-sisa muatan dan berkas-berkas muatan terlebih dahulu.

2. Menyapu bersih kotoran dan debu-debu yang melekat.

3. Mengumpulkan sisa-sisa muatan terdahulu untuk dibuang ke darat.

4. Ruangan yang telah disapu bersih, kemudian dicuci dengan air tawar.

5. Air cucian yang tertampung dalam got-got dikuras dan dikeringkan.

6. Menjalankan ventilasi ruang muat agar ruang muat cepat kering.

b. Pemeriksaan Ruang Muat

Pemeriksaan ruang muat dilakukan oleh mualim satu dan jika perlu seorang surveyor. Bagian-bagian yang
diperiksa menggunakan daftar periksa (checklist) yang berisikan keterangan bagian yang diperiksa apakah
dalam kondisi baik, cukup, sedang, buruk, berfungsi, tidak berfungsi, tidak ada, dan lain-lain.
1.3 Pengaturan kapasitas ruang muatan diidentifikasi sesuai ketentuan.

Tinjau Hold Capacity suatu palka , Hold capacity : kapasitas ruang muat maksimum pada palka. Beda dengan

Deck load capacity (DLC) adalah kemampuan suatu geladak untuk menahan beban yang ada di atasnya.

2. Menentukan penempatan muatan

2.1 Ruang muatan dibagi menurut ukuran dan jenis muatan (karakteristik muatan) .

Sama seperti no. 1 dibagi menjadi Wet, Dry, Clean, Dirty, odorous, delicate Cargo, Dangerous Goods.

2.2 Tata letak muatan di tween deck disusun memperhatikan kemiringan garis pemisah muatan.

Muatan berat pada umumnya dimuat pada bagian dasar palka, sekaligus sebagai muatan dasar dan muatan
ringan dimuat pada tween deck atau bagian atas.

2.3 Tata letak muatan di kapal dihitung sesuai standar.

2.4 Tata letak pada muatan dengan ukuran dan berat tertentu (heavy lift and extra lenght cargoes)
disusun penempatannya di posisi dekat dengan hatch square : Mulut palka atau ambang palka

2.5 Tata letak muatan disusun sesuai dengan metode kemudahan pembongkaran di pelabuhan
tujuan.

Menggunakan prinsip penataan muatan FIFO (First In First Out) merupakan salah satu metode manajemen
persediaan dengan cara memakai stok barang di gudang sesuai dengan waktu masuknya. Stok yang pertama
kali masuk ke gudang adalah stok yang harus pertama kali keluar dari gudang. Alasannya adalah agar
persediaan yang pertama bisa segera dijual atau dimanfaatkan agar tidak cepat rusak karena terlalu lama
tersimpan dalam gudang. Dan menghindari terjadinya Long hatch.

Long Hatch adalah penumpukan suatu jenis muatan dengan jumlah banyak pada satu palka untuk satu
pelabuhan tertentu, atau terjadinya pembagian muatan yang tidak merata untuk masing-masing palka bagi
suatu pelabuhan tujuan tertentu. Akibatnya terjadi waktu bongkar yang lama pada palka tersebut (Gang
hours).

Bisa juga menggunakan prinsip LIFO (Last In First Out) merupakan metode pengelolaan barang yang
berkebalikan dengan FIFO. Manajemen persediaan dengan metode ini dilakukan dengan cara barang yang
terakhir masuk ke gudang adalah barang pertama yang akan keluar dari gudang untuk dijual. metode ini
dilakukan dalam rangka memanfaatkan suatu momentum untuk meraup banyak keuntungan. Contohnya
adalah suatu industri fashion akan mengeluarkan stok baju terbarunya dari penyimpanan karena sedang
menjadi tren di pasaran.

2.6 Tata letak untuk muatan ringan disusun penempatannya di atas muatan berat.

2.7 Tata letak muatan secara vertikal pada setiap blok disusun penempatannya bertingkat.

2.8 Tata letak muatan secara horisontal pada setiap blok disusun penempatannya berbaris

menurut panjang dan lebar.

3. Membuat denah pengaturan muatan

3.1 Hasil penentuan penempatan muatan diklasifikasi sesuai kondisi setiap palka.

3.2 Hatch list dan discharging list setiap palka disusun sesuai prosedur.

3.3 Denah rencana pengaturan muatan untuk seluruh palka dibuat sesuai dengan prosedur
Stowage Plan adalah bagan perencanaan pemuatan barang di atas kapal yang dibuat sebelum kapal
melakukan proses bongkar muat. Pandangan dari samping ( Denah ) serta pandangan dari atas ( Profil ).

Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membuat Stowage Plan Adalah :

1. Berat Dan Volume : Muatan berat dipadat pada bagian dasar palka sekaligus berfungsi sebagai muatan
dasar dan muatan ringan dipadat pada tween deck paling atas.

2. Muatan Karung-Karungan : Muatan jenis ini sebaiknya dipadat didaerah palka paling depan atau ditempat
dimana bentuk ruangan tidak teratur atau ditempat yang sulit memilih bentuk muatan yang sesuai dengan
bentuk ruangan.

3. Muatan Berbahaya : Muatan yang memiliki sifat yang dapat membahayakan muatan lain, kapal serta jiwa
manusia, sebaiknya dimuat pada geladak utama atau pada tempat yang mudah dijangkau serta mendapat
perhatian lebih.

4. Muatan Dengan Bentuk Khusus : Muatan yang memiliki bentuk khusus dan besar, jika memungkinkan tidak
dimuat dalam palka, tetapi sebagai muatan geladak, dan oleh karenanya perlu memperhatikan kekuatan
beban geladak.

5. Kepadatan Muatan : Muatan yang berada didalam palka diusahakan dipadat sekokoh mungkin agar muatan
tidak dapat bergeser atau bergerak selama pelayaran, bila perlu dalam pemuatannya diberi penerapan atau
pengikatan (lashing).

6. Pelabuhan Tujuan : Pemuatan dilakukan sedemikian rupa sehingga pada pelabuhan singgah tidak terjadi
pergeseran (shifting) muatan atau terjadi Over Stowage, dan yang tidak kalah penting adalah dimana kondisi
kapal tetap memiliki Trim By The Stern yang baik.

Anda mungkin juga menyukai